Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
303
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI ARCS DENGAN PENDEKATAN
DISCOVERY LEARNING PADA MATA KULIAH KIMIA ANORGANIK TERHADAP
HASIL BELAJAR MAHASISWA
Maria Benedikta Tukan11Program Studi Pendidikan Kimia Unwira Kupang, NTT E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning terhadap hasil belajar mahasiswa; Mendeskripsikan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning terhadap hasil belajar mahasiswa; Mendeskripsikan hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning pada mata kuliah Kimia Anorganik; Mendeskripsikan respon mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran kimia yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning pada mata kuliah Kimia Anorganik. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Unwira Kupang. Penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil tahun ajaran 2016/2017, dengan menggunakan rancangan penelitian Control Group pre-test-post-test Design. Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, meliputi Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran; Lembar Tes Hasil Belajar; Lembar Pengamatan Aktivitas Mahasiswa; dan Lembar Angket Respon Mahasiswa.Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran yang mengintegrasikan strategi motivasi ARCS dalam pendekatan Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa. Dari hasil penelitian ini hendaknya dosen kimia berusaha untuk membelajarkan mahasiswa dengan pendekatan discovery learning dan hendaknya dalam pembelajaran kimia dosen tidak hanya sekedar mentransfer konsep-konsep kimia, akan tetapi memikirkan dan melaksanakan bagaimana proses konsep-konsep itu terjadi, dipahami, dikuasai dan diaplikasikan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.
Katakunci: Discovery Learning, Strategi Motivasi ARCS
A. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor sentral yang menentukan masa depan suatu bangsa. Melalui pendidikan berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan manusia penemu yang sangat diperlukan dalam abad ke XXI yang merupakan era globalisasi. Untuk menghasilkan generasi yang mampu bersaing di dalam era globalisasi peserta didik perlu diberi kesempatan untuk memahami sains dengan baik. Agar mencapai hal ini perlu didukung oleh berbagai komponen salah satu diantaranya adalah dosen.
Dosen adalah kunci keberhasilan pendidikan dan pengajaran. Tanpa pengajaran sains yang baik oleh dosen yang baik, pendidikan sains tidak akan berhasil. Dosen dalam melaksanakan pembelajaran di kelas harus dapat menempatkan aktivitas nyata anak dengan berbagai objek yang dipelajarinya. Berbagai kesempatan harus diberikan kepada anak untuk berinteraksi langsung dengan objek yang sedang dipelajarinya. Dengan kegiatan pembelajaran inilah sebenarnya anak sedang bergelut dan belajar apa yang dinamakan sains, mahasiswa didorong untuk melakukan penelusuran masalah, mencari berbagai penjelasan mengenai fenomena yang mereka alami atau temui. Mengembangkan kemampuan motoriknya dan melatih kemampuan bernalar untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan melakukan berbagai eksperimen yang relevan.
Kenyataan di lapangan sampai saat ini, dosen dalam menyampaikan materi pelajaran cenderung menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat. Dosen hanya
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
304
memfokuskan diri pada penyampaian materi, sedangkan mahasiswa disibukkan dengan mencatat, mengingat, dan menghafal materi. Peserta didik hanya mempelajari sains sebagai produk, menghafal konsep dan teori sehingga sains sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Hal ini diduga sebagai penyebab kemampuan proses sains anak-anak Indonesia rendah (Kerihi; 2011).Salah satu penyebab rendahnya prestasi dibidang sains adalah sistem pembelajaran sains (termasuk kimia di dalamnya) lebih berorientasi pada isi materi sains daripada berorientasi proses sains. Mahasiswa tidak dilatihkan keterampilan-keterampilan sains dan menggunakan keterampilan-keterampilan tersebut untuk membangun atau menemukan konsep/prinsip/solusi dari permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran (Annisa; 2010). Jika kondisi ini dibiarkan maka kemampuan mahasiswa-mahasiswa dalam bidang sains akan tetap berada dalam ranking terbawah. Oleh karena itu, perlu perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pembelajaran. Dosen harus fokus pada tujuan pembelajaran kimia secara utuh. Salah satu yang dapat dilakukan adalah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran kimia sebagai suatu proses penemuan aktif dimana mahasiswa diberikan kesempatan bekerja pada suatu objek dan kejadian serta menguji ide-ide mereka. Pembelajaran ini dapat diwujudkan dalam satu pendekatan pembelajaran yang dinamakan dengan pendekatan
Discovery Learning.
Dalam pendekatan ini, mahasiswa diajarkan cara-cara mencari dan mengorganisasi data dan melatih mahasiswa untuk terampil mengembangkan berbagai konsep. Menurut Joyce and Weil (1992), bahwa belajar penemuan sebagai model pembelajaran akan memunculkan nurturant
effect atau dampak iringan yaitu terbukanya wawasan dan kemampuan untuk
mempertimbangkan alternatif dalam mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dilakukan Reif dan John (dalam Hofstein dan Lunetta, 1982) bahwa pembelajaran discovery
learning lebih berhasil mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir dalam mengembangkan konsep.
Agar mahasiswa mampu membangun dan mengembangkan kemampuannya diperlukan motivasi untuk mendorong mahasiswa agar mau berusaha membangun dan mengembangkan kemampuannya. Motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar mahasiswa. Tanpa adanya motivasi, maka proses pembelajaran akan sulit berjalan dengan lancar. Dalam proses pembelajaran aspek motivasi seringkali terabaikan. Sardiman (1990: 84) menyatakan bahwa hasil belajar akan menjadi optimal apabila adanya motivasi, semakin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pembelajaran itu. Dalam hal ini, perlu menggunakan suatu strategi dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Beberapa macam strategi dapat digunakan salah satunya strategi motivasi Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS) yang dikembangkan oleh John M. Keller dapat
digunakan dosen untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas mahasiswa dalam belajar. Menurut Keller (1987), strategi motivasi ARCS memiliki kelebihan-kelebihan dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dapat meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap materi pembelajaran, (2) menghubungkan materi dengan manfaatnya dalam kehidupan mahasiswa sehari-hari, (3) dapat meningkatkan kepercayaan mahasiswa terhadap materi yang diberikan dosen, dan (4) dapat mewujudkan kepuasan mahasiswa dalam proses pembelajaran dan materi yang dipelajarinya. Sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menggunakan strategi motivasi ARCS, karena kelebihan-kelebihannya tersebut.
Peneliti tertarik untuk menerapkan strategi motivasi ARCS dalam pendekatan discovery
learning, karena melalui pendekatan ini mahasiswa dapat menguasai konsep sains dan juga dilatih
untuk meneliti suatu permasalahan dengan fakta yang ada, dimana mahasiswa melakukan prosedur-prosedur ilmuwan yang digunakan untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengadakan prosedur-prosedur penyelidikan untuk memperoleh solusi atau jawaban. Data yang diperoleh digunakan untuk menguji kebenaran solusi sementara atau hipotesis awal yang telah dibuat. Untuk mencapai hal tersebut, hal yang perlu dikuasai oleh
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
305
seorang dosen adalah menumbuhkan motivasi mahasiswa untuk dapat terlibat dalam pembelajaran yang akan mengakibatkan suasana kelas sangat menyenangkan sehingga tumbuh keingintahuan mahasiswa untuk mengetahui sesuatu masalah yang sedang dihadapinya. Strategi motivasi ARCS potensial untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas mahasiswa dalam belajar. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning terhadap hasil belajar mahasiswa?; Bagaimankah aktivitas mahasiswa selama pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning terhadap hasil belajar mahasiswa?; Apakah ada perbedaan hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran kimia yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning pada mata kuliah Kimia Anorganik?; Bagaimanakah respon mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran kimia yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning pada mata kuliah Kimia Anorganik?B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (True Eksprimental). Penelitian ini diawali mengembangkan perangkat pembelajaran kimia. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Penilaian (LP), Instrumen Lembar Pengamatan (Keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa, dan instrumen angket respon mahasiswa. Sasaran penelitian adalah mahasiswa semester 3 tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Control Group pre-test-post-test Design dengan pola sebagai berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelompok Prete s Perlakua n Postes Kontrol O1 X1 O2 Eksperimen O1 X2 O2
Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP yang dikembangkan. Lembar ini diisi oleh dua orang pengamat pada saat proses perkuliahan berlangsung.
2. Lembar Pengamatan Aktivitas Mahasiswa
Lembar ini digunakan untuk mengetahui aktivitas mahasiswa selama kegiatan belajar mengajar. Lembar ini diisi oleh dua orang pengamat pada saat perkuliahan berlangsung.
3. Lembar Penilaian Hasil Belajar
Lembar tes ini dilengkapi dengan kisi-kisi test dan butir test yang disusun oleh peneliti berdasarkan tujuan perkuliahan yang hendak dicapai dalam upaya untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan.
4. Lembar Angket Respon Mahasiswa
Instrumen ini digunakan untuk mengukur pendapat dan tanggapan mahasiswa. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, tes, dan angket.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil
Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning diperoleh keterlaksanaan pembelajaran pada setiap tahapan pembelajaran memenuhi kategori sangat baik. Hasil reliabilitas instrumen lembar keterlaksanaan pembelajaran sebesar 96% ; data nilai hasil belajar mahasiswa menggunakan perangkat
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
306
pembelajaran kimia yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discoverylearning berdasarkan analisis sensitivitas butir soal dapat diketahui bahwa butir soal peka
terhadap efek-efek pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran kimia yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning. Hal ini menunjukkan bahwa dari 25 butir soal yang diujikan, sensitivitasnya baik sebanyak 100%; untuk data aktivitas mahasiswa menunjukkan bahwa frekuensi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran mengurangi dominasi dosen di dalam kelas, artinya pembelajaran tersebut lebih berpusat pada mahasiswa. Hal tersebut terlihat dari rata-rata aktivitas mahasiswa tiap pertemuan sebesar 84%. Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa sangat berperan aktif, sementara dosen hanya mengarahkan atau sebagai fasilitator dan motivator. Aktivitas yang berupa perilaku tidak relevan menunjukkan persen rata-rata sebesar 4% dan cenderung mengalami penurunan tiap pertemuan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dapat menciptakan kondisi perubahan tingkah laku yang baik.
Data respon mahasiswa dalam pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning menunjukkan bahwa sebesar 78.67% mahasiswa merasa tertarik terhadap komponen materi ajar, LKM, suasana belajar dan pembelajaran dalam pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning. Respon mahasiswa terhadap keterbaruan komponen menunjukkan bahwa 78,67% mahasiswa merasa baru sedangkan 21.33% mahasiswa menyatakan cukup baru karena mahasiswa pernah mengerjakan soal dalam LKM namun dengan materi yang berbeda sebelumnya. Selanjutnya respon mahasiswa terhadap bahasa dalam buku, materi/isi buku adalah 61.67% mahasiswa merasa mudah memahaminya. Terdapat 60% mahasiswa merasa tertarik terhadap komponen materi ajar, LKM, suasana belajar dalam pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning.
b. Pembahasan
1. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan RPP pada ujicoba menunjukkan bahwa pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning dapat terlaksana dengan baik. Hal ini berarti peneliti dapat menyelenggarakan pembelajaran untuk menuntaskan hasil belajar dengan keterlaksanaan RPP melebihi 75%. Menurut Borich (1994), yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikategorikan baik dan dapat digunakan untuk kegiatan pengamatan bila reliabilitas lebih besar atau sama dengan 75%, dengan demikian, instrumen pengamatan keterlaksanaan kegiatan perkuliahan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk kategori baik dan layak digunakan sebagai lembar pengamatan.
2. Aktivitas Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis pengamatan aktivitas mahasiswa diperoleh total persen aktivitas mahasiswa sebesar 84%, sementara itu aktivitas dosen sebesar 12% dan perilaku yang tidak relevan sebesar 4%. Data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang mengintegrasikan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning yang dirancang dosen sudah berpusat pada mahasiswa (studenst centered). Dimana pembelajaran telah mampu menyebabkan mahasiswa berperan aktif baik dalam bentuk mencatat, melakukan percobaan, bekerjasama melakukan percobaan, berdiskusi, bertanya dan menanggapi pertanyaan, serta menyimpulkan. Dalam pembelajaran dosen lebih berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan mahasiswa dalam belajar. Selama proses pembelajaran siswa diberikan kebebasan untuk menemukan konsep secara mandiri sehingga pembentukan konsepnya lebih bermakna. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya belajar dari penyampaian dosen, melainkan melalui suatu aktivitas yang memungkinkan mahasiswa dapat membangun sendiri pengetahuannya.Menurut Handayani (2011), aktivitas belajar yang tinggi dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
307
3. Respon Mahasiswa
Respon mahasiswa terhadap pembelajaran disambut positif karena mahasiswa sangat antusias dan tertarik dalam pembelajaran tersebut. Mahasiswa dihadapkan pada pembelajaran dengan suasana yang baru, dan menarik. Mahasiswa diberi kebebasan berpendapat, memberikan permasalahan, berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Mahasiswa senang terhadap pembelajaran karena dapat memahami konsep-konsep dan ide-ide yang lebih baik, selain itu dapat membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer informasi pada situasi-situasi proses belajar yang baru, mendorong mahasiswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, dan akhirnya proses belajar menjadi lebih baik dan hasil belajar lebih meningkat.
4. Hasil Belajar Mahasiswa
Setelah pembelajaran berakhir, maka dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa. Setelah diberi perlakuan berupa KBM yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery learning maka ada perubahan nilai hasil belajar mahasiswa sebesar 86,67. Berdasarkan analisis sensitivitas butir soal dapat diketahui bahwa butir soal peka terhadap efek-efek pembelajaran yang menerapkan strategi motivasi ARCS dengan pendekatan discovery
learning.
D. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan
Berdasarkan temuan yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengintegrasikan strategi motivasi ARCS dalam pendekatan Discovery
Learning dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa. b. Saran
Hendaknya dosen kimia berusaha untuk membelajarkan mahasiswa dengan pendekatan
Discovery Learning dan hendaknya dalam pembelajaran kimia dosen tidak hanya sekedar
mentransfer konsep-konsep kimia, akan tetapi memikirkan dan melaksanakan bagaimana proses konsep-konsep itu terjadi, dipahami, dikuasai dan diaplikasikan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.
E. DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D. (2010). Penerapan Strategi Motivasi ARCS dalam Model Pengajaran Langsung Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswapada Pokok Bahasan Listrik Dinamisdi SMA.
Tesis. Universitas Negeri Malang.
Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Dikidik, A. (2007). Pengaruh Strategi Motivasi ARCS terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Fisika di SMA. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Ergusni, Rama. (2002). Penerapan Strategi Motivasi ARCS dalam Model Pengajaran Langsung
pada Pokok Bahasan Pengukuran di SMA. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Iskandar. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi
Jihad dan Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jogjakarta: Multi Pressindo Kemendikbud. (2013). Implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud
Kemdikbud. (2013). Permendikbud 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta :Kemendikud
Kemdikbud. (2013). Permendikbud 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran Dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kemendikud
Kemdikbud. (2013). Permendikbud 81Atahun2013 tentang Implementasi Kurikulum2013. Jakarta: Kemendikud
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
308
Kemendikbud. (2013). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Tim Masmedia Buana PustakaNggermanto, Agus. (2001). Quantum Quotient. Bandung: Nuansa
Purwanto, Ngalim. (2011). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Roskarya
Rero, Robert. (2012). Cara Jitu Mengubah Mind Set:Perpaduan IQ, EQ dan SQ. Kupang : PT. Antar surya jaya.
Riduwan. (2014). Pengantar statistika. Bandung :Alfabeta.
Sani, Ridwan A. (2014). Pembelajaran Saintifik.. Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka cipta. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito
Sugyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sujana, nana. (2011). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryanti, dkk. (2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Unesa University Press: Surabaya. Suyanti, Retno D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia.. Yokyakarta: Graha Ilmu
Syifa, W. (2010). Implementasi Strategi Motivasi ARCS pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis. Universitas Negeri Malang.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Triatna, cepi & Risma Kharisma. (2008). EQ Power: Panduan Meningkatkan Kecerdasan Emosional. Bandung:CV Citra praya
Wuwur, Bergita K. (2014). Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Siswa
Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Pokok Larutan Penyangga Dengan Menggunakan Pendekatan Discovery Learning Siswa Kelas XI IPA SMAK Giovanni Kupang Tahun Pelajaran 2013/2014. Unwira: Kupang