• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah Unit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah Unit"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota Gorontalo adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ) Pemerintah Kota Gorontalo yang berada dibawah manajement Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Gorontalo.

Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota Gorontalo adalah panti

yang melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial kepada para lanjut usia terlantar. Dikota Gorontalo terdapat satu buah panti sosial yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ) Pemerintah Kota Gorontalo denganWilayah Operasional Se-Provinsi Gorontalo, Bahkan Ada Pula Yang diluar Provinsi Gorontalo.

Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota Gorontalo yang kapasitas

daya tampung berjumlah 120 orang klien tapi saat ini sementara dalam DASK hanya tersedia untuk 35 orang klien yang terdiri dari 6 orang lansia laki-laki dan 29 orang lansia perempuan , terbagi dalam 6 wisma dimana dari setiap wisma tersebut di huni oleh 8 orang lanjut usia , masing-masing terdiri dari 5 kamar dan setiap kamar mempunyai 2 tempat tidur untuk 2 orag klien , tiap wisma memiliki ruangan tamu, meja dan kursi tamu, meja makan, TV 20 inc dan 3 kamar mandi serta beberapa fasilitas penunjang lainya. Didalam konspsi pembangunan kesejahteraan sosial pelayanan lanjut usia terlantar didalam panti merupakan

(2)

alternative terakhir , alternative utama adalah pelayanan dalam lingkungan keluarga. Dorongan terhadap pentingnya pelayanan lanjut usia dalam lingkungan keluarga lebih diutamakan karena pada lanjut usia adalah orang yang patut dihargai dan dihormati,sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya yang telah di miliki bangsa Indonesia.

4.1.2Deskripsi Distribusi Karakteristik Responden

Dalam penelitian distribusi variabel responden yang diambil adalah gambara dari responden yang antara lain umur, jenis kelamin , pendidikan terakhir dan pekerjaan terakhir yang bisa dilihat dalam table-tabel berikut ini.

1. Distribusi Responden Menurut Umur.

Tabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan UmurDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013

Umur (Tahun) Jumlah n % 60-70 22 62,9 71-80 11 31,4 81-90 2 5,7 Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur 60-70 tahun adalah kelompok umur responden terbanyak sebanyak 22 orang yaitu 62,9% dan yang terkecil adalah kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 11 orang sebesar 31,4%. Dan kelompok umur 80-90 tahun sebanyak 2 orang sebesar 5,7%.

(3)

2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.2Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KelaminDi Panti Sosial Tresna WerdhaKota Gorontalo Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 7 20,0

Perempuan 28 80,0

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 2013

Untuk distribusi jenis kelamin terlihat bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yang berjumlah 28 orang sekitar 80,0% dan yang laki-laki berjumlah 7 orang sebesar 20 %.

3. Distribusi Responden Menurut Jenjang pendidikan

Tabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang PendidikanDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013

Pendidikan Terakhir Jumlah

n %

SD 26 74,3

SMP 7 20,0

SMA 2 5,7

Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 2013

Untuk tingkat pendidikan responden yang berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 2 orang sekitar 5,7% , SMP sebanyak 5 sekitar 14,3 dan SD 28 orang sekitar 80% dengan responden dengan perguruan tinggi tidak ada.

(4)

4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

Tabel 4.4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan TerakhirDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013

Pekerjaan Terakhir Jumlah

n % Tidak Bekerja 18 51,5 Pedagang 9 25,7 Penganyam 1 2,9 Buruh 2 5,7 Pegawai negeri 3 8,6 Clinning cervis 2 5,7 Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan distribusi responden pekerjaan terdiri dari Tidak bekerja 17 orang sekitar 48,6% , pedagang 9 orang sekitar 25,7% , penganyam 1 orang sekitar 2,8% , buruh 2 sekitar 5,7% , pegawai negeri 3 orang sekitar 8,6% dan Clinning cervis 3 orang sekita 8,6%.

(5)

5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.5Distribusi Responden Berdasarkan PengetahuanDi Panti Sosial Tresna WerdhaKota Gorontalo Tahun 2013

Pengetahuan Jumlah n % Baik 4 11,4 Cukup 8 22,9 Kurang 23 65,7 Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 2013

Tabel diatas menunjukan bahwa kategori baik sebanayk 4 orang sekitar 11,9% , cukup 8 orang sekitar 22,9% dan kategori kurang sebanyak 23 orang sekitar 65,7%.

6. Distribusi Responden Berdasarkan sikap

Tabel 4.6Distribusi Responden Berdasarkan SikapDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013

Sikap Jumlah n % Baik 3 8,6 Cukup 30 85,7 Kurang 2 5,7 Jumlah 35 100%

Sumber : Data Primer 2013

Tabel diatas menunjukan bahwa kategori baik sebanyak 3 orang sekitar 8,6% , cukup 30 orang sekitar 85,7% dan kategori kurang sebanyak 2 orang sekitar 5,7%.

(6)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Reumatik

Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Reumatik Di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo tahun 2013.

1. Gambaran Pengetahuan LansiaTentang Reumatik

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang tinggal Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo kebanyakan memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sekitar 65,7%.Adapun hasil penelitian sebagian responden memiliki pengetahuan tentang reumatik termasuk kurang, karena sebagian responden pada penelitian memiliki pendidikan relatif rendah yaitu hanya memiliki latar belakang pendidikan terakhir SD. Pendidikan yang relatif rendah mengakibatkan responden lebih sulit menerima informasi dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi antara lain informasi yang kurang mengenai penyakit reumatik beserta pencegahan. Beberapa lanjut usia sangat jarang mengikuti acara-acara penyuluhan mengenai penyakit reumatik lansia yang belum efektif diberikan sehingga pemahaman lansia (lanjut usia) mengenai penyakit rematik kurang. Rata-rata lansia(lanjut usia) kurang mendapat informasi mengenai penyakit rematik dengan cara bertukar pikiran atau pendapat, yang menyatakan berpengaruh terhadap pengetahuan mereka mengenai penyakit reumatik.

(7)

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,keadaan kesehatan,tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan.Beberapa pendapat menyebutkan usia sangat berpengaruhterhadap kemampuan seseorang untuk mengingat. Seseorangyang lebih tua cenderung memiliki kemampuan mengingatyang kurang dibandingkan orang yang lebih muda. Semakinbertambahnya usia maka sel-sel otak akan semakin kelelahandalam menjalankan fungsinya yang menyebabkan tidak bisabekerja secara optimal seperti saat masih muda (Suprenant etal., 2006). Tidak sedikit orang berusia lanjut belajar dan berusaha untuk mengatasi penyakit ringan yang bersifat fisik, sedangkan ada juga sebagian lagi yang tidak berusaha mengatasinya, beberapa orang mengeluh dan merasa sedih terhadap diri mereka sendiri dan sikap seperti ini sering dapat merusak setiap motifasi yang dapat digunakan untuk menanggulangi hambatan-hambatan kehidupan mereka dengan baik. Sejauh mana keberhasilan orang usia lanjut dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang menyertai pertambahan usia. Terdapat berbagai kriteria yang dapat dipakai untuk mengukur atau menilai jenis penyesuaian yang dilakukan oleh orang-orang usia lanjut, kriteria itu adalah kualitas pola perilaku, perubahan dalam tingkah emosional, perubahan keperibadian, dan kepuasaan atau kebahagiaan dalam hidup. Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya

(8)

pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198).Hasil studi para psikolog telah memperkuat kepercayaan yang popular dalam masyarakat bahwa dengan kecendrungan tentang menurunnya berbagai hal, secara otomatis akan menimbulkan kemunduran mental. Hal ini disebabkan oleh kerusakan fisik khususnya yang berhubungan dengan kemampuan mental, kekeliruan memilih perbandingan dengan kelompok usia yang berbeda dan perbedaan pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing lansia.

Usia lanjut dipandang sebagai masa yang disertai oleh penderitaan dengan berbagai penyakit, serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting pada lansia. Tidak hanya ancaman kematian saja yang menjadi momok menakutkan bagi usia lanjut namun juga termasuk dengan minimnya hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Seiring dengan bertambahnya usia ancaman penyakitpun semakin meningkat.Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran dan pembatasan fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Secara umum seseorang yang sudah memasuki usia lanjut berkisar pada 60 tahun hingga meninggal. Seperti apa yang kita ketahui bahwa gejala yang muncul pada saat

(9)

penuaan mulai terlihat kemunduran fisik seperti kulit yang mulai mengkerut, rambut yang memutih, begitu juga menurunnya daya ingat yang dimiliki oleh lanjut usia.Selain itu,terjadi pembatasan fisik yang dapat menyebabkan lansia tidak dapat beraktivitas seperti biasanya,berbagai resiko pun dapat terjadi pada lansia seperti resiko jatuh.diperlukan bantuan dari pihak panti, keluarga maupun perawat dalam merawat lansia tersebut agar lansia mampu mempertahankan dan menjaga kesehatannya.

Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap, menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalaman. Dengan makin berkembangnya pengetahuan yang mempelajari mengenai lanjut usia (Ilmu Geriatri) melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dengan sendirinya telah mengupayakan agar para lanjut usia dapat menikmati masa tua yang bahagia dan berguna. Dengan demikian maka aspek-aspek yang dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar proses menua (degeneratif) dapat diperlambat serta tanpa mengabwaikan pengobatan (kuratif) dan perlu dipulihkan (rehabilitatif) agar tetap mampu menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika lanjut usia memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit rematik maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai penyakit tersebut.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek.Pengetahuan dapat diperoleh dengan

(10)

berbagai cara,baik inisiatif sendiri atau orang lain,dengan melihat atau mendengar sendiri tentanng kenyataan atau melalui alat komunikasi,seperti radio,televise,buku, majalah, surat kabar dan lain-lain. Selain itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang baik bersifat formal maupun informal ( Notoatmodjo,2003).

2. Gambaran Sikap Lansia Tentang Reumatik

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang tinggal Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo kebanyakan memiliki sikap dengan kategori cukup sebanyak 30 0rang sekitar 85,7%.Dimana pada sikap ini lansia (lanjut usia) masih memperhatikan kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan kepetugas kesehatan atau posiandu lansia,perilaku pencarian kesehatan (health seeking behavior) adalah perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari mengobatan ke pasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,mantri,dr.praktek dan sebagainya) (Notoatmojo, 2007) walaupun sebagian responden memiliki pengetahuan kurang namun perilaku mereka untuk memerlukan penanganan sangat dibutuhkan untuk mengontrol penyakit tersebut.Memang pada masa lanjut usia orang mengalami berbagai perubahan, secara fisik maupun mental. Tapi perubahan-perubahan ini dapat diantisipasi sehingga tidak datang lebih dini. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan itu.Perilaku lansia tentang pola hidup sehat dapat mecegah timbulnya berbagai penyakit khususnya penyakit reumatik. Bagi lansia yang menderita gangguan penyakit, penerapan pola hidup

(11)

sehat sesuai dengan jenis penyakitnya, akan sangat membantu mengontrol penyakit yang diderita, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kwalitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu menerapkan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makan bergiji seimbang,istrahat yang cukup, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur.

Sikap adalah salah satu faktor predisposisi yang merupakan pendorong perilaku seseorang untuk bertindak (Green dalam Notoatmodjo,2003). Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang terhadap objek tertentu bisa juga perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Tetapi sikap positif atau mendukung saja tanpa ditunjang faktor lain belum tentu memastikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang nenek mempunyai sikap positif terhadap penyakit reumatikdengan pengetahuan yang cukup, namun tidak diikuti pula dengan motivasi yang positif, tentu hal ini akan menyebabkan nenek tersebut tidak akan memeriksakan diri atau membeli obat dari petugas kesehatan melainkan membeli obat di warung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku ada 2 yaitu faktor intern dan faktor extern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk merubah rangsangan dari luar sedangkan faktor extern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupn non fisik seperti iklim , manusia , sosial , ekonomi , kebudayaan dan sebagainya.

(12)

Sikap mempunyai beberapa komponen yaitu, kepercayaan(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional, atauevaluasi terhadap suatu objek dan yangterakhir kecenderungan untuk bertindak(trend to behave). Beberapa komponendiatas secara bersama-sama membentuksikap yang utuh (total attitude).Notoatmodjo (2007; h. 143)

Azwar (2005; h. 5) menegaskan sikap juga dikatakan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan merupakan kesiapan untuk bereaksidengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yangmenghendaki adanya respon Menurut (Notoatmodjo, 2010; h. 142)

Gambar

Tabel  4.1Distribusi  Responden  Berdasarkan  UmurDi  Panti  Sosial  Tresna  Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013
Tabel  4.2Distribusi  Responden  Berdasarkan  Jenis  KelaminDi  Panti  Sosial  Tresna WerdhaKota Gorontalo Tahun 2013
Tabel  4.4Distribusi  Responden  Berdasarkan  Pekerjaan  TerakhirDi  Panti  Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013
Tabel  4.5Distribusi  Responden  Berdasarkan  PengetahuanDi  Panti  Sosial  Tresna WerdhaKota Gorontalo Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Peringatan Kerusakan Perangkat Jaringan Base Transceiver Station Berbasis Sistem Informasi Geografi untuk memberikan visualisasi beserta informasi kepada

jingle iklan terhadap daya ingat kosumen produk Oreo pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Variabel independen pada

pertama dihubungkan dengan tangan kanan yang bermuatan negatif, elektroda kedua dihubungkan dengan kaki kiri yang bermuatan positif dan elektroda yang ketiga

pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk tujuan suatu pembelajaran, juga sebagai.. alat atau cara mendampingi guru pada saat pembelajaran berlangsung atau

Dalam mengikuti tes masuk perguruan tinggi terdapat 120 soal, ditetapkan bahwa setiap menjawab soal benar diberi skor 4, menjawab soal salah diberi skor –2

[r]

Tanggal Perkiraan periode pernyataan kehendak pemegang saham 24 November – 01 Desember 2011 Public Sorini yang berkehendak untuk menjual sahamnya. Tanggal efektif penggabungan

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja merupakan sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara pekerja dengan tempat kerjanya,