• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENCERNAAN 1. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENCERNAAN 1. PENDAHULUAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENCERNAAN

1. PENDAHULUAN

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Tubuh manusia memperoleh tenaga dan energi dari makanan. Fungsi makanan antara lain menyediakan materi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh serta memperbaiki jaringan yang rusak. Yang diperlukan tubuh sebenarnya zat makanan atau sari makanan yang terkandung didalam bahan makanan yang kita konsumsi mengandung zat makanan yang siap dipakai oleh tubuh. Untuk dapat dipakai pastinya bahan makanan haruslah dicerna terlebih dahulu, untuk itu dibutuhkan alat – alat pencernaan.

Proses pencernaan ini dibagi menjadi dua cara yaitu yang pertama secara mekanik (dengan bantuan otot - otot) dan secara kimiawi (dengan bantuan saliva, enzim maupun getah). Dan hasilnya yaitu zat – zat makanan yang dapat digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas hidupnya. Organ – organ pencernaan terdiri atas : mulut (gigi lidah dan saliva), esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar.

2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

 Bacalah dengan cermat semua buku – buku yang mendukung  Carilah yang sekiranya sulit dimengerti dan tanyakan

 Carilah semua yang bermanfaat dari sumber – sumber yang mendukung modul ini

3. STANDAR KOMPETENSI

Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas 4. KEMAMPUAN PRASYARAT

Proses pencernaan ini memiliki fungsi untuk proses pemecahan bahan makanan menjadi molekul yang berguna bagi tubuh kita. Lalu hasil pemecahan itu diserap oleh alat pencernaan untuk diedarkan oleh darah dan diangkut keseluruh tubuh kita untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Dan sisa dari system pencernaan ini dikeluarkan oleh tubuh berupa feses dan air (H2O).

(2)

Maka dari itu kita haruslah mengetahui mana makanan yang baik untuk tubuh kita. Yaitu makanan yang bergizi.

5. PRETEST

a. Jelaskan fungsi system pencernaan?

b. Apa saja organ pencernaan pada manusia ? sebutkan !

c. Bagaimana mekanisme pemecahan makanan pada usus halus?

d. d.Jelaskan mekanisme jalannya proses pencernaan dari mulut hingga anus ?

6. INDIKATOR

 Menganalisis variasi dan komposisi makanan serta menyusun menu seimbang.

 Memahami jenis dan kandungan makanan yang bergizi.

 Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam system pencernaan makanan pada manusia dan hewan ruminasia.

 Mengaitkan struktur, fungsi, dan proses system pencernaan makanan pada manusia dan hewan ruminasia.

 Mengidentifikasikan gangguan / kelainan yang terjadi pada system pencernaan makanan.

7. URAIAN MATERI

(3)

1) Mulut

Dilakukan pencernaan secara mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh ludah yang dihasilkan Kelenjar Parotis, Submandibularis dan Sublingualis yang mengandung enzim Amilase (Ptyalin).

2) Lambung

Dilakukan secara mekanik dan kimiawi, Sekretin yaitu hormon yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan sekretnya. Renin yaitu enzim yang mampu menggumpalkan Kasein (sejenis protein) dalam susu.

Fungsi HCI Lambung :

a. Merangsang keluamya sekretin

b. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein. c. Desinfektan

d. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya.

3) Usus

Di dalam Duodenum terdapat getah pankreas (bersifat basa) yang mengandung Steapsin (Lipase), Amilase dan Tripsinogen.

Enterokinase adalah suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan diabsorbsi. Usus memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot usus (Villi).

Dalam usus besar (Kolon), air direabsorbsi serta sissa makanan dibusukkan menjadi feses selanjutnya dibuang melalui anus (Proses Defekasi).

Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperli rumput

(4)

3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

I = insisivus = gigi seri C = kaninus = gigi taring

P = premolar = geraham depan M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan

abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan

alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.

(5)

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.

Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.

Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.

Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

(6)

Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).

Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan Gangguan Sistem Pencernaan

 Apendikitis yaitu Radang usus buntu.

 Diare yaitu Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.  Kontipasi (Sembelit) yaitu Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air

besar)

 Maldigesti yaitu Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.

 Parotitis yaitu Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga GondonG

 Tukak Lambung/Maag yaitu "Radang" pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi Helicobacter pylori

 Xerostomia yaitu Produksi air liur yang sangat sedikit

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).

Diare

Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

 Konstipasi (Sembelit)

Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

(7)

 Tukak Lambung (Ulkus)

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.

Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

Zat Makanan

Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah - karbohidrat - lemak - protein - vitamin - mineral - air

Makanan sehat harus terdiri dari zat-zat nutrien (zat gizi) antara lain : 1. Protein

Mengandung asam amino (essensial dan non essensial). Kebutuhan protein untuk orang dewasa adalah 1 gram/kg.BB/hari. Jika kebutuhan tersebut

(8)

berlebih, maka kelebihannya akan dibuang melalui ginjal dalam bentuk urea Þ inilah yang disebut Nitrogen Balans.

Asam Amino Essensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, jadi harus didatangkan dari luar.

Misalnya : Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, dsb. Protein tidak menghasilkan energi

2. Lemak (Lipid)

Diperlukan sebagai pelarut beberapa vitamin, sebagai "bantalan lemak" (pelindung jaringan tubuh) dan penghasil energi yang besar (9 kal/g). Kebutuhan lemak untuk orang dewasa adalah 0,5 - 1 gram/kg.BB/hari. 3. Karbohidrat

Sebagai penghasil energi (4 kal/g). Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak.

4. Garam-Garam Mineral

- Kalsium (Ca) Þ Untuk membentuk matriks tulang, membantu proses penggumpalan darah dan mempengaruhi penerimaan rangsang oleh saraf. Kebutuhannya adalah 0,8 g/hari.

- Fosfor (P) Þ Untuk membentuk matriks tulang, diperlukan dalam pembelahan sel, pada pengurutan otot, metabolisme zat. Kebutuhannya adalah 1 mg/hari. - Besi (Fe) Þ Merupakan komponen penting sitokrom (enzim

pernafasan), komponen penyusun Hemoglobin. Kebutuhannya adalah 15 - 30 mg/hari.

- Fluor (F) Þ Untuk menguatkan geligi.

- lodium (I) Þ Komponen penting dalam hormon pertumbuhan (Tiroksin), kekurangan unsur tersebut dapat terjadi sebelum atau sesudah pertumbuhan berhenti

- Natrium & Klor (NaCl)

Þ Untuk pembentukan asam klorida (HCl). Kebutuhannya adalah 1 g/hari.

(9)

5. Vitamin

Diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, tidak menghasilkan energi. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan Penyakit Defisiensi.

Vitamin Yang Larut Dalam Air (Water Soluble Vitamins) - B1 (Aneurin =

Thiamin)

Þ Untuk mempengaruhi absorbsi lemak dalam usus. Defisiensinya menyebabkan Beri-Beri dan Neuritis. - B2 (Riboflavin

= Laktoflavin)

Þ Transmisi rangsang sinar ke mata. Defisiensinya akan mengakibatkan Katarak, Keilosis.

- Asam Nikotin (Niasin)

Þ Proses pertumbuhan, perbanyakan sel dan anti pelagra. Defisiensi akan menyebabkan Pelagra dengan gejala 3 D: Dermatitis, Diare, Dimensia.

- B6 (Piridoksin = Adermin)

Þ Untuk pergerakan peristaltik usus. Defisiensi akan menyebabkan Kontipasi (Sembelit).

Asam Pantotenat Þ Defisiensi akan menyebabkan Dermatitis PABA (Para

Amino Asam Benzoat)

Þ Untuk mencegah timbulnya uban

Kolin Þ Defisiensi akan menimbulkan timbunan lemak pada hati.

Biotin (Vitamin H)

Þ Defisiensi akan menimbulkan gangguan kulit

Asam Folat Þ Defisiensi akan menimbulkan Anemia defisiensi asam folat.

B12

(Sianokobalamin)

Þ Defisiensi akan menimbulkan Anemia Pernisiosa Vitamin C (Asam

Askorbinat)

Þ Berfungsi dalam pembentukan sel, pembuatan trombosit. Defisiensi akan menimbulkan pendarahan gusi, karies gigi, pendarahan di bawah kulit. Pada jeruk selain vitamin C ditemukan pula zat Sitrin dan Rutin yang mampu menghentikan pendarahan. Zat tersebut ditemukan olelj Sant-Gyorgi disebut pula Vitamin P.

(10)

- Vitamin A (Aseroftol)

Þ Berfungsi dalam pertumbuhan sel epitel, mengatur rangsang sinar pada saraf mata. Defisiensi awal akan menimbulkan gejala Hemeralopia (rabun senja) dan Frinoderma (kulit bersisik). Kemudian pada mata akan timbul Bercak Bitot setelah itu mata akan mengering (Xeroftalmia) akhirnya mata akan hancur (Keratomalasi).

- Vitamin D Þ Mengatur kadar kapur dan fosfor, (Kalsiferol = Ergosterol) memperlancar proses Osifikasi. Defisiensi akan menimbulkan Rakhitis. Ditemukan oleh McCollum, Hesz dan Sherman.

- Vitamin E (Tokoferol)

Þ Berperan dalam meningkatkan Fertilitas. - Vitamin K (Anti

Hemoragi)

Þ Ditemukan oleh Dam dan Schonheydcr. Berfungsi dalam pembentukan protrombin. Dibuat dalam kolon dengan bantuan bakteri Escherichia coli

Zat aditif

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.

Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :

Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan. Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam

proses penyediaan/pembuatan bahan makanan.

Zat tambahan im harus aman penggunaannya, yaitu tidak mengganggu kesehatan

URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.

Ada 2 macam zat warna:

a. Zat Warna Nabati, yaitu yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan. seperti warna hijau dari daun suji (daun pandan) dan warna kuning atau jingga dari kunir (kurkuma).

(11)

b. Zat Warna Sintetik, yang umumnya dibuat dari ter batubara

Zat warna ini tidak boleh digunakan untuk makanan, karena beracun. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat warna itu dapat menimbulkan penyakit

B. Zat Penyedap (penguat rasa) : Tujuan penambahan ialah agar makanan lebih sedap rasa dan baunya

C. Zat Pengawet

Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui orang banyak. Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain, misalnya natrium benzoat. nipagin, sendawa dan asam sitrat. Ada kalanya digunakan juga antibiotik.Minyak dan lemak jika tidak disimpan baik, lama kelamaan menjadi tengik. Peristiwa ini terjadi karena asam lemakyang tidak jenuh dalam bahan ini teroksidasi.Udara, cahaya dan kerja bakteri adalah penyebabnya. Untuk mencegah proses ini pada minyak atau lemak ditambahkan zat pengawet yang tergolong "antioksidan".

Contohnya:

- butil hidroksi anisol (BHA) - butil hidroksi toluena (BHT)

Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam askorbat (vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan itu.Zat tambahan golongan lainnya yang secara tidak sengaja bercampur dengan makanan ialah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bidang pertanian dan peternakan, misalnya senyawa organoklor.Karena itu kita harus mencuci bersih lebih dahulu sayuran dan buah-buahan yang akan kita makan untuk mencegah keracunan oleh bahan kimia itu. Hormon-hormon yang sekarang sering diberikan kepada hewan potong untuk mempercepat pertumbuhannya dapat juga merupakan zat pada makanan yang tidak kita kehendaki.

D.` Zat Pemanis

Gula Pasir dan gula jawa adalah pemanis alami yang sering dipakai sehari-hari. Pemanis sintetis sering digunakan dalam industri minuman seperti limun, sirup dan lain-lain. Penggunaan pemanis sintetis ini harus dibatasi karena kelebihan pemanis sintetis dalam minuman atau makanan akan menyebabkan penyakit.

(12)

Pemanis sintetis yang aman penggunaannya adalah gula stevita yaitu gula yang berasal dari daun Stevita rebaudina.

Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat,pengental,danantigumpal. Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan manayangberbahaya. Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu :

(a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya.

(b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Beberapa Contoh Zat Aditif

Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif

(13)

Zat aditif Contoh Keterangan

Pewarna

Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel

(orange) Pewarna alami

Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue

FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll Pewarna sintesis Pengawet Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin

Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit

Penyedap

Pala, merica, cabai, laos, kunyit,

ketumbar Penyedap alami

Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka,

benzaldehida, amil asetat, dll Penyedap sintesis Antioksidan Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol Mencegah Ketengikan Pemutih Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit -

Pemanis

bukan gula Sakarin, Dulsin, Siklamat

Baik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen

Pengatur

keasaman Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat

Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan

Anti Gumpal

Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida

Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk

Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal

Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih dari seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang ahli bedah Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).

Seiring dengan berjalannya waktu, Rumus Broca telah mengalami berbagai modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.

Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah : Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15%

Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%

Sedangkan Rumus Broca yang dikutip dari publikasi di Website Depkes RI adalah :

(14)

Khusus untuk pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm dan wanita kurang dari 150 cm, digunakan rumus : Bobot badan ideal (kg) = {tinggi badan (cm) - 100} x 1 kg

Interpretasi : seseorang dikatakan underweight bila bobot badannya kurang dari 90% bobot badan ideal.

Lain lagi yang dipublikasikan di Pikiran Rakyat (2004) :

(Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100) , untuk usia <= 30 th Tinggi Badan - 100, untuk usia > 30 th

Tetapi banyak orang menggunakan rumus yang sangat disederhanakan, yaitu :

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100) Kemudian tahun 1974 Dr. BJ Devine mempublikasikan sebuah rumus baru untuk menghitung berat badan ideal. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) : Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feet Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis, yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs internet menggunakan rumus ini.

Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5 feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over 5 feet

Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over 5 feet

(15)

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch over 5 feet

Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia dalam satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis temukan saat tulisan ini dibuat.

Rumus lain yang banyak digunakan untuk mengetahui status berat badan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT atau BMI, body mass index). Rumus ini lazim digunakan di bidang kesehatan termasuk oleh WHO (World Health

Organization).

Pada rumus IMT, status berat badan dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumusnya adalah :

IMT = BB / (TBxTB)

Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang

Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal Nilai IMT 23-24,9 = Normal Tinggi Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk

Nilai IMT >= 30,0 = Gemuk Banget Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO

Contoh penggunaan rumus IMT : Misal, A mempunyai berat badan 60 kg dengan tinggi badan 1,69 m, maka IMTnya adalah 60 / (1,69x1,69) = 21,01. Dengan nilai IMT 21,01, berat badan A termasuk dalam kategori normal. 8. KEGIATAN BELAJAR

 Menjelaskan mengenai pengertian system pencernaan

 Menjelaskan alat – alat pencernaan manusia yaitu mulut, usus, lambung, kolon, pancreas, rectum dan anus

 Menjelaskan mekanisme makan dalam tubuh  Menjelaskan status gizi menggunakan rumus IMT  Menjelaskan zat – zat makanan

(16)

9. RANGKUMAN Mulut Lambung Usus

Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperli rumput

2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar. 3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian,

struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

I = insisivus = gigi seri

C = kaninus = gigi taring

P = premolar = geraham depan

M = molar = geraham belakang

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan

abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan

(17)

abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan Gangguan Sistem Pencernaan

o Apendikitis yaitu Radang usus buntu.

o Diare yaitu Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat. o Kontipasi (Sembelit) yaitu Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air

besar)

o Maldigesti yaitu Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang merangsang lambung.

o Parotitis yaitu Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong

o Tukak Lambung/Maag yaitu "Radang" pada dinding lambung, umumnya diakibatkan infeksi Helicobacter pylori

o Xerostomia yaitu Produksi air liur yang sangat sedikit

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).

(18)

Diare

Konstipasi (Sembelit) Tukak Lambung (Ulkus)

Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah - karbohidrat - lemak - protein - vitamin - mineral - air Zat aditif

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.

Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :

Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan. Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam

proses penyediaan/pembuatan bahan makanan. URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

 Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik. Ada 2 macam zat warna:

Zat Warna Sintetik Zat Warna Nabati

 Zat Penyedap (penguat rasa)  Zat Pengawet

butil hidroksi anisol (BHA) butil hidroksi toluena (BHT)

` Zat Pemanis

Beberapa Contoh Zat Aditif

Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif

(19)

Zat aditif Contoh Keterangan

Pewarna

Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel

(orange) Pewarna alami

Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue

FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll Pewarna sintesis Pengawet Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin

Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit

Penyedap

Pala, merica, cabai, laos, kunyit,

ketumbar Penyedap alami

Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka,

benzaldehida, amil asetat, dll Penyedap sintesis Antioksidan Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol Mencegah Ketengikan Pemutih Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit -

Pemanis

bukan gula Sakarin, Dulsin, Siklamat

Baik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen

Pengatur

keasaman Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat

Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan

Anti Gumpal

Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida

Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk

Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal

Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih dari seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang ahli bedah Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005). Seiring dengan berjalannya waktu, Rumus Broca telah mengalami berbagai modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.

Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah :

Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15% Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feet Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet

(20)

Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis, yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs internet menggunakan rumus ini.

Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5 feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over 5 feet

Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over 5 feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch over 5 feet

Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia dalam satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis temukan saat tulisan ini dibuat.

Gambar

Gambar :  Struktur system pencernaan manusia

Referensi

Dokumen terkait

Asetilasi tepung talas dengan larutan asam setat glasial telah berhasil dilakukan. Nilai swelling power dan kelarutan tepung talas terasetilasi dipengaruhi oleh nilai

Setelah data dikumpulkan, kemudian data yang diperlukan seperti informasi lokasi geografis stasiun pasut, komponen harmonik pasut dan prediksi pasut yang diperoleh dari Buku

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan yang diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah pada kegiatan praktikum fotosintesis dan

Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi (mengadopsi komponen skor kelompok dan penghargaan kelompok).

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penelitian ini menemukan 3 strategi yang dilakukan oleh masyarakat Cemani dalam menyelesaikan permasalahan rumah Islami yang berlahan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi lisan RB, (2) menemukan kearifan lokal bentuk teks tradisi lisan RB, (3) menemukan

Sesuai Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan

antusias belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di Kelas VII G SMP Negeri 1 Mandirancan tahun pelajaran 2017/2018, terbukti dengan adanya peningkatan persentase