• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 | 1

1.1. LATAR BELAKANG

Penduduk dalam menjalankan aktivitas dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi, hal ini sesuai dengan perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 – 70-an dominasi perekonomian nasional digerakan oleh sektor pertanian, bahkan hampir seluruh penduduk di Indonesia memiliki anggota keluarga yang berada di sektor pertanian. Kemajuan zaman dan teknlogi yang pesat telah menggantikan peranan sektor pertanian, di mana pada era 80 – 90an, industri menjadi andalan nasional dalam menggerakan roda perekonomian nasional. Krisis ekonomi tahun 1997/1998 telah merubah haluan fostur ekonomi nasional, dimana jasa menjadi salah satu cikal bakal sektor yang dominan. Sektor pertanian dan industri memiliki share yang cenderung menurun dan diikuti oleh share sektor perdagangan dan jasa yang meningkat.

Perkembangan sektor jasa yang diikuti oleh perkembangan daerah, memiliki kota-kota dengan tingkat perkembangan yang pesat yang diikuti oleh lahirnya generasi kreatif telah mengalir begitu saja. Diperkirakan trend perkembangan pelaku ekonomi kreatif akan terus berlangsung di berbagai daerah, terutama kota-kota khusus yang memiliki sejarah, kebudayaan, dan isiatif yang tinggi, menuju pada efisiensi ekonomi dan skala ekonomi. Kabupaten Bandung memiliki potensi insan kreatif yang melimpah yang didukung oleh bahan baku yang cukup besar. Selain itu kesatuan daerah dengan kota Bandung dan Kota Bekasi, dan Kabupaten Sumedang dalam Metropolitan Bandung menempatkan Kabupaten Bandung sebagai daerah dengan basis dan ekonomi kreatif terbesar di Indonesia. Tumbuhnya insan kreatif di Kabupaten Bandung juga memiliki dukungan

Pendahuluan

(2)

1 | 2

istimewa, karena banyaknya kawasan-kawasan pariwisata yang potensial sebagai wadah perkembangan Industri kreatif di masa mendatang di Kabupaten Bandung.

Tingkat berkembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung yang diharapkan adalah mencapai kemapanan, sehingga ekonomi kreatif menjadi penggerak perekonomian Kabupaten Bandung, terutama di kota-kota yang mengemban fungsi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan daerah pinggiran yang berfungsi menyuplai PKN dan PKW serta daerah-daerah dengan potensi pariwisata.

Tahap perkembangan ekonomi kreatif dapat dikelompokan pada empat tahap besar, diantaranya adalah tahap akan berkembang, tahap berkembang, tahap lepas landas dan tahap mapan. Tingkat kemapan ekonomi kreatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan melibatkan berbagai unsur seperti nilai-nilai budaya, komunitas, keahlian, pengetahuan, inovasi, teknologi dan lain-lain. Akan tetapi Kabupaten Bandung telah memiliki seluruh unsur yang diperlukan, untuk mencapai tahap mapan, namun perlu adanya pembenahan sejak dini.

Mencapai tahap kemapanan ekonomi kreatif memerlukan visi dan strategi yang diikuti oleh langkah-langkah nyata oleh semua pihak yang terkait. Percepatan pencapaian tahap kemapanan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan mempersiapkan seluruh kebutuhan dan merangsang bekerjanya sistem dan jalur perkembangan ekonomi kreatif. Kondisi capaian tingkat perkembangan ekonomi kreatif saat ini menerupakan tolok ukur, upaya (effort) pendekatan pembangunan dan persiapana yang akan dilakukan. Tingkat capaian ekonomi kreatif pada posisi akan berkembang akan memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar untuk mencapai kemapanan, namun tingkat capaian yang telah mencapai lepas landas mendekati tingkat kemapanan sehingga upaya yang diperlukan dan waktu yang dibutuhkan tidak terlau besar.

Menggeser posisi ekonomi kreatif Kabupaten Bandung dari posisi saat ini, memerlukan sistem perencanaan yang baik, yang berlandaskan pada perencanaan yang strategis dan mengenai masalah yang ada, serta dapat diukur dengan baik capaian-capaian pembangunan yang telah dilakukan. Perencanaan jangka menengah lima tahun, mungkin saja tida cukup untuk mengantarkan seluruh komoditas ekonomi kreatif yang ada untuk mencapai tahap mapan, sehingga akan ada prioritas komoditas yang harus mencapai kemapanan pada lima tahun perencanaan. Oleh karena itu, perlu adanya penyusunan perencanaan ekonomi kreatif Kabupatn Bandung sebagai pedoman pelaksanaan dan pembangunan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung.

Selain itu, tindaklanjut dari adanya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif serta dengan telah adanya Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015 maka Pemerintah Kabupaten Bandung dalam hal ini Bagian Perekonomian Setda telah melakukan kajian awal untuk memetakan kegiatan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung pada tahun 2013. Hal ini kemudian yang akan ditindaklanjuti oleh Bappeda Kabupaten Bandung pada Tahun 2014 dengan pembuatan “Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014 -2019” yang didalamnya terdapat Road Map dan Rencana Aksi dan kemudian bersama dengan Bagian Perekonomian Setda pada tahun 2014 juga akan melaksanakan sosialisasi Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bandung, akhirnya diharapkan setiap SKPD teknis yang terkait akan membuat rencana kerja berupa program dan kegiatan nyata yang akan dilakukan untuk pengembangan sektor ekonomi kreatif ini.

(3)

1 | 3

1.2. LANDASAN HUKUM

Hingga saat ini, beberapa inisiatif yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuhkembangkan industri kreatif antara lain:

1. Undang Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;

2. Undang‐Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri dalam Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual

3. Undang Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang Undang No. 17 Tahun 2007 tenang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;

6. Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal; 7. Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

8. Undang Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 9. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 10. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional; 11. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri;

12. Peraturan Presiden No. 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI);

13. Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;

14. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014;

15. Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri;

16. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif

17. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 20/MPP/Kep/I/2001 tentang pembentukan Dewan Desain Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN)

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung;

1.3. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1.3.1. Maksud dan Tujuan

Maksud diselenggarakan kegiatan ini adalah menyusun rencana pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bandung pada tahun 2014-2019, sedangkan tujuannya adalah

(4)

1 | 4

menyusun rencana pengembangan yang didalamnya terdapat road map serta rencana aksi pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung sebagai pedoman operasional untuk kemudahan dan keterpaduan dalam pengembangan Ekonomi Kreatif serta menjadi rujukan bagi bagi seluruh stakeholder yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung mulai dari SKPD, Dunia Usaha serta masyarakat Kabupaten Bandung.

1.3.2 Sasaran

Sasaran yang diharapkan dalam kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif, antara lain:

a. Teridentifikasinya sektor ekonomi kreatif unggulan dan berpotensi untuk ditetapkan sebagai fokus pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung dari 15 kategori (periklanan, arsitektur, pasar seni/barang antik, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, fashion, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, riset dan pengembangan, radio dan televisi, film/video/fotografi dan kuliner) .

b. Terumuskannya pedoman operasional serta pedoman pembuatan kebijakan bagi pemerintah Kabupaten Bandung dalam pengembangan ekonomi kreatif.

c. Terumuskannya rencana tindak arahan dan rujukan bagi pelaku industri, baik pengusaha, dan institusi lainnya yang bergerak di bidang industri kreatif ataupun bidang lain yang berkaitan dalam kegiatan pengembangan ekonomi kreatif.

1.4. METODOLOGI

Industri kreatif merupakan pendekatan pengembangan ekonomi yang berbasis pada budaya dan kebudyaan daerah. Oleh karena itu, dasar dari pengembangan industri kreatif adalah daya cipta, kreasi dan jatidiri bangsa, sehingga pengembangan industri kreatif akan sangat tergantung dari pencapaian perkembangan budaya yang ada saat ini, karena pengembangan industri kreatif tidak dapat dipaksanakan seperti pengembangan dan pembangunan industri mainstream.

Industri kreatif pada umumnya berkembang mulai dari budaya asli, perubahan budaya, pembaharuan budaya, cikal bakal budaya baru, kreasi dan daya cipta baru, oleh karena itu perkembangannya dapat disederhanakan menjadi ‘menuju berkembang’, ‘berkembang’, ‘lepas landas’ dan ‘mapan’.

Tidak seluruh bidang industri keatif yang diarahkan pengembagannya oleh pemerintah dapat dipaksakan akan berkembang pada suatu daerah, kebudayaan akan memunculkan jenis industri kreatif yang mampu bertahan dan akan mencapai kemapanan. Percepatan pencapaian kemapanan akan dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik yang nantinya menghasilkan langkah-langkah strategis dan program yang akan dijalankan.

(5)

1 | 5 Gambar 1.1 Kerangka Kerja Rencana Pengembangan Industri Kreatif

(6)

1 | 6

1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Ruang lingkup kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014-2019, antara lain:

1. Kebijakan

Perencanaan yang dilakukan secara sektoral dan lokal memerlukan integrasi dengan perencanaan pada jenjang diatas baik secara sektoral maupun secara regional. Perencanaan sektoral dan atau lokal pada tingkat Kabupaten akan memerlukan acuan pada perencanaan provinsi dan nasional dan integrasi dengan perencanaan bidang lainnya.

2. Referensi Normatif Industri Kreatif (bencmarking)

Level industri kreatif yang telah dirumuskan oleh pemerintah menjadi acuan utama dalam menilai apakah suatu industri telah masuk pada level industri kreatif. Level 100% merupakan level yang menjadi acuan suatu industri dapat dikatakan sebagai industri kreatif.

Dalam menentukan level 100% industri kreatif melibatkan berbagai faktor dan variabel serta tolok ukur dan pra syarat yang harus dimiliki oleh suatu industri akan berada pada level 100% industri kreatif.

3. Fenomena Industri Kreatif actual

komuditas kreatif yang ada pada saat ini memiliki peluang untuk menjadi industri kreatif, oleh karena itu penilaian dan pengamatan dari proses produk kreatif akan diamati dengan seksama. Pengamatan mulai dari bahan baku yang digunakan proses produksi hingga pada logistik dan pemasaran yang dilakukan. Semua proses yang dilakukan memiliki peluang untuk mencapai tingkat industri kreatif, dimana pelaku usaha komoditas kreatif actual akan memerlukan berbagai perubahan pada sistem yang dijalankannya.

Faktor-fakor yang menjadi kendala perlu diamati dan dikaji untuk merumuskan langkah percepatan dan langkah yang bijak dari keinginan untuk menyelenggarakan industri kreatif.

4. Faktor kesenjangan Industri Kreatif actual dan industri kreatif normatif (Big effort,

midle effort, low effort)

Bagian yang mana yang menyebabkan industri kreatif tidak berada pada level industri kreatif. Permasalah akan dapat diidentifikasi dengan baik dan benar dengan menggunakan simulasi untuk mencari penyebab tidak dapat tercapinya 100% industri kreatif.

Berapa peluang industri kreatif berada pada level industri kreatif akan memberikan gambaran terhadap upaya yang akan dilakukan. Upaya yang besar akan memerlukan dana yang cukup besar dan waktu yang cukup lama. Upaya yang kecil akan memerlukan waktu yang sedikit dan lebih mudah dalam penyelenggaraan industri kreatif. Target yang ditetapkan secara berjenjang akan mempengaruhi besarnya

(7)

1 | 7

upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan industri kreatif, keterbatasan dana dan jenjang waktu perencanaan akan mempengaruhi effort yang akan dilakukan. 5. Konsep: Upaya dan Pilihan yang dapat dilakukan

Pilihan pada upaya dan cara mewujudkan industri kreatif pada level 100% dipengaruhi faktor pembiayaan, waktu pencapaian, kebijakan yang ada, kesiapan kelembagaan dan lain-lain. Oleh karena itu, pilihan yang akan dilakukan untuk mewujudkan level 100% industri kreatif diperlukan perbandingan antara manfaat dan risiko dari faktor yang mempengaruhinya.

6. Langkah Strategis : Kebijakan dan jenjang perencanaan dan program

Keterbatasan sumberdaya menyebabkan adanya langkah yang strategis, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program akan dirumuskan untuk mencapai dan mewujudkan level 100% industri kreatif dengan efisien dan efektif.

7. Kelembagaan dan Evaluasi

Kelembagaan sebagai faktor yang akan memiliki andil terbesar pada keberhasilan penyelenggaraan industri kreatif di Kabupaten Bandung. Pembagaian tugas dan pernan serta upaya kerjasama akan mempermudah pencapaian industri kreatif di masa depan.

1.6. OUTPUT PEKERJAAN

Output Penyusunan Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014-2019, antara lain: Matrix Program dan rencana Aksi yang dilengkapi dengan indikator kinerja, serta tata kelola Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung.

1.7. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematik Penyusunan Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014-2019, antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 KEBIJAKAN TERKAIT BAB 3 GAMBARAN UMUM

BAB 4 PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANDUNG BAB 5 ANALISIS EKONOMI KREATIF

BAB 6 ROAD MAP EKONOMI KREATIF BAB 7 RENCANA AKSI

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk