• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bermain Peran dan Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2016/ 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi Bermain Peran dan Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2016/ 2017 - Test Repository"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI BERMAIN PERAN DAN BERCERITA

UNTUK MENGEMBANGKAN EKSPRESI EMOSI

ANAK USIA DINI KELOMPOK A DI RA

MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB.

TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ERWIN KHOIRUL KUSNUL QOTIMAH

NIM. 116 13 012

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

STRATEGI BERMAIN PERAN DAN BERCERITA

UNTUK MENGEMBANGKAN EKSPRESI EMOSI

ANAK USIA DINI KELOMPOK A DI RA

MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB.

TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ERWIN KHOIRUL KUSNUL QOTIMAH

NIM. 116 13 012

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat

mereka berbahagia di dunia ini yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan.”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Seluruh anggota keluarga besar, orang tuaku, adik-adikku, yang telah

memotivasiku, memberi dukungan serta bantuan dan mendo‟akanku

2. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd yang sabar membimbingku dari semester awal hingga semester akhir

3. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si yang dengan sabar membimbingku dalam penulisan skripsi

4. Semua dosen IAIN Salatiga yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku 5. Semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang setia mendukungku 6. Guru-guru dan siswa-siswi RA Masyithoh Nglondong Kec.Parakan Kab.

Temanggung yang dengan sabar mengajariku

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah kita nantikan syafaatnya di yaumul kiyammah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Bermain Peran dan

Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bpk Suwardi, M.Pd. selaku dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga.

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Qotimah, Erwin Khoirul Kusnul. 2017. Strategi Bermain Peran dan Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Dr. Hj. Lilik Sriyant, M. Si.

Kata Kunci : bermain peran dan bercerita, ekspresi emosi, anak usia dini

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan ekspresi emosi dengan menggunakan strategi bermain peran dan bercerita pada anak usia dini di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah penerapan strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi anak didik di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017? Untuk menjawb pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak tiga siklus. Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk mengetahui bahwa ekspresi emosi anak usia dini dapat berkembang melalui penerapan strategi bermain peran dan bercerita di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dalam tiga Siklus, satu siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali tindakan penelitian. Subjek penelitian adalah kelompok A sebanyak 22 anak terdiri dari 9 anak laki-laki dan 13 anak perempuan, dilaksakan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data antara lain dengan lembar observasi dan lembar tes selama tindakan dan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTO ……… ... vii

PERSEMBAHAN……… ... viii

KATA PENGANTAR……… ... ix

ABSTRAK……… ... xi

DAFTAR ISI……… ... xii

DAFTAR TABEL……… ... xv

DAFTAR LAMPIRAN……… ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Hipotesis Tindakan ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... 10

(13)

xiii

G. Metode Penelitian ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Bermain Peran dan Bercerita ... 27

1. Pengertian Strategi ... 27

2. Pengertian Bermain Peran ... 28

3. Pengertian Bercerita……… ... 30

B. Ekspresi Emosi……….. ... 32

1. Jenis-Jenis Ekspresi Emosi……… ... 36

2. Bentuk-Bentuk Ekspresi………... 36

C. Anak Usia Dini……… ... 37

D. Hakikat Perkembangan Emosi Anak Usia Dini……… 38

1. Pengertian Perkembangan Emosi……….. ... 38

2. Ciri Emosi Anak Usia Dini……….. ... 40

3. Karakteristik Emosi Anak Usia Dini………... 42

4. Aspek Perkembangan Emosi Anak Usia Dini……… 43

5. Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak Usia Dini……… 44

6. Faktor yang Memenuhi Perkembangan Emosi Anak…………... 45

7. Strategi Pengembangan Emosi Anak……….. ... 47

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek ………. ... 53

B. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus ... 61

(14)

xiv

D. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II……… .. 65

E. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus III……… . 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus ... 80

B. Pembahasan ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

C. Penutup……….. ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(15)
(16)
(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri. Ciri-ciri ini tercermin dalam sebutan-sebutan yang diberikan oleh para orang tua, pendidik dan ahli psikologi untuk anak usia dini (Hurlock, 1993). Bagi orang tua, masa awal kanak-kanak merupakan usia yang sulit karena anak-anak berada dalam proses pengembangan kepribadian.

Masa usia dini merupakan “golden ege period” artinya merupakan masa

emas untuk seluruh aspek perkembangan manusia baik fisik, kondisi emosi maupun sosial. Salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak usia dini adalah aspek emosi. Merangkum pendapat Goleman, Izard dan Ackerman, Le Doux, (Hasen & Zambo 2007) emosi adalah perasaan yang secara fisiologis dan psikologis dimiliki oleh anak dan digunakan untuk merespons terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Emosi bagi anak usia dini merupakan hal yang penting, karena dengan emosi anak dapat memusatkan perhatian, dan emosi memberikan daya bagi tubuh serta mengorganisasi pikir untuk disesuaikan dengan kebutuhan.

(18)

2

berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka untuk meningkatkan potensi pada anak (Yuliani, 2009:138).

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya-upaya intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Menurut Mashar (2007), mengutip pendapat Foot et al mengatakan bahwa anak mengalami hambatan ataupun problema perkembangan, tidak akan berkembang secara optimal. Terjadinya problema dalam perkembangan emosi pada anak usia dini salah satunya dipengaruhi oleh guru. Penelitian Mashar (2007) menunjuklan bahwa guru yang telah dilatih untuk mendampingi anak, ternyata anak mampu berperilaku dengan baik. Penelitian yang dilakukkan oleh Puspitasari (2009) juga menunjukkan bahwa guru yang dilatih dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak usia dini, dan dalam mengurangi terjadinya problema perkembangan pada anak.

(19)

3

Pendidikan anak usia dini khususnya RA pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sebagaimana dikemukakan

oleh Anderson (1993), “Early childhood education is based on a number of

methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities

for development of children personality” artinya, pendidikan RA memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di RA perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, mereka butuh permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran disekolah (Masitoh dkk, 2005:2).

Anak belajar melalui berbagai cara antara lain melalui imitasi, melakukan sesuatu atau mencoba dan mengalami (Einom, 2005). Lingkungan menyediakan yang dibutuhkan anak, dan anak akan memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh lingkungan.

(20)

4

itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat ia berada.

Hurlock (1993), menyebut usia dini sebagai masa kanak-kanak awal disebut sebagai masa kanak-kanak yang mengacu pada usia prasekolah untuk membedakan dengan masa ketika anak harus menghadapi tugas-tugas pada saat mulai mengikuti pendidikan formal. Selain usia prasekolah, masa kanak-kanak awal disebut pula sebagai usia bermain karena anak usia dini menghabiskan sebagian besar waktuya untuk bermain dengan mainan. Santrock (1995), menyebut masa kanak-kanak awal sebagai masa kreatif, bebas dan penuh imajinasi.

Salah satu aspek perkembangan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini salah satunya perkembangan emosi. Definisi mengenai emosi sangat beragam, sebagian orang memfokuskan emosi sebagai suatu komponen yang terdapat dalam perasaan atau keadaan fisiologis. Sebagian yang lain menggambarkan emosi sebagai seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministik atau probabilistik, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang dialami seseorang dalam merespons suatu peristiwa. Emosi dapat diartikan sebagai kondisi intrapersonal, seperti perasaan keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan sedih (Goleman, 1995).

(21)

5

segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain, emosi berperan dalam mempengauhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya. Hurlock (1991), memandang masa kanak-kanak yang bahagia sangat penting untuk perkembangan masa selanjutnya. Ketidakbahagiaan dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Sebaliknya, kebahagiaan mempengaruhi perkembangan anak dan tipe-tipe penyesuaian yang dilakukan seperti sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Sering kali emosi negatif seperti marah, sedih, atau takut yang dialami seseorang akan menghambat proses berfikir, sehingga mengalami gangguan dalam melakukan pengambilan keputusan dan cenderung membuat keputusan yang tidak rasional serta tidak tepat.

Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu. Maka dari itu, pengembangan emosi anak adalah kemampuan anak dalam berhubungan dengan individu lain. Dimana dalam lingkungannya akan terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna bagi hidup anak dan akan membentuk kepribadian anak. Dan lingkungan juga yang akan menentukan kepribadian seorang anak tersebut.

(22)

6

perilaku anak sehari-hari , dimana anak mengalami emosi negatif seperti marah, sedih, cemas atau takut, anak cenderung tidak bersedia untuk mengikuti kegiatan lain. Kondisi tersebut dapat menghambat aktivitas anak dalam belajar di sekolah. Sebaliknya, anak yang berada dalam situasi emosi positif seperti senang, bahagia, cinta ,bangga dan optimis akan mengikuti berbagai aktivitas belajar dengan penuh semangat dan antusias, sehingga berbagai rangsangan kognitif yang diperoleh akan lebih optimal dalam proses belajar anak.

Sejak anak-anak usia RA masalah-masalah emosi sudah dapat kita identifikasi dari berbagai perilaku yang ditempatkan anak, diantaranya anak selalu ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, membangkang bahkan menarik diri dari lingkungannya dan tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Permasalahan emosi ini bila dibiarkan begitu saja akan berkembang menjadi permasalahan yang lebih luas dan kompleks karena anak akan berkembang ke arah yang lebih buruk, terbentuknya kepribadian yang tidak baik dan berakibat munculnya perilaku-perilaku negatif yang tidak diharapkan. Dengan kata lain anak akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam proses pengembangannya.

(23)

7

kepedulian dan mampu mengendalikan emosinya, belum mampu memberi maaf, serta anak mau bermain bersama dan saling berbagi dengan temannya.

Hal ini terjadi karena guru selalu memberikan nasehat dengan menceramahi anak sehingga anak bosan dan tidak mau mendengar nasehat guru serta guru selalu menggunakan strategi yang monoton dan media yang kurang menarik minat anak. Guru yang profesional dan kreatif merupakan guru yang memiliki wawasan dan pengetahuan sehingga mampu menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan strategi-strategi yang dapat menggerakan anak untuk mengekspresikan perasaan agar terjadi pembiasaan tingkah laku yang baik, guru harus mampu meningkatkan perasaan saling percaya dan usaha pemantapan perilaku yang baik secara terus menerus dan tingkah laku yang baik hanya dapat terjadi dalam suasana saling percaya.

Secara umum, faktor penyebab munculnya permasalahan pada anak dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi utama yaitu fakor biologis dan psikososial. Faktor biologis dapat bersifat murni atau bawaan yang disebut pula sebagai faktor internal, faktor-faktor ini terdiri dari kelainan genetik. Selain faktor internal, faktor biologis dapat pula berasal dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi biologis biasanya terkait dengan trauma biologis dari lingkungan.

(24)

8

Mengingat permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan pada pembelajaran terutama dalam pengembangan emosi. Oleh karena itu, untuk membantu mengurangi ketidakmampuan anak berperilaku emosi yang baik, dan membantu menyiapkan anak memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas, dibutuhkan strategi yang menarik bagi anak salah satunya dengan bermain peran dan bercerita. Menurut Harley (2000), bermain peran adalah bentuk permainan bebas dari anak-anak yang masih muda, dengan bermain peran dapat menumbuhkan sikap empati, daya imajinasi, kreativitas, serta penghayatan anak dapat berkembang. Permainan ini dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada di sekitar anak. Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan emosi. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Ia juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain sebagainya.

Bercerita dapat melatih daya tangkap dan daya pikir anak, melatih konsentrasi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan, dapat membantu perkembangan fantasi, mengembangkan imajinasi anak, melatih keterampilan membaca bagi anak bercerita merupakan suatu petualangan besar. A Great Adventure, sebagaimana yang dikemukkan Graves (Solehuddin, 2000).

(25)

9

proses pembelajaran dan perkembangan, termasuk didalamnya perkembangan emosi dan sosialnya.

Sebagaimana dalam Al-Qur‟an yang menganjurkan umat manusia untuk menuntut ilmu, yang tertuang pada Q.S Al-„Alaq ayat 1-5, Allah SWT

berfirman yang berbunyi :

Artinya: “(1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakanmu, (2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah. (3)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.

(4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. (5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

(26)

10 B. Rumusan Masalah

Apakah dengan menggunakan strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi anak kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengembangan ekspresi emosi anak kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Dwiloka, 2012:29). Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:

“Ada beberapa strategi salah satunya yaitu strategi bermain paran dan

bercerita untuk mengembangkan ekpresi emosi anak usia dini kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran

2016/2017”.

E. Kegunaan Penelitian

(27)

11

1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis yaitu:

a. Dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan bagi penyusun pada khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

b. Sebagai informasi pengetahuan untuk mengenalkan emosi pada anak.

c. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru.

d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam merancang dan mengelola kegiatan menyenangkan untuk anak didik.

2. Manfaat praktis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu: a. Bagi orang tua

Dengan demikian diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat meningkatkan kemampuan membimbing anak dalam mengenalkan emosi, serta dapat mengarahkan perilaku anak. b. Bagi guru

1. Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

(28)

12 c. Bagi anak didik

1. Mendorong semangat belajar anak terhadap mengenal emosi 2. Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan

kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang maupun masa mendatang.

d. Bagi sekolah

1. Meningkatkan kualitas pendidikan

2. Memberi sumbangan pemikiran yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin atau peningkatan profesional para guru, perbikan proses dan hasil belajar serta kondusifnya iklim pendidikan di RA tersebut.

3. Meningkatkan kualitas RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

4. Dengan penelitian ini diharapkan kegiatan pembelajaran akan lebih efektif, serta dapat memberikan wawasan atau pengetahuan baru.

5. Dapat menarik perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

F. Definisi Operasional

1. Pengertian Bermain Peran

(29)

13

bagi mereka untuk menelusuri dunianya, dengan meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang berada disekitarnya. Ini adalah ekspresi paling awal dari bentuk drama, namun tidak boleh disamakan dengan drama atau ditafsirkan sebagai penampilan.

Bermain peran merupakan permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada di sekitar anak. Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Ia juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh penuh kasih, dan sebagainya.

2. Pengertian Bercerita

Bercerita merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang menyajikkan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.

(30)

14 3. Pengertian Ekspresi Emosi

Menurut Hansen dan Zambo (2007) menjelaskan tentang contoh fungsi emosi dalam kehidupan anak usia dini, misal: takut adalah salah satu emosi

yang digunakan untuk “survival”. Pada saat emosi takut muncul pada anak,

maka anak menjadi sadar terhadap lingkungan dan menimbulkan sikap hati-hati pada diri anak. Senyum merupakan ekspresi emosi senang, dengan senyum anak akan mampu memberikan tanda kepada sekitarnya tentang situasi yang dialami dan kebutuhan untuk melakukan hubungan antar pribadi. Emosi berkembang sepanjang waktu, emosi pada anak usia dini berkembang dari yang sederhana menjadi kesuatu kondisi yang lebih kompleks, emosi berkembang sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Menurut Plutchik (2003), ekspresi emosi dapat diamati dari ekspresi wajah, ekspresi tubuh. Ekspresi wajah lebih bersifat universal terutama pada enam emosi dasar yaitu kebahagiaan, kesedihan, takut, marah, jijik, dan surprise (keterkejutan).

Menurut teori kepribadian emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian.

G. Metode penelitian

(31)

15 1. Rancangan penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi (2007:2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan

definisi dari kata “peneliti”, “tindakan” dan “kelas”. Penelitian adalah

kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru.

Jadi, Suharsimi (2007:3) berkesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

(32)

16 2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 anak yaitu terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan. Peneliti memilih kelompok A karena pada kelas tersebut terjadi suatu masalah yaitu dalam hal emosi pada anak didik masih rendah, sehingga perlu dicari solusi pemecahannya.

3. Langkah-langkah penelitian

Secara garis besar penelitian tindakan kelas terdapat empat langkah kegiatan (siklus) yang lazim dilakukan. Menurut Arikunto (2006:16) keempat langkah tersebut adalah:

a. Tahap 1: Menyusun Rencana Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskna tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, maka peneliti minta masukan dari guru, kepala sekolah dan teman sejawat.

b. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

(33)

17 c. Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ketiga ini yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu bersamaan.

d. Tahap 4: Refleksi (Reflacting)

Tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan evalusai diri atau dengan kata lain peneliti mengadakan “dialog” pada diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukannya. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

4. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas adalah:

a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian perkembangan, indikator pembelajaran, alat dan sumber belajar, serta hasil penelitian.

(34)

18

gambar. Tes buatan penelitian tersebut digunakan untuk mendapatkan data kualitatif nantinya.

c. Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses pembelajaran berlangsung secara bersamaan, yaitu anak didik diperintahkan untuk maju satu kelompok lima orang menirukan ekspresi yang tertera dalam situasi keadaan kemudian anak ditanya ekpresi apa keadaan dalam gambar tersebut.

d. Wawancara , yaitu yang mana ditunjukan kepada informan yaitu kepala sekolah dan guru pendamping kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi data atau profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan media kartu gambar.

e. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi: (1) Foto kegiatan pembelajaran

(2) RKH

(3) Data siswa, guru dan profil sekolah

(35)

19 5. Pengumpulan data

Ada sejumlah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu, peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun yang digunakan peneliti antara lain yaitu:

a. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2004:104). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 panca indranya yaitu penglihatan dan pendengaran. Menurut Sukardi (2009:78) menyatakan bahwa observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami. Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar ekspresi emosi, dan pemahaman selama pembelajaran berlangsung.

b. Metode Dokumentasi

(36)

20 c. Tes

Manurut Depdiknas tahun 2006 tentang Penilaian di Taman Kanan-Kanak bahwa:

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang terbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan.

Peneliti merancang lembar penugasan untuk anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan metode pembelajaran menggunakan strategi bermain peran dan bercerita, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

6. Analisis data

Analisi data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang ditanyakan dalam kata-kata dan simbol.

(37)

21

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah:

a. Pengumpulan data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan selesai pengumpulan data.

b. Kesimpulan

Kesimpulan dimaksudkan untuk melihat apakah tujuan pembelajaran yaitu penggunaan strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi anak pada kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017.

Apabila penelitian tahap pertama (siklus I) belum memenuhi tujuan pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindakan lanjut (penelitian ulang yaitu tahap siklus II) maka diadakan tindakan lanjut (penelitian ulang yaitu tahap siklus III). Jika sudah dapat memenuhi atau berhasil dalam tujuan pembelajaran tersebut maka penelitian dihentikan sampai siklus III.

(38)

22

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak Simbol

Bintang

Skor/ Nilai

Kategori Kriteria/ ketentuan

1 Belum Muncul

Kriteria mengukur perkembangan ekspresi emosi dengan menggunakan strategi bermain peran dan bercerita dapat dinilai ketika anak mulai muncul mengekspresikan emosi dan mengerjakan tugas maka dikatakan anak mulai muncul dan berkembang, indikator keberhasilan adalah 75% yang ditetapkan oleh sekolah .

(39)

23

kegiatan pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus berikutnya.

Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009:101) yaitu:

1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan. 2. Menghitung prosentase

Presentase pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu:

Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

Preentase Pencapaian Anak= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah Skor maksimum

Prosentase Keberhasilan Kelas= Total prosentase pencapaian kelas x 100%

Jumlah siswa

3. Membuat tabulasi skor observasi pengamatan pengembangan ekspresi emosi dengan strategi bermain peran, adapun rancangan tabel sebagai berikut:

(40)

24

No Nama Anak Prosentase Pencapaian

Prosentase Keberhasilan

Status Pencapaian

Keterangan :

(1) Prosentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan prosentase pengembangan ekspresi emosi dalam bermain peran pada masing-masing anak.

(2) Prosentase keberhasilan: diperoleh dari prosentase standar ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan hasil belajar tiap anak sebesar 75%. 4. Status pencapaian: diperoleh dari perbandingan antara skor

presentase pencapaian dengan presentase keberhasilan (75%). Jika hasil presentase pencapaian < (kurang dari) presentase keberhasilan

maka status pencapaian yaitu “B” artinya belum tercapai. Dan bila

presentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama dengan) presentase

keberhasilan maka status pencapaian yaitu “S” artinya sudah tercapai.

5. Dikatakan berkembang apabila anak mulai muncul dalam strategi bermain peran dan bercerita dan meningkat dalam perkembangan ekspresi emosi anak.

(41)

25 H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematis penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini akan membahas strategi bermain peran dan bercerita, pengembangan ekspresi emosi anak usia dini, hakikat emosi. BAB III : Laporan Hasil Penelitian

Pada bab ini berisi tentang profil sekolah RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung, data penelitian meliputi strategi bermain peran pengembangan ekspresi emosi di RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung, kendala pelaksanaan straregi bermain peran pengembangan ekspresi emosi di RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung, upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan strategi bermain peran pengembangan ekspresi emosi di RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung.

(42)

26

Meliputi 1. Pelaksanaan strategi bermain peran pengembangan ekspresi emosi di RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung. 2. Kendala pelaksanaan strategi bermain peran pengembangan ekspresi emosi di RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung. 3. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan strategi bermain peran pengembangan ekspresi emosi di RA. Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.Temanggung.

BAB VI : Penutup

(43)

27 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Bermain Beran dan Bercerita

Kurikulum dalam dunia pendidikan anak usia dini dapat diartikan seperangkat bahan ajar mencangkup tujuan, isi dan bahan belajar, khususnya pada anak usia dini (0-6 tahun) untuk mencapai tumbuh kembang secara optimal. Perkembangan kurikulum pendidikan anak usia dini di Indonesia ini berawal pada tahun 1964 hingga sekarang.

1. Pengertian strategi

Strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (KBBI).

Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

(44)

28

Menurut bussinesdictionary, pengertian strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah.

Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita-cita yang telah ditentukan sama halnya dengan konsep stategi perencanaan.

2. Pengertian Bermain Peran

Bermain peran menurut Sudjana (1989:61) menyatakan bermain peran adalah sandiwara tanpa naskah, tanpa latihan lebih dulu sehingga dilakukan secara spontan, masalah yang didramakan adalah mengenai situasi sosial. Tujuan bermain peran adalah agar anak dapat menghayati perasaan orang lain, dapat belajar sebagimana membagi tanggung jawab, dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan, merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.

(45)

29

pernah menghadirkan tokoh tersebut dalam permainannya. Kalaupun ia memerankannya maka ia akan mengubah karakter tokoh tersebut menjadi sosok seorang yang diinginkannya.

Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan sebagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Ia juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan sebagainya.

Dalam memahami drama anak-anak Harley mendefinisikan bermain

peran sebagai berikut. “Bermain peran adalah bentuk permainan bebas dari

(46)

30 3. Pengertian Bercerita

Menurut Bachir (2005:10) bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:210) cerita adalah tuturan perbuatan atau sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apa pun yang dia inginkan. Dalam cerita seseorang anak dapat memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk didalamnya perkembangan emosi dan sosialnya.

(47)

31

Selanjutnya Solehuddin (2000) dan Hidayat (2003) mengemukakan bahwa aktivitas bercerita juga dapat berfungsi untuk membangun hubungan yang erat dengan anak. Melalui bercerita, para pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika mereka dapat menyelingi atau melengkapi cerita-cerita itu dengan unsur humor.

Pengembangan merupakan proses, cara, perbuatan mengembangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:538). Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral anak sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

(48)

32 B. Ekspresi Emosi

Banyak dari kita akan menilai bentuk ekspresi emosi dari yang terlihat di wajah, namun sebenarnya terdapat banyak bentuk ekspresi emosi. Ekspresi adalah representasi atau tampilan dari perasaan atau kondisi internal dari dalam diri seseorang, ekspresi dapat berupa visual (simbol, gambar), facial (senyuman, mengerinyit, mata melebar, dsb), gesture (posisi tubuh, gerakan) dan verbal (suara, dehem , dsb).

Ekspresi merupakan pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya); sejak itu merupakan dari perasaan hatinya; pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang: rasa tidak puas tergambar diwajahnya.

Ekspresi yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis.

Ekspresi merupakan pengungkapan ataupun suatu proses dalam mengutarakan maksud, perasaan, gagasan dan sebagainya. Semua pemikiran dan gagasan yang ada dalam pikiran seseorang sebaiknya diekspresikan dalam bentuk nyata sehingga bisa dirasakan manfaatnya. Pendek kata arti ekspresi adalah hasil manifestasi dari emosi (Suharto: 1996).

(49)

33

seperti ekspresi vokal, gerakan tubuh yang mengacu pada pola utama gerakan otot, atau lebih sering dikenal sebagai sikap atau gerakan tubuh (Lazarus, 1991).

Ekspresi positif maupun negatif dapat diamati dari ekspresi emosi yang tampak dari ekspresi wajah, gerakan tubuh dan tangan, atau melalui komunikasi nonverbal (termasuk cara bicara dan nada suara). Ekspresi emosi melalui wajah bersifat universal terutama untuk ekspresi senang dan marah (Prawitasari, 1993).

Emosi memiliki komponen ekspresi yang dapat dikenali oleh orang lain. Laporan informasi mengenai ekspresi emosi dapat digunakan sebagai alternatif pengganti laporan diri atau self report. Ekspresi emosi dapat diamati dari ekspresi wajah, kondisi psikofisiologis, dan perkataan yang diungkapkan melalui Emotion-Sensitive Taks (Lucas, Diener, & Larsen (2003).

(50)

34

Dalam kehidupan sehari-hari ekspresi emosi sangat penting untuk fungsi kesehatan diri secara fisik, psikologis, sosial, dan pekerjaan. Melalui pengaturan dan pengenalan emosi kita dapat mengekspresikan secara sehat sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan fisik dan psikologis akibat emosi yang tidak terekspresikan. Ekspresi emosi juga penting untuk memperkuat perilaku, ide-ide yang disampaikan, ataupun bahasa verbal saat berinteraksi dengan orang lain dalam konteks relasi ataupun pekerjaan. Berkaitan dengan ekspresi emosi, terdapat beberapa permasalahan yang seringkali terjadi.

1. Permasalahan Ekspresi Emosi

a. Sisi norma atau kondisi suatu lingkungan sosial (komunitas) berbeda dengan cara mengekspresikan emosi dikomunitas yang lainnya. Kondisi ini sering kali disebut dengan relativisme dalam mengekspresiakn perasaan

b. Adanya aturan tertentu biasanya berkaitan dengan gander, bahwa laki-laki diidentikkan kuat sehingga tidak boleh menangis, apabila ada laki-laki kemudian mengekspresikan dengan bentuk menangis akan dianggap tidak tepat atau aneh. Sedangkan anak perempuan untuk mengekspresikan kesedihan harus menangis, sedangkan kalau tidak menangis dianggap aneh.

(51)

35

norma yang mengatur dilarang tertawa sekeras-kerasnya tetapi cara tertawa harus secara santun.

d. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kondisi lingkungan dan emosi yang diekspresikan karena adanya permasalahan indivisual yang tidak dapat diekspresikan emosi yang sesuai. Biasanya permasalahan ini terkait dengan social sensitivity. Contoh yang terkait dengan permasalahan psikologis emosi adalah ketika ada kondisi yang lucu ternyata tidak memberikan ekspresi emosi apa-apa dan situasi tersebut bersifat konsisten pada situasi yang lain misalnya pada situasi bernuansa sedih sehingga seringkali individu yang menampilkan kondisi ini disebut dengan emotional flattening.

2. Beberapa cara untuk memiliki ekspresi emosi yang tepat

a. Perlu adanya pengenalan emosi, caranya dengan merasakan dan kemudian memberikan nama emosi yang terjadi. Sebagai contoh ketika jantung berdebar-debar tetapi disertai dengan perasaan negatif bisa dikenali sebagai marah, jengkel, kecewa, atau takut. Sedangkan ketika jantung berdebar-debar tetapi nuansa emosi positif bisa gembira, bahagia atau puas dan sejenisnya.

b. Menerima emosi yang terjadi, harus ada kesadaran bahwa manusia pada dasarnya memiliki emosi baik negatif ataupun positif.

(52)

36

mengekspresikan antara diri dan norma. Mengenali bentuk ekspresi emosi yang sesuai dapat melalui menjalin realsi dengan orang lain, dalam berinteraksi dengan orang dapat memberikan kesempatan bagi individu mempelajari cara berinteraksi secara tepat, melihat berbagai variasi ekspresi emosi untuk emosi yang sama dan kesempatan mendapatkan feedback dari pengekspresian emosi.

3. Jenis-jenis ekspresi emosi a. Marah

b. Takut c. Jijik d. Malu e. Bahagia f. Sedih g. Terkejut

4. Bentuk-bentuk ekspresi

a. Ekspresi wajah

(53)

37 b. Ekspresi vokal

Ekspresi vokal dapat berupa nada suara dan urutan pengucapan. Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja.

c. Ekspresi emosi dalam musik

Ekspresi emosi yang ditampilkan dalam musik dapat dinilai dari beberapa hal seperti : elemen tempo dari musik yang ditampilkan, timbre , serta kompleksitas musik yang disajikan misalnya (tempo cepat untuk musik yang riang dan tangga nada minor untuk menyampaikan nada kesedihan).

C. Anak usia dini

Pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan betasan 0-8 tahun.

(54)

38

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:7). Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

D. Hakikat Perkembangan Emosi Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Emosi

Emosi yang berasal dari bahasa Latin movere, berarti menggerakakan atau bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa perasaan marah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan rasa sedih (Goleman, 1995).

Emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar anak mampu merespons secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini.

(55)

39

dengan keterampilan emosi dan sosialnya, anakpun akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern.

Emosi yang dimaksud disini adalah untuk mengenalkan emosi terhadap anak usia dini yang bertujuan agar anak lebih berani, sabar dan percaya diri dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pemahaman situasi menjadi lebih baik serta dapat mengontrol emosi.

Emosi merupakan perasaan yang ada dalam tubuh kita dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, sedih atau gembira. Goleman

berpendapat bahwa “emosi merujuk pada suatu perasaan atau

pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian

kecenderungan untuk bertindak”. (Goleman, 1995:411 dalam Nugraha &

Rahmawati, 2008:13).

Emosi dapat pula dimengerti melalui beberapa teori yang membahas tentang emosi. Walgito (1997), mengemukakan tiga teori emosi:

a. Teori sentral

Menurut teori ini, gelaja kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi indvidu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Sebagai contoh, orang menangis merasa sedih.

b. Teori periferal

(56)

40

sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi emosi yang dialami individu merupakan akibat gejala-gejala kejasmanian.

c. Teori kepribadian

Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah karena itu, maka emosi meliputi perubahan-perubahan kejasmanian.

2. Ciri Emosi Anak Usia dini

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Menurut Hurlock (1992: 116) perkembangan emosi pada anak usia dini dapat ditandai dengan:

a. Amarah, yang disebabkan antara lain pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain.

b. Takut, pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut. Termasuk dalam hal ini, menghindar, bersembunyi, menangis.

(57)

41

d. Ingin tahu, anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain.

e. Iri hati, ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Iri ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling umum ialah dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain.

f. Gembira, anak merasa gembira karena sehat dan anak mengungkapkan kegembiraan dengan senyum dan tawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau oarang yang membuat bahagia.

g. Sedih karena kehilangan sesuatu yang disenangi, secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan. h. Kasih sayang, anak belajar mencintai orang lain, binatang atau

benda yang menyenangkannya.

Pendapat lain tantang perkembangan emosi pada anak usia dini menurut Nugraha & Rahmawati (3008:23) ditandai dengan:

a. Reaksi emosi yang kuat

b. Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya

(58)

42

e. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan

3. Karakteristik Emosi Anak Usia Dini

Karakteristik anak usia dini yang sering terlihat seperti emosi anak berlangsung singkat lalu tiba-tiba berhenti. Emosi anak usia dini sifatnya mendalam, tetapi mudah berganti, dan selain sifatnya terbuka juga lebih sering terjadi. Sebagai contoh anak kalau sedang marah dia menangis keras atau berteriak-teriak, tetapi kalau kemauannya dituruti atau terpenuhi, maka tiba-tiba tangisannya berhenti dan biasanya langsung tertawa.

Emosi dapat memberikan dampak terhadap perilaku anak usia dini seperti yang dikemukakan Willis (2002) yaitu:

a. Emosi menambah kesenangan hidup anak, semua emosi dapat merangsang dan membangkitkan gairah anak.

b. Emosi dapat terlihat pada ekspresi anak seperti emosi yang menyenangkan akan membuat anak bahagia atau sebaliknya. c. Emosi dapat mengganggu kualitas intelektual anak, di mana emosi

yang kuat menyebabkan anak sulit belajar dan sulit mengingat. d. Emosi dapat menurunkan keterampilan anak, misalnya anak yang

emosinya kuat akan menjadi gugup dan grogi saat berbicara. e. Emosi akan mencerminkan keadaan perasaan anak dari air

(59)

43

f. Warna emosi akan tampak dalam kehidupan anak, hal ini dapat terlihat saat emosi sedang hadir, menandakan kehidupan anak dikeluarganya baik, dan sebaliknya warna emosi tidak menyenangkan merupakan pertanda kehidupan di keluarganya tidak bahagia.

g. Emosi dapat meransang dan membangkitkan gairah anak, misalnya menimbulkan kesenangan, cemburu, marah, takut, dan benci. h. Kehidupan keluarga mempengaruhi gejolak emosi anak, di mana

keluarga yang bahagia akan memberikan pengaruh pada kehidupan dan perilaku anak.

4. Aspek Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

(60)

44

Salovey dalam Goleman (2007:57), membagi lima aspek emosi sebagai berikut:

a. Kesadaran diri, berarti mengenali perasaan sewaktu perasaan ini terjadi yang merupakan dasar emosi.

b. Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan dapat diungkapkan dengan tepat yang merupakan kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri.

c. Motivasi diri sendiri merupakan kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

d. Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan keterampilan bergaul.

5. Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak Usia Dini

Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak adalah: a. Sebagai bentuk komunikasi dengan lingkungannya

b. Sebagai bentuk kepribadian dan penilaian anak terhadap dirinya sendiri

c. Sebagai bentuk tingkah laku yang dapat diterima lingkungannya d. Sebagai bentuk kebiasaan

e. Sebagai upaya pengembangan diri

(61)

45

6. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak

Mengacu pada Setiawan (1995), terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak prasekolah atau RA, bahkan hingga mampu menimbulkan gangguan yang mencemaskan para pendidik dan orang tua. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Pengaruh keadaan individu sendiri

Keadaan diri individu, seperti usia, keadaan fisik, inteligensi, peran seks (Hurlock, 1980) dapat mempengaruhi perkembangan emosi individu. Hal yang sangat menonjol terutama berupa cacat tubuh atau apa pun yang dianggap oleh diri anak sebagai sesuatu kekurangan pada dirinya dan akan sangat mempengaruhi perkembangan emosinya.

b. Konflik-konflik dalam proses perkembangan

(62)

46 c. Sebab-sebab lingkungan

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan emosi anak-anak usia prasekolah. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi. Bahkan secara lebih khusus, keluarga dapat menjadi emotional security pada tahap awal perkembangan anak.

2) Lingkungan sekitarnya

Kondisi lingkungan di sekitar anak akan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku serta perkembangan emosi pada pribadi anak. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi emosi pada anak bahkan mungkin mengganggunya, adalah sebagai berikut:

a) Daerah yang terlalu padat

b) Daerah yang memliki angka kejahatan tinggi c) Kurangnya fasilitas rekreasi

d) Tidak adanya aktivitas-aktivitas yang diorganisasikan dengan baik untuk anak

3) Lingkungan sekolah

(63)

47

sekolah yang dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyebabkan terjadinya gangguan tingkah laku pada anak, seperti berikut ini.

a) Hubungan yang kurang harmonis antara guru dan anak b) Hubungan yang kurang harmonis dengan

teman-temannya

7. Strategi Pengembangan Emosi Anak

Strategi pengembangan ini merupakan bentuk kegiatan stimulasi emosi yang diberikan kepada anak yang dilakukan di dalam ruangan. Mengacu pada aspek emosi yang dikembangkan oleh Goleman (1995), kegiatan ini dikemas dalam beberapa kegiatan ini dikemas dalam beberapa kegiatan baik dalam maupun diluar ruangan, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan berempati terhadap perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri, dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Contoh kegiatan dapat dilakukan secara individual dan kelompok.

(64)

48

belajar yang terbaik ialah melalui berbagai pengalaman dengan menghitung, mengukur, merasakan, dan menyentuhnya.

Menurut Beaty (1994:85), ada beberapa respons emosi yang sering diungkapkan anak usia dini yang dapat diamati, sehingga dapat diupayakan pengembangannya sebagai berikut:

1. Membiarkan dirinya nyaman dalam kondisi tertekan

Anak yang tidak dapat menjadikan dirinya nyaman saat mendapat tekanan, sering memperlihatkan emosi yang disebut distres. Pada tingkat yang tinggi, distres dapat membentuk kesedihan yang mendalam atau depresi.

Untuk membantu anak yang mengalami distres dilakukan dengan cara: (a) memegang dan mengayun anak; (b) memberikan mainan besar yang lembut yang dapat dipegang atau dipeluk anak; (c) memberi anak boneka sehingga anak dapat bercerita dengan bonekanya tentang perasaannya; (d) membacakan buku cerita tentang anak-anak distres dan solusinya; (e) berikan benda-benda untuk dapat membantu permainan sendiri seperti cat air, mereka memoleskan dengan tangan ataupun kuas sehingga lama-lama energi negatif berubah menjadi lebih halus.

(65)

49

perhatian bagi orangtua dan guru. Beberapa anak menunjukan kecemasan saat awal masuk sekolah.

3. Mengatasi situasi yang tiba-tiba berubah dengan kontrol Kejadian yang mendadak reaksi terkejut, dan heran. Terkejut tidak dapat dihilangkan, tetapi sebenarnya dapat dipersiapkan untuk mengatasi kejadian yang tidak diperkirakan dan anak dipersiapkan untuk nantinya mengatasi perubahan yang tiba-tiba dengan membacakan buku cerita tentang hal yang mengejutkan dan cara-cara mengatasinya.

4. Mengungkapkan kemarahan tidak dengan tindakan kekerasan Guru dan orang tua dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan kemarahan anak dengan verbalisasi, mengekspresikan dengan kata-kata. Cara lain yakni dengan menyediakan gambar-gambar wajah anak yang sedang marah dan minat anak bercerita apa yang dirasakan saat melihat gambar ini. 5. Mengatasi untuk tidak menghindar dari orang lain secara

berlebihan

(66)

50

Bantuan yang dapat diberikan pada anak yaitu dengan cara: (a) tidak memberikan anak terfokus pada pada rasa malunya dengan membacakan buku cerita; (b) meminta anak yang lain mau bermain, bekerja sama dengan anak pemula; (c) menyadarkan anak bahwa dia mempunyai kelebihan/ kekuatan, misalnya cantik, pintar, dan lainnya; (d) tunjukkan penerimaan terhadap anak dan bantu anak menerima dirinya sendiri.

6. Menunjukkan minat atau perhatian terhadap kegiatan kelas Minat merupakan rangkaian emosi positif yang dimiliki semua anak usia dini dan akan menjadi motivator bagi anak untuk mengikuti pelajaran, serta akan merupakan dorongan untuk ingin tahu pada anak. Guru dapat membangitkan minat anak dengan manstimulasi rasa ingin tahu anak, misalnya dengan bermain teka-teki.

7. Membiarkan anak terlihat tersenyum bahagia

Senang merupakan emosi positif yang menyertai pengalaman yang menyenangkan. Biasanya ekspresi senang dengan tertawa serta bercahaya dan semangat.

(67)

51

Berikut ini dan penjelasan dari strategi pengembangan emosi pada anak usia dini.

a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri

Untuk membantu anak mengenali emosinya, dapat dilakukan dengan cara mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang tua ataupun guru, dapat mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan pengalamannya. Misalnya, mengajarkan rasa marah anak dengan suatu kegiatan bermain.

b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi

secara tepat

Anak dapat dibiasakan untuk berfikir realistis sehingga anak dapat menanggapi suatu kejadian dengan perilaku yang tepat. Selain itu, orang tua dan guru juga dapat melatih anak untuk mengelola emosi, misalnya anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi pada kegiatan yang berarti seperti menggambar.

c. Kemampuan untuk memotivasi diri

(68)

52

ini anak dapat belajar banyak. Misalnya, saat anak kecewa karena tidak dapat mengajarkan sesuatu, anak diajak untuk bermain dengan menyusun balok-balok yang lebih mudah dan dapat dilakukan anak. d. Kemampuan untuk mengenali memahami perasaan orang lain

Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Anak sebaiknya mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan persaannya tersebut. Misalnya, anak diajak melihat badut/ sirkus untuk dapat memiliki rasa gembira dan keinginan tertawa anak.

e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok, dan melakukan kerja sama. Pengalaman ini akan sangat berarti bagi anak untuk kehidupannya di kemudian hari. Misalnya, biarkan anak bermain dengan anak sebayanya dan perhatikanlah serta arahkan cara bermain anak sehingga ia tidak mendominasi atau dikuasai anak lainnya.

(69)

53 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Sejarah berdirinya RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung

RA Masyithoh Nglondong berdiri pada 21 April 2001 oleh para tokoh kementrian agama dan para tokoh masyarakat Nglondong antara lain Bapak Choirun, Bapak Rohmat, H. Masduqi dan H. Mastur.

Pada awal berdirinya kegiatan belajar mengajar berlangsung dirumah penduduk yaitu rumah Bapak Rohmat yang dipinjam oleh RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung, letaknya kurang strategis sehingga kurang terjangkau. Proses pembelajaran yang sangat sederhana dan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Administrasi yang diterapkan juga sangat sederhana, belum ada komputerisasi, segala bentuk laporan masih berupa tulis tangan, bahkan guru yang mengajar jumlahnya hanya dua orang. Jumlah siswa pada awal berdiri sangatlah sedikit yaitu 10 siswa saja.

(70)

54

Kec. Parakan Kab. Temanggung, pada tahun 2001, pembangunan gedung telah jadi dengan 3 ruangan, yaitu kantor, kelompok A dan kelompok B. Letak RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung sangat strategis bersampingan dengan gedung balai Desa Nglondong dan berdekatan dengan SD Nglondong.

Kondisi RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung ini berlangsung hingga sekarang dengan berbagai kekurangan, kelebihan, hambatan, maupun tantangan yang ada. RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan masyarakat secara keseluruhan maka senantiasa harus mencerminkan suasana lingkungan yang baik dari segi jasmani dan rohani.

(71)

55 2. Profil Sekolah

Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut : 1) Nama Sekolah : RA Masyithoh Nglondong 2) Provinsi : Jawa Tengah

3) Kabupaten : Temanggung 4) Kecamatan : Parakan

5) Desa : Nglondong

6) Kode pos : 56254

7) Telepon : -

8) Fax/ Email : -

9) Daerah : Pedesaan

10)Status Tanah : Bengkok 11)Status Bangunan : Milik sendiri 12)Akreditasi : B

13)Tahun Pendirian Sekolah : 2001 14)Ijin Pendirian : Ada 15)Status Sekolah : Swasta 16)Tahun Beroprasi : 2001 3. Letak Geografis RA Masyithoh Nglondong

(72)

56

4. Visi, Misi dan Tujuan RA Masyithoh Nglondong a. Visi

Adapun visi RA Masyithoh Nglondong, yaitu :

“ Mengembangkan potensi anak secara sehat, cerdas dan mandiri

berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa”

b. Misi

Adapun misi RA Masyithoh Nglondong, yaitu: 1) Membiasakan hidup bersih dan sehat

2) Membiasakan anak berperilaku sopan, ramah dan budi pekerti yang luhur

3) Menanamkan rasa percaya diri

4) Melatih kemandirian dan kedisiplinan 5) Merangsang kecerdasan dan kreativitas anak

6) Melaksanakan pembelajaran dengan prinsip bermain sambil belajar

c. Tujuan

1) Meletakkan dasar dan menanamkan nilai-nilai agama islam dalam jiwa anak yang beriman kuat dan berakhlak mulia. 2) Mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak melalui

(73)

57 mendatang.

3) Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kualitas yang baik secara intelektual dan religius. 5. Keadaan Siswa dan Guru

a. Daftar nama siswa

Adapun nama-nama siswa kelompok A di RA Masyithoh Nglondong yang akan diamati terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok A

No Nama Tempat Tanggal Lahir

(74)

58

15 M. Wasiul Hufron Temanggung, 09 September 2010 16 Nafisa Nur Aulya Temanggung, 06 Juni 2011 17 Rani Rahmawati Temanggung, 24 Maret 2011 18 Siti Fatimah Temanggung, 02 November 2010 19 Vina Alin Khalisna Temanggung, 26 Januari 2011 20 Zhada Afia Nikma Temanggung, 12 Juni 2011 21 Bayu Arvian Temanggung, 01 November 2010 22 Atiq Fauzi Temanggung, 24 April 2011

b. Daftar nama guru

Adapun nama-nama guru di RA Masyithoh Nglondong terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong

No Nama Tanggal Lahir Tanggal Mulai Tugas

(75)

59 6. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi RA Masyitoh Nglondong terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Gambar Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong

7. Tata Tertib dan Pembiasaan di RA Masyithoh Nglondong a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal

b. Bel masuk sekolah jam 07.30 WIB c. Berbaris sebelum masuk

d. Guru mendampingi anak dalam barisan

e. Anak masuk kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru f. Membalik absen

g. Duduk di kelas dengan rapi h. Memberi salam

i. Berdoa sebelum kegiatan dimulai

j. Bernyanyi, bercerita, bertepuk berirama sebelum pemelajaran k. Masuk ke inti pembelajaran yang mana materi telah disiapkan

Penasehat

fikriyah

Kepala RA

Afinaturrosidah, S.Pd

Komite

Marliyah

Guru B

Rodliyatun Guru A

Mustaqimah

Siswa

(76)

60 oleh guru sebelumnya

l. Guru membimbing, melatih, mengarahkan dan mendampingi anak didik dengan baik

m. Harus tercipta suasana yang akrab antara guru dan anak, lingkungan harus nampak nyaman sehingga anak-anak senang belajar bersama

n. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan o. Membaca doa sebelum makan

p. Selesai makan anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali q. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebayanya

r. Anak harus memakai sandal ketika bermain dihalaman supaya kaki tetap bersih

s. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah selesai digunakan

t. Guru harus membersihkan kelas setelah selesai makan agar kelas tetap bersih

u. Setelah selesai jam istirahat, anak masuk kelas dengan rapi dan mengembalikan sandal pada rak yang telah disediakan

Gambar

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong
gambar dibawah ini:
Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asam malat merupakan asam yang berupa serbuk kristal berwarna putih, bersifat mudah larut dalam etanol 95% dan air, tidak dapat larut dalam benzen, salah satunya terkandung pada

Implementasi Penelitian Kedudukan dan Peran Perempuan pada Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam Sistem Sosial di Pendidikan Sosiologi ... Pembahasan

M aka H0=µ1≤ µ2 ditolak dan H1:µ1&gt;µ2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan skor self-esteem dan keterampilan bola voli siswa yang mendapat pembelajaran

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Peningkatan Ranah Afektif Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi.. Universitas

jigsaw dalm pembelajaran matematika, hasil belajar siswa menjadi

Dari data resep tersebut dapat dianalisis dan diidentifikasi ada tidaknya efek yang tidak diinginkan seperti interaksi farmasetik yang mencakup stabilitas fisika maupun

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi

Tidak ada pelamar dari Formasi Cumlaude/Lulusan Terbaik, akan diisi dari pelamar lain yang mendaftar pada jabatan ini dan memenuhi nilai ambang batas (Passing Grade)