• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab V Pengolahan Data dan Analisis"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

V.1 Analisis Model

Menurut SCOR Versi 9.0, atribut SCOR terdiri atas: Atribut dari sisi pelanggan

1. Keandalan (Reliability)

2. Ketanggapan (Responsiveness) 3. Ketangkasan (Agility)

Atribut dari sisi internal

4. Biaya Rantai Pasok (Supply Chain Costs)

5. Manajemen Aset Rantai Pasok (Supply Chain Asset Management)

Atribut dari sisi pelanggan merupakan atribut yang berkaitan dengan kepentingan pelanggan. Sedangkan atribut dari sisi internal adalah atribut yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan, walaupun pada akhirnya juga berdampak pada kepentingan pelanggan bila dapat dicapai biaya yang efisien dalam rantai pasok.

Indikator kinerja strategis tingkat 1 adalah suatu perhitungan dimana suatu organisasi dapat mengukur seberapa sukses mereka dalam mencapai posisi yang diinginkan dalam pasar kompetitif. Metrik tingkat 1 diperoleh dari perhitungan tingkat lebih rendah dan merupakan ukuran tingkat tinggi yang dapat melintasi banyak proses SCOR.

Dalam pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR, terdapat indikator-indikator kinerja SCOR yang sudah diterapkan, belum diterapkan dan ada yang diusulkan untuk diganti dengan indikator kinerja lain dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Berikut ini adalah indikator-indikator kinerja dalam atribut yang diusulkan untuk model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR, serta saran berupa upaya yang perlu dilakukan Ae-PT.DI untuk melengkapi indikator

(2)

V.1.1 Reliability

Indikator kinerja tingkat 1 untuk atribut Reliability di SCOR adalah Perfect Order

Fulfillment, yang mempunyai Indikator kinerja tingkat 2 yaitu % of Orders Delivered in Full, Delivery Performance to Customer Commit Date, Documentation Accuracy, dan Perfect Condition. Indikator kinerja yang ada di

Ae-PT.DI hanya ada dua yaitu % of Orders Delivered in Full dan Delivery

Performance to Customer Commit Date yang dinamakan Total Delivery dan On Time Delivery.

Indikator Kinerja SCOR yang belum digunakan PT.DI yaitu Documentation

Accuracy dan Perfect Condition. Upaya yang perlu dilakukan untuk melengkapi

indikator tersebut adalah dilakukan pengukuran indikator kinerja tersebut oleh pihak customer PT.DI sesuai dengan definisi yang dinyatakan pada sub-bab II.4.5.3. Pengukuran tersebut kemudian dilaporkan ke pihak PT.DI untuk setiap pengiriman yang dilakukan.

V.1.2 Responsiveness

Indikator kinerja tingkat 1 untuk atribut Responsiveness di SCOR adalah Order

Fulfillment Cycle Time, yang mempunyai Indikator kinerja tingkat 2 yaitu Source Cycle Time, Make Cycle Time, dan Deliver Cycle Time. Walaupun Indikator

kinerja tingkat 2 tersebut di atas tidak secara konsisten dicatat dan dievaluasi tetapi ada di Ae-PT.DI.

Indikator-indikator kinerja Source Cycle Time, Make Cycle Time, dan Deliver

Cycle Time perlu dicatat secara konsisten, sesuai dengan definisi yang tersebut

pada sub-bab II.4.5.3.

V.1.3 Agility

Indikator kinerja tingkat 1 untuk atribut Agility di SCOR adalah Upside Supply

Chain Flexibility, Upside Supply Chain Adaptability dan Downside Supply Chain Adaptability, yang masing-masing mempunyai indikator kinerja tingkat 2 untuk Source, Make, Deliver, Source Return dan Deliver Return.

(3)

Atribut Agility tersebut adalah untuk mengukur fleksibilitas dan adaptabilitas bila terdapat perubahan permintaan produk. Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan terhadap perubahan permintaan produk ini sangat tergantung pada kapasitas perusahaan. Karena itu atribut Agility ini dapat diukur melalui indikator kinerja tingkat 1 Available Capacity dengan indikator-indikator kinerja tingkat 2

Available Assembly Capacity dan Available Fabrication Capacity yang telah ada

di Ae-PT.DI.

V.1.4 Supply Chain Costs

Indikator kinerja tingkat 1 untuk atribut Supply Chain Costs di SCOR adalah

Supply Chain Management Cost (dengan indikator kinerja tingkat 2 untuk Plan, Source, Make, Deliver, Return) dan Cost of Goods Sold (dengan indikator kinerja

tingkat 2 Cost to Make). Di Ae-PT.DI, Supply Chain Management Cost untuk

Plan, Source, Make, Deliver, Return sulit untuk memisahkan komponennya

sehingga saat ini lebih mudah dihitung secara menyeluruh. Indikator Supply

Chain Management Cost di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses.

Perhitungan pada indikator kinerja tingkat 1 Operating Expenses diukur dengan

Sales and Marketing Expenses serta General and Administration Expenses. Rejection Rate of Part/Component dan Production Efficiency ditambahkan karena

keduanya berpengaruh terhadap produksi dan pada model SCOR yang berkaitan dengan produksi adalah Cost of Goods Sold, dan telah ada di Ae-PT.DI.

V.1.5 Supply Chain Asset Management

Indikator kinerja tingkat 1 untuk atribut Supply Chain Asset Management di SCOR adalah Cash-to-Cash Cycle Time (dengan indikator kinerja tingkat 2 untuk

Days Sales Outstanding, Inventory Days of Supply, Days Payable Outstanding), Return on Supply Chain Fixed Assets (dengan Indikator kinerja tingkat 2 Supply Chain Revenue, Cost of Goods Sold, Supply Chain Fixed Assets, Supply Chain Management Costs) dan Return on Working Capital (dengan indikator kinerja

tingkat 2 Accounts Receivable atau Sales Outstanding, Accounts Payable atau

(4)

Revenue, Cost of Goods Sold). Sebagaimana telah disebutkan pada sub-bab V.1.4

di atas, indikator Supply Chain Management Cost di Ae-PT.DI dinamakan

Operating Expenses.

Indikator-indikator kinerja dari atribut Supply Chain Asset Management telah ada pada laporan keuangan walaupun saat ini belum menjadi indikator kinerja namun laporan keuangan sudah dijadikan rujukan untuk mengetahui kondisi keuangan Ae-PT.DI. Indikator kinerja Supply Chain Asset Management perlu dihitung secara konsisten sesuai dengan definisi yang tersebut pada sub-bab II.4.5.3.

V.2 Pengumpulan Data

V.2.1 Data Indikator Kinerja Tingkat 2

Penelitian dilakukan di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI). Data-data yang diperlukan untuk model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR hanya terdapat lengkap untuk tiga tahun (2006-2008) karena program Spirit Aerosystem dan program Subkontrak yang baru dimulai sejak tahun 2006.

Data yang dapat diperoleh di Ae-PT.DI hanya data kinerja rantai pasok non-keuangan untuk atribut Reliability, Responsiveness dan Agility, yang merupakan atribut dari sisi kepentingan pelanggan. Sedangkan data kinerja rantai pasok keuangan seperti Supply Chain Costs dan Supply Chain Asset Management, yang merupakan atribut dari sisi kepentingan internal untuk Ae-PT.DI tidak dapat diperoleh, sehingga dipakai data kinerja rantai pasok keuangan PT.DI.

Sebenarnya data-data keuangan PT.DI tidak dapat disejajarkan dengan data-data non-keuangan dari Ae-PT.DI, yang merupakan salah satu Direktorat PT.DI, dalam perhitungan performansi kinerja rantai pasok Ae-PT.DI secara keseluruhan. Namun karena data-data kinerja keuangan Ae-PT.DI tidak dapat diperoleh dan dalam model pengukuran kinerja rantai pasok yang dibangun menggunakan rasio data-data keuangan, maka diasumsikan bahwa rasio data keuangan PT.DI dapat

(5)

mewakili rasio data-data keuangan Ae-PT.DI, walaupun nilai nominalnya masing-masing berbeda.

Target indikator kinerja adalah sasaran yang ditetapkan sedemikian sehingga dapat tercapai Supply Chain Performance dalam kategori Excellent (100%), sesuai dengan kemampuan Ae-PT.DI. Target diperoleh dari Quality Objective 2006 yang masih berlaku hingga tahun 2008 dan target internal dari departemen yang bersangkutan walaupun tidak tercantum di Quality Objective. Sementara untuk data keuangan yang tidak ada targetnya digunakan benchmark.

Data dan target indikator kinerja tingkat 2 tahun 2006 – 2008 yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel V.1. Data dan Target Indikator Kinerja Tingkat 2 Tahun 2006 - 2008

Indikator Kinerja Tingkat 2 Benchmark Target / 2006 2007 2008

Total Delivery (%) 100 100 100 100

On Time Delivery (%) 90 93,3 92,7 93,3

Source Cycle Time (hari) 90 105 98 91

Make Cycle Time (hari) 87 94 95 94

Delivery Cycle Time (hari) 40 56 49 52

Available Assembly Capacity (%) 10 0 0 0

Available Fabrication Capacity (%) 10 34 16 20

Rejection Rate of Part/Component (%) 1,1 0,8 0,7 0,6

Production Efficiency (%) 85 91,1 92,5 94,3

Days Sales Outstanding (hari) 180 187,7 249,2 305,4

Inventory Days of Supply (hari) 365 574,5 745,1 903,1

Days Payable Outstanding (hari) 60 31,4 40,7 64,1

Marketing and Sales Expenses (ribu rupiah) Operating Expenses = 17,1% Sales1

12.447.392 12.628.607 12.851.542

General and Administration Expenses (ribu rupiah) 138.456.687 138.299.956 147.684.397

Supply Chain Revenue (ribu rupiah) Return on

Supply Chain Fixed Assets =

9,8%2

792.883.394 508.599.586 557.178.052

Cost of Goods Sold (ribu rupiah) 614.222.062 446.112.060 390.046.063

Supply Chain Fixed Assets (ribu rupiah) 264.286.184 241.083.886 222.546.051

Accounts Receivable (ribu rupiah) Return on

Working Capital = 31,56%3

407.680.137 347.228.804 466.195.206

Accounts Payable (ribu rupiah) 147.081.799 151.682.788 207.436.049

Inventory (ribu rupiah) 966.706.252 910.665.630 965.087.413

Target : Target dari Ae-PTDI

Benchmark : 1 Peter Bolstorff (2003), Industry Comparison, Supply Chain Excellence 2

Peter Bolstorff (2003), Industry Comparison, Supply Chain Excellence

3 Estampe dan Paul (2007), SCOR Supply Chain Benchmarking, Institute of Supply Chain Excellence Sumber: Departemen Program Management Office Spirit Aerosystems, Departemen Program Management Office Aircraft Parts and Components, Departemen Program Management Office Subcontract, Departemen Logistic, Departemen Sales and Marketing dan Kementerian Negara BUMN

(6)

V.2.2 Skala Supply Chain Performance

Skala Supply Chain Performance diperoleh berdasarkan standard yang ada di Ae-PT.DI sebagai berikut:

Tabel V.2 Skala Supply Chain Performance

Skala Tingkat Kinerja

90% - 100% Excellent

80% - 89% Satisfactory

60% - 79% Improvement

< 60% Unsatisfactory

V.3 PENGOLAHAN DATA V.3.1 Analytic Hierarchy Process

Dalam menentukan tingkat kepentingan atribut dan indikator kinerja dilakukan pengumpulan data perbandingan berpasangan dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner diisi berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person yaitu orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi. Responden yang terpilih pada penelitian ini adalah Manager Program Management Office Spirit Aerosystems, Manager Program

Management Office Aircraft Parts and Components, Manager Program Management Office Subcontract, Manager Logistik, Manager Sales and Marketing dan Manager Akuntansi.

Penilaian oleh responden terhadap variabel linguistik dari perbandingan berpasangan tiap atribut memakai skala bilangan eksak yaitu 1-9 seperti yang telah dijelaskan pada bab 2. Untuk penilaian tingkat kepentingan dapat dilihat pada contoh perhitungan secara manual untuk data perbandingan berpasangan atribut yang merupakan faktor dari supply chain performance. Hasil perbandingan berpasangan antar atribut oleh setiap responden ditampilkan pada tabel berikut:

(7)

Tabel V.3 Penilaian Tingkat Kepentingan antar Atribut oleh 6 Responden

Pada matriks diatas terdapat n responden dengan n jawaban untuk setiap perbandingan pasangan. Untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, semua jawaban dari responden harus dirata-ratakan dengan menggunakan geometric mean, yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

aij = (Z1 x Z2 x Z3 x ... x Zn)1/n ... (V.1)

dimana:

aij : nilai rata-rata perbandingan berpasangan antara kriteria ai dengan aj untuk n

responden.

Zi : nilai perbandingan antara kriteria ai dengan aj untuk partisipan ke – i dengan i

= 1,2,...,n.

n : jumlah responden.

Responden Reliability Responsiveness Agility Supply Chain Costs

Supply Chain Asset Management Reliability Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,33 1 1 3 3 3 3 1 0,33 5 5 7 3 7 0,33 5 7 3 3 7 Resposiveness Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0,33 3 3 5 5 1 0,33 5 3 7 3 7 0,2 5 5 7 5 7 Agility Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 0,33 0,33 0,33 0,33 1 3 0,33 0,33 0,2 0,2 1 13 1 1 1 1 1 0,33 3 7 5 3 7 0,2 3 9 5 5 7 Supply Chain Costs Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 3 0,2 0,2 0,14 0,33 0,14 3 0,2 0,33 0,14 0,33 0,14 3 0,33 0,14 0,2 0,33 0,14 1 1 1 1 1 1 0,33 1 1 1 3 3 Supply Chain Asset Management Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 3 0,2 0,14 0,33 0,33 0,14 5 0,2 0,2 0,14 0,2 0,14 5 0,33 0,11 0,2 0,2 0,14 3 1 1 1 0,33 0,33 1 1 1 1 1 1

(8)

Selanjutnya diperoleh nilai rata-rata dari enam responden tersebut untuk tiap atribut dengan matriks perbandingan berpasangannya sebagai berikut:

Tabel V.4 Perbandingan Tingkat Kepentingan Atribut dengan Geometric Mean

Reliability Responsiveness Agility Supply Chain Costs Supply Chain Asset Management Reliability 1 0,8 2 3,3 3 Resposiveness 1,2 1 2 3 3,3 Agility 0,5 0,5 1 3 3,1

Supply Chain Costs 0,3 0,3 0,3 1 1,2

Supply Chain Asset Management

0,3 0,3 0,3 0,8 1

Matriks seperti tabel V.4 tersebut dipakai untuk menentukan bobot prioritas tiap atribut pada software expert choice. Berikut adalah contoh perhitungan manual pembobotan atribut dengan menggunakan AHP:

1. Proses normalisasi dilakukan dengan menjumlahkan nilai-nilai pada matriks perbandingan tingkat kepentingan secara kolom kemudian membagi setiap nilai dalam matriks perbandingan tingkat kepentingan dengan jumlah nilai pada kolom tersebut.

Tabel V.5 Proses Normalisasi Atribut Supply Chain Performance

Reliability Responsiveness Agility Supply Chain Costs Supply Chain Asset Management Reliability 0,297 0,270 0,353 0,297 0,259 Resposiveness 0,356 0,337 0,353 0,270 0,284 Agility 0,149 0,169 0,176 0,270 0,267

Supply Chain Costs 0,099 0,112 0,059 0,090 0,103

Supply Chain Asset Management

0,099 0,112 0,059 0,072 0,086

2. Menemukan bobot masing-masing atribut dengan cara mencari nilai rata-rata baris dari matriks yang telah dinormalisasi.

(9)

Tabel V.6 Proses Penentuan Bobot Atribut Supply Chain Performance

3. Menentukan eigenvalue dengan mengalikan matriks perbandingan tingkat kepentingan atribut awal dengan bobot. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:                 1 1 3 , 0 3 , 0 3 , 0 1 1 3 , 0 3 , 0 3 , 0 3 3 1 5 , 0 5 , 0 3 3 2 1 1 3 3 2 1 1 x                 086 , 0 093 , 0 206 , 0 320 , 0 295 , 0 =                 43 , 0 47 , 0 06 , 1 65 , 1 53 , 1

Selanjutnya nilai masing-masing sel pada matriks hasil perkalian tersebut dibagi dengan nilai masing-masing sel pada bobot sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:                 43 , 0 43 , 0 05 , 1 56 , 1 56 , 1 :                 086 , 0 093 , 0 206 , 0 320 , 0 295 , 0 =                 06 , 5 06 , 5 13 , 5 15 , 5 17 , 5

Nilai λmax dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut:

λmax = 5,17 + 5,15 + 5,13 + 5,06 + 5,06

5 = 5,11

Reliability Responsiveness Agility Supply Chain Costs Supply Chain Asset Management Jumlah Bobot Reliability 0,297 0,270 0,353 0,297 0,259 1,476 0,295 Responsiveness 0,356 0,337 0,353 0,270 0,284 1,601 0,320 Agility 0,149 0,169 0,176 0,270 0,267 1,031 0,206 Supply Chain Costs 0,099 0,112 0,059 0,090 0,103 0,464 0,093 Supply Chain Asset Management 0,099 0,112 0,059 0,072 0,086 0,428 0,086

(10)

4. Nilai Consistency Index (CI) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: CI = λmax - n n - 1 = 5,11 - 5 = 0,03 5 -1

5. Nilai Random Index (RI) untuk jumlah elemen 5 adalah 1,12, sehingga

Consistency Ratio (CR) adalah:

CR = CI RI

CR = 0,03 = 0,027 1,12

Nilai CR berada dibawah 0,1, sehingga penilaian di atas dapat diterima dan tidak diperlukan pengambilan data ulang.

Perhitungan bobot dan nilai Consistency Ratio untuk metode AHP pada perhitungan indikator kinerja menggunakan software expert choice dengan dasar ketentuan seperti diatas. Berikut ini akan diperlihatkan hasil perhitungan dalam penentuan bobot indikator kinerja tingkat 1 dan indikator kinerja tingkat 2:

V.3.1.1 Pembobotan Indikator Kinerja Tingkat 1 dari Supply Chain Asset

Management

Pembobotan tingkat kepentingan untuk indikator kinerja tingkat 1 dari Supply

Chain Asset Management dilakukan dengan cara membandingkan secara

berpasangan antara Cash-to-Cash Cycle Time, Return on Supply Chain Fixed

Asset dan Return on Working Capital. Matriks perbandingan berpasangan antar

indikator kinerja tingkat 1 Supply Chain Asset Management oleh 6 responden adalah sebagai berikut:

(11)

Tabel V.7 Penilaian Tingkat Kepentingan antar Indikator Kinerja Tingkat 1 Supply Chain Asset Management oleh 6 Responden

Dari matriks individu 6 responden diperoleh matriks pendapat gabungan dengan

geometric mean dari indikator kinerja tingkat 1 Supply Chain Asset Management

sebagai berikut:

Tabel V.8 Perbandingan tingkat kepentingan Indikator Kinerja Tingkat 1 Supply Chain Asset Management dengan geometric mean

Cash-to-Cash Cycle Time

Return on Supply Chain Fixed Asset

Return on Working Capital Cash-to-Cash Cycle Time 1 3 1 Return on Supply Chain Fixed Asset

0,3 1 0,3

Return on Working Capital

1 3 1

Hasil dari perbandingan berpasangan diolah menggunakan software Expert

Choice. Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa nilai Consistency Ratio

sebesar 0,00, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,1. Hal ini berarti perbandingan berpasangan pada level ini konsisten.

Responden Cash-to-Cash Cycle Time

Return on Supply Chain Fixed Asset

Return on Working Capital Cash-to-Cash Cycle Time Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 1 1 5 7 3 7 0,33 3 5 0,33 3 0,33 0,14 5 Return on Supply

Chain Fixed Asset

Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 0,2 0,14 0,33 0,14 3 0,33 1 1 1 1 1 1 0,2 0,33 0,14 0,33 1 0,33 Return on Working Capital Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 0,2 3 0,33 3 7 0,2 5 3 7 3 1 3 1 1 1 1 1 1

(12)

Selain itu diperoleh pula bobot dari indikator kinerja tingkat 1 dari Supply Chain

Asset Management yaitu:

• Cash-to-Cash Cycle Time : 0,429 • Return on Supply Chain Fixed Asset : 0,143 • Return on Working Capital : 0,429

V.3.1.2 Pembobotan Indikator Kinerja Tingkat 2 dari Perfect Order

Fulfilment

Pembobotan tingkat kepentingan untuk indikator kinerja tingkat 2 dari Perfect

Order Fulfillment dilakukan dengan cara membandingkan secara berpasangan

antara Total Delivery dan On Time Delivery. Matriks perbandingan berpasangan antar indikator kinerja tingkat 2 Perfect Order Fulfillment oleh 6 responden adalah sebagai berikut:

Tabel V.9 Penilaian Tingkat Kepentingan antar Indikator Kinerja Tingkat 2 Perfect Order Fulfilment oleh 6 Responden

Dari matriks individu 6 responden diperoleh matriks pendapat gabungan dengan

geometric mean untuk indikator kinerja tingkat 2 Perfect Order Fulfillment

sebagai berikut:

Tabel V.10 Perbandingan tingkat kepentingan Indikator Kinerja Tingkat 2 Perfect Order Fulfillment dengan geometric mean

Total Delivery On Time Delivery

Total Delivery 1 0,3

On Time Delivery 3 1

Responden Total Delivery On Time Delivery Total Delivery Responden 1

Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 1 1 1 0,2 0,33 0,14 0,33 0,2 On Time Delivery Responden 1

Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 5 3 7 3 5 1 1 1 1 1 1

(13)

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa nilai Consistency Ratio sebesar 0,00, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,1. Hal ini berarti perbandingan berpasangan pada level ini konsisten. Selain itu diperoleh pula bobot dari indikator kinerja tingkat 2 dari Perfect Order Fulfillment yaitu:

• Total Delivery : 0,25 • On Time Delivery : 0,75

V.3.1.3 Pembobotan Indikator Kinerja Tingkat 2 dari Available Capacity Pembobotan tingkat kepentingan untuk indikator kinerja tingkat 2 dari Available

Capacity dilakukan dengan cara membandingkan secara berpasangan antara Available Assembly Capacity dan Available Fabrication Capacity. Matriks

perbandingan berpasangan antar indikator kinerja tingkat 2 Available Capacity oleh 6 responden adalah sebagai berikut:

Tabel V.11 Penilaian Tingkat Kepentingan antar Indikator Kinerja Tingkat 2 Available Capacity oleh 6 Responden

Dari matriks individu 6 responden diperoleh matriks pendapat gabungan dengan

geometric mean untuk indikator kinerja tingkat 2 Available Capacity adalah

sebagai berikut:

Responden Available Assembly

Capacity Available Fabrication Capacity Available Assembly Capacity Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 Available Fabrication Capacity Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 0,3 1 1 1 1 1 1 1

(14)

Tabel V.12 Perbandingan tingkat kepentingan Indikator Kinerja Tingkat 2 Available Capacity dengan geometric mean

Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity

Available Assembly Capacity 1 1

Available Fabrication Capacity 1 1

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa nilai Consistency Ratio sebesar 0,00, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,1. Hal ini berarti perbandingan berpasangan pada level ini konsisten. Selain itu diperoleh pula bobot dari indikator kinerja tingkat 2 dari Available Capacity yaitu:

• Available Asembly Capacity : 0,5 • Available Fabrication Capacity : 0,5

V.3.1.4 Pembobotan Indikator Kinerja Tingkat 2 dari Cost of Goods Sold Pembobotan tingkat kepentingan untuk indikator kinerja tingkat 2 dari Cost of

Goods Sold dilakukan dengan cara membandingkan secara berpasangan antara Rejection Rate of Part/Component dan Production Efficiency. Matriks

perbandingan berpasangan antar indikator kinerja tingkat 2 Cost of Goods Sold oleh 6 responden adalah sebagai berikut:

Tabel V.13 Penilaian Tingkat Kepentingan antar Indikator Kinerja Tingkat 2 Cost of Goods Sold oleh 6 Responden

Responden Rejection Rate of

Part/Component Production Efficiency Rejection Rate of Part/Component Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 1 1 1 1 1 1 3 0,14 0,2 0,14 0,33 0,14

Production Efficiency Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 0,33 7 5 7 3 7 1 1 1 1 1 1

(15)

Dari matriks individu 6 responden diperoleh matriks pendapat gabungan dengan

geometric mean untuk indikator kinerja tingkat 2 Cost of Goods Sold adalah

sebagai berikut:

Tabel V.14 Perbandingan tingkat kepentingan Indikator Kinerja Tingkat 2 Cost of Goods Sold dengan geometric mean

Rejection Rate of Part/Component Production Efficiency Rejection Rate of

Part/Component

1 0,3

Production Efficiency 3 1

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa nilai Consistency Ratio sebesar 0,00, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,1. Hal ini berarti perbandingan berpasangan pada level ini konsisten. Selain itu diperoleh pula bobot dari indikator kinerja tingkat 2 dari Cost of Goods Sold yaitu:

• Rejection Rate of Part/Component : 0,25 • Production Efficiency : 0,75

V.3.2 Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain

Perhitungan hasil akhir kinerja rantai pasok dilakukan dengan memasukkan data yang terkumpul (indikator kinerja tingkat 2 dan target) pada sub-bab IV.3 dan pembobotan AHP pada sub-bab V.3.1 ke dalam rumus-rumus pada sub-bab IV.2.1.5. Interpretasi yang diperoleh setelah data indikator kinerja tingkat 2 dan target dimasukkan ke dalam rumus adalah semakin besar nilai yang diperoleh maka semakin baik kinerjanya, dengan nilai target kinerja adalah nilai minimum yang harus dicapai untuk mendapatkan kinerja rantai pasok sesuai standar (100%). Jika diperoleh nilai lebih dari target maka kinerjanya sudah sangat baik melebihi kemampuan perusahaan. Pengolahan data dan target dilakukan mulai dari indikator kinerja tingkat 1 dilanjutkan perhitungan untuk Atribut kemudian perhitungan Supply Chain Performance.

(16)

V.3.2.1 Perhitungan Indikator Kinerja Tingkat 1

Perhitungan hasil akhir dari Indikator Kinerja Tingkat 1 untuk kinerja tahun 2006, 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel V.15 Kinerja Indikator Kinerja Tingkat 1 (%)

Indikator Kinerja Tingkat 1 2006 2007 2008 Target

Perfect Order Fulfillment 94,98 94,53 94,98 92,50

Order Fulfillment Cycle Time 85,10 89,67 91,56 100,00

Available Capacity 17,00 8,00 10,00 10,00

Operating Expenses 525,42 336,98 347,07 584,80

Cost of Goods Sold 68,64 69,73 71,14 63,98

Cash-to-Cash Cycle Time 66,26 50,89 42,40 100,00

Return on Supply Chain Fixed Asset 10,50 -36,68 2,96 9,80

Return on Working Capital 2,26 -7,99 0,54 31,56

V.3.2.2 Perhitungan Kinerja Atribut

Perhitungan hasil akhir dari Atribut untuk kinerja tahun 2006, 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel V.16 Kinerja Atribut (%)

Atribut 2006 2007 2008 Target

Reliability 94,98 94,53 94,98 92,50

Responsiveness 85,10 89,67 91,56 100,00

Agility 17,00 8,00 10,00 10,00

Supply Chain Costs 594,06 406,71 418,22 648,77

Supply Chain Asset

(17)

V.3.2.3 Perhitungan Supply Chain Performance

Perhitungan hasil akhir dari Supply Chain Performance untuk kinerja tahun 2006, 2007 dan 2008 dilakukan dengan nilai target kinerja dikonversikan menjadi 100%, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel V.17 Supply Chain Performance (%)

ATRIBUT ATRIBUT TOTAL

(atribut x bobot)

Atribut 2006 2007 2008 Target Bobot 2006 2007 2008 Target

Reliability 94,98 94,53 94,98 92,50 0,295 28,02 27,89 28,02 27,29 Responsiveness 85,10 89,67 91,56 100,00 0,320 27,23 28,69 29,30 32,00 Agility 17,00 8,00 10,00 10,00 0,206 3,50 1,65 2,06 2,06 Supply Chain Costs 594,06 406,71 418,22 648,77 0,093 55,25 37,82 38,89 60,34 Supply Chain Asset Management 30,90 13,16 18,84 57,84 0,086 2,66 1,13 1,62 4,97

SUPPLY CHAIN PERFORMANCE 116,66 97,18 99,89 126,66

KONVERSI SUPPLY CHAIN PERFORMANCE 92,10 76,73 78,87 100,00

V.4 ANALISIS SENSITIVITAS

Analisis sensitivitas dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut (Dallenbach,1995): “Bagaimana solusi optimal dipengaruhi oleh perubahan individual dari input yang tidak dapat dikontrol ke dalam sistem?”

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan atribut terhadap kinerja rantai pasok maka dilakukan analisis sensitivitas. Dalam model matematis untuk kinerja rantai pasok dalam penelitian ini, akan dianalisis perubahan dari atribut secara sendiri-sendiri terhadap kinerja rantai pasok, agar dapat diketahui atribut mana yang lebih sensitif. Diasumsikan kinerja atribut untuk analisis sensitivitas adalah kinerja sesuai target yang berlaku secara umum dan tidak terpengaruh oleh waktu. Perubahan kinerja atribut berupa berkurangnya kinerja atribut berturut-turut menjadi: 95%, 90%, 85%, 80%, 75% dan 70% dari target atribut tersebut.

(18)

berkurang menjadi di bawah 70%, berdasarkan kinerja yang terukur untuk tahun 2006-2008.

Perhitungan pengaruh berkurangnya kinerja atribut terhadap kinerja rantai pasok total, dilakukan secara sendiri-sendiri untuk masing-masing atribut sebagai berikut:

• Reliability turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai targetnya

• Responsiveness turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai targetnya

• Agility turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai targetnya • Supply Chain Costs turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya

sesuai targetnya

• Supply Chain Asset Management turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai targetnya

Perhitungan analisis sensitivitas adalah sebagai berikut:

1. Reliability turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai target

Tabel V.18 Analisis Sensitivitas untuk Atribut Reliability

Uraian Bobot Target Perubahan Reliability

100% 95% 90% 85% 80% 75% 70%

Reliability 0,295 92,50 87,88 83,25 78,63 74,00 69,38 64,75

Responsiveness 0,320 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Agility 0,206 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00

Supply Chain Costs 0,093 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77

Supply Chain Asset Mgt 0,086 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84

Supply Chain Performance (%)

126,66 125,29 123,93 122,56 121,20 119,84 118,47 Konversi SC Performance (%) 100,00 98,92 97,85 96,77 95,69 94,61 93,54 Perubahan SC Performance (%) (1,08) (1,08) (1,08) (1,08) (1,08) (1,08)

Untuk setiap kinerja Reliability turun sebesar 5% maka Supply Chain

(19)

2. Responsiveness turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai target

Tabel V.19 Analisis Sensitivitas untuk Atribut Responsiveness

Uraian Bobot Target Perubahan Responsiveness

100% 95% 90% 85% 80% 75% 70%

Reliability 0,295 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50

Responsiveness 0,320 100,00 95,00 90,00 85,00 80,00 75,00 70,00

Agility 0,206 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00

Supply Chain Costs 0,093 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77

Supply Chain Asset Mgt 0,086 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84

Supply Chain Performance (%)

126,66 125,06 123,46 121,86 120,26 118,66 117,06 Konversi SC Performance (%) 100,00 98,74 97,47 96,21 94,95 93,68 92,42 Perubahan SC Performance (%) (1,26) (1,26) (1,26) (1,26) (1,26) (1,26)

Untuk setiap kinerja Responsiveness turun sebesar 5% maka Supply Chain

Performance akan turun sebesar 1,26%.

3. Agility turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai target

Tabel V.20 Analisis Sensitivitas untuk Atribut Agility

Uraian Bobot Target Perubahan Agility

100% 95% 90% 85% 80% 75% 70%

Reliability 0,295 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50

Responsiveness 0,320 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Agility 0,206 10,00 9,50 9,00 8,50 8,00 7,50 7,00

Supply Chain Costs 0,093 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77

Supply Chain Asset Mgt 0,086 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84

Supply Chain Performance (%)

126,66 126,55 126,45 126,35 126,25 126,14 126,04 Konversi SC Performance (%) 100,00 99,92 99,84 99,76 99,67 99,59 99,51 Perubahan SC Performance (%) (0,08) (0,08) (0,08) (0,08) (0,08) (0,08)

Untuk setiap kinerja Agility turun sebesar 5% maka Supply Chain Performance akan turun sebesar 0,08%.

(20)

4. Supply Chain Costs turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai target

Tabel V.21 Analisis Sensitivitas untuk Atribut Supply Chain Costs

Uraian Bobot Target Perubahan Supply Chain Costs

100% 95% 90% 85% 80% 75% 70%

Reliability 0,295 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50

Responsiveness 0,320 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Agility 0,206 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00

Supply Chain Costs 0,093 648,77 616,33 583,90 551,46 519,02 486,58 454,14

Supply Chain Asset Mgt 0,086 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84 57,84

Supply Chain Performance (%)

126,66 123,64 120,62 117,61 114,59 111,57 108,56 Konversi SC Performance (%) 100,00 97,62 95,24 92,85 90,47 88,09 85,71 Perubahan SC Performance (%) (2,38) (2,38) (2,38) (2,38) (2,38) (2,38)

Untuk setiap kinerja Supply Chain Costs turun sebesar 5% maka Supply Chain

Performance akan turun sebesar 2,38%.

5. Supply Chain Asset Management turun kinerjanya, atribut yang lain tetap kinerjanya sesuai target

Tabel V.22 Analisis Sensitivitas untuk Atribut

Supply Chain Asset Management

Uraian Bobot Target Perubahan Supply Chain Asset Management

100% 95% 90% 85% 80% 75% 70%

Reliability 0,295 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50 92,50

Responsiveness 0,320 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Agility 0,206 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00

Supply Chain Costs 0,093 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77 648,77

Supply Chain Asset Mgt 0,086 57,84 54,95 52,06 49,16 46,27 43,38 40,49

Supply Chain Performance (%)

126,66 126,41 126,16 125,91 125,66 125,41 125,17 Konversi SC Performance (%) 100,00 99,80 99,61 99,41 99,21 99,02 98,82 Perubahan SC Performance (%) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20) (0,20)

(21)

Untuk setiap kinerja Supply Chain Asset Management turun sebesar 5% maka

Supply Chain Performance akan turun sebesar 0,20%.

Hasil analisis sensitivitas tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel V.23 Rangkuman Hasil Analisis Sensitivitas No. Atribut Berkurangnya Kinerja Atribut (%) Berkurangnya Kinerja Rantai Pasok (%) Urutan Paling Sensitif 1 Reliability 5 1,08 3 2 Responsiveness 5 1,26 2 3 Agility 5 0,08 5

4 Supply Chain Costs 5 2,38 1

5 Supply Chain Asset Management 5 0,20 4

Dengan demikian atribut yang harus dijaga ketat agar tidak menurun kinerjanya dan untuk ditingkatkan kinerjanya adalah berturut-turut dari yang paling sensitif pengaruhnya terhadap kinerja rantai pasok adalah: Supply Chain Costs,

Responsiveness, Reliability, Supply Chain Asset Management, Agility.

V.5 ANALISIS KINERJA

V.5.1 Analisis Kinerja dari Sisi Kepentingan Pelanggan Atribut Ae-PT.DI dari sisi kepentingan pelanggan adalah - Reliability,

- Responsiveness, dan - Agility,

(22)

V.5.1.1 Reliability

Kinerja atribut Reliability tahun 2006 - 2008 menunjukkan bahwa kinerja Ae-PT.DI dari segi Reliability telah melampaui targetnya 92,50% dan relatif stabil pada kisaran 94%.

Tabel V.24 Kinerja Reliability (%) Atribut Target 2006 2007 2008

Reliability 92,50 94,98 94,53 94,98

Atribut Reliability mempunyai satu indikator kinerja tingkat 1 Perfect Order

Fulfillment yang merepresentasikan kinerja yang sama dengan Reliability.

Atribut Reliability mempunyai indikator kinerja tingkat 2, yaitu: • Total Delivery, dan

• On Time Delivery.

Dapat dikatakan bahwa Ae-PT.DI selalu memenuhi pesanan sepenuhnya (100%) sesuai dengan kondisi kuantitas, kualitas dan dokumentasi yang dipersyaratkan. Pengiriman yang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan adalah sekitar 93%, masih masuk dalam kategori sangat baik (> 90%).

Pencapaian On Time Delivery yang sangat baik tidak berarti kinerja internal di Ae-PT.DI juga sudah baik. Hal ini dicapai 94% melalui kerja lembur selama 8 hingga 12 jam sehari. Sementara belum sempurnanya ketepatan penyelesaian sesuai jadwal sangat dipengaruhi oleh:

• Kesiapan paket order (material, process sheet, tools, dan sebagainya)

Bila jadwal dikeluarkannya order produksi telah tiba, tetapi material belum ada,

process sheet dan tools belum siap, maka order tidak akan bisa dilaksanakan.

• Prioritas order

Apabila prioritas proses pengerjaan order untuk detail part manufacturing tidak sesuai dengan urutan proses pengerjaan assembly berikutnya, maka order untuk

(23)

• Kesiapan dan kerusakan fasilitas

Apabila terjadi kerusakan atau ketidaksiapan fasilitas maka proses produksi tidak dapat dilaksanakan.

V.5.1.2 Responsiveness

Kinerja atribut Responsiveness tahun 2006 - 2008 menunjukkan bahwa walaupun masih belum mencapai target, namun terdapat perbaikan dari 85,10% menjadi 91,56% selama tiga tahun, sebagaimana dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel V.25 Kinerja Responsiveness (%) Atribut Target 2006 2007 2008

Responsiveness 100,00 85,10 89,67 91,56

Perbaikan ini, walaupun belum mencapai target, disebabkan adanya proses pembelajaran (learning process) karena dengan dimulainya program baru maka banyak pesanan produk-produk baru yang dimulai pada tahun 2006. Perbaikan kinerja terutama pada proses pengadaan dan proses pengiriman produk yaitu dengan makin lancarnya proses perencanaan kebutuhan material karena siapnya

Manufacturing Bills of Material yang semula masih dalam bentuk part list dan

gambar dan adanya kontrak-kontrak pengadaan dengan qualified supplier dan kontrak-kontrak pengiriman dengan forwarder sehingga proses pengadaan material dan proses pengiriman produk dapat semakin lancar dan cepat. Perbaikan

Delivery Cycle Time untuk tahun 2008 berkurang karena adanya permasalahan

dalam pemesanan muatan kapal oleh forwarder.

Sementara itu penyelesaian proses produksi dapat terlambat karena terjadi hal-hal sebagai berikut:

1. Pemberian beban sekaligus tanpa mempertimbangkan beban yang ada dan terdapat masalah pada workability packet order.

(24)

2. Kalah prioritas.

3. Kurang akuratnya informasi dalam sistem Integrated Resource Planning. 4. Ketidaktersediaan persediaan material konsumabel.

5. Keterlambatan kedatangan material & dokumennya.

6. Ketidaksiapan tools dan Numerical Control Operating Document (NCOD).

V.5.1.3 Agility

Secara garis besar atribut Agility menurun dari tahun 2006 ke tahun 2008 dimana diketahui kinerja tahun 2007 kurang dari target namun tahun 2008 masih masuk dalam target (10%), sebagaimana dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel V.26 Kinerja Agility (%) Atribut Target 2006 2007 2008

Agility 10 17.00 8.00 10.00

Agility yang diperoleh merupakan kapasitas yang tersedia dari utilisasi kapasitas

setelah dialokasikan untuk order-order Ae-PT.DI baik order dari internal maupun eksternal PT.DI. Walaupun tahun 2007 dan 2008 kapasitas yang tersedia menurun, namun masih cukup sebagai cadangan untuk kemungkinan penambahan kapasitas produksi untuk mengantisipasi penambahan penjualan komponen ataupun sebagai kapasitas cadangan apabila terjadi kerusakan peralatan yang tidak terduga. Penurunan kapasitas yang tersedia ini disebabkan karena bertambahnya beban produksi pada tahun 2007, yang diakibatkan karena kurang realistisnya perencanaan produksi meskipun produk tersebut belum ada kontrak penjualannya (produk komponen green aircraft). Penambahan beban produksi ini telah mengurangi Agility yang diukur dari Available Capacity.

Selama ini cara yang ditempuh Ae-PT.DI untuk meningkatkan Agility adalah dengan menambah jumlah jam lembur dengan biaya yang lebih murah dengan tidak menambah fasilitas. Hal ini dilakukan terutama pada assembly. Oleh karena itu, peran dari prakiraan penjualan dan perencanaan produksi yang baik sangatlah penting karena jika penjualan dan perencanaan produksi diprakirakan akan

(25)

meningkat maka dapat diantisipasi dengan peningkatan kapasitas pada produksi baik berupa fasilitas maupun tenaga kerja dalam menetapkan Available Capacity sehingga Ae-PT.DI bisa mempunyai Agility yang lebih baik.

V.5.2 Analisis Kinerja dari Sisi Kepentingan Internal Atribut SCOR dari sisi kepentingan internal adalah: - Supply Chain Costs

- Supply Chain Asset Management

V.5.2.1 Supply Chain Costs

Kinerja atribut Supply Chain Costs tahun 2006 - 2008 menunjukkan bahwa kinerja Supply Chain Costs selama tiga tahun menurun cukup banyak, sebagaimana dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel V.27 Kinerja Supply Chain Costs (%)

Aribut Target 2006 2007 2008

Supply Chain Costs 648,77 594,06 406,71 418,22

Penurunan kinerja Supply Chain Costs disebabkan karena kinerja Operating

Expenses yang memburuk, sedangkan kinerja Cost of Goods Sold relatif stabil dan

lebih baik dari target. Memburuknya pencapaian kinerja Operating Expenses disebabkan penjualan tidak cukup besar. Penjualan paling rendah terdapat pada tahun 2007.

Penghasilan PT.DI selama ini diperoleh dari penjualan pesawat terbang, komponen pesawat terbang, jasa perawatan pesawat terbang dan jasa engineering. Produk-produk yang sekarang menguntungkan adalah produk-produk komponen yang merupakan subkontrak dari produk pesawat terbang perusahaan lain. Penjualan pesawat terbang kurang menguntungkan karena pelanggan kurang berminat untuk membeli produk yang merupakan pesawat dengan desain lama yang semakin lama semakin sulit dipasarkan, kecuali apabila desainnya

(26)

belum lama terjadi dilakukan pada kuartal ke-3 tahun 2008 dengan memenangkan tender 4 pesawat CN-235 di Korea Selatan sebesar USD 96 juta mengalahkan pesaingnya dari Turki, CASA dan Boeing, sehingga penjualan kembali meningkat pada tahun 2008.

V.5.2.2 Supply Chain Asset Management

Kinerja atribut Supply Chain Asset Management tahun 2006 - 2008 menunjukkan kinerja dibawah target dan memburuk pada tahun 2007 - 2008, sebagaimana dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel V.28 Kinerja Supply Chain Asset Management (%)

Atribut Target 2006 2007 2008

Supply Chain Asset Management 57,84 30,90 13,16 18,84

Penjualan produk berkurang terutama produk green aircraft (diproduksi sebelum ada pelanggan), terutama di tahun 2007, sehingga terjadi kerugian karena pemasukan kurang padahal sudah diproduksi sehingga nilai Return on Supply

Chain Fixed Asset dan Return on Working Capital menurun. Selain itu karena

sulit penjualannya maka persediaan produk jadi bertambah jumlahnya dan lama tersimpan sehingga kinerja Cash-to-Cash Cycle Time memburuk. Dengan demikian maka kinerja Supply Chain Asset Management memburuk.

V.5.3 Analisis Kinerja Total

Kinerja total sistem rantai pasok Ae-PT.DI tahun 2006 - 2008 menunjukkan penurunan cukup besar dari tahun 2006 ke tahun 2007 dan 2008, sebagaimana dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel V.29 Kinerja Sistem Rantai Pasok (%)

2006 2007 2008 Target

(27)

Penurunan ini disebabkan terutama karena memburuknya kinerja Supply Chain

Costs dan Supply Chain Asset Management, sementara kinerja Responsiveness

walaupun dibawah target masih menunjukkan peningkatan kinerja dan kinerja

Agility walaupun memburuk namun kinerjanya masih mencapai target.

Sebagaimana telah disebutkan, faktor utama penyebab memburuknya kinerja

Supply Chain Costs dan Supply Chain Asset Management adalah karena

berkurangnya penjualan produk, paling rendah pada tahun 2007, terutama produk pesawat terbang yang desainnya sudah lama sehingga sulit dipasarkan. Pengembangan produk-produk baru seperti N-250 dan N-2130 telah gagal dilanjutkan, karena krisis ekonomi di tahun 1997. Di tahun-tahun mendatang penjualan dapat meningkat baik melalui penjualan ke dalam negeri maupun luar negeri untuk produk pesawat terbang apabila dilakukan pembaharuan desain atau desain produk baru dan terutama komponen-komponen pesawat terbang yang merupakan subkontrak dari industri pesawat terbang lain.

Kinerja Sistem Rantai Pasok pada tahun 2006 masuk dalam kategori Excellent, sedangkan tahun 2007 dan 2008 masuk kategori Improvement yang artinya masih perlu dilakukan perbaikan secara menyeluruh.

V.5.4 Saran-Saran Perbaikan Kinerja

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR dan analisis sensitivitas, perlu dilakukan perbaikan kinerja guna meningkatkan keunggulan kompetitif dan profitabilitas perusahaan. Hal-hal berikut ini disarankan untuk memperbaiki pencapaian kinerja sistem rantai pasok Ae-PTDI: 1. Untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan (PT.DI) secara keseluruhan,

subkontrak komponen dari industri pesawat terbang lain perlu ditingkatkan karena sudah jelas pasarnya dan PT.DI perlu memperbaharui desain pesawat-pesawat lama atau membuat pesawat-pesawat dengan desain baru yang bisa unggul di pasar dan meningkatkan penjualan. Apabila penjualan pesawat terbang PT.DI meningkat maka pesanan internal komponennya pada Ae-PT.DI juga akan meningkat. Dengan meningkatnya penjualan maka persentase biaya terhadap

(28)

penjualan akan berkurang dan persentase keuntungan terhadap penjualan akan meningkat, sehingga kinerja Supply Chain Costs dan Supply Chain Asset

Management akan membaik. Persentase beban tetap (fixed cost) dari Operating Expenses perlu diperhatikan agar sesuai dengan potensi penjualan.

2. Untuk meningkatkan kinerja Responsiveness, usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:

 meningkatkan akurasi catatan persediaan, baik barang di gudang maupun barang proses pengadaan dan proses produksi, agar tidak terjadi kekurangan material yang dapat menyebabkan terhentinya produksi

 meningkatkan akurasi prioritas baik dalam jadwal proses pengadaan maupun proses produksi termasuk kesiapan peralatan, material dan

process sheet, agar setiap order produksi selalu siap dilaksanakan sesuai

urutan jadwalnya

 meningkatkan/mengganti sistem informasi yang ada menjadi sistem yang terintegrasi untuk seluruh perusahaan, misalnya sistem Enterprise

Resource Planning (ERP), agar seluruh operasional dan finansial

perusahaan dapat sinkron dan terkendali dengan baik.

Usaha-usaha tersebut di atas juga akan dapat meningkatkan kinerja Reliability (walaupun Reliability sudah sangat baik).

3. Untuk menjaga atau meningkatkan kinerja Agility, perlu dilakukan prakiraan penjualan dan perencanaan kapasitas produksi yang baik dalam membuat prakiraan kapasitas produksi minimal 2 tahun ke depan, sehingga dapat disiapkan ketersediaan kapasitas produksi untuk mengantisipasi penjualan dan produksi yang akan datang.

V.5.5 Generalisasi Studi Kasus

Reliability yang sangat baik berpengaruh pada kepuasan pelanggan dengan

diperolehnya produk sesuai yang dijanjikan, baik dalam ketepatan kualitas, jumlah dan waktu, dan ini dapat mendorong pelanggan untuk membeli produk lagi sehingga mempengaruhi penjualan. Begitu pula kinerja Atribut Responsiveness yang membaik walaupun masih dibawah target, dan masih adanya Agility, juga akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan menambah ketertarikan calon

(29)

pembeli produk, sehingga akan berpengaruh terhadap penjualan. Namun faktor desain produk yang juga merupakan daya tarik bagi pembeli tidak termasuk faktor yang dipertimbangkan oleh SCOR. Kelemahan dalam faktor desain produk ini dapat terlihat dari kurang baiknya kinerja atribut Supply Chain Costs dan Supply

Chain Asset Management yang dinyatakan oleh kurangnya penjualan dan

tingginya persediaan, sehingga persentase biaya (terutama beban tetap) terhadap penjualan menjadi terlalu besar.

Hal-hal yang ditemui dalam studi kasus ini sebagaimana dijelaskan dalam analisis tersebut di atas, dapat digeneralisasi pada perusahaan-perusahaan selain PT.DI, sepanjang atribut-atribut SCOR yang dipakai dalam studi kasus ini dapat diberlakukan, dan perusahaan yang bersangkutan merupakan perusahaan yang cukup padat modal di mana penumpukan persediaan bernilai besar. Nilai persediaan yang besar dan nilai penjualan yang kurang akan mengakibatkan profitabilitas yang kurang adalah generalisasi dari studi kasus ini.

Gambar

Tabel V.1. Data dan Target Indikator Kinerja Tingkat 2 Tahun 2006 - 2008
Tabel V.2 Skala Supply Chain Performance
Tabel V.3 Penilaian Tingkat Kepentingan antar Atribut oleh 6 Responden
Tabel V.4  Perbandingan Tingkat Kepentingan Atribut dengan                                  Geometric Mean
+7

Referensi

Dokumen terkait

DESAIN TRACEABILITY RANTAI PASOK EKSPOR SAYURAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (STUDI KASUS FRENCH BEANS PADA PT BUMI SARI LESTARI).. Surakarta:

Pada sisi eksternal perusahaan, terkait dengan rantai pasok (supply chain), perusahaan berkepentingan akan kelancaran tersedianya pasokan bahan baku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Supply Chain Management PT Unilever Tbk memiliki empat komponen yang diterapkan yaitu ketidakpastian rantai pasok, pengelolaan skala

Di dalam framework SCOR Model terdapat lima atribut yang dapat mengukur kinerja supply chain perusahaan, namun jika dikaitkan dengan tujuan supply chain pada PT..

Analisis yang dilakukan pada rantai nilai (value chain analysis) antara lain meliputi identifikasi actor (pelaku) yang terlibat dalam rantai pasok, identifikasi dan

Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Komoditas Cabai Merah Besar Di Kabupaten Jember.. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen

Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Supply Chain Management Untuk Distribusi Pangan Kabupaten Minahasa Tenggara Studi Kasus Pt.. Refindo Inti Selaras

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja rantai pasok pada PT. XYZ dengan menggunakan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk produk resin