• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) PEMBAHASAN 5 RUU BIDANG PERPAJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) PEMBAHASAN 5 RUU BIDANG PERPAJAKAN"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS (PANSUS)

PEMBAHASAN 5 RUU BIDANG PERPAJAKAN

Tal1Un Sidang : 1996 - 1997 Masa Persidangan : III

Rapat Ke : 7

Jenis Rapat : Rapat Kerja ke 5 Sifat Rapat : Terbuka

Hari/Tanggal : Rabu" 27 Pebruari 1997 Pukul : 13.50 - 16.00 WIB

Tempat : Ruang Kaca Grahatama DPR-RI Ketua Rapat : H. Andya Lestari SE, MBA Sekretaris Rapat : Ny. Anita Soekarjo ,SH

Acara : Pembahasan Materi DIM RUU Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(2)

Hadir Angg.ota Pansus :

I.

52 .orang dari 59 .orang Angg.ota ~etap 17 .orang dari 28 .orang Angg.ota Penggati - Pemerintah (Departemen Keuangan RI) :

28 .orang ANGGOTA PANSUS A. ANGGOTA TETAP: 1. NOVYAN KAMAN, SH

2.

H. ANDAYA LESTARI,SE,MBA 3. JUSUF TALIB, SH

4. H. SYAIFUL ANWAR HUSEIN 5. DRS. YAHYA NASUTION

6.

DRS. H. ASNAWI HUSIN 7. dr. H. FATHI DAHLAN

8.

ORA. NY. S.A. RUDI LENGKONG, MPA 9. DRS. MOH. MURNI

(3)

11. H. AGUS TAGOR 12. DRS. H. HASANUDDIN

13. NY. HJ. OETARTI SOEWASONO,SH 14. DJIMANTO

15. HISOM PRASETYO, SH

16. NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH 17. IBNU SALEH

18. NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH 19. SOEKOTJO SAID, SE

20. MOH. SUPARNI, BA

2 I. JR. NY. BAMBANG SIGIT PRAKOESWO 22. ABDULLAH ZAINIE, SH

23. DRS. AWANG FAROEK ISHAK 24. DRS. MADE SUDIARTHA 25. BEN MESSAKH, SE

26. NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO 27. ANDI HASAN MACHMUD

(4)

29. MOEHARSONO KARTODIRDJO 30. H. ABDUL BAKRI SRIHARDONO 31. IR. S.M. TAMPUBOLON

32. DRS. SIMON PATRICE MORIN 33. R. M. PURBA

34. DJATMIKANTO D., S.IP 35. PUDJIARTO, SE

36. DANIEL TODING, S.IP 37. SOEWARNO 38. SUTRISNO R., SE 39. DRS. M. SITUMORANG 40. L.J. ARIFIN 41. DRS. PAIMAN 42. DRS. SUPRIADI 43. DRS. H.M. MUKROMAS'AD , 44. H. ALilfARDI KIAIDEMAK, SH 45. DRS. H. JUSUF SYAKIR 46. DRS. H.M. SYAFIE NONGKE

(5)

47. IR. H.M. SALEH KHALID, MM 48. H. ZAIN BADJEBER

49. H. ALIMARWAN HANAN, SH

50. DRS. H. NADHIER MUHAMMAD, MA 51. H. URAl FAISAL HAMID, SH

52. DRS. IGNATIUS SUWARDI 53. DRS. NOOR ACHARI 54. BUDI HARDJONO, SH 55. IR. H. ANWAR DATUK 56. DJUFRI, SH 57. HANDJOJO PUTRO, SH 58. SOENARJO 59. SETYADJI LAWI, BA B. ANGGOTA PENGGANTI : 60. DRS. USMAN ERMULAN 61. JAlNA BAHAR 62. H.A. KAMILSHAHAB

(6)

64. DRS. H. MASKA RIOWAN 65. H. NANANG SUDJANA, SH 66. G.B.P.H. JOYOKUSUMO 67. SUNDORO SYAMSURI 68. DRS. SARWOKO SOERJOHOEDOJO 69. DRS. ALOYSIUS ALOY 70. ALI RASYIDI 71. PROF.DR.IR. FACHRUDDIN 72. DRS. BAMBANG WAHYUDI 73. F.P.D. LENGKEY 74. H. JAKUB SILONDAE 75. SUPARMAN ACHMAD 76. I GEDE ARTJANA, S.IP 77. OENG RUMADJI, SH 78. ORA. PAULA B. RENYAAN 79. TEDYYUSUF

80. DARYANTO, SE, MM 81. H. YUDO PARIPURNO, SH

(7)

82. H. SOELAIMAN BIYAHIMO 83. K.H. SA'AD SYAMLAN, BA 84. DRS" H.A. CHOZIN CHUMAIDY 85. TIOP HARUN SITORUS

86. H. MARWAN ADAM

87. NI GUSTI AYU EKA SUKMADEWI ll. PEMERINTAH

I. DRS. MAR'IE MUHAMMAD 2. DR. FUAD BAWAZIER 3. DR. DONO ISKANDAR D. 4. DR. IR. BAMBANG SUBIANTO 5. ARIE SOELENDRO 6. DR. AGUS HARYANTO, SH, MA 7. AGUS PURWANTA 8. DJOKO HIDAYANTO 9. BUSRORI 10. FACHROEDY J. 11. M. PALAL SANTOSO 335

(8)

12. JOHN SETIADI 13. SUMANTORO 114. SAHALAL. GAOL 15. BAMBANG RUSSAMSENO 16. BENNYHARYONO 17. SUGITO 18. DRS. MACHFUD SIDIK, M.Sc. 19. ACHMAD SOFYAN 20. NURYADI 21. DJAZOELI SADHANI 22. YONG SUAR 23. GUNADI 24. DJUNAEDJ ARlEF 25. JIAMARSEN SIPAYUNG 26. SUSIYATI B. HIRAWAN 27. ARLEN T. PAKPAHAN 28. M. ARIEF N.

29. NUGROHO HARI PRASETYO 30. M. YASIN BUCHARI

(9)

KETUA RAPAT (H. ANDAYA LESTARI SE, MBA) : Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama dengan seijin Bapak dan Ibu sekalian, maka skorsing saya cabut kembali;

(SKORSING DI CABUT PUKUL 13.35 WIB)

Sesuai dengan kesepakatan Rapat kemadn, maka jadwal Sidang pada siang hari ini dapat kita mulai pada pukul 13.35 WIB, dan acara tentunya acara Pertama sebagaimana lazimnya kita mengesahkan dulu Laporan Singkat, baik tentang Pajak Daerah dan Retribillsi Daerah maupun tentang Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan.

Barangkali oleh karena saya melihat kesibukan daripada Bapak dan Ibu sekalian, ada yang kelihatannya belum sempat membaca semuanya. Oleh karena itu saya tawarkan apabila ada koreksi secara tertulis saja bisa disampaikan sOlre nanti, kalau ada, kalau tidak ada cukup memberitahukan, sehingga nanti kami harapkan besok pagi bisa kita atau dibuat ralat oleh Sekretariat. Jadi termasuk lPDRD rnaupun BBNTB, apakah hal ini bisa disepakati ?

Dari F-KP? setuju, dani F-PDI? setuju, dari F-PP? setuju, F-ABRl, setuju, dari Pemerintah?, setuju. Baik, dengan demikian ralat akan disampaikan secara tertulis pada sore hari ini, dan lnsya Allah besok ralat itu akan diperbaiki oleh Sekretariat, dan kalau perlu kita Umumkan sebelum Sidang dimulai, untuk besok pagi.

Saya kira dem ikian

(10)

Terima kasih.

Kemudian hal yang kedua sesuai dengan kesepakatan kemarin, pada haril ini kita akan menerima jawaban pending dari dua fraksi yaitu Fraksi ABRI dan F-KP, yaitu tentangjudul yang sampai kemarin yang disepakati dari judul Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan, Pemerintah dan F-PDI maupun F-PP sudah sepakat untuk menggunakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Sedangkan yang tentang Bea, ini yang belum sepakat adalah dari F-ABRI dan F-KP.

Oleh karena itu saya mohon adajawaban pada siang hari ini, apabila ini sudah bisa diberikan jawaban yang pasti tentunya saya harapkan kelancaran-kelancaran pembahasan pasal-pasal selanjutnya akan lebih mudah.

Untuk itu, pertama-tama kami persilakan kepada Fraksi ABRI. F-ABRI (SOEWARNO):

Terima kasih Saudara Ketua; Assalamu 'alaikum Wr. Wh.

Yth. Ketua Pansus, Bapak Menteri beserta Staf, dan seluruh Bapak Ibu Anggota Pansus;

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih bahwa telah diberikan waktu kepada FraksiABRI untllJk melakukan konsultasi sehubungan dengan istilah didalam judul antara Bea dan Pajak. Setelah diadakan konsultasi dengan Pimpinan Fraksi ABRI selatna kurang lebih 1 jam kemarin sore, dan temyata belum diperoleh suatu persetujuan final, maka tadi pagi diulangi lagi untuk lebih mendalami masalah ilni. Dan Alhamdu/illah bisa dimengerti oleh Fraksi ABRI, setelah melalui berbagai pertimbangan terutamademi kepentingan politis dan sosiologis dalam penggunaan istilah

(11)

Bea itu. Sehubungan dengan itu pula Fraksi ABRI menyatakan mene:rima judul Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Terima kasih

Wassalamu 'alaikum Wi-: Wh. KETUA RAPAT :

Terima kasih dari Fraksi ABRI;

Kemudian selanjutnya saya serahkan kepada Fraksi Karya Pembangunan.

F-KP (DRS. H. HASANUDDIN): Terima kasih Saudara Ketua;

Perintahini baru turun Tadipagi Saudara Ketua, karena memang DIM ini adalah DIM Fraksi bukan DIM Hasanuddin atau Messakh, bukan DIM Perorangan, DIM Fraksi, jadi kami tunggu perintah perubahan itu dari Fraksi. Maka dapat kami kemukakan hal-hal sebagai berikut : F-KP menyetujui dan tidak berkeberatan apabila kata Pajak dalam kalimat "Pajak Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan'" sebagaimana diusulkan dalam DIM F-KP, diganti dengan kata "Bea", Sehingga rurnusan lengkapaya berbunyi "Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan", ini artinya merupakan perubahan usull F-KP.

Dengan demikian, rumusan judul sebagaimana tertera dalam DIM No.1, Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan menjadi "Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan", dengan catatan agar dalam Ketentuan Umum dicantumkan mengenai pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, sebagaimana rumusan RUU dalam DIM nomor 20, perIu penyempurnaan untuk mengurangi be ban psykologis masyarakat,

(12)

rumusannya kita bicarakan bersama karena kita menghindari kata-kata pajak, misalnya bea itu pungu:tan negara atau iuran negara.

Demikian Saudara Ketua. Terima kasih.

Wassalamu 'alaikum. WI: Wb, KETUARAPAT:

TCfiima kasih kepada Fraksi Karya Pembangunan. Masih ada tam bahan, Silakan.

F-KP (BEN MESSAKH, SE):

Rekan-rekan, Bapak Menteri dan Pimpinan Pansus;

Kalau tadi F-ABRI sampai dua hari, kemarin sejak bubar dari sini kami berdiskusi sampai jam 02-00 pagi dan memang ditemukan kata Pajak dan Bea itu bisa dibolak Balik, kalau kita cari didalam buku-buku Pakai pakar Huklllm" disitu dia bilang Bea dimasukan di Pajak. Sementara waktu di Inggris misalnya Pajak itu dia masukkan juga sebagai Bea. jadi akhirnya setelah berdiskusi sampai jam 02.00 pagi akhlrnya disetujui pakai nama Bea. Itulah supaya jelas betul-betul ini merupakan konsern dari F-KP.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Jadi, dari F-KP apa yang bisa kita dengar bersama, setelah setuju dengan kata "Bea'" tetapi dengan ada catatan pada Ketentuan Umum tentang

(13)

arti Bea perlu untuk didalaml. Oleh karena itu peliama tentunya dengan adanyajawaban dad dua Fraksi, maka saya kira sudah rnendapatkan satu kesepakatan bulat bahwajudul yang akan kita pakai dalam RUU ini adalah Rancangan Undang-Undang tentang Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan Bangunan", apakah dapat dilsetujui 1.

(RAPAT : SETU.JU) Terima kasih.

Bapak-bapak dan Ibu sekalian;

Setelah judul sudah kita rumuskan kemudian tentu ada beberapa pasal yang memuat kata-kata "Bea"" juga termasuk "Perolehan Hak Atas", yang kemarin juga kita pending. Jadi dalam hal ini, maka pending tentang Bea atau Pajak yang telah dibahas mulai dari judul sampai dengan Bab I Ketentuan Umum, mulai dari Pasal I dalam hal ini adalah DIM nomoI' 1. Saya ulangi Judul adalah DIM nomor 1 sampai dengan Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Butil' 10 atau DIM sampai dengan nomor 28. Maka yang kemarin dipending kata-kata "Bea atau Pajak" ini sudah bisa kita putuskan dengan kata "Bea".

Sedangkan kata "Perolelhan Hak Atas Tanah dan Bangunan" saya kira sudah otomatis sama,jadi demikian akan kita rubah langsung kata-kata itu menjadi kata-kata yang telah kita sepakati bersama. Jadi pending berarti sudah oke, kemudian apabila dalam keputusan pembahasan kita kemarin sampai dengan DIM nomor 28 itu ada yang kita putuskan ke Panja, itu saya kira tetap Panja, Tetapi barangkali ada terlewat yang belum kita putuskan padahal itu Panja, maka klita tidak akan mengulang lagi hanya mahan apabila disetujui oleh forum ini, untuk diteliti oleh Pimpinan dan Pemerintah sehilngga kalau masih ada yang belum diputuskan ke Panja, akan kita Panja kan, barangkali ada satu, dua saya lihat itu yang tell'lewat,

(14)

dan kalau bisa tidak usah kita mengulang lagi tetapi kita teruskan oleh Pimpinan dan barangkali juga wakil dari Pemerintah, kita teliti kemudian kita teruskan ke Panja. Apakah hal ini bisa disepakati ?

F-ABRI (SOEWARNO):

Dari Fraksi ABRT masih ada yang ingin disampaikan Bapak Ketua. KETUA RAPAT:

Sebentar, dari F-PP.

F"-PP (H. SOELAIMAN BIYAHIMO):

Kami setuju penyelesaian demikian, cuma yang kita pending kemarin itu banyak bahan yang dibicarakan di Panja. Oleh karena itu di pending dihapus menjadi Panja, begitu Pak, kilra-kira begitu, substansinya Pak.

KETUA RAPAT:

Jadi apabila substansi, kecuali yang di pending berarti sudah oke barangkali substansinya ada yang kelewatan, itu nanti kita diteliti oleh Pimpinan dan Wakil dari Pemerintah, mungkln ada satu dua saya hhat, itu kita langsung bahas kembali dan kita masukkan ke Panja. Apakah bisa dise:pakati ? Terima kasih.

F-ABRI (SOEWARNO): Terima kasih Ketua.

Masalah yang di Panjakan tidak ada masalah bagi F-ABRI, tetapi masalah yang di pending, apakah tidak mernberikan kemungkinan bagi masalah-masalah yang dipending akan menimbulkan masalah baru

(15)

sehubungan dengan adanya kesepakatan bahwa kata-kata 'IBea" dipakai dan bukan "Pajak" yang dipakai, karena ini akan mempunyai dampak mungkin dalam beberapa hal. Misalnya yang belum kita bicarakan adalah Pasal 1 point 1 DIM nomor 20, pengertian tentang Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan adalah Pajak. Apakah ini masih relevan? Misalnya begitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Bapak Soewarno;

Jadi tadi sudah saya sampaikan, F-KP menyetujui dengan kata "Bea" tetapi ada embel-embelnya tadi yaitu tentang Ketentuan Umum Bea itu ada pada DIM nomor 20, itu tentunya akan kita Panja kan. Jadi kita tidak bahas, lang sung kita Panjakan saja nanti pengertian itu, jadi termasuk tadi apa yang saya sampaikan.

Apakah bisa dimengerti ? Terima kasih.

INTERUPSI F-KP (NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH): Bapak Ketua;

KETUA RAPAT:

Dari Fraksi Karya Pembangunan, Silakan. F-KP (NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH) :

Jadi usulan kami tadi dari F-KP, rekan kami tadi, bahwa DIM nom or 20 itu kata "Pajak" diganti, mengikuti karena konsekuensi perubahan judul diganti menjadi, usulan kami adalah "iuran negara" atau "pungutan

(16)

negara". Barangkali kalau memang dalam forum ini bisa disetujui kita bahas bersama, Tetapi kalau memang tidak ini kita bahas di Panja, tetapi ini sebagai bah an pembahasan di Panja.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih;

Jadi sesuai dengan apa yang kita sampaikan ... .'). F-KP (BEN MESSAKH, SE):

Artinya termasuk di dalamnya Pak Ketua, ada usul dari F-KP yang selanjutnya disebut Pajak itu kan 7.

KETUA RAPAT:

Jadi sesuai dengan apa yang diminta oleh Bapak Messakh tadi memang itll kita Panja kan. Pertama kita ambit putusan yang dipending lalu embel-embelnya kita Panja kan, saya kira itu.

Barangkali ada dari fraksi lain ? Sillakan.

F-ABRI (SOEWARNO): Saudara Ketua;

Saya menyarankan apakah tidak sebaiknya semua yang dipending kita lihat kembali mungkin ada yang harus di Panja kan. Terima kasih.

(17)

KETUA RAPAT:

Jadi itu mengulang lagi, tadi sudah saya sampaikan mohon persetujuan apabila yang sudah kita pending yang kita putuskan tetap akan Panja. Tetapi barangkali ada kelewatan substansi, saya lihat memang ada satu atau dua yang mestinya ke Panja, kita kemariin terpukul pada pending, nah ini mohon persetujuan nanti pada forum itu akan kita teliti, yang meneliti Pimpinan maupun Wakil dari Pemerintah, sehingga itu langsung kita Panja kan saja, jadi kita bah as nanti di Panja.

Dari Pemerintah, silakan. PEMERINTAH :

Setuju langsung diPanjakan, terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, jadi yang Panja ataupun yang terlewat nanti akan kita Panjakan, setuju.

(RAPAT SETUJU)

Tiga, ini perlu karena ini akan menyangkut keseluruhannya dalam pembahasannya, pembahasannya akan selalu beruntun kata-kata ini akan ada, yaitu singkatan-singkatan. Dengan berubahnya judul ini, tentunya singkatan-singkatan itu akan berubah. Oleh karena itu, bisa saja, saya mohon dari Pemerintah untuk bisa memberikan rumusan ten tang singkatan-singkatan yang dimaksud, misalkan SPTB menjadi apa?, SPB menjadi apa dst, disini saya lihat dari Ketentuan Umum ini ada 9 Pak, dari SPTB sampai SSB, ini ada singkatan yang perlu ada perubahan. Oleh karena itu, mohon rumusan dari Pemerintah, kalau misalnya Pemerintah sudah siap juga bisa disampaikan sekarang, kalau belum akan kita Panja kanjuga.

(18)

Saya persilakan Pemerintah. PEMERINTAH:

Saudara Pimpinan;

Nanti di Panja akan kami sampaikan semuanya ini, sejalan dengan yang tadi sudah dirumuskan, kita tentunya singkatan mengikuti rumusan yang tadi itu, kami siapkan.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Jadi dengan demikian singkatan juga akan kita bahas di Panja, dapat disetujui ?

(RAPAT : SETUJU)

Selanjutnya DIM yang telah kita bahas sampai dengan kemarin itu sudah sampai nom or DIM 28, kemudian pada hari ini kita akan meneruskan, kita mulai dengan nomor DIM 29, yaitu butir 10 tentang "Bea Perolehan Atas Hak Tanah", tentunya ini juga akan dirubah. Dari F-KP ada 4 usulan peru bahan, yang satu sudah oke, kedua redaksional, kemudian ketiga rumusan tetap hanya dipindahkan ke Penjelasan Pasal II ayat (2).

Maafini ada ralat,jadi saya kiraini masih tetap nomor 4 ini dipindahkan ke Penjelasan Pasal II ayat (2) ditambah lagi setelah kata "selanjutnya" ditambah kata "dapat". Jadi sayakira ini substansi.

Kemudian usulan F-ABRI, ini saya kira sudah putus karen a kata "Bea" diganti dengan "Pajak", ini sudah diganti dengan kata "Bea", sudah oke.

(19)

Lalu usul dari F-PP, saya kira sudah tidak ada masalah, sudah oke. Usul perubahan dari F-PDI, adalah masalah substansi karena ini ada tambahan oleh Menteri Keuangan. Kita coba untuk kita putar sebentar, dari F-KP saya persilakan.

F-KP (NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH): Terima kasih.

Untuk butir 29 usulan F-KP nomar 4, ini Surat Setoran Bea Balik Nama dan seterusnya, ini kami mengusulkan untuk dipindahkan ke Penjelasan Pasal 11 ayat (2) karenaini hanya diketemukan satu kali, jadi F-KP berpendapat bahwa ini agak berlebihan kalau dicantumkan dalam Ketentuan Umum,jadi masalah legal draftingnya saja begitu.

Terima kasilh. KETUA RAPAT : Untuk kata "dapat" ?

F-KP (NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH):

Kata "dapat" ini masalah konsistensi saja dengan pasal-pasal sebelumnya.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Jadi bisa redaksional Bu ya ? F-KP (BEN MESSAKH, SE):

(20)

11 ayat (2) itu pasti ayat baru, karena nanti ada usul F-KP di Pasal 11. Mengapa dia dipindahkan kesana, karen a hanya disebut satu Kail dalam seluruh Undang-undang ini hanya sekali bisa ditemukan di Pasal 11. Oleh karena itu maka kami rnlnta agar dimasukkan saja di Penjelasan Pasal II, jadi seta ran itu kita lengkapkan di Pasal 11 sebab itll juga mengenai pembayaran, ini akan lebih coeak di Pasal 11.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih;

Kemudian untuk F-PDJ, sekaligus menanggapt dari Fraksi Karya Pembangunan.

F-PDI (SETYADJI LAWI, BA):

Saudara Plrnpinan dan sidang yang mulia;.

F-PDI dalam DIM mengusulkan agar ada satu kepastian tentang tempat lain yang ditunjuk. Menurut F-PDI karena seta ran itu akan disetarkan ke kas: negara, lalu klasifikasinya adalah penerimaan pusat. Kalau itu penerimaan pusat, maka dengan sendirinya tempat yang ditunjuk itu adalah aleh Menteri Keuangan. Pada Undang-undang yang sudah lewat, tempat-tempat yang ditunjuk itu selalu ada siapa yang menunjuk, adalah Menteri Keuangan.

Kalau kemudian nanti diiijinkan bahwa di dalam Ketentuan Vmum itu dimuat itu Menteri adalah Menteri Keuangan, menjadli yang ditunjuk aleh Menteri. Tetapi kalau dalam Ketentuan Vmum belum ada, maka kami lengkapkan oleh Menteri Keuangan, ini hanya merupakan kepastian hukum, tempat itu yang menunjuk siapa.

(21)

Kernudian menanggapi tentang usulan F-KP, pada Ketentuan Urn urn ini sekalipun mernang hanya disebut satu kali, tetapi sedang dirurnuskan atau didefinisikan jenis-jenis surat yang diterbitkan oleh Kantor Pajak. Jadi jenis-jenis surat itu kalau sarnpai ada satu jenis yang tidak dirurnuskan jangan-jangan nanti akan bisa terdapat bahwa surat setoran itu bentuk dan lain sebagainya tidak ada didalam Undang-undang ini. Oleh karen a ini rnerupakan satu rangakaian katakanlah satu bundel dengan jenis surat yang diterbitkan, maka surat setoran ini hendaknya ada definisi yang ditetapkan.

Di Pasal 11, disana tidak menyebut surat setoran, di Pasal 11 itu sebetulnya adalah menyerahkan artinya rnembayar, kalau ayat (2) nya berbunyi malahjelas "rnembayar". Saya bacakan saja "Pajak yang terutang dibayar di Bank Persepsi atau Kantor Pos dan lain sebagalnya" tanpa ada sebutan surat setoran. Yang dirnaksud tentunya bahwa rnembayar ke Bank ini dengan surat setoran yang sudah didefinisikan di Ketentuan Urnurn.

Jadi karni berpendapat tetap saja, sekalipun hanya sekali tetapi itu merupakan bagian dari surat-surat yang diterbitkan secara keseluruhan.

Terirna kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Pak Lawi;

Kami teruskan kepada Fraksi Persatuan Pembangunan. F-PP(DRS. HM. MUKROMAS'AD):

Saudara Ketua;

Menanggapi usulan dari Fraksi Karya Pembangunan, pertarna ada dua hal, pertama ada singkatan, jadi singkatan ini rnernang F-KP ini tidak

(22)

setuju, ini belum kita selesaikan, tentu singkatan seperti iitu perlu dalarn Ketentuan Umum. Sebab kalau singkatan tidak dalam Ketentuan Urnum, maka dia tidak mungkin akan dipaharni.

Kedua, ini termasuk salah satu barangkali nantinya jenis formulir dalarn bentuk surat sehingga dia rnerupakan satu rangkalan dengan forrnulir-forrnulir yang lainnya dalarn kesatuan unit adrninistrasi daripada pelaksanaan pajak ini, karena ini perlu didalam Ketentuan Urnurn. Jadi kalau salah satu surat tidak dikemukakan disini, sedangkan yang lain-lainnya itu nantinya akan berhajat atau rneminta sarnpai kepada kebutuhan akan adanya surat seperti ini, rnaka ada satu hal yang sifatnya terputus.

Oleh karena itu karni berpendapat adanya ini dalam Ketentuan Urn urn atas dasar dua itu, adalah sangat pantas sekali.

Saya kira demikian.

KETUA RAPAT:

Tentang tanggapan dari F-PDI Pak, belurn '1. F -PP (DRS. HM.MUKROM AS' AD):

Mengenai F-PDI saya kira adanya Menteri Keuangan disini, jadi tarnbahannya oleh "Menteri Keuangan", kami sependapat bahwa ditambah kata "Menteri Keuangan" kalau rnernang harus berujung kepada Menteri Keuangan, sernuanya berujung pada Menteri Keuangan seperti dalarn Penjelasan ini. Tetapi kita tidak berrnaksud sernua berjuang pada Menteri Keuangan, maka disinijuga tidak berujung pada Menteri Keuangan.

(23)

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Silakan kepada F-ABRI. F-ABRI (SOEWARNO):

Terima kasih Saudara Ketua;

Menanggapi apa yang diusulkan oleh F-KP tentang singkatan, maka F-ABRI menganggap bahwa sebenarnya singkatan ini adalah sesuatu yang wajar, kita akan menemukan singkatan dimana-mana, dan apabiia dalam hal ini kita masih menggunakan singkatan artinya itu masih wajar dan itu juga merupakan satu efisiensi. Akan sangat sulit untuk menyebutkan bagi orang-orang biasa untuk menyebutkan secara lengkap dan terbiasa dengan menggunakan singkatan-singkatan. Jadi, F-ABRI mendukung agar tetap digunakan singkatan.

Kedua, tentang dipindahkannya butir 10 ini ke dalam Penjelasan memang bisa dimengerti bahwa apabila hanya disebut sekali itu sebaiknya tidak dimasukkan dalam Ketentuan Umum bisa didalam Penjelasan. Akan tetapi itu apabila dalam art ian suatu istilah, dalam halini bukan sekedar istilah tapi ini adalah merupakan satu perangkat, perangkat didalam Undang-undang tentang Perpajakan khususnya yang kita bicarakan adalah "Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan".

Oleh karena ini adalah satu perangkat dan perangkat ini merupakan suatu pedoman yang harus dimengerti oleh Wajib Pajak, oleh karena itu tidak tepat apabila ini dipindahkan didalam Penjelasan, tetapi seharusnya dia ada didalam Ketentuan Umum. Itu menanggapi apa yang diusulkan oleh Fraksi Karya Pembangunan. Kemudian yang diusulkan oleh Fraksi POI, kami bisa mengerti apa yang dimaksudkan oleh F-PDI hanya mungkin ini terlalu tinggi, karena kalau penunjukkan tempat ini adalah tingkat tekhnis mungkin ini bisaditurunkan dalam hal ini adalah Dirjen Pajak. Terima kasih.

(24)

KETUARAPAT:

Terima kasih kepada Fraksi ABRI; Mohon penjelasan dari Pemerintah. PEMERINTAH:

Saudara Ketua dan Anggota pansus yang kam i honnati ;

Mungkin kami perlu memberikan penjelasan, mengapa kami. memasukkan ini dalam pengertian-pengertian diawal sekali, karen a surat setoran ini adalah dokumen pokok. Kalau kita mau membandingkan dengan PPh dia adalah 3SP (Surat Setaran Pajak), karena dia dokumen pokok dan ini satu rangkaian dengan dokumen-dckumen yang lain, kita sebut bagian pertama dan sekaligus setiap pembaca Undang-Undang ini, pagi-pagi dia sudah menghayati, "dokumen pokok, dan mempunyai rangkaian dengan dokumen lain yang disebut diatas maupun dibawah.

Kemudian kalau ini kita keluarkan, rangkaian dari pada sistem itu nanti akan terputus. Jadi itu alasan sistem dari pada dokumen, dan ini dokumen pokok, ini SSP kalau dalam Pajak Penghasilan.

Karena itu kami tempatkan dibagian depan, dan tidak didalam Penjelasan. Kemudian apakah hams yang ditunjuk Menteri Keuangan dan lain-lain, itu kami serahkan ke Panja.

DemikianSaudaraKetua,jikakitabisasetujui. Kamihany.amenjelaskan kembali, mengapa kami tempatkan ini dibagian depan yang dimaksud dengan karena dokumen pokok.

Karena itu kalau kita dapat setujui, ini diPanjakan saja. Ini kan cuma klarifikasi kalau kami tidak salah tangkap.

(25)

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

Jadi ini ada usul dari Pemerintah untuk diPanjakan, tapi apabila dari F-KP dengan Penjelasan yang tadi ada perubahan, masih kami tawarkan termasuk barangkali F-PDI. Sehingga tentunya kalau bisa kita putuskan disini umpamanya, kan lebih baik daripada beban kita di Panja, bukannya kita tidak mau kerja, karena beban kita banyak sekali nanti di Panja.

Jadi saya tawarkan kepada F-KP, kira-kira bagaimana, F-KP (BEN MESSAK.H, SE) :

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat,

Sekali lagi, F-KP tidak menumbuhkan satu katapun di dalam pasal-pasal itu yang menyebut Pusat Setoran Bea Balik Nama, tidak ada, Bapak boleh periksa. Oleh karena itu, maka tidak ada gunanya dia di Ketentuan Umum, itu menurut pendapat F-KP.

Namun karena ini mengenai pembayaran, maka F-KP merubah nanti rumusan Pasal 11, sehingga nanti disitu timbul Surat Setoran Bea Balik Nama. Dan oleh karena itu, karena dia berada disatu pasal, maka diberikan dia Penjelasannya itu adalah dari Ketentuan ini umum itu dimasukan didalam Penjelasan Pasal 11. Karena didalam Pasal 11 ini, tidak ada satu pasal pun yang menyinggung soal Surat Setoran Bea Balik Nama, tapi Ketentuan Umum saja ada dia di situ.

Jadi F-KP tidak keberatan kalau mau ditaruh juga disini. Didepan itu, sebab itu Ketentuan Umum bisa saja. Cuma relevansinya tidak ada sesuai

(26)

yang biasa kita manyusun Undang-Undarig, kita katakan kalau lebih dari dua istillah, banI kita masukan dia di Ketentuan Umum. Jni satupun tidak ada Kok, inilah masalahnya dan juga mengenai singkatan.

Mengenai singkatan Bapak Ketua, iF-KP maksudkan disillli di Ketentuan Umum bisa saja dibuat singkatannya. Makanya ada usul F-KP, "dapat disingkat ". Tetapi didalam pasal-pasal jangan disingkat, karena singkatan ini begitu banyak, sehingga nanti kalau orang baca di pasal, dia meski mendengar lagi kedepan, apa bunyi singkatan itu, menyul itkan pemakai Undang-Undang. Padahal salah satu azas penting dari Undang-Undang adalah kelayakan dalam penguillaan.

Jadi atas dasar itu, maka kita mengusulkan pakai kata dapat disingkat. Jadi singkat di Ketentuan Umum tetap ada, dapat disingkat apa, tetapi didalam pasalnya yang maksUid disini tidak hams ditulis penuh, bukan disingkat. Maksudnya tidak lain adalah untuk memudahkan pemakai Undang-Undang, dia tidak usah mencari lagi. Jadi pelaksanaan dari Undang-Undang menjadi lebih mudah bagi masyarakat.

Berikut mengenai F-PDI . Kalau mengenai petunjuk Menteri Keuangan, di Pasal 11 itu sudah ada. Kalau kita nanti bac:a dan ditemukan Pasal 11 disitu ada tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, Jadi untuk apalagi Ketentuan Umum mesti harus ada disitu, menurut kami over body.

Jadi begitu saja Pak Ketlla, terima kasih. KETUARAPAT:

Baik, terima kasih Pak Ben Messakh.

Jadi mohon maafPak, oleh karena itu saya tawarkan sesuai dengan Pak Menteri tadi untuk dibahas Panja, bagaimana setuju ?

(27)

( RAPAT : SETUJU ) Terima kasih. Kita lanjutkan DIM nomor 30.

Usulan perubahan ini dart F-KP, saya kira yang pertama sudah oke. Kemudian tentang singkatan, dan rumusan ini, saya kira dibahas Panja.

Jadi ini bagaimana dapat kita setujui masuk Panja ? (RAPAT : SETUJU)

Terima kasih.

DIM nomor 31, usulan dari F-KP sarna; Kemudian dari F-ABRI oke; F-PP oke; F-PDI ini juga substansi, saya kira Panja.

Bagaimana, karena hampir sarna dengan yang terdahulu, saya tawarkan ke-Panja, setuju ?

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

PEMERINTAH:

Ini terlupa satu hal Pak Ketua, apapun kita tadi sudah "Bea" kemudian nanti apa, itu bisa rumus saja. Hanya satu hal catatan kami supaya kita sinkron dengan KUP dan yang lain, tidak ada Wajib Bea. Jadi tetap Wajib Pajak, jangan sampai nanti kita kisruh begitu. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

(28)

Saya kira kita sepakati tentang itu, ini sudah memasyarakat saya kira, terima kasih. Kita lanjutkan DIM nomor 32.

Dari F-KP usul perubahan "angka 13 diganlti menjadi angka 12", saya kira itu rumusan tetap. Ini saya kira Timus, F-KP dan F-ABRI oke.

F-PP usul perubahan adalah "substansi" dihapus diganti dengan "Menteri adalah Menteri Keuangan", termasuk juga dari F-PDI. Jadi hampir sarna, kita Panjakan bagaimana, dis,etujui ?

I(RAPAT : SETUJU) lIerima kasih.

Untuk DIM nomor 33.

f.·KP, ABRI, F-PP, dan F-PDI tetap, Jadi oke. (RAPAT: SETUJU) DIM nomor 34, Pasal 2 oke.

(RAP AT : SETUJU)

DIM nomor 35, saya kira F-ABRI sudah putus ini, oke. Jadi setuju oke.

(RAPAT : SETUJU) DIM nomor 36.

(29)

Untuk F-ABRI sudah oke. Untuk F-PP, Timus. Untuk F-PDI, Timus. Setuju Panja - Timus ?

(RAPAT : SETUJU) DIM nomor 37, oke.

(RAPAT : SETUJU) DIM nomor 38.

Untuk F-ABRI saya kira ini Penjelasan, jadi Panja. Maaf ini sudah diralat, untuk DIM F-ABRI menjadi tetap, berarti oke.

Kemudian untuk F-PP ini ada pertanyaan, mohon penjelasan mengenai angka 3 dan 4 tentang hibah dan hibah wasiat, lalu butir 6 dihapus, saya kira substansi ini. Lalu usul perubahan dari F-PDI, ini saya kira pertanyaan.

Untuk ini saya kira apa mau diputar atau bagaimana, kami persilakan dari F-PP dulu.

F-PP (DRS. H.M. MUKROM AS' AD) : Minta untuk menjelaskan Pak

KETUA RAPAT : Baik, Silakan.

(30)

F-PP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) :

Jadi yang pertama mengenai butir 3 dan 4, kami minta penjelasan dari Pemerintah. Yang akan kami jelaskan adalah mengenai billtir 6 tentang pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan.

Jadi disini ini karena yang akan dikenakan itu perolehan hak, maka pemisahan disini tidak selamanya akan menimbulkan perolehan hak. Umpamanya suatu barang dipisah menjadi dua, yang setengahnya itu masih milik yang pertama, yang setengah menjadi milik orang lain. Maka setengah itulah yang akan menimbulkan perolehan hak, sedang setengah yang pertama itu tidak menimbulkan perolehan hak, terhadap yang setengah itu timbul perolehan hak dan terhadap setengah pertama tidak kena perolehan hak, sehingga tidak akan kena Bea.

Apa pengertiannya demikian. Kalau memang pengertian demikian, maka rumusnya barangkali harus dirubah.

Saya kira demikian Pak Ketua, terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih. Dari F-PDI, sitlakan tentang pertanyaan ini. F-PDI (DJUPRI, SH):

Terima kasih Saudara Pimpinan .

. Dari F-PDI harnpir sarna atau senada dengan apa yang diajukan rekan F-PP, hanya disini barangnya ini semuanya. Pada waktu terjadi pembagian peralihan hak itu dia pemiliknya, lalu sebagian itu sekarang tetap atas nama dia, sehingga timbul pertanyaan bagaimana kalau peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang

(31)

tetap, sedangkan sebelumnya yang menerima peralihan hak itu memang pemiliknya. Jadi tetap tidak memperoleh hak itu.

Demikian Saudara Kell1a, terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih.

Masih ada tambahan dari F-PDr, Silabn. F-PDI (SETYADJI LAWI, BA) :

Tidak menambah pak, hanya untuk mengingatkan rekan F-PP, bahwa kalau yang diminta itu Penjdasan nomor 3 dan nomor A, didalam Penjelasan itu sudah ditulis. Namun mungkin nambah kekurangan yang ada didalam Pel1jelasan.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

Kami serahkan kepada Pemerintah untuk memberikan penjelasan atas pertanyaan, termasuk butir 6 yang dihapus dari F-PP. Kami persilakan.

PEMERINTAH : Saudara K,etua.

Hibah disini telah dirumuskan adalah "suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh penghibah semasa hidupnya berupa penyerahan hak atas tanah dan atau bang un an kepada penerima hibah tanpa imbalan berupa apapun".

(32)

Hibah Wasiat adalah "suatu penetapan wasiat: yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada seseorang atau badan hukum tertentu yetng berlaku pada saat pemberi hibah wasiat meninggal dunia"; hanya satu hidup dan yang satu sudah meninggal.

Kalau umpamanya penjelasan inn masih kurang, kami serahkan nanti di Panja mau ditambah silakan, mungkin disitu banyak ahli-ahlinya nanti, Silakan.

Kemudian mengenai pemecahan.

Pemisahan hak yang mengakibatkan perolehan adalah pengalihan bag ian hak bersama atas tanah dan atau bangunan oleh seorang atau lebih ataupun badan hukum kepada sesama pemegang hak bersama atau kepada pihak lain.

Persoalannya sekarang, apakah kemudian begitu dipecah kedua-duanya kena, tidak yang dapat hak yang barn yang hams tadi membayar beanya, yang lama kan dia sudah punya, hanya haknya saja sekarang berkurang. Kalau semula umpamanya menjadi 1.000 meter, sekarang dipecah jadi bernbah.

Tentunya yang Pertama tidak bayar lagi, nama dia juga; yang kedua tapi tentunya berkurang. Yang kedua dia dapat 500 meter, dia ttu yang harus bayar.

Saya kira demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira pertanyaan dari F-PDI hampir sarna Pak, apa sudah jelas dengan penjelasan dari Pemerintah tadi.

(33)

F-PDI (DJUPRI, SH.):

Dari F-PDI kasusnya agak lain, karena tnl menyangkut putusan pengadilan bukan hibah.

KETUA RAPAT :

Baik, karena ini sifatnya pertanyaan k,:!pada Pemerintah, saya teruskan sebelum nan!! kalau kita ke Panja, supaya nanti di Panja tidak ada pertanyaan lagi.

PEMERINTAH : Mohon dliulang Pak. KETUA RAPAT :

Jadi dari F-PDI ini ada pertanyaan, bagaimana kalau peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan sebelumnya yang menerima peralihan hak itu memang pemiliknya, sehingga yang bersangkutan tidak merasa memperoleh hak baru.

PEMERINTAH:

Kita lihat saja, apa ada suatu kenyataan baru atau tidak. Jadi apakah dia semula sudah title-nya sudah dia, keputusan pengadilan itu hanya memenangkan dia.

KETUA RAPAT : Baik, terima kasih.

(34)

Silakan dari F-PDI.

F-PDI (SETYADJI LAWI, HA) :

Pertanyaan ini bagi kami sudah dijawab, kalau di Panjakan nanti yang mau dibahas, lalu apanya Pak.

Jadi kalau sudah dijelaskan kasus seperti ini tidak terjadi peralihan hak, maka tidak diharuskan dia membayar, kan begitu Pak.

Jadi kalau sudah itu merupakan bagian seperti itu, selesai, tapi kalau harus membayar, baru nanti kita bicarakan. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira dari F-PP, apakah sarna termasuk dengan F-PDI. F-PP(DRS. H.M. HUKROMAS'AD):

Jadi kami minta supaya penjelasan tadi itu ditambah, jadi kalau dia berbentuk sertifikat karen a sertifikat iru 1.000 meter, kemudian yang 500 meter diserahkan, dia akan timbul peralihan hak. Yang 1.000 meter ini kan punya saya karena dibagikan 500 meter, maka yang 500 meter harus diperbaharui juga sertifikatnya dulu. Yang 500 meter diperbaharui ini kan harus didaftarkan kepada pendaftaran tanah juga.

Apakah tidak menimbulkan masalah di kenakan lagi, karena dianggap berubah dari 1.000 meter kepada 500 meter itu, mestinya tidak. Sehingga kalau itu ada penjelasan, yang agak rincilah nanti sampai kepada model seperti itu dalam penjelasannya.

KETUA RAPAT : Baik, terima kasih.

(35)

Saya kira DIM nomar 38 ini akan kita Panjakan saja, cuma yang kita Panjakan tentunya dari F-ABRI dan F-PP, yaitu semuanya tentang masalah "Pen jelasan Pasal".

Mohon draft dari Pemerintah nantinya. Dapat dis1etujui untuk di Panjakan ?

INTERUPSI F-PDI (SETYADJI LAWI, BA) : Kalau demikian ikut saja Pak.

Jadi untuk keyakinannya tentang yang ditanyakan oleh F-PDI juga termasuk di Penjelasan. TI~rima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, jadi F-PDI mintajuga penjelasan. F-KP ada tambahan. F-KP (DRS. MOH. HURNI) :

Kami sekedar mengingatkan mungkin nanti lanjutannya ke DIM nomor 38 a, bahwa DIM nomor 38 a itu tidak terlepas daripada DIM nomar 38.

KETUA RAPAT : Baik, terima kasih.

Ada tambahan dari F-KP, Silakan. F-KP (BEN MESSAKH, SE) :

Jadi F-KP itu ada kalau diPanjakan Pak Ketua, pertanyaannya ada usul F-KP untuk menambah I butir (1 huruf), jadi dia menjadi butir 9 dengan hadiah. Artinya, menambah obyek pajak.

(36)

Hadiah yang diperoleh seorang misalnya menang lotre, itu terjadi peralihan hakjuga disitu, berarti dia mestinyajuga kena pajak, begitu,jadi menambah obyek. Sebab kalau saya menang lotre dapat rumah atau dapat tanah Hadiah, pastikan mesti alih hak, apa itu dibebaskan, saya kira tidak.

Oleh karena itu maka perlu dipertimbangkan, kalau kita pikir itu tidak perlu didiskusi disini Pak Ketua, F-KP tidak keberatan di-Panjakan saja.

KETUA RAPAT : Baik, terima kasih.

Jadi untuk tidak berlarut-Iarut DIM nomor 38, kita Panjakan, semuanya adalah tentang Penjelasan, jadi draft dari Pemerintah dapat disepakati.

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih. DIM nomor 39.

Dari F-KP, saya kira ini substansijuga. Dari F-ABRI usulannya adalah tetap, oke Usulan dari F-PP adalah pertanyaan.

Dari F-PDI, saya kira ini adalah redaksional kalau tidak salah. Karena ini ada pertanyaan, maka kami persilakan dari F-PP.

F-PP (DRS. H.M. MUKROM AS' AD) : 8apak Ketua.

Jadi pertanyaan ini timbul karena kalau itu

tanah

negara, maka yang mendapatkan hak itu karena pelepasan itu, maka dia sudah menyetor ganti rugi kepada negara. Kemudian harus membayar lagi perolehan hak (bea perolehan hak) ini, apakah itu tidak ganda? Pengertian itu yang kita mau tanyakan kepada Pemerintah.

(37)

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

Saya kira langsung saja kepada Pemerintah untuk memberikanjawaban, Silakan.

PEMERINTAH :

Tergantung, diet ada hak baru tidak kalau nasanya sudah habis, Ikalau tidak diperbaharui kan dia tidak punya hak kalau sudah masanya habis kemudian dia memperole:h hak sehingga dianggap sebagai suatu hak baru, itu kena .. Itu saja Pak. Tapi kalau umpamanya tidak ada hal keadaan demikian, dia tidak kena.

Kalau masanya sudah habis, sebetulnya itu kan hak negara, jadi kalau sudah habis masanya. Kalau umpamanya dia tidak diperbaharui haknya, kan habis dia, selesai urusannya. Bagi dia masih lebih untung Pak, oleh negara dikasih hak baru tapi harus bayar bea dari pada tidak dikasih hak bam.

F-PP (H. SOELAIMAN BIYAHIMO): Kami samlbung Pak.

Ini pertanyaannya DIM nom or 39 pemberian hak baru, karena : 1. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan

hak;

(38)

Menurut Peraturan Menteri Agraria, itu sudah dikenakan. Kalau sekarang sudah dikenakan, itu timbul pertanyaan menjadi pajak ganda.

Jadii kira-kira bagaimana korelasi antara Peraturan Menteri Agraria dengan Rancangan Undang-Undang ini, itu pertanyaannya begitu Pak, terima kasih.

PEMERINTAH:

Ditujukan kepada timbulnya perolehan hak baru, sedangkan bila ada pemasukan uang kas negara atas perolehan hak baru terse but.

Tapi kalau sebagaimana tadi di kemukakan oleh Pak Soelaiman, kalau itu Peraturan Menteri Agraria, Undang-Undang ini kan lebih tinggi kalau kita sepakati.

Kami kira itu penjelasan kami Pak Ketua. KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Menteri.

Jadi saya kira masalahnya Ikita dalami di Panja. Untuk DIM nomor 39 kita Panjakan, dapat disetujui ?

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

INTERUPSI F-KP (BEN MESSAKH, SE) :

Panja setuju Pak Ketua, tetapi apakah termasuk didalamnya usul F-KP, bahwa pemberian hak baru di luar pe,lepasan hak. Itu F-KP minta tidak merupakan obyek pajak, kalau tadi kita bonus untuk Pemerintah obyek pajak, sekarang kita hapus Jagi satu.

(39)

Kalau itu mau diPanjakan, kami tidak keberatan Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT :

Kalau DIM nomor 39 kita Panjakan, tentunya yang berkaitan belum putus kita Panjakan, itu otomatis Pak. Kalau saya katakan Timus adanya Timus seperti F-PDI ini masalah redaksional.

Jadi Panja artinya keseluruhan DIM nomor 39 ini, setuju ? (RAPAT : SETUJU)

Terima kasih.

Kita lanjutkan DIM nomor 40.

Usul perubahan dari F-KP ini yang Pertama juga redaksional, yang kedua ada masalah yang perlu dipertanyakan. Masalahnya apa belum tahu disini tidakjelas.

F-ABRI tetap F-PP dan F-PDI, saya kira Timus.

Jadi kalau tidak ada masalah yang perlu dipertanyakan, ini semestinya Timus, tapi ada masalah dan belumjelas. Saya kira perlu disampaikan oleh F-KP. Silakan.

F-KP (DRS. MOH. MURNI) : Terima kasih Pak Ketua.

Didalam kami membahas ayat ini, kami teringat pada satu hak yang banyak dipakai sekarang adalah hak pengelolaan. Kita kenai seperti Pengelolaan Gelora Senayan, ada sistem BOT dimana pengelolaan, kemudian akhir nanti baru transfer kembali dan waktunya itu kadang-kadang cukup lama, bisa 30 tahun mungkin lebih. Apakah terhadap

(40)

hak-hak pengelolaan seperti ini tidak termasuk didalarn katagori daripada obyek pajak ini.

Jadi kami sekali lagi rnernberi bonus kepada Pak Dirjen Pajak kernungkinan hak pengelolaan ini bisa dirnasukan didalam salah satu obyek pajak ini.

!tu saja Pak Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT :

Masih ada tarnbahan dari F-KP, Silakan. F-KP (NY. MUSTOKOWENI MURDI, 8H) :

Menambah ternan kami tadi kami rnenguatkan, kenapa kok F-KP itu mengusulkan hak pengelolaan ini masuk didalam obyek pajak. Karena selama ini memang dalarn praktek, itu Peraturan Menteri walaupun hanya Peraturan Menteri Agraria Nornor 9 Tahun 1965 ini tetap efektif berlaku.

Disini pihak-pihak tertentu dalarn hal ini Pemerintah juga bisa menyerahkan kepada pihak ketiga dengan dilekati hak pakai minimal 6 tahun, iinilah kenapa F-KP mengusulkan .. Karena bisa saja nanti pihak ketiga ini siapa, bisa perorangan, badan hukum, swasta, swasta nasional dan sebagainya. Oleh karena itu F-KP mengusulkan hak pengelolaan ini rnasuk didalarn obyek pajak.

Terima kasih. KETUARAPAT:

Jadi sebetulnya yang diusulkan itu pada DIM nomor 41, sedangkan kita bicara pada DIM nomor 40. Kalau DIM nornor 40 ini hanya ada masalah

(41)

dipertanyakan, kalau sudah dijawab berartj saya anggap rutus, sehingga kita lihat nanti. Kalau nanti pengusulan yang dimaksud nanH DIM nomor 41. Saya kira demikian.

F-KP (BEN MESSAKH, SE): Pak Ketua, jadi disitu ada masalah.

Sebenarnya masalah yang sesungguhnya ada!ah pertanyaan. Pertanyaannya adalah apakah hanya hak-hak itu saja, karena disebut mengenai UUPA, sedangkan UCPA itu kan mengatur hak-hak lebih banyak.

Jadi apakah hak-hak yang lain itu memang benar-benar tidak dijadikan obyek pajak, itu permasalahannya yang pedu dijelaskan.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Saya temskan kelPada Pemerintah, silakan. PEMERINTAH :

Jadi yang dipersoalkan adalah hak pengelolaan ini memang terus terang saja besar, dan kami menyatakan apresiasi, ini kakap ini, ini nalurinya masih (maaf Pak Ketua) instingnya oleh Pajak, tidak bisa lepas itll. Pokoknya kalau dia belum yang begitu itu, terus cepat tangkapnya itu. Jadi saya dapat inspirasi dan ini besar, dan memang itu nanti seperti SOT macam-macam itu setelah 20 tahun kalau kita patok sekarang, bahwa selama tidak transfer of title tidak kena, kita tunggu nanti sampai 20 tahun, kurang lebih kan begitu.

Jadi karena itu, tapi karena ini masalah yang agak mendasar, terus terang saja dan disini kami adalah otrang-orang Departemen Keuangan, ada

(42)

lebih ahli dalam urusan beginian ini, kami akan bicara dulu dengan kawan-kawan dari Kantor Agraria, secepatnya, kemudian nanti kami usulkan di Panja nanti sebagai resort present, kalau disetujui kita hadirkan kawan-kawan dari Agraria itu, ini soal-soal teknih yang pelik, yang terus terang kami ini orang Departemen Keuangan, kami melihat dari aspek Pajaknya saja.

Tapi hak-haknya yang macam-macam mereka jauh lebih ahli dari kamii, jadi karena itu kami akan bicara dengan kawan-kawan dari Agraria, ini nantii kita akan bicara di dalam Panja bahkan kalau kita sepakati khusus mengenai RUM ini, karena hal ini banyak hal··hal yang agak jelimet bisa dihadirkan kawan-kawan dari agraria sebagai nara sumber. Terima kasih.

KETUARAPAT: Terima kasih.

Jadi saya kira mengenai penghadiran dapat kita sepakati nanti pada waktu Panja sebagai resort present, lalu untuk DIM 40 karena sudahjawab saya kira ini sudah jelas, sedangkan pengusulan nanti pada 4 I oleh karena itu Din 40 ini semua Timus-Timus, oleh karena itu kita Panja - Timus. Dapat disepakati ?

(RAPAT : SETUJU)

Sekaligus saya kira 4 I, karena sudah dibahasini perlu Panja, jadi 41 Panja dapat disepakati.

(RAP AT : SETUJU)

42, karena ini juga saya kira ayat baru, saya kira ini bagaimana kalau langsung kita dipanjakan, apa perlu diputar, saya tanyakan kepada F-ABRI.

(43)

F-ABRI (SOEWARNO) : Terima kasih;

Pimpinan dan hadirin s,ekalian yang kami hormati.

Usulan dari F-ABRI inil sebenannya objck Pajak yang diperoleh karena hibah wasiat p,engenaan pajaknya diatur dengan PP, ini tadinya di pasal 3 kita ajukan ke Pasal 2 kan:na menurut kami hibah wasiat ada yang kena pajak dan ada yang tidak,jadi kalau hibah wasiat, sehingga tidak bisa kalau di Pasal 3, karena 3 itu yang tidak ken a pajak, jadi kami usulkan ke pindah tempat ke Pased 2 dan nanti masalah hibah wasiat ini akan diatur dengan PP. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, kalau demikian kim langsillng saja ke Panjakan saja tidak usah kita putar, karena ini adalah meminta dengan substansi yang sarna. Apakah dapat disekapati, F-ABRI dapat kita sepakati untuk kita panjakan, oke kita panjakan.

(RAPAT : SETUJU)

43, saya kira usul perubahan F-KP sudah oke, F-ABRI oke, semua oke, jadi oke.

(RAPAT: SETUJU) 44,oke.

(RAPAT : SETUJU)

45, saya kira ini untuk F-KP adalah penjelasan, saya kira nanti draft oleh Pemerinta!h, lalu dari F·ABRI pertanyaan, dan penjelasan. Kalau begitu bagaimana kalau ke Panja dengan draft penjielasan dari Pemerintah.

(44)

Dapat disepakati 7, bagaimana dari Pemerintah 7, sepakat Pak kalau ini di Panjakan, dengan draft awal dari Pemerintah.

F-PDI (SETYADJI LAWI, BA) : Sebentar Pak.

Kalau di F-KP itu ada usull menghapus perkataan "negara" diganti, jadi tidak hanya sekedar penjelasan dengan draft Pemerintah,jadi mungkin ada pembahasan di Panja, adapun yang minta penjelasan selalu saja draftnya awal dari Pemerintah. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Kalau begitu kita Panja penuh, oke.

(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.

Kita lanjutkan ke 46, F-KP tetap, F-ABRI tetap, F-PDI tetap. Usul perubahan kata "keuangan" diakhir kalimat dihapus. Jadi saya kira hampir sama dengan yang tadi, kita teruskan saja ke Panja, setujui 7.

(RAPAT: SETUJU)

47, F-KP tetap, F-ABRI tetap, kemudian F-PP ini kata "pribadi" seperti yang lalu saya kira diganti perseorangan, nanti Timus, lalu ada tambahan badan hukum saya kira ini substansi kalau badan hukum ini barangkali kita coba kita putar, tentang Badan hukum. Saya persilakan, dari F-PP Pak.

F-PP (DRS. H.M MUKKROHAS'AD):

(45)

menggunakan pribadi, menjadi kata "perseorangan" kemudian kalau Badan itu badan Hukum. Jadi ini saya kira kita sinkronkan dengan KUP, jadi maksud kami demikian.

Kalau memang nantinya kita pakai istilahnya seperti RUU kita mufakat dulu, tapi kalau ini yang dipakai untuk keseragaman itu, maka ini yang kita pakai. Saya kira demikian.

KETUA RAPAT : Baik terima kasih.

Saya kira kita Panja - Timuskan saja. Setuju ? (RAPAT: SETUJU)

Lalu 48, F-KP tetap, dlari F-ABRI ada pihak yang menerima. Jadi ada tambahan substansi, kemudian dari F-PP adalah penjelasan, nanti pada wakaf saya kira ini nanti bisa draft dengan Pemerintah kalau perlu penjelasan dari pasal ini, lalu F-PDI tetap. Dari F-ABRI saya persilakan.

F-ABRI (SOEWARNO) : Terima kasih Pak.

Jadi untuk tambahan pihak yang menerima sehingga menjadi pihak yang menerima wakaf, F-ABRI Ingin konsisten dengan point-point sebelumnya semua menyebutkan pihak yang menerima.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Saya teruskan bagaimana pendapat dari F-KP, barangkali untuk menangkap hal ini. Silakan F-KP.

(46)

Jadi saya mahan coba putar sekali untuk menanggapi usul perubahan dari F-ABRI bahwa di depan kata "tanah wakaf ini" ditambah dengan "pihak yang menerima".

F-KP (NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH) : Terima kasih Pak Ketua.

Jadi sebenarnya F-KP prinsipnya tetap, tetapi walaupun F-ABRI menambahkan dan untuk konsistensi yang sebelumnya, disini menambah menerima karena wakaf sebenarnya kamipun tidak keberattan tetapi kami masih ingin di Panja, karena memang kalau reft~rensi kita baca hanya wakaf saja itu lembaganya. Jadi bukan yang diberi itu. Disini adanya perbuatan hukum karen a wakaf, barangkali ini yang perlu ada penjelasan lebih lanjut, kami setuju di Panjakan saja pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, silakan F-PDI. F-P'DI (SETAYDJI LAWI, BA) : Saudara Pimpinan.

Kalau kita kemudian mengurut membacanya darijudulnya, barangkali disini kita tidak perlu nambah itu Pak, karena di dalam judul disebutkan Pasal 3 itu, obyek pajak yang tidak dikenakan bea balik nama, jadi tidak dikenakan Baa batik nama Tanah dan bangunan adalah obyek pajak yang diperoleh karena wakaf. Jadi bukan karena penerimanya itu, jadi tidak dibebaskan karena menerima wakaf. Kalau penerima yang lain bayar, kalau yang ini tidak bayar, gratis. Jadi kalau perkataannya itu dibaca dari judulnya dulu Pak.

(47)

KETUA RAPAT :

Terima kasih, silakan F-PP.

F-PP(DRS. H.M. MUKKROMAS'AD): Bapak Ketua.

Jadi memang kalau kita baca darijudul pasa\ ini, memang karena wakaf itu sudah merupakan satu kalimatlah denganjudul itu, jadi tidak perlu ada tentang pihak yang menerima,jadi dalam pasal ini memang ada subyeknya ini persoalkan Itetapi juga ada obyeknya. Jadi obyeknya bisa ken a pajak tetapi kalau subyek yang menerima ini maka dia tidak kena pajak. Tapi ada yang obyeknya memang, wakaf ini termasuk obyeknya, kemudian waris termasuk obyeknya, sehingga tidak tergantung kepada yang menerimanya, sedangkan Badan atau ini dia subyeknya yang dikecualikan itu. Sedangkan obyeknya tidak dipermasalahkan.

Demikian pak. Tapi kalau mau ke Panja kami setuju. KETUA RAPAT :

Terima kasih, barangkali dari Pemerintah. PEMERINTAH :

Saya sependapat Panja Pak. KETUA RAPAT :

Baik kita Panjakan, jadi 48 adalah Panja termasuk tentunya yang dari F-PP penjelasan tadi draft dari Pemerintah. 49, F-KP tetap.

(48)

INTERUPSI F-PDI (SETYADJI LAWI, BA) :

Sebentar, mumpung belum diketok Pak, kalau yang dari F-PP ini, wakaf di belakang ada penjelasannya apa itu masih kurang kesana pak, itu barangkali yang kemudian yang perlu dijelaskan sekarang. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, kalau hanya membutuhkan penjelasan dari Pemerintah tambahan saya kira apa kalau dimaksud tidak masalah, tetapi kalalll membutuhkan pada Pasal mengenai ini kita Panjakan saja, bagaimana ?

F-PP (DRS. H.M. MUKKRO, AS' AD) :

Saya kira langsung Panja saja pak, Pak Lawi juga keberatan kalau langsung Panja.

KETUA RAPAT : Baik kita Panjakan.

Nomor 49, F-KP tetap, lalu ini sarna, jadi kita Panjakan saja ini. Setuju ?

(RAPAT : SETUJU)

50, F-KP tetap, F-ABRI tetap, F-PP ada[ah juga penjelasan yang I dimaksud kepentingan ibadah, kemudian F-PDI saya kira redaksional, saya kira Panja, draft dari Pemerintah tentang penjelasan yang dimaksud dari kepentingan ibadah, Panja, setuju?

(49)

51, dari F-KP ditambah huruf, kemudian dari F-ABRI saya kira juga substansi, F-PDI substansi. Saya kira ini Panja, dapat di sepakati Pimja, setuju ?

(RAPAT: SETUJU)

52 Pak, untuk DIM 52ini F-KP ada ralat, usul perubahannya yang semula dihapus menjadi keterangan karena harus diatur dengan UU sehingga tidak dapat didiskriminasikan antara obyek pajak tersebut. Jadi tambahan keterangannya mengapa dihapus, kemudian F-ABRI saya kira ini jadi ayat (2) bisa dihapus karena sudah menjadi ayat (4) Timus saya kira ini harus sinkronisasi kalau memang demikian.

Lalu F-PP saya kira termasuk hibah wasiat sarna dengan yang diatas, Panjajugajadi 52 kita Panjakan saja, setuju ?

(RAPAT: SETUJU) 53 tetap.

(RAPAT : SETUJU)

54, ini adalah bent uk pertanyaan dari F-KP, lalu F-ABRI tetap, F-PP tetap, F-PDI redaksional, kalau ada pertanyaan mohon, pertanyaan ini saya serahkan kepada F-KP untuk kita coba dengar pertanyaan ini.

F-KP (DRS. H. MUCHSIN RIDJAN) :

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dari F-KP setelah meneliti, penjelasan pasal ternyata pada Pasal 4 ini, cukup jelas. Oleh karena itu F-KP melihat bahwa dan sekaligus

(50)

mempertanyakan apakah Badan usaha yang usaha pokoknya melakukan transaksi Peralihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunanjuga adalah subyek pajak.

Ini satu pertanyaan yang atas dasar itu, kami nanti mempertimbangkan apakah kami bisa menerima Pasal 4 ini atau tidak. Terima kasih, Saudara Ketua.

KETUA RAPAT :

Langsung kepada Pemerintah untuk memberikan jawaban. PEMERINTAH :

Pokoknya kita tidak mengecualikan, jadi mungkin ada perusahaan real estate. Pokoknya kita tidak melihat usahanya, apa pokok, atau sampingan, pokoknya ada perolehan, kalau tidak demikian nanti, jadi berubahlah semua menjadi perusahaan real estat. Tapi mungkin ini pertanyaan saja Pak. Memang pihak real estat consen soal ini. Tetapi tetap karena kita pegang dasar hukum obyek pajaknya adalah sejak ada perolehan tadi dan perolehan karena apa, karena ini,ini, ya kena. terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih saya kira cukup jelas Pak, jadi oleh karena, jadi ini pertanyaan lho Pak ini,jangan membuat DIM bam, ini pertanyaan ya ?

F-KP(BEN MESSAKH, SE):

Bukan masalah baru, hanya F-KP ingin mempertanyakan itu memohon pertimbangan kita. Real estate ibarat kalau dia seperti perusahaan yang mengalihkan hak, kalau sudah dikenakan Bea Ealik Nama berarti 10 %

(51)

akan dibcbankan maSYilrnkat, ini! saja pertimbang;lrmyao (J!t.:h karena iltu mungkin perlu kita pertimbangkan nanti pada waktu pcmbebasan pajak

ini, sehingga m isalnya mmah yang, atau dengan tanah yang 30 juta alau 60

juta kebawah tidak kena, Misalnya itu saja Pak, jadi minta pertimbangan saja, lebih tidak

PEMERINTAH :

Saya setuju dengan Pak Messakb yang kami hormati

Otomatis 30 juta tanpa dia melihat usahanya apa, itu tidak ken3, itu saja

patokan kita, jadi lebih gamlPang Pak. Jadi tidak akan terbcbani yang k(~cil·­

kecil, yang RSS dan RS, itu otomatis, karena memang benar bahwa nanti dia akan terus kepada konsumen, jadi transfer diteruskan, akan tarn bah mahal, yang kecil RS dan RSS akan terbebas dengan 30 juta Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Saya kira ini kita putuskan saja, untuk nomor 54 adalah Panja-Timus, setuju Pak. Timusnya dari F-PDt

(RAPAT: SETU.JU)

55, tetap, tetap, tetap, ini PDT sama redaksional saya kira Timus, Panja Timus.

(RAPAT : SETU.JU) Nomor 56, oke.

(52)

(RAPAT: SETUJU)

57, ini adalah daTi F-KP perlu ada penjelasan tetapi penjelasan pasal ini. Lalu untuk F-ABRI pertanyaan, kemudian F-PP tetap, F-PDI pertanyaan.

Oleh karena itu maka pertanyaan yang pertama dari F-ABRI saya persilakan. Atau barangkali begini karena ini sl~mua dalam DIM ini adalah pertanyaan yang sarna antara F-PDI dan Pernerintah saya kira langsung saja kalau bisa dijelaskan olsh Pemerintah untuk menjawab F-ABRI dan F-PDI, termasukjuga F-KP.

Yaitu tentang dasar pengenaan tarif pajak sebesar 5 %, mengapa 5 % kok tidak kurang dari 5 %.

F-KP (DRS. H. MUCHSIN RID JAN) : Bisa di jelaskan dulu Pak,

Sebelum dijelaskan nanti supaya tidak dua kali, F-KP mcnyadari bahwa dari hasil kunjungan karja F-KP ke daerah pada saat reses masa yang lalu kami mengirirn khusus untuk rnasalah-masalah ini, antara la:in bahwa beban perolehan hak atas tanah dan bangunan ini relatif cukup banyak antara lain PPN, PPh, Pelepasan Hak baru dan setiap transaksi, disamping hal-hal yang tadi juga ada biaya untuk Lurah, Camat, Notaris dan sebagainya.

Oleh karena itu dilain cara perhitungan sc!perti itu juga apabila kita melihat cara perhitungan PBB, apabila kita kaJi ada 0,5% x 20 % NJOP dan kurang lebih 50 kali lipat dari pada harga ini, oleh karen a itu kita ingin jadi 0,5lmil dari pada. Oleh karen a itu kita mohon penjelasan yang agak mendasar dari Saudara Menteri kaitan dengan tarif Pajak ini. Sabab tarif

(53)

pajak ini yang menyangkut hajat hidup orang banyak nanti, oleh karena itu kami harapkan penjelasannya tidak sekilas karena ini menyangkut hal-hal yang sangat mendasar dan akan sangat di dengar oleh masyarakat nanti, karena setiap transaksi atau setiap perolehan hak nanti, ujung-ujungnya adalah kemari .. Inilah hal-hal yang ingin kami sampaikan, sekali lagi kami harapkan penje\asannya agak mendasar. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Yaitu kar'ena supaya lebih apa namanya, diskusi kelihatannya mencerminkan demokratis kalau satu sudah mengutarakan, pertanyaan saya berikan kesempatan ke fraksi lain, F-PDI.

F-PDI (SETYADJI LAWI, BA) : Terima kasih.

Pertanyaannya ini sarna dengan rekan F-KP Pak, bahwa ternyata di dalam usaha mendapatkan hak itu, beban yang dipikul selama ini kecuali yang diterima oleh Pemerintah kalau tanah negara itu membayar ganti rugi kepada negara, tetapi pungutan-pungutan terutama di desa, Kelurahan ada banyak antara lain Biaya ukur, kemudian ada lagi perubahan leter c, ada lagi kemudian pologoro, ada kemudian biaya saksi, ada lagi kemudian biaya pembangunan desa. Yang kalau itu dijumlah kurang lebih 5 % ini, oleh karena itu andai kata ini sudah ada ketetapan ini berarti semuanya itu dijamin tidak ada lagi, tidak ada lagijaminannya sampai dimana itu? sebab nanti Pak Lurahnya ini yang paling Pertama akan membuat satu modus baru yang diluar 5 % ini, dan itu tidak bisa terjangkau oleh kita. Karena itu dasar perhitungan 5 % ini apa, apakah setelah pengenaan 5% seperti yang dijawab oleh Pemerintah pada waktu menjawab pemandangan Umum Fraksi bahwa iitu akan hapus semua itu jamimannya dimana ? sebab kalau nanti istilah baru atau modus baru dari Kelurahan Menting, Menting itu

(54)

minta semacam sebagian kebahagiaan, dapat rejeki ) 00 begitu memberi kepada sanak 10, itu namanya yang 10 mendang narnanya, mendang kepada saya.

Jadi itu Pak ya, jadi jelas sekali bahwa peristiwa ten tang adanya ini sudah membuat kecut hati tingkat bawah terutama dari Kelurahan, kalau PPAT ada ongkosnya, tetapi kalau Kelurahan kan ini tidak termuat dimana-mana itu hanya makna rukun saja, artinya sama-sarna mufakat.

Jadi itulah Pak 5% ini apakah sUldah dihitung sampai disitu. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, Silakan F-ABRI. F-ABRI (DARYANTO, SE, MM): Terima kasih Pak.

Bapak dan Ibu sekalian yang saya hormati.

Sebenamya F-ABRI itu hanya ingin tahu, kami mohon penjelasan Pemerintah sehingga kami memahami, mengapa tarif itu 5%, jadi kami kalau setuju itu mengerti demikian dasamya, sehingga kami hanya ingin penjelasan dari Pemerintah, karena terus terang ini juga akan membebani pada masyarakat yang tadi dikatakan eoleh F-KP.

Seknan, terirna kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

(55)

Saya persilakan Pemerintah untuk menjawab 3 pertanyaan dari Fraksi Pemerintah.

Pimpinan dan Para Anggota Pansus yang kami hormati.

Kami sungguh sangat menghargai, bahwa kita memperbincangkan dalam-dalam masalah ini. Jika bol,eh sebagai suatu penyegaran bagi kita bersama, bahwa diajukannya RUU ini dan

paRa

ini yang langsung ada kaitan dengan daerah dan disitu ada obyek pajak baru yaitu pajak bahan bakar kendaraan bermotor itu suatu kesatuan paket, dalam arti kata semua apa namanya pokoknya pungutan-pungutan itu dengan nama dan bentuk apapun juga yang tidak berdasarkan UU itu harus gugur demi hukum, dengan kata lain ditertibkan, itu lebih baik dari pada macam-macam namanya. tapi kalau jumlah banyak itu memang untuk masyarakat tidak enak, kecil-kecil seperti open ended, jadi memang asumsinya adalah demikian. Setelah diperhitungan dengan matang-matang khususnya disini dengan pihak Departemen Dalam Negeri dan disini nanti dalam 5?, ini ada bagiannyajuga untuk Kantor Pertanahan Nasional sebagai mana kami kemukakan di dalam Penjelasan Pemerintah waktu mengantar RUU ini, dan demikianjuga dalam jawaban pada waktu tingkat II.

Kami sampai pada angka 5 % dengan asumsi tadi itu, dan memang tugas dari pada Pemerintah nanti untuk menertibkan yang tadi disebut macam-macam dan tugas dari pada Dewan untuk mengawasi pelaksanaan daripada UU ini. Silakan nanti kalau setelah ini ada yang ini itu, Dewan inikan nanti tidak ada lagi Pansus inikan karena ada Komisi yang bersangkutan" jadi selain itu kalau dikaitkan dengan PPh itu yang sekarang 5 % final pad a waktu transaksi dibebankan kepada penjual itu sebagai penggantli capital gains, kalau PPn hanya terkenakan kalau akan pematangan seperti real estate, itupun mekanisme pajak keluaran tapi tanah mentah tidak ada PPn-nya, tanah rakyat tidak ada tapi kalau real estate tentunya itu akan berupa pajak masukan nanti diperhitungkan dengan pajak pengeluaran itu

(56)

mekanisme PPn biasa, jadi bukan 10 % sebagaimana yang kita kenaI pada waktu pajak penjualan, beda itu, nantiikan netnya 3 - 4 % ...

Karena itu Saudara Pimpilnan dan para Anggota Pansus yang kami hormati, bahan ini baik sekali dapat kita kaji, dan untuk mengingatkan Pemerintah dan para Anggota Dewan juga karena dalam rangka tingkat pengawasan bahwa kalau kita sepakati RUU ini juga sama saja dengan RUU yang kemarin barn kita selesaikan dalam Tingkat Pansus, ini mernpakan sarana hukum yang Undang-Undang yang sekaligus untuk menertibkan berbagai pungutan-pungutan yang seringkali terns terang saja kurang dasar hukumnya, bahkan tidak jelas dasar hukumnya. ltulah motivasi utama sebetulnya dilahirkannya kedua RUU ini.

Selain itu sebagaimana kami sampaikan kemarin, kalau ini kita sepakati telah hampir dapat dipastikan bahwa penerimaan daerah itu akan meningkat dengan tanpa yang macam-macam.

Ini komitmen politik kita yang tentunya tugas kami yang sekarang mewakili Pemerintah dalam mengatur RUU, kami akan ingatkan bahwa inilah komitmen kita kepada instansi-instansi yang bersangkutan, jangan sampai sudah nanti ada macam-macam, memang nawaitunya adalah demikian Saudara Ketua, karena itu dengan penuh penghargaan kami terhadap kepedulian kita yang sangat mendalam terhadap hal ini, maka kami mohon dengan sangat bahwa hendaknya tarif ini dilihat dalam kesatuan pemikiran dan kesaruan paket dengan RUU yang kemarin barn kita selesaikan dalam level Pansus, hendaknya hal ini dilihatnya dalam konteks yang demikian.

Terima kasih. KETUARAPAT: Terima kasih.

(57)

Kalau bolelh barangkali dari kami mahan klasifikasi darijawabal1 Bapak Menteri, karena dari dua Fraksi ini menginginkan ada penurunan, dari apa yang dijelaskan oleh Bapak Menteri kelihatannya tidak bisa turun,jadi 5 % itu dipandang fleksibel untuk kepentingan untuk kepentingan pajak daerah dan diharapkan pendapatan daerah akan meningkat. Terima kasih.

Jadi klasifikasi dari Bapak menteri kelihatannya Pemerintah tetap 5 % dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah disampaikan, oleh karena itu saya pertanyakan kepada Fraksi-Fraksi yang menginginkan penurunan.

Dari F-PDI ada jawaban, saya kira sudah jelas tadi. Dari F-KP, Kami persilakan.

F-KP (DRS. MUCHSIN RIDJAN) : Saudara Pimpinan.

Setelah kami mendapatkan penjelasan yang begitu lengkap dan sampai satu kesimpulan, hampir dipastikan bahwa pendapatan daerah itu akan meningkat, disamping itu ada kesatuan dari pemikiran Pemerintah bahwa hal-hal yang secara filosofis tidak mengenallagi pajak ganda, kami sangat gembira. Demikian pula hal-hal yang telah dijelaskan tadi ada semacam komitmen politik kita dan bersama-sama akan terjun ke lapangan nanti melihat pelaksanaan di lapangan apakah ini Iberjalan baik atau tidak, sebab hal ini akan menyangkut nama baik kita semua, sebab kenyataan di lapangan bahwa hal-hal apabila berhubungan langsung, kontak person antara pejabat, ya apakah yang diwakili Pak Lurah atau Carnat dan sebagainya, kalau ini bisa kita simpulkan bahwa ada semacam komitmen politik yang kita bisa sepakati dan dalam rangka perjuangan untuk penyederhanaan berbagai pungutan yang tadi kita sepakati, maka menurut hemat kami bisa kita pertimbangkan untuk kita Panjakan.

(58)

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi masih Panja, belum menyepakati deltlgan tarif 5 %. Baik kalau memang Panja.

INTERUPSI F-KP (DRS. H. HASANUDDIN) :

Saudara Ketua.

Tidak akan mengubah apa yang disampaikan rekan kami tetapi mudah-rnudahan statement keinginan politik Pernerintah ini dapat terlaksanakan jangan sarnpai seperti iklan, sebab di lapangan itu lain Bapak Menteri, contoh di Subang saya menghadap carnat untuk rneminta akte jual beli disahkan, kemudian datang Lurah langsung minta Rp. 300.000,- , Camat rninta Rp. 678.700,- dari angka itu sudah hampir mencapai Rp- I juta itu barn akte jual beli saja dan tanpa itu tidak ada dan bagairnana rnungkin kita akan mensertifikatkan, rnendaftarkan ke Kantor BPN kalau tidak keluar dari Kantor Carnat. Jadi mudah-mudahan hal-hal seperti ini nanti ada sanksinya bagi pejabat; kalau tidak itu toh rnerupakan teori saja. Terirna kasih.

KETUARAPAT:

Baik, terima kasih.

Selanjutnya kami persilakan F-ABRI.

F-ABRI (SOEWARNO) :

(59)

Kami bisa mengerti apa yang menjadi alasan atau latar belakang dari Pemerintah untuk menentukan 5 % ini dan dari alasan yang diberikan Pemerintah tadi, secara prinsip memang kami bisa terima, tetapi tadi adanya satu komitmen dari Menteri Keuangan bahwa dengan ini akan ditempuh suatu mekanisme sedemikian rupa sehingga di lapangan tidak ada istilah panting krentil yaitu seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Hasanuddin tadi.

Untuk ini mohon dari Pemerintah khususnya Menteri Keuangan beserta Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agraria bisa menciptakan suatu mekanisme sehingga hal-hal seperti ini bisa di hindarkan, bisa dicegah terjadinya, dengan demikian kita semua akan merasa senang.

Terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasiih dad F-ABRI yang prinsipnya menyetujui, hanya dimohon juga yang ada ganjalan tadi hilang

Namun oleh karena darii F-KP masih menginginkan Panja, maka untuk DIM 57 kita panjakan. Apakah dapat disepakati ?

(RAPAT : SETUJU) Kemudian kita lanjutkan DIM 58 oke, DIM 59 oke.

(RAPAT : SETUJU) DIM 60, redaksional jadi Panja Timus.

Referensi

Dokumen terkait

• Tujuan Utama dari membangun tim proyek adalah agar tiap orang yang berada dalam tim dapat bekerja sama dengan efektif demi meningkatkan kinerja proyek • Training. • Team

Sesuai dengan tanggapan 42 responden dan item-item pernyataan, maka disiplin tanggung jawab kerja telah diterapkan dengan baik, sehingga pada variabel kedisiplinan

Siswa kelas rendah yaitu mereka yang berada di rentang antara kelas satu hingga kelas 3 Sekolah Dasar. Dalam perkembangan intelektualnya siswa yang berusia antara

negara sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Namun, sistem pemerintahan yang ditetapkan oleh UUD 1945 belum dapat

Dan ketentuan ini tidak hanya berlaku pada SS dimana terdapat peserta sesuai dengan Kelas / Group yang berhenti atau tidak menjalani SS dan masih diperhitungkan

Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini

Persiapan yang harus direncanakan sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu: a) Membuat surat izin penelitian sekolah. b) Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan

a) Otomatisasi pemasaran agar pemasaran dapat dilakukan secara otomatisasi tanpa perlu bertransaksi langsung antara konsumen dengan produsen, dengan kata lain tanpa