• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL JURNAL TEKNIK PENYAMAKAN DAN PENGOLAHAN PRODUK KULIT IKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL JURNAL TEKNIK PENYAMAKAN DAN PENGOLAHAN PRODUK KULIT IKAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 71 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

ARTIKEL JURNAL

TEKNIK PENYAMAKAN DAN PENGOLAHAN

PRODUK KULIT IKAN

(2)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 72 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT PARI TERSAMAK MELALUI PENGEMBANGAN PRODUK KULIT KOMERSIAL Latif Sahubawa 1), Ambar Pertiwiningrum2), Iwan Yusuf 1), & Meilynda Dwi Purwanti 1)

1): Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM, 2): Fakultas Peternakan UGM

Abstract

Tanned ray’s leather waste from main product processed can be reused as a high valuable derivative product. The objective of research has to find out the production process, economic value of tanned leather waste, and know the consumer acceptance level of derivative product. The test parameters are: economic value and consumer acceptance level. The research use economic value analysis of the product and consumer acceptance level of its. The derivative product was processed in the CV. Fanri Collection, Kaliurang Street Km 13.5 Sleman Yogyakarta.

There steps of product processing are selecting the quality of raw material, forming the pattern, grenda processing, softening, coloring, cutting according to the pattern, designing product interior, forming the product, and the last is finishing. The research shows that the derivative product has quiet high economic value (168%) higher than main product value. According to the result of consumer acceptance level test in three market consumer (college student, worker, and businessman), summarized that a form of product influences the consumer acceptance levet, but the need and color are not influence its.

Keywords: economic value, waste, sringray leather, consumer acceptance

A. PENGANTAR

Ikan pari memiliki peluang pemanfaatan untuk dijadikan komoditi ekspor yang sangat tinggi. Persentase kenaikan produksi rata-rata ikan pari tahun 2005–2006 sebesar 1.556,15%, sedangkan persentase kenaikan rata-rata total perikanan tangkap tahun 2005–2006 hanya sebesar 1,70% (Tabel 1). Hal ini membuktikan bahwa ikan pari memiliki potensi produksi yang sangat besar. Salah satu bagian penting ikan pari yang memiliki peluang ekonomi adalah kulit, yang dapat dijadikan beragam produk kulit komersial dengan peluang ekspor yang cukup besar. Sekarang ini cukup banyak pengumpul kulit pari segar yang hamper ditemui di setiap tempat pendaratan ikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kulit ikan pari memiliki nilai jual sangat tinggi ketika diolah menjadi kulit tersamak melalui proses penyamakan sebagai bahan baku produk kulit.

Tabel 1. Produksi perikanan tangkap ikan pari Tahun 2005 – 2006 (ton)

No Jenis Pari 2005 2006 Kenaikan Rata-rata (%) 1 Pari macan 26.944 29.069 7,89 2 Pari kelelawar 200 2.768 1284 3 Pari burung 975 4.790 391,28

4 Pari hidung sekop 120 12 -90,00

5 Pari kekeh 28.492 17.945 -37,02

Total Produksi Ikan Pari

Total Produksi Perikanan 3.991.940 4.059.690 1,70

Sumber: Anonim, 2008

Kulit ikan pari tersamak memiliki corak yang khas dan indah, kulitnya ditutupi manic-manik yang menyerupai butiran-butiran mutiara yang cocok digunakan sebagai bahan baku produk kulit (Irianto dkk, 2007). Hal ini yang mendorong tingginya daya jual jenis ikan tersebut. Menurut Anonim (2005), proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah usaha mengubah kulit mentah yang bersifat labil (bahan yang cepat membusuk) menjadi kulit tersamak (leather) yang stabil dalam

(3)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 73 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

jangka panjang sebagai bahan baku produk kulit dengan nilai jual yang sangat kompetitif. Menurut Anonim (2007), kulit ikan merupakan salah satu bentuk produk perikanan yang banyak diproduksi dalam skala besar dari usaha perikanan tangkap. Kulit ikan pari di beberapa daerah berpotensi perikanan belum dimanfaatkan secara optimal padahal melalui proses pengawetan dan penyamakan, kulit ikan menghasilkan potensi ekonomi yang cukup besar.

Kulit ikan pari yang disamak sampai tahap penyelesaian (finishing) mempunyai nilai tambah cukup tinggi, antara 30%-60% dari kulit segar, tergantung dari jenis dan kualitasnya (Sahubawa, dkk. 2009). Harga kulit ikan pari segar/mentah per lembarnya antara Rp 20.000 – 30.000, sedangkan kulit tersamak dihitung dengan lebar punggungnya, per inci ±Rp 12.000. Rata-rata kulit ikan pari mempunyai lebar antara 6-12 inci. Namun harga tersebut masih harus dilihat jenis dan ukurannya, seperti untuk ikan pari jenis pasir berbeda dengan jenis cingir atau jenis macan. Makin menarik rajah/mutiara produk kulit pari, makin tinggi nilai jual serta permintaan konsumen (Untari dkk, 2007).

Kisaran harga kulit pari tersamak Rp 8.000 - 12.000 per inci, tergantung jenis dan ukuran lebar kulit pari (Tabel 2). Harga produk kulit pari sekitar Rp 75.000 hingga mencapai jutaan rupiah, sedangkan harga produk turunan dari limbah sisa pembuatan produk kulit pari yaitu sekitar Rp 75.000 hingga Rp 125.000 (Tabel 3). Limbah pengolahan produk kulit ikan pari memiliki potensi yang sangat besar, selain dari segi corak sisiknya yang khas dan indah, harganya juga cukup mahal jika dibuat menjadi produk turunan. Kebanyakan limbah kulit tersamak hanya dibuang tanpa dimanfaatkan lebih lanjut, padahal limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali (reuses) menjadi beberapa produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi, misalnya gantungan kunci mobil, cover handphone, tempat kosmetik, kotak perhiasan, tempat kartu nama, dan lain-lain. Jika dijual kepada industri kulit dan plastic serta furniture di Jakarta, harganya bisa mencapai Rp 50.000 per kg (Sahubawa, dkk., 2009).

(4)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 74 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

Tabel 2. Ukuran Kulit dan Kisaran Harga Kulit Ikan Pari Tersamak

Jenis Ukuran

Lebar Garis Punggung

Contoh Jenis Ikan Pari

Harga Kulit Tersamak (Rp/inci)

Kecil ±5 inci Batu halus, krikil Jenis batu halus dan krikil ± 5.000-6.000 Jenis cingir dan mondol sekitar 7.000-8.000 Jenis macan sekitar 6.000-7.000

Jenis duri sekitar 50.000 per 40 cm Sedang ±8 inci Cingir, mondol

Besar ±11 inci Cingir, mondol, duri, macan, dll

Ekspor produk kulit Indonesia pada periode tahun 2000-2004 mengalami peningkatan, yaitu dari US$ 1,225 milyar pada tahun 2000 menjadi US$ 3,106 milyar pada tahun 2004 (Irianto dkk, 2007). Jenis-jenis produk utama dan turunan yang berasal dari kulit ikan pari, antara lain: tas, sepatu, sarung tangan, dompet (laki-laki dan wanita), cover handphone, dan gantungan kunci mobil, ikat pinggang dan lain sebagainya. Produk utama kulit ikan pari tersamak, memanfaatkan bagian kulit utama yang memiliki butiran mutiara, sedangkan untuk produk turunan hanya memanfaatkan sisa kulit dari hasil pembuatan produk utama. Beberapa produk utama kulit ikan pari dapat dilihat pada Gambar 1, dengan produk turunan seperti diperlihatkan pada Gambar 3.

Tujuan penelitian adalah mengetahui proses produksi produk turunan (gantungan kunci mobil, gantungan kunci sepeda motor dan cover handphone), mengkaji nilai ekonomi pemanfaatan limbah kulit pari tersamak, serta mengetahui tingkat penerimaan konsumen.

B. BAHAN DAN METODE

Berbagai macam bahan yang digunakan dalam pembuatan produk turunan yang berasal dari limbah kulit ikan pari tersamak tersebut adalah limbah kulit ikan pari tersamak, lem cair, benang jahit, bensin, kain vuring, kulit sapi tersamak, cat mobil, dan tinner.

1. Persiapan Pembuatan Produk

Proses pembuatan produk turunan dari limbah sisa pembuatan produk utama kulit pari tersamak yang dilakukan oleh industri kecil CV. Fanri Collection di Yogyakarta hingga menjadi tiga jenis produk turunan (gantungan kunci mobil, gantungan kunci sepeda motor, dan cover handphone). 2. Analisis Nilai Ekonomi Produk

Analisis nilai ekonomi dilakukan untuk mengetahui rasio nilai ekonomi/manfaat yang diperoleh dari satu lembar limbah kulit ikan pari tersamak untuk setiap jenis ukuran kulit. Terdapat tiga jenis ukuran kulit ikan pari tersamak, yaitu kecil, sedang dan besar. Analisis nilai ekonomi dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Perhitungan nilai jual produk utama

Nilai Jual = [(Penjualan Produk Utama) – (Biaya Bahan Baku + Proses Produksi)]

b. Perhitungan nilai jual produk turunan

Nilai Jual = [(Penjualan Produk Turunan) – (Biaya Bahan Baku + Proses Produksi)]

c. Perhitungan total nilai jual produk utama dan turunan setiap jenis kulit

Total Nilai Jual = [Nilai Jual Produk Utama + Nilai Jual Produk Turunan]

d. Rasio nilai ekonomi/manfaat

(5)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 75 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

3. Uji Tingkat Penerimaan Konsumen

Penelitian ini menggunakan uji penerimaan konsumen terhadap produk-produk turunan yang diujikan, yaitu terdiri dari 3 jenis produk dengan model yang berbeda, masing-masing 2 warna hitam dan coklat, yaitu: (a) gantungan kunci mobil (model 1), (b) gantungan kunci sepeda motor (model 2), dan (c) cover handphone (model 3). Panelis/konsumen yang melakukan uji tersebut merupakan panelis yang tidak terlatih, yang diambil dari 3 kelompok masyarakat (mahasiswa, karyawan dan wirausaha) masing-masing sebanyak 50 orang.

Pelaksanaan pengujian penerimaan produk yaitu panelis diminta untuk mengisi identitas diri, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan mengevaluasi semua sampel/produk dengan memberikan penilaian terhadap indikator penerimaan yang diujikan (bentuk, kebutuhan dan warna). Pada penilaian indikator penerimaan bentuk dan kebutuhan, panelis diminta untuk menilai semua sampel yang telah disiapkan berdasarkan tingkat penerimaan dalam 3 poin skala dengan kisaran dari tidak suka hingga sangat suka untuk indikator penerimaan bentuk, dan kisaran dari tidak butuh hingga sangat butuh untuk indikator penerimaan kebutuhan. Pada penilaian indikator penerimaan warna, panelis/konsumen diminta untuk memilih warna yang disukai diantara 2 warna tersebut (hitam atau coklat).

Analisis dan Interpretasi data uji dilakukan dengan cara mengkonversikan poin skala pada kisaran skor dari 1 sampai 3. Skor 1 tidak suka/tidak butuh, skor 2 suka/butuh, dan skor 3 sangat suka/sangat butuh. Setiap indikator penerimaan memiliki bobot nilai 10 poin. Selanjutnya dilakukan perhitungan total nilai/skor uji penerimaan dengan mengkalikan skor dan bobot, kemudian hasil nilai tersebut dibandingkan antar sampel, sehingga dapat dilakukan interpretasi terhadap nilai total dari setiap sampel tersebut dan diketahui ada tidaknya pengaruh dari indikator penerimaan terhadap sampel yang diujikan.Penilaian untuk indikator penerimaan warna dilakukan dengan menjumlahkan penilaian dari semua panelis sehingga diketahui warna yang paling banyak disukai untuk setiap model produk yang diujikan.Identitas diri panelis dan beberapa pertanyaan yang diajukan, digunakan untuk mengetahui jenis produk dan warna produk yang paling banyak diminati oleh konsumen pada umumnya, serta mengetahui target pemasaran produk turunan dari limbah kulit ikan pari tersamak.

4. Analisis Usaha

Analisis usaha pemanfaatan limbah kulit ikan pari tersamak diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha pembuatan produk turunan kulit tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika mampu memberikan manfaat atau keuntungan pada periode waktu tertentu. Perhitungan biaya, keuntungan dan penetapan harga pokok penjualan dilakukan untuk mengetahui nilai indikator kelayakan suatu usaha. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pemanfaatan limbah kulit pada penelitian ini yaitu analisis R/C (Revenue Cost) Ratio, PBP (Pay Back Period) dan analisis BEP (Break Even Point) (Lukito dan Prayugo, 2007). Formula masing-masing indikator dapat diuraikan berikut.

Total Investasi = (Total Dana Investor + Total Biaya Operasional)

Biaya Tetap = biaya pengadaan peralatan proses produksi + biaya penyusutan peralatan proses produksi + biaya tenaga kerja tetap

Biaya tidak tetap = biaya bahan baku + biaya bahan penunjang proses produksi + biaya tenaga kerja tidak tetap

Keuntungan = [Penerimaan – (Total Biaya Tetap + Total Biaya Tidak Tetap)] PBP = [(Total Investasi x 1 Tahun) / Keuntungan]

(6)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 76 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com                     Penerimaan Total Tetap Tidak Biaya Tetap Biaya BEP 1

A. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Proses Pengolahan Produk Turunan

Produk turunan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi meskipun tidak memiliki mutiara (Gambar 2). Limbah kulit tersamak selain untuk pembuatan produk turunan, juga berpotensi dimanfaatkan untuk berbagai aksesoris bernilai ekonomis (Tabel 3). Proses pembuatan produk turunan kulit pari (gantungan kunci mobil, gantungan kunci sepeda motor, dan cover handphone) adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Jenis Ukuran Kulit dan Contoh Produk Kulit

Jenis Ukuran

Kulit Pari Contoh Produk Utama

∑Produk Setiap Ukuran Kisaran Harga (Rp.000) Produk dari Limbah Kulit Tersamak ∑Produk Setiap Ukuran Kisaran Harga (Rp.000) Kecil Cover handphone 1 100-150 Gantungan kunci tanpa mata 1 75 -100

Tempat kartu nama 125

Gantungan kunci 75-125

Dompet laki-laki (5 inci) 150

Sedang Dompet wanita 1 250 Cover handphone tanpa mata 1 75 -100

Dompet laki-laki (6 inci) 175

Ikat pingang mata 1 250

Ikat pinggang duri 500

Besar

Tas

1

1.500 Gantungan kunci

tanpa mata 2 (gantungan kunci & ikat pinggang)

75 -100

Dompet wanita 300 Ikat pinggang

tanpa mata 125

a. Pemilihan kualitas bahan baku. Pemilihan bahan baku yang masih memiliki kondisi yang

baik (butiran mutiara tidak cacat dan kulit tidak robek) serta memiliki ukuran yang cukup dengan pola ukuran produk turunan yang akan dibuat.

b. Pembuatan pola. Pembuatan pola tergantung dari model yang diinginkan. Pola dipotong

dengan gunting, pelemasan dan penipisan dengan mesin pengamplas, serta penempelan kertas karton pada kulit dengan lem cair.

c. Penggrendaan. Kulit yang sudah dilapisi dengan karton, kemudian digrenda dengan mesin

grenda keramik sebagai jalan untuk memudahkan proses penjahitan.

d. Penghalusan. Penghalusan permukaan kulit ikan pari (bagian mutiara) dengan mesin

pengamplas dan amplas manual hingga permukaannya rata dan halus.

e. Pengecatan. Proses pengecatan dasar memakai campuran jenis cat mobil yang berfungsi

sebagai pemberi warna dan tinner sebagai pengencer, menggunakan alat cat semprot (spray gun). Pengecatan dasar dilakukan dua kali, dengan selang waktu ±10 menit. Langkah selanjutnya dilakukan pengecatan tutup memakai campuran jenis cat mobil yang berfungsi sebagai cat tutup dan pelindung cat dasar, serta tinner sebagai pengencer. Selesai pengecatan tutup, kulit didiamkan semalaman (over night)

(7)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 77 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

A B C D E

Gambar 2. Pemanfaatan limbah kulit ikan pari

(A: kulit ikan pari utuh, B: pola kulit ikan pari untuk produk utama yang hanya memanfaatkan bagian mutiara terbesar, C: limbah kulit ikan pari setelah pemanfaatan kulit untuk produk utama, D: contoh limbah kulit yang dimanfaatkan untuk produk turunan, E: limbah kulit pari setelah pembuatan produk turunan. Tanda panah menunjukkan proses pemanfaatan limbah kulit ikan pari).

f. Pemotongan Pola. Pola yang sudah selesai dicat kemudian dipotong dengan alat pemotong

seperti gunting dan chutter. Selanjutnya pelepasan lapisan karton yang menempel pada kulit. Kulit tersebut akan digabungkan dengan lapisan bagian interior produk. Jadi, selanjutnya dilakukan pembuatan bagian interior produk terlebih dahulu.

g. Desain Interior Produk. Diawali dengan memotong pola kulit sapi tersamak dan kain vuring

sebagai bahan pelengkap produk. Kulit sapi tersamak digunakan sebagai bahan dasar interior produk, dan setiap sap (bagian interior) dilapisi kain vuring. Bagian-bagian interior yaitu tempat kartu nama dan KTP, tempat uang koin, atau diberi tambahan motif garis-garis dengan mesin pengepres. Proses pembuatannya dengan menempelkan kulit sapi yang sudah dimotif dengan kain vuring sebagai pelapis, diikuti penjahitan bagian pinggir supaya lebih kuat.

h. Pembentukkan Produk. Bagian interior digabungkan dengan lapisan kulit pari dengan cara

mengoleskan lem cair diseluruh tepi kulit, kemudian dilakukan penjahitan akhir pada setiap tepi produk.

i. Finishing. Pada tahap ini dilakukan pembuangan sisa lem yang masinh menempel pada produk, sekaligus memotong sisa benang jahitan. Produk turunan hasil akhir dari tahap finishing seperti terlihat pada Gambar 3.

(8)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 78 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

Tabel 4. Rasio Nilai Ekonomi Limbah Kulit Ikan Pari

2. Nilai Ekonomi Produk

Rasio nilai ekonomi yang diperoleh dari 1 lembar limbah kulit pari (ukuran kecil, sedang dan besar) antara nilai jual produk utama dan produk turunan dapat dilihat pada Tabel 4. Diketahui setiap 1 lembar limbah kulit ikan pari memiliki harga sekitar Rp 5.000. Masing-masing jenis kulit ikan pari tersamak memiliki kisaran harga kulit yang berbeda. Komponen proses produksi produk turunan kulit pari tersamak yaitu:

a. Harga Setiap Kulit Tersamak (jenis pari mondol Rp 8.000 per inci) Ukuran kecil = Rp 40.000

Ukuran sedang = Rp 64.000 Ukuran besar = Rp 88.000 b. Biaya pengolahan = Rp 10.500/bh

3. Tingkat Penerimaan Konsumen

Berdasarkan hasil pengujian preferensi konsumen, terhadap 3 segmentasi pasar/kelompok masyarakat (mahasiswa, karyawan dan wirausaha) dapat disimpulkan bahwa:

a. Urutan bentuk produk yang paling disukai yaitu gantungan kunci mobil, cover handphone dan gantungan kunci sepeda motor. Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor bentuk mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk.

b. Faktor kebutuhan tidak mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk, karena diketahui adanya perbedaan antara kebutuhan responden dengan hasil penerimaan terhadap suatu produk.

c. Faktor warna tidak mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk, karena setiap responden memiliki selera/kesukaan warna yang berbeda-beda

d. Sebagian besar responden suka terhadap produk yang berasal dari kulit, diketahui bahwa terdapat 90% mahasiswa, 94% karyawan, dan 86% wirausaha yang menyukai produk yang berasal dari kulit.

e. Berdasarkan uji produk yang berasal dari kulit, diketahui bahwa mahasiswa lebih menyukai produk berupa dompet, karyawan lebih menyukai produk berupa sepatu, dan wirausaha lebih menyukai produk berupa dompet.

f. Berdasarkan uji warna yang paling disukai, diketahui bahwa sebagian besar responden menyukai warna hitam.

No Jenis Ukuran Kulit

Produk Utama Produk Turunan

Total Nilai Jual (Rp) (3-4) + (5-6) Rasio Nilai Ekonomi (Rp) (7) : (3-4) Harga Produk (Rp) Biaya Proses Produksi (Rp) Harga Produk (Rp) Biaya Proses Produksi (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (3 - 4) + (5-6) (8) = 7/(3-4) 1 Kecil 150.000 50.500 75.000 15.500 159.000 1,60 : 1 2 Sedang 175.000 74.500 75.000 15.500 160.000 1,59 : 1 3 Besar 300.000 98.500 200.000 26.000 375.500 1,86 : 1 Rata-rata 1,68 : 1 Rata-rata (%) 168% : 100%

(9)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 79 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

4. Hasil Analisis Usaha Produk Kulit dari Limbah Kulit Pari Tersamak

Perhitungan ini menggunakan contoh pembuatan produk cover handphone yang berharga jual Rp 75.000. Secara keseluruhan, perhitungan biaya investasi, biaya tetap dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada Tabel 5, 6, 7.

Tabel 5. Perhitungan biaya investasi

No Dana Investasi Biaya (Rp)

1 Alat Ukur 100.000

2 Mesin Jahit 5 buah @ Rp 1.000.000 5.000.000

3 Mesin Grenda Keramik 2.000.000

4 Mesin Grenda Bor 800.000

5 Alat Hairdrier 250.000

6 Mesin Pengepres Kancing 2 buah @ Rp 100.000 200.000

7 Alat Pemotong 8.400.000

8 Alat Cat Semprot 2.000.000

9 Mesin Seset 7.000.000

10 Mesin Pengepres 6.000.000

11 Mesin Pengamplas 2.500.000

Total 34.250.000

Tabel 6. Perhitungan biaya tetap

No Biaya Tetap Biaya (Rp)

1 Gaji Pegawai Tetap (3 pegawai) 18.600.000

2 Biaya Perawatan :

a. Servis mesin jahit setiap 5 tahun Rp 100.000 b. Servis mesin grenda setiap tahun Rp 50.000 c. Oli alat cat semprot setiap 3 bulan Rp 23.000 d. Pisau mesin seset setiap tahun Rp 1.000.000 e. Mesin amplas setiap bulan Rp 150.000

20.000 50.000 92.000 1.000.000 1.800.000

3 Total Biaya Tetap 21.562.000

Tabel 7. Perhitungan biaya tidak tetap

No Biaya Tidak Tetap (x 5.616 produk) Biaya (Rp)

1 Limbah kulit pari tersamak 8 inci (Rp 5.000/lembar) 28.080.000

2 Kulit sapi (Rp 21.000/produk) 117.936.000

3 Kain bludru (Rp 1.800/produk) 10.108.800

4 Kertas karton (Rp 100/produk) 561.600

5 Lem cair (Rp 800/produk) 4.492.800

6 Benang jahit (Rp 250/produk) 1.404.000

7 Mika (Rp 700/produk) 3.931.200

8 Tinner (Rp 2.500/produk) 14.040.000

9 Cat dasar (Rp 7.000/produk) 39.312.000

10 Cat finishing (Rp 4.000/produk) 22.464.000

11 Listrik 4.800.000

12 Gaji pegawai tidak tetap (Rp 10.500 per produk) 58.968.000

Total Tidak Tetap 306.098.400

Total Biaya Operasional 327.660.400

Total investasi = (Total Dana Investasi + Total Biaya Operasional) = Rp 361.910.400

(10)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 80 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

Penerimaan = [5.616 Produk x Harga Jual Produk (Cover handphone)] = Rp 421.200.000

Keuntungan = [Penerimaan – (Total Biaya Tetap + Total Biaya Tidak Tetap)] = Rp 93.539.600

Hasil analisis R/C = 1,29, artinya setiap biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang kulit ikan pari sebesar Rp 1,00 dapat menghasilkan Rp 1,29. Dengan kondisi demikian, usaha tersebut layak dikembangkan karena memberikan keuntungan yang cukup besar setiap tahun.

Hasil analisis PBP = 3,87, artinya investasi yang digunakan untuk kegiatan produksi barang kulit pari dapat kembali dalam jangka waktu 3,87 tahun.

Hasil analisis BEP = Rp 78.981.685, artinya usaha produk turunan limbah kulit ikan pari mengalami titik impas (total penjualan sama dengan total biaya produksi) pada saat total penjualan produk mencapai Rp 78.981.685.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

a. Urutan proses pembuatan produk turunan limbah kulit ikan pari tersamak adalah pemilihan kualitas bahan baku, pembentukan pola, penggrendaan, penghalusan, pengecatan, pemotongan pola, desain interior produk, pembentukkan produk, dan finishing.

b. Pemanfaatan limbah kulit ikan pari tersamak memberikan keuntungan yang cukup besar, mencapai 168% lebih besar dari produk utama.

c. Hasil pengujian penerimaan konsumen menunjukkan bahwa faktor bentuk mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen terhadap produk, sedangkan faktor warna dan kebutuhan tidak berpengaruh.

2. Saran/Rekomendasi

Dengan mempertimbangkan potensi dan besarnya nilai ekonomi produk turunan (termasuk aksesoris) limbah kulit pari produk utama, maka diharapkan industri kulit (skala UMKMB) meningkatkan inovasi pengembangan produk-produk turunan sebagai sumber penghasilan tambahan yang tetap.

Ucapan Terimakasih

Terimakasih diucapkan kepada yang terhormat Direktur dan Staff CV. Fanri Collection yang telah bersedia dan membantu kami dalam pelaksanan penelitian, terutama dalam proses pembuatan produk.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Laporan Teknologi Pembuatan Sepatu dan Barang Kulit Ikan (Kakap Dan Kerapu). Balai Besar Kulit, Karet, Dan Plastik. Yogyakarta.

Anonim. 2007. Kulit Ikan Limbah Bernilai Tambah. (http://www.pusatagroindustri.com). Diakses tanggal 13 Oktober 2009.

Anonim. 2008. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 2006. Departemen Kelautan Dan Perikanan. Vol. 7, No. 1. Jakarta.

(11)

Latif Sahubawa, Dosen Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM Hal. 81 e-mail: Latifsahubawa2004@yahoo.com

Irianto, H. E., R. Nur, dan H. Nurul. 2007. Prospek Pengembangan Penyamakan Kulit Ikan. Squalen Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Vol.2 No.1, Juni 2007.

Lukito, Agung, Prayugo, dan Surip. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sahubawa L., A. Pertiwiningrum dan D.P. Meylinda, 2009. Peningkatan Kreativitas Remaja Cacat Fisik Melalui Pelatihan Pengembangan Inovasi & Kreasi Produk Kulit Ikan dalam Mendukung Program Industri Kulit Kreatif. Program Hibah IPTEKS LPPM UGM.

Untari, S., Susilowati, L. Sahubawa, dan E. S. Arini. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Industri Kulit Ikan Terintegrasi. Penerbit PT. Kanisius Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Produksi perikanan tangkap ikan pari Tahun 2005 – 2006 (ton)
Gambar 1. Produk utama kulit ikan pari
Tabel 2. Ukuran Kulit dan Kisaran Harga Kulit Ikan Pari Tersamak  Jenis
Gambar 2. Pemanfaatan limbah kulit ikan pari
+3

Referensi

Dokumen terkait

Other factors, such as row spacing and nitrogen form, showed no significant influence on maize biomass production per plant even though maize biomass was higher in plots treated

Perbedaan sifat kimia tanah terutama KPK pada kedua jenis tanah berpengaruh tidak nyata (P = 0,051) terhadap pertumbuhan dan berpengaruh nyata terhadap serapan Pb

Peneliti melanjutkan pertanyaan terkait divisi nonlitigasi, Ibrahim mengatakan bahwa divisi ini adalah divisi dengan tujuan menyelesaikan permasalhan hukum client

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan rehabilitasi Bendung Jejeruk sedemikian rupa sehingga debit yang direncanakan bisa memenuhi kebutuhan air untuk irigasi..

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,86 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat berpendapat taman Honda Tebet itu ruang yang baik untuk berinteraksi social, karena dilihat dari kelima kriterianya

Tooth set daam pisau gergaji (lihat Gambar 2) diatur sedemikian rupa agar pisau dapat dengan mudah bergerak terhadap benda kerja tanpa tersangkut juga agar pemotongan