Analisa Debit Banjir
Sintetis
Engineering Hydrology
Lecturer: Hadi KARDHANA, ST., MT.,
PhD.
Metode Debit Banjir Sintetis
Debit banjir sintetis mengambil asumsi dasar bahwa
hujan dengan periode ulang X tahun menghasilkan
banjir periode ulang X tahun. Debit banjir sintetis
terdiri dari:
1. Debit Puncak dari model parametric dan empiris
A. Rasional
B. Weduwen
C. Haspers
D. Melchior
E. Mononobe
2. Hydrograf Sintetis, konvolusi unit hidrograf
terhadap hujan desain.
Hydrograph & Debit Banjir
Desain
• Sebuah kejadian
hidrograph akan
overflow jika Q
c< Q
psejak t
asampai t
bdan
mengakibatkan banjir
dengan volume V
dimana:
• Maka debit banjir
desain seharusnya
ditetapkan dengan
periode ulang tertentu
dimana:
Capacity
t
at
bV
Q=f(t)
Debit Puncak (Qp) Kapasitas Desain (Qc)
b a t t cdt
Q
t
f
V
(
(
)
)
p c desainQ
Q
Q
Rasional
Aplikabilitas metoda ini adalah
untuk daerah tangkapan yang kecil
kurang dari 2,5 km
2(Ponce)
, dimana karakteristik limpasannya
concentrated atau super concentrated
seperti pemukiman, jalan
raya, jalan KA, lapangan terbang dll. Menurut metoda ini besarnya
debit aliran permukaan akibat hujan yang turun disuatu DAS
(hujan
wilayah)
dapat dituliskan sbb.:
Q = C . I . A
di mana
Q
= besarnya debit banjir maksimum
C
= koefisien pengaliran
I
= intensitas hujan selama waktu konsentrasi (tc)
A
= luas catchment area (daerah pengaliran)
Karena daerah tangkapannya yang kecil,
Hujan wilayah dalam metoda rasional bisa
merupakan hujan point (Hujan 1 stasiun).
Dengan aplikabilitasnya yang
concentrated maka hujan desain adalah
hujan dengan durasi=tc
Intensitas hujan desain diperkirakan
berdasarkan Mononobe:
Hujan Desain - Intensitas Hujan (I)
dan IDFC
Bandung Kota
A
B
C
D
Contoh 1
Diketahui:
A=12 ha, Tc=12 mnt,
c=0.8
B=12 ha, Tc=12 mnt
,c=0.8
C=36 ha, Tc=18 mnt,
c=0.6
D=6 ha, Tc=9 mnt, c=0.9
R
24= 100 mm
a=300 m
b=300 m
c=600 m
d=300 m
Berapakah Q
ddi:
1=? 2=? 3=?
1
2
3
a
b
c
d
Pilih kecepatan desain awal saluran untuk mengasumsikan travel time di saluran.
Misal pasangan batu Kecepatan Izin=1.5 m/s
Line 1
Line 3
Line 2
Ket: (1): line, (4) Length (ft), (5)=Area, (6)
Accumulative Area (acre), (7) Concentration Time (mnt), (8)Flow Time in Channel (9) Average Runoff Coefficient, (10) Rainfall (in/hr)
Weduwe
n
Metoda dikembangkan di Indonesia oleh seorang ilmuwan belanda bernamaWeduwen untuk menganalisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas < 100 km2. Formulasi empiris diturunkan berdasar curah hujan harian maksimum berperiode ulang 70 tahun yang pada saat itu mempunyai tinggi curah hujan 240 mm dan dapat dituliskan sbb.:
QT = MT . f. q’.(R70/240) atau QT = MT . f. q.(R70/240)
QT = debit maksimum untuk periode ulang n tahun MT = koefisien yang bergantung pada periode ulang T f = luas daerah pengaliran(catchment area) (km2)
q’ = q = debit dengan curah hujan maksimum 240 mm (m3/det/km2)
= dihitung dari monogram/grafik hubungan kemiringan (i) dan luas (f) lahan. i = Slope Sinus
R70 = curah hujan maksimum dengan periode ulang 70 tahun = R/(mp) = (5/6)m/(mp)
R = curah hujan maksimum kedua pada urutan plotting data m = data curah hujan maksimum.
n
p nmp m
100 km2 60 50 40 30 20 15 10 6 5 4 3 2 1
untuk catchment <1km diambil untuk 1km <1km 2 f [ 1km ] 2 q' = banyaknya air dalam m /dt
per km dengan hujan peresmel = 240 mm [ = R70 untuk Jakarta i = Verhang fiktiv 2 3 1 1.5 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 30 35
DEBIT MAXIMUM CATCHMENT DENGAN LUAS : 0 - 100 KM2 MENURUT METHODE Ir. JP. dep - WEDUWEN
( DE ING. IN NED. INDIE 1937 No. 10 )
1/5 " 0.238 1/4 " 1/3 " 10 " 15 " 20 " 25 " 30 " 100 " 125 " 1 " 2 " 3 " 4 " 5 " 1/2 " 40 " 50 " 60 " 70 " 80 " 90 " 0.262 0.291 0.339 0.410 0.492 0.541 0.579 0.602 0.705 0.766 0.811 0.845 0.875 0.915 0.940 0.975 1.00 1.02 1.03 1.05 1.08 p = p er io d a pe ng am a ta n h uj an h ar ia n n = in d ex u n tu k Q n q q q q Lengkung debit maksimum
dan harga
q
dalam
Melchior
Metoda Melchior dikembangkan untuk menganalisis debit banjir pada DAS berbentuk ellips yang mempunyai luas > 100 km2 dan pergerakan awan mendung searah
dengan sumbu sungai utama menuju titik kontrol. Menurut metoda ini, formulasi debit banjir dapat dituliskan dalam bentuk sbb.:
Q = . f . q x R/200 di mana
= koefisien pengaliran (fungsi dari vegetasi, tanah, kemiringan dan iklim) = antara 0,42, 0,52, 0,60 dan 0,75 (melchior menganjurkan 0.52)
f = luas daerah pengaliran
q = besar debit satuan yang diperoleh dari grafik melchior (m3/det/km2) R = curah hujan maksimum absolut
200 = curah hujan referensi Melchior dalam penelitian
Dalam menerapkan metoda Melchior dapat ditempuh langkah2 perhitungan sbb.: •Gambar ellips yang meliputi DAS (bersumbu panjang = a, sumbu pendek b 2/3 a)
•Hitung luas ellips = nF = 1/4 a b.
•tetapkan q dengan cara coba-coba menggunakan grafik g I- II
berdasarkan luas
0 15 30 45 60 1 jam 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 5 10 15 16 17 18 19 20 29 30 35 40 m h u ja n 3 menit 40 T
menitT % menitT % menitT % %
DAFTAR 2 PERTAMBAHAN Q ( % ) KARENA T Curah hujan terbesar dalam m perdetik per km pada daerah dengan luas dari 0 - 10000 km dengan duration dari 15 menit 48 jam didasarkan pada curah hujan setempat terbesar 200 mm per 24 jam 2 3 2 Lembar G - II Melchior 40 - 115 115 - 190 190 - 270 270 - 360 360 - 450 450 - 540 540 - 630 2 3 4 5 6 7 8 9 980 - 1070 1070 - 1155 1155 - 1240 1240 - 1330 895 - 980 810 - 895 720 - 810 630 - 720 10 11 13 12 14 15 16 17 18 19 21 20 22 23 24 25 26 27 29 28 30 31 32 33 1950 - 2035 1860 - 1950 1770 - 1860 1680 - 1770 1595 - 1680 1510 - 1595 1420 - 1510 1330 - 1420 2035 - 2120 2210 - 2293 2120 - 2210 2293 - 2380 2380 - 2465 2580 - 2640 2465 - 2580 2640 - 2725 q menit
lengkungan yang menyatakan besaran n F
n F km 0.14 0.72 1.4 7.2 29 72 14 108
DAFTAR .1 HUBUNGAN ANTARA n F dan q 2 m / dt /kmq 29.6 22.43 19.9 14.15 9 6.25 11.85 5.25 3 kmn F 1.44 2.16 2.88 3.60 504 576 4.32 6.53 2 4.79 4 3.6 3.3 2.85 2.63 3.05 3.45 n F km 7.20 10.80 14.40 21.60 4320 5760 28.80 7200 2 2.3 1.85 1.93 1.2 0.7 0.54 1 0.48 2 m / dt /km3 q 2 m / dt /km3 q 2 20 0 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 0.5 1 1.5 2 2.5 3 m3 50 40 75 30 25 20 15 10 100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 0 1 2 4 6 8 10 16 20 25 30 40 50 100 75 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1250 1500 17502000 2250 25003000 3500 4000 45005000 6000 7000 8000 9000 0 1 2 4 0 9 10 15 20 25 30 40 50 75 100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1250 1500 17502000 2250 2500 3000 35004000 5000 10000 6000 7000 8000 9 000 10000
Dalam penggunaannya, metoda ini tidak mensyaratkan adanya batasan luas DAS. Menurut Haspers, besarnya debit dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sbb.:
Haspers
•
Metoda ini juga tidak mensyaratkan batasan luas DAS.
•
Besarnya debit dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sbb.:
Metoda Hydrograph Sintetis
• Aplikabilitas metoda hydrograf sintetis adalah untuk
DAS ukuran sedang sampai besar. (lihat materi SUH)
• Debit banjir diperoleh dengan aplikasi teknik konvolusi
unit hidrograf terhadap hujan desain.
• Input hujan (P) merupakan
curah hujan wilayah
• Input konvolusi merupakan
curah hujan effektif
(P-Abstraksi Hujan)
• Abstraksi hujan bisa menggunakan
abstraksi horton,
green ampt, phi index, ataupun Curve number method
.
• Setiap metoda unit hydrograph bisa digunakan, dimana
parameter
catchment lag
(t
l) merupakan
parameter
Hujan Desain (1)
• Hujan desain dengan periode ulang X dihitung
dengan Analisis Frekwensi.
• Isu yang penting adalah menentukan
disagregasi
hujan harian
menjadi hujan jam jaman yang
disebut Standard Project Storm/SPS (Hujan
Desain Standard).
• SPS merupakan hujan hipotetik yang terdistribusi
dalam waktu yang pernah atau mungkin terjadi
dalam suatu kondisi lokal. Contoh:
Hujan Desain (2)
• Menurut Van Breen, hujan besar di
Indonesia mempunyai durasi 4-6 jam.
• Dari definisi debit puncak, hujan dengan
tinggi sama yang memiliki durasi paling
pendek akan memberikan debit puncak
yang paling besar. Untuk alasan demikian,
distribusi yang sering digunakan
adalah uniform selama 4 jam.
Contoh:
Hujan Harian R=120 mm, menjadi hujan
120 mm dalam 4 jam (@ 30 mm)
Area Reduction Factor/Point
Depth
• Jika suatu DAS yang cukup besar hanya memiliki
1 stasiun hujan (point rainfall). Curah hujan
wilayah didekati dengan konsep Area Reduction
Factor(ARF)/Point depth reduction factor. Dimana:
P
wilayah=ARF x P
point Contoh:Sebuah DAS dengan luas 518 km2 memiliki 1
stasiun hujan. Data hujan yang tercatat pada
stasiun tersebut adalah 100 mm. Berapakah curah hujan wilayahnya.
Jawab
A=518 km2=200 mi2
Dari grafik ARF=54% Maka contoh:
Pwilayah=54% x 100=54 mm (30 min)
Revisit: Contoh Soal SUH
Sebuah DAS dengan luas 200 km
2
,
memiliki catchment lag 22 jam dan
C
p
=0.6. Menurut Snyder, bagaimana
hydrograph yang terjadi oleh:
a. Hujan effektif
20 mm dalam 4
jam
b. Hujan effektif
40 mm dalam 4
jam
c. Hujan effektif
40 mm dalam 8 jam
Contoh 1
DAS A yang cukup besar memiliki unit hidrograf
(t
unit=1 jam, P
unit=1 cm) seperti pada gambar. Curah
hujan wilayah P
tr=200 tahun=160 mm. DAS tersebut
memiliki abstraksi hujan dengan Phi index=10
mm/jam. Berapakah debit banjir periode ulang 200
tahun Q
tr=200 tahun Revisit: Phi IndexContoh 2
DAS B yang cukup besar memiliki unit hidrograf
(t
unit=1 jam, P
unit=1 cm) yang sama. Curah hujan
wilayah P
tr=200 tahun=160 mm. DAS tersebut memiliki
abstraksi hujan dengan horton memiliki fo=20
mm/jam, fc=10 mm/jam dan k=1 jam
-1. Berapakah
debit banjir periode ulang 200 tahun Q
tr=200 tahunRevisit: Horton Infiltration Capacity
kt c o c
f
f
e
f
f
(
)
Contoh 3
DAS C yang cukup besar memiliki unit hidrograf
(t
unit=1 jam, P
unit=1 cm) yang sama. Curah hujan
wilayah P
tr=200 tahun=160 mm. DAS tersebut memiliki
abstraksi hujan dengan CN=75. Berapakah debit
banjir periode ulang 200 tahun Q
tr=200 tahunIn cm, where R=2.54 Revisit: Curve Number
Jawab:
Jika P=16 cm dan CN=75, Maka Q=8.99 cm
Nilai Q adalah potensial runoff curah hujan wilayah effektif
Catatan:
Jika P didistribusikan seragam dengan durasi 4 jam (@ 4 cm) kemudian dicari Q, maka hasil yang didapatkan menjadi tidak realistis karena untuk P=4 cm dan CN=75 maka Q adalah 0,5 cm