• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Supply Chain Komoditas Kedelai di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Supply Chain Komoditas Kedelai di Kabupaten Langkat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kedelai

Di Indonesia, kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali. Menurut para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia bukan lagi tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari daerah Manshukuo di negeri Cina, kemudian menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia Timur). Demikian pula kedelai yang ditanam di benua lain seperti Amerika dan Afrika pun berasal dari Asia (AAK, 1989).

Menurut Adisarwanto (2005), klasifikasi botani kedelai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordi : Rosales

Famili : Leguminosae Subfamili : Papilionoidae Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merril

(2)

utamanya yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal. Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain (Sarwanto, 2005).

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Batang kedelai berwarna ungu atau hijau. Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Banyaknya polong tergantung pada jenisnya. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya). Di samping itu ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat-coklatan sampai hitam, atau berbintik-bintik (AAK, 1989).

Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat-tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak 600 m di atas permukaan laut. Kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau. Pada saat itu kelembaban tanah masih bisa dipertahankan. Apabila tidak turun hujan maka perlu diusahakan pengairan. Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena akan

(3)

mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Namun ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam dan di permukaan tanah pada musim panas sekitar 35° - 39°C (AAK, 1989).

Kedelai tidak menuntut tanah khusus sebagai persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak sampai tergenang air. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7 (AAK, 1989).

Salah satu masalah yang berpengaruh terhadap perkembangan kedelai ialah faktor teknis, yaitu kualitas benih yang ditanam, cara tanam, cara pemeliharaan tanaman, panen dan pascapanen. Pertanaman kedelai di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa (60%), Sumatera (15%), Nusa Tenggara Barat (5%), selebihnya tersebar di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTT, Maluku, dan Papua. Kondisi tersebut mencerminkan adanya perbedaan sumber daya yang menyebabkan keragaman dalam usahatani kedelai yang dilakukan oleh petani (Irwan, 2006).

Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Salah satu upaya peningkatan produksi adalah dengan perluasan areal tanam kedelai. Salah satu peluang peningkatan produksi tanaman pangan yang mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah pemanfaatan lahan kering. Di Indonesia terdapat sekitar 133,7 juta ha lahan kering yang tersebar di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Apabila diasumsikan hanya lahan dengan kemiringan

(4)

juta ha atau 35.3 % dari lahan kering yang tersedia untuk tanaman pangan (Purwanto, 2010).

2.1.2. Tinjauan Ekonomi Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai selain bijinya dimanfaatkan sebagai makanan manusia, daun dan batangnya yang sudah agak kering dapat digunakan sebagai makanan ternak dan pupuk hijau. Sebagai barang dagangan, kacang kedelai dapat disimpan berbulan-bulan lamanya, asal biji kedelai tersebut dalam keadaan baik, kering sempurna, sehat, bebas hama dan penyakit serta disimpan dengan baik (AAK, 1989).

1. Margarine Gambar 1. Manfaat Ekonomis Tanaman Kedelai

Kedelai berperan penting sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Manfaat ekonomis tanaman kedelai dapat dilihat pada Gambar 1.

Kacang kedelai

Tepung kedelai

Protein kedelai Minyak kedelai

(5)

Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan (Balitbang, 2012).

Produktivitas kedelai di Indonesia pada tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Produktivitas kedelai pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,348 ton/ha mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,416 ton/ha (BPS, 2013). Menurut Adisarwanto (2014), produktivitas tersebut masih sekitar 50% dari potensi hasil varietas unggul yang dianjurkan (2,00 – 3,50 ton/ha).

Produksi kedelai nasional selama tahun 2009-2013 mengalami penurunan. Produksi kedelai tahun 2013 sebesar 779.992 ton turun jika dibandingkan dari tahun 2009 yaitu sebesar 974.992. Laju penurunan produksi tersebut antara lain disebabkan oleh berkurangnya luas areal panen. Luas panen pada tahun 2009 yaitu sebesar 722.791 ha mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu sebesar 550.793 ha (Badan Pusat Statistik, 2013)

Indonesia melakukan ekspor dan impor kedelai. Selama 2008-2012, volume ekspor terus menurun secara drastis, yaitu dari 1.025 ton pada tahun 2008 menjadi hanya 523 ton pada tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi kenaikan signifikan menjadi 33.950 ton. Sebaliknya, volume impor terus meningkat selama 2008-2012 sebesar 1.173.097 ton pada tahun 2008 menjadi 2..128.763 ton pada tahun 2012. Defisit perdagangan Indonesia selalu terjadi selama tahun 2008-2012 (Bappenas, 2013).

(6)

dengan harga kedelai impor pada kurun waktu yang sama, terjadi peningkatan harga yaitu Rp 8.092/kg pada tahun 2010 dan Rp 10.675 pada tahun 2013. Secara rata-rata harga kedelai impor lebih murah dibandingkan dengan harga kedelai lokal.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2013), produktivitas kedelai di Indonesia pada tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Produktivitas kedelai pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,348 ton/ha mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,416 ton/ha.

2.1.3. Supply Chain

Supply chain atau rantai pasok merupakan konsep dalam melihat persoalan penyaluran barang dan pemecahannya bukan hanya sebagai persoalan internal masing-masing perusahaan, tapi dilihat sebagai masalah yang lebih luas sejak dari bahan baku sampai barang jadi yang dipakai konsumen, merupakan satu kesatuan mata rantai penyaluran barang. Konsep dalam manajemen rantai pasok yang pertama yaitu mengintegrasikan dan mensinkronkan pemasok, manufaktur dan distributor. Dalam hal ini produk yang dihasilkan dan didistribusikan memenuhi kualitas, jumlah, waktu dan tujuan, biaya dioptimalkan dan daya saing serta layanan pelanggan ditingkatkan. Yang kedua yaitu mengurangi jumlah pemasok dengan mengurangi ketidakseragaman, biaya tambahan dan proses negosiasi. Perubahan kecenderungan dari konsep multiple suppliers ke single supplier. Yang ketiga yaitu kemitraan. Kemitraan dapat menjamin kelancaran arus barang. Dengan kemitraan, pengembangan dilaksanakan secara terus-menerus dalam efisiensi biaya dan mutu barang (Siahaya, 2013).

(7)

Supply Chain Management (SCM) adalah rencana, implementasi, koordinasi dan pengendalian terintegrasi dari keseluruhan proses dan aktivitas bisnis yang diperlukan untuk memproduksi dan mengantarkan produk seefisien mungkin dan memuaskan kebutuhan pasar. (Christopher, 1998)

Suatu perusahaan untuk dapat selalu memenuhi pelanggannya secara umum membutuhkan peran serta beberapa pihak mulai dari supplier yang menyediakan bahan baku, perusahaan yang menggunakan bahan baku untuk produksinya, transportasi, serta jaringan distribusi yang akan menyampaikan ke tangan pelanggan. Alur proses yang terjadi ini merupakan alur yang biasa disebut dengan rantai pasok.

Konsep rantai pasok merupakan perpanjangan dari konsep logistik. Hanya manajemen logistik lebih terfokus pada pengaturan aliran di dalam suatu perusahaan, sedangkan manajemen rantai pasok menganggap bahwa integrasi dalam suatu perusahaan tidaklah cukup. Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan barang, mulai dari yang paling hulu sampai dengan yang paling hilir. Oleh karena itu, rantai pasok terfokus pada pengaturan aliran barang antar perusahaan yang terkait, dari hulu sampai hilir bahkan sampai pada konsumen terakhir (Isnanto, 2009).

Manajemen rantai pasok mengutamakan arus barang antar perusahaan, dari yang paling hulu sampai yang paling hilir. Atas dasar kerangka kerja, manajemen rantai pasok mengusahakan hubungan dan koordinasi antara proses dari perusahaan-perusahaan lain dalam business pipeline, mulai dari pemasok sampai kepada pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto dalam Isnanto (2009)).

(8)

2.1.4. Demand Chain

Akses demand chain management (DCM) merupakan jalan masuk untuk lebih fokus pada penanganan kebutuhan pelanggan, melalui tindakan efektivitas yang berawal dan bertolak dari kepentingan dan kebutuhan pelanggan. Konsumen semakin menuntut keberagaman karakter kebutuhan sehingga kebutuhan konsumen semakin kompleks dan dinamis. Kondisi ini menyebabkan perusahaan harus lebih fokus dan fleksibel terhadap kebutuhan konsumen.

Strategi DCM merupakan pull system, yaitu menarik perusahaan mitra untuk fokus kepada kepentingan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang dikoordinasikan dalam cara yang lebih komprehensif. Aktivitas DCM berawal dari kebutuhan konsumen yang berorientasi pada pemasaran yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi semua perusahaan mitra. DCM mengarahkan perusahaan mitra untuk responsif dan proaktif pada kebutuhan dan layanan pelanggan serta mendorong evolusi dan intelijensia pasar sesuai kebutuhan konsumen saat ini maupun di masa depan (Siahaya, 2013).

2.1.5. Supply – Demand Side

(9)

pada kebutuhan dan layanan pelanggan. SCM merupakan push system yang berusaha untuk menentukan kebutuhan pelanggan melalui peramalan yang akurat menuju efisiensi biaya dan kecepatan proses, DCM merupakan pull system yang bertolak dari kebutuhan pelanggan menuju efektivitas pelayanan. Pada prinsipnya, SCM mengelola proses pengadaan, produksi, logistik dan distribusi, baik di dalam maupun di luar perusahaan, sedangkan DCM megelola komunikasi tentang pengetahuan dan informasi tentang konsumen dan pasar ke perusahaan mitra. SCM merupakan kolaborasi antara pemasok, produsen, logistik, distribusi dan pelanggan. DCM merupakan kombinasi antara manajemen pemasaran, pelanggan dan kebutuhan pelanggan.

DCM merupakan manajemen yang berkembang dari nilai kebutuhan pelanggan, berorientasi pada efektivitas kebutuhan pelanggan merupakan pelengkap bagi SCM yang berorientasi pada efisiensi proses produksi dan aliran barang. SCM dan DCM mennyeimbangkan penerapan sistem push and pull, bersama meningkatkan profitabilitas perusahaan mitra dan menciptakan hubungan seimbang antara semua perusahaan anggota jejaring (Siahaya, 2013).

2.2. Landasan Teori

Supply chain atau rantai pasok adalah semua kegiatan atau usaha yang melibatkansemua pihak baik yang memproduksi dan/atau menghasilkan barang atau jasa, mulai dari produsen dan/atau supplier bahan baku sampai pada konsumen akhir. Supply chain management atau manajemen rantai pasok adalah kegiatan mengelola penawaran dan permintaan, termasuk di dalamnya pengadaan bahan baku, input produksi, kegiatan atau pengelolaan inventory, proses

(10)

pengiriman dan penanganannya, serta distribusi sampai kepada delivery ke konsumen akhir (Lakollo, 2012).

Gambar 2. Supply Chain Actors

Pada Gambar 2 memberikan ilustrasi sebuah supply chain yang sederhana. Dalam supply chain terdapat pelaku-pelaku seperti input supplier, farm, processors, market intermediaries, retailer, dan customer. Supply chain melibatkan dua atau lebih perusahaan yang melakukan penyaluran barang, uang, dan informasi dengan tujuan untuk melayani konsumen (Chandrasejaran dan Raghuram, 2014).

SCM merupakan pengintegrasian sumber-sumber bisnis yang kompeten baik di dalam maupun di luar perusahaan untuk mendapatkan sistem suplai yang kompetitif dan berfokus kepada sinkronasi aliran produk dan informasi untuk menciptakan nilai pelanggan yang tinggi. Sumber-sumber bisnis yang dintegrasikan meliputi pemasok, pabrikan, gudang, pengangkut, distributor, retailer dan konsumen yang bekerja secara efisien sehingga produk yang dihasilkan dan didistribusikan memenuhi tepat jumlah, kualitas, waktu dan lokasi.

Merancang jaringan rantai pasok merupakan keputusan yang sangat penting, karena merupakan strategi jangka panjang dan memerlukan biaya besar apabila terjadi perubahan yang memerlukan perbaikan dan penyesuaian. Kegiatan ini menyangkut penentuan lokasi produksi, lokasi gudang, pemilihan pemasok dan distributor. Tujuan dari jaringan rantai pasok ini untuk mengurangi biaya supply

Input suppliers Farm

Market

intermediaries Retailers

Customer Processors

(11)

chain yang meliputi biaya inventori, transportasi, gudang, distribusi, operasional, informasi dan meningkatkan kemampuan layanan pelanggan (Siahaya, 2013).

SCM yang baik mengatur hubungan kerja sama dengan pemasok dengan tujuan mengurangi biaya produksi, mencegah kesalahan spesifikasi pengiriman bahan baku, mengurangi jumlah bahan baku yang tidak terpakai, serta mengurangi biaya pergudangan dan transportasi (Mussry dkk, 2007).

Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan sangat diperlukan pada supply chain karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, mereka harus bekerja sama untuk membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan kerja sama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan bisa dicapai (Pangabean, 2009).

Struktur pasar menggambarkan tingkat persaingan di suatu pasar barang atau jasa tertentu. Karakteristik pasar yang paling penting adalah jumlah dan ukuran distribusi pada pembeli dan penjual serta tingkat diferensiasi produk yang diperjualbelikan di pasar tersebut (Arsyad, 2000).

Menurut Sudiyono (2004) terdapat empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar:

1. Jumlah penjual dan pembeli, apakah penjual relatif banyak;

2. Keadaan produk yang diperjualbelikan, apakah produk tersebut homogen, berbeda corak ataukah produk tersebut unik;

3. Kemudahan keluar dan masuk pasar;

4. Pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi.

(12)

Pada umumnya karakteristik jumlah penjual dan pengetahuan konsumen terhadap harga merupakan karakteristik utama dalam menentukan struktur pasar.

Menurut Tasman (2013), pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua macam berdasarkan sifat dan bentuknya, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Pasar Persaingan Sempurna

Pada pasar persaingan sempurna diasumsikan bahwa perusahaan dapat mengubah tingkat produksi dan penjualannya dalam batas yang mungkin tanpa menimbulkan efek yang berarti pada harga barang yang dijual. Pasar persaingan sempurna (secara nyata tidak pernah ada) adalah bentuk organisasi pasar dengan mana : a) Terdapat banyak pembeli dan penjual, sehingga jumlah komoditas yang dibeli

oleh seorang pembeli atau jumlah komoditas yang dijual oleh seorang penjual sangat kecil kontribusinya dibandingkan dengan jumlah total yang ada di pasar; b) Pembeli atau penjual adalah penerima harga (price taker), perusahaan terlalu

kecil dapat mempengaruhi harga dari produk;

c) Produk homogen, jenis komoditas yang dijual pada jenis pasar ini harus sama; d) Mobilitas sumber daya sempurna, barang atau jasa dalam aktivitas ekonomi

sesuai dengan prinsip ekonomi yang bergerak pada pasar yang memberikan keuntungan;

e) Informasi pasar sempurna, semua unit ekonomi mempunyai keuntungan yang sempurna mengenai harga.

2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna a. Pasar Persaingan Monopolistik

Karakteristik dari pasar persaingan monopolistik yaitu :

(13)

a) Terdapat cukup banyak perusahaan; b) Adanya diferensiasi komoditas;q c) Hambatan memasuki industri rendah;

d) Perusahaan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan membentuk harga.

b. Pasar Persaingan Oligopoli

Karakteristik dari pasar persaingan oligopoli yaitu :

a) Terdiri dari beberapa produsen yang menghasilkan seluruh atau sebagian besar total output di pasar;

b) Menghasilkan produk standar atau komoditas corak berbeda; c) Terdapat hambatan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar;

d) Kekuasaan menentukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya tangguh. c. Pasar Persaingan Monopoli

Karakteristik dari pasar persaingan monopoli yaitu :

a) Terdiri dari satu perusahaan sehingga komoditas yang dihasilkan tidak dapat dibeli dari tempat lain;

b) Komoditas yang dihasilkan perusahaan monopoli tidak dapat digantikan oleh komoditas lain yang ada dalam pasar;

c) Tidak dimungkinkannya perusahaan lain masuk industri karena adanya hambatan yang bersifat legal, undang-undang, teknologi, modal yang besar; d) Perusahaan monopoli merupakan satu-satunya perusahaan di pasar, yang

menentukan harga (price maker).

(14)

indeks Lerner, semakin besar pula kekuatan monopoli pasar. Dalam pasar persaingan sempurna besarnya indeks Lerner adalah nol.

Menurut Adisarwanto (2014), permasalahan dalam produk kedelai disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor alam, faktor biotik, dan faktor sosial ekonomi. Faktor alam terdiri dari iklim, tanah, dan hamparan pertanaman kedelai. Faktor biotik terdiri dari varietas tanaman kedelai, hama, penyakit, dan gulma. Faktor sosial ekonomi yang sering menjadi kendala dalam upaya untuk meningkatkan produksi kedelai antara lain pemilikan lahan, status tanaman kedelai, modal, risiko, tenaga kerja, dan pemeliharaan tanaman.

Berdasarkan hasil evaluasi Kementrian Pertanian (2015) terhadap pembangunan pertanian tanaman pangan yang telah dilaksanakan, persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi di sektor pertanian di masa yang akan datang mencakup aspek seperti kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air, kepemilikan lahan, sistem perbenihan dan pembibitan nasional, akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh, keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian.

2.3. Penelitian Terdahulu

(15)

Organic, (2) menganalisis faktor yang mempengaruhi pemborosan yang sering terjadi dan paling berpengaruh pada efisiensi operasional rantai pasok kedelai dan (3) menganalisis strategi alternatif mengurangi pemborosan pada manajemen rantai pasokan kedelai berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) penerapan manajemen rantai pasok belum berjalan baik karena kesepakatan antara petani dan perusahaan masih seperti tata niaga pada umumnya, (2) terdapat beberapa akar penyebab inefisiensi rantai pasok, antara lain tidak adanya peramalan permintaan yang dilakukan pihak Simply Fresh Organic, komunikasi yang tidak lancar antara petani dan perusahaan, akses menuju lahan petani mengalami kerusakan, pengiriman kedelai ke ritel mengalami hambatan berupa kemacetan lalu lintas dan jumlah sayuran yang melebihi kapasitas mobil, (3) mengadakan pelatihan terhadap tenaga kerja di bidang pemasaran dan keuangan mengenai peramalan permintaan dari ritel, menambah cooler untuk menjaga kesegaran sayuran, menambah satu mobil khusus untuk distribusi sayuran ke Sentul, mencari dukungan pemerintah untuk perbaikan akses jalan, dan membangun trust building antara petani dan perusahaan dengan memberlakukan kontrak tertulis.

(16)

(1) dan (3) dengan analisis deskriptif, untuk tujuan (2) dengan indeks Lerner, dan untuk tujuan (4) dihitung secara matematis menggunakan rumus. Hasil penelitian diperoleh: (1) pola pemasaran di Desa Ujung Serdang ada dua jenis saluran pemasaran, (2) struktur pasar ikan mas yang terdapat di daerah penelitian bukanlah pasar persaingan sempurna karena nilai IL lebih besar dari nol, yaitu sebesar 0,36, (3) setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di daerah penelitian melakukan fungsi pemasaran yang berbeda, dan (4) marjin pemasaran pada saluran pemasaran I lebih besar daripada saluran pemasaran II.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kedelai memiliki manfaat ekonomis yang tinggi, namun usahatani kedelai merupakan salah satu jenis usahatani yang tidak banyak diusahakan. Saat ini, perkembangan produksi kedelai dalam negeri masih menghadapi beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain usaha perluasan areal pada lahan bukaan baru pada umumnya menghadapi kendala kemasaman tanah yang tinggi, terbatasnya ketersediaan benih unggul baik dari segi jumlah maupun kualitas saat diperlukan, dan rendahnya adopsi teknologi di tingkat petani.

(17)

dan impor kedelai. Selama tahun 2008-2012, volume ekspor terus menurun secara drastis, sebaliknya, volume impor terus meningkat selama tahun 2008-2012.

Supply chain (rantai pasok) meliputi kegiatan penyaluran barang dari petani sampai kepada konsumen. Rantai pasok merupakan jaringan dari berbagai perusahaan yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama dalam menyelenggarakan penyaluran barang dengan baik. Rantai pasok membahas persoalan penyaluran barang dalam cakupan yang luas sejak dari bahan baku sampai barang jadi yang dipakai konsumen. Manajemen rantai pasok yang efektif menjadikan pelaku-pelaku dalam rantai pasok sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memuaskan pasar sasaran, mengatur hubungan kerja sama yang baik antar pelaku dalam rantai pasok. Dari sisi penawaran diperhatikan aliran barang dari petani sampai ke konsumen dan arus informasi antar pelaku dalam rantai pasok.

Sebuah rantai pasok akan memiliki komponen yang disebut dengan subsistem. Dalam subsistem tersebut terdapat pemasok bahan baku, usahatani, post produksi, dan pedagang perantara. Pemasok bahan baku melakukan pengadaan bahan baku atau input kedelai mulai dari benih, pupuk, pestisida, dan sebagainya. Usahatani meliputi kegiatan produksi kedelai sampai dipanen. Post produksi merupakan tindakan pasca panen dan pengolahan kembali kedelai menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Pedagang perantara mendistribusikan hasil produksi dari kedelai yang merupakan barang jadi atau setengah jadi kepada konsumen. Semua komponen tersebut bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.

(18)

komoditas kedelai di daerah penelitian dikatakan terdapat sinergi yang baik apabila antara satu pelaku dengan pelaku lainnya melakukan kerja sama untuk meningkatkan kinerja seluruh pelaku dari hulu ke hilir atau agar terjadi peningkatkan yang seimbang yang bertujuan untuk memuaskan pasar sasaran dan dikatakan tidak terdapat sinergi apabila tidak ada kerja sama antara pelaku dalam rantai pasok.

Pasar adalah suatu badan yang menjalankan aktivitas jual beli barang atau jasa. Pengertian pasar dibatasi oleh jenis produknya apakah homogen atau tidak. Selain itu asumsi-asumsi yang menyatakan struktur suatu pasar yaitu jumlah produsen, jumlah konsumen, kondisi masuk dan keluar pasar, informasi, dan keuntungan. Sehingga akan banyak dijumpai struktur pasar, seperti pasar persaingan sempurna, pasar monopolistik, pasar oligopoli, dan pasar monopoli.

Usahatani kedelai tidak terlepas dari kendala-kendala baik secara internal maupun eksternal. Adanya ketidakpastian dalam melakukan usahatani tidak dapat dipastikan besaran output yang dihasilkan. Kendala-kendala tersebut akan mempengaruhi produksi dan produktivitas usahatani kedelai. Secara sistematis, kerangka pemikiran tersebut digambarkan seperti pada Gambar 3.

(19)

supply point

demand point Keterangan : =menyatakan hubungan

= menyatakan pengaruh

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Petani

Pemasok bahan baku

Pengolah Kedelai Petani Kedelai

Pedagang Perantara

Struktur pasar

Konsumen

Informasi Kondisi Masuk dan

Keluar Pasar Jenis Produk Jumlah Konsumen

Jumlah Produsen

(20)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat sinergi yang baik antar pelaku dalam rantai pasok komoditas kedelai di daerah penelitian.

2. Struktur pasar output komoditas kedelai di daerah penelitian adalah pasar persaingan sempurna.

3. Terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh petani dalam usahatani kedelai di daerah penelitian.

Gambar

Gambar 1. Manfaat Ekonomis Tanaman Kedelai
Gambar 2. Supply Chain Actors
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Model yang digunakan untuk menilai performansi dari rantai pasok di perusahaan ini adalah model Supply Chain Operations Refer ence (SCOR) pada level 1.Dari hasil

Pengukuran kinerja rantai pasok ikan bandeng beku dapat dilakukan melalui pendekatan SCOR dengan menggunakan metrik kinerja yang telah ditetapkan dalam supply

Green Supply Chain Management (GSCM) atau manajemen rantai pasok hijau adalah pengintegrasian pemikiran yang terkait dengan lingkungan ke dalam manajemen rantai

Penilaian kinerja manajemen rantai pasok antara pemasok, perusahaan dan pelanggan yang baik dapat diukur dengan salah satu model pengukuran kinerja SCM, yaitu model Supply

-Manajemen rantai pasok atau supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan,

Proses bisnis inti manajemen rantai pasok (supply chain management) antara lain meliputi pelanggan relationship management, pelanggan service management, order

Aliran informasi pada performa rantai pasok (Supply Chain) kopi Arabika di Kecamatan Rumbia mulai dari agroindustri ke pedagang besar kemudian ke pedagang

Dalam Supply Chain Operation Reference Model (SCOR Overview) disebutkan bidang-bidang yang termasuk dalam SCOR adalah : (a) Seluruh interaksi yang terdapat dalam rantai