• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Matematika"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH PERILAKU ADAPTIVE HELP-SEEKING DALAM BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VI MI MATHOLI’UN NAJAH SINANGGUL MLONGGO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh: NAYLATUL JAZILAH NIM: 073511004. FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011.

(2) PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan/Program Studi. : Naylatul Jazilah : 073511004 : Tadris Matematika. Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.. Semarang, 28 November 2011 Saya yang menyatakan,. materai. Naylatul Jazilah NIM. 073511004. ii.

(3) iii.

(4) NOTA PEMBIMBING. Semarang, 28 November 2011. Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah. IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul. : Pengaruh Perilaku Adaptive Help-Seeking dalam Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011. Nama. : Naylatul Jazilah. NIM. : 073511004. Jurusan. : Tadris. Program Studi : Tadris Matematika. Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing I,. Saminanto, S.Pd, M.Sc. iv.

(5) NOTA PEMBIMBING. Semarang, 28 November 2011. Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah. IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul. : Pengaruh Perilaku Adaptive Help-Seeking dalam Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011. Nama. : Naylatul Jazilah. NIM. : 073511004. Jurusan. : Tadris. Program Studi :Tadris Matematika. Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing II,. Hj Nur Asiyah, S. Ag, M.. v.

(6) ABSTRAK Judul. Penulis NIM. : Pengaruh perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 : Naylatul Jazilah : 073511004. Skripsi ini membahas Pengaruh perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan: 1) Apakah perilaku adaptive helpseeking dalam belajar matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011?; 2) Seberapa besar pengaruh perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei korelasional dengan teknik analisis regresi linier sederhana. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi adalah peserta didik VI MI Matholi’un Najah sejumlah 25 anak. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket untuk mengetahui data variabel X dan menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui data variabel Y. Instrumen angket sebelum digunakan untuk mendapat data yang objektif, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabitas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perilaku adaptive helpseeking dalam belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011, menunjukkan bahwa nilai distribusi frekuensi perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika peserta didik telah dihitung rata-rata (mean) sebesar 75,18 dalam kategori baik pada interval 68-83. Kemudian data prestasi belajar matematika peserta didik di MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011, telah dihitung ratarata (mean) sebesar 66,2 yang telah mencapai KKM. Setelah diketahui dari perhitungan statistik dengan analisis regresi dan perhitungan koefisien determinansi, dimana perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika (X) berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika peserta didik (Y) kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 sebesar 54,5%. Hal ini diperoleh dari perhitungan rxy = 0,738 yang signifikan karena rxy > rtabel 5% = 0,396, selanjutnya ditentukan nilai koefisien determinansinya 0,738 2  0,545 . Juga perhitungan Freg = 27,5 yang signifikan karena Freg = 27,5 > 5% = 4,28 dan 1% = 7,88. Dengan ini hipotesis yang di ajukan yaitu perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika peserta didik MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara.. vi.

(7) KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah, dan kenikmatan kepada penulis. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kasih sayangnya tidak pernah terputus terhadap umatnya. Dengan berbekal keikhlasan dan niat yang tulus serta tanggung jawab, alhamdulillah penulis telah menyelesaikan penelitian tentang pengaruh perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang kepada: 1.. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.. 2.. Drs. Wahyudi, M.Pd, selaku Ketua Prodi Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.. 3.. Saminanto, S.Pd, M, Sc, selaku Pembimbing I dan Hj Nur Asiyah, S.Ag, M.SI selaku Pembimbing II, yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.. 4.. Yulia Romadiastri, S.Si selaku dosen wali studi yang selalu membimbing penulis.. 5.. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang membekali berbagai pengetahuan dan pengalaman.. 6.. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh stafnya.. 7.. Kepala perpustakaan TKPS Semarang beserta seluruh stafnya.. 8.. Misbachul Choir, S.E selaku kepala MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara.. 9.. Segenap guru, kepala TU beserta stafnya dan peserta didik MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara vii.

(8) 10. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas do’a, nasihat, dan dukungan serta segala pengorbanan dan kasih sayang selama ini dalam mendidik penulis dengan penuh kesabaran. 11. Adik-adikku (Muhammad Zayyul Baligh dan Nurul Hilmi Azis) yang selalu memberikan keceriaan dalam hidup penulis. 12. Teman seperjuangan Tadris Matematika 2007 dan sahabat-sahabat TM 07 yang senantiasa menjadi penyemangat penulis. 13. Sahabat-sahabat sejatiku Nana, Nafis, Nia, Dian, yang selalu membantu penulis selama mencari ilmu di IAIN Walisongo Semarang baik suka maupun duka. Kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah khairan katsiran“. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.. Semarang, 28 November 2011 Penulis,. Naylatul Jazilah NIM. 073511004. viii.

(9) DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………….......i PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………………………..….ii PENGESAHAN……………………………………………………………………………....iii NOTA PEMBIMBING……………………………………………………………………….iv ABSTRAK………………………………………………………………………………….....v KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..vi DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....vii. BAB I. : PENDAHULUAN ..........................................................................................1 A. Latar Belakang….………………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………..4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………4 1. Tujuan Penelitian………………………………………………….....4 2. Manfaat Penelitian…………………………………………………...4. BAB II. :. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH SERTA PERILAKU ADAPTIVE HELPSEEKING DALAM BELAJAR MATEMATIKA……………………….6 A. Kajian Pustak…………………………………………………………..6 B. Kerangka Teoritik……………………………………………………...7 1. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah…………………………………………………………...7 2. Prestasi belajar matematika…………………………………….…9 3. Perilaku Adaptive Help-Seeking…………………………………19 4. Perilaku Adaptive Help-Seeking sebagai Upaya Peserta Didik untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika…………….30 C. Hipotesis Penelitian……………………………………………….…..32. ix.

(10) BAB III. : METODE PENELITIAN…………………………………………………33 A. Jenis Penelitian………………………………………………………….33 B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………34 C. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………………..34 D. Variabel Penelitian……………………………………………………...35 E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..35 F. Teknik Analisis Data……………………………………………………37 1. Analisis Data Awal………………………………………………….37 2. Analisis Uji Hipotesis……………………………………………….40. BAB IV. : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN…………………………………46 A. Deskripsi Data Hasil Penelitian………………………………………...46 1. Profil MI Matholi’un Najah………………………………………..46 2. Data Perilaku Adaptive Help-Seeking dalam Belajar Matematika Kelas VI MI Matholi’un Najah…………………………………….48 3. Data Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik kelas VI MI Matholi’un Najah…………………………………………………...52 B. Pengujian Hipotesis……………………………………………………..53 C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………………..62 D. Keterbatasan Penelitian………………………………………………...63. BAB V. : PENUTUP………………………………………………………………….65 A. Simpulan………………………………………………………………...65 B. Saran-Saran……………………………………………………………..66 C. Penutup…………………………………………………………………..66. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP. x.

(11) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, peserta didik cepat ataupun lambat pasti akan mengalami kesenjangan antara tugas dan kemampuannya. Terlebih dalam tugas matematika. Matematika menjadi mata pelajaran yang wajib diajarkan karena permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan seharihari tidak lepas dengan matematika (perhitungan). Dalam Matematika diajarkan mengenai berfikir logis dan sistematis. Hal ini akan sangat berguna dalam memecahkan masalah peserta didik nantinya. Belajar matematika merupakan hal yang sangat unik dan sering dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari, kenyataan di masyarakat umumnya merasa matematika adalah ilmu eksak yang sulit untuk dipahami. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran matematika berkisar pada karakteristik matematika yang abstrak, masalah media, masalah peserta didik atau guru. Kendala-kendala tersebut melahirkan kegagalan pada peserta didik yang akhirnya akan menghambat dalam proses penyelesaian masalah matematika, karena: 1 a. Peserta didik tidak dapat menangkap konsep dengan benar. b. Peserta didik tidak menangkap arti dari lambang-lambang. c. Peserta didik tidak memahami asal-usulnya suatu prinsip. d. Peserta didik tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur. e. Pengetahuan peserta didik tidak lengkap. Selain itu, sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik SD/MI dan sebagian besar peserta didik SMP/MTs yang berada pada tahap operasional konkrit, tuntutan terhadap pemahaman dan penalaran masih terbatas pada produk dan proses Matematika dalam dunia nyata atau dapat. 1. Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), hlm. 154.. 1.

(12) diilustrasikan melalui contoh-contoh nyata.2 Tentu saja membuat peserta didik pada tingkat ini sering kali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika yang sedikit abstrak. Baik saat di kelas maupun saat mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru. Oleh karena itu diharapkan peserta didik mau menggunakan orang lain sebagai upaya untuk membantu dirinya dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Menurut Butler, yang dikutip oleh Yuli Darwati terdapat tiga macam perilaku mencari bantuan yang biasa digunakan siswa ketika mereka menghadapi kesulitan belajar matematika yaitu 3: 1. Perilaku Adaptive Help-Seeking (perilaku meminta bantuan adaptif) yang merupakan salah satu bentuk regulasi diri yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar matematika dengan memanfaatkan orang lain (dengan meminta bantuan belajar secara adaptif). 4 Peserta didik akan meminta bantuan dari teman atau orang lain yang dirasa mampu membantunya untuk dapat mengerjakan atau menyelesaikan soal matematika. Perilaku ini dilakukan ketika dia benar-benar membutuhkan bantuan yaitu ketika mereka tidak dapat lagi memecahkan masalah mereka sendiri. 2. Perilaku mencari bantuan eksekutif. Perilaku ini terjadi ketika peserta didik. sering. sekali. meminta. bantuan,. meskipun. mereka. tidak. membutuhkannya. Dan cenderung meminta jawaban daripada petunjuk. Biasanya tujuannya adalah untuk memperoleh kelengkapan tugas dengan segera. 3. Dan yang terahir adalah perilaku mencari bantuan tertutup. peserta didik yang mengadopsi perilaku mencari bantuan ini menghindari mencari bantuan terbuka seperti dengan menyalin jawaban teman atau menyontek. Penelitian Newman yang dikutip oleh Yuli Darwati menjelaskan tentang intensi anak-anak untuk mencari bantuan dalam pekerjaan mereka di. 2. Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, hlm.144. Yuli Darwati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), (Yogyakarta: Logung Printika, 2009), hlm. 42-43 4 Yuli Darmawati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), hlm. 39 3. 2.

(13) sekolah. Hasil penelitian menemukan bahwa anak-anak kelas 3 dan 5 mengekspresikan kemungkinan mencari (meminta) bantuan berkaitan dengan pilihan intrinsik terhadap tantangan, ketergantungan ekstrinsik terhadap guru, dan sikap mengenai keuntungan dari mencari bantuan, sedangkan anak-anak kelas VII mengekspresikan mencari bantuan berkaitan dengan sikap mengenai keuntungan dari mencari (meminta) bantuan. Newman dan Goldin dalam Yuli Darwati juga mengemukakan bahwa anak-anak sekolah dasar akan lebih banyak mengekspresikan kebutuhan akan bantuan yang lebih besar dalam pelajaran matematika daripada membaca. 5 Di jelaskan pula dalam wikibooks the practice of learning theories bahwa salah satu ciri pembelajar mandiri adalah mereka tahu bagaimana memanfaatkan orang lain sebagai sumber daya untuk mengatasi ambiguitas dan kesulitan dalam belajar yaitu kemampuan mencari bantuan. Peserta didik tidak terhindar dari saat-saat di mana dia mengalami situasi sulit dalam hidup mereka dan juga saat belajar. Ketika ini terjadi mereka akan mampu untuk memulai memantau kinerja mereka sendiri. Mereka memiliki regulasi diri yang baik yaitu dengan memiliki strategi untuk melibatkan bantuan orang lain untuk dapat membantu kesulitannya. 6 Maka dapat disimpulkan pula bahwa pembelajar mendiri juga ternyata melakukan permintaan bantuan secara adaptif untuk dapat menyelesaikan masalahnya dalam belajar. Dari latar belakang di atas, peneliti menginginkan untuk mengadakan penelitian untuk dapat mengetahui adakah pengaruh perilaku adaptive helpseeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika dengan mengambil judul “Pengaruh Perilaku Adaptive Help-Seeking dalam Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011”. 5. Yuli Darwati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), hlm. 10 6 http://en.wikibooks.org/wiki/the_practice_of_learning_theories/help-seeking. 3.

(14) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara? 2. Seberapa besar pengaruh perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara?. C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku adaptive helpseeking dalam belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara 2. Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan memberikan pengalaman ketrampilan dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di akademik b. Bagi akademik Diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan selama ini dalam mendidik dan membekali ilmu bagi penulis sebelum terjun ke dunia pendidikan.. 4.

(15) c. Bagi Guru Diharapkan penelitian ini memotivasi guru untuk lebih dapat memberikan bantuan belajar bagi peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas, mengingat pentingnya bimbingan belajar secara individu. d. Bagi sekolah Dapat digunakan sebagai masukan bagi MI Matholi’un Najah untuk dapat mengembangkan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui bimbingan intensif e. Bagi peserta didik 1) Diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya dengan motivasi diri untuk lebih giat dalam belajar matematika. 2) Memberikan pengertian untuk tidak malu bertanya terhadap orang lain agar dapat mengembangkan pengetahuannya dengan meminta bantuan adaptif dalam belajar matematika. 3) Memotivasi peserta didik untuk lebih percaya diri, serta menghindari perilaku menyontek.. 5.

(16) BAB II KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH SERTA PERILAKU ADAPTIVE HELP-SEEKING DALAM BELAJAR MATEMATIKA. A. Kajian Pustaka Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan ataupun kelebihan yang ada sebelumnya, yaitu: 1. Dalam. Penelitian. Yuli. Darwati:. ADAPTIVE. HELP-SEEKING. (PANDUAN BAGI GURU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA). Yang menyimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara orientasi tujuan penguasaan dengan mencari bantuan adaptif dalam belajar matematika. Penelitian ini telah dibukukan dan diterbitkan oleh Logung Pustaka. 2. Dalam skripsi Natalia Nur Elfati, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang berjudul HUBUNGAN KEMAMPUAN AWAL DAN SIKAP PESERTA DIDIK PADA MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN PESERTA DIDIK KELAS VII SEMESTER I MTS NU NURUL HUDA SEMARANG TAHUN PESERTA DIDIKAN 2010/2011. Menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan awal dan sikap peserta didik pada matematika dengan prestasi belajar matematika kelas VII C hal ini dibuktikan dengan diperoleh r hitung = 0,965 sedang rtabel = 0,316 pada taraf signifikansi 5% maka r hitung > rtabel. Penelitian ini lebih dimaksudkan untuk menguji hubungan antara perilaku adaptive help-seeking dengan prestasi belajar peserta didik MI Matholi’un Najah. Apakah perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah atau tidak. Jika dibandingkan. 6.

(17) dengan penelitian-penelitian di atas, penelitian ini dikatakan berbeda dari segi tema maupun variabel yang hendak diuji.. B. Kerangka Teoritik 1. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah Menurut Nasution masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanakkanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira 11 atau 12 tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk Sekolah Dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai masa sekolah.1 Tahap ini juga disebut sebagai tahap operasi nyata. Tahap operasi nyata (sekitar 7-11 tahun) ini memiliki karakteristik intelektual antara lain mampu memecahkan masalah yang nyata, serta mengerti hukum dan mampu membedakan baik buruk. 2 Menurut Suryobroto yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, masa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani mengatakan pada umur berapa anak matang untuk masuk Sekolah Dasar disebabkan kematangan itu tidak ditentukan oleh umur semata-mata, namun pada umur antara 6-7 tahun biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar. 3 Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini menurut Suryobroto dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu: (1) masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun dan (2) masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun.4. 1. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hlm. 123 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembagan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 118-119 3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 124 4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 124 2. 7.

(18) Karena dalam penelitian ini melibatkan peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar), maka akan dibahas lebih lanjut mengenai karakteristik peserta didik masa kelas tinggi Sekolah Dasar. Yaitu antara umur 9 atau 10 tahun sampai umur 11 atau 12 tahun. Beberapa sifat khas masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar adalah: a. Anak tertarik perhatiannya pada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret Keadaan ini dapat mendorong anak untuk membantu pekerjaan-pekerjan yang praktis. b. Amat bersifat realistik, ingin tahu, ingin belajar, ingin bisa. Karena itu Oswald Kroch menyebut masa ini dengan masa “realisme”. c. Menjelang akhir masa ini pada anak-anak telah menaruh minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus yang mereka minati, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau dalam memenuhi keinginannya, setelah umur itu anak-anak sudah bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya sendiri. e. Pada masa ini anak memandang nilai-nilai yang diperoleh (angka raport) sebagai ukuran yag tepat mengenai prestasi sekolah. f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat beramain-main bersama-sama. Di dalam permainan ini anak biasanya tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.5 Dalam poin keempat dijelaskan bahwa peserta didik sampai sekitar umur 11 tahun memerlukan guru atau orang dewasa lain untuk dapat membantunya dalam menghadapi suatu masalah yang sedang dialami. Kebanyakan anak mulai menyadari kalau dia sedang menghadapi suatu masalah dan harus diselesaikannya.. 5. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Cet III (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), 23-. 24. 8.

(19) 2. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar matematika tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar matematika itu sendiri, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, sebelum membahas lebih lanjut mengenai prstasi belajar, akan dibahas terlebih dahulu mengenai pembelajaran matematika. a. Pembelajaran Matematika Di dalam agama Islam, mencari ilmu pengetahuan sangatlah dianjurkan untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang paling sempurna, karena manusia diberikan akal untuk berpikir. Dengan akal pikiran’ manusia dapat mempelajari segala ilmu pengetahuan yang ada di alam ini. Oleh karena itu manusia disuruh untuk belajar, bukti yang mendasari perintah untuk belajar yaitu diturunkannya Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan ayat yang pertama kali diturunkan.               .           “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mangajarkan manusia apa yang tidak diketahui”.6 (QS. AlAlaq/96: 1-5). Dari Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 bahwa Allah memerintahkan manusia untuk membaca (mempelajari, meneliti, dan sebagainya) apa yang telah diciptakanNya yaitu Al-Qur’an dan alam semesta.. Tujuan. membaca. dan. mendalaminya. adalah. untuk. memperoleh hasil yang diridhoi-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang 6. Mushaf Ayat Surat Departemen Agama Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Kudus: Menara Kudus), Jilid II, hlm. 597. 9.

(20) bermanfaat bagi manusia. 7 Begitu pentingnya arti belajar, sehingga setiap anak berhak mengikuti wajib belajar di sekolah sebagai upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Definisi belajar menurut Skinner yang diungkapkan oleh Bimo Walgito adalah “Learning is a process of progressive behaviour adaptation” belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adalah adanya sifat progresifitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. 8 Sedangkan Clifford T Morgan yang dikutip oleh Mustaqim mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.9 Berbeda dengan pengertian belajar, pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. 10 Pembelajaran tidak hanya dilakukan di sekolah akan tetapi di manapun, termasuk di lingkungan masyarakat maupun di dalam rumah dengan bimbingan orang tua. Sedangkan matematika munurut Johnson dan Myklebust dikutip oleh Mulyono Abdurrahman adalah bahasa simbolis yang fungsi. praktisnya. untuk. mengekspresikan. hubungan-hubungan. kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang. hlm. 720.. memungkinkan. manusia. memikirkan,. mencatat,. dan. 7. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),. 8. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum Edisi V, (Yogyakarta: Andi, 2005),. hlm. 184 9. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2009), hlm. 39 10 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif (Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antara Peserta Didik), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 14. 10.

(21) mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Sedangkan Kline berpendapat, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan bernalar induktif. 11 Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakaan suatu proses pengembangan seluruh potensi peserta didik yang diarahkan untuk mengembangkan bernalar deduktif dan induktif mengenai ilmu tentang kuantitas dan ukuran. Karakteristik matematika sendiri antara lain adalah sebagai berikut:12 1) Memiliki objek kajian abstrak. 2) Bertumpu pada kesepakatan. 3) Berpola pikir deduktif. 4) Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5) Memperhatikan semesta pembicaraan. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran matematika berkisar pada karakteristik matematika yang abstrak, masalah media, masalah peserta didik atau guru. Kendala-kendala tersebut melahirkan kegagalan pada peserta didik, karena: 13 1) Peserta didik tidak dapat menangkap konsep dengan benar. 2) Peserta didik tidak menangkap arti dari lambang-lambang. 3) Peserta didik tidak memahami asal-usulnya suatu prinsip. 4) Peserta didik tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur. 5) Pengetahuan peserta didik tidak lengkap. Oleh karena itu ketika belajar matematika harus mengetahui konsep yang mendasarinya. Maka kebanyakan anak (peserta didik) akan. mengaplikasikan. perilaku. 11. adaptive. help-seeking. untuk. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Pusat Perbukuan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 252 12 R. Soedjadi, Departemen Pendidikan Nasional, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hlm. 13. 13 Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), hlm. 154.. 11.

(22) mendapatkan informasi yang diperlukan agar ia dapat menyelesaikan permasalahan matematika secara mandiri. Pengalaman memecahkan masalah yang satu mungkin sangat berguna dalam menghadapi langsung masalah lain yang serupa, tetapi mungkin juga berguna tidak secara langsung. b. Prestasi belajar matematika Menurut Nana Sujana, prestasi belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.14 Sedangkan menurut Winkel, prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. 15 Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Nurkencana (1986 : 62) juga mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.16 Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar matematika dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan,. 14. Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 22 15 Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), cet 5, hlm. 62 16 http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/02/prestasi-belajar.html, Ahad, 9 Oktober, 2011, 12:48 PM. 12.

(23) pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang selanjutnya diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar, yaitu. sejauh mana peserta didik menguasai bahan. yang. diajarkan. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Dalam penelitian ini, hasil prestasi belajar diperoleh dari nilai UAM (Ujian Akhir Madrasah) kelas VI tahun peserta didikan 2010/2011 MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 1) Faktor dari dalam diri siswa (intern). Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto dalam Ade Sanjaya yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. 17 a) Faktor Jasmani Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain. 18. 17. Ade Sanjaya, http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/02/prestasi-belajar.html, Ahad, 9 Oktober, 2011, 12:48 PM 18 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 54. 13.

(24) b) Faktor psikologis (1) Intelegensi Menurut Noehi Nasution dalam Syaiful Bahri Djamarah, Kecerdasan mempunyai peranan yang sangat besar dalam ikut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang cerdas biasanya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas.19 (2) Perhatian Menurut Gazali yang dikutip oleh Slameto, perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu (benda/hal) atau sekumpulan obyek.20 Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, maka semua bahan pembelajaran, baik buku pelajaran, media dibuat semenarik mungkin agar peserta didik terfokus perhatiannya terhadap pelajaran. (3) Bakat Menurut Hilgard dalam Slameto menyatakan bahwa bakat adalah capacity to learn. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.21 (4) Minat Menurut Slameto minat adalah suatu rada lebih suka dan rasa keterarikan pada sesuatu hal atau aktivitas, tanpa. 19. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 194 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 56 21 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 57 20. 14.

(25) ada yang menyuruh. 22 Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. (5) Motivasi Motivasi merupakan proses yang menstimulasi perilaku. kita. atau. 23. bertindak. Menurut. menggerakkan. Slameto. motivasi. kita. untuk. erat. sekali. hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.24 (6) Kematangan Menurut Slameto kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.25 (7) Kesiapan Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto adalah preparedness to respond or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari pendapat di atas diasumsikan bahwa kesiapan siswa. dalam. proses. 22. belajar. mengajar. sangat. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 191 Richard l. Arends, Learning To Teach Belajar untuk Mengajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 142. 24 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 58 25 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 58 23. 15.

(26) mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik. 26 c) Faktor kelelahan Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto sebagai berikut:27 “Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”. Faktor Intern lain yang menyebabkan peserta didik kesulitan berprestasi di sekolah juga dikemukakan oleh Singgih D Gunarsa dalam bukunya Psikologi untuk Membimbing yaitu28: a) Kurang berusaha untuk berkonsentrasi saat pembelajaran b) Kurang melatih diri untuk menjawab/ menyelesaikan soal c) Kurang banyak mengulang bahan pelajaran d) Terlalu banyak kegiatan lain yang mendesak kegiatan belajar e) Kurang dapat memahami penjelasan guru f) Kurang cermat menangkap apa yang diterangkan guru secara klasikal g) Kemampuan intelektual yang rendah 26. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 59 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 59 28 Singgih D Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 27. hlm.18. 16.

(27) h) Kurang dapat membagi waktu untuk belajar. 2) Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.29 a) Faktor keluarga Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: (1) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo. dalam. Slameto. mengemukakan. bahwa. keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. (2) Relasi antar anggota keluarga Menurut Slameto bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya. (3) Keadaan ekonomi keluarga Menurut Slameto bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, 29. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 60-64. 17.

(28) juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya. (4) Suasana rumah Suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. b). Faktor sekolah Faktor yang mempengaruhi prestasi blajar yang berasal dari sekolah dapat berupa: (1) Guru Guru merupakan unsur terpenting dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. 30 Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing,. guru. harus berusaha. menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. (2) Sarana dan Prasarana Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. 31 (3) Kurikulum Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran 30 31. agar. siswa. menerima,. menguasai. dan. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 185 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),. hlm. 249.. 18.

(29) mengembangkan bahan pelajaran itu. Slameto berpendapat bahwa kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa. 32 c). Faktor Lingkungan Masyarakat. (1) Kegiatan peserta didik dalam masyarakat Kegiatan peserta didik dalam menguntungkan. terhadap. masyarakat. perkembangan. dapat. pribadinya. 33. Kegiatan peserta didik perlu dibatasi dan dipilih kegiatan yang mendukung belajarnya. (2) Media Massa Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap peserta didik dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap peserta didik. (3) Teman bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul peserta didik lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri peserta didik, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. 34 3. Perilaku Adaptive Help-Seeking Perilaku diartikan sebagai aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi kehidupan psikis. Perilaku atau aktivitas merupakan jawaban atau respons terhadap stimulus yang mengenainya.35 Dalam kamus lengkap psikology pengertian adaptive behaviour (perilaku adaptif) diartikan sebagai tingkah laku yang membantu seseorang untuk melakukan interaksi lebih efektif dengan lingkungan. 32. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 65 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hlm. 70. 34 Slameto, Belaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya r, hlm. 71. 35 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum Edisi V, hlm. 11 33. 19.

(30) sekitarnya. 36 Sedangkan perilaku mencari bantuan dalam belajar matematika adalah salah satu bentuk regulasi diri yang dilakukan peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajar matematika dengan memanfaatkan orang lain. Jadi perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika adalah salah satu bentuk regulasi diri yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar matematika dengan memanfaatkan orang lain (dengan cara meminta bantuan belajar secara adaptif). 37 Tujuannya ia dapat menyesuaikan. diri. (menyelesaikan. masalah). tanpa. bermaksud. menggantungkan tugasnya terhadap orang lain. Mereka. yang. memiliki. perilaku. adaptive. help-seeking. cenderung meminta petunjuk atau klarifikasi strategi dari pada meminta jawaban. Tujuan mencari bantuan adaptif adalah menghasilkan perbaikan kemampuan (kompetensi) untuk menyelesaikan (memecahkan) masalah secara independen.38 Dari uraian di atas, perilaku adaptive help-seeking memiliki beberapa indikator atau ciri-ciri sebagai berikut: a. Tujuan dari perilaku adaptive help-seeking adalah meningkatkan kemampuan/kompetensi pemecahan masalah (matematika) secara independen. 1) Kemampuan/kompetensi dalam Pemecahan Masalah Matematika Adapun kompetensi dasar matematika menurut Asep Jihad dalam Pengembangan Kurikulum Matematika (Tujuan Teoritis dan Historis) adalah meliputi: pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematika. Pemecahan masalah matematika dibagi menjadi dua ranah: a) Sebagai. pendekatan. pembelajaran,. digunakan. untuk. menemukan dan memahami materi/ konsep matematik 36. J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi trjmh Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 11 37 Yuli Darmawati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), hlm. 39 38 Yuli Darmawati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), hlm. 42. 20.

(31) b) Sebagai tujuan agar peserta didik dapat: (1) Merumuskan. masalah. dari. situasi. sehari-hari. dan. matematik (2) Menerapkan. strategi. untuk. menyelesaikan. berbagai. masalah (sejenis atau masalah baru) dalam atau diluar matematika (3) Manjelaskan. atau. menginterpretasikan. hasil. sesuai. permasalahan asal (4) Menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata (5) Menggunakan matematika secara bermakna.39 Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam satu situasi baru atau situasi yang berbeda.40 Pemecahan masalah yang satu mungkin akan sangat berguna dalam menghadapi langsung masalah lain yang serupa. Pada pemecahan masalah atau persoalan, peserta didik seharusnya mengalihkan pengertian, ungkapan, dan cara kerja kepada situasi atau keadaan yang berlainan dari apa yang telah dipelajari. Dapat juga belajar dari pengertian dan ungkapan yang telah dikenal melalui kombinasi, generalisasi, atau deduksi belajar untuk memperoleh yang baru. Atau peserta didik untuk itu harus mengkombinasikan dan membuat variasi sendiri dari cara kerja yang telah ia ketahui. Yang sangat menentukan ialah kemampuan untuk berprestasi atau menciptakan sesuatu dengan berpikir secara mandiri (independen).41. 39. Asep jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika , hlm. 168 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, hlm. 254 41 Herman Mater, Kompendum Didaktik Matematika, (Bandung: Remaja Karya, 1985), hlm. 24-25 40. 21.

(32) 2) Sikap Independen yang Terwujud dalam Kepercayaan Diri Selain dapat meningkatkan kompetensi matematika, hal yang perlu. dibahas. adalah. mengenai. sikap. independen. dalam. menyelesaikan masalah yang menjadi tujuan dari perilaku adaptive help-seeking. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, Independen (independence) diartikan sebagai suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri. 42 Menurut Willis dalam Teori-Teori Psikologi, kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Sedangkan Lauster mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berupa keyakinan dan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira,. optimis,. cukup toleran dan bertanggung. jawab.. Kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik.43 Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh pada aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. 44 Diharapkan peserta didik akan dapat menyelesaikan masalah secara mandiri setelah mendapatkan pengalaman yang diperolehnya saat meminta bantuan adaptif dalam belajar matematika. Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster yang dikutip oleh Nur Gufron dan Rini Risnawati menyebutkan bahwa orang 42. JP Chalin, Kamus Lengkap Psikologi trjmh Kartini Kartono, hlm. 243 Nur Gufron dan Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 34 44 Aunur Rahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.184 43. 22.

(33) yang mempunyai kepercayaan diri yang positif adalah yang disebutkan dibawah ini: a) Keyakinan Kemampuan Diri Keyakinan kemampuan diri. adalah sikap. positif. seseorang tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh akan apa yang dilakukannya. b) Optimis Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya. c) Objektif Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya. Bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. d) Bertanggung jawab Bartanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e) Rasional dan Realistis Rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.45 Kepercayaan diri dan rasa takut merupakan dua hal yang bertentangan, yang satu ada, yang lainnya menghambat. Bila individu merasa takut maka individu tidak dapat mempercayai pilihan dirinya sendiri. Sebaliknya, bila individu percaya pada diri sendiri, maka tidak akan ada rasa takut pada pilihan yang dibuat. Mempercayai diri sendiri membuat diri dapat bertindak penuh keberanian, mempercayai gagasan dan kemampuan sendiri, jauh di. 45. Nur Gufron dan Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, hlm. 36. 23.

(34) dalam lubuk hati tahu bahwa apa yang akan dikerjakan memang sesuai dengan diri sendiri. 46 Menurut Frenson, dalam jurnal yang ditulis oleh Florentina Rika Susanti menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik dari rasa percaya diri tinggi yaitu: menerima dan menghargai dirinya sendiri maupun orang kain, optimis dan memiliki keyakinan akan dirinya dan kemampuan yang dimiliki, tidak takut dan berani mencoba melakukan hal-hal dalam situasi apapun, sportif dimana bertanggung jawab dan menerima kekurangan dan kegagalan yang dimilikinya, dengan dirinya, dengan lingkungan dan terakhir adalah mandiri yaitu tidak selalau bergantung pada orang lain dan tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain. 47 b. Mencari bantuan hanya dilakukan ketika benar-benar membutuhkan sebagai bentuk regulasi diri (Self Regulation). 1) Pengertian Regulasi Diri Watson yang dikemukakan oleh Tri Wulan, berpendapat bahwa regulasi diri (Self- Regulated) merupakan intruksi diri untuk mengadakan perubahan pada perilaku seseorang.48 Regulasi diri (Self-Regulation) adalah upaya individu untuk mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif. Pengelolaan diri bukan merupakan kemampuan mental atau kemampuan akademik. Melainkan bagaimana individu mengolah dan mengubah pada suatu bentuk aktivitas. 49. 46. Florentina Rika Susanti, Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial Peserta didik SMP Santa Maria Fatima, Jurnal Psiko-Edukasi, (vol. VI, No.1, Mei/2008), hlm. 21 47 Florentina Rika Susanti, Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial Peserta didik SMP Santa Maria Fatima, hlm. 26 48 Tri Wulan Anita, Self Regulated Behaviour Pada Remaja Putri Yang Mengalami Obesitas, http://www.balispot.co.id/balipostcetak/2004/3/7/ce2.html , jum’at, 31 desember 2010, 9:35 49 Nur Gufron dan Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, hlm. 57. 24.

(35) Dalam proses pendidikan, intelektual atau intelegensi menentukan perkembangan berpikir seseorang dalam hal belajar. Intelektual. atau. daya. pikir. berkembang. sejalan. dengan. pertumbuhan saraf otak karena pikiran pada dasarnya menunjukan fungsi otak. Diperjelas oleh John Anderson yang dikutip oleh Baharuddin, “the result the sudy of cognitive psychology have implications for improving intelectual performance”, peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata masalah respon terhadap stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan adanya self regulation dan self direction yang melakukan pengukuran dan pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.50 Peserta didik yang dapat mengarahkan dirinya kearah yang positif akan lebih berhasil dibandingkan dengan peserta didik yang lain. Dia akan berusaha mengembangkan potensinya untuk dapat mengatasi masalahnya secara mandiri, meskipun dimulai dengan meminta bantuan. 2) Aspek-aspek pengelolaan diri (self-regulation): a) Metakognitif Matlin. yang. dikutip. oleh. Nur. Gufron. dkk. mengungkapkan bahwa metakognisi adalah pemahaman dan kesadaran tentang proses kognitif atau pikiran tentang berpikir. Ia. mengatakan. bahwa. pengetahuan. seseorang. tentang. kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan. Dalam Nur Gufron dkk, Zimmerman dan Pons menambahkan bahwa poin metakognitif bagi individu yang melakukan pengelolaan diri adalah individu yang merencanakan, mengorganisasi, mengukur diri, dan mengintruksikan diri sebagai kebutuhan selama proses perilakunya. 51 50 51. Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembagan, hlm. 119 Nur Gufron dan Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, hlm. 60. 25.

(36) Menurut Preisseisen yang dikutip oleh Martinis Yamin Metakognisi meliputi empat keterampilan, yaitu:52 (1) Keterampilan pemecahan masalah (problem solving): keterampilan berfikirnya. individu untuk. dalam. menggunakan. memecahkan. masalah. proses melalui. pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. (2) Keterampilan pengambilan keputusan (decision making): keterampilan. individu. dalam. menggunakan. proses. berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang baik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari. setiap. alternatif, analisis inforasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional. (3) Keterampilan. berfikir. keterampilan. individu. kristis dalam. (critical. thinking):. menggunakan. proses. berfikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi yang logis. (4) Keterampilan. berfikir. kreatif. (creative. thinking):. keterampilan. individu. dalam. menggunakan. proses. berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu. b) Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku atau arah tujuan. 53 Mc. 52. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),. hlm.3-4. 26.

(37) Donald dalam Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.54 Syaiful Bahri Djamarah juga menjelaskan mengenai prinsip-prinsip motivasi belajar antara lain: 55 (1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar (2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar (3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman (4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar (5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar (6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar c) Perilaku Dijelaskan Zimmerman. dan. dalam. buku. Teori-teori. Schank. mengatakan. bahwa. Psikologi perilaku. merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitasnya. 56 Sedangkan menurut Bandura yang dikutip oleh Hamzah B Uno ada tiga proses untuk mewujudkan regulasi diri (self regulation), yaitu (1) observasi diri, yakni saat seseorang mengobservasi perilakunya; (2) keputusan, yakni saat seseorang melakukan keputusan apakah perilakunya sesuai dengan tujuan. 53. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Edisi V hlm. 240 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 148 55 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 152 56 Nur Gufron dan Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, hlm. 61 54. 27.

(38) yang ditetapkan; (3) respon diri, yakni saat seseorang memberikan respon kepada dirinya berdasarkan keputusan yang diambil. 57 Dalam jurnal yang berjudul How Self-Regulated Learners Cope with Academic Difficulty: The Role of Adaptive HelpSeeking, dijelaskan bahwa kompetensi khusus dan sumber motivasi yang merupakan bentuk regulasi diri yang diperlukan untuk mencari bantuan adaptif adalah: a) Kompetensi Kognitif (yakni mengetahui kapan bantuan diperlukan, mengetahui bahwa orang lain dapat membantu, mengetahui bagaimana mengajukan pertanyaan agar benarbenar dapat memperoleh jawaban yang dibutuhkan) b) Kompetensi Sosial (yakni mengetahui siapa orang terbaik yang dapat dimintai bantuan, mengetahui bagaimana melaksanakan permohonan meminta bantuan dengan cara yang tepat) c) Motivasi Pribadi (yakni tujuan pribadi, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkait dengan toleransi untuk kesulitan tugas, kesediaan untuk mengekspresikan diri kepada orang lain saat butuh bantuan, dan perasaan personal) d) Motivasi kontekstual (yaitu faktor kelas seperti tujuan kelas, sistem penilaian, kegiatan kolaborasi, interaksi murid dan guru, serta kesediaan guru untuk memfasilitasi murid dalam memberikan bantuan).58 c. Mencari bantuan yang berkaitan dengan proses dalam pemecahan masalah matematika. Pemecahan. masalah. matematika. adalah. proses. yang. menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahaptahap pemecahan masalah. 57. Hamzah B Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pmbelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 217 58 Ricard S. Newman, How Self-Regulated Learners Cope with Academic Difficulty: The Role of Adaptive Help-Seeking, Theory into Practice, (vol XLI, No.2/2002) hlm.132. 28.

(39) Tahap-tahap proses pemecahan masalah dalam bukunya yang berjudul How to Solve It, Polya mengembangkan empat tahap proses pemecahan masalah yang kira-kira serupa dengan langkah-langkah berikut ini: 1) Memahami Masalah a) Dapatkah Anda menyatakan masalah dalam kata-kata sendiri? b) Apa yang akan anda cari atau coba kerjakan? c) Apa yang anda tidak anda ketahui? d) Informasi apa yang Anda dapatkan dari masalah yang dihadapi? e) Jika ada, informasi apa yang tidak tersedia atau tidak diperlukan? 2) Merencanakan Penyelesaian Masalah Walaupun bukan merupakan keharusan, strategi berikut ini sangatlah berguna dalam proses pemecahan masalah. a) Mencari pola. b) Menguji masalah yang berhubungan serta menentukan apakah teknik yang sama bisa diterapkan atau tidak. c) Menguji kasus khusus atau kasus lebih sederhana dari masalah yang dihadapi untuk memperoleh gambaran lebih baik tentang penyelesaian masalah yang dihadapi. d) Membuat sebuah tabel. e) Membuat sebuah diagram. f) Menulis suatu persamaan. g) Menggunkan strategi tebak-periksa. h) Bekerja mundur. i) Mengidentifikasi bagian dari tujuan keseluruhan. a). Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah 1) Melaksanakan strategi sesuai dengan yang direncakan pada tahap sebelumnya.. 29.

(40) 2) Melakukan pemeriksan pada setiap langkah yang dikerjakan. Langkah ini bisa merupakan pemeriksaan secara intuitif atau bisa juga berupa pembuktian secara formal. 3) Upayakan bekerja secara akurat. b). Pemeriksaan Kembali 1) Periksa hasilnya pada masalah asal (Dalam kasus tertentu, hal seperti ini perlu pembuktian). 2) Interpretasikan solusi dalam konteks masalah asal. Apakah solusi yang dihasilkan masuk akal? 3) Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut? 4) Jika memungkinkan, tentukan masalah lain yang berkaitan atau masalah lebih umum lain dimana strategi yang digunakan dapat bekerja.59. 4. Perilaku Adaptive Help-Seeking sebagai Upaya Peserta Didik untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Seperti diketahui belajar itu sangat kompleks. Hasil belajar atau prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Maka dari itu, semua peserta didik tidak bisa diperlakukan sama. Dengan demikian, guru (atau orang tua) dapat membantu peserta didik secara individu dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien serta diberikan bimbingan sewaktu mereka belajar. 60 Hal ini akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan anak dimana dia dapat belajar secara efisien tanpa banyak membuang waktu untuk memikirkan hal yang benar-benar belum diketahuinya. Kesulitan dalam mengerjakan tugas cepat ataupun lambat pasti akan dialami oleh peserta didik, Terlebih dalam pembelajaran matematika. Karakteristik matematika yang telah dibahas sebelumnya mengakibatkan pesera didik ditingkat MI/SD masih sangat membutuhkan bimbingan 59. Pemecahan Masalah http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf, Jumat, 1 april 2011 (11.03) 60 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, hlm. 73. 30.

(41) dalam belajar. Dalam menyelesaikan permasalahan matematika banyak sekali hal/ informasi yang harus diketahui terlebih dahulu (prasyarat dalam belajar). Jika peserta didik merasa kesulitan dalam menyelesaikannya (karena kurang informasi atau belum memahami konsep dan prinsip), maka tidak menutup kemungkinan dia akan bertanya kepada orang yang dianggap lebih mengetahuinya. Peserta didik yang memiliki perilaku adaptive help-seeking, memiliki tujuan atau motivasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Sebagaimana prinsip-prinsip motivasi yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah yang mengatakan motivasi akan melahirkan prestasi, terlebih motivasi yang berasal dari dalam (intrinsik). Peserta didik yang memiliki perilaku adaptive help-seeking hanya akan meminta bantuan jika benar-benar membutuhkan saja dan tujuannya agar saat menemui kesulitan yang serupa, dia akan dapat menyelesaikannya secara mandiri. Berbeda dengan peserta didik yang memiliki perilaku maladaptif yang hanya meminta bantuan untuk melengkapi tugasnya saja tanpa berniat untuk dapat menguasai kompetensi. Dengan demikian dia akan tetap membutuhkan bantuan saat mengalami kesulitan yang sama. Ketika mendapat kesulitan, individu dengan tujuan penguasaan, mengembangkan pola respon yang adaptif, seperti bertahan atau meningkatkan usaha.61 Pada saat itulah guru maupun orang tua diharapkan mampu memberikan bantuan yang maksimal kepada peserta didik, dengan demikian akan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuannya serta kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang akan dihadapinya secara mandiri baik yang sifatnya serupa atau dengan tingkatan. lebih. tinggi.. Kepercayaan. diri. peserta. didik. dalam. menyelesaikan masalah matematika akan meningkat sejalan dengan pengalamannya dalam memecahkan masalah matematika yang diperoleh saat meminta bantuan adaptif dalam belajar matematika. Maka bisa 61. Yuli Darwati, Adaptive Help-Seeking (Panduan bagi Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), hlm 52-53. 31.

(42) dipastikan prestasi belajar peserta didik juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kemampuan dalam memecahkan masalah. Uraian di atas dapat diperjelas dengan bagan di bawah ini: Meminta bantuan saat membutuhkan. Perilaku AHS. Memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah meningkat. Kemandirian dalam memecahkan masalah. Bantuan dari orang lain. Dengan demikian, penelitian kali ini ingin mengungkapkan Apakah perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibangun di atas, maka dirumuskanlah suatu hipotesis yaitu: Perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika berpengaruh positif terhadap prestasi belajar peserta didik kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara. 32.

(43) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (survei) dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 1 Atau penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai penelitian kausal komparatif di mana variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi telah terjadi dan diselidiki lagi dengan cara menurut kembali. 2 Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Di mana semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian karena jumlah populasi dibawah 100 sehingga semua populasi memungkinkan untuk diteliti Berlaku untuk populasi. Disimpulkan Populasi. Dianalis Data Gambar (i)3. 1. . Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,. (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 14 2. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi Dan Praktiknya) Cet. VII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 171 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 131. 33.

(44) Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan populasi penelitian yaitu kelas VI MI Matholi'un Najah sebagai responden 2. Menyusun kisi-kisi instrumen yaitu angket perilaku adaptive helpseeking 3. Instrumen angket diujikan terhadap kelompok uji coba yaitu peserta didik kelas VI MI Roudlotul Mubtadiin Pakis Aji (sekolah lain). Dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. 4. Angket yang memenuhi syarat, kemudian dipilih untuk kemudian diberikan kepada peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah (responden) untuk mengetahui tingkat perilaku adaptive help-seeking pesert didik kelas VI MI Matholi’un Najah dalam belajar matematika. 5. Menganalisis data angket dan prestasi. belajar matematika (data. prestasi belajar diperoleh dari data nilai Ujian Akhir Madrasah tahun pelajaran 2010/2011) 6. Menyusun hasil penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Matholi’un Najah Jl K.H Nawawi Rt 05 Rw 01 (Dalam) Km 1.5 Desa Sinanggul Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 (tanggal 10-17 april tahun 2011). C. Populasi dan Sampel Penelitian Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari subyek penelitian. 4 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi populasi merupakan keseluruhan individu yang digeneralisasikan dan. 4. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), hlm. 130. 34.

(45) sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi yang mewakilinya. 5 Penelitian ini adalah penelitian populasi yang melibatkan seluruh peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah sejumlah 25 peserta didik sebagai responden dengan pertimbangan sudah paham dan dapat mengisi angket. Dengan mengikuti pendapat Suharsimi Arikunto yang memberi acuan; “apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga subjeknya lebih besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada keadaan”.6 D. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 7 Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas yang disebut juga sebagai variabel X dan variabel terikat atau variabel Y. a. Variabel X Variabel X dalam penelitian ini adalah perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika b. Variabel Y Variabel Y dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan metode: 1. Metode angket Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya. 8 Metode angket adalah suatu daftar yang berisi pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang akan diselidiki. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengidentifikasi perilaku adaptive help-seeking peserta didik MI 5. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 70 6 Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), hlm.134 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), hlm.118 8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), hlm. 151.. 35.

(46) Matholi’un Najah. Angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup. Langsung berarti angket tersebut diberikan atau disebarkan langsung pada responden untuk diminta keterangan tentang dirinya. Tertutup berarti item angket telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya memilih jawaban yang tersedia saja. Skala yang digunakan adalah skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan ke dalam sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. 9 Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut: Sangat Benar (SB). =5. Benar. (B). =4. Cukup Benar (CB). =3. Salah. (S). =2. Sangat Salah (SS). =1. Angket disusun sedemikian rupa dengan pernyataan yang diajukan semuanya bernilai positif. Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat perilaku adaptive help-seeking peserta didik kelas VI MI Matholi’un Najah Sinanggul Mlonggo Jepara. Angket yang disebarkan kepada responden selanjutnya akan diberikan kualifikasi (langkah dalam menentukan nilai kualifikasi dapat dilihat pada lampiran 7) sebagai berikut:. 9. Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Alfabeta, 2007), hlm. 12. 36. Penelitian, Cet IV, (Bandung:.

(47) Tabel 1: Acuan Kualifikasi Perilaku Adaptive Help-Seeking dalam Belajar Matematika Interval 84-100 68-83 52-67 36-51 20-35. Kategori Baik sekali Baik Sedang Kurang Jelek Sekali. Frekuensi. Jumlah. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya. 10 Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nama dan nilai Ujian Akhir Madrasah peserta didik kelas VI serta profil dari MI Matholi’un Najah tahun pelajaran 2010/2011. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap sebagai berikut: 1. Analisis Data Awal (Analisis Instrumen) Analisis instrument dilakukan untuk mendapatkan angket yang layak (valid dan reliabel) agar dapat dijadikan sebagai instrument untuk mengetahui perilaku adaptive help-seeking dalam belajar matematika. a. Validitas angket Penelitian ini menggunakan validitas empiris yang dapat diketahui dengan uji coba angket. Nilai hasil uji coba dianalisis. 10. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), hlm. 231. 37.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Keputusan ... 10) telah melaksanakan tugas sebagai ... masih melaksanakan tugas tersebut. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 138 tahun 2014 sdr ...12) berhak

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT BERSALIN DENGAN METODE WATER BIRTH.. Oleh

Data darah diambil melalui vena jugular tiga kali selama percobaan yaitu pada awal (0 bulan), pertengahan (1 bulan) dan akhir percobaan (2 bulan). Rusa sebagai hewan ruminansia

Kegiatan P2M “Pelatihan Pola Pembinaan Cabang Olahraga Bolavoli Usia Dini Bagi Guru Penjasorkes Sekolah Dasar di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng”, telah direncanakan

Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Efisiensi yang diterapkan pada perancangan ini adalah penataan ruang dalam kawasan pusat kota dengan ruang terbuka yang dapat difungsikan sebagai tempat parkir (parkir

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga