• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Terhadap Motivasi Berprestasi Matematika Siswa Di Mts.Sa'Adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Terhadap Motivasi Berprestasi Matematika Siswa Di Mts.Sa'Adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOl)ERATIF

METODE JIGSAW TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI

MATEMATIKA SISWADIMTs.

saGadatujセ

MAHABBAH

PONDOK CABE UDIK PAMULANG

Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DHerim", GGヲ|G[Z[L[[Z[[N[[セ[セL[[[[[N [[[ゥゥ\BBNセ

t

dad

1,'gl, ;

ZZセセZサセZZセQZZZセZNセ[セZセZZセセセZZZZZBセNQセZ

No, lnrluk : Lセゥ|セBLWBNセBZ[NRNsq\[[NZBB .. ,,.

Oleh

:

ャ、。セ[ヲヲェォセf[ェN _.,

, , , .

MUHAMMAD NUR

101017021005

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Nama

NIM

Jurusan

Angkatan Tahun

Alamat

: MUHAMMAD NUR

: 101017021005

: Pendidikan Matematika

:2001/20002

: JI. Merpati I No. 23 Rt 001/01 Sawah Baru Ciputat

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUJEINYA

Bahwa skripsi yang berjudul Penga,·uh Pembelajaran KQoperatif

Dengan Teknik Jigsaw Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa

Di

MTs Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Pamlllang adalah benar hasil karya

sendiri dibawah bimbingan dosen :

Pel11bimbing I

Nama : Dra. Maifalinda Patra, M.Pd.

NIP

: 150227 129

Pel11bil11bing II

Nama : Drs. Mulyono, M.Pd.

NIP

: 131 974444

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan. hasil karya

sendiri.

Jakarta, Januari 2008

(3)

Muhammad Nur, The Influence of study cooperative jigsaw method to

student motivation achievement on mathematic (The Study of Experiment at

Sa'adatul Mahabbah Junior High School Pondok Cabe Udik). Shipsi,

Departement of Mathematic Educatin Faculty of Tarbiyah and Teachers Training

State Islamic University Syarifhidayatullah Jakarta, Juli 2008.

The research have something as a purpose to know the different result

study of student mathematic that teach with cooperative learning jigsaw 'llethod

that teach with expository method. This experiment class is student that teach

using cooperative learning jigsaw method and control class is student that teach

using expositori method. The research using quasi eksperimenl. method.

The research for counting result study of student mathematic using Test-t,

with normal file ang homogen. Result research give expression to that a different

result study of student mathematic which teached with cooperative learning

jigsaw method and students that teach with expository method. And average result

study of student mathematic that teach with cooperative leaming jigsaw method

impoliant fi'om student that teach with expository method.

The research which gived to student Sa'adatul Mahabbah Junior Hih

School Pondok Cabe Udik class VIII for know result study.

(4)

Tengadah jemari teriring do'a kehadirat Allah 8WT atas segala limpahan

karunia nikmat yang tak temilai dari nikmat Iman, Islam serta nikmat sehat wal ' afiat

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini tepat pada

waktu

yang

ditentukan. Salawat serta salam

tak

lupa kita mohonkan kepada Allah SWT, semoga

tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang karena

bimbingan dan peljuangan Beliaulah umat manusia terangkat ke derajat yang paling

tinggi dibandingkan makhluk - makhluk Allah yang lain.

Skripsi yang beIjudul

"PENGARUH PEMBEIAJARAN KOOPERATIF

DENGAN

METODE

JIGSAW

TERHADAP

MOTIVASI

BELAJAR

MATEMATlKA SISWA (DI MTs. SA'ADATUL MAHABBAH PONDOK CABE

UDIK PAMULANG)"

ini disusun sebagai syarat untuk meraih gelar saIjana S-l

pada Jumsan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguman DIN

Syalif Hidayatullah Jakarta. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak, yang dengan seluruh daya upaya sekuat tenaga dan

kemampuan telah tercurahkan kepada penulis demi terselesaikannya penulisan skripsi

(5)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan

Pembimbing shipsi.

3. Bapak Mulyono, M.Pd, yang telah menyisihkan waktunya dan sabar dalanl

membimbing penulis.

4. Para Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan l1munya

kepada penulis sehingga penulis mandapatkan gelar sarjana ( S-I ) ini.

5. Orang Tua yang telah susah payah membiayai penulis dan dorongan serta doa

sehingga penulis mendapatkan gelar s31jana ( S-I), khusunya Ibunda tecinta,

yang sangat menginginkan penulis wisuda.

6. Bapak Ust. Atet Sanwani Ar-Rifuni beselta keluarga•. selaku Ketua Yayasan

Pembinaan Yatim Piatu AI-l1dllas Ciputat yang telah membantu baik moril

maupun materil dari perkuliahan smnpai kepada proses penulisan shipsi

hingga mendapat gelar s31jana ( S-I ) ini.

7. Ternan-ternan Matematika angkatan 2001/2002 Marnat, Wiwi, Teti, Diana,

Imas, Dian, khususnya Ukar yang telah memberikan dorongan semangat agar

tetap sabar dalam menghadapi berbagai cobaan khususnya dalam penulisan

(6)

9. Kepala sekolah dan para guru MTs. Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik

Pamulang yang telah memberikan motivasi dan kemudahan dalam penelitian.

10. Para siswa - siswi MTs. Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang

yang telah membantu penulis dalam penelitian kJlmsusnya kelas III tahun

ajaran 2006/2J07.

11. Para staf dan karyawan MTs. Sa'adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik

Pamulang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sepenulmya bahwa pembahasaan dan analisa dari

skripsi ini masih jauh dari sempuma dan masih banyak terdapat kekurangan di

dalamnya yang tidak lain disebabkan oleh keterbatasan p<mulis. Akhir kata penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan

khususnya bagi penulis, semoga skripsi ini dapat menjadi langkah awal menuju masa

depan yang lebih baik bagi penulis. Amin

Jakarta, Juli 2008

Penulis

(7)

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAKSI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR lSI vii

DAFTAR TABEL ix

BABI PENDAHULUAN

A. LataI' Belakang Masalah I

B. Identifikasi Masalah 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9

D. Metode Pembahasan 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Deskrispsi Teoritis 1.1

I. Pengertian Matematika II

2. Teori Pembelajaran Matematika 13

3. p・ュ「・ャセ。イ。ョ kooperatif 17

4. Teori Motivasi 21

a. Pengertian Motivasi 21

b. Macam-Macam Motivasi ; 22

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi 25

d. Motivasi Berprestasi 26

5. Teknik Jigsaw dalam pembelajaran Maternatika 27

6. Pengertian Metode Ekspositori 34

(8)

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

38

B.

Populasi dan Sampel

38

C. Metode Penelitian

39

D. Teknik Pengumpulan Data

39

E. Teknik Analisis Data

42

F. Hipotesis Statistik

43

BAB IV

BASIL PENELITIAN

A.

Deskripsi Data

44

B. Analisis Data

48

C. Interpretasi Data

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

53

B.

Saran

.,

54

DAFTAR PUSTAKA

55

(9)

1. Populasi dan Sarnpel 38

2. Rancangan Penelitian 39

3. Kisi-kisi instrumen Motivasi Beprestasi matematika siBwa 40

4. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi Matematika 45

5. Distribusi Frekuensi Skor Kelas Kontrol... 47

6. Hasil perhitungan motivasi berprestasi matematika siswa 49

7. Tabel skala motivasi berprestasi matematika siswa 80

8. Hasil uji validitas instrumen skala motivasi 81

9. Hasil uji validitas instrumen skala motivasi yang valid 83

10. Varians skor tiap item 86

II. Hasil skor motivasi kelompok eksperimen 89

12. Hasil skor motivasi kelompok kontrol 90

13. Uji Normalitas Kelas Eksperimen dengan Liliefors 91

14. Uji Normalitas Kelas Kontrol dengan Liliefors 92

15. Nilai r product moment... 98

16. Nilai Kritis untuk Uji Liliefors... 99

[image:9.595.53.467.173.528.2]
(10)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu Negara, pendidikan memegang peranan penting yang

menjamin kelangsungan hidup suatu Negara d.m bangsa, dan untuk

lnengembangkan kualitas sumber daya manusia. I'erwujudan masyarakat

tersebut menjadi tauggung jawab pendidikan, terutama dalam

mempersiapkan perserta didik menjadi subjek yang makin berperan dalam

suatu negara dan bangsa.

Pelaksanaau pendidikan dilakukan dallun bentuk kegiatau

bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Bimbingan pada dasarnya adalah

pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasehar dan penyuluhan agar siswa

mampu mengatasi masalah dan menanggulangi kesulitan sendiri.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terenCllJla untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajarau agar peserta didik secara

aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatau spiritual

keagamaan, pengendalian' diri, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang atau

sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya

pengajarau dan pelatihan. '

Individu manusia sejak lahir tidak memiliki pellgetahuan apapun,

tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkan untuk

menguasai berbagai pengetahuan dan peradabau, Dengan memfungsikan

fitrah itulah ia belajar dari lingkullgan masyarakatuya, Untuk mencapai

IMuhibbinSyah,Ps!kologi Pendidikon Suotu Pendekalon&frU,Bandlillg, Remaja Rosda

(11)

semua itu harus melalui tahap demi tahap yaitu melalui proses belajar.

Dalam hal ini kita 、ゥキセゥ「ォ。ョ untuk menuntut i1mu dari sejak kita lahir

sampai kita meninggal dunia, agar kita memiliki pengetahuan yang luas

dan mempermudah jalan hidup kita, karena pepatah mengatakan bahwa "

dengan seni hidup menjadi indah, dengan i1mu hidup menjadi mudah dan

terarah ", karena Allah SWT akan meninggikan derajat orang .. orang yang

memiliki i1mu pengetahuan sebagaimana tercantum dalam firman Allah

SWT pada surat AI-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi :

... <.:.>1.;..)0rL-JIIji.J\0; :,]1",

P.

1",;"\0; ,;]1..h1t'Y- ...

.. . Allah akan meninggikan arang - orang yang beriman

diantara kamu dan orang - orang yang diberi i1mu pengetahuan beberapa deraJal.. .· .....2

Ayat diatas mengandung makna motivasi bagi kita semua untuk menuntut

i1mu. Dengan i1mu pengetahuan kita mendapatkan kemuliaan dan derajat yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini berarti pula betapa

pentingnya menuntut ilmu pengetahuan.

Kondisi awal individu dan proses pendidikan tersebut juga

digambarkan oleh Allah SWT di dalam fitmannya pada surat An-Nahl

ayat 78 yang berbunyi :

LJ.J,.,s..;;;

" dan Allah mengeiuarkun kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui apapun. dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur...3

Pada umumnya kita ketahui bahwa pendidikan merupakan kegiatan

yang universal dalam kehidupan manusia, oleh karena itu sangat penting

dan hak setiap orang. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembanganjasmani dan rohani anak didik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

2AI-Qur'an dan tel:iemah, Departemen Agama, h. 910

(12)

proses belajar mengajar harus terorganisir dengan baik. Dalam proses

belajar mengajar peran seorang pendidik sangat menentukan baik

buruknya atau berhasil tidaknya sebuah proses belajar mengajar. Dalam

pelaksanaannya proses belajar mengajar banyk dijumpai masalah.

Paradigma berlaku terus menerus mengenai proes belajar mengajar

dalam dunia pendidikan hanya bersumber pada teori, asumsi

Tabula Rasa

John Locke. Loske mengatakan bahwa pikiran sesl:orang anak seperti

kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan dan

warna dari gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat botol

kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan

sang guru.6Senada menurut Us!. HM. Jefry AI-Bukhori yang akrab disapa

dengan UJE mengatakan seorang anak itu bagaikan gelas kosong yang

siap diisi air apapun oleh orangtua atau gurunya.

Paradigma pembelajaran lama, guru memberikan pengetahuan

kepada siswa secara pasif, guru kurang menguasai proses belajar mengajar

yang tepat, dia hanya tahu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam

memori siswa yang siap menerimanya. Sebagian guru menganggap

paradigma lama ini satu-satunya altel1latif. Mereka mengajar dengan

metode ceramah siswa diharapkan duduk, diam, catat, dan hafal (3DCH)

serta mengkompetisikan siswa dengan satu sama lainnya.7

Maka dipandang perlu adanya pembaharuan paradigma dalam

menelaah proses belajar siswa dan interaksi antar siswa dan guru. Selain

itu, alur proses belajar mengajar tidak harus berasal antara siswa dan guru.

Siswa bias juga saling belajar dengan siswa lainnya. Sistem pembeli\jaran

Selayaknya memberikan kesempatan anak didik untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas tersutruktur. Sist<em pembelajaran ini

disebut cooperative learning atau kelompok, dimana siswa belajar, bekerja

dan berinteraksi di dalam kelompok-keJompok kecil, sehingga siswa dapat

6Anita Lie,Cooperative Learning, Mempraklekaf1 Cooperative Learning di ruang-rucmg

ke/as,Jakarta:Penerbit Grasindo, 2002. h.2

(13)

bekerja sama, saling membantu, berdiskusi dalam memahami suatu materi

pelajaran ataupun dalam mengerjakan tugas kelompok. Mengapa dengan

pembelajaran kooperatif? Suatu aspek pembelajaran kooperatif bahwa

pembelajaran kooperatif dapat membantu mengembangkan tingkah laku

kooperatif dan hubungan lebih baik sesama siswa dalam pembelajaran

akademis mereka.

Dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya

matematika antara lain agar peserta didik mampu menghadapi perubahan

keadaan dunia yang selalu berkembang. Melalui latihan bertindak atas

dasar pemikiran secara logis, nasional dan kritis. Untuk mencapai tujuan

tersebut maka pendidikan diharapkan dapat memflih (lara mengajar yang

baik dan metode yang sesuai.

Masalah klasik dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah

ren.dahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan

terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Sedangkan menurut

Suyamo (1988), dalam pengajaran matematika, penyampaian guru

cenderung bersifat monoton, hamper tanpa variasi kreatif, kalau saja siswa

ditanya, ada saja alasan yang mereka kemukan, seperti matematika sulit,

tidak mampu menjawab, takut disuruh ke depan" dan sebagainya.8

Sementara Syarien (1991) berpendapat adanya gejala matematika phobia

(ketakutan anak) terhadap matematika yang melanda ウエセ「。ァゥ。ョ besar siswa,

sebagai akibat tak kenai maka tak sayil)'g.

Karena masalah rendahnya nilai hasil belajar matematika siwa

merupakan masalah yang serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh

dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, maupun siswa itu sendiri.

Rendahnya nilai hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak hal,

diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh

guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika belajar. Dapat pula

disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi yang kurang menarik

8Asmin,lmplementasi Pembelajaran Matematika RealisOk dan Kendala yangmUl1cufdi

(14)

menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru kurang

pandai mengatur strategi belajar mengajal' yang da,pat membangkitkan

motivasi belajar siswa atau juga karena metode pembelajaran yang masih

bersifat tradisional dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses

pembelajaran dan keaktifan ォセャ。ウ sebagian besar di domonasi oleh guru.

Akan tetapi dari permasalahan pendidikan yang dikemukan diatas

pendekatan pengajaran merupakan aspek permasalahan yang memerlukan

penanganan serius.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru diharapkan dapat

memilih cara mengaj1r yang baik dengan metode yang sesuai karena

setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan atkan lebih baik lagi

apabila penggunaan metode mengajar dapat di vasrias! sesuai dengan

karakteristik materi dan siswa. Sebab bila hanya metode tertentu saja yang

digunakan maka kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan kreatifitas dan daya pikir serta menambulkan rasa bosan

pada siswa.

Tetapi dari sekian banyak permasalahan pendidikan matematika

yang dikemukakan di atas, pendekatan pengajaran merupakan aspek

permasalahan vital yang memerlukan penanganan serius. Cooperative

learning merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model

pembelajaran kontruktivisme. Pembelajaran kontruktivisme menurut

anggapan Paul Supamo adalah pengetahuan merupakan konstruksi

(bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri, terutama

menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan atau pengertian

dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan sekedar diterima secara pasif

d ·an guru.9

Pembelajaran kooperatif menurutSlavin adalah salah satu metode

pengajaran di mana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil

<) Paul Suparno, FUsala! Kontruktivisme Da/am Pendidikan) ( Yogyakarta : Penerbit

(15)

sehingga mereka saling membantu antara satu dengan lainnya dalam

mempelajari suatu pokok bahasan.1O Cooperative Learning menekankan

pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai

sebuah tim dalam menyelasaikan atau membahas suatu masalah atau

tugas.

Pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning) memiliki banyak

metode, diantaranya STAD (Student Teams Achievement Division), TGT

(Teams Games Tournamen), TAl (Teams Accelerated Intruction), CIRC

(Cooperative Integrated Reading and Compisition), Jigsaw, Learning

Together,dan Group Investigation.I I

Dari berbagai metode dalam Cooperative Learf'ing, penerapan

metode Jigsaw lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi bel1\iar

yang dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam

hal bersosialisasi, belajar mandiri serta bekerja sama. Metode Jigsaw

dalam Cooperative Learning memiliki pemikiran dasar yakni memberi

kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan sosialisasi

yang berkesinambungan dan yang terpenting terjadinya proses belajar

dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa.12

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pembelajaran

kooperatif yang dapat membangkitkan motivasi belajar dan hasil belajar

siswa, apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode

jigsaw dalm pembelajaran matematika, hasil belajar siswa menjadi lebih

baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah

diidentifikasikan, sebagai berikut :

10Slavin, Cooperative Learning,(USA:A Simon&Schuster Company, 1995 ), h. 2

!I Dwi Winarno. Cooperative Learning Sebagi A/lerna/if Peningkolan Mutll Pendidikan

Dasar,( KoprL 242, Desember 1996 ), h. 30-32

(16)

menggunakanCooperative Learningmetode jigsaw?

b. Apakah dengan cooperative learning metode jigsaw pada

pembelajaran matematika dapat membuka paradigma baru dalam dunia

pendidikan di Indonesia?

c. Apakah ada perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang

diajar menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw

dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori ?

Tertarik pada fenomena yang terjadi seperti diungkapkan di atas, perlu

dilakukan pengkajian i1m,iah berdasarkan penelitian terhadap pengaruh

Cooperative LearningMetode Jigsaw dalam pembelajaran matematika.

Sehingga dengan demikian dipilih judul PENGARUH

PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMAllIKA SISWA (DI

MTs. SA'ADATUL MAHABBAH PONDOKcabャセ PAMULANG).

Alasan memilih judul tersebut sebagai subjek penelitia:n dalam skripsi ini,

antara lain:

a. Pembelajaran Cooperative Learning merupakan pembelajaran yang

belum banyak digunakan oleh para akademis di bidang pendidikan

matematika.

b. Adanya kejenuhan belajar matematika dan motivasi rendah yang

dialami siswa dalam proses pembelajaran.

c. Merasa tertarik untuk mengetahui apakah ada pengeruh Pembelajaran

Cooperative Learning Metode Jigsaw dalam pembelajaran

(17)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar

penelitian ini mecapai sasaran dan tujuan yang diharapakan, maka dalam

penyllsunan skripsi ini penulis membatasi pennasalahannya sebagai berikllt :

a. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi matematika antara siswa

yang diberikan metode jigsaw dengan metode ekspositori.

b. Pengarllh apa yang terjadi pada prilakll siswa jiak terjadi perbedaan

c. Materi dalam pembelajaran ini terbatas pada pokok bahasan Faktorisasi

Suku Aljabar.

d. Sasaran penelitian ini adalah kelas delapan semester satu di MTs.

Sa'adatlll Mahabbah Pamulang.

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut : " Apakah motivasi berprestasi

siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metocle jigsaw lebih baik

dari motivasi siswa yang menggunakan metode ekspositori".

D. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif

analisis, menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian

berupa data dan infonnasi yang berkaitan denganjudulyang akan diteliti.

Dalam pembahasan skripsi ini, digunakan buku pedoman penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh Tim Ptmyusun UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

motivasi belajar antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif

metodejigsaw dan yang menggunakan ekspositori.

Adapun manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk mengatasi

kejenuhan dalam belajar matematika, menumbuhkan motivasi belajar

(18)

mengembangkan kreatifitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran

dan juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. itu penelitian

ini diharapkan bermanfaat untuk sekolah yang diteliti agar dapat

memberikan wacana baru tentang pembelajaran matcmatika yang

diinginkan oleh para siswanya, selain itu juga diharapkan dapat

(19)

A. Desluipsi Teoritis

1. Pengertian Matematika

Istilah Mathematics (Inggris), mathematic (Jennan), Mathematique

(Prancis), matematiceski (Rusia) atau mathematic (Belanda), berasaI dari bahasa latin yaitu matematica yang mulanya diaml!>i1 dati bahasa Yunani

mathemstike yang berarti

"relating to

ャセ。ュゥョァBN Bahasa itu mempunyai

akar kala mathema yang berarti pengetahuan alau ilmu

knowledge

(science). Bahasa matematike berhubungan sangat ,:rat dengan sebuah kata

laiunya yang serupa yaitu mathanain yang mengandung arti belajar

(berpikir).!

Berdasarkan etimologis matematika berarti "iilmu pengetahuan yang

diperoleh dengan bemaIar". Sedangkan menurut James dan James (1976)

daIam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adaIah ilmu

tentang Iigika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep

yang berhubungan dengan yang laiunya dengan jutnlah yang banyak, dan

terbagi dalam tiga bidang yaitu aIjabar, analisa dan geometri.

Berikut beberapa pendapat tentang definisi matematika yang dikutip

oleh Maman Abdurrahman (2000), sepelti pendapat Jhonson, Rissing and

Reys2

1) Menurut Jhonson and Rissing bahwa matematika adaIah pola berpikir,

pola mengorganisasikan, pembnktian yang logis, atan matematika itu

adalah bahasa yang menggunakan istilah didefinisikan dengan cermat,

IErman Suhemlan ,Srategi Pembelajaran Matema:ika Kontemporer. (Bandung : FMIPA UPI, 2003), h,15

(20)

jelas dan akurat, mereflesikannya dengan simbol yang padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyinya.

2) Menurut Reys adalah bahwa matematika merupakan telaah tentang

pola hubungan, sesuatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, atau

sesuatu bahasa dan suatu ala!.

3) Menurut Kline, matematika itu bukanlah pengetahuan yang

menyendiri yang dapat sempuma karena dirinya semdiri, tetapi adanya

matematika ini terutama untuk manusia dalam memahami dan

menguasai social, ekonomi dan alam.

Begitu pula dengan matematika, dikatakan bahasa dan sarana berpikir.

Jelas matematika mencakup bahasa khusus yang disebut bahasa

matematika. Karena dengan matematika kita dapat berlatih berpikir secara

logis, dan dengan matematika i1mu pengetahuan bias berkembang dengan

cepa!.

Matematika adalah disiplin i1mu yang mempe:lajari tentang cara

berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara

kualitatif. Ketika materi matematika dipandang sebagai sekumpulan yang

tidak berhubungan satu sama lain, maka pembelajaran matematika hanya

sebagai pengembangan keterampilan. Kita harusnya memandang

matematika secara fleksibel dan memahami hubungan serta keterkaitan

antara ide atau gagasan matematika yang satu dengan yang lainnya. Untuk

mempromosikan pandangan ini NCTM (National Council Of Teachers Of

Matematics) merekomendasikan 4 prinsip, yaitu:3

I. Matematika sebagai pemecah masalah

2. Matematika sebagai penalaran

3. Matematika sebagai komunikasi

4. Matematika sebagai hubungan

Matematika adalah pelajaran tentang ide atau konsep serta hubungan

antara ide atall konsep tersebllt. Hubungan antara ide atau konsep dalam

(21)

matematika, tidak hanya cukup dihapalkan tetapi harus dipahami secara

bermakna melalui proses bernalar, proses berkomunikasi secara

matematika serta aktivitas pemecahan masalah.

Matematika adalah cara berfikir yang digunakan untuk memecahkan

berbagai permasalahan (Pemerintahan, industri, sains), dalam sejarahnya

matematika berperan dalam membangun peradaban manusia sepanjang

masa. Metode yang digunakan adalah eksperimen penalaran induktif dan

penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dari

kasus-kasus khusus. Penalaran deduktif adalah penalaran dari kasus yang

umum kekhusus.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah i1mu tentang

bilangan-bilamham, hubungan anatara bilangan-bilangan dan produk

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan. Hal ini berarti matematika selalu berhubungan dengan bilangan.

2. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan Wntang suatu hal atau

keterampilan belajar pengalaman dan pengajaran. Sedangkan pengajaran

adalah usaha menunjukan atau membantu seseorang untuk belajar dan

bagaimana melakukan sesuatu, memberi pengetahuan dan manfaat bagi

seseorang menjadi mengerti.

Dalam proses pembelajaran, unsur belajar memegang peranan penting

sedangkan mengajar adalah proses membimbing lkegiatan belajar dan

masalah belajar adalah masalah aktual yang selalu dihadapi oleh setiap

manusia

Menurut Fontona proses perubahan tingkah laku individu yang relatif

tetap sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan

upaya penataan Iingkungan yang memberi nuansa agar program belajar

tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar

(22)

pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat

rekayasa perilaku.4

Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari

pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses

pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusifyang

sengaja diciptakan. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah

pendidikan persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses

sosialis individu siswa dengan Iingkungan sekolah, seperti guru,

sumber/fasilitas, dan ternan sesama siswa.5

Sedangkan tujuan pembelajaran matematika dij sekolah mengacu

kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang

telah dirumuskan GBHN. Bahwa tujuan umum diberikannya matematika

padajenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu:

a. Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cennat,

jujur, efektif, dan efesien.

b. Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.6

Pemikiran bahwa pembelajaran matematika lebih utama dibandingkan

dengan pengajaran yang lain dan bahwa matematika penting dan harus

dikuasai oleh siswa secara komprehensif dan holistik, mengandung

konsekuensi bahwa pembelajaran matematika seyogyanya

mengoptimalkan keberadaan dan peran siswa sebagai pelajar.

Karena filosofi antara pengajaran dan pembelajaran maiematika

sesungguhnya berbeda, maka pengajaran matemadka harus berubah

paradigmanya, yaitu :

... ィセ ... h.8

h.58

4Erman Suherman .SraregiPembelajaran

SErman Suhel'man •Sraregi Pembelajaran

(23)

1). Dariteacher centeredmenjadileaner centered

2). Dari teaching centeredmenjadilearning centered

3). Daricontex basedmenjadicompetency based

4). Dariproduk ojlearningmenjadiprocess ojlearning

5). Darisummative evaluation menjadijormative evaluation7

Guru semestinya memandang kelas sebagai tempat dimana

masalah-masalah yang menarik dieksplorasi oleh siswa dengan menggunakan

ide-ide matematika. Sebagai contoh, seorang siswa dapat mengukur

benda-benda nyata secara langsung, mengumpulkan informasi dan menjelaskan

apa yang mereka kumpulkar. dengan menggunakan statistik atau

menjelajahi sebuah fungsi alelalui pengujian grafiknya. Berlandasan

prinsip pembelajaran matematika yang tidak sekedar learning to know,

melainkan juga meliputi learning to be, hingga learning to live .together,

maka pembelajaran metematika seyogianya berdasarkan pada pemikiran

bahwa siswa harus belajar semestinya dilakukan secara komprehesif dan

terpadu.

Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pemah ada

pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batas

dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan

berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh

dari makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari k,emandegan sebagai

kholifah di muka bumi.

Ada beberapa definisi belajar dari para ahli, yaitu :

a. Skinner seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya

Educational Psychology: The Teaching-Learning Proces, berpendapat

bahwa belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku

yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya,

(24)

Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan

hasil yang optimal apabila diberi penguat.8

b. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology Of Learning and

Memory, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang

terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme

tersebut.9

c. Witherington dalam bukunyaEducational Psychology, mengemukakan

"Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian.1O

d. Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978)

mengemukakan "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari

latihan/pengalamanII .

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Teori belajar matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

dan hubungan yang diatur menurut urutan logis. Jadi, matematika

berkenaan dengan konsep-konsep abstrak. Objek mate:matika yang abstrak

tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari yang

sederhana sampai yang paling kompleks.

Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan

memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang

optimal untuk hasil belajar yang diinginkan. Menurut sadiman bahwa

8 Muhibbin Syah, Psikc/ogi Pendidikan dengan Pende!catan Bam, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2002, eel. Ke-7 hal 90

9Muhihbin Syah, PSikologi Pendidikan hal 90

10M. Ngalim Purwanlo, Ps;kologi pendidika",(Bandung: RemaJ' Rosda Karya, 1997),

eel. Ke-2, h.84

(25)

pembelajaran lebih umum dari pada pengajaran. Ia mengatakan,

pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang

kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sama-sama berada

di dalam kelas. Senada dengan Arif, Corey melengkapi dengan

menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana

Iingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari

pendidikan (Miarso, dkk, 1997, 1995). Pembelajaran menurut Gagne dan

Briggs adalah upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar.12

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah belajar mengenai ilmu tentang struktur dan

hubungan-hubungannya yang memerlukan simbol-simbol untuk membantu

memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang diterapkan.

3. Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning)

Cooperative learning merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan dalam model pembeIajaran kontruktivis. Pembelajaran

kontruktivisme menurut Suparno adalah pengetahuan merupakan

kontruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri,

kontrllktivisme menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan atau

pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya sekedar

diterima secara pasif dari guru.13

PembeIajaran Kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metode

pengajaran di mana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil

sehingga mereka saling membantu antara satll dengan lainnya dalam

mempelajari satu pokok bahasan. 14

:2Ismail, dkk,Kapita Setekla Pembetajaran Matematika,(Jakarta: UT, 2000). h. 13

lJ Paul Suparno,Filsapat Kontruktivisme Do/am Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit

Kanisius;1997), h. 5

(26)

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang

bekelja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mengeljakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama lainnya. Tidak dikatakan Cooperative Learningjika para

siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelornpok kecil tetapi

menyelesaikan masalah sendiri-sendiri. Bukanlah Cooperative Learning

jika para siswa duduk bersama dalarn kelompok-k<llompok kecil dan

mempersilakan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh

pekerjaan kelompok. Cooperative Learning menekankan pada kehadiran

ternan sebaya yang berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah tim

dalam menyelesaikan atau membahas masalah atau tugas.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan ヲセィ。ュ konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam m<myelesaikan tugas

kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama

dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum sesnesai jika salah satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut (Lungdren, 1994).

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau

berenang bersama".

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta

didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri

sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan

yang sarna.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para

(27)

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sarna selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.'5

Spelialisasi tugas anggota kelompok mendukung penuh adanya

akuntabilitas individu agar setiap siswa dapat memberikan konstribusi

kepada kelompok. Dalam hal ini setiap siswa bertanggung jawab untuk

suatu bagian yarg terpisah dari tugas teman-temannya didalam suatu

kelompok. TUGas kelompok menjadi benar-benar tergantung pada tugas

individu.16 Selain itu dengan memberikan tugas-tugas yang berbeda-beda

dapat membantu menghindari adanya ー・イ「。ョ、ゥョァセョ antara tugas individu

didalam suatu kelompok.

Ada beberapa hak yang dipenuhi dalam Cooperative Learnoing agar

lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut

meliputi :

Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus

merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai

tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung

dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka

hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya

kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota

kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai hasH yang maksimum, para siswa

yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sarna lain dalam

mendiskusikan masaiah yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang

tergabung dalam suatu kelompok hams menyadari bahwa setiap pekerjaan

siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya. 17

15htlp:lwNw.damandiri.or.id.ldetail.php?id=238 24090, II: 17

16Slavina,Cooperative , h. 111

(28)

Beberapa manfaat proses pembelajaran Cooperative Learning,

menurut Anita Lie yaitu; siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk

bekerja dengan siswa lain, mempunyai lebih banyak kesempatan untuk

menghargai perbedaan, mengurangi kecemasan siswa, meningkatkan

partisivasi dalam proses pembelajaran, motivasi, harga diri, sikap positif,

dan prestasi belajar siswa.

Walaupun pembelajaran kooperatif memiliki bebel'apa kelebihan, akan

tetapi pabila tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan

kelemahan yaitu efek Free rider. Efek Free rider adalah suatu kondisi

dimana beberapa anggota kelompok yang meng"rjakan semua atau

sebagian pekerjaan dalam pembelajaran sedargkan yang lain tidak

me!akukan aktivitas.18 Dengan kata lain, aktivitas beleliar hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok saja.

Pembelajaran kooperatif sangat perlu diterapkan dalam proses belajar

mengajar disekolah. Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang

menunjukan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil

belajar yang rendah, antara lain (Linda Lundgren, 1994; Nul', dkk, 1997)

seperti berikut ini :

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

c. Memperbaiki sikap

d. Memperbaiki kehadiran

e. Angka putus sekolah menjadi lebih rendah

f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

h. Konflik antar priblldi berkurang

i. Sikap apatis berkurang

J. Pemahaman yang lebih mendalam

k. Motivasi lebih besar

(29)

I. HasH belajar lebih tinggi

m. Retensi lebih lama

n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi19

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah belajar dimana siswanya saling bekerja sarna satu

dengan yang lainnya dalam memahami dan mengerjakan tugas - tugas

belajar.

4. Teori Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motif atau dalam bahasa Inggrisnya "motive" berasal dari kata

"motion" yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.20 ladi istHah motif pun erat hubungannya dengan "gerak", yaitu dalam hal ini

gerakan yang dilakukan oleh manusia yang disebul: juga perbuatan atau

tingkah laku.

Motif dalam psikologi berarti rangsangan dorongan atau

pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku sedangkan

menurut Purwanto dalam bukunya "Psikologi Pendidikan" motif

diartikan sebagai segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

bertindak melakukan sesuatu. Dari definisi-dllfinisi diatas dapat

disimpulkan bahwa motif adalah rangsangan, dorongan, daya yang

membangkitkan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Pengertian motivasi menurut Muhibbin adalah keadaan internal

organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya

untuk bertingkah laku secara terarah.21

19Muslimin Ibrahim,PembelajaranKooperalij hal. 18-19 20 Sarlito Wirawan, S,Penganlar Umum Psikologi,(Jakalta: Bulan Bintang, 1996), eel. Ke-7, h. 56

(30)

Motivasi menurut Sardiman adalah keseluruhan daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada

kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar

itu dapat tercapai.

Sedangkan menllrut Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang

telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.22

M. Alisuf Sabri, mengemukakan bahwa motivasi adalah segala

sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau

mendorong orang untuk memenllhi suatu kebutuhan.23 Seorang anak

akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasa ada suatu

kebutuhan. Merupakan fitrah manusia jika ia mempunyai dorongan

untuk mengetahui, dan mengerti sesuatu karena alElsan tertentu.

b. Macam-macam Motivasi

Motivasi yang terdapat pada did siswa yang sedang belajar terbagi

menjadi <lua, yaitu; Motivasi instrinsik dan Motivasi ekstrinsik

I). Motivasi lnstrinsik

Motivasi il1strinsik yaitu motif yang menjadi aktif atau

berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Maka

motivasi instrinsik dapat juga dikatakal1 sebagai bentuk motivasi

yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

herdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak

berkait dengan aktivitas belajarnya.

22WS. Winkle,Psikologi Pengajaran edisi Revisi.(Jakarta: PT, Gramedia Widia Sarana,

1996), h. 27

23 M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta; Pedoman

(31)

2). Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Oleh karena itu

Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi

yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktivitas belajar.

Dalam proses pembelajaran motivasi ekstrinsik sangat

diperlukan hal ini disebabkan karena kemungkinan besar keadaan

siswa itu dinamis, dan berubah-ubah ujian, hadiah, peraturan, dan

tata tertib sekolah dan seterusnya adalah merupakan contoh-contoh

kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk

belajar. Motivasi ekstrinsik .dapat ditumbuhkan oleh seorang guru

dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar yang kondusif

dengan jalan memberikan metode belajar yang tepat sehingga

dapat mengarahkan siswa untuk termotivasi dalam belajar.

Motivasi siswa dalam pembelajaran koope:ratif terletak pada

bagaimana bentuk hadiah atau struktur pen>capaian tujuan saat

siswa melaksanakan kegiatan.

Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi

untuk mencari prestasi. Motivasi tumbuh di dorong oleh

kebutuhan (need) seseorang. Morivasi merupakan prilaku yang

akan menentukan kebutuhan (need) atau wujud prilaku mencapai

tujuan. Seseorang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia

akan berusaha kebutuhan (need) tersebut. Keblltuhan (need)

merupakan kecenderungan dalam diri seseorang yang bersifat

relative permanent. Bagi orang-orang yang termotivasi merupakan

perubahan internal dalam diri akibat stimuill-stimulus dari

lingkungan. Winkel berpendapat bahwa motif adalah " Tenaga

(32)

deni meneapai tujuan, sedangkan motivasi merupakan motif yang

menjadi aktif pada saat -saat tertentu.

Winkle(J 989P:94) mengibaratkan motiva.si dengan kekuatan

mesin dikendaraan. Dalam motivasi siswa sendiri berperan sebagai

mesin yang kuat atau lemah, maupun sang sopir yang menentukan

tujuan. Me.Clelland (dalam Gibson, 1993:97-100) ia berpendapat

bahwa banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh dari

kebudayaan, yaitu : kebuthan prestasi, kebutuhan akan afiliasi, dan

kcbutuhan akan kekuasaan.

Berdasarkan peneltian H<-zberg ia menyimpulkan bahwa kita

mempunyai dua perangkat b-::rlainan, yaitu :

J. Motivator

Motivator pada umumnya mempertinggi prestasi dan

memperbaiki terhadap tugas. Dengan kata lain, motivator dapat

membangkitkan rasa puas, dan menaikkan prestasi sehingga

melebihi prestasi normal.

2. Faktor kesehatan

Jika factor kesehatan ada pada tingkat r'endah, hal itu akan

membuat orang merasa tidak bahagia, prestasi dan sikapnya

terhadap tugas memburuk.

Me. Donald memberikan definisi motivasi, yaitu : " Suatu

perubahan tenaga di dalam dirilpribadi seseorang yang ditandai

oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha meneapai

tujuan." Definisi ini berisikan tiga hal, yaitu :

1) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri

seseorang.

Setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan

tenaga di dalam sistem neurofisiologis daripada organisme

manusia. Banyak "motive" yang kepastian hakikat organisme

daripada keingillall untuk dihargai dan diakui adalah tidak

(33)

2) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif.

Dorongan afektifyang kuat,sering nyata dallam tingkah laku. Di

lain pihak adapula dorongan afektif yang sulit untuk diamati.

Misalnya anak yang tenang-tenang duduk bekerja dimejanya,

nampak kurang nyata dorongan afektifnya, padahal ia

mempuanyai dorongan afektif yang kuat berupa manifestasi

perubahan psikologis yang terjadi di dalam dirinya.

3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Motivasi memimpin ke arah rekasi-reaksi mencapai tujuan.

Misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.24

Menyadari pentingnya motivasi dalam kegiatan bel ajar

mengajar, maka tugas guru ialah membangkitkan/menumbuhkan

motivasi pada murid-muridnya. Dengan hal tersebut diharapkan murid

mendapatkan hasil balajar/prestasi yang maksimal. Dengan kata lain, dengan adanya motivasi yang tinggi pada muridl maka akan diikuti

dengan prestasi yang bai pula.

Ciri-ciri motivasi menurut lvor Davies, yaitu : yang pertama

motivasi bukan merupakan syarat mutlak untuk k€:giatan belajar tetapi

dianggap sebagai kemampuan biasa untuk memasuki situasi belajar,

kedua yaitu sebagai strategi terbaik' adalah memusatkan pada

pencapaian materi dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi

dapat ditinggikan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-faktor yang mepengaruhi motivasi itu pada dasarnya ada

dua macam yaitu: Faktor internal dan Faktor ekstemal.

J). Faktor Internal, yaitu faktor yang ditimbulkan bersumber dalam diri

individu itu sendiri. Adapun yang mempengaruhi faktor intemal ini

merupakan kebutuhan, kegelisahan, perhatian, rasa bersalah dan

sebagainya.

24Wasty Soemanto.Psikofogi Pendidikan, (Malang: PT. Rineke Cipta, 1990), eet.

(34)

2). Faktor Ekstemal, yaitu faktor yang ditimbulkan atau datang dari

luar individu. Adapun yang mempengaruhi Dlktor ekstemal atau

dorongan dari luar berupa: dorongan masyarakat, penghargaan,

bahaya, aneaman, harapan orang lain dan sebagainya.

Hal-hal yang mempengaruhi motivasi anak dalam belajar yaitu :

(I) Kematangan, (2) Usaha yang bertujuan goal dan ideal, (3)

Pengetahuan mengenai hasil dari motivasi, (4) Penghargaan dan

hukuman, (5) Partisifasi, (6) Perhatian. Sejalan de:ngan keinginan dan

kebutuhan untuk melakukan sesuatu, baik karena keinginan berprestasi

maupun keinginan memenuhi fisik didasari oleh besar keeil motivasi

dan tergantung pada : (I) Kekuatan Motivasi yang berasal dari diri

sendiri, (2) Harapan akan hasil kegiatan yang dilakukan dan, (3)

seberapa besar keingintahuan untuk lepas dari pekerjaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi beiajar adalah

keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang

dikehendaki oleh siswa tereapai.

d. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah motivasi yang menyebabkan orang

menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari konclisi sebelumnya. Me

Clelland menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu usaha

untuk meneapai sukses yang bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi

dengan suatu ukuran keunggulan. Motivasi berprestasi merupakan

perwujudan harapan yang ingin dieapai individu dalam melakukan

prilaku kerja. Dalam arti Ian lingkungan individu dalam berprilaku

meneapai tujuan didasari oleh kebutuhan.

Suatu cirri diri kebutuhan prestasi adalah kebutuhan dapat

dipelajari. Dimana seorang siswa yang pada mulanya memiliki prestasi

rendah, kemudian mendap8t pelatihan dan pengalaman dapat

(35)

terasa sangat mendesak, maka kebutuhan akan memoyivasi orang

tersebut untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut.

Contohnya apabila seseorang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi,

maka kebutuhan tersebut mendorong orang untuk menetapkan target

yang penuh tantangan, dia harus bekerja keras mencapai tujuan dengan

kemampuan dan pengalaman yang ia miliki.

Manifestasidari motivasi berprestasi akan terlihat pada cirri

prilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Me. Clelland bahwa aa

beberapa cirri individu dengan motivasi berprestasi, yaitu :

1. Tanggung jawab. Individu yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi akan lebih bertanggung jawab secara pribadi pada hasil

kerjanya dengan cara berusaha menyelesaikan tugasnya.

2. Mencari atal.! menggunakan umpan balik atas hal-hal berkenaan

dengan tindakannya.

3. Mempertimbangkan resiko. Pada umumnya orang yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan tertarik pada tugas

yang mempunyai tingkat kesulitan sedang atau tidak terlalu mudah.

4. kre\'ltif dan inovatif

5. Waktu penyelesaian tugas. Individu yang mempunyai motivasi

tinggi akan menyelesaikan tugas dengan cepat.

5. Teknik

Jigsaw

dalam Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Teknik

Jigsaw

Cooperative Learning memiliki beberapa bentuk yaitu : Student

Teams Achievement Division ( STAD ), Teams-Games-Taurnament (

TOT ), Team Assiled Individualization ( TAl ),Cooperative Integrated

Reading and Composition ( CIRC ), Jigsaw, Learning Together. dan

Group investigation. Masing-masing model beJajar ini memiliki

prosedur yang berbeda, tetapi tetap menggunakan kelompok dalam

(36)

Dari berbagai teknik dalam Cooperative Learning, penerapan

teknikJigsaw lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar

yang dinamis, Siswa dapat mengembangkan be:rbagai kemampuan

dalam hal bersosialisasi, belajar mandiri serta b(:kerja sarna. Teknik

Jigsaw dalam Cooperative Learning memiliki pemikiran dasar yakni

memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain,

mewujudkan sosialisasi yang berkesinambungan dan yang terpenting

terjadinya proses belajar dimana siswa mengajar serta diajar oleh

sesama siswa.

Teknik Jigsaw ini dikembangkan oleh Aronson et ai, sebagai

metode cooperative learningteknik ini bisa digunakan dalam pelajaran

membaca, menu lis, mendengarkan atau berbicara. Teknik ini

menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan

berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata

pelajaran, seperti i1mu pengetahuan alam, i1mu pengetahuan sosial

matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas

dan tingkatan?S

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang

pengalaman siswa dan membantu sisiwa mengaktifkan skemata ini

agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna:. Selain itu, siswa

bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Menurut Johnson, teknikjigsaw dalamcooperative learningadalah

suatu teknik belajar kelompok yang mememiliki gambaran urn urn

sebagai berikut:

1). Setiap anggota kelompok mempelajari salah satu bagian informasi

yang berbeda dengan bagian informasi anggota lainnya.

(37)

2). Setiap anggota kelompok bergantung pada anggota kelompok yang

lainnya untuk mempelajari bagian yang lain s(:hingga memperoleh

pemahaman informasi secara utuh.

3). Setiap anggota kelompok berbagi informasi dengan anggota

kelompok yang lain dalam rangka memperoleh informasi secara

utuh.

4). Setiap anggota kelompok menjadi pemilik atau "pakay' dari

informasi, sehingga kelompok akan bertanggung jawab dan

menghargai masing-masing anggotanya.2G

Langkah-Iangkah teknikJigsawdalam cooperative 'earning.

a). Tahap " Cooperative" (tahap kooperatif)

Setiap siswa ditempatkan dalam suatu kelompok keeil

(kelompok dibentuk berdasarkan rangking kelas) yang disebut

kelompok Cooperative, dan siswa menerima bagian informasi

(berupa bacaan atau tugas/soal) yang merupakan bagian dari suatu

paket informasi yang harus dibahas atau dipecahkan dalam

kelompok Cooperativetersebut.

b). Tahap "Expert" (tahap pakar)

Setelah mendapatkan sebagian informasi dan tugas tertentu

siswa harus menjadi "pakar" atau rnengenai hidang yang menjadi

tugasnya masing-masing. Untuk itu siswa hams mencari siswa dari

kelompok lain yang rnemperoleh tugas yang sarna, kemudian

bekerja sarna melakukan sebagai berikut ; ibeilliar bersama dan

menjadi "pakar" di bidang baeaan atau informasi yang telah siswa

kuasai kepada anggota kelompok Cooperative.

cj. Tahap "lima scrangkai "

Siswa kembali kepada anggota kelompok, dengan demikian

pada saat yang sarna siswa akan menerima pillajaran dari anggota

lain.

26Santoso Barokah,Cooperative Learning. Penerapan Teknik Jigsmv Do/am

(38)

Pembelajaran kooperatiftipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok

yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan

mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Arends, 1997)

Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok keeil

yang terdiri dari 4-6 orang seeara heterogen dan bekerjasama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab alas ketuntasan

bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan

materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang dibe:rikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada

anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, "siswa saling

tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama seeara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan" (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama

bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu salU sama lain

tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.

Kemudian siswa-siswa itu kembali pada timlk,elompok asal untuk

menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang

telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.27

Pada model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat

kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok

induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan

latar belakang keluarga yang beragam. Ke!ompok asal merupakan

gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa

yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan

(39)

untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian

dijelaskan kepada anggota kelompok asa!. Hubungan antara kelompok

asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 200 I)

Kelompok Asal

+

x

*

+

x

*

+

x

=

*

+

x

*

+

+

+

+

=

=

x

x

x

x

*

*

*

*

[lustrasi Kelompok Jigsaw

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan

topik yang sarna dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas

materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta

membantu satu sarna lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian

kern bali pada kelompok asal dan mengakarkan pada ternan

sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan

di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling

ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap ternan

sekelompoknya. Selanjutnya cii akhir pembelajaran, siswa diberi !cuis

secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci

tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota

tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuar agar

(40)

Tujuan teknik Jigsaw dalam Cooperative learning adalah

menyajikan metode altel11atif. memberi kesempatan pada siswa untuk

berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognisi siswa

dalam menyampaikan informasi. dan menyajikan kebergantungan

positif baik dalam menyampaikan maupun menerima informasi

diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berpikir.

Dilihat dari uraian berikut. adalah sangat memungkinkan untuk

menerapkan teknik Jigsaw dalam Cooperative Learning pada

pem belajaran matematika di kelas.

b. Penerapan

Teknik

Jigsaw

dalam

Pembelajaran

Matematika

Untuk menerapkan teknik Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran

metematika. seorang guru berperan sebagai berikut :

1). Menyampaikan Tnjnan Pembelajaran Kepada Siswa Dengan

Jelas.

Misalnya pada salah satu pokok bahasan yang ada di kelas VIII

MTs semester I ialah pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar,

tujuan pembelajaran secara umum (Tujuan I.ntruksional

UmumITIU) adalah "siswa dapat memahami dan melakukan

operasi aljabar, fungsi, persamaan garis dan si:stem persamaan serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah".

2). Menempatkan Siswa Secara Heterogen Dalam

Kelompok-Kelompok Kecil.

Penempatan/pembentukan kelompok berdasarkan urutan

rangking kelas, setiap kelompok terdiri dari siswa yang pintar,

cukup ーゥセエ。イN dan tidak pintar. Setiap kelompok terdiri dari lima

orang.

3). Menyampaikan tngas-tngas dengan sejellas-jelasnya kepada

siswa, bail. tngas individn manpnl/l tngas k,elompok yang harus

(41)

Guru menjelaskan bahwasanya pada kelompok yang telah

terbentuk setiap siswa memiliki tugas yang berbeda. Pada tahap "

Cooperative" kepada setiap kelompok dibagikan tugas atau soal

A, B, C, D, dan E.

Pada tahap " experl ", tahap yang dimana siswa harus

menerima tugas untuk sub pokok bahasan yang sama, bergabung

untuk belajar dan bekerja sama serta mempersiapkan diri untuk

dapat mengajarkan atau menyarnpaikan isi sub pokok bahasan

yang telah dikuasai kepada masing-masing anggota kelompok yang

memiliki tugas berbeda. Kemudiaan setiap anggota kembali

kekelompok kooperatif (kelompok kecH) masing-masing. Dalam

tahap "lima serangkal' masing- masing anggota kooperatif telah

menjadi pakar di bidang infonnasi atau pokok belajar yang telah.

dipelajari " expert" yang selanjutnya setiap anggota mengl\iarkan

materi sub pokok bahasan yang telah dikuasai kepada yang lain da

setiap anggota menyusun materi berdasarkan panduan daftar

pertanyaan tentang Faktorisasi Suku Aljabar yang telah diberikan,

bekerja sama sehingga pada akhimya setiap siswa dapat menguasai

pokok bahasan secara utuh untuk menyelesaikan tugas kelompok

yang diberikan oleh guru.

4). Memantau berlangsungnya kerja. kelompok kecil yang telah

dibentuk untuk mengetahui bahwasannya ォLセァゥ。エ。ョ berlangsung

dengan lancar, dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada

siswa dengan sepuas-puasnya untuk memperoleh pengalaman

belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5). Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui エエセウ tertulis atau tes

Iisan secara acak, penifaian dilakukan terhadap proses dan

hasil.

Guru member!kan soal tes yang harus diselesaikan oleh

kelompok untuk menilai proses, juga tes kepada siswa (dengan tes

(42)

telah benar-benar menguasai pokok bahasan statististik dan

statistika.

6. Pengertian Metode Ekspositori

Metode ekspositori sarna seperti metode ceramah dalam hal

terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan

pelajar). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang.

Karena tidak terus menerus bicara. la berbicara pada awal pelajaran,

menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang

diperlukan saja. Siswa tidak mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga

membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mellgerti. Pada metode

ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa

mengajarkan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan

mengajarkannya barsama dengan temannya, atau disuruh membuatnya

dipapan tulis.28

Melihat perbedaan-perbedaan diatas, cam mengerjakannya

matematika yang pada umumnya digunakan pada guru lebih tepat

dikatakan sebagai metode ekspositori dari pada ceramah. Mengajar

matematika dengan metode ceramah menurut penjelasan di atas

sebenamya adalah metode ekspositori, sebab guru juga memberikan pula

soal-soallatihan untuk diajarkan siswa di kelas.

Menurut Djmarah dan Zein, pad pengajara.n ekspositori, guru

menyajikan pelajaran dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapih,

sistematis dan lengkap sehingga siswa menyimak dan mencemanya saja

secara tertib dan tertur.

Ciri umum metode ini adalah definisi dan teorema disajikan oleh

pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar dan kemudian latihan sosial.

Secara garis besar, prosedur pelaksaan metode ini adalah sebagai berikut;

(43)

preparasi, apersepsi, dall resitasi. 29 prosedur pelaksanaannya kurang

mekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental

siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa metode ekspositori

mengahasilkan belajar menghapal dan kurang・ヲ・ォエゥヲ「ャセャ。ェ。イ bermakna.

Jadi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar biasa

(tradisional) sehingga dipakai pada pelajaran matematika, namun di dalam

metode ekspositori dominasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara,

guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja.

7. Pengertian HasH Belajar Matematika

Hasil belajar menurut Nana Sudjana, didefinisikan sebagai

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar.3o Pengalaman ini dapat di peroleh dari suatu kegiatan

penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang disebut mengajar.

Jelaslah bahwa belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang saling

berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapat menentukan hasil belajar.

Pengajaran akan berhasil bila meteri pelajaran dapat diterima oleh siswa,

dan hasil belajar berkait dengan proses belajar mengajar, jika proses

belajar n:1engajar sudah dapat dioptimalkan sesuai 、ャセョァ。ョ teorinya maka

hasil 「・ャセェ。イ diharapkan akan meningkat. Teori dan prinsip-perinsip belajar

yang 、ゥウセォ。ゥ guru dapat membantu mereka untuk mentukan strategi dan

ュ・ョ」ゥーエセォ。ョ kondisi yang dapat mendukung siswa untuk mempe,baiki

prestasiャセ・ャ。ェ。イョケ。N

h。セゥャ belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

proses bylajar itu sendiri, berupa faktor internal, misalnya kematangan atau

ー・イエオュ「セィ。ョL kemapuan belajar yang merupakan kombinasi dari

kemampuan tafaf intelegensi, bakat, taraf pengetahuan awal yang dimiliki,

taraf ke\nampuan berbah%a, taraf organisasi kognitif juga motivasi dan

N Syaifu! iBahri Djamarahet ai, Gp, Cit, h, 23

(44)

kehendak sedangkan faktor ekstemal yang turut ml:mpengaruhi hasil

belajar antara lain, keadaan keluarga dan lingkungan, kleadaan bahan yang

dipelajari dan faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar.

Setelah siswa mengikuti proses pembelajaran maka akan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau

pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak

dalam prestasi yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan atau

persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.31

B. Kerangka Berpikir

Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang berurutan dan berjenjang

(bertahap), baik bersifat deskriptif maupun teoritis. Kl:benaran-kebenaran

dalam matematika pada dasamya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada

pertentangan diantara kebenaran suatu konsep dengan yalng lainnya. Dalam

pelajaran matematika terdapat konsep-konsep yang bersifat abstrak karena itu

sangat diperlukan daya abstraksi.

Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus diupayakan dan

mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, mengadakan analisis,

membentuk sikap positif, memecahkan masalah, merangsang dan

memungkinkan bagi siswa untuk mengorganisasikan belajamya sendiri,

berfikir secara mandiri serta bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan

kemapuan abtraksi siswa juga kemampuannya lainnya, sehingga pada

akhimya siswa dapat memahami konsep-konsep matematika secara benar dan

utuh serta dapat memecahkan masalah secara integratif.

Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan Peer Learning

yakn i proses belajar bersama dengan temannya sebaya dan guru berperan

sebagai fasilisator sekaligus moderator dar. p

Gambar

Tabel skala motivasi berprestasi matematika siswa
PopulasiTabell dan Sampel
Tabel2Rancangan Penelitian
Kisi-kisiTable3 Instrumen tentang Motivasi Berprestasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Surat izinlpenugasan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan dan digunakan sebagaimana mestinya, serta melaporkan hagi a Dekan. Atas perhatian dan

Belanja Pengadaan Inst alasi List rik Poskesdes Dulang - Rant au &amp; Pandulangan 1 25.070.000 PAD Non E Proca. 2 Pengadaan Alat Kesehat

Tokoh utama perempuan dalam keempat novel di citrakan sebagai.. perempuan peranakan dari pernikahan beda negara, citra lainnya

Kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2012 melaksanakan Penjelasan/Aanwijzing secara electronik mengenai pekerjaan tersebut di atas... LAMPIRAN BERITA

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

[r]

Implementations shall support graph patterns involving terms from an RDFS/OWL class hierarchy of geometry types consistent with the one in the specified version of Simple