PENGARUH PEMBELAJARAN KOOl)ERATIF
METODE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
MATEMATIKA SISWADIMTs.
saGadatujセMAHABBAH
PONDOK CABE UDIK PAMULANG
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DHerim", GGヲ|G[Z[L[[Z[[N[[セ[セL[[[[[N [[[ゥゥ\BBNセ
t
dad
1,'gl, ;
ZZセセZサセZZセQZZZセZNセ[セZセZZセセセZZZZZBセNQセZ
No, lnrluk : Lセゥ|セBLWBNセBZ[NRNsq\[[NZBB .. ,,.
Oleh
:
ャ、。セ[ヲヲェォセf[ェN _.,, , , .
MUHAMMAD NUR
101017021005
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Nama
NIM
Jurusan
Angkatan Tahun
Alamat
: MUHAMMAD NUR
: 101017021005
: Pendidikan Matematika
:2001/20002
: JI. Merpati I No. 23 Rt 001/01 Sawah Baru Ciputat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUJEINYA
Bahwa skripsi yang berjudul Penga,·uh Pembelajaran KQoperatif
Dengan Teknik Jigsaw Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa
DiMTs Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Pamlllang adalah benar hasil karya
sendiri dibawah bimbingan dosen :
Pel11bimbing I
Nama : Dra. Maifalinda Patra, M.Pd.
NIP
: 150227 129
Pel11bil11bing II
Nama : Drs. Mulyono, M.Pd.
NIP
: 131 974444
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan. hasil karya
sendiri.
Jakarta, Januari 2008
Muhammad Nur, The Influence of study cooperative jigsaw method to
student motivation achievement on mathematic (The Study of Experiment at
Sa'adatul Mahabbah Junior High School Pondok Cabe Udik). Shipsi,
Departement of Mathematic Educatin Faculty of Tarbiyah and Teachers Training
State Islamic University Syarifhidayatullah Jakarta, Juli 2008.
The research have something as a purpose to know the different result
study of student mathematic that teach with cooperative learning jigsaw 'llethod
that teach with expository method. This experiment class is student that teach
using cooperative learning jigsaw method and control class is student that teach
using expositori method. The research using quasi eksperimenl. method.
The research for counting result study of student mathematic using Test-t,
with normal file ang homogen. Result research give expression to that a different
result study of student mathematic which teached with cooperative learning
jigsaw method and students that teach with expository method. And average result
study of student mathematic that teach with cooperative leaming jigsaw method
impoliant fi'om student that teach with expository method.
The research which gived to student Sa'adatul Mahabbah Junior Hih
School Pondok Cabe Udik class VIII for know result study.
Tengadah jemari teriring do'a kehadirat Allah 8WT atas segala limpahan
karunia nikmat yang tak temilai dari nikmat Iman, Islam serta nikmat sehat wal ' afiat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini tepat pada
waktu
yang
ditentukan. Salawat serta salam
taklupa kita mohonkan kepada Allah SWT, semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang karena
bimbingan dan peljuangan Beliaulah umat manusia terangkat ke derajat yang paling
tinggi dibandingkan makhluk - makhluk Allah yang lain.
Skripsi yang beIjudul
"PENGARUH PEMBEIAJARAN KOOPERATIF
DENGAN
METODE
JIGSAW
TERHADAP
MOTIVASI
BELAJAR
MATEMATlKA SISWA (DI MTs. SA'ADATUL MAHABBAH PONDOK CABE
UDIK PAMULANG)"
ini disusun sebagai syarat untuk meraih gelar saIjana S-l
pada Jumsan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguman DIN
Syalif Hidayatullah Jakarta. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak, yang dengan seluruh daya upaya sekuat tenaga dan
kemampuan telah tercurahkan kepada penulis demi terselesaikannya penulisan skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Pembimbing shipsi.
3. Bapak Mulyono, M.Pd, yang telah menyisihkan waktunya dan sabar dalanl
membimbing penulis.
4. Para Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan l1munya
kepada penulis sehingga penulis mandapatkan gelar sarjana ( S-I ) ini.
5. Orang Tua yang telah susah payah membiayai penulis dan dorongan serta doa
sehingga penulis mendapatkan gelar s31jana ( S-I), khusunya Ibunda tecinta,
yang sangat menginginkan penulis wisuda.
6. Bapak Ust. Atet Sanwani Ar-Rifuni beselta keluarga•. selaku Ketua Yayasan
Pembinaan Yatim Piatu AI-l1dllas Ciputat yang telah membantu baik moril
maupun materil dari perkuliahan smnpai kepada proses penulisan shipsi
hingga mendapat gelar s31jana ( S-I ) ini.
7. Ternan-ternan Matematika angkatan 2001/2002 Marnat, Wiwi, Teti, Diana,
Imas, Dian, khususnya Ukar yang telah memberikan dorongan semangat agar
tetap sabar dalam menghadapi berbagai cobaan khususnya dalam penulisan
9. Kepala sekolah dan para guru MTs. Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik
Pamulang yang telah memberikan motivasi dan kemudahan dalam penelitian.
10. Para siswa - siswi MTs. Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang
yang telah membantu penulis dalam penelitian kJlmsusnya kelas III tahun
ajaran 2006/2J07.
11. Para staf dan karyawan MTs. Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik
Pamulang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari sepenulmya bahwa pembahasaan dan analisa dari
skripsi ini masih jauh dari sempuma dan masih banyak terdapat kekurangan di
dalamnya yang tidak lain disebabkan oleh keterbatasan p<mulis. Akhir kata penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis, semoga skripsi ini dapat menjadi langkah awal menuju masa
depan yang lebih baik bagi penulis. Amin
Jakarta, Juli 2008
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN ii
ABSTRAKSI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR lSI vii
DAFTAR TABEL ix
BABI PENDAHULUAN
A. LataI' Belakang Masalah I
B. Identifikasi Masalah 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9
D. Metode Pembahasan 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGUJIAN HIPOTESIS
A. Deskrispsi Teoritis 1.1
I. Pengertian Matematika II
2. Teori Pembelajaran Matematika 13
3. p・ュ「・ャセ。イ。ョ kooperatif 17
4. Teori Motivasi 21
a. Pengertian Motivasi 21
b. Macam-Macam Motivasi ; 22
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi 25
d. Motivasi Berprestasi 26
5. Teknik Jigsaw dalam pembelajaran Maternatika 27
6. Pengertian Metode Ekspositori 34
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
38
B.
Populasi dan Sampel
38
C. Metode Penelitian
39
D. Teknik Pengumpulan Data
39
E. Teknik Analisis Data
42
F. Hipotesis Statistik
43
BAB IV
BASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Data
44
B. Analisis Data
48
C. Interpretasi Data
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
53
B.
Saran
.,
54
DAFTAR PUSTAKA
55
1. Populasi dan Sarnpel 38
2. Rancangan Penelitian 39
3. Kisi-kisi instrumen Motivasi Beprestasi matematika siBwa 40
4. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi Matematika 45
5. Distribusi Frekuensi Skor Kelas Kontrol... 47
6. Hasil perhitungan motivasi berprestasi matematika siswa 49
7. Tabel skala motivasi berprestasi matematika siswa 80
8. Hasil uji validitas instrumen skala motivasi 81
9. Hasil uji validitas instrumen skala motivasi yang valid 83
10. Varians skor tiap item 86
II. Hasil skor motivasi kelompok eksperimen 89
12. Hasil skor motivasi kelompok kontrol 90
13. Uji Normalitas Kelas Eksperimen dengan Liliefors 91
14. Uji Normalitas Kelas Kontrol dengan Liliefors 92
15. Nilai r product moment... 98
16. Nilai Kritis untuk Uji Liliefors... 99
[image:9.595.53.467.173.528.2]A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu Negara, pendidikan memegang peranan penting yang
menjamin kelangsungan hidup suatu Negara d.m bangsa, dan untuk
lnengembangkan kualitas sumber daya manusia. I'erwujudan masyarakat
tersebut menjadi tauggung jawab pendidikan, terutama dalam
mempersiapkan perserta didik menjadi subjek yang makin berperan dalam
suatu negara dan bangsa.
Pelaksanaau pendidikan dilakukan dallun bentuk kegiatau
bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Bimbingan pada dasarnya adalah
pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasehar dan penyuluhan agar siswa
mampu mengatasi masalah dan menanggulangi kesulitan sendiri.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terenCllJla untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajarau agar peserta didik secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatau spiritual
keagamaan, pengendalian' diri, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang atau
sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya
pengajarau dan pelatihan. '
Individu manusia sejak lahir tidak memiliki pellgetahuan apapun,
tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkan untuk
menguasai berbagai pengetahuan dan peradabau, Dengan memfungsikan
fitrah itulah ia belajar dari lingkullgan masyarakatuya, Untuk mencapai
IMuhibbinSyah,Ps!kologi Pendidikon Suotu Pendekalon&frU,Bandlillg, Remaja Rosda
semua itu harus melalui tahap demi tahap yaitu melalui proses belajar.
Dalam hal ini kita 、ゥキセゥ「ォ。ョ untuk menuntut i1mu dari sejak kita lahir
sampai kita meninggal dunia, agar kita memiliki pengetahuan yang luas
dan mempermudah jalan hidup kita, karena pepatah mengatakan bahwa "
dengan seni hidup menjadi indah, dengan i1mu hidup menjadi mudah dan
terarah ", karena Allah SWT akan meninggikan derajat orang .. orang yang
memiliki i1mu pengetahuan sebagaimana tercantum dalam firman Allah
SWT pada surat AI-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi :
... <.:.>1.;..)0rL-JIIji.J\0; :,]1",
P.
1",;"\0; ,;]1..h1t'Y- ..... . Allah akan meninggikan arang - orang yang beriman
diantara kamu dan orang - orang yang diberi i1mu pengetahuan beberapa deraJal.. .· .....2
Ayat diatas mengandung makna motivasi bagi kita semua untuk menuntut
i1mu. Dengan i1mu pengetahuan kita mendapatkan kemuliaan dan derajat yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini berarti pula betapa
pentingnya menuntut ilmu pengetahuan.
Kondisi awal individu dan proses pendidikan tersebut juga
digambarkan oleh Allah SWT di dalam fitmannya pada surat An-Nahl
ayat 78 yang berbunyi :
LJ.J,.,s..;;;
" dan Allah mengeiuarkun kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui apapun. dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur...3
Pada umumnya kita ketahui bahwa pendidikan merupakan kegiatan
yang universal dalam kehidupan manusia, oleh karena itu sangat penting
dan hak setiap orang. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembanganjasmani dan rohani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
2AI-Qur'an dan tel:iemah, Departemen Agama, h. 910
proses belajar mengajar harus terorganisir dengan baik. Dalam proses
belajar mengajar peran seorang pendidik sangat menentukan baik
buruknya atau berhasil tidaknya sebuah proses belajar mengajar. Dalam
pelaksanaannya proses belajar mengajar banyk dijumpai masalah.
Paradigma berlaku terus menerus mengenai proes belajar mengajar
dalam dunia pendidikan hanya bersumber pada teori, asumsi
Tabula Rasa
John Locke. Loske mengatakan bahwa pikiran sesl:orang anak seperti
kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan dan
warna dari gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat botol
kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan
sang guru.6Senada menurut Us!. HM. Jefry AI-Bukhori yang akrab disapa
dengan UJE mengatakan seorang anak itu bagaikan gelas kosong yang
siap diisi air apapun oleh orangtua atau gurunya.
Paradigma pembelajaran lama, guru memberikan pengetahuan
kepada siswa secara pasif, guru kurang menguasai proses belajar mengajar
yang tepat, dia hanya tahu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam
memori siswa yang siap menerimanya. Sebagian guru menganggap
paradigma lama ini satu-satunya altel1latif. Mereka mengajar dengan
metode ceramah siswa diharapkan duduk, diam, catat, dan hafal (3DCH)
serta mengkompetisikan siswa dengan satu sama lainnya.7
Maka dipandang perlu adanya pembaharuan paradigma dalam
menelaah proses belajar siswa dan interaksi antar siswa dan guru. Selain
itu, alur proses belajar mengajar tidak harus berasal antara siswa dan guru.
Siswa bias juga saling belajar dengan siswa lainnya. Sistem pembeli\jaran
Selayaknya memberikan kesempatan anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas tersutruktur. Sist<em pembelajaran ini
disebut cooperative learning atau kelompok, dimana siswa belajar, bekerja
dan berinteraksi di dalam kelompok-keJompok kecil, sehingga siswa dapat
6Anita Lie,Cooperative Learning, Mempraklekaf1 Cooperative Learning di ruang-rucmg
ke/as,Jakarta:Penerbit Grasindo, 2002. h.2
bekerja sama, saling membantu, berdiskusi dalam memahami suatu materi
pelajaran ataupun dalam mengerjakan tugas kelompok. Mengapa dengan
pembelajaran kooperatif? Suatu aspek pembelajaran kooperatif bahwa
pembelajaran kooperatif dapat membantu mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan lebih baik sesama siswa dalam pembelajaran
akademis mereka.
Dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya
matematika antara lain agar peserta didik mampu menghadapi perubahan
keadaan dunia yang selalu berkembang. Melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, nasional dan kritis. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka pendidikan diharapkan dapat memflih (lara mengajar yang
baik dan metode yang sesuai.
Masalah klasik dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah
ren.dahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan
terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Sedangkan menurut
Suyamo (1988), dalam pengajaran matematika, penyampaian guru
cenderung bersifat monoton, hamper tanpa variasi kreatif, kalau saja siswa
ditanya, ada saja alasan yang mereka kemukan, seperti matematika sulit,
tidak mampu menjawab, takut disuruh ke depan" dan sebagainya.8
Sementara Syarien (1991) berpendapat adanya gejala matematika phobia
(ketakutan anak) terhadap matematika yang melanda ウエセ「。ァゥ。ョ besar siswa,
sebagai akibat tak kenai maka tak sayil)'g.
Karena masalah rendahnya nilai hasil belajar matematika siwa
merupakan masalah yang serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh
dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, maupun siswa itu sendiri.
Rendahnya nilai hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika belajar. Dapat pula
disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi yang kurang menarik
8Asmin,lmplementasi Pembelajaran Matematika RealisOk dan Kendala yangmUl1cufdi
menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru kurang
pandai mengatur strategi belajar mengajal' yang da,pat membangkitkan
motivasi belajar siswa atau juga karena metode pembelajaran yang masih
bersifat tradisional dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses
pembelajaran dan keaktifan ォセャ。ウ sebagian besar di domonasi oleh guru.
Akan tetapi dari permasalahan pendidikan yang dikemukan diatas
pendekatan pengajaran merupakan aspek permasalahan yang memerlukan
penanganan serius.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru diharapkan dapat
memilih cara mengaj1r yang baik dengan metode yang sesuai karena
setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan atkan lebih baik lagi
apabila penggunaan metode mengajar dapat di vasrias! sesuai dengan
karakteristik materi dan siswa. Sebab bila hanya metode tertentu saja yang
digunakan maka kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan kreatifitas dan daya pikir serta menambulkan rasa bosan
pada siswa.
Tetapi dari sekian banyak permasalahan pendidikan matematika
yang dikemukakan di atas, pendekatan pengajaran merupakan aspek
permasalahan vital yang memerlukan penanganan serius. Cooperative
learning merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model
pembelajaran kontruktivisme. Pembelajaran kontruktivisme menurut
anggapan Paul Supamo adalah pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri, terutama
menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan atau pengertian
dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan sekedar diterima secara pasif
d ·an guru.9
Pembelajaran kooperatif menurutSlavin adalah salah satu metode
pengajaran di mana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil
<) Paul Suparno, FUsala! Kontruktivisme Da/am Pendidikan) ( Yogyakarta : Penerbit
sehingga mereka saling membantu antara satu dengan lainnya dalam
mempelajari suatu pokok bahasan.1O Cooperative Learning menekankan
pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah tim dalam menyelasaikan atau membahas suatu masalah atau
tugas.
Pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning) memiliki banyak
metode, diantaranya STAD (Student Teams Achievement Division), TGT
(Teams Games Tournamen), TAl (Teams Accelerated Intruction), CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Compisition), Jigsaw, Learning
Together,dan Group Investigation.I I
Dari berbagai metode dalam Cooperative Learf'ing, penerapan
metode Jigsaw lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi bel1\iar
yang dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam
hal bersosialisasi, belajar mandiri serta bekerja sama. Metode Jigsaw
dalam Cooperative Learning memiliki pemikiran dasar yakni memberi
kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan sosialisasi
yang berkesinambungan dan yang terpenting terjadinya proses belajar
dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa.12
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pembelajaran
kooperatif yang dapat membangkitkan motivasi belajar dan hasil belajar
siswa, apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode
jigsaw dalm pembelajaran matematika, hasil belajar siswa menjadi lebih
baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah
diidentifikasikan, sebagai berikut :
10Slavin, Cooperative Learning,(USA:A Simon&Schuster Company, 1995 ), h. 2
!I Dwi Winarno. Cooperative Learning Sebagi A/lerna/if Peningkolan Mutll Pendidikan
Dasar,( KoprL 242, Desember 1996 ), h. 30-32
menggunakanCooperative Learningmetode jigsaw?
b. Apakah dengan cooperative learning metode jigsaw pada
pembelajaran matematika dapat membuka paradigma baru dalam dunia
pendidikan di Indonesia?
c. Apakah ada perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang
diajar menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw
dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori ?
Tertarik pada fenomena yang terjadi seperti diungkapkan di atas, perlu
dilakukan pengkajian i1m,iah berdasarkan penelitian terhadap pengaruh
Cooperative LearningMetode Jigsaw dalam pembelajaran matematika.
Sehingga dengan demikian dipilih judul PENGARUH
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMAllIKA SISWA (DI
MTs. SA'ADATUL MAHABBAH PONDOKcabャセ PAMULANG).
Alasan memilih judul tersebut sebagai subjek penelitia:n dalam skripsi ini,
antara lain:
a. Pembelajaran Cooperative Learning merupakan pembelajaran yang
belum banyak digunakan oleh para akademis di bidang pendidikan
matematika.
b. Adanya kejenuhan belajar matematika dan motivasi rendah yang
dialami siswa dalam proses pembelajaran.
c. Merasa tertarik untuk mengetahui apakah ada pengeruh Pembelajaran
Cooperative Learning Metode Jigsaw dalam pembelajaran
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar
penelitian ini mecapai sasaran dan tujuan yang diharapakan, maka dalam
penyllsunan skripsi ini penulis membatasi pennasalahannya sebagai berikllt :
a. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi matematika antara siswa
yang diberikan metode jigsaw dengan metode ekspositori.
b. Pengarllh apa yang terjadi pada prilakll siswa jiak terjadi perbedaan
c. Materi dalam pembelajaran ini terbatas pada pokok bahasan Faktorisasi
Suku Aljabar.
d. Sasaran penelitian ini adalah kelas delapan semester satu di MTs.
Sa'adatlll Mahabbah Pamulang.
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut : " Apakah motivasi berprestasi
siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metocle jigsaw lebih baik
dari motivasi siswa yang menggunakan metode ekspositori".
D. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis, menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian
berupa data dan infonnasi yang berkaitan denganjudulyang akan diteliti.
Dalam pembahasan skripsi ini, digunakan buku pedoman penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh Tim Ptmyusun UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
motivasi belajar antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif
metodejigsaw dan yang menggunakan ekspositori.
Adapun manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk mengatasi
kejenuhan dalam belajar matematika, menumbuhkan motivasi belajar
mengembangkan kreatifitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran
dan juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. itu penelitian
ini diharapkan bermanfaat untuk sekolah yang diteliti agar dapat
memberikan wacana baru tentang pembelajaran matcmatika yang
diinginkan oleh para siswanya, selain itu juga diharapkan dapat
A. Desluipsi Teoritis
1. Pengertian Matematika
Istilah Mathematics (Inggris), mathematic (Jennan), Mathematique
(Prancis), matematiceski (Rusia) atau mathematic (Belanda), berasaI dari bahasa latin yaitu matematica yang mulanya diaml!>i1 dati bahasa Yunani
mathemstike yang berarti
"relating to
ャセ。ュゥョァBN Bahasa itu mempunyaiakar kala mathema yang berarti pengetahuan alau ilmu
knowledge
(science). Bahasa matematike berhubungan sangat ,:rat dengan sebuah kata
laiunya yang serupa yaitu mathanain yang mengandung arti belajar
(berpikir).!
Berdasarkan etimologis matematika berarti "iilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bemaIar". Sedangkan menurut James dan James (1976)
daIam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adaIah ilmu
tentang Iigika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
yang berhubungan dengan yang laiunya dengan jutnlah yang banyak, dan
terbagi dalam tiga bidang yaitu aIjabar, analisa dan geometri.
Berikut beberapa pendapat tentang definisi matematika yang dikutip
oleh Maman Abdurrahman (2000), sepelti pendapat Jhonson, Rissing and
Reys2
1) Menurut Jhonson and Rissing bahwa matematika adaIah pola berpikir,
pola mengorganisasikan, pembnktian yang logis, atan matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah didefinisikan dengan cermat,
IErman Suhemlan ,Srategi Pembelajaran Matema:ika Kontemporer. (Bandung : FMIPA UPI, 2003), h,15
jelas dan akurat, mereflesikannya dengan simbol yang padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyinya.
2) Menurut Reys adalah bahwa matematika merupakan telaah tentang
pola hubungan, sesuatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, atau
sesuatu bahasa dan suatu ala!.
3) Menurut Kline, matematika itu bukanlah pengetahuan yang
menyendiri yang dapat sempuma karena dirinya semdiri, tetapi adanya
matematika ini terutama untuk manusia dalam memahami dan
menguasai social, ekonomi dan alam.
Begitu pula dengan matematika, dikatakan bahasa dan sarana berpikir.
Jelas matematika mencakup bahasa khusus yang disebut bahasa
matematika. Karena dengan matematika kita dapat berlatih berpikir secara
logis, dan dengan matematika i1mu pengetahuan bias berkembang dengan
cepa!.
Matematika adalah disiplin i1mu yang mempe:lajari tentang cara
berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Ketika materi matematika dipandang sebagai sekumpulan yang
tidak berhubungan satu sama lain, maka pembelajaran matematika hanya
sebagai pengembangan keterampilan. Kita harusnya memandang
matematika secara fleksibel dan memahami hubungan serta keterkaitan
antara ide atau gagasan matematika yang satu dengan yang lainnya. Untuk
mempromosikan pandangan ini NCTM (National Council Of Teachers Of
Matematics) merekomendasikan 4 prinsip, yaitu:3
I. Matematika sebagai pemecah masalah
2. Matematika sebagai penalaran
3. Matematika sebagai komunikasi
4. Matematika sebagai hubungan
Matematika adalah pelajaran tentang ide atau konsep serta hubungan
antara ide atall konsep tersebllt. Hubungan antara ide atau konsep dalam
matematika, tidak hanya cukup dihapalkan tetapi harus dipahami secara
bermakna melalui proses bernalar, proses berkomunikasi secara
matematika serta aktivitas pemecahan masalah.
Matematika adalah cara berfikir yang digunakan untuk memecahkan
berbagai permasalahan (Pemerintahan, industri, sains), dalam sejarahnya
matematika berperan dalam membangun peradaban manusia sepanjang
masa. Metode yang digunakan adalah eksperimen penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus khusus. Penalaran deduktif adalah penalaran dari kasus yang
umum kekhusus.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah i1mu tentang
bilangan-bilamham, hubungan anatara bilangan-bilangan dan produk
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan. Hal ini berarti matematika selalu berhubungan dengan bilangan.
2. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan Wntang suatu hal atau
keterampilan belajar pengalaman dan pengajaran. Sedangkan pengajaran
adalah usaha menunjukan atau membantu seseorang untuk belajar dan
bagaimana melakukan sesuatu, memberi pengetahuan dan manfaat bagi
seseorang menjadi mengerti.
Dalam proses pembelajaran, unsur belajar memegang peranan penting
sedangkan mengajar adalah proses membimbing lkegiatan belajar dan
masalah belajar adalah masalah aktual yang selalu dihadapi oleh setiap
manusia
Menurut Fontona proses perubahan tingkah laku individu yang relatif
tetap sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan
upaya penataan Iingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar
pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat
rekayasa perilaku.4
Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari
pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses
pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusifyang
sengaja diciptakan. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah
pendidikan persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses
sosialis individu siswa dengan Iingkungan sekolah, seperti guru,
sumber/fasilitas, dan ternan sesama siswa.5
Sedangkan tujuan pembelajaran matematika dij sekolah mengacu
kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang
telah dirumuskan GBHN. Bahwa tujuan umum diberikannya matematika
padajenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu:
a. Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cennat,
jujur, efektif, dan efesien.
b. Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.6
Pemikiran bahwa pembelajaran matematika lebih utama dibandingkan
dengan pengajaran yang lain dan bahwa matematika penting dan harus
dikuasai oleh siswa secara komprehensif dan holistik, mengandung
konsekuensi bahwa pembelajaran matematika seyogyanya
mengoptimalkan keberadaan dan peran siswa sebagai pelajar.
Karena filosofi antara pengajaran dan pembelajaran maiematika
sesungguhnya berbeda, maka pengajaran matemadka harus berubah
paradigmanya, yaitu :
... ィセ ... h.8
h.58
4Erman Suherman .SraregiPembelajaran
SErman Suhel'man •Sraregi Pembelajaran
1). Dariteacher centeredmenjadileaner centered
2). Dari teaching centeredmenjadilearning centered
3). Daricontex basedmenjadicompetency based
4). Dariproduk ojlearningmenjadiprocess ojlearning
5). Darisummative evaluation menjadijormative evaluation7
Guru semestinya memandang kelas sebagai tempat dimana
masalah-masalah yang menarik dieksplorasi oleh siswa dengan menggunakan
ide-ide matematika. Sebagai contoh, seorang siswa dapat mengukur
benda-benda nyata secara langsung, mengumpulkan informasi dan menjelaskan
apa yang mereka kumpulkar. dengan menggunakan statistik atau
menjelajahi sebuah fungsi alelalui pengujian grafiknya. Berlandasan
prinsip pembelajaran matematika yang tidak sekedar learning to know,
melainkan juga meliputi learning to be, hingga learning to live .together,
maka pembelajaran metematika seyogianya berdasarkan pada pemikiran
bahwa siswa harus belajar semestinya dilakukan secara komprehesif dan
terpadu.
Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pemah ada
pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batas
dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan
berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh
dari makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari k,emandegan sebagai
kholifah di muka bumi.
Ada beberapa definisi belajar dari para ahli, yaitu :
a. Skinner seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
Educational Psychology: The Teaching-Learning Proces, berpendapat
bahwa belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya,
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan
hasil yang optimal apabila diberi penguat.8
b. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology Of Learning and
Memory, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.9
c. Witherington dalam bukunyaEducational Psychology, mengemukakan
"Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian.1O
d. Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978)
mengemukakan "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan/pengalamanII .
Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Teori belajar matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
dan hubungan yang diatur menurut urutan logis. Jadi, matematika
berkenaan dengan konsep-konsep abstrak. Objek mate:matika yang abstrak
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari yang
sederhana sampai yang paling kompleks.
Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang
optimal untuk hasil belajar yang diinginkan. Menurut sadiman bahwa
8 Muhibbin Syah, Psikc/ogi Pendidikan dengan Pende!catan Bam, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2002, eel. Ke-7 hal 90
9Muhihbin Syah, PSikologi Pendidikan hal 90
10M. Ngalim Purwanlo, Ps;kologi pendidika",(Bandung: RemaJ' Rosda Karya, 1997),
eel. Ke-2, h.84
pembelajaran lebih umum dari pada pengajaran. Ia mengatakan,
pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang
kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sama-sama berada
di dalam kelas. Senada dengan Arif, Corey melengkapi dengan
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana
Iingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan (Miarso, dkk, 1997, 1995). Pembelajaran menurut Gagne dan
Briggs adalah upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar.12
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah belajar mengenai ilmu tentang struktur dan
hubungan-hubungannya yang memerlukan simbol-simbol untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang diterapkan.
3. Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Cooperative learning merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan dalam model pembeIajaran kontruktivis. Pembelajaran
kontruktivisme menurut Suparno adalah pengetahuan merupakan
kontruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri,
kontrllktivisme menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan atau
pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya sekedar
diterima secara pasif dari guru.13
PembeIajaran Kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metode
pengajaran di mana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil
sehingga mereka saling membantu antara satll dengan lainnya dalam
mempelajari satu pokok bahasan. 14
:2Ismail, dkk,Kapita Setekla Pembetajaran Matematika,(Jakarta: UT, 2000). h. 13
lJ Paul Suparno,Filsapat Kontruktivisme Do/am Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius;1997), h. 5
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekelja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengeljakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya. Tidak dikatakan Cooperative Learningjika para
siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelornpok kecil tetapi
menyelesaikan masalah sendiri-sendiri. Bukanlah Cooperative Learning
jika para siswa duduk bersama dalarn kelompok-k<llompok kecil dan
mempersilakan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan kelompok. Cooperative Learning menekankan pada kehadiran
ternan sebaya yang berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah tim
dalam menyelesaikan atau membahas masalah atau tugas.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan ヲセィ。ュ konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam m<myelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum sesnesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut (Lungdren, 1994).
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau
berenang bersama".
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sarna.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sarna selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.'5
Spelialisasi tugas anggota kelompok mendukung penuh adanya
akuntabilitas individu agar setiap siswa dapat memberikan konstribusi
kepada kelompok. Dalam hal ini setiap siswa bertanggung jawab untuk
suatu bagian yarg terpisah dari tugas teman-temannya didalam suatu
kelompok. TUGas kelompok menjadi benar-benar tergantung pada tugas
individu.16 Selain itu dengan memberikan tugas-tugas yang berbeda-beda
dapat membantu menghindari adanya ー・イ「。ョ、ゥョァセョ antara tugas individu
didalam suatu kelompok.
Ada beberapa hak yang dipenuhi dalam Cooperative Learnoing agar
lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut
meliputi :
Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus
merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai
tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung
dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya
kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota
kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai hasH yang maksimum, para siswa
yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sarna lain dalam
mendiskusikan masaiah yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok hams menyadari bahwa setiap pekerjaan
siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya. 17
15htlp:lwNw.damandiri.or.id.ldetail.php?id=238 24090, II: 17
16Slavina,Cooperative , h. 111
Beberapa manfaat proses pembelajaran Cooperative Learning,
menurut Anita Lie yaitu; siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk
bekerja dengan siswa lain, mempunyai lebih banyak kesempatan untuk
menghargai perbedaan, mengurangi kecemasan siswa, meningkatkan
partisivasi dalam proses pembelajaran, motivasi, harga diri, sikap positif,
dan prestasi belajar siswa.
Walaupun pembelajaran kooperatif memiliki bebel'apa kelebihan, akan
tetapi pabila tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan
kelemahan yaitu efek Free rider. Efek Free rider adalah suatu kondisi
dimana beberapa anggota kelompok yang meng"rjakan semua atau
sebagian pekerjaan dalam pembelajaran sedargkan yang lain tidak
me!akukan aktivitas.18 Dengan kata lain, aktivitas beleliar hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok saja.
Pembelajaran kooperatif sangat perlu diterapkan dalam proses belajar
mengajar disekolah. Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang
menunjukan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil
belajar yang rendah, antara lain (Linda Lundgren, 1994; Nul', dkk, 1997)
seperti berikut ini :
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
c. Memperbaiki sikap
d. Memperbaiki kehadiran
e. Angka putus sekolah menjadi lebih rendah
f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
h. Konflik antar priblldi berkurang
i. Sikap apatis berkurang
J. Pemahaman yang lebih mendalam
k. Motivasi lebih besar
I. HasH belajar lebih tinggi
m. Retensi lebih lama
n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi19
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah belajar dimana siswanya saling bekerja sarna satu
dengan yang lainnya dalam memahami dan mengerjakan tugas - tugas
belajar.
4. Teori Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motif atau dalam bahasa Inggrisnya "motive" berasal dari kata
"motion" yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.20 ladi istHah motif pun erat hubungannya dengan "gerak", yaitu dalam hal ini
gerakan yang dilakukan oleh manusia yang disebul: juga perbuatan atau
tingkah laku.
Motif dalam psikologi berarti rangsangan dorongan atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku sedangkan
menurut Purwanto dalam bukunya "Psikologi Pendidikan" motif
diartikan sebagai segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Dari definisi-dllfinisi diatas dapat
disimpulkan bahwa motif adalah rangsangan, dorongan, daya yang
membangkitkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pengertian motivasi menurut Muhibbin adalah keadaan internal
organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
untuk bertingkah laku secara terarah.21
19Muslimin Ibrahim,PembelajaranKooperalij hal. 18-19 20 Sarlito Wirawan, S,Penganlar Umum Psikologi,(Jakalta: Bulan Bintang, 1996), eel. Ke-7, h. 56
Motivasi menurut Sardiman adalah keseluruhan daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai.
Sedangkan menllrut Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang
telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.22
M. Alisuf Sabri, mengemukakan bahwa motivasi adalah segala
sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau
mendorong orang untuk memenllhi suatu kebutuhan.23 Seorang anak
akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasa ada suatu
kebutuhan. Merupakan fitrah manusia jika ia mempunyai dorongan
untuk mengetahui, dan mengerti sesuatu karena alElsan tertentu.
b. Macam-macam Motivasi
Motivasi yang terdapat pada did siswa yang sedang belajar terbagi
menjadi <lua, yaitu; Motivasi instrinsik dan Motivasi ekstrinsik
I). Motivasi lnstrinsik
Motivasi il1strinsik yaitu motif yang menjadi aktif atau
berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Maka
motivasi instrinsik dapat juga dikatakal1 sebagai bentuk motivasi
yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
herdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
berkait dengan aktivitas belajarnya.
22WS. Winkle,Psikologi Pengajaran edisi Revisi.(Jakarta: PT, Gramedia Widia Sarana,
1996), h. 27
23 M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta; Pedoman
2). Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Oleh karena itu
Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi
yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.
Dalam proses pembelajaran motivasi ekstrinsik sangat
diperlukan hal ini disebabkan karena kemungkinan besar keadaan
siswa itu dinamis, dan berubah-ubah ujian, hadiah, peraturan, dan
tata tertib sekolah dan seterusnya adalah merupakan contoh-contoh
kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk
belajar. Motivasi ekstrinsik .dapat ditumbuhkan oleh seorang guru
dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar yang kondusif
dengan jalan memberikan metode belajar yang tepat sehingga
dapat mengarahkan siswa untuk termotivasi dalam belajar.
Motivasi siswa dalam pembelajaran koope:ratif terletak pada
bagaimana bentuk hadiah atau struktur pen>capaian tujuan saat
siswa melaksanakan kegiatan.
Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi
untuk mencari prestasi. Motivasi tumbuh di dorong oleh
kebutuhan (need) seseorang. Morivasi merupakan prilaku yang
akan menentukan kebutuhan (need) atau wujud prilaku mencapai
tujuan. Seseorang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia
akan berusaha kebutuhan (need) tersebut. Keblltuhan (need)
merupakan kecenderungan dalam diri seseorang yang bersifat
relative permanent. Bagi orang-orang yang termotivasi merupakan
perubahan internal dalam diri akibat stimuill-stimulus dari
lingkungan. Winkel berpendapat bahwa motif adalah " Tenaga
deni meneapai tujuan, sedangkan motivasi merupakan motif yang
menjadi aktif pada saat -saat tertentu.
Winkle(J 989P:94) mengibaratkan motiva.si dengan kekuatan
mesin dikendaraan. Dalam motivasi siswa sendiri berperan sebagai
mesin yang kuat atau lemah, maupun sang sopir yang menentukan
tujuan. Me.Clelland (dalam Gibson, 1993:97-100) ia berpendapat
bahwa banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh dari
kebudayaan, yaitu : kebuthan prestasi, kebutuhan akan afiliasi, dan
kcbutuhan akan kekuasaan.
Berdasarkan peneltian H<-zberg ia menyimpulkan bahwa kita
mempunyai dua perangkat b-::rlainan, yaitu :
J. Motivator
Motivator pada umumnya mempertinggi prestasi dan
memperbaiki terhadap tugas. Dengan kata lain, motivator dapat
membangkitkan rasa puas, dan menaikkan prestasi sehingga
melebihi prestasi normal.
2. Faktor kesehatan
Jika factor kesehatan ada pada tingkat r'endah, hal itu akan
membuat orang merasa tidak bahagia, prestasi dan sikapnya
terhadap tugas memburuk.
Me. Donald memberikan definisi motivasi, yaitu : " Suatu
perubahan tenaga di dalam dirilpribadi seseorang yang ditandai
oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha meneapai
tujuan." Definisi ini berisikan tiga hal, yaitu :
1) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang.
Setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan
tenaga di dalam sistem neurofisiologis daripada organisme
manusia. Banyak "motive" yang kepastian hakikat organisme
daripada keingillall untuk dihargai dan diakui adalah tidak
2) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif.
Dorongan afektifyang kuat,sering nyata dallam tingkah laku. Di
lain pihak adapula dorongan afektif yang sulit untuk diamati.
Misalnya anak yang tenang-tenang duduk bekerja dimejanya,
nampak kurang nyata dorongan afektifnya, padahal ia
mempuanyai dorongan afektif yang kuat berupa manifestasi
perubahan psikologis yang terjadi di dalam dirinya.
3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Motivasi memimpin ke arah rekasi-reaksi mencapai tujuan.
Misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.24
Menyadari pentingnya motivasi dalam kegiatan bel ajar
mengajar, maka tugas guru ialah membangkitkan/menumbuhkan
motivasi pada murid-muridnya. Dengan hal tersebut diharapkan murid
mendapatkan hasil balajar/prestasi yang maksimal. Dengan kata lain, dengan adanya motivasi yang tinggi pada muridl maka akan diikuti
dengan prestasi yang bai pula.
Ciri-ciri motivasi menurut lvor Davies, yaitu : yang pertama
motivasi bukan merupakan syarat mutlak untuk k€:giatan belajar tetapi
dianggap sebagai kemampuan biasa untuk memasuki situasi belajar,
kedua yaitu sebagai strategi terbaik' adalah memusatkan pada
pencapaian materi dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi
dapat ditinggikan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Faktor-faktor yang mepengaruhi motivasi itu pada dasarnya ada
dua macam yaitu: Faktor internal dan Faktor ekstemal.
J). Faktor Internal, yaitu faktor yang ditimbulkan bersumber dalam diri
individu itu sendiri. Adapun yang mempengaruhi faktor intemal ini
merupakan kebutuhan, kegelisahan, perhatian, rasa bersalah dan
sebagainya.
24Wasty Soemanto.Psikofogi Pendidikan, (Malang: PT. Rineke Cipta, 1990), eet.
2). Faktor Ekstemal, yaitu faktor yang ditimbulkan atau datang dari
luar individu. Adapun yang mempengaruhi Dlktor ekstemal atau
dorongan dari luar berupa: dorongan masyarakat, penghargaan,
bahaya, aneaman, harapan orang lain dan sebagainya.
Hal-hal yang mempengaruhi motivasi anak dalam belajar yaitu :
(I) Kematangan, (2) Usaha yang bertujuan goal dan ideal, (3)
Pengetahuan mengenai hasil dari motivasi, (4) Penghargaan dan
hukuman, (5) Partisifasi, (6) Perhatian. Sejalan de:ngan keinginan dan
kebutuhan untuk melakukan sesuatu, baik karena keinginan berprestasi
maupun keinginan memenuhi fisik didasari oleh besar keeil motivasi
dan tergantung pada : (I) Kekuatan Motivasi yang berasal dari diri
sendiri, (2) Harapan akan hasil kegiatan yang dilakukan dan, (3)
seberapa besar keingintahuan untuk lepas dari pekerjaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi beiajar adalah
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang
dikehendaki oleh siswa tereapai.
d. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang menyebabkan orang
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari konclisi sebelumnya. Me
Clelland menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu usaha
untuk meneapai sukses yang bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi
dengan suatu ukuran keunggulan. Motivasi berprestasi merupakan
perwujudan harapan yang ingin dieapai individu dalam melakukan
prilaku kerja. Dalam arti Ian lingkungan individu dalam berprilaku
meneapai tujuan didasari oleh kebutuhan.
Suatu cirri diri kebutuhan prestasi adalah kebutuhan dapat
dipelajari. Dimana seorang siswa yang pada mulanya memiliki prestasi
rendah, kemudian mendap8t pelatihan dan pengalaman dapat
terasa sangat mendesak, maka kebutuhan akan memoyivasi orang
tersebut untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut.
Contohnya apabila seseorang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi,
maka kebutuhan tersebut mendorong orang untuk menetapkan target
yang penuh tantangan, dia harus bekerja keras mencapai tujuan dengan
kemampuan dan pengalaman yang ia miliki.
Manifestasidari motivasi berprestasi akan terlihat pada cirri
prilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Me. Clelland bahwa aa
beberapa cirri individu dengan motivasi berprestasi, yaitu :
1. Tanggung jawab. Individu yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi akan lebih bertanggung jawab secara pribadi pada hasil
kerjanya dengan cara berusaha menyelesaikan tugasnya.
2. Mencari atal.! menggunakan umpan balik atas hal-hal berkenaan
dengan tindakannya.
3. Mempertimbangkan resiko. Pada umumnya orang yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan tertarik pada tugas
yang mempunyai tingkat kesulitan sedang atau tidak terlalu mudah.
4. kre\'ltif dan inovatif
5. Waktu penyelesaian tugas. Individu yang mempunyai motivasi
tinggi akan menyelesaikan tugas dengan cepat.
5. Teknik
Jigsaw
dalam Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Teknik
Jigsaw
Cooperative Learning memiliki beberapa bentuk yaitu : Student
Teams Achievement Division ( STAD ), Teams-Games-Taurnament (
TOT ), Team Assiled Individualization ( TAl ),Cooperative Integrated
Reading and Composition ( CIRC ), Jigsaw, Learning Together. dan
Group investigation. Masing-masing model beJajar ini memiliki
prosedur yang berbeda, tetapi tetap menggunakan kelompok dalam
Dari berbagai teknik dalam Cooperative Learning, penerapan
teknikJigsaw lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar
yang dinamis, Siswa dapat mengembangkan be:rbagai kemampuan
dalam hal bersosialisasi, belajar mandiri serta b(:kerja sarna. Teknik
Jigsaw dalam Cooperative Learning memiliki pemikiran dasar yakni
memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain,
mewujudkan sosialisasi yang berkesinambungan dan yang terpenting
terjadinya proses belajar dimana siswa mengajar serta diajar oleh
sesama siswa.
Teknik Jigsaw ini dikembangkan oleh Aronson et ai, sebagai
metode cooperative learningteknik ini bisa digunakan dalam pelajaran
membaca, menu lis, mendengarkan atau berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata
pelajaran, seperti i1mu pengetahuan alam, i1mu pengetahuan sosial
matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas
dan tingkatan?S
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu sisiwa mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna:. Selain itu, siswa
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Menurut Johnson, teknikjigsaw dalamcooperative learningadalah
suatu teknik belajar kelompok yang mememiliki gambaran urn urn
sebagai berikut:
1). Setiap anggota kelompok mempelajari salah satu bagian informasi
yang berbeda dengan bagian informasi anggota lainnya.
2). Setiap anggota kelompok bergantung pada anggota kelompok yang
lainnya untuk mempelajari bagian yang lain s(:hingga memperoleh
pemahaman informasi secara utuh.
3). Setiap anggota kelompok berbagi informasi dengan anggota
kelompok yang lain dalam rangka memperoleh informasi secara
utuh.
4). Setiap anggota kelompok menjadi pemilik atau "pakay' dari
informasi, sehingga kelompok akan bertanggung jawab dan
menghargai masing-masing anggotanya.2G
Langkah-Iangkah teknikJigsawdalam cooperative 'earning.
a). Tahap " Cooperative" (tahap kooperatif)
Setiap siswa ditempatkan dalam suatu kelompok keeil
(kelompok dibentuk berdasarkan rangking kelas) yang disebut
kelompok Cooperative, dan siswa menerima bagian informasi
(berupa bacaan atau tugas/soal) yang merupakan bagian dari suatu
paket informasi yang harus dibahas atau dipecahkan dalam
kelompok Cooperativetersebut.
b). Tahap "Expert" (tahap pakar)
Setelah mendapatkan sebagian informasi dan tugas tertentu
siswa harus menjadi "pakar" atau rnengenai hidang yang menjadi
tugasnya masing-masing. Untuk itu siswa hams mencari siswa dari
kelompok lain yang rnemperoleh tugas yang sarna, kemudian
bekerja sarna melakukan sebagai berikut ; ibeilliar bersama dan
menjadi "pakar" di bidang baeaan atau informasi yang telah siswa
kuasai kepada anggota kelompok Cooperative.
cj. Tahap "lima scrangkai "
Siswa kembali kepada anggota kelompok, dengan demikian
pada saat yang sarna siswa akan menerima pillajaran dari anggota
lain.
26Santoso Barokah,Cooperative Learning. Penerapan Teknik Jigsmv Do/am
Pembelajaran kooperatiftipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997)
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok keeil
yang terdiri dari 4-6 orang seeara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab alas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang dibe:rikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, "siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama seeara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan" (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu salU sama lain
tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian siswa-siswa itu kembali pada timlk,elompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.27
Pada model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok
induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan
latar belakang keluarga yang beragam. Ke!ompok asal merupakan
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa
yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan
untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asa!. Hubungan antara kelompok
asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 200 I)
Kelompok Asal
+
x
*
+
x
*
+
x
=
*
+
x
*
+
+
+
+
==
x
x
x
x
*
*
*
*
[lustrasi Kelompok Jigsaw
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan
topik yang sarna dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas
materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sarna lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian
kern bali pada kelompok asal dan mengakarkan pada ternan
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan
di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling
ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap ternan
sekelompoknya. Selanjutnya cii akhir pembelajaran, siswa diberi !cuis
secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci
tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota
tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuar agar
Tujuan teknik Jigsaw dalam Cooperative learning adalah
menyajikan metode altel11atif. memberi kesempatan pada siswa untuk
berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognisi siswa
dalam menyampaikan informasi. dan menyajikan kebergantungan
positif baik dalam menyampaikan maupun menerima informasi
diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berpikir.
Dilihat dari uraian berikut. adalah sangat memungkinkan untuk
menerapkan teknik Jigsaw dalam Cooperative Learning pada
pem belajaran matematika di kelas.
b. Penerapan
Teknik
Jigsaw
dalam
Pembelajaran
Matematika
Untuk menerapkan teknik Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran
metematika. seorang guru berperan sebagai berikut :
1). Menyampaikan Tnjnan Pembelajaran Kepada Siswa Dengan
Jelas.
Misalnya pada salah satu pokok bahasan yang ada di kelas VIII
MTs semester I ialah pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar,
tujuan pembelajaran secara umum (Tujuan I.ntruksional
UmumITIU) adalah "siswa dapat memahami dan melakukan
operasi aljabar, fungsi, persamaan garis dan si:stem persamaan serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah".
2). Menempatkan Siswa Secara Heterogen Dalam
Kelompok-Kelompok Kecil.
Penempatan/pembentukan kelompok berdasarkan urutan
rangking kelas, setiap kelompok terdiri dari siswa yang pintar,
cukup ーゥセエ。イN dan tidak pintar. Setiap kelompok terdiri dari lima
orang.
3). Menyampaikan tngas-tngas dengan sejellas-jelasnya kepada
siswa, bail. tngas individn manpnl/l tngas k,elompok yang harus
Guru menjelaskan bahwasanya pada kelompok yang telah
terbentuk setiap siswa memiliki tugas yang berbeda. Pada tahap "
Cooperative" kepada setiap kelompok dibagikan tugas atau soal
A, B, C, D, dan E.
Pada tahap " experl ", tahap yang dimana siswa harus
menerima tugas untuk sub pokok bahasan yang sama, bergabung
untuk belajar dan bekerja sama serta mempersiapkan diri untuk
dapat mengajarkan atau menyarnpaikan isi sub pokok bahasan
yang telah dikuasai kepada masing-masing anggota kelompok yang
memiliki tugas berbeda. Kemudiaan setiap anggota kembali
kekelompok kooperatif (kelompok kecH) masing-masing. Dalam
tahap "lima serangkal' masing- masing anggota kooperatif telah
menjadi pakar di bidang infonnasi atau pokok belajar yang telah.
dipelajari " expert" yang selanjutnya setiap anggota mengl\iarkan
materi sub pokok bahasan yang telah dikuasai kepada yang lain da
setiap anggota menyusun materi berdasarkan panduan daftar
pertanyaan tentang Faktorisasi Suku Aljabar yang telah diberikan,
bekerja sama sehingga pada akhimya setiap siswa dapat menguasai
pokok bahasan secara utuh untuk menyelesaikan tugas kelompok
yang diberikan oleh guru.
4). Memantau berlangsungnya kerja. kelompok kecil yang telah
dibentuk untuk mengetahui bahwasannya ォLセァゥ。エ。ョ berlangsung
dengan lancar, dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada
siswa dengan sepuas-puasnya untuk memperoleh pengalaman
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
5). Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui エエセウ tertulis atau tes
Iisan secara acak, penifaian dilakukan terhadap proses dan
hasil.
Guru member!kan soal tes yang harus diselesaikan oleh
kelompok untuk menilai proses, juga tes kepada siswa (dengan tes
telah benar-benar menguasai pokok bahasan statististik dan
statistika.
6. Pengertian Metode Ekspositori
Metode ekspositori sarna seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajar). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang.
Karena tidak terus menerus bicara. la berbicara pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang
diperlukan saja. Siswa tidak mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga
membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mellgerti. Pada metode
ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa
mengajarkan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan
mengajarkannya barsama dengan temannya, atau disuruh membuatnya
dipapan tulis.28
Melihat perbedaan-perbedaan diatas, cam mengerjakannya
matematika yang pada umumnya digunakan pada guru lebih tepat
dikatakan sebagai metode ekspositori dari pada ceramah. Mengajar
matematika dengan metode ceramah menurut penjelasan di atas
sebenamya adalah metode ekspositori, sebab guru juga memberikan pula
soal-soallatihan untuk diajarkan siswa di kelas.
Menurut Djmarah dan Zein, pad pengajara.n ekspositori, guru
menyajikan pelajaran dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapih,
sistematis dan lengkap sehingga siswa menyimak dan mencemanya saja
secara tertib dan tertur.
Ciri umum metode ini adalah definisi dan teorema disajikan oleh
pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar dan kemudian latihan sosial.
Secara garis besar, prosedur pelaksaan metode ini adalah sebagai berikut;
preparasi, apersepsi, dall resitasi. 29 prosedur pelaksanaannya kurang
mekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental
siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa metode ekspositori
mengahasilkan belajar menghapal dan kurang・ヲ・ォエゥヲ「ャセャ。ェ。イ bermakna.
Jadi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar biasa
(tradisional) sehingga dipakai pada pelajaran matematika, namun di dalam
metode ekspositori dominasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara,
guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja.
7. Pengertian HasH Belajar Matematika
Hasil belajar menurut Nana Sudjana, didefinisikan sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar.3o Pengalaman ini dapat di peroleh dari suatu kegiatan
penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang disebut mengajar.
Jelaslah bahwa belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapat menentukan hasil belajar.
Pengajaran akan berhasil bila meteri pelajaran dapat diterima oleh siswa,
dan hasil belajar berkait dengan proses belajar mengajar, jika proses
belajar n:1engajar sudah dapat dioptimalkan sesuai 、ャセョァ。ョ teorinya maka
hasil 「・ャセェ。イ diharapkan akan meningkat. Teori dan prinsip-perinsip belajar
yang 、ゥウセォ。ゥ guru dapat membantu mereka untuk mentukan strategi dan
ュ・ョ」ゥーエセォ。ョ kondisi yang dapat mendukung siswa untuk mempe,baiki
prestasiャセ・ャ。ェ。イョケ。N
h。セゥャ belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
proses bylajar itu sendiri, berupa faktor internal, misalnya kematangan atau
ー・イエオュ「セィ。ョL kemapuan belajar yang merupakan kombinasi dari
kemampuan tafaf intelegensi, bakat, taraf pengetahuan awal yang dimiliki,
taraf ke\nampuan berbah%a, taraf organisasi kognitif juga motivasi dan
N Syaifu! iBahri Djamarahet ai, Gp, Cit, h, 23
kehendak sedangkan faktor ekstemal yang turut ml:mpengaruhi hasil
belajar antara lain, keadaan keluarga dan lingkungan, kleadaan bahan yang
dipelajari dan faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar.
Setelah siswa mengikuti proses pembelajaran maka akan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak
dalam prestasi yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan atau
persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.31
B. Kerangka Berpikir
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang berurutan dan berjenjang
(bertahap), baik bersifat deskriptif maupun teoritis. Kl:benaran-kebenaran
dalam matematika pada dasamya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada
pertentangan diantara kebenaran suatu konsep dengan yalng lainnya. Dalam
pelajaran matematika terdapat konsep-konsep yang bersifat abstrak karena itu
sangat diperlukan daya abstraksi.
Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus diupayakan dan
mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, mengadakan analisis,
membentuk sikap positif, memecahkan masalah, merangsang dan
memungkinkan bagi siswa untuk mengorganisasikan belajamya sendiri,
berfikir secara mandiri serta bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan
kemapuan abtraksi siswa juga kemampuannya lainnya, sehingga pada
akhimya siswa dapat memahami konsep-konsep matematika secara benar dan
utuh serta dapat memecahkan masalah secara integratif.
Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan
berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan Peer Learning
yakn i proses belajar bersama dengan temannya sebaya dan guru berperan
sebagai fasilisator sekaligus moderator dar. p