• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan yang berkualitas. Menurut Susanto (2017:321) pendidikan dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan yang berkualitas. Menurut Susanto (2017:321) pendidikan dapat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor kemajuan zaman dan peradaban manusia, hal ini merupakan tuntutan dari konsep perkembangan dan kebutuhan kehidupan dalam mencapai peradaban yang gemilang, perkembangan dalam sektor teknologi, ekonomi, pertanian, pemerintahan, kesehatan, sosial, dan budaya tidak terlepas dari kemajuan pendidikan, yang menjadi dasar kemajuan dari sektor-sektor yang lainnya dalam kehidupan dewasa ini. Laju perubahan sebagai akibat dari perkembangan pendidikan kemudian harus disejajarkan dengan penyediaan hasil dari pendidikan yang berkualitas. Menurut Susanto (2017:321) pendidikan dapat mempercepat pembangunan berkelanjutan, karena melalui cara ini persepsi, perilaku dan sikap akan berubah.

Menurut Faturrahman (2012:1) pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, pelindung, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Kemudian menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan runtutan proses terstruktur dari belajar dan pembelajaran dalam mengembangkan

(2)

dan meningkatkan potensi diri demi mencapai kedewasaan diri dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan menjadi dasar dari semua dasar perkembangan dan kemajuan kehidupan berbangsa dan benegara, perkembangan pendidikan yang sangat pesat sekarang ini tidak terlepas dari perkembangan komponen-komponen atau unsur-unsur yang mendukung pendidikan itu sendiri. Hal inilah yang menjadi ujung tombak dalam kemajuan mutu pendidikan dan menjadi dasar peradaban yang gemilang, menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005:26) terdapat 7 usur dari pendidian yaitu: (1) Subyek yang dibimbing (peserta didik). (2) Orang yang membimbing (pendidik). (3) Interaksi antara peserta didik dan pendidik (pembelajaran). (4) Ke arah mana bimbingan di tujukan (tujuan pendidikan). (5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan). (6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat metode). (7) Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

Unsur-unsur dalam setiap pendidikan saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi satu unsur dengan unsur yang lainya, unsur-unsur ini mutlak di perlukan dalam menciptakan mutu pendidian yang baik, kemudian di dalam unsur-unsir ini memuat bagian-bagian tersendiri yang mempengeruhi kwalitas dari unsur-unsur tersebut. Hal penting yang perlu kita kaji lebih dalam dari unsur-unsur pendidikan ini adalah tentang pembelajaran, dimana pembelajaran menjadi puncak dalam segala proses pendidikan.

Pembelajaran merupakan suatu rangkaiaan kegiatan yang selalu terkait dan tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran

(3)

tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata. Tercapainya tujuan pendidikan akan ditentukan oleh beberapa komponen yang saling menunjang satu dengan yang lain, dalam proses pembelajaran ada dua dimensi kegiatan yaitu belajar dan mengajar, siswa berperan sebagai subjek pembelajaran dan pendidik sebagai pemeran yang memfasilitasi pesertanya di dalam proses pembelajaran (Majid, 2013:5).

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, kemudian matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini, hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan sebagai salah satu faktor perkembangan peradaban.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi. Karenanya kegiatan belajar mengajar khususnya dalam matematika perlu lebih diperhatikan lagi mengingat begitu penting matematika bagi siswa nantinya.

Keberhasilan siswa dalam belajar matematika dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun luar individu. Banyak hal-hal yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan dalam pembelajaran matematika salah satunya cara mengajar. Pembelajaran yang mengedepankan pengembangan wawasan, daya

(4)

berpikir serta komunikasi yang efektif dapat membuat pembelajaran menjadi berhasil khususnya pembelajaran matematika baik dari guru ke siswa ataupun dari siswa dengan siswa yang lainnya.

Upaya memfasilitasi agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang menjadi sangat penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Lambertus (2009:137) Materi matematika dan keterampilan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui berpikir kritis, dan berpikir kritis dilatih melalui belajar matematika, berpikir kritis dalam belajar matematika merupakan suatu proses kognitif atau tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematik. Tetapi kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah cenderung kurang memperhatikan keterampilan berpikir kritis, sebagian kalangan menganggap berpikir ktitis hanya diperuntukkan bagi kelompok tertentu saja, yaitu mereka yang belajar filsafat dan yang memiliki IQ tinggi (genius),

Selanjutnya upaya memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi matematis, siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide mereka. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Hal ini berarti guru harus berusaha untuk mendorong siswanya agar mampu berkomunikasi matematis. Menurut Ubaidah (2016:54) pada pembelajaran matematika, komunikasi sangat dibutuhkan mengingat matematika dalam proses pembelajaran

(5)

tidak lepas dari bahasa-bahasa simbol, kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan dikarenakan melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan.

Menyikapi hal tersebut maka ada perlu kita memikirkan apa langkah utama dalam meningkatkan daya berpikir kritis dan komunikasi yang efektif pada pembelajaran matematika, Salah satu pengembangan yang perlu dilakukan adalah dalam mengembangkan model-model dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe FGD (Focus Group Disccusion).

FGD atau diskusi kelompok terarah, merupakan metode yang sudah ada dan biasanya digunakan dalam proses pengambilan data, akan tetapi dalam penelitian ini FGD dijadikan model dalam pembelajaran. Sama seperti metode diskusi kelompok. FGD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang baik untuk diterapkan kepada siswa. Pembelajaran matematika menggunakan model tersebut dapat menumbuhkan aktifitas belajar siswa dalam berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa, pada proses pembelajarannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe FGD ini siswa dituntut lebih aktif.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Focus Group Discussion (FGD) pada Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika di MTs Muhammadiyah 1 Malang”.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Peneliti berusaha memberikan gambaran masalah yang akan diberikan solusinya mengenai berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika, oleh karena itu berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe FGD pada pembelajaran matematika ?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe FGD di MTs Muhammadiyah 1 Malang ? 3. Apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe FGD di MTs Muhammadiyah 1 Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian adalah :

1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FGD pada

pembelajaran matematika.

2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe FGD di MTs Muhammadiyah 1 Malang.

3. Mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FGD di MTs Muhammadiyah 1 Malang.

(7)

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan penelitian. Batasan masalah diberikan agar dalam proses penelitian data yang didapat merupakan data yang akurat dan efektif. Batasan masalah dalam metode penerapan ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini difokuskan pada materi pembelajaran matematika kelas VII MTS Muhammadiyah 1 semester ganjil, yaitu materi pembelajaran matematika tentang persamaan dan pertidaksamaan linier satu pariabel. 2. perbedaan dalam penelitian ini dibatasi dan diketahui pada perbedaan

kemampuan yang terjadi pada siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe FGD) dengan kelas kontrol (tampa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe FGD).

3. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini terbatas pada kemampuan berpikir kritis secara lisan dan tulisan yang di peroleh dari hasil tes dan observasi.

4. Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini terbatas pada

kemampuan komunikasi secara lisan yang diperoleh dari hasil observasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran tentang penggunaan model pembelajaran tipe kooperatif tipe FGD pada pembelajaran matematika di MTs Muhammadiyah 1 Malang.

(8)

2. Mendiskripsikan perbedaan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswapada penggunaan model pembelajaran tipe kooperatif tipe FGD di MTs Muhammadiyah 1 Malang.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberikan penegasan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan adanya salah interpretasi. Beberapa hal yang dimaksud antara lain :

1. Pembelajaran matematika merupakan interaksi antara guru dan siswa melalui

proses belajar dan mengajar menggunakan simbol sebagai alat komunikasi serta menggunakan keteraturan pola dan urutan yang logis yang dapat mengembangkan daya pikir secara logis.

2. Model pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok

yang di organisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

3. FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Tujuan dari FGD itu sendiri adalah untuk memperoleh masukan atau informasi mengenai permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah informasi berhasil dikumpulkan dan dianalisis.

(9)

4. Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi dari hasil pengamatan baik secara lisan dan tulisan

5. Kemampuan komunikasi adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam

memecahkan suatu masalah matematika dengan meghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika serta dapat mengekspresikan ide-ide tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghitung jumlah user yang dapat dilayani oleh BTS pada kromosom pada Gambar 2, biner bernilai 1 menunjukkan urutan index BTS, jika dijabarkan pada baris

Analisis feminisme terhadap naskah GUDPD ³6''´ PHQXQMXNNDQ EDKZD keterpinggiran atau ketertindasan perempuan dalam budaya masyarakat cerita ini (Melayu) disebabkan oleh

Dengan ini kami mengundang perusahaan saudara untuk megikuti klarifikasi penawaran.. paket pekerjaan Pengadaan Belanja Pupuk yang Insya Allah akan diadakan

Subjek pada Kelompok Eksperimen diminta untuk mengerjakan Mirror Tracer untuk data pretest, kemudian subjek Kelompok Eksperimen diminta mengerjakan kembali

Pernyataan utang berikut berasal dari laporan keuangan untuk periode 9 (sembilan) bulan yang berakhir pada 30 September 2017 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanubrata

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dalam pembelajaran

Aplikasi System Requirement ini dapat dilihat di http://www.owdizone.web.id Aplikasi berbasiskan web ini menggunakan beberapa software yang sangat populer antara lain PHP, MySQL,

Keseluruhan aspek dalam self-regulated learning yaitu metakognisi, motivasi, berpikir kritis, manajemen waktu pelaksanaan proses pembelajaran memiliki hubungan positif