• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOLOGI DAN POTENSI SUMBERDAYA ANDESIT DAERAH SARIMUKTI DAN SEKITARNYA KECAMATAN CIPEUNDEUY, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEOLOGI DAN POTENSI SUMBERDAYA ANDESIT DAERAH SARIMUKTI DAN SEKITARNYA KECAMATAN CIPEUNDEUY, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT. Abstrak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1

GEOLOGI

DAN

POTENSI

SUMBERDAYA

ANDESIT

DAERAH

SARIMUKTI

DAN

SEKITARNYA

KECAMATAN

CIPEUNDEUY,

KABUPATEN

BANDUNG

JAWA

BARAT

Oleh:

Willy Apryanto P.DS.1), Djauhari Noor2), M.A. Karmadi3)

Abstrak

Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa kekar, lipatan dan patahan. Struktur kekar yang dijumpai adalah kekar gerus dan kekar tarik, struktur lipatan berupa antiklin Sirnajaya dan Sarimukti serta sinklin Kertamukti. Struktur patahan berupa sesar anjak Cipanengah dan sesar geser jurus Cimangsud. Keseluruhan struktur yang terdapat di daerah penelitian terbentuk dalam satu periode tektonik, yaitu pada kala Pliosen – Plistosen dengan araah gaya utama utara-selatanatau N 15° E. Penelitian tugas akhir ini dilakukan didaerah Sarimukti dan sekitarnya, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dengan luas penelitian ± 66 kilometer persegi, berjarak 125 Km ke arah timur dari Kota Bogor.

Berdasarkan genetiknya geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan, satuan geomorfologi bukitintrusi, satuan geomorfologi perbukitan gunung api, dan satuan geomorfologi dataran aluvial.Pola aliran sungai yang terdapat didaerah penelitian yaitu pola aliran radial, rektangular, dan paralel. Tahapan erosi sungai didaerah penelitian berada pada tahapan muda, dewasa, dan tua, sedangkan jentera geomorfiknya berada pada tahapan muda dan dewasa.

Stratigrafi daerah penelitian diawali dengan diendapkannya satuan batuan tertua berupa Batupasir selang seling batulempung sisipan breksi (Formasi Cantayan), berumur Miosen Akhir (N16 – N18), pada lingkungan laut dalam. Batuan Terobosan Andesit diperkirakan terbentuk pada Pliosen Akhir bersamaan dengan orogenesa Plio-Plistosen. Satuan Breksi Gunungapi dan Tufa Pasiran menindih tak selaras diatas Satuan Batupasir selang-seling Batulempung sisipan Breksi diendapkan di lingkungan darat pada kala Plistosen Awal. Satuan Aluvial Sungai merupakan satuan batuan termuda yang dijumpai menutupi batuan-batuan yang lebih tua yang dibatasi oleh bidang erosi. Potensi bahan galian yang berada di daerah penelitian adalah batuan beku andesit. Pemanfatan batuan beku andesit dapat digunakan sebagai bahan baku bangunan. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan dengan metoda perhitungan kontur diperoleh hasil 22.853.615,63 m3 atau 52.563.314,5 ton.

Kata Kunci : Antiklin, Sinklin, Andesit, Tambang 1. UMUM

Daerah Sarimukti dan sekitarnya, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung, Jawa Barat berjarak + 120 km dari Kota Bogor, untuk mencapai lokasi dapat di tempuh sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Bogor, dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat melalui lintas Bogor – Cianjur - Cipeundeuy (lokasi penelitian), dan dilanjutkan dengan berjalan kaki dari lokasi

penelitian ke lintas sungai dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua.

2. KONDISI GEOLOGI 2.1. Geomorfologi

Berdasarkan ciri bentang alam dan hasil pengamatan batuan di lapangan dan morfologi daerah penelitian, serta struktur pengontrol dan bahaya perkembangan erosi, maka berdasarkan genesa geomorfologi daerah

(2)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2

penelitian dapat dikelompokan menjadi empat

satuan geomorfologi berdasarkan

morfogenetik yaitu :

1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan

2) Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi 3) Satuan Geomorfologi Perbukitan

Gunungapi

4) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial

2.1.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat patahan

Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan merupakan morfologi yang dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan dan patahan. Satuan ini dicirikan pebukitan yang disusun oleh batuan sedimen yang terlipat dan terpatahkan, membentuk punggungan hogback dan cuesta serta terdapat gawir-gawir sesar.

Satuan batuan yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah satuan batupasir selang seling batulempung sisipan breksi telah mengalami perlipatan dan terpatahkan.Satuan geomorfologi ini menempati ± 39% dari luas daerah penelitian dan pada peta geomorfologi diberi hijau, penyebaran satuan ini berada di bagian tengahmemanjang ke arah timur daerah penelitian.

Satuan ini berada pada ketinggian antara 350 – 500 meter di atas permukaan laut dengan kelerengan berkisar antara 30% - 50%.Proses-proses geomorfologi yang terjadi pada satuan geomorfologi ini adalah pelapukan batuan berupa tanah dengan ketebalan berkisar antara 30cm – 1m, erosi yang berupa erosi drainase (ravine erotion) hingga erosi lembah (valley erotion).

2.1.2. Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi

Litologi penyusun satuan geomorfologi ini adalah batuan terobosan Andesit, menempati ± 8,5% dari luas daerah penelitian dan pada peta geomorfologi diberi warna merah. Penyebaran satuan geomorfologi bukit intrusi berada di bagian tengah lembar peta.

Morfometri satuan geomorfologi ini berada pada ketinggian antara 500 – 600 meter di atas permukaan laut dengan kelerengan berkisar antara 25% - 40%. Proses-proses geomorfologi yang teramati adalah pelapukan batuan berupa tanah dengan ketebalan berkisar antara 20cm – 1m serta erosi yang berupa erosi alur (ravine erotion) hingga erosi saluran (gullyerotion).

2.1.3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi

Satuan ini di daerah penelitian menempati ± 51% dari luas daerah penelitian, tersebar mengitari hampir seluruh daerah penelitian dan pada peta geomorfologi diberi warna orange. Satuan geomorfologi ini berada pada ketinggian antara 250 – 550 meter dpl.dan kelerengan berkisar antara 5% - 15%.

Proses-proses geomorfologi yang teramati pada satuan geomorfologi ini adalah pelapukan batuan berupa tanah dengan ketebalan berkisar antara 20cm – 2 m dan erosi yang berupa erosialur (ravin erotion) hingga erosi saluran (gullyerotion).

(3)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3 2.1.4. Satuan Geomorfologi Dataran

Aluvial

Satuan geomorfologi dataran aluvial di daerah penelitian berada pada ketinggian antara 212,5 – 325 meter dpl., dengan kelerengan berkisar 00 - 30, dan menempati ± 2 % dari luas daerah penelitian. Satuan ini menempati daerah sekitar Sungai Ciparang bagian barat laut, dan Sungai Cipunagara bagian timur daerah penelitian. Pada peta geomorfologi,satuan geomorfologi dataran aluvial diberi warna abu-abu.

Proses-proses geomorfologi yang teramati pada satuan geomorfologi dataran aluvial adalah erosi (pengikisan) dan pengendapan (sedimentasi), sedangkan jentera geomorfik satuan ini berada dalam tahapan muda dikarenakan proses pengendapan masih terus terjadi hingga saat ini.

3. STRATIGRAFI

Berdasarkan jenis litologi dan sejarah sedimentasi daerah Jawa Barat, menurut Soejono M (1984), Jawa Barat dibagi menjadi 3 mandala sedimentasi, yaitu : mandala paparan kontinen, cekungan Bogor dan cekungan Banten.

3.1. Mandala Sedimentasi Paparan Kontinen

Mandala paparan kontinen menempati bagian Utara Jawa Barat,dengan batas selatan dibagian timur adalah Gunung Kromong, Jatiluhur sampai Cibinong Jawa Barat, menyebar ke utara mencapai pantai utara Pulau Jawa. Satuan batuan terbawah yang menyusun mandala paparan kontinen adalah Formasi Cibulakan batuan terdiri dari napal sisipan batugamping ditutupi oleh Formasi Parigi batuan terdiri dari batugamping yang berumur Miosen Tengah, selanjutnya diendapkan Formasi Subang batuan terdiri dari batulempung dan napal sisipan batupasir,kemudian diendapkan Formasi Kaliwangu batuan terdiri dari batupasir dan batulempung tufaan dengan sisipan lignit dan umumnya kaya akan fosil moluska, adanya konglomerat ditemukan sebagai sisipan, di atasnya diendapkan Formasi Citalang batuan terdiri dari konglomerat. Terakhir diendapkan Formasi Tambakan batuan terdiri dari endapan lahar berupa breksi. Lingkungan pengendapan pada Mandala Paparan Kontinen ini adalah laut dangkal dan mekanisme pengendapannya menunjukan proses laut dangkal dengan kondisi tektonik relatif stabil.

3.2. Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor

Mandala Sedimen Cekungan Bogor tersusun oleh batuan yang berumur Pra-tersier sampai tersier, batuan berumur Pra-tersier berupa komplek melange yang terdiri dari batuan sedimen, batuan beku, dan batuan metamorf. Diatas komplek melange adalah Formasi Ciletuh batuan terdiri dari batulempung, batupasir dengan sisipan breksi. Diatasnya secara selaras ditutupi oleh Formasi Bayah

batuan terdiri daribatupasir,

konglomerat,batulempung dengan sisipan batubara. Dengan tidak selaras diatasnya diendapkan Formasi Batuasih batuan terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping, selanjutnya diatasnya diendapkan Formasi Rajamandala batuan terdiri dari batugamping. Diatas Formasi Rajamandala diendapkan secara selaras Formasi Citarum batuan terdiri dari lanau sisipan batupasir, napal selang-seling batupasir tufaan, dan batupasir greywacke,selanjutnya diatasnya diendapkan Formasi Saguling batuan terdiri dari breksi.

(4)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4

Pada akhir Miosen Tengah diendapkan secara tidak selaras Formasi Bojonglopang berupa batugamping dan Formasi Cimandiri berupa batupasir dan batulempung. Dicirikan oleh batuan sedimen yang terdiri dari endapan laut dalam, laut dangkal, transisi, dan darat.

3.3. Mandala Sedimentasi Cekungan Banten

Mandala ini memiliki batas timur bertepatan dengan garis yang menghubungkan sisi timur Kepulauan Seribu di Laut Jawa, menerus mengikuti Sesar Cidurian di Jasinga serta menerus kearah Selatan menuju Pelabuhan Ratu, batas ini berupa sesar turun yang berumur Miosen Tengah.

Satuan batuan tertua pada Mandala Banten adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen batuan terdiri dari konglomerat, batulempung sisipan batubara, dan batugamping. Secara selaras di atasnya diendapkan Formasi Cicarucup batuan terdiri dari batupasir konglomerat sisipan batubara dan batupasir kuarsa.

Di atasnya secara tidak selaras diendapkan Formasi Citarate batuan terdiri dari batulempung, batupasir, dan konglomerat. Selanjutnya secara selaras diatasnya diendapkan Formasi Cimapag batuan terdiri dari batupasir tufaan dan batugamping, kemudian secara selaras diatasnya diendapkan Formasi Bojongmanik batuan terdiri dari tufa pasiran, batugamping, batupasir arkose, dan batulempung. Kemudian secara tidak selaras di atasnya diendapkan Formasi Genteng batuan terdiri dari tufan, lingkungan pengendapan Mandala Banten adalah laut dangkal yang berumur Miosen kemudian menjadi dataran pada Kala Pliosen.

4. STRUKTUR GEOLOGI

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pengukuran unsur-unsur struktur geologi berupa bidang gores garis, cermin sesar, milonitisasi, ketidak teraturan kedudukan perlapisan batuan, arah kekar dan didukung oleh penafsiran peta topografi berupa kelurusan lembah, kelurusan bukit, kelurusan sungai, pembelokan sungai secara tiba-tiba, maka struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian adalah: (a). Kekar; (b). Perlipatan; (c). Sesar.

Untuk mempermudah dalam pengenalan dari setiap struktur-struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian, maka penamaannya disesuaikan dengan nama lokasi geografis setempat.

4.1. Struktur Kekar

Struktur kekar yang dijumpai di daerah penelitian mempunyai ukuran panjang yang bervariasi, mulai dari ukuran beberapa centimeter sampai berukuran meter. Struktur kekar tersebut banyak dijumpai pada satuan batupasir selang seling batulempung sisipan breksi. Struktur kekar yang berkembang di daerah penelitian terdapat 2 (dua) jenis yaitu kekar gerus (shearjoint) dan kekar tarik (compression joint).

Kekar gerus (shear joint). Ciri kekar ini umumnya mempunyai bidang yang rata dan lurus serta tidak terpengaruh oleh kadar dan sifat batuan, dapat memotong batuan yang keras tanpa berubah arah dan kekar ini umumnya berpasangan. Di daerah penelitian kekar gerus dijumpai berarah N 40° E - N 45° E dengan kemiringan berkisar antara 75° - 82°, dan pasangannya dengan arah umum N 339° E sampai N 347° E dengan kemiringan berkisar antara 78 ° - 80 ° (foto 4-1).

Kekar tarik (tensional joint atau gash fracture). Kekar tarik di daerah penelitian dijumpai dibeberapa tempat, seperti di Sungai Ciwaru, Sungai Cicendo, dan Sungai Cimangsud. Pada umumnya kekar jenis ini dijumpiai terisi oleh mineral-mineral kalsit dan silika. Hasil pengukuran kekar tarik di lapangan berarah N 15° E - N 22° E dengan kemiringan bidang kekar 78° sampai 82° (foto 4-2).

(5)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5 4.2. Struktur Lipatan

Struktur lipatan yang terdapat di daerah penelitian adalah berupa antiklin dan sinklin. Lipatan yang kemiringan lapisan batuan ke arah berlawanan disebut antiklin dan kemiringan lapisan batuan ke satu arah disebut sinklin. Lipatan yang terdapat pada daerah penelitian adalah (gambar 4.2) :

1. Antiklin Sirnajaya 2. Sinklin Kertamukti 3. Antiklin Sarimukti

4.2.1. Antiklin Sirnajaya

Antiklin Sirnajaya dijumpai di daerah penelitian pada satuan batuan batupasir selang seling batulempung sisipan breksi mempunyai sumbu sepanjang ± 2.6 km, penamaan antiklin ini didasarkan pada sumbu antiklin yang melewati Desa Sirnajaya. Struktur antiklin sirnajaya terletak di utara daerah penelitian mempunyai arah umum barat – timur, dicirikan dengan kedudukan batuan sayap bagian utara N 271° E sampai N 279° E kemiringan 29° sampai 36°, serta kedudukan batuan sayap bagian selatan N 95° E sampai N 117° E kemiringan 30° sampai 36°. Antiklin ini dapat diklasifikasikan sebagai antiklin simetris,. Antiklin ini dipotong oleh sesar mendatar Cimangsud.

4.2.2. Sinklin Kertamukti

Sinklin Kertamukti dijumpai di daerah penelitian pada satuan batuan batupasir selang seling batulempung sisipan breksi mempunyai sumbu sepanjang ± 1.16 km, penamaan sinklin ini didasarkan pada sumbu sinklin yang melewati Desa Kertamukti. Struktur sinklin Kertamukti terletak di bagian timur daerah penelitian mempunyai arah umum barat – timur, dicirikan dicirikan dengan kedudukan batuan sayap bagian utara N 85° E sampai N 117° E kemiringan 34° sampai 36°, serta kedudukan batuan sayap bagian selatan N 245° E sampai N 265° E kemiringan 31° sampai 33°. Sinklin ini dapat diklasifikasikan sebagai sinklin simetris.

4.2.3. Antiklin Sarimukti

Antiklin Sarimukti dijumpai di daerah penelitian pada satuan satuan batuan batupasir selang seling batulempung sisipan breksi mempunyai sumbu sepanjang ± 3,2 km, penamaan antiklin ini didasarkan pada sumbu

antiklin yang melewati Desa Sarimukti. Struktur antiklin Sarimukti terletak di bagian tengah daerah penelitian mempunyai arah umum barat – timur, dicirikan dengan kedudukan batuan sayap bagian utara N 260° E sampai N 271° E kemiringan 33° sampai 35°, serta kedudukan batuan sayap bagian selatan N 87° E sampai N 90° E kemiringan 31° sampai 34°. Antiklin ini dapat diklasifikasikan sebagai antiklin simetris.

4.3. Struktur Patahan (Sesar)

Berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur struktur geologi di lapangan dapat diketahui bahwa di daerah penelitian terdapat 2 jenis sesar, yaitu (gambar 4.3):

1. Sesar Naik :

Sesar Naik Cipanengah 2. Sesar Mendatar :

Sesar Mendatar Cimangsud

4.3.1. Sesar Naik Cipanengah

Sesar Naik Cipanengah diketahui berdasarkan indikasi sesar sebagai berikut berupa perubahan kemiringan perlapisan dari keadaan normal 25° - 33° ke arah yang lebih terjal 56° - 69° (foto 4.3), gawir sesar dengan memperlihatkan (milonitisasai) pada Sungai Cipanengah dengan arah umum N 81⁰ E (foto 4.4). dan indikasi lain berupa Bidang sesar N 2760 E/ 440, pitch 860 disungai Cipanengah LP-19 (foto4.5)

Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Sesar Naik Cipanengah merupakan sesar naik yang berarah barat – timur.

4.3.2. Sesar Mendatar Cimangsud

Penamaan Sesar mendatar Cimangsud dikarenakan jalur sesar ini melalui sungai Cimangsud yang berada di bagian timur sebelah utara lembar peta, memanjang dari

(6)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6

Baratlaut – Tenggara sepanjang ± 8 kilometer. Sesar ini memotong perselingan batupasir dan batulempung sisipan breksi.

Adapun bukti-bukti struktur sesar mendatar Cimangsud di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan lapisan batuan yang tidak beraturan yang terdapat di Sungai Cimaksud.

b. Bidang sesar dan gores garis (slicken side) dengan kedudukan N 3180 E/ 260, pitch 90. c. Kelurusan sungai Cimangsud yang berarah

Baratlaut – Tenggara,

5. SEJARAH GEOLOGI

Sejarah geologi daerah penelitian di mulai pada Awal Miosen Akhir (N16), yang diawali dengan mulainya terjadi pengendapan batupasir yang berselingan dengan lempung dan sisipan breksiyang berasal dari sedimen yang berada di tepi lereng-lereng benua kemudian mengalami longsoran masuk kedalam laut yang lebih dalam sebagai endapan aliran gravitasi (turbidit). Pengendapan ini berlangsung hingga Miosen Akhir (N18) dengan sumber sedimentasi yang berasal dari selatan.

Daerah penelitian mulai mengalami pengangkatan akibat terjadinya orogenesa Pliosen yang menyebabkan satuan batuan batupasir selang-seling batulempung dan sisipan breksi mengalami perlipatan membentuk struktur antiklin dan sinklin. Tektonik ini berlanjut terus yang menyebabkan satuan batuan yang ada mulai terpatahkan membentuk sesar naik dan berlanjut dengan sesar-sesar mendatar. Akibat adanya orogenesa ini di daerah penelitian terjadi juga aktivitas magma yang menerobos bidang-bidang lemah membentuk batuan intrusi Andesit yang diduga terjadi pada kala Pliosen Akhir. Pada kala Plistosen, kegiatan magma terus berlanjut yang menyebabkan terjadinya aktivitas volkanisme. Hasil aktivitas volkanisme kemudian diendapkan di

daerah penelitian sebagai endapan breksi gunungapi dan tufa pasiran.

Pada kala Holosen aktivitas volkanisme mulai menurun dan berhenti. Seiring dengan waktu geologi di daerah penelitian mulai terjadi proses-proses eksogen yang menyebabkan terjadinya pelapukan batuan-batuan yang ada yang kemudian tererosi dan diangkut oleh sungai-sungai yang ada dan sebagian material hasil pengangkutan sungai diendapkan di saluran-saluran sungai sebagai endapan gosong pasir dan endapan dataran banjir. Satuan endapan aluvial sungai ini menutupi satuan batuan yang lebih tua dengan batas berupa bidang erosi.

6. POTENSI SUMBER DAYA BANTUAN ANDESIT

6.1. Kondisi Geografis Potensi Sumberdaya Batuan Andesit

Intrusi andesit dapat ditemukan di bagian tengah mengarah ke timur daerah penelitian dimana lokasi ini merupakan perbatasan antara 3 desa yaitu Desa Sarimukti, Desa Kertamukti dan Desa Sirnajaya. Berada pada ketinggian 500 meter dengan titik puncak pada ketinggian 601 meter, dengan bentuk yang kokoh, berupa bukit yang berbentuk kerucut (foto 6.1).

Foto : 6.1 Pasir Susuru yang memprlihatkan

bentuk kerucut

Untuk mencapai ke lokasi intrusi andesit (Gunung Susuru) dapat ditempuh dengan melewati Desa Sarimukti kemudian dilanjutkan mengikuti jalan yang menuju desa Nanggeleng. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua dan dilanjutkan dengan berjalan kaki (gambar 6.1).

(7)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7

Menurut pengamatan di lapangan sebagian besar wilayah di sekitar lokasi merupakan wilayah perkebunan dan persawahan, aktifitas warga di sekitar biasanya dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Biasanya warga pergi pada pagi hari untuk berkebun maupun mengurus sawahnya kebanyakan dari mereka sambil membawa hewan ternak untuk sekalian diberi pakan, dan kemudian kembali pulang pada sore harinya. Penduduk di sekitar belum ada yang memanfaatkan batuan andesit ini baik dari segi apapun dikarenakan lokasi dekat dengan daerah Padalarang yang merupakan produsen batu kapur dan marmer, sehingga masyarakat belum mengetahui potensi sumberdaya batuan andesit di gunung Susuru tersebut..

6.2. Metode Perhitungan Sumber Daya

Dalam perhitungan sumber daya bahan galian di daerah peneltian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:

1. Tahapan perhitungan luas

Dalam perhitungan luas digunakan metode gridding, yaitu perhitungan luas yang membagi area pada peta yang berbentuk bujur sangkar.

2. Tahapan perhitungan volume

Dalam perhitungan volume digunakan metode kontur menurut B.C.Craft and M.F.Hawkins (1959) (tabel 6.1 dan gambar 6.1.)

Tabel 6.1. Metode perhitungan volume sumber daya bahan

galian dengan metode kontur berdasarkan B.C.Craft and M.F.Hawkins, 1959 dalam “Petroleum

Gambar 6.1. Gambar yang memperlihatkan perhitungan

volume berdasarkan B.C.Craft and M.F.Hawkins, 1959 dalam “Petroleum Reservoir Engineering”

6.3. Perhitungan Sumber Daya Batuan Andesit

Kajian mengenai ketedapatan sumber daya andesit di Pasir Susuru hanya dilakukan berupa perhitungan jumlah sumber dayanya saja tanpa menguji kualitas keteknikan dari batuan tersebut. Sehingga berdasarkan klasifikasi sumber daya menurut SNI, daerah penelitian termasuk ke dalam sumber daya mineral hipotetik.

Perhitungan kuantitas sumber daya bahan galian ini menggunakan metode gridding untuk perhitungan luas (gambar 6.4) dan metode kontur untuk perhitungan volume menurut B.C.Craft and M.F Hawkins (tabel 6.2 dan tabel 6.3).

Dengan menggunakan metode gridding untuk menghitung luas area maka didapat luas sebesar 2.242.000 m2 atau 224.2 ha (gambar 6.3). Perhitungan dilakukan dari ketinggian 450 meter hingga 600 meter. Hal ini dikarenakan adanya jalan dan pemukiman disekitar area yang berada pada ketinggian dibawahnya tersebut, dan jika pada saat dilakukan penambangan tidak membuat cekungan yang nantinya akan menjadi tempat untuk genangan air atau menjadi danau.

Tabel 6.2. Tabel hasil perhitungan sumber daya bahan galian bbatuan

andesit blok 4 dari satuan intrusi andesit dengan metode kontur menurut B.C.Craft and M.F.Hawkins

(8)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8 Tabel 6.3. Tabel hasil perhitungan sumber daya bahan

galian bbatuan andesit blok 5 dari satuan intrusi andesit dengan metode kontur menurut B.C.Craft and M.F.Hawkins

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka didapatkan total volume bersih dari sumber daya bahan galian Andesit sebesar 22.853.615,63 m3 (volume bersih tabel 6.2 + volume bersih tabel 6.3) atau bila dikonversikan dalam satuan ton menjadi 52.563.314,5 ton.

6.4. Pemanfaatan Sumber Daya Andesit Pasir Susuru

Batuan Andesit memiliki peranan yang cukup penting dalam sektor konstruksi, khususnya untuk pembangunan infrastruktur, seperti pondasi untuk jalan raya, untuk bahan campuran beton, agregat, makadam, dan sebagainya.

Berdasarkan informasi yang didapat dari buku “Bahan Galian Industri” yang ditulis oleh Sukandarumidi, dikatakan bahwa secara umum batuan ini memiliki ciri-ciri fisik yaitu umumnya berwarna gelap (abu-abu sampai hitam), tahan terhadap air hujan, dengan berat jenis rata-rata 2,3 – 3 g/cm3 dan nilai kuat tekan berkisar antara 600 - 2400 g/cm2. Untuk kebutuhan bahan baku bangunan umumnya dibutuhkan batuan andesit dengan sifat keteknikan tertentu yang diuji di laboratorium, serta ditunjang hasil analisa petrografi untuk mengetahui komposisi mineral penyusun batuan, maupun untuk mengetahui komposisi mineral gelas, dimana yang diharapkan persentase kehadirannya tidak lebih dari 50% dikarenakan sifat gelas yang mempengaruhi kekompakan batuan. Batuan andesit yang diamati di lokasi penelitian memperlihat ciri – ciri berwarna abu-abu, dengan komposisi mineral berupa plagioklas (60%), piroksen (10%), , hordblend (10%), mineral opak (7%), gelas (5%), dan

biotit (3%), memiliki ketebalan terukur yang tersingkap di permukaan adalah 200 meter (berdasarkan kontur tertinggi dan terendah dari batas penambangan).

Berdasarkan uraian mengenai ciri – ciri yang diamati di lapangan serta hasil analisa batuan secara petrografi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sumber daya andesit daerah penelitian cukup baik jika dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembangunan infrastruktur (campuran sirtu aspal,fondasi rumah,tegel lantai,pengisi bronjong)

7. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka geologi Daerah Sarimukti dan Sekitarnya, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dapat disimpulkan sebagai beikut:

1. Satuan Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Geomorfologi Perbukitan Gunung Api, Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Pola aliran sungai yang terdapat di daerah penelitian adalah pola aliran sungai Radial, Rektangular dan Paralel . Tahapan erosi sungai muda, dewasa, dan tua sedangkan jentera geomorfiknya berada pada tahapan muda dan dewasa.

2. Berdasarkan litostratigrafi, daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan stratigrafi, yaitu: Satuan Batupasir Selang-Seling Batulempung sisipan Breksi (Formasi Cantayan) diendapkan sebagai endapan turbidit pada facies Kipas Tengah Bagian Mendatar dan Berlembah pada Kala Miosen Akhir (N16 –N18). Kemudian diatasnya secara tidak selaras diendapkan Satuan Breksi Gunungapi dan Tufa Pasiran pada kala Plistosen Akhir di lingkungan darat. Batuan terobosan andesit terbentuk bersamaan dengan orogenesa Plio-Plistosen menerobos satuan batupasir selang-seling lempung, dan Satuan Aluvial merupakan satuan termuda yang dijumpai menutupi seluruh batuan yang lebih tua dengan batas erosi.

3. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian adalah kekar, lipatan dan patahan. Kekar berupa kekar gerus dan

(9)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 9

kekar tarik, sedangkan lipatan berupa Antiklin Sirnajaya dan antiklin Sarimukti serta sinklin Kertamukti.Struktur sesar yang dijumpai adalah Sesar naik (sesar anjak)Cipanengah dan sesar geser jurus

(sesar mendatar) Cimangsud.

Pembentukan struktur geologi pada daerah penelitian terjadi pada Kala Awal Pliosen (N19) sebagai pengaruh dari orogenesa Plio-Plistosen.

4. Potensi bahan galian yang dapat dieksplorasi lebih lanjut di daerah penelitian adalah batuan beku andesit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan batugamping secara spekulatif sebesar 22.853.615,63 m3 atau 52.563.314,5 ton .

DAFTAR PUSTAKA

1]. Asikin, Sukendar., 1986, Geologi Struktur Indonesia, Departemen Teknik

Geologi, Institut Teknologi Bandung.

2]. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital

Indonesia lembar Cisalak No. 1209 341, Badan Koordinasi Survey dan

Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor.

3]. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001, Peta Rupabumi Digital

Indonesia lembar Buahdua No. 1209 342, Badan Koordinasi Survey dan

Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor.

4]. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001, Peta Rupabumi Digital

Indonesia lembar Subang No. 1209 343, Badan Koordinasi Survey dan

Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor.

5]. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001, Peta Rupabumi Digital

Indonesia lembar Gantar No. 1209 344, Badan Koordinasi Survey dan

Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. 6]. Bemmelen, R. W. Van, 1949, The

Geology of Indonesia, Vol.

IA : General Geology of Indonesia and

Adjacent Archipelagoes, Government

Printing Office, The Hague, 732 p. 7]. Billings, Marlan P., 1960, Structural

Geology, Second Edition, Prentice – Hall

Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 514p.

8]. Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. “Range Chart, Late Miosen to Recent

Planktonic Foraminifera

Biostratigraphy”, Proceeding of The

First.

9]. Bogie ,I dan Mackekenzie, K.M, 1998.

The application of volcanic facies models to an andesitic stratovolcano hosted geothermal system at Wayang Windu, Java Indonesia. Procceedings,

20 th New Zealand Geothermal Workshop, h 265-276.

10]. Dunham, 1962, Op Cit Mudjur M., 1985,

Petrografi Batuan Metamorf dan Batuan Sedimen, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor.

11]. Koesoemadinata, R.P. 1985, ”PRINSIP

PRINSIP SEDIMENTASI”, Jurusan

Geologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung

12]. Kadarisman, D.S. 2001. Pedoman Praktikum Petrografi. Program Studi

Teknik Geologi Universitas Pakuan, Bogor.

13]. Kadarisman, D.S. 2001. Pedoman Praktikum Mineral Optik. Program

Studi Teknik Geologi Universitas Pakuan, Bogor.

14]. Martodjojo, Soejono, 1984, Evolusi

Cegungan Bogor Jawa Barat,

Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung.

15]. Noor. Djouhari, dan Kadarisman, Denny. S., 2002, Pedoman Ekskursi Geologi

Regional Jawa Barat – 2011, Edisi 4,

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.

16]. Noor. Djouhari ., 2006, Geomorfologi

dan Geologi Foto Edisi I, Program Studi

Teknik Geologi Universitas Pakuan, Bogor.

17]. Noor. Cahyo, Yuniarti .Panduan Praktikum Sedimentologi Analisa Besar

Butir, Universitas Padjajaran 2010

18]. Robert L Folk , 1985, ”PETROLOGY

OF SEDIMENTARY ROCKS”,

Hemphill publishing company Austin Texas.78703

(10)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 10

19]. Thornburry W.D.,1958, Principles Of

Geomorfologi, JHon Wiley and sons,

Inc. London.

PENULIS

1. Willy Apryanto P.DS. ST., Alumni (2013) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakua.

2. Ir. Djauhari Noor, M.Sc. Staf Pengajar Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan

3. Ir. MA. Karmadi, Staf Pengajar Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan

Gambar

Foto : 6.1  Pasir Susuru yang memprlihatkan                          bentuk kerucut
Gambar 6.1. Gambar yang memperlihatkan perhitungan  volume  berdasarkan  B.C.Craft  and  M.F.Hawkins,  1959  dalam  “Petroleum  Reservoir Engineering”

Referensi

Dokumen terkait

Secara komposisi batuan, daerah penelitian tersusun atas beberapa satuan litologi, yaitu Breksi Formasi Kumbang, Batulempung Formasi Tapak, Endapan Volkanik Gunung

 Secara selaras di atas satuan batulempung sisipan batupasir di endapkan satuan batulempung (Formasi Subang) yang berumur sama dengan satuan batulempung

Daerah penelitian terdiri atas lima satuan batuan yaitu berturut-turut dari tua ke muda adalah Satuan Granit Pra-Tersier, Satuan Serpih, Satuan Batupasir-Batulempung,

yang tua ke muda, adalah Satuan Batulempung sisipan Batupasir (Formasi Subang) yang berumur Miosen Akhir (N15– N17) dan di endapkan pada lingkungan laut dangkal

Satuan batuan tersebut berurutan dari tua ke muda yaitu Satuan Batupasir – batulempung yang berumur Miosen Tengah, Satuan Batulempung, Satuan Batugamping dan Satuan Batupasir –

Satuan batuan tersebut berurutan dari tua ke muda yaitu: Satuan Kalkarenit – Batulempung (Kalkarenit) yang disetarakan degan Formasi Rambatan, Satuan Batupasir –

Litologi penyusun satuan geomorfologi ini sebagian besar berupa satuan lempung dengan litologi terdiri dari batupasir, sisipan batulempung dan batubara, dan satuan ini

Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi lima satuan litostratigrafi tidak resmi, dari tua ke muda yaitu Satuan Batulempung – Batupasir, Satuan Batupasir, dan Satuan