• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu alat untuk mengembangkan cara

berpikir seseorang yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan sarana untuk

perkembangan budaya.1 Matematika perlu diberikan kepada peserta didik sejak Sekolah Dasar (SD), bahkan sejak Taman Kanak-kanak (TK). Matematika yang

diajarkan di Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) disebut

matematika sekolah. Matematika sekolah tediri atas bagian -bagian matematika

yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan -kemampuan dan

membentuk pribadi serta berpadu pada perkembangan IPTEK.2 Hal ini menunjukkan bahwa matematika sekolah tetap memiliki ciri khas yang dimiliki

oleh matematika, yaitu memiliki objek, kajian abstrak serta berpola pikir deduktif

konsisten.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar untuk memegang

peranan penting dalam mempercepat penguasaan ilmu, karena itu ma tematika

1

Herman Handoko. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajran Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang. 2005),h. 35

2

Soedjadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia dari Konstalasi Keadaan Masa Kini

Menuju Masa Depan (di Rektorat Jendral Pendidikan Tinggi.2000),h. 33

(2)

mempunyai karakteristik sebagai ilmu abstrak, sehingga untuk dapat memahami

matematika dibutuhkan pengertian, pemahaman dan keterampilan secara

mendalam terhadap materi yang sedang dipelajari.

Dalam penyampaian suatu materi pembelajaran, guru ha rus

memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Guru harus mengetahui tingkat

perkembangan mental siswa dan bagaimana pengajaran harus dilakukan agar

sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan siswa baik itu siswa laki-laki

ataupun siswa perempuan. Pembelajaran yang tidak memperhatikan tingkat

perkembangan mental siswa kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa

mengalami kesulitan karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai dengan

kemampuan siswa dalam menyerap materi yang diberikan. 3

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Banyak hal

yang melatarbelakangi perbedaan kemampuan antara siswa laki -laki dengan siswa

perempuan. Salah satu yang telah diungkapkan oleh peneliti di Universitas of

Cambridge, Inggris, yaitu anak laki-laki dan perempuan memiliki latar belakang

yang berbeda pada setiap perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan.

Anak laki-laki lebih suka mengotak-ngatik hal-hal yang rumit seperi otomotif,

mesin dan lain-lain, tetapi perempuan lebih suka hal-hal yang memperhatikan

orang-orang yang ada disekitarnya.4 Secara umum perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan adalah dilihat dari nilai dan tingkah laku, itulah yang

3

Erna Suterana, Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer (Bandung.JICA:2003), h. 25 4

http://ramadan.detik.com/read/2010/09/28/131541/1450341/764/perbedaan-tindak-tanduk-anak-lelaki-dan-perempuan. diakses 26 Juni 2012

(3)

disebut gender. Berdasarkan pengamatan, perbedaan gender yang selalu muncul

adalah dalam kemampuan visual-spasial, yaitu kemampuan berfikir untuk

membayangkan dan memanipulasi secara mental gambar dua dan tiga dimensi.5 Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa tingkat kemampuan setiap

siswa itu berbeda. Piaget dalam Suherman menyatakan bahwa tingkat kognitif/

taraf kemampuan berpikir seorang individu sesuai dengan usianya semakin ia

dewasa makin meningkat pula kemampuan berpikir. Selain faktor usia,

perkembangan kognitif yang dicapai individu dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi

efektifitas hubungan antara setiap individu dengan lingkungan dan kehidupan

sosialnya berbeda satu sama lain, mengakibatkan tingkat perkembangan kognitif

yang dicapai oleh setiap individu berbeda pula. Karena itu, kemampuan kognitif

siswa dalam suatu kelas tidaklah seragam (heterogen).6

Selain Piaget, salah satu ahli pendidikan yang juga memperhatikan

tingkat kemapuan kognitif adalah Van Hiele. Van Hiele memvokuskan teorinya

dalam bidang geometri. Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tingkat berpikir

anak dalam bidang geometri, yaitua tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis),

tingkat 2 (deduksi informal), tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (Rigor). Pada

tingkat 0 (visualisasi) siswa mengenal bentuk-bentuk geometri hanya sekedar

berdasar karakteristik visual dan penampakannya. Pada tingkat 1(analisis) siswa

5

Janet Shible Hyale & Marcia C. Lin. Gender Similaritas in Matematics and Science .www. Sciencemog.org,2009/september.(jurnal-online),diakses 24 Maret 2011

6

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta. Rineka Cipta:1995), h. 13

(4)

dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan,

pengukuran, eksperimen, menggambar dan membuat model. Meskipun demikian,

siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat -sifat tersebut.

Pada tingkat 2 (deduksi informal) siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat

pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat antar beberapa bangun geometri. Pada

tingkat 3 (deduksi) siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima

bukti. Pada tingkat 4 (Rigor) siswa bernalar secara formal dalam sistem

matematika dan dapat menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma dan

definisi.7

Geometri merupakan cabang matematika yang tidak mengutamakan

hubungan antar bilangan, meskipun ia menggunakan bilangan, tetapi geometri

mempelajari hubungan antar titik-titik, sudut-sudut, bidang-bidang serta bangun

datar dan bangun ruang. Geometri adalah ilmu yang tidak hanya mementingkan

“jawaban”, tetapi juga “bagaimana” dan “mengapa” seseorang anak dapat

mengembangkan pola pikir mereka.8 Dalam geometri menyediakan pendekatan -pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar -gambar, diagram, sistem

koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan lingkungan untuk

mempelajari struktur matematika. Geometri yang diajarkan di sekol ah berguna

untuk menungkatkan berpikir logik dan membuat generalisasi secaa benar.

7

R. Kho, 1996. Tahap Berpikir dalam Belajar Geometri Siswa-siswa Kelas II SMP Negeri I Abepura pada Model van Hiele.(tidak dipublikasikan)

8

Drs. Hartono, dkk. Geometri bidang, ( Surabaya. UNESA University Press:Anggota IKAP) (tidak dipublikasikan ), h.1

(5)

Banyak bangun geometri yang dijumpai dalam kehidupan sehari -hari, sehingga

dengan diajarkan geometri disekolah, diharapkan siswa dapat menyelesaikan

masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu materi disekolah yang mempelajari tentang geometri pada

kelas VII di SMP adalah materi bangun segiempat yaitu yang terdiri dari persegi,

persegipanjang, layang-layang, belahketupat, trapesium dan jajargenjang. Dalam

materi tersebut akan mempelajari tentang definisi bangun segiempat, sifat -sifat

yang dimiliki oleh setiap bangun segiempat dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat berpikir siswa dalam

menyelesaikan soal-soal segiempat diadakan penelitian yang berjudul

”Identifikasi Tingkat Berpikir Geometri Siswa Menurut Teori Van Hiele Ditinjau dari Perbedaan Gender pada Materi Pokok Segiempat (Studi kasus di kelas VII SMPN 2 Gedangan)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan

penelitian yang dikemukaan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat berpikir geometri siswa laki-laki menurut teori Van Hiele

pada materi pokok segiempat?

2. Bagaimana tingkat berpikir geometri siswa perempuan menurut teori Van

(6)

3. Apakah ada perbedaan tingkat berpikir geometri antara siswa laki-laki dan

siswa perempuan berdasarkan tingkat kemampuan geometri pada materi

pokok segiempat menurut teori Van Hiele?

C. Tujuan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

penelitian adalah untuk mendiskripsikan :

1. Tingkat berpikir geometri siswa laki-laki berdasarkan tingkat kemampuan

geometri pada materi pokok segiempat menurut teori Van Hiele.

2. Tingkat berpikir geometri siswa perempuan berdasarkan tingkat kemampuan

geometri pada materi pokok segiempat menurut teori Van Hiele.

3. Apakah ada perbedaan tingkat berpikir geometri antara siswa laki-laki dan

siswa perempuan berdasarkan tingkat kemampuan geometri pada materi

pokok segiempat menurut teori Van Hiele secara kualitatif.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diberikan manfaat yaitu:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat

berpikir geometri pada materi pokok segiempat antara siswa laki -laki dan

siswa perempuan berdasarkan teori Van Hiele.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk mengad akan perubahan

(7)

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan atau

pengetahuan yang diperoleh dari lapangan.

E. Definisi Operasional variabel

1. Identifikasi tingkat berpikir geometri

Identifikasi tingkat berpikir geometri yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pengukuran tingkat berpikir geometri berdasarkan teori Van Hiele

yang dicapai setiap subjek pada penelitian.

2. Teori Van Hiele

Menurut teori Van Hiele, seseorang akan melalui lima tahap

perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Kelima tahap perkembangan

berpikir Van Hiele adalah tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2

(deduksi informal), tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (Rigor).9 3. Perbedaan Gender

Perbedaan gender yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan. Secara umum, pengertian

gender adalah perbedaan yang tampak antara laki -laki dan perempuan

apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. 10

9

R. Kho, 1996. Tahap Berpikir dalam Belajar Geometri Siswa-siswa Kelas II SMP Negeri I Abepura di Jayapura Berpandu pada Model Van Hiele.( tidak di publikasikan)

10

www. Sciencemog.org,2009/september Janet Shible Hyale & Marcia C. Lin. Gender Similaritas in Matematics and Science. (jurnal-online) ,diakses 24 Maret 2012

(8)

4. Segiempat

Menurut Hartono definisi dari segiempat adalah misal A,B,C, dan D

empat titik sebidang, jika tidak ada ti tik yang segaris dan segmen-segmen ,

, , dan berpotongan di titik ujungnya, maka gabungan keempat

segmen itu disebut segiempat.11

Pada penelitian kali ini materi yang digunakan dalam penelitian

adalah segiempat bidang datar yang terdiri dari jajargenjang, persegipanjan g,

belahketupat, persegi, layang-layang, dan trapesium.

F. Asumsi Penelitian

1. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini, mengerjakan soal tes sesuai dengan

kemampuan yang sebenarnya, karena selama tes berlangsung siswa diawasi

dengan ketat oleh peneliti dan guru bidang studi matematika.

2. Pada saat di wawancarai, siswa memberikan jawaban ataupun respon sesuai

dengan soal tersebut, karena wawancara dilakukan secara bergantian pada tiap

subjek penelitian.

11

Drs. Hartono, dkk. Geometri bidang, ( Surabaya. UNESA University Press:Anggota IKAP) (tidak dipublikasikan ), h.6

(9)

G. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada 6 siswa SMPN 2 Gedangan dari kelas

yang sama sebagai subjek penelitian, yang terdiri dari 1 siswa laki -laki yang

berkemampuan tinggi, 1 siswa laki-laki yang berkemampuan sedang, dan 1

siswa laki-laki berkemampuan rendah, 1 siswa perempuan yang

berkemampuan tinggi, 1 siswa perempuan yang berkemampuan sedang, dan

1 siswa perempuan berkemampuan rendah.

2. Materi yang digunakan adalah sifat-sifat segiempat yang terdiri dari

jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi, layang -layang, dan

trapesium.

3. Tingkat berpikir yang digunakan hanya pada tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1

(analisis), tingkat 2 (deduksi informal), tingkat 3 (deduksi). untuk indikator

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Van Hiele tentang Berfikir Geometri

1. Pembelajaran Geometri

Geometri berasal dari bahasa latin “Geometria”, Geo yang berarti tanah

sedangkan metria yang berarti ukuran. Di Indonesia geometri diterjemahkan

sebagai ilmu ukur. Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari titik,

garis, bidang dan benda-benda ruang beserta sifat, ukuran dan hubungannya

dengan yang lain. Objek geometri adalah benda pikir yang berasal dari benda

nyata yang diabstraksikan dan diidealisasikan. Diabstraksikan yaitu tidak

diperhatikan warna, bau, suhu dan sifat-sifat yang lain. Dan diidealisasikan

yaitu dianggap sempurna.

Pembelajaran geometri merupakan hal yang sangat penting karena

pembelajaran geometri sangat mendukung banyak topik lain, seperti vektor, dan

kalkulus, dan mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

Kennedy & Tipps dalam Husnain menyatakan bahwa dengan pembelajaran

geometri mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan

mendukung banyak topik lain dalam matematika.

Suydam menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah :

a. mengembangkan kemampuan berpikir logis,

b. mengembangkan intuisi spasial mengenai dunia nyata,

(11)

c. menanamkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk matematika lanjut,

d. mengajarkan cara membaca dan menginterpretasikan argumen

matematika.12

Selanjutnya Bobango menyatakan bahwa tujuan pembelajaran

geometri adalah agar siswa :

a. memperoleh rasa percaya diri pada kemampuan matematikanya,

b. menjadi pemecah masalah yang baik,

c. dapat berkomunikasi secara matematik, dan

d. dapat bernalar secara matematik.

2. Tingkat Berpikir Menurut Teori Van Hiele

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, identifikasi adalah tanda

kenal diri; bukti diri; penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan

sebagainya.13

Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan,

menggumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari

lapangan. 14

Menurut kamus psikolog tingkat adalah posisi atau tingkatan yang

dicapai pada suatu tes. Dapat pula diartikan tingkat adalah suatu usia

12

Husnain, Membangun konsep segitiga melaluipenerapan teori Van hiele pada kelas IV SD:malang, PPS UM. (tidak di publikasikan), h. 24

13

Desy Anwar. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia .(Jakarta,Amelia.2003),h.203 14

http://www.slideshare.net/guesta30b50/identifikasi-kebutuhan-masyarakat (diakses tanggal 4 maret 2012)

(12)

mental/angka (skor) ujung yang harus di dapat semua pribadi orang dengan

usia kronologis tertentu.15

Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti kata berpikir adalah

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu,

menimbang-nimbang diingatan.16

Teori Van Hiele yang dikembangkan oleh dua pendidik berkebangsaan

Belanda, Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele -Geldof, menjelaskan

perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri. Menurut teori Van

Hiele, seseorang akan melalui lima tingkat perkembangan berpikir dalam

belajar geometri. Kelima tingkat perkembangan berpikir van Hiele adalah

tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2 (deduksi informal),

tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (Rigor).17

Tingkat berpikir Van Hiele dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tingkat 0 (Visualisasi)

Tingkat ini juga dikenal dengan tingkat dasar, tingkat rekognisi,

tingkat holistik, dan tingkat visual. Pada tingkat ini siswa mengenal

bentuk-bentuk geometri hanya sekedar berdasar karakteristik visual dan

penampakannya. Siswa secara eksplisit tidak terfokus pada sifat -sifat obyek

yang diamati, tetapi memandang obyek sebagai keseluruhan. Oleh karena

15

Kartini Kartono, dkk, Kamus Psikologi.(Bandung: Pionir Jaya.1987), h. 346 16

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka, 2000), h.872

17

R. Kho, 1996. Tahap Berpikir dalam Belajar Geometri Siswa-siswa Kelas II SMP Negeri I Abepura pada Model van Hiele.(tidak dipublikasikan), h. 24

(13)

itu, pada tingkat ini siswa tidak dapat memahami dan menentukan sifat

geometri dan karakteristik bangun yang ditunjukkan.

b. Tingkat 1 (Analisis)

Tingkat ini juga dikenal dengan tahap deskriptif. Pada tingkat ini

sudah tampak adanya analisis terhadap konsep dan sifat -sifatnya. Siswa

dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan,

pengukuran, eksperimen, menggambar dan membuat model. Meskipun

demikian, siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara

sifat-sifat tersebut, belum dapat melihat hubungan antara beberapa bangun

geometri dan definisi tidak dapat dipahami oleh siswa.

c. Tingkat 2 (Deduksi Informal)

Tingkat ini juga dikenal dengan tingkat abstrak, tingkat

abstrak/relasional, tahap teoritik, dan tingkat keterkaitan. Hoffer menyebut

tingkat ini dengan tahap ordering. Pada tingkat tahap ini, siswa sudah dapat

melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat

antara beberapa bangun geometri. Siswa dapat membuat definisi abstrak,

menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakan deduksi

informal, dan dapat mengklasifikasikan bangun -bangun secara hirarki.

Meskipun demikian, siswa belum mengerti bahwa deduksi logis adalah

(14)

d. Tingkat 3 (Deduksi)

Tingkat ini juga dikenal dengan tingkat deduksi formal. Pada tingkat

ini siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti.

Siswa dapat menyusun teorema dalam sistem aksiomatik. Pada tingkat ini

siswa berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara.

Perbedaan antara pernyataan dan konversinya dapat dibuat dan siswa

menyadari perlunya pembuktian melalui serangkaian penalaran deduktif.

e. Tingkat 4 (Rigor)

Clements & Battista juga menyebut tingkat ini dengan tingkat

metamatematika, sedangkan Muser dan Burger menyebut dengan tingkat

aksiomatik. Pada tingkat ini siswa bernalar secara formal dalam sistem

matematika dan dapat menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma

dan definisi. Saling keterkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan,

aksioma, definisi, teorema dan pembuktian formal dapat dipahami.18

Burger dan Culpepper juga menyatakan bahwa setiap tingkat

memiliki karakteristik bahasa, simbol dan metode penyi mpulan

sendiri-sendiri.

Clements & Battista dalam Abussakir menyatakan bahwa teori Van

Hiele mempunyai karakteristik, yaitu

18

http:// ferrymath.blogspot.com.Pembelajaran geometri berdasarkan tahap. diakses 08 Maret 2011

(15)

a. Belajar adalah proses yang tidak kontinu, terdapat “lompatan” dalam

kurva belajar seseorang,

b. Tahap-tahap tersebut bersifat terurut dan hirarki,

c. Konsep yang dipahami secara implisit pada suatu tahap akan dipahami

secara ekplisit pada tahap berikutnya, dan

d. Setiap tahap mempunyai kosakata sendiri-sendiri.

Crowley dalam Abussakir menyatakan bahwa teori Van Hiele

mempunyai sifat-sifat berikut

a. Berurutan, yakni seseorang harus melalui tahap-tahap tersebut sesuai

urutannya;

b. Kemajuan, yakni keberhasilan dari tahap ke tahap lebih banyak

dipengaruhi oleh isi dan metode pembelajaran daripada oleh usia;

c. Intrinsik dan ekstrinsik, yakni obyek yang masih kurang jelas akan

menjadi obyek yang jelas pada tahap berikutnya;

d. Kosakata, yakni masing-masing tahap mempunyai kosakata dan sistem

relasi sendiri; dan

e. Mismacth, yakni jika seseorang berada pada suatu tahap dan tahap

(16)

jika guru, bahan pembelajaran, isi, kosakata dan lainnya berada pada

tahap yang lebih tinggi daripada tahap berpikir siswa.19 3. Indikator Tingkat Berpikir Van Hiele

Penelitian yang dilakukan oleh Burger dan Shaugnessy, menghasilkan

data yang cukup untuk menyusun suatu indikator (karakteristik) tingkat

-tingkat perkembangan berpikir geometri teori Van Hiele, namun penelitian

tersebut hanya memberikan indikator untuk tigkat 0 sampai tingkat 3.20 indikator-indikator tersebut adalah:

a. Indikator tingkat 0 (visualisasi)

1. Siswa menggunakan sifat-sifat yang tidak tepat untuk membedakan,

mengidentifikasi, mengkarakterisasikan dan memilih bangun-bangun

geometri.

Contoh :

Perhatikan bangun dibawah ini, kemudian identifikasilah sifat -sifat

bangun tersebut !

19

Abdussakir, M.Pd. Kependidikan dan Keagamaan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang, (Jurnal Kependidikan dan Keagamaan ISSN 1693-1499), Januari 2010, Vol VII Nomor 2

20

R. Kho, 1996. Tahap Berpikir dalam Belajar Geometri Siswa-siswa Kelas II SMP Negeri I

Abepura pada Model van Hiele.(tidak dipublikasikan) h. 23

(17)

Siswa menjawab bangun trapesium memiliki sudut bagian atas lebih kecil

dari pada sudut bagian bawah.

Jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam mengidentifikasi

bangun trapesium membedakan berdasarkan sudutnya.

2. Siswa bergantung pada contoh-contoh visual dalam menentukan

bangun-bangun geometri.

Contoh:

Apa yang dapat kamu utarakan mengenai bangun p ersegipanjang?

Siswa menjawab bahwa persegipanjang adalah bangun seperti pintu

3. Siswa mengikutsertakan sifat-sifat yang tidak relevan dalam

mengidentifikasi dan menjelaskan bangun-bangun geometri.

Contoh:

Perhatikan gambar di bawah ini, tunjukkan bangun mana yang merupakan

persegi !

Siswa berpendapat bahwa bangun pertama adalah persegi, tetapi kedua

bukan persegi karena berbentuk layang-layang.

4. Siswa tidak dapat membayangkan bahwa banyaknya suatu jenis bangun

yang dapat digambar tak hingga.

(18)

Contoh:

Gambar bangun segiempat yang kamu ketahui !

Dalam menjawab pertanyaan tersebut siswa hanya mampu menggambar 6

macam segiempat, yaitu trapesium, layang-layang, jajargenjang,

persegipanjang, persegi dan belahketupat.

Hal ini menunjukkan siswa tersebut masih belum menyadari bahwa dari

jenis bangun persegipanjang saja dapat dibuat tak hingga bangun

persegipanjang.

5. Siswa melakukan pemilihan bangun yang tidak tepat dan memilih bangun

yang tidak sesuai dengan sifat-sifat yang dia sebut sendiri.

Contoh :

Siswa diberikan beberapa bangun segiempat.

Siswa menyebut sifat-sifat layang-layang, yaitu memiliki tepat sepasang

sudut yang sama besar, kedua diagonalnya saling tegak lurus. Kemudian

siswa tersebut menunjuk bangun yang sesuai dengan sifat-sifat yang ia

sebut sendiri adalah bangun 1 dan 3, siswa telah salah menunjuk bangun

3 sebagai layang-layang. Bangun 3 bukanlah merupakan layang-layang

tetapi belah ketupat. Dalam hal ini siswa salah dalam menunjuk bangun 3

Gambar 2.4 Layang-layang Gambar 2.5 Trapesium Gambar 2.6 Belahketupat

(19)

karena tidak sesuai dengan sifat yang telah ia sebutkan yaitu memiliki

tepat sepasang sudut yang sama besar.

6. Siswa tidak dapat menentukan nama suatu bangun berdasarkan sifat-sifat

yang diketahui dan bergantung pada gambar.

Contoh:

Diberikan beberapa sifat sebagai berikut :

Suatu bangun segiempat, yang memiliki dua sisi panjang dan dua sisi

pendek, sepasang sisi yang panjang memiliki panjang yang sama,

sepasang sisi yang pendek memiliki panjang sisi yang sama, memiliki

tepat sepasang sisi yang sejajar.

Sebutkan bangun yang mempunyai sifat-sifat tersebut !

Untuk menebak bangun tersebut siswa terlebih dahulu menggambar

bangun yang sesuai dengan sifat-sifat yang diberikan, kemudian siswa

menjawab bangun tersebut adalah bangun persegi panjang. Padahal

bangun yang dimaksud adalah bangun trapesium sama kaki.

b. Indikator tingkat 1 (analisis)

1. Siswa membedakan bermacam-macam bangun geometri menurut sifat-sifat

komponennya.

Contoh:

(20)

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, siswa membedakan bangun persegi

dan belahketupat dengan membandingkan sifat sudutnya. Persegi memiliki

sudut 90° sedangkan belahketupat sudutnya tidak 90°.

2. Siswa mengabaikan himpunan bagian diantara bangun -bangun geometri.

Contoh:

Dalam mengidentifikasi jajargenjang, siswa tidak memasukkan

persegipanjang dan belahketupat sebagai suatu bangun yang dibatasi oleh

dua garis sejajar yang sama panjang. Letaknya horisontal dan dua garis

lain yang letaknya miring dan sama panjang, dimana dua garis miring

tersebut panjangnya berbeda dengan dua garis yang pertama.

3. Siswa memilih bangun-bangun geometri berdasarkan satu kemasan sifat

tertentu dan mengabaikan sifat lain.

Contoh;

Diberikan sifat-sifat berikut:

Memiliki empat sisi yang sama panjang, memiliki sepasang sisi yang

sejajar, jumlah sudut yang berhadapan 180°, sudut-sudut yang berhadapan

sama besar.

Siswa menjawab bahwa bangun tesebut adalah bangun persegi.

Disini siswa mengabaikan sifat apakah bangun tersebut memiliki sudut

siku-siku atau tidak.

4. Menggunakan sifat-sifat yang diperlukan hanya sebagai syarat perlu tidak

(21)

Contoh:

Diberikan sifat-sifat sebagai berikut:

a. Suatu bangun yang memiliki 4 sisi

b. Memiliki dua sisi panjang yang ukuranya sama

c. Mempunyai dua sisi pendek yang ukuranya sama

Sebutkan bangun yang mempunyai sifat tersebut !

Siswa menjawab bahwa bangun yang dimaksud adalah persegipanjang,

sebab mempunyai dua sisi panjang dan sisi pendek.

Padahal bangun yang bersangkutan belum tentu merupakan

persegipanjang.

5. Siswa menyatakan suatu bangun dengan menyebutkan sifat-sifatnya,

bukan nama bangun.

Contoh:

Apa yang dapat kamu utarakan dari gambar dibawah ini !

Siswa tidak mengatakan bahwa bangun itu persegipanjang. Tetapi

mengatakan suatu bangun bersisi empat dan semua sudutnya 90°.

6. Siswa terpaku pada definisi yang terdapat di dalam buku, belum dapat

mendefinisikan dengan bahasa sendiri.

(22)

Contoh:

Apakah trapesium itu?

Siswa menjawab trapesium adalah segiempat yang tepat sepasang sisi

berhadapannya sejajar.

Jawaban dari siswa tersebut adalah definisi yang terdapat dalam buku. Hal

ini menunjukkan bahwa siswa belum dapat mendefinisikan trapesium

dengan bahasa sendiri.

7. Siswa memperlakukan geometri seperti pada fisika, yaitu dengan

percobaan-percobaan atau dengan membuat gambar-gambar.

Contoh:

Berapa sepasang sisi sejajar dalam suatu persegipanjang ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa lebih dahulu menggambar

persegipanjang dan mengamati gambar yang dibuat.

8. Siswa belum memahami langkah-langkah pembuktian matematika.

Contoh:

Diketahui trapesium sama kaki ABCD, buktikan bahwa diagonal AC = BD

Jawaban siswa :

AC = 2 cm dan BD = 2 cm

Gambar 2.8 Trapesium Sama Kaki B A

C D

(23)

Maka AC = BD

(Siswa membuktikan dengan mengukur gambar tersebut)

9. Siswa mengenal sifat-sifat geometri dari objek-objek fisik

Contoh:

Siswa mengatakan bahwa permukaan ubin terbentuk persegi karena

keempat sisinya sama panjang dan sisi-sisi yang berhadapan sejajar.

c. Indikator tingkat 2 (abstraksi)

1. Siswa dapat mendefinisikan bangun geometri secara lengkap

Contoh:

Apakah persegipanjang itu?

Siswa menjawab persegipanjang adalah segiempat yang keempat sudutnya

siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

2. Siswa mampu mendefinisikan dengan bahasa sendiri, dapat dengan cepat

memahami dan menggunakan definisi-definisi dari konsep-konsep yang baru

Contoh:

Siswa diberikan beberapa contoh persgipanjang, kemudian diminta untuk

mendefinisikan bangun persegipanjang

Gambar 2.9

(24)

Siswa menjawab persegipanjang adalah segiempat yang mempunyai 2

pasang sisi sejajar dan besar sudut keempat sudutnya adalah 90º.

3. Secara eksplisit bergantung pada definisi-definisi

Contoh :

Sebutkan sifat-sifat persegi !

Siswa menjawab persegi adalah segiempat yang memiliki 4 sisi yang sama

panjang, memiliki 2 pasang sisi sejajar dan keempat sudutnya adalah siku

-siku.

Sifat-sifat persegi:

a. Semua sisinya sama panjang

b. Keempat sudutnya 90º

c. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar

Hal ini menunjukkan bahwa sebelum menyebutkan sifat-sifat persegi, siswa

lebih dahulu mendefinisikan atau mengingat definisi persegi tersebut.

4. Siswa mampu memahami bentuk kesebangunan dari suatu definisi.

Contoh :

Diberikan dua definisi persegi sebagai berikut, persegi adal ah belahketupat

yang sudutnya 90º, siswa diminta untuk menyebutkan definisi persegi yang

lain.

Siswa menyebut definisi persegi yaitu persegi adalah persegipanjang yang

(25)

Hal ini menunjukkan siswa telah memahami bentuk kesebangunan dari suatu

definisi.

5. Siswa memahami susunan bangun-bangun secara logis, termasuk himpunan

bagian.

Contoh:

Persegi merupakan suatu persegipanjang.

6. Siswa memilih bangun-bangun geometri menurut sifat-sifat yang benar

secara matematika.

Contoh:

Siswa dapat memilih trapesium berdasarkan tipe-tipe trapesium pada

umumnya, yaitu trapesium sama kaki, trapesiu m siku-siku, dan trapesium

sembarang.

7. Siswa mampu menggunakan pernyataan "jika ..., maka..."

Contoh:

Jika pada suatu persegipanjang dua sisi yang berdekatan sama panjang, maka

bangun itu adalah persegi.

8. Siswa belum memahami peranan aksioma dan teorema, misalnya perbedaan

aksioma dan teorema.

Contoh:

Siswa diberikan pernyataan sebaagai berikut : Terdapat 4 titik dan tidak ada 3

titik yang segaris, dari dua titik dapat dibangun tepat sebuah garis, ada 6

(26)

Dari ketiga pernyataan tersebut, siswa tidak dapat membedakan manakah

aksioma dan manakah teorema.

9. Siswa memahami bahwa banyaknya suatu jenis bangun adalah tak hingga

banyak.

Contoh :

Siswa diminta untuk menggambar bangun segiempat sampai beberapa

gambar. Apakah ada bangun segiempat lain yang berbeda dengan gambar

yang kamu buat? Jika ada berapa macamkah bangun segiempat berbeda

yang dapat kamu gambar?

Siswa tersebut menjawab bahwa ada tak hingga banyak bangun segiempat

yang berbeda.

d. Indikator tingkat 3 (deduksi)

1. Siswa berusaha mendapat klarifikasi terhadap pernyataan -pernyataan atau

soal-soal yang maknanya kabur dan berusaha untuk merumuskan

pernyataan-pernyataan atau soal-soal itu kedalam bahasa yang lebih eksak.

Contoh:

Persegi adalah bangun segiempat yang salah satu sudutnya adalah siku

-siku.

Siswa pada tingkat ini akan cenderung berusaha untuk mendapatkan

kejelasan maksud kalimat tersebut.

2. Siswa sering membuat dugaan, dan berusaha membuktikannya secara

(27)

Contoh:

Pada awal kegiatan menebak bangun misteri, siswa menduga bangun yang

dimaksud oleh soal tersebut adalah jajargenjang. Maka ia akan berusaha

membuktikan bahwa bangun tersebut mempunyai sisi berhadapan sejajar.

3. Siswa bergantung kepada bukti-bukti untuk memutuskan nilai kebenaran

suatu pernyataan matematika.

Contoh:

Untuk membuktikan jumlah sudut yang berdekatan pada bangun trapesium

adalah 180º, maka siswa tersebut berusaha membuktikan terlebih dahulu.

4. Siswa memahami peranan komponen-komponen dalam suatu materi

matematika, misalnya aksioma, definisi, dan bukti dari suatu teorema.

Siswa memahami dari aksioma dapat diturunkan dalil, dan dari dalil dapat

diturunkan dalil berikutnya.

Contoh:

Diberikan pernyataan-pernyataan berikut:

Aksioma 1: Terdapat empat buah titik, tidak ada 3 titik yang segaris

Aksioma 2: Dari dua titik dapat dibangun tepat sebuah garis

Definisi 1: Segiempat adalah bangun datar yang memiliki empat sisi yang

berpotongan hanya di titik-titik ujungnya.

Pada tingkat ini siswa memahami bahwa dari dua aksioma dan sebuah

definisi tersebut dapat diturunkan suatu teorema.

(28)

5. Siswa secara implisit menerima postulat-postulat geometri Euclide.

Contoh:

Dalam menyebutkan sifat persegipanjang, yaitu jumlah dua sudut

berdekatan pada persegipanjang adalah 180º. Hal itu membuktikan bahwa

secara implisit siswa telah menerima postulat kesejajaran Euclid.21

Berikut ini adalah tabel rangkuman indikator untuk tingkat 0,1,2 dan 3. untuk

indikator tingkat 4 tidak disebutkan dalam tabel berikut, hal ini dikar enakan

peneliti memiliki pembatasan masalah bahwa siswa SMP belum dapat mencapai

tingkat 4.

Tabel 2.1

Indikator-indikator untuk Menentukan

Tingkat Berpikir Siswa dalam Belajar Bangun Segiempat

Tingkat

Berpikir Indikator

0

1. Menggunakan sifat-sifat yang tidak tepat untuk membedakan, mengidentifikasi dan memilih bangun -bangun geometri.

2. Bergantung pada contoh-contoh visual dalam menentukan bangun-bangun geometri.

3. Mengikutsertakan sifat-sifat yang disebutkan dalam mengidentifikasi dan menjelaskan bangun geometri.

4. Tidak dapat membayangkan bahwa banyaknya suatu jenis bangun yang dapat digambar tak hingga.

21

Ahmad syafi’I. Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van Hiele pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa SMPN 3 Taman. ( Surabaya, Perpustakaa IAIN Sunan Ampel, 2011), h. 56

(29)

5. Tidak sesuai dengan sifat-sifat yang disebutkan dalam memilih bangun geometri.

6. Tidak dapat menentukan nama suatu bangun berdasarkan sifat-sifat yang diketahui dan bergantung pada gambar.

1

1. Membedakan bangun geometri berdasarkan sifat-sifat komponen.

2. Mengabaikan himpunan bagian diantara bangun-bangun geometri.

3. Dalam mengklasifikasi bangun geometri hanya berdasarkan satu kesamaan sifat.

4. Menggunakan sifat yang diperlukan hanya sebagai syarat-syarat perlu, tidak sebagai syarat-syarat cukup dalam menentukan nama pada kegiatan menebak bangun misteri.

5. Menyatakan suatu bangun dengan menyebut sifatnya bukan nama bangunnya.

6. Terpaku pada definisi yang terdapat dalam buku, belum dapat mendefinisikan dengan bahasa sendiri.

7. Memperlakukan geometri seperti fisika yaitu dengan percobaanpercobaan atau dengan mengandalkan gambar -gambar.

8. Belum memahami langkah-langkah pembuktian matematika. 9. Mengenal sifat-sifat geometri dari objek-objek fisik.

2

1. Dapat mendefinisikan suatu bangun secara lengkap.

2. Mampu mendefinisikan dengan bahasanya sendiri, dapat dengan cepat memahami dan menggunakan definisi -definisi dari konsep-konsep yang baru.

(30)

4. Mampu memahami bentuk kesebangunan dari suatu definisi. 5. Memahami susunan struktur bangun-bangun secara logis

termasuk himpunan bagian.

6. Memilih bangun geometri menurut sifat-sifat yang benar secara matematis.

7. Mampu menggunakan pernyataan implikasi. 8. Belum memahami peranan aksioma dan teorema.

9. Dapat memahami bahwa banyaknya bangun segiempat berbeda yang digambar adalah tak hingga banyak.

3

1. Siswa berusaha klasifikasi terhadap pernyataan atau soal -soal yang maknanya kabur dan berusaha untuk merumuskan pernyataan-pernyataan atau soal-soal itu kedalam bahasa yang lebih eksak.

2. Siswa sering membuat dugaan dan berusaha membuktikan secara deduktif.

3. Siswa bergantung kepada bukti-bukti untuk memutuskan nilai kebenaran suatu pernyataan matematika.

4. Siswa memahami komponen dalam suatu materi matematika, misalnya aksioma, definisi, dan bukti dari suatu teorema. Siswa memahami dari aksioma dapat diturunkan dalil, dan dalil tersebut dapat diturunkan dalil berikutnya.

5. Siswa secara implisit menerima postulat-postulat geometri Euclides.

(31)

B. Kemampuan Laki-laki dan Perempuan

1. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Umum

Beberapa penelitian mengenai gender menunjukkan bahwa lebih banyak

persamaan dari pada perbedaan dalam kemampuan kognitif antara laki -laki

dan perempuan. Mereka juga yakin bahwa perbedaan yang ada, seperti

perbedaan kemampuan matematika dan pengenalan ruang, terlalu

dilebih-lebihkan. Performa laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan pada

kemampuan matematika.

Berdasarkan pengamatan, perbedaan gender yang selalu muncul adalah

dalam kemampuan visual-spasial, yaitu kemampuan untuk membayangkan

dan memanipulasi secara mental gambar dua dan tiga dimensi. Penelitian

demi penelitian menemukan bahwa secara umum, laki -laki memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam mengerjakan tugas -tugas visual-spasial

dari pada perempuan.22

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas of

Cambridge, Inggris, mengemukakan bahwa anak laki-laki cenderung lebih

suka memperhatikan gerakan mekanik pada mesin dibandingkan gerakan

manusia. Mereka lebih memilih memperhatikan wiper mobil anda bergerak

dibandingkan memperhatikan obrolan orang di depannya.23

22

Jeanne Ellis Ormrod. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga.2008).h.177 23

http://ramadan.detik.com/read/2010/09/28/131541/1450341/764/perbedaan-tindak-tanduk-anak-lelaki-dan-perempuan. (diakses tanggal 25 April 2012)

(32)

Dalam hal motorik kasarnya anak laki-laki lebih unggul dari pada anak

perempuan. Pada dasarnya perkembangan motorik kasar antara anak laki -laki

dan anak perempuan sama, namun anak laki-laki cenderung melakukan

gerakan seperti menendang, melompat, atau berputar lebih banyak

dibandingkan anak perempuan sehingga kemampuannya laki -lakilebih baik..

Anak laki-laki akan tidak mengherankan jika anak laki-laki akan lebih sering

mengalami luka-luka pada tubuhya dibandingkan perempuan.

Dalam emosinal meski bisa terlihat tenang, namun pada kenyataannya

anak laki-laki lebih emosional dibandingkan anak perempuan. Mereka lebih

mudah terpancing emosi dibandingkan anak perempuan. Selain itu mereka

juga akan lebih sulit menenangkan diri mereka dibandingkan anak pe rempuan.

Bahkan bayi laki-laki berusia 6 bulan yang terlihat tenang pun ternyata

menunjukkan ketegangan lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan

seusianya. Hal tersebut ditunjukan dari detak jantung dan cara bernafasnya

yang menunjukan betapa ia mereka berada dalam situasi yang tidak tenang.

Anak laki-laki sangat menyukai keramaian, mereka akan lebih suka

memperhatikan wajah-wajah sekumpulan orang dibandingkan hanya

memperhatikan wajah satu orang saja.

Anak laki-laki cenderung tidak mudah mengekspresikan ketakutannya

dibandingkan anak wanita. Sebagai contoh, saat orangtua melarang mereka

mendekati sebuah benda dengan memperlihatkan wajah menakutkan, anak

(33)

memperlambat langkahnya untuk mencapai benda tersebut, sementara anak

laki-laki akan terus berupaya mencapai benda tersebut.

Anak perempuan cenderung akan lebih mudah menunjuk kan mimiknya

pada orang lain, hal tersebut bahkan sudah mereka lakukan pada usia 3 jam

kelahirannya. Anak perempuan merupakan imitator yang handal, mereka

sangat pintar menirukan ekspresi dan gerakan orang lain disekilingnya

sehingga ia lebih bisa mengekspresikan raut wajah dan bahasa tubuhnya

dibandingkan anak laki-laki. Kemampuan tersebut didasari pada sifat anak

perempuan sendiri yang sangat suka memperhatikan orang dibandingkan

benda bergerak.

Kemampuan menggunakan tangan pada anak perempuan lebih bagus.

Mereka akan lebih cepat mahir dalam memainkan mainan, memegang alat

makan, dan kelak mereka biasanya akan lebih cepat bisa menulis.

Karena kecenderungannya memperhatikan orang lain, anak perempuan

akan lebih bisa menjadi pendengar yang baik. Mereka akan lebih tertarik dan

menaruh perhatian saat anda berbicara dengannnya. Anak perempuan

cenderung mengembangkan kemampuan eye contact saat berhadapan dengan

orang lain. Mereka sangat tertarik dengan ekpresi wajah orang lain yang

berinteraksi dengannya. Ketertarikan tersebut yang mendorongnya lebih peka

terhadap ekspresi emosional yang ditunjukan orang lain. Mereka lebih mahi r

dalam membaca ekspresi muka seseorang. Mereka akan tahu jika ibu mereka

(34)

Kecenderungan anak perempuan yang lebih suka memperhatikan gerak

-gerik dan ucapan orang lain, membuat kemampuan gesture nya seperti

menunjuk atau melambaikan tangan lebih cepat dibandingkan anak laki -laki.

Sebuah penelitian bahkan menyebutkan bahwa anak perempuan lebih dahulu

memahami apa yang anda ucapkan dibandingkan anak laki -laki. Riset tersebut

juga mengungkapkan bahwa diusia 16 bulan, anak perempuan sudah mampu

menyebutkan 100 kata, sementara anak laki-laki hanya mampu menyebutkan

30 kata saja, meski pada akhirnya kemampuannya akan sejajar saat usia

mereka memasuki 2.5 tahun.

2. Perbedaan antara Otak Laki-Laki dan Perempuan

Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a

Man’s Mind Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan

perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu

berhubungan serta cara kerjanya.24 Perbedaan mendasar antar kedua jenis kelamin itu adalah:

a. Perbedaan spasial

Pada otak laki-laki cenderung berkembang dan memiliki spa sial yang

lebih kompleks seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran

penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik. Tak heran jika

laki-laki suka sekali mengutak-atik kendaraan.

24

http://metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/06/11/20155/-Beda-Otak-Laki-laki-dan-Perempuan. (diakses tanggal 14 April 2012)

(35)

b. Perbedaan verbal

Daerah korteks otak laki-laki lebih banyak tersedot untuk melakukan

fungsi-fungsi spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah

korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan kata-kata. Kumpulan

saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan atau Corpus Collosum otak

laki lebih kecil seperempat ketimbang otak perempuan. Bila otak

laki-laki hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa

memaksimalkan keduanya. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara

ketimbang laki-laki. Dalam sebuah penelitian disebutkan, perempuan

menggunakan sekitar 20.000 kata per hari, sementara laki-laki hanya 7.000

kata.

c. Perbedaan bahan kimia

Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang

membuatnya bersikap tenang. Tidak aneh jika wanita lebih kalem ketika

menanggapi ancaman yang melibatkan fisik, sedangkan laki -laki lebih

cepat naik pitam. Selain itu, otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu

zat yang mengikat manusia dengan manusia lain atau dengan benda lebih

banyak. Dua hal ini mempengaruhi kecenderungan biologis otak laki-laki

untuk tidak bertindak lebih dahulu ketimbang bicara. Ini berbeda dengan

(36)

d. Memori lebih kecil

Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar

ketimbang pada otak laki-laki. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila

laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala detail.

Berikut ini adalah rangkuman pendapat para ahli tentang perbedaan

kemampuan laki-laki dan perempuan.

Tabel 2.2

Pendapat Para Ahli tentang Perbedaan Kemampuan Laki-laki dan Perempuan

Kemampuan Pendapat

Laki-Laki Perempuan

Lebih suka memperhatikan gerak mekanik

Merupakan imilator yang handal, yaitu dapat menirukan ekspresi dan gerakan orang lain. Dalam hal motorik

kasarnya lebih unggul.

Kemampuan menggunakan olah tangan lebih unggul. Tidak mudah mengekspresikan ketakutannya Cenderung penakut Peneliti di Universitas of Cambridge

Lebih emosional Tidak mudah emosional

Michael Gurian

Otak cenderung

berkembang dan memiliki spasial yang lebih

kompleks.

Kemampuan spasial kurang jika dibandingkan otak laki-laki.

(37)

kemampuan verbal lebih sedikit yaitu 7.000 kata perhari.

Kemampuan verbal yang dimiliki tinggi.

Menggunakan sekitar 20.000 kata perhari Dalam otaknya tidak

mengandung serotonin.

Otaknya mengandung serotonin yang membuatnya bersikap tenang.

Dalam otaknya tidak mengandung aksitosin.

Otaknya mengandung aksitosin yang berfungsi memahami orang lain. Ukuran otaknya lebih kecil

dari pada perempuan.

Ukuran otaknya lebih besar dari pada laki-laki.

Pada periode anak-anak kemampuan verbalnya lebih rendah namun, kemampuan verbalnya akan sama kira-kira umur 11 tahun.

Pada periode anak-anak kemampuan verbalnya lebih tinggi.

Macooby dan Jacklin

Saat remaja kemampuan visual spatial (pengngelihatan ruang) lebih unggul.

Saat remaja kemampuan visual spatial (pengngelihatan ruang) lemah.

Ward

Memiliki kemampuan matematika yang baik. Dan Mereka cenderung menyukai bidang fisika dari pada anak perempuan.

Berprestasi rendah dalam matematika dan lebih menyukai pada bidang biologi.25

25

(38)

Dweck, 2000

Berani menggambil resiko untuk bereksperimen.

Cenderung menolak untuk menggambil resiko dalam bereksperimen.26

Cameron

Lebih menguasai bayangan bentuk-bentuk yang lebih kompleks.

Kurang menguasai bayangan bentuk-bentuk yang lebih kompleks.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan keterkaitan antara

tingkat berpikir geometri dengan gender yaitu anak laki -laki secara teori lebih

unggul dari pada anak perempuan.

C. Segiempat

Segiempat adalah bangun datar yang memiliki empat sisi yang

berpotongan hanya di titik-titik ujungnya. Pada penelitian ini materi yang

digunakan dalam penelitian adalah bidang datar segiempat yang terdiri dari

jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi, layang-layang, dan

trapesium.

Berikut adalah macam-macam bangun segiempat yang sudah dikenal

umum dan dipelajari di sekolah, terutama di level SD dan SMP lengkap dengan

sifat atau karakteristik yang dimilikinya.

26

(39)

1. Jajarangenjang (Paralellogram)

Jajarangenjang adalah bangun segiempat yang dibentuk dari sebuah

segitiga dan bayangan yang diputar setengah putaran (180°) pada titik tengah

salah satu sisinya.27 Jajargenjang memiliki dua pasang sisi yang saling sejajar.28 Perhatikan bahwa sudut-sudut yang bersebrangan pada jajarangenjang besarnya sama.29

Sifat-sifat jajargenjang sebagai berikut:

a. Sisi yang berhadapan sama panjang

b. Sisi yang berhadapan sejajar

c. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

d. Jumlah besar sudut yang berdekatan adalah 180°

e. Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang.

27

Dewi N & Triwahyuni. ( Matematika & Konsep Aplikasinya, Jakarta:Dunia Ilmu. 2008). h. 261

28

Drs. Hartono, dkk. Geometri bidang, ( Surabaya. UNESA University Press:Anggota IKAP) (tidak dipublikasikan ) h.1

29

Husnaeni. (Membangun Konsep Segitiga Melalui Penerapan Teori van Hiele Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.2001). (tidak dipublikasikan).h. 23

(40)

2. Persegipanjang (Rectangle)

Persegipanjang adalah bangun datar segiempat yang memiliki dua

pasang sisi sejajar dan memiliki empat sudut siku-siku.30 Persegipanjang juga disebut sebagai jajargenjang yang salah satu sudutnya 90°.

Sifat-sifat persegipanjang sebagai berikut:

a) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

b) Sisi yang berhadapan sejajar

c) Sudut-sudut sama besar

d) Tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku-siku

e) Diagonal-diagonal sama panjang

f) Diagonal-diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang

30

Dewi N & Triwahyuni. Matematika & Konsep Aplikasinya, (Jakarta:Dunia Ilmu. 2008). h. 251

(41)

3. Belahketupat (Rhombus)

Belahketupat adalah bangun segiempat yang dibentuk dari gabungan

segitiga sama kaki dan bayangan setelah dcerminkan terhadap alasnya.31 Belahketupat juga sering disebut jajargenjang yang sisinya sama panjang.

Sifat-sifat belahketupat sebagai berikut:

a. Semua sisinya sama panjang

b. Kedua diagonal merupakan sumbu simetri

c. Sudut-sudut berhadapan sama besar

d. Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang

e. Dua garis diagonal pada belah ketupat saling berpotongan tegak lurus

4. Persegi/ Bujur Sangkar (Square)

Persegi adalah belahketupat yang salah satu sudutnya 90°. Persegi

juga dapat didefinisikan sebagai persegipanjang yang sisinya sama panjang.

31

Ibid h. 266

Gambar 2.12 Belahketupat

(42)

Sifat-sifat persegi sebagai berikut:

a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

b. Sisi yang berhadapan sejajar

c. Sudut-sudutnya sama besar

d. Tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku-siku

e. Diagonal-diagonalnya sama panjang

f. Diagonal-diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang

g. Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri

5. Layang-layang (Kite)

Layang-layang adalah segiempat yang memiliki tepat sepasang sudut

yang berhadapan sama dan sepasang-sepasang sisi yang berdekatan sama

panjang.

Sifat-sifat layang-layang sebagai berikut:

a. Masing-masing sepasang sisinya sama panjang

b. Tepat sepasang sudut yang berhadapan sama besar

(43)

c. Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri

d. Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lain

e. Kedua diagonalnya saling tegak lurus

6. Trapesium (Travezium/ Travezoid)

Trapesium adalah segiempat yang memiliki sepasang sisi sejajar. Jika

dua sisi tidak sejajarnya memiliki panjang yang sama, dan kedua sudut

alasnya sama besar, maka dinamakan trapesium sama kaki. Trapesium bukan

jajarangenjang, karena hanya memiliki sepasang sisi sejajar.

Sifat-sifat trapesium sebagai berikut:

a. Memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar

b. Jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar adalah 180 °.32

32

http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html (diakses tanggal 25 Maret 2012)

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif eksploratif,

karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ber pikir siswa

dengan cara mengeksplorasi kemampuan berpikir geometri siswa. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Penggunaan pendekatan

naturalistik didasarkan atas pertimbangan bahwa penelusuran tingkat ber pikir Van

Hiele perlu dilakukan dengan mengamati karakteristik ber pikir subjek penelitian.

Pengamatan terhadap subjek penelitian disert ai dengan wawancara terhadap subjek

penelitian agar peneliti dapat melakukan kegiatan tersebut. Oleh karena itu

pendekatan yang sesuai adalah pendekatan kualitatif naturalistik.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 6 siswa dari

kelas VII SMPN 2 Gedangan. Keenam siswa tersebut terdiri dari 3 siswa laki-laki

dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah dan 3 siswa perempuan dengan

kemampuan tinggi, sedang, rendah. Pemilihan siswa dengan kemampuan berbeda

tersebut dilihat dari nilai raport sebelumnya sehingga diharapkan tingkat berpikir

geometri siswa dapat dengan mudah diidentifikasi. Untuk mendapatkan subyek

(45)

penelitian berdasarkan tingkat kemampuan, maka dihitung dengan menggunakan

rumus deviasi standart.33 Arikunto menjelaskan langkah-langkah mengelompokkan siswa ke dalam 3 kelompok sebagai berikut:

1. Menjumlah nilai matematika pada raport

2. Mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (deviasi standart).

Rata-rata nilai siswa di hitung dengan rumus sebagai berikut:

Rumus mean:

Keterangan : nilai rata-rata

nilai siswa ke i

N = banyaknya siswa

Untuk mencari Deviasi Standart dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

3. Menentukan batas-batas kelompok

Dalam menentukan batas-batas kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :34

Batas Nilai Keterangan

X ( + SD) Tinggi

( - SD) X ( + SD) Sedang

X ( + SD) Rendah

33

Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar evaluasi pendidikan,(Jakarta:Bumi aksara.1987).h.268 34

Ibid.269

(46)

C. Rancangan Penilaian

Rancangan dalam penilaian ini adalah sebagai berikut:

L X1 P X2

keterangan :

L : Siswa yang berjenis kelamin laki-laki, dengan jumlah 3 siswa P : Siswa yang berjenis kelamin perempuan, dengan jumlah 3 siswa X1 : Tingkat berpikir geometri siswa yang berjenis kelamin laki-laki X2 : Tingkat berpikir geometri siswa yang berjenis kelamin perempuan .

D. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan, maka diperlukan

persiapan dalam pengumpulan data dan juga dalam proses pengumpulan data.

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

1. Persiapan

a. Mempersiapkan lembar soal yang akan dipergunakan untuk tes

b. Memvalidasi soal tes

c. Menyusun pedoman wawancara

d. Memvalidasi pedoman wawancara

e. Mempersiapkan surat ijin penelitian

f. Mengadakan survei kesekolah dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan

(47)

f. Menentukan kelas yang akan digunakan untuk penelitian

2. Pelaksanaan

a. Menentukan subyek penelitian.

b. Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa

c. Mengadakan wawancara kepada setiap subyek penelitian

d. Menganalisis hasil penelitian.

e. Membuat laporan hasil penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen yaitu:

1. Lembar Soal/Tes

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kemampuan berfikir

siswa dalam menjawab soal-soal secara tertulis. Sebelum digunakan, soal tes

tersebut dikonsultasikan ke dosen pembimbing serta validitas oleh guru

bidang studi matematika.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai arahan dalam wawancara

untuk mengadakan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data.

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara terstruktur dari Experiment Tasks. Pedoman wawancara terstruktur

(48)

dalam penelitian kali ini peneliti hanya menggunakan pedoman wawancara

untuk bangun segiempat.

Pedoman wawancara untuk bangun segiempat terdiri dari lima

kegiatan yaitu :

1. Menggambar bangun-bangun segiempat

2. Menunjukkan dan menyebutkan sifat-sifat bangun segiempat

3. Menebak bangun misteri

4. Kesebangunan dua definisi bangun datar segiempat

5. Membuktikan sifat-sifat persegi dan trapesium

Agar tidak ada informasi yang terlewat dan data yang diperoleh

dijamin keabsahanya, maka proses wawancara akan direkam. Dalam proses

wawancara dibutuhkan pertanyaan yang dibutuhkan dalam pengumpulan

informasi dari subjek yang dibutuhkan dalm pengumpulan data. Pertanyaan

yang digunakan peneliti adalah pedoman yang berisi daftar kegiatan geometri

yang harus dikerjakan oleh subjek peneliti.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan

daftar nama siswa dan nilai raport yang nantinya akan digunakan untuk

(49)

2. Metode Tes

Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan metode

tes. Tes yang digunakan agar siswa tidak dapat berspekulasi dalam menjawab

soal tes serta menggurangi kemungkinan adanya kerja sama antara siswa.

3. Metode Wawancara

Setelah subjek dapat ditentukan, maka dilakukan wawancara terhadap

setiap objek. Dalam wawancara tersebut terdapat pertanyaan yang akan

dikerjakan oleh masing-masing subjek. Peneliti sebagai instrumen utama

melakukan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dalam menggumpulkan data. Dalam proses wawancara peneliti

akan terus menggali informasi sehingga didapat data yang valid. Data

dikatakan valid apabila informasi yang diperoleh pada saat wawancara

terhadap subjek mengenai pertanyaan telah dikerjakan , subjek menjawab

sesuai dengan informasi yang sebenarnya bukan mengada-ada.

G. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan selama penelitian ini sesuai dengan yang

diaturkan oleh Milles dan Huberman yaitu untuk menganalisis data melalui tiga

tahap yaitu : tahap reduksi, tahap penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan.

1. Tahap reduksi data

Dalam tahap ini dilakukan proses memilih dan menyederhanakan data,

(50)

dengan menganalisis hasil lembar jawaban tes tulis dan juga mendengarkan

rekaman wawancara secara berulang-ulang dan langsung diketik dan diberi

kode. Pengkodean subjek penelitian menggunakan aturan sebagai berikut:

L : Laki-laki, P : Perempuan

T : Tinggi, S : Sedang, dan R : Rendah.

Contoh:

Kode subjek LT artinya siswa laki-laki dengan kemampuan tinggi.

Kode subjek PR artinya siswa perempuan dengan kemampuan rendah .

Keterangan :

Huruf P, LT, PT, PS, LS, LR, LR = nama subjek pelaksanaan penelitian

i = nomor kegiatan wawancara

i =1, 2, 3 ,4, 5

j = urutan pertanyaan dan jawaban wawancara

j = 1, 2, 3, ... n

No. Nama Keterangan Kode

1 Siti kurotul alifah Peneliti P i,j

2 Bagas Okky Prasetya Subjek LT i,j

3 Almayda Wanangi Subjek PT i,j

4 Edi Surono Subjek LS i,j

5 Deby Silvia Subjek PS i,j

6 Agus Solehuddin Subjek LR i,j

7 Rifda Dwi Alda Subjek PR i,j

(51)

2. Tahap penyajian data

Dalam tahap ini, kumpulan data digabungkan dan dikategorikan

sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan. Data yang

dianalisis diklasifikasikan berdasarkan masing-masing subjek penelitian.

3. Tahap penarikan kesimpulan

Dalam tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan pada setiap kegiatan

wawancara kepada siswa.

Kriteria yang dilakukan untuk menentukan tingkat -tingkat berpikir tiap

kegiatan digunakan indikator-indikator yang terdapat dalam tabel 2.1

indikator-indikator tingkat berpikir siswa dalam belajar bangun segiempat.

Rincian penentuan tiap subjek adalah sebagai berikut:

1. Pada setiap subjek, hasil wawancara kegiatan ditentukan oleh tingkat

berpikirnya dengan cara melihat respons yang diberikan oleh setiap

subjek.

2. Analisis kegiatan tersebut berdasarkan indikator- indikator yang telah

ditentukan untuk mengetahui tingkat berpikir setiap subjek.

3. Tingkat berpikir geometri siswa ditentukan dengan melihat

banyaknya/dominan/mayoritas dari tingkat berpikir geometri tiap soal tulis

dan kegiatan wawancara. Kemungkinan jika tingkat berpikir geometri

tidak ada yang paling dominan/ tidak ada yang mayoritas maka diambil

Gambar

Gambar 2.7 Persegipanjang
Tabel 3.1 Batas-batas Kelompok
Tabel 3.2 Kode Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang penggunaan model Children Learning In Science (CLIS)dalam peningkatan pembelajaran IPA siswa

Tidaklah menjadi hal yang mustahil jika seorang remaja korban perkosaan yang mengalami trauma sekali pun mampu mengadakan penyesuaian sosial dengan baik, karena banyak

PEKERJAAN : PENGADAAN RAMBU-RAMBU LALU

Pelaksanaan Pengadaan : Pengadaan bar ang/ jasa dilaksanakan secar a elektr onik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secar a Elektr onik (aplikasi SPSE)

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Penggunaan benzil adenin dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan dikombinasikan dengan asam naftalen asetat akan merarangsang regenerasi tunas dengan frekuensi yang lebih

Dari analisis data didapatkan bahwa hasil dari penerapan strategi bermain peran dan bercerita anak usia dini mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, yaitu sebelum

Dari permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perusahaan membutuhkan suatu sistem informasi yang berbasis data pada sistem persediaan dan penjualan secara