• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTA KESEPAKATAN ANTARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOTA KESEPAKATAN ANTARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

NOTA KESEPAKATAN ANTARA

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN, ELEKTRONIKA DAN ANEKA

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI KIMIA AGRO DAN HASIL HUTAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA DENGAN

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA DENGAN

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP-536/PJ./2002 Nomor : KEP-99/BC/2002 Nomor : 1230/DJ-ILMEA/XII/2002 Nomor : 40/Dirjen-IKAH/SK/XII/2002 Nomor : 623/DJ-PDN/XII/2002 Nomor : 495/DJ-PLN/XII/2002 TENTANG

KOORDINASI DALAM HAL INVENTARISASI, EVALUASI, DAN PENYELESAIAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN

PELAKSANAAN TUGAS MASING-MASING

Nota Kesepakatan ini dibuat dan ditandatangani di Jakarta pada hari Senin, tanggal 30 Desember tahun duaribu dua oleh dan antara :

(2)

1. Hadi Poernomo, selaku Direktur Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 4/K/2001 tanggal 5 Pebruari 2001 dan oleh karenanya berwenang mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta ( untuk selanjutnya disebut 'Dirjen Pajak');

2. Eddy Abdurrachman, selaku Direktur Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 155/M tanggal 31 Agustus 2002 dan oleh karenanya berwenang mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta ( untuk selanjutnya disebut 'Dirjen Bea Cukai');

3. Subagyo, selaku Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 243/M/2002 tanggal 20 Desember 2002 dan oleh karenanya berwenang mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta ( untuk selanjutnya disebut 'Dirjen ILMEA'); 4. Zaenal Arifin, selaku Direktur Jenderal Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Departemen Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 325/M/2001 tanggal 7 Desember 2001 dan oleh karenanya berwenang mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta ( untuk selanjutnya disebut 'Dirjen IKAH');

5. Rifana Erni, selaku Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 243/M/2002 tanggal 20 Desember 2002 dan oleh karenanya berwenang mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta ( untuk selanjutnya disebut 'Dirjen Dagri');

6. Sudar SA, selaku Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 322/M tahun 2001 tanggal 5 Desember 2001 dan oleh karenanya berwenang mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta ( untuk selanjutnya disebut 'Dirjen Daglu');

Dirjen Pajak, Dirjen Bea Cukai, Dirjen ILMEA, Dirjen IKAH, Dirjen Dagri, dan Dirjen Daglu secara bersama -sama selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak".

Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal- hal sebagai berikut :

a. Bahwa Ditjen Pajak yang merupakan lembaga Pemerintah di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 109 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen, dalam rangka tugasnya di bidang pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak guna tercapainya target penerimaan pajak sesuai dengan APBN dan kebijakan Pemerintah.

b. Bahwa Ditjen Bea dan Cukai yang merupakan lembaga Pemerintah di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 109 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen, dalam rangka tugasnya di bidang pemungutan bea masuk dan cukai berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak guna tercapainya target penerimaan bea masuk dan cukai sesuai dengan APBN dan kebijakan Pemerintah.

(3)

c. Bahwa Ditjen ILMEA yang merupakan lembaga Pemerintah di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 109 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen, dalam rangka tugasnya di bidang merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang industri logam, mesin, elektronika dan aneka, memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak guna mengembangkan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang industri logam, mesin, elektronika dan aneka.

d. Bahwa Ditjen IKAH yang merupakan lembaga Pemerintah di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 109 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen, dalam rangka tugasnya di bidang merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang industri kimia agro dan hasil hutan memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak guna mengembangkan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang industri kimia agro dan hasil hutan.

e. Bahwa Ditjen Dagri yang merupakan lembaga Pemerintah di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 109 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen, dalam rangka tugasnya di bidang merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perdagangan dalam negeri memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak guna mengembangkan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perdagangan dalam negeri.

f. Bahwa Ditjen Daglu yang merupakan lembaga Pemerintah di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 109 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen, dalam rangka tugasnya di bidang merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perdagangan luar negeri memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak guna mengembangkan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perdagangan luar negeri.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Para Pihak sepakat untuk melakukan kerja sama dengan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1 TUJUAN

Kerja sama ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi dan evaluasi masalah perpajakan, kepabeanan, dan cukai yang timbul dalam industri logam, mesin, elektronika dan aneka, industri kimia agro dan hasil hutan, perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri serta menyelesaikannya dengan berlandaskan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka pengembangan industri dan perdagangan dimaksud.

Pasal 2

BENTUK DAN PROSEDUR KERJASAMA

(1) Ditjen ILMEA, Ditjen IKAH, Ditjen Dagri dan Ditjen Daglu berdasarkan kewenangan masing- masing membantu Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai dengan memberikan informasi, data dan keterangan-keterangan yang diperlukan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai melalui sistem pertukaran data elektronis sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku, begitu juga sebaliknya.

(2) Para Pihak dapat membentuk atau mengusulkan pembentukan Tim Koordinsi yang anggota-anggotanya ditunjuk oleh Para Pihak, bekerjasama melakukan inventarisasi, evaluasi, dan penyelesaian

(4)

masalah-masalah yang berkaitan dengan perpajakan, kepabeanan, dan cukai yang ada dan yang akan timbul dalam industri logam, mesin, elektronika dan aneka, industri kimia agro dan hasil hutan, perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri.

(3) Hasil inventarisasi, evaluasi dan penyelesaian permasalahan perpajakan, kepabeanan, dan cukai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas, dibahas dalam rapat atau pertemuan secara berkala minimal sekali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu apabila diper lukan oleh Para Pihak.

(4) Setiap masalah perpajakan, kepabeanan dan cukai yang sudah dapat ditentukan penyelesaiannya berdasarkan hasil pembahasan bersama tersebut akan ditindaklanjuti dan diselesaikan segera oleh unit pelaksana Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai yang berwenang yang sesuai dengan ketentuan/prosedur yang berlaku.

(5) Dalam hal terdapat masalah- masalah perpajakan, kepabeanan, dan cukai yang tidak bisa diputuskan penyelesaiannya di tingkat Tim, maka akan dibahas dan diselesaikan dalam rapat di tingkat Direktur Jenderal.

(6) Dalam hal terdapat masalah- masalah perpajakan, kepabeanan, dan cukai yang tidak bisa diputuskan penyelesaiannya dalam rapat di tingkat Direktur Jenderal, maka akan dibahas dan diselesaikan dalam rapat di tingkat Menteri.

Pasal 3

KETENTUAN LAIN

(1) Kerjasama ini dilaksanakan dengan prinsip koordinasi, efisiensi, transparansi, akuntabilitas dan saling menghormati.

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepakatan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Para Pihak, dan ketentuan tambahan atau perubahan, apabila ada, merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak trpisahkan dari Nota Kesepakatan ini.

(3) Apabila terjadi perbedaan penafsiran oleh Para Pihak dalam proses pelaksanaan Nota Kesepakatan ini, Para Pihak akan menyelesaikannya sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip penyelesaian yang paling menguntungkan Negara Republik Indonesia, sehingga dapat diperoleh hasil optimal.

(4) Komunikasi di antara Para Pihak yang berkaitan dengan Nota Kesepakatan ini dilakukan dengan cara tertulis yang disampaikan langsung atau melalui jasa kurir atau melalui faksimili, yang dialamatkan kepada: Direktorat Jenderal Pajak :

u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak

Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Gedung B Lantai III Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42

Jakarta 12190

Telp. (021) 5250332 Fax. (021) 5734794

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Pusat Ditjen Bea dan Cukai Lantai II Jl. Jend. A. Yani Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Jakarta Timur 13230

(5)

Telp. (021) 4897847 Fax. (021) 4892448 E- mail

: sekditjen@beacukai.go.id

Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal ILMEA

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Lantai IX Jakarta Selatan

Telp. (021) 5252482, ()21) 5255509 Pes. 2320, 4036 Fax. (021) 5252482

Direktorat Jenderal Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal IKAH

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Lantai XVII Jakarta Selatan

Telp. (021) 5255861, ()21) 5255509 Pes. 2624, 4061 Fax. (021) 5255861

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal PDN

Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Blok I, Lantai VI Jakarta Pusat

Telp. (021) 3858211, ()21) 3858171-5 Pes. 1105 Fax. (021) 3453114

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri u.p. Sekretaris Direktorat Jenderal Daglu

Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Blok II, Lantai I Jakarta Pusat

Telp. (021) 3858202, ()21) 3858171-5 Pes. 1151 Fax. (021) 3858202

Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat di Jakarta pada hari dan tanggal sebagaimana disebutkan pada bagian awal Nota Kesepakatan ini, dalam rangkap 6 (enam) yang masing- masing sama bunyinya, bermaterai cukup dan memiliki kekuatan hukum yang sama.

Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin Direktorat Jenderal Industri Kimia Agro dan Elektronika dan Aneka Hasil Hutan

Subagyo Zaenal Ar ifin

Direktur Jenderal Direktur Jenderal

Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Perdagangan Luar Negeri

Rifana Erni Sudar SA

(6)

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direk torat Jenderal Pajak

Eddy Abdurrachman Hadi Poernomo

Referensi

Dokumen terkait

Analisa proses bisnis dalam rangka rekayasa ulang bisnis pada intinya adalah bertujuan dan berlandaskan pada konsep untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan

NO BUTIR KEGIATAN JUMLAH PRESTASI KERJA 6 BULAN ( SEMESTER I ) JUM LAH JUMLAH PRESTASI KERJA 6 BULAN ( SEMESTER II ) JUM LAH TOTAL JML JUML AK JAN PEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEPT

kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki yang merupakan dasar untuk berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah, yaitu pihak pengguna jasa (pemerintah)

Proses pembuatan ini melapisi secara merata pada seluruh permukaan kain kasa dengan bahan photo emulsion. Photo emulsion ini sensitif terhadap cahaya khususnya cahaya ultra

(3) Surat/dokumen perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 huruf b dan atau laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 7 yang diterima oleh Sekretaris Kepala

Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, mendefenisikan leasing

Dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1 disampaikan kepada Wajib Pajak oleh KPP Wajib Pajak Besar Orang Pribadi paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah SMT. Wajib Pajak