• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida)

Aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida) memiliki nama lain yaitu (+)-2,2’-(Etilenadiimino)-di-1-butanol dihidroklorida juga dikenal dengan sebutan EMB atau E, memiliki rumus molekul C10H24N2O2.2HCl dengan berat

molekul sebesar 277,23 (Ditjen POM, 1995; Anonim, 2009).

Gambar 2.1. Struktur Molekul Aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida)

Aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida) berbentuk serbuk hablur putih, mudah larut dalam air, etanol dan metanol. Sukar larut dalam eter dan kloroform. Dikenal sebagai obat antimikobakterial yang bersifat bakteriostatik yang diberikan dalam pengobatan tuberculosis. Biasanya diberikan kombinasi dengan obat anti tuberculosis lainnya seperti isonoazid, rifampisin dan pirazinamid (Ditjen POM, 1995; Anonim, 2009).

Untuk identifikasi etambutol, menurut Roth dkk (1991), dapat dilakukan dengan IR, KLT dan dengan reaksi warna yakni dengan penambahan larutan tembaga (II) sulfat dan larutan natrium hidroksida kedalam larutan zat dalam air

(2)

akan menghasilkan warna biru yang merupakan akibat dari terbentuknya kompleks etambutol dengan tembaga. Reaksi ini merupakan reaksi khas dari obat yang mempunyai struktur 1,2-aminoalkohol atau 1,2-diamin. Kompleks etambutol dengan tembaga mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 265 nm dan 610 nm dan lebih mungkin ditentukan secara kolorimetri.

2.2 Metode-metode kuantitatif

Kimia Farmasi Analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode analisis untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya.

Gandjar dan Rohman (2007) menyebutkan istilah prosedur analisis seringkali dikacaukan dengan istilah teknik dan metode analisis. Teknik analis hanya merujuk pada pengukuran dan evaluasi hasil pengukuran. Metode analisis merujuk pada penetapan kadar senyawa tertentu dan evaluasi hasil pengukuran, sedangkan prosedur analisis merupakan serangkaian proses mulai dari penyiapan sampel sampai evaluasi hasil pengukuran.

Ada beberapa proses fisika-kimia yang dapat digunakan untuk memberikan informasi analisis. Proses ini berkaitan dengan sifat atom dan molekul serta fenomena-fenomena yang mampu menjadikan elemen-elemen atau senyawa-senyawa tersebut dapat dideteksi atau dapat diukur secara kuantitatif pada kondisi yang dapat dikontrol. Proses-proses yang mendasari ini semua menentukan berbagai macam teknik analisis (Gandar dan Rohman, 2007).

(3)

2.2.1 Metode Titrimetri

Metode titirimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah kurang spesifik.

Menurut Gandjar dan Rohman (2007) untuk dapat dilakukan analisis volumetri harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana dan dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi. 3. Harus ada perubahan yang dapat diamati pada saat titik ekivalen dicapai,

baik secara kimia maupun fisika.

4. Harus ada indikator jika syarat ketiga tidak terpenuhi.

Sebagai contoh reaksi yang cocok untuk titrasi adalah penentuan konsentrasi larutan asam klorida melalui titasi dengan larutan natrium hidroksida. Dalam rekasi tidak tersebut tidak ada reaksi samping, yakni:

HCl + NaOH NaCl + H2O; K =1×1014

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), berdasarkan reaksi kimia yang terjadi selama titrasi, volumetri dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis:

1. Reaksi asam-basa (asidi alkalimetri = netralisasi).

Penetapan kadar ini berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau basa, baik dalam lingkungan air ataupun dalam lingkungan bebas air (TBA = titrasi bebas air).

(4)

Dasar yang digunakan adalah perpindahan elektron. Penetapan kadar senyawa berdasarkan reaksi ini digunakan secara luas seperti permanganometri, serimetri, iodi-iodometri serta bromometri.

3. Reaksi pengendapan (presipitasi).

Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah berdasarkan pada terbentuknya endapan yang sukar larut, misalnya argentometri.

4. reaksi pembentukan kompleks.

Dasar yang digunakan adalah terjadinya reaksi pembentukan kompleks antara zat pengkompleks dengan ion logam. Metode penetapan kadar yang menggunakan prinsip ini adalh kompleksometri.

2.2.1.1 Tirasi bebas air

Titrasi Bebas Air (TBA) merupakan prosedur titrimetri yang paling umum yang digunakan dalam Farmakope. Metode ini mempunyai dua keuntungan yakni metode ini cocok untuk titrasi asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dan pelarut yang digunakan adalah pelarut organik yang juga mampu untuk melarutkan analit-analit organik.

Air dapat bersifat sebagai asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi proton.

Adanya pengaruh kompetisi ini berakibat pada kecilnya titik infleksi pada kurva titrasi asam sangat lemah dan basa sangat lemah sehingga mendekati batas pH 0 dan 14. oleh karena itu deteksi titik akhir titrasi sangat sulit. Sebagai aturan umum , basa-basa dengan pKa < 7 atau asam-asam dengan pKa > 7 tidak dapt ditentukan kadarnya secara tepat pada media air (Gandjar dan Rohman, 2007).

(5)

2.2.2 Spektrofotometri

Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar (Day dan Underwood, 1993).

Benda-benda bercahaya, seperti matahari atau bola lampu istrik memancarkan suatu spektrum luas terdiri dari banyak panjang gelombang. Panjang gelombang yang mampu mempengaruhi retina mata manusia dan karenanya menyebabkan kesan-kesan subjektif dari penglihatan dikenal dengan sinar tampak. Tatapi banyak dari radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda panas terletak di luar daerah dimana mata masih peka. Keseluruhan spektrum kira-kira dikelompokka n seperti pada gambar berikut.

(6)

2.2.2.1 Spektrofotometri Ultraviolet dan Sinar Tampak

Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya.

Jika sinar monokromatik dilewatkan melalui suatu lapisan larutan dengan ketebalan db, maka penurunan intensitas sinar (dI) karena melewati lapisan larutan tersebut berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I), konsentrasi spesies yang menyerap (c) secara matematis pernyataan ini dapat dituliskan:

kIcdb dI =

− ...(1)

Persamaan di atas dapat disusun ulang dan diintegralkan dengan batas Io (intensitas sinar mula-mula) dan I (intensitas sinar setelah melewati larutan dengan ketebalan b).

=

I Io b cdb k I dI 0 ...(2) kbc IoI = − ln ...(3) kbc e Io I = ⋅ − ...(4) Dengan mengubah menjadi logaritma basis 10, maka akan didapatkan persamaan:

kbc Io I = ⋅10− ...(5) Yang mana k =a 303 ,

2 , maka persamaan (5) di atas diubah menjadi persamaan (6) berikut:

abc I

Io =

(7)

abc

A= ...(7) Yang mana: A = absorbansi

a = absorptivitas b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi

Persamaan (7) dikenal dengan hukum Lambert-Beer. Kuantitas spektroskopi yang diukur biasanya adalah transmitans (T = I/Io), dan absorbansi (A); yang mana A = log 1/T.

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absorptivitas molar dan disimbolkan dengan ε dengan satuan M-1cm-1 atau liter.mol-1cm-1

% 1 1cm

E

. Jika c dinyatakan dalam persen berat/volume (g/100mL) maka absorptivitas dapat ditulis dengan juga sering ditulis dengan A1cm1% (Gandjar dan Rohman, 2007).

Sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Spektofotometri sinar tampak digunakan untuk penetapan kadar senyawa yang berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007).

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri sinar tampak terutama untuk senyawa yang tidak berwarna yang akan dianalisis yaitu:

(8)

Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga dapat menyerap sinar tampak. b. Waktu kerja (operating time)

Tujuannya ialah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu kerja ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

c. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu.

d. Pembuatan kurva baku

Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian absorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva baku yang lurus menandakan bahwa hukum Lambert-Berr terpenuhi.

e. Pembacaan absorbansi sampel

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Hali ini disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah yang paling minimal.

(9)

2.3 Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Tuberkulosis dapat menular melalui:

- Sumber penularan adalah pasien TB BTA (basil tahan asam) positif.

- Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

- Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

- Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

- Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para Amino Acid (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan

(10)

OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Etambutol selama 6 bulan. Sejak tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai melaksanakan strategi DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap.

2.4 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4.1 Perolehan Kembali

Persen perolehan kembali digunakan untuk menyatakan kecermatan. Kecermatan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya.

Perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% perolehan kembali = −* ×100 A A F C C C Keterangan :

CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku

CA = konsentrasi sampel awal

(11)

2.4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas-batas tersebut dapat diperoleh dari kalibrasi standar yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali.

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Batas deteksi = Slope SB 3 Batas Kuantitasi = Slope SB 10

Keterangan : SB = simpangan baku

2.4.3 Analisa Data secara Statistik

Kadar aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida) yang diperoleh perhitungan menggunakan persamaan garis regresi, diuji secara statistik dengan uji Q.

Rumus yang digunakan:

Qhitung terendah Nilai tertinggi Nilai terdekat yang Nilai -dicurigai yang Nilai =

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 2, apabila Qhitung > Qkritis maka data tersebut ditolak (Gandjar dan Rohman,

(12)

Tabel 1. Nilai Qkritis

Jumlah pengamatan

pada Taraf Kepercayaan 95% Qtabel (nilai Qkritis)

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Sumber: Gandjar dan Rohman (2007).

3.4.3.1 Rata – Rata Kadar Aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida)

Kadar aethambutoli hydrochlorida (etambutol hidroklorida) yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6 larutan sampel, ditentukan rata-ratanya secara statistik dengan taraf kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut: n s t α µ 2 1 X± = (Wibisono, 2005)

3.4.9.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk menguji dua metode analisis yang berbeda dilakukan dengan uji t-berpasangan (paired t-test). Uji ini dilakukan dengan mencari selisih setiap pasang hasil dari kedua metode. Kemudian selisihnya dirata-ratakan lalu dicari simpangan bakunya (SD). Hasil dari kedua metode dikatakan berbeda secara signifikan jika t hitung > t kritik pada taraf kepercayaan 95%. Nilai t hitung dapat

dicari dengan rumus:

t hitung

(

)

N SD X −µ = Keterangan:

(13)

µ = Nilai sebenarnya (dalam hal ini nilainya = 0) SD = Simpangan baku selisih

N = Jumlah perlakuan

Gambar

Tabel 1. Nilai Q kritis Jumlah pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 31 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 41 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat

Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang belum berlaku efektif di Desa Manggihan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang menyebabkan warga yang ingin melangsungkan

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui profitabilitas usaha persewaan kapal wisata gazebo di Karimunjawa yang merupakan hasil modifikasi dari kapal ikan tradisional

Pemodelan sistem pakar deteksi dini resiko HIV/AIDS menggunakan metode Dempster-Shafer ini dapat mengetahui keputusan dari pakar dengan cara menghitung nilai

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Aktifitas fisik kebanyakan duduk merupakan faktor risiko kejadian hemoroid dengan besar resiko 0,37%, (2) Kurang aktifitas

yang menunjuk- kan bahwa secara keseluruhan terdapat pening- katan status gizi setelah suplementasi pada kelom- pok zink, namun setelah dilakukan uji dengan menggunakan

Analisis pengaruh budaya organisasi dan kompetensi sumber daya manusia terhadap kinerja pegawai pada kantor bank Indonesia Medan.. Medan: Universitas

perbedaan pengalaman interaksi. Pada kegiatan pembelajaran membaca permulaan maupun membaca pemahaman, guru harus mampu menyetarakan kemampuan siswa untuk meningkatkan