• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikhtisar. Ekonomi diperkirakan tumbuh 5% (y-o-y). Perkembangan harga pada bulan Nopember mencatat inflasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikhtisar. Ekonomi diperkirakan tumbuh 5% (y-o-y). Perkembangan harga pada bulan Nopember mencatat inflasi."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Ikhtisar

Perkembangan berbagai indikator ekonomi makro sampai bulan Nopember 2004 semakin memperkuat perkiraan bahwa ekonomi tumbuh sekitar 5% (yoy). Kondisi tersebut didasari pada perkembangan investasi dan ekspor yang cukup berarti. Pola pertumbuhan ekonomi yang didominasi oleh konsumsi secara perlahan diharapkan dapat digantikan oleh investasi dan ekspor sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan (suistanable). Perkembangan tersebut memang tidak terlepas dari semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kesinambungan stabilitas ekonomi yang berjalan dengan baik. Kondisi sisi eksternal sebagaimana tercermin dari tetap tingginya daya serap pasar global dan membaiknya harga-harga ekspor juga memberikan dampak positif bagi kegiatan ekonomi. Sementara itu, perkembangan harga ke depan diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan. Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut, Bank Indonesia tetap melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat dengan menyerap likuiditas secara optimal agar perkembangan tingkat inflasi ke depan tetap selaras dengan upaya pencapaian sasaran inflasi jangka menengah.

Perkembangan harga pada bulan Nopember 2004 mengalami kenaikan (inflasi) sebesar 0,89% (m-t-m). Inflasi pada bulan November ini tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya 0,56% (m-t-m) namun lebih rendah dibandingkan dari inflasi pada bulan November 2003. Laju inflasi selama Januari sampai November 2004 adalah 5,31%, sedangkan inflasi secara tahunan (yoy) pada bulan November adalah sebesar 6,18%. Pada bulan November 2004, seluruh kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan harga, dengan kenaikan sebagai berikut: kelompok bahan makanan (2,29%), kelompok sandang (1,29%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,67%), kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,48%), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,25%), kelompok kesehatan (0,20%) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,04%).

Nilai tukar rupiah bulan Nopember baik secara point-to-point maupun rata-rata bergerak relatif stabil. Secara point to point rupiah menguat 70 point menjadi Rp9025/USD sementara secara rata-rata rupiah menguat 150 point menjadi Rp9022/USD. Selain itu, volatilitas rupiah meningkat sebesar 0,21% menjadi 0,24% pada bulan Nopember namun demikian angka ini masih dalam batas normal. Secara fundamental, penjualan valas oleh pelaku offshore yang mendorong apresiasi rupiah, diimbangi pula oleh pembelian valas dari pelaku domestik. Di sisi lain, terdapat sentimen positif dari dalam negeri antara lain, inflasi Oktober yang cukup moderat, kinerja ekspor yang positif, divestasi saham pemerintah serta bullish harga saham domestik yang pengaruhnya relatif berimbang dengan isu defisit APBN dan rencana pemerintah menaikkan BBM.

Nilai tukar rupiah tetap stabil. Perkembangan harga pada bulan Nopember

mencatat inflasi. Ekonomi

diperkirakan tumbuh 5% (y-o-y).

(2)

Suku bunga instrumen moneter selama bulan Nopember masih belum berubah. Suku bunga SBI 1 dan 3 bulan masih tetap pada posisi 7,41% dan 7,30%, demikian pula suku bunga FASBI pada level 7,0%. Perkembangan ini diikuti oleh suku bunga simpanan (deposito 1 dan 3 bulan) yang juga masih relatif tetap dengan posisi terakhir pada 6,33% dan 6,65%. Namun demikian, suku bunga kredit modal kerja, investasi dan konsumsi sampai dengan bulan Oktober masih terus menunjukkan penurunan.

Posisi uang primer pada akhir Nopember 2004 menurun sebesar Rp0,2 triliun dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi Rp185,87 triliun. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer dengan menggunakan GWM lama (5%) adalah sebesar Rp169,16 triliun, di atas target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp162,63 triliun. Sementara itu, dengan GWM baru (8%), test date sementara uang primer adalah Rp188 triliun, di atas target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp180,71 triliun. Dilihat dari sisi komponennya, penurunan uang primer tersebut utamanya bersumber dari menurunnya saldo positif bank di BI sedangkan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, penurunan uang primer tersebut bersumber dari kontraksi Operasi Pasar Terbuka (OPT).

Posisi M2 pada akhir Oktober 2004 mengalami peningkatan dari Rp986,8 triliun pada bulan September menjadi Rp995,9 triliun. Peningkatan ini utamanya berasal dari naiknya M1 sebesar Rp6,7 triliun menjadi Rp247,6 triliun demikian pula uang kuasi meningkat sebesar Rp2,4 triliun menjadi Rp748,3 triliun. Kenaikan yang terjadi pada M1 terutama bersumber dari kenaikan uang kartal dari Rp99,5 triliun bulan September menjadi Rp105,7 triliun sedangkan kenaikan uang kuasi terutama bersumber dari tabungan yang meningkat Rp3,9 triliun menjadi Rp273,4.

Secara umum, perkembangan beberapa indikator perbankan hingga bulan Oktober masih positif khususnya total penyaluran kredit, total aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK). NIM, LDR dan modal masih membaik sedangkan CAR dan NPL relatif stabil. Jumlah kredit yang disalurkan perbankan meningkat menjadi Rp567,3 triliun sementara total aset perbankan bertambah menjadi Rp1218,8 triliun dan DPK naik menjadi Rp928,1 triliun. NIM pada bulan Oktober ini juga masih meningkat menjadi 6,4% disusul kenaikan pada LDR menjadi 49,2% dan modal perbankan pun membaik menjadi Rp115,1 triliun. Indikator lainnya, CAR dan NPL pada bulan Oktober relatif tetap dengan posisi terakhir CAR pada 20,4% dan NPL gross pada 6,7%. Suku bunga instrumen moneter belum berubah. ...sedangkan M2 dan M1 naik. Uang primer menurun.... Indikator perbankan masih positif.

(3)

Perkembangan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan

Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang dan Pasar Modal

Perkembangan harga bulan Nopember menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi pada bulan Nopember tercatat sebesar 0,89% (m-t-m) lebih tinggi 0,33% daripada inflasi bulan Oktober sebesar 0,56% (m-t-m). Namun demikian, secara tahunan, inflasi pada bulan Nopember kembali menunjukkan penurunan sebesar 0,04% dari 6,22% (y-o-y) menjadi 6,18% (y-o-y). Sementara itu, inflasi tahun kalender (Januari – Nopember 2004) tercatat 5,31%.

Harga bulan Nopember meningkat...

Seperti bulan sebelumnya, semua kelompok pengeluaran dalam perhitungan inflasi mengalami kenaikan. Penyumbang utama kenaikan harga bulan Nopember adalah masih dari kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 2,29% m) disusul kelompok sandang yang juga mengalami inflasi sebesar 1,29% (m-t-m). Komoditas dominan yang menyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan adalah daging ayam ras (0,06%, m-t-m), bawang merah (0,05, m-t-m) serta daging dan ikan segar (0,04, m-t-m).

... terutama berasal dari inflasi kelompok bahan makanan. dan sandang. m-t-m y-o-y Sumber : BPS -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

2002 2003 2004

% y-o-y % m-t-m

Nov

Grafik 1. Tingkat Inflasi Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 % y-o-y Headline Exclusion

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

2002 2003 2004 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Sumber : BPS Sumbangan Inflasi Bahan Makanan Sandang Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Mkn Jadi, Mnm, Rokok & Temb. Perumahan Kesehatan Transportasi & Komunikasi

Rp/USD Sumber : Bloomberg 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 2003 2002 2004 Nov Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt 9.142 9.067 8.921 8.890 8.895 8.803 8.2308.337 8.508 8.455 8.439 8.501 8.487 8.3868.432 8.5708.620 9.003 9.382 9.032 9.246 9.1809.172 9.022 8.419 8.922

(4)

Inflasi inti menurun.

Di sisi lain, inflasi inti menunjukkan penurunan sebesar 0,06% (y-o-y) dari 6,71% (y-o-y) menjadi 6,65% (y-o-y) pada bulan Nopember. Penurunan yang terjadi lebih disebabkan karena pengaruh stabilnya nilai tukar rupiah dan tekanan permintaan domestik yang mulai menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Nilai tukar rupiah bulan Nopember baik secara point-to-point maupun rata-rata bergerak relatif stabil. Secara point to point rupiah menguat 70 point dari Rp9095/ USD pada bulan Oktober menjadi Rp9025/USD sementara secara rata-rata rupiah menguat 150 point dari Rp9172/USD menjadi Rp9022/USD. Volatilitas pergerakan rupiah meningkat sebesar 0,21% dari 0,03% bulan Oktober menjadi 0,24% namun demikian angka ini masih dalam batas normal (Grafik 5).

Secara fundamental, penjualan valas oleh pelaku offshore yang mendorong apresiasi rupiah, diimbangi oleh pembelian valas dari pelaku domestik. Kondisi ini membatasi apresiasi rupiah sehingga dibandingkan mata uang regional rupiah penguatan rupiah relatif terbatas. Selain itu, beberapa sentimen positif dalam negeri yang mempengaruhi pergerakan rupiah antara lain, inflasi Oktober yang cukup moderat serta kinerja ekspor yang positif, diverstasi saham pemerintah di Bank Danamon serta bullish harga saham domestik yang masih berlanjut. Sementara itu sentimen negatif yang berkembang antara lain, harga minyak masih tinggi sehingga defisit APBN diperkirakan meningkat menjadi 1,5% dari PDB serta rencana pemerintah menaikkan BBM.

...dengan demand dan supply valas yang berimbang...

Kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan terlihat semakin membaik. Indikator risiko jangka pendek maupun panjang (premi swap 1 s.d 12 bulan) pada bulan Nopember menurun lebih besar dari bulan Oktober. Premi swap 1 dan 3 bulan menurun masing-masing sebesar 204 bps dan 150 bps menjadi 1,70% dan 2,20% demikian pula premi swap 6 dan 12 bulan keduanya menurun 95 bps menjadi 2,85% dan 3,65%. Indikasi positif lain nampak dari angka premi risiko yaitu yield spread antara Yankee Bond dengan US T-Notes, bulan Nopember yang kembali menurun sebesar 61 bps menjadi 81,2 bp (Grafik 6 dan 7). ... sehingga kepercayaan investor masih meningkat. Rupiah masih bergerak stabil... Persen 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 2003 2004 2002

Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Nov

Volatilitas Kurs Rp Rata-rata Volatilitas

Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 6. Premi SWAP

2003 2004 Persen 1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov 1 Bulan

3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan

(5)

Indeks REER dan BRER stabil.

Suku bunga instrumen moneter selama bulan Nopember masih belum berubah. Suku bunga SBI 1 dan 3 bulan belum berubah dari posisi 7,41% dan 7,30%. Demikian pula suku bunga FASBI yang sampai dengan bulan Nopember masih berada pada level 7,0% (Grafik 10).

Suku bunga SBI dan FASBI masih tetap... 60 110 160 210 260 310 360 8.000 8.200 8.400 8.600 8.800 9.000 9.200 9.400 9.600 9.800 2003 2004 Sumber : Bloomberg

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

Yield Spread

IDR/USD

Premi Resiko (bp) Rp/USD

50 60 70 80 90 100 Indeks

Sumber : CEIC dan blomberg (diolah)

Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

2002 2003

2001 2004

Nov

Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah Grafik 8. Real Effective Exchange Rate

Stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah dan mata uang negara partner dagang, menyebabkan indeks Real Effective Exchange Rate (REER) bulan Nopember relatif stabil. REER bulan Nopember hanya menurun (0,4 point) dari 84,65 pada bulan Oktober menjadi 82,24 (Grafik 8). Perkembangan yang sama nampak pula dari indeks Bilateral Real Exchange Rate-BRER meningkat 0,38 point dari 66,14 pada bulan Oktober menjadi 66,52 (Grafik 9). Dengan demikian, tingkat competitiveness (daya saing) Indonesia secara riil di antara negara-negara partner dagang masih cukup kompetitif termasuk jika dibandingkan dengan Cina, Korea dan Singapore.

Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate Grafik 10. Suku Bunga Instrumen

Moneter dan Pasar Uang Persen 6 7 8 9 10 11 12 13 14 FASBI O/N SBI 1 Bulan JIBOR 1 Bulan

Jan Feb Mar Apr Jun Jul Ags Sep Okt Des Jan Feb Mar Mei Jun Jul Ags Sep

2003 2004 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 Indeks

Sumber : CEIC dan Bloomber (diolah)

2002 2003 2004

Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Korea Selatan Thailand Singapura Malaysia Indonesia RRC

(6)

5 7 9 11 13 15 17 19 Persen SBI 1 Bulan Jam Dep. 1 Dep 1 WA 2002 2003 2004

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore

Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan

..., serta suku bunga deposito yang belum berubah namun tren penurunan suku bunga kredit masih berlanjut. ...sedangkan suku bunga PUAB O/N pagi dan sore menurun...

Relatif stabilnya suku bunga instrumen moneter, memberikan ekspektasi positif turunnya rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi dan sore selama bulan Nopember. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi menurun 36 bps dari 6,79% pada bulan Oktober menjadi 6,43% demikian pula rata-rata suku bunga PUAB O/N sore menurun 31 bps dari 5,35% di bulan Oktober menjadi 5,04% (Grafik 11). Sementara itu, rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB O/N pagi dan sore masih rendah dimana untuk PUAB O/N pagi volume transaksi hanya meningkat sebesar Rp0,04 triliun dari Rp2,91 triliun pada bulan Oktober menjadi Rp3,4 triliun sedangkan volume transaksi PUAB O/N sore masih tetap pada Rp2 triliun pada bulan Nopember.

Sementara itu, suku bunga simpanan (deposito 1 dan 3 bulan) sampai dengan bulan Nopember 2004 masih relatif tetap. Suku bunga deposito 1 bulan hanya meningkat sebesar 2 bps dari 6,31% menjadi 6,33%, demikian pula suku bunga deposito 3 bulan hanya meningkat 4 bps dari 6,61% menjadi 6,65% pada bulan Oktober (Grafik 12). Di sisi lain, suku bunga tabungan juga menunjukkan kecenderungan yang sama, naik 1 bps dari 7,34% bulan September menjadi 7,35%. Namun demikian, suku bunga kredit sampai dengan bulan Oktober masih terus menunjukkan penurunan. Suku bunga kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing menurun sebesar 16 bps, 8 bps, dan 14 bps menjadi 13,64%, 14,25%, dan 16,89% (Grafik 13). Walaupun laju penurunan suku bunga kredit investasi dari bulan ke bulan terlihat lebih lambat daripada suku bunga konsumsi dan modal kerja namun trend penurunan yang terjadi menunjukkan indikasi yang positif bagi sektor riil. Selain itu, spread antara suku bunga simpanan dan suku bunga kredit semakin kecil seiring dengan penurunan suku bunga kredit yang diikuti kenaikan suku bunga deposito.

0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0 4000,0

Volume PUAB Pagi Volume PUAB Sore Sk. Bunga PUAB Pagi Sk. Bunga PUAB Sore

Suku Bunga (%) Volume Pasar Uang (Miliar Rp)

Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 2004 2003 1678.2 1651.71702.8 2690.7 1844.0 2157.9 1799.61931.0 1328.2 1715.2 2359.0 2534.4 1858.4 2280.0 2953.5 1033.11208.3 1727.3 2218.4 1575.291626.19 1831.62 1566.62 1471.061483.62 1557.311667.691678.42 1972.80 1783.56 2036.05 2523.08 2105.67 1822.12 2037.302078.91 2180.23 2062.56 2271.47 2106.61 2056.53 2044.32 2752.02918.7 2978.4 3463.2

(7)

Covered interest rate parity masih meningkat. -1, 5 -0, 5 0, 5 1, 5 2, 5 3, 5 4, 5 5, 5 Persen 2,19 0,510,73 -0,06 1,18 0,53 -0,21 1,39 -0,20 0,02 0,17 -0,27 0,26 -0,19 -0,47 -0,02 0,26 -0,76-0,57 0,160,02 0,63 -0,32 -0,84 0,30 1,24 0,45 0,84 0,10 -0,33-0,23 4,44 1,631,58 3,41 Covered Interest Rate Parity

Poly. (Covered Interest Rate Parity)

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

2002 2003 2004 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Persen 2002 2003 2004

Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja

Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt

Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit Grafik 14. Covered Interest Rate Parity

Kapitalisasi (Rp miliar) IHSG

Sumber : BEJ 2003 2004

Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Okt Nov

330 430 530 630 730 830 930 1030 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 Kapitalisasi IHSG

Grafik 15. IHSG dan Kapitalisasi

Seiring dengan semakin menurunnya premi swap, covered interest parity (CIP) pada bulan Nopember tercatat semakin meningkat dari posisi 1,58% menjadi 3.41% atau meningkat 1,83% (Grafik 14)1. Penurunan premi swap terlihat cukup dominan

dalam mempengaruhi kenaikan CIP mengingat suku bunga JIBOR 1 bulan relatif tetap pada 7,41% sementara SIBOR meningkat 0,21% dari 2,09% pada bulan Oktober menjadi 2,30%. Perkembangan ini, secara riil semakin menambah daya tarik penanaman dana di dalam negeri (menjanjikan return yang positif).

Perkembangan pasar modal di bulan Nopember masih meningkat ditandai dengan kenaikan pada nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada bulan Nopember secara point to point ditutup meningkat 117,28 point menjadi 977,76 dari posisi sebelumnya 860,48. Pengaruh ekspektasi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia yang ditandai dengan terkendalinya inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah dan perkiraan positif pertumbuhan ekonomi, terlihat masih mendominasi pergerakan saham. Kapitalisasi pasar juga menunjukkan peningkatan yaitu sebesar Rp81,5 triliun dari Rp585,9 triliun bulan Oktober menjadi Rp667,4 triliun (Grafik 15). Di sisi lain, net beli investor asing

IHSG mengalami peningkatan...

1 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).

(8)

di bursa masih meningkat yaitu sebesar Rp144,7 miliar dari Rp193,89 miliar bulan September menjadi Rp338,6 miliar.

Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian di pasar saham secara point to point meningkat sebesar Rp0,3 triliun dari Rp1,3 triliun pada akhir bulan Oktober menjadi Rp1,6 triliun. Namun demikian, rata-rata volume transaksi harian relatif tetap atau hanya meningkat 46 juta lembar saham dari 1,94 miliar lembar saham pada akhir bulan Oktober menjadi 1,98 miliar saham.

Uang Primer

Posisi uang primer pada akhir Nopember 2004 menurun sebesar Rp0,2 triliun dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi Rp185,87 triliun. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer dengan menggunakan GWM lama (5%) adalah sebesar Rp169,16 triliun, di atas target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp162,63 triliun. Sementara itu, bila menggunakan ketentuan GWM baru (8%), test date sementara uang primer adalah Rp188 triliun, di atas target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp180,71 triliun (Grafik 16). Dilihat dari sisi komponennya, penurunan uang primer tersebut utamanya bersumber dari menurunnya saldo positif bank di BI sebesar Rp1 triliun. ...diikuti pula dengan naiknya nilai perdagangan. Uang primer menurun...

Apabila dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, penurunan uang primer tersebut utamanya bersumber dari kontraksi Operasi Pasar Terbuka (OPT) sebesar Rp5 triliun yang utamanya bersumber dari kontraksi FASBI sebesar Rp18,15 triliun sedangkan SBI mengalami ekspansi sebesar Rp13 triliun.

...terutama karena kontraksi OPT... Miliar Rp 65.000 75.000 85.000 95.000 105.000 115.000 125.000 2002 2003 2004

estimasi (2) = estimasi (1) + error Aktual

estimasi (1) = trend+seasonal

Jan:I

Feb:III Mar:II Apr:I Mei:I Jun: Jul:I Ags:III Sep:I Okt:IV Nov:III Des:II Jan:IV Feb:III Mar:I Apr:I Mei:I Jun:I Jul:I

Ags:III Sep:I Okt: IV Nov:I Des:I Jan:IV Feb:III Mar :I Apr:I Mei:I Jun:I Jul:I Agsl:III Sept:II Okt:IV Nov:III

115,0 125,0 135,0 145,0 155,0 165,0 175,0 185,0 195,0 Triliun Rp

Target Indikatif Aktual Test Date

Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt

2002 2003 2004

Nov

(9)

..., NIR meningkat sedangkan NDA menurun. 2003 2004 -50,0 -40,0 -30,0 -20,0 -10,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov (Trilliun Rp)

NDA (aktual)

NDA (adjusted target)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Juni Jul Ags Sep Okt Nov

2003 2004 18,0 19,0 20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 NIR (aktual) NIR (adjusted target) (Miliar USD)

Grafik 18. Posisi NIR Grafik 19. Posisi NDA

NIR pada bulan Nopember meningkat sebesar Rp1,47 triliun dari Rp167,3 triliun bulan Oktober menjadi Rp168,8 triliun (Grafik 18) sedangkan NDA (aktiva domestik bersih) menurun sebesar Rp1,7 triliun dari Rp17,76 triliun pada bulan Oktober menjadi Rp16 triliun (Grafik 19).

Okt 2004 November 2004 Mg I Mg II Mg III Mg IV Perubahan Bulanan 185.097 199.986 206.749 188.103 184.873 -224 117.120 137.057 141.149 126.342 124.161 7.041 97.893 116.762 120.769 106.978 99.393 1.500 19.227 20.295 20.380 19.364 24.768 5.541 61.089 62.257 64.959 61.097 60.081 -1.008 0 0 0 0 0 0 723 673 641 663 631 -92 167.337 167.885 166.312 169.058 168.808 1.471 17.760 32.101 40.437 19.045 16.065 -1.695 202.094 208.342 203.883 207.444 204.023 1.929 16.336 16.326 16.310 16.313 16.291 -45 12.608 12.598 12.582 12.585 12.588 -20 0 0 0 0 0 0 3.728 3.728 3.728 3.728 3.703 -25 35.072 34.281 34.264 34.235 34.229 -843 -130.823 -123.793 -110.558 -136.244 -135.834 -5.011 -110.609 -85.468 -85.609 -50.383 -97.461 13.148 -20.214 -38.325 -24.949 -85.861 -38.373 -18.159 -104.919 -103.055 -103.462 -102.703 -102.644 2.275 58.320 58.845 58.846 58.896 58.896 576 2.769 3.412 6.113 2.201 1.185 -1.584

Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya

(Miliar Rp)

Uang Primer

Uang kertas dan logam yang diedarkan - di masyarakat

- di perbankan

Giro bank pada Bank Indonesia porsi BBO & Bank tanpa TPL* Giro sektor swasta

Cadangan Devisa Bersih (NIR) Aktiva Domestik Bersih

1. Tagihan bersih kepada pemerintah 2. Tagihan pada bank komersial

a. Kredit likuiditas

b. Tagihan kepada BPPN dan bank non BPPN c. Utang lainnya

3. Tagihan lainnya 4. Operasi Pasar Terbuka

- SBI - FASBI

5. Lainnya Bersih (NOI) Memorandum item

GWM Kelebihan GWM *TPL = Third Party Liability

(10)

Likuiditas domestik

Posisi M2 pada akhir Oktober 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp9,1 triliun dari Rp986,8 triliun pada bulan September menjadi Rp995,9 triliun dan secara tahunan, M2 pada akhir Oktober 2004 tumbuh sebesar 7,5%. Peningkatan ini utamanya berasal dari naiknya M1 sebesar Rp6,7 triliun menjadi Rp247,6 triliun demikian pula uang kuasi meningkat sebesar Rp2,4 triliun menjadi Rp748,3 triliun. Kenaikan yang terjadi pada M1 terutama bersumber dari kenaikan uang kartal sebesar Rp6,2 triliun dari Rp99,5 triliun bulan September menjadi Rp105,7 triliun sedangkan kenaikan uang kuasi terutama bersumber dari tabungan yang meningkat Rp3,9 triliun menjadi Rp273,4 (Grafik 20).

M2 dan M1 meningkat…

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt

2002 2003 2004 (10) (5) 0 5 10 15 20 %, y-o-y M1 Riil M2 Riil

Grafik 20.Pertumbuhan M1 & M2 Riil Grafik 21. Pertumbuhan Divisia dan M2

2001 2002 2003 2004 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 Persen

Growth Divisia M2 Growth M2 Poly. (Growth Divisia M2) Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan M2 tersebut utamanya disebabkan oleh pengharuh ekspansi tagihan perbankan pada sektor swasta (Claim on Business Sector/CBS) sebesar Rp12,9 triliun sehingga posisinya pada akhir Oktober mencapai Rp589,8 triliun. Peningkatan CBS tersebut bersumber dari kenaikan pada kredit rupiah sebesar Rp12,6 triliun. Sementara itu, Net Foreign Assets (NFA) pada bulan Oktober relatif stabil atau hanya meningkat sebesar Rp0,8 triliun sehingga posisinya mencapai Rp259,4 triliun (Tabel 2).

...disebabkan oleh ekspansi CBS.

(11)

Indeks money divisia belum berubah

sedangkan APU menurun.

Grafik 22. APU 1, APU 2, dan rasio C/DPK

Relatif stabilnya jumlah simpanan berjangka menyebabkan indeks money divisia bulan Oktober belum berubah signifikan atau hanya menurun sebesar 0,31% menjadi 11,42% dan secara tren masih cenderung meningkat (Grafik 21). Sementara itu, cenderung meningkatnya uang primer di akhir tahun yang lebih besar daripada M2 dan M1 menyebabkan proses penciptaan uang mengalami penurunan seperti yang nampak dari penurunan M1 (APU 1) dan M2 (APU 2) (Grafik 22). 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 12,0 13,0 Persen Persen 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2002 2003 2004

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul SepNov APU2 (M2/M0)

APU1 (M1/M0) Skala Kanan C/DPK (%) KOMPONEN M2 M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi

- Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD) FAKTOR

NFA NCG

Claims on Business Sector Kredit - Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI Memorandum Item Nilai Tukar (posisi neraca)

Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas

Des 2002

Ags Sep Okt Des Jan Mar Jun Sept Okt (%,y-o-y)

(dalam miliar Rp, posisi)

INDIKATOR BESARAN MONETER 883.908 905.499 911.224 926.324 955.692 947.277 935.161 975.166 986.806 995.935 7.51 743.443 771.362 773.712 788.686 816.514 805.289 793.103 827.176 846.570 856.456 8.59 191.939 201.859 207.587 212.614 223.799 216.343 218.999 233.726 240.911 247.603 16.46 80.686 80.283 81.118 84.238 94.542 90.619 86.794 97.574 99.505 105.760 25.55 111.253 121.576 126.469 128.376 129.257 125.724 132.205 136.152 141.406 141.843 10.49 691.969 703.640 703.637 713.710 731.893 730.934 716.162 741.440 745.895 748.332 4.85 551.504 569.503 566.125 576.072 592.715 588.946 574.104 593.450 605.659 608.853 5.69 359.847 361.120 354.362 358.541 350.885 346.347 327.722 334.336 336.197 335.441 -6.44 191.657 208.383 211.763 217.531 241.830 242.599 246.382 259.114 269.462 273.412 25.69 140.465 134.137 137.512 137.638 139.178 141.988 142.058 147.990 140.236 139.479 1.34 15.71 15.72 16.39 16.20 16.44 16.82 16.54 15.72 15.29 15.34 -5.30 250.696 243.435 240.781 261.406 271.820 269.714 287.824 280.070 258.684 259.478 -0.74 510.351 481.622 481.552 487.882 479.885 486.229 449.011 468.907 476.451 479.178 -1.78 389.296 432.499 441.205 451.147 466.826 461.827 477.504 549.966 576.823 589.800 30.73 365.410 403.544 411.696 421.295 437.942 432.738 446.593 486.067 513.224 525.647 24.77 271.851 310.657 318.820 325.647 342.027 335.129 347.363 376.034 404.173 416.768 27.98 93.559 92.889 92.877 95.649 95.917 97.610 99.231 110.033 109.051 108.879 13.83 23.886 28.955 29.509 29.852 28.884 29.089 30.911 63.899 63.599 64.153 114.90 -266.434 -252.059 -252.483 -247.111 -262.839 -270.493 -279.178 -323.777 -325.152 -332.521 34.56 8.940 8.535 8.389 8.495 8.465 8.441 8.587 9.415 9.170 9.090 2004 2003

(12)

Sektor Eksternal

Nilai ekspor Indonesia selama bulan Oktober tercatat sebesar USD7,26 miliar atau meningkat 1,6% dibandingkan USD7,15 miliar pada bulan sebelumnya (Tabel 3). Peningkatan ini utamanya bersumber dari peningkatan ekspor non migas sebesar 3,1% dari USD5,68 miliar pada bulan September menjadi USD5,86 miliar pada bulan Oktober, sedangkan ekspor migas menurun 4,3% dari USD1,46 miliar pada bulan September menjadi USD1,40 miliar. Komponen utamanya yang menyumbang kenaikan pada ekspor non migas adalah ekspor perabot dan penerangan rumah sebesar USD103 juta sedangkan komponen minyak mentah dan hasil minyak menjadi komponen utama penyumbang penurunan ekspor migas. Ekspor minyak mentah dan hasil minyak masing-masing menurun sebesar 12,8% dan 13% menjadi USD0,53 miliar dan USD0,16 miliar.

Total ekspor meningkat...

Nilai impor pada bulan Oktober mencapai posisi USD4,3 miliar, meningkat USD0,09 miliar dibandingkan dengan posisi bulan September yaitu USD4,2 miliar. Peningkatan ini utamanya bersumber dari kenaikan impor non migas sebesar 5,7% menjadi USD3,2 miliar demikian pula impor migas khususnya impor gas sebesar 66,7% menjadi USD0,5 juta dari sebelumnya USD0,3 juta (Tabel 4).

Keterangan

Nilai CIF % Perubahan % Perubahan % Peran Thd

Okt 2004 Thd Jan-Okt Jan-Okt

Sept 2004 2004 thd 2003 2004 4.230,5 4,321.0 26.867,3 37.805,0 2,12 40,71 100,00 1.139,9 1.052,7 6.325,4 9.290,3 -7,74 46,87 24,57 536,1 489,5 3.269,7 4.869,4 -8,69 48,92 12,88 603,5 562,7 3.034,2 4.414,4 -6,76 45,49 11,67 0,3 0,5 21,5 6,5 66,66 -69,77 0,02 3.090,6 3.268,3 20.541,9 28.514,7 5,75 38,81 75,43

Tabel 4. Impor Indonesia

(Juta USD)

September Oktober Jan-Okt Jan-Okt

2004 2004 2003 2004 Sumber : BPS Total Impor Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas ... begitu pula total impor. Keterangan

Nilai FOB % Perubahan % Perubahan % Peran Thd

Okt 2004 Thd Jan-Okt Jan-Okt

Sept 2004 2004 thd 2003 2004 Total Ekspor Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas

Tabel 3. Ekspor Indonesia

(Juta USD)

September Oktober Jan-Okt Jan-Okt

2004 2004 2003 2004 Sumber : BPS 7.152,0 7.267,7 50.861,6 58.533,4 1,62 15,08 100,0 1.467,3 1.404,8 11,419,1 12.873,6 -4,27 12,74 22,0 609,0 530,8 4,682,1 5.228,4 -12,84 11,67 8,93 186,2 161,9 1,363,9 1.456,2 -13,05 6,77 2,49 672,1 712,1 5,373,1 6.189,0 5,95 15,18 10,57 5.684,7 5.862,9 39.442,5 45.659,8 3,13 15,76 78,01

(13)

Posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada bulan Oktober USD134,3 miliar, meningkat USD2,5 miliar dibandingkan USD131,8 miliar posisi bulan sebelumnya (Tabel 5). Peningkatan ini disebabkan karena naiknya pinjaman LN pemerintah sebesar USD1,6 miliar menjadi USD78,5 miliar dan kenaikan pinjaman LN swasta sebesar USD0,6 miliar menjadi USD52,4 miliar. Peningkatan pinjaman LN pemerintah utamanya disebabkan karena penguatan Yen sebesar 4,8 point dimana porsi utang LN pemerintah dalam mata uang Yen mencapai 38,5% dari total pinjaman sehingga hal ini meningkatkan posisi utang LN pemerintah sebesar USD1,3 miliar. Sementara itu, peningkatan pada pinjaman LN swasta lebih disebabkan karena naiknya pinjaman lembaga keuangan sebesar USD0,5 miliar menjadi USD8 mliar yang utamanya berasal dari pinjaman bank yang meningkat sebesar USD0,4 miliar.

...sedangkan pembayaran pinjaman LN menurun. Posisi pinjaman luar negeri naik USD2,5 miliar...

Sementara itu, pembayaran pinjaman luar negeri pada bulan Oktober menurun USD0,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga menjadi USD1 miliar. Penurunan tersebut utamanya berasal dari turunnya pembayaran pokok pinjaman LN sebesar USD0,4 miliar menjadi USD0,8 miliar sementara pembayaran bunga pinjaman LN menurun tipis sebesar USD27 juta menjadi USD191 juta. Sedangkan berdasarkan pemiliknya, penurunan ini disebabkan oleh turunnya pembayaran pinjaman LN swasta sebesar USD0,3 miliar menjadi USD0,5 miliar demikian pula pembayaran pinjaman LN pemerintah menurun sebesar USD0,1 miliar menjadi USD0,5 miliar (Tabel 6).

2 0 0 3 Pemerintah Swasta Lembaga Keuangan Bank Non Bank

Bukan Lembaga Keuangan Surat-Surat Berharga Total

Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri

(Juta USD)

* Angka Sementara

Mar Jun Sep Des Jan Mar Jun Ags Sep*) Okt*)

74.513 76.008 77.709 81.666 81.480 81.217 78.591 77.080 76.980 78588 53.750 53.288 52.991 51.942 52.839 52.836 52.080 52.382 51.783 52.438 7.806 7.056 7.571 7.537 7.726 7.968 7.587 7.974 7.530 8.039 4.850 4.059 4.414 4.316 4.385 4.479 3.766 4.044 3.499 3969 2.956 2.997 3.157 3.221 3.341 3.489 3.821 3.930 4.031 4070 45.944 46.232 45.420 44.405 45.113 44.868 44.493 44.408 44.253 44399 1.203 1.290 1.253 1.794 1.759 2.626 2.467 2.811 3.075 3.303 129.466 130.586 131.953 135.402 136.078 136.679 133.138 132.273 131.838 134329 2 0 0 4

(14)

Permintaan domestik masih tinggi...

Sektor Riil

Perkembangan permintaan domestik sepanjang tahun 2004 diwarnai oleh pertumbuhan yang tinggi khususnya untuk konsumsi, investasi dan impor. Konsumsi yang cenderung tumbuh tinggi tersebut sebagian dipenuhi oleh produksi dalam negeri melalui peningkatan utilisasi kapasitas terpasang sedangkan investasi yang tumbuh cukup signifikan belum mampu meningkatkan kapasitas perekonomian. Selain itu, meningkatnya permintaan domestik mendorong perningkatan impor khususnya bahan baku dan barang modal dalam rangka meningkatkan utilisasi dan kapasitas produksi.

Berdasarkan survei konsumen terdapat indikasi optimisme prospek kegiatan ekonomi ke depan. Hal ini tercermin dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen, indeks ekspektasi konsumen dan indeks kondisi ekonomi saat ini. Indeks keyakinan konsumen meningkat 6,2 point dari bulan sebelumnya menjadi 120,4 sementara indeks ekspektasi konsumen meningkat 3,9 point dari bulan sebelumnya menjadi 143,4 dan indeks kondisi ekonomi saat ini meningkat 8,4 point menjadi 9,3 pada bulan Nopember (Grafik 23).

...didukung indikasi positif dari survei konsumen...

Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia

Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing

- Pokok / Principal - Bunga / Interest A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest B. Swasta / Private - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan - Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank - Pokok / Principal - Bunga / Interest

2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal

- Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

(Miliar USD)

* Angka Sementara

Mar Sep Des

2 0 0 3 Total

2003 Total

2002

Keterangan 2 0 0 4

Jan Mar Jun Ags Sept* Okt*

20.983 1.293 1.717 1.966 18.900 1.464 1.990 2.697 1.529 1.457 1.066 16.950 1.135 1.524 1.471 15.669 1.216 1.788 2.123 1.268 1.239 875 4.033 158 193 496 3.231 248 203 574 261 218 191 7.374 358 498 781 6.450 680 697 1.147 804 650 534 5.009 248 355 398 4.000 456 539 682 608 490 375 2.365 110 143 383 2.451 224 158 465 196 160 159 13.609 935 1.219 1.186 12.449 784 1.294 1.550 725 807 532 11.941 886 1.170 1.073 11.669 760 1.249 1.441 660 749 500 1.668 48 50 113 780 24 45 109 65 58 32 5.808 398 440 423 5.656 382 772 791 324 312 274 5.323 391 435 395 5.521 379 768 780 315 296 259 485 7 4 28 136 3 5 11 9 16 15 4.825 308 381 372 5.078 351 701 756 271 257 220 4.372 307 379 345 4.965 349 699 746 262 244 207 453 1 1 27 113 2 1 10 9 13 13 983 90 59 51 579 31 72 35 53 55 54 951 84 56 50 556 30 68 34 53 52 52 32 6 3 1 23 1 3 1 0 3 2 7.801 537 780 762 6.793 402 521 759 401 495 258 6.617 496 735 677 6.148 381 481 661 345 453 241 1.183 41 45 85 645 20 40 98 56 42 17

(15)

Survei pada perusahaan Jepang di Indonesia yang dilakukan oleh JETRO masih mengindikasikan tingginya permintaan domestik dan ekspektasi positif perekonomian ke depan (Grafik 24). Sementara itu, indeks produksi bulan Oktober khususnya untuk industri kayu, rotan dan rumputan, industri makanan, minuman dan tembakau dan industri kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik menunjukkan peningkatan. Indeks industri kayu, rotan dan rumputan meningkat sebesar 14,8 point menjadi 109,9 sementara itu, industri makanan, minuman dan tembakau meningkat 7,6 point menjadi 90,3 dan industri kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik meningkat 4,1 point menjadi 108,8 (Grafik 25). Selain itu, utilisasi kapasitas produksi selama bulan Oktober untuk industri makanan meningkat 3,2 point menjadi 42,3 dan industri barang galian bukan logam meningkat 3,1 point menjadi 58,9 (Grafik 26).

Grafik 23. Survei Konsumen Grafik 24. Survei JETRO

...dan hasil survei JETRO serta utilisasi kapasitas produksi.

Grafik 25. Indeks Produksi Grafik 26. Utilisasi Kapasitas Produksi

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 Persen 2002 2003 2004

Total Makanan Tekstil Kimia

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul SepNov

40 60 80 100 120 140 160 180 200 2002 2003 2004

Indeks Total Makanan, minuman & Tembakau Tekstil, pak. jadi & kulit Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Indeks Indeks 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 2002 2003 2004 Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini

optimis pesimis

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt

Difussion Indeks -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 2003 2001 2002 2004

(16)

Total kredit, aset dan DPK masih membaik...

Kondisi Perbankan

Secara umum, beberapa indikator perbankan sampai dengan bulan Oktober masih menunjukkan perkembangan positif khususnya total penyaluran kredit, total aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Tabel 7). Sementara itu NIM, LDR dan modal masih membaik sedangkan CAR dan NPL relatif stabil. Jumlah kredit yang disalurkan perbankan pada bulan Oktober meningkat cukup besar sebesar Rp12,3 triliun menjadi Rp567,3 triliun sementara total aset perbankan pun meningkat Rp5,4 triliun menjadi Rp1218,8 triliun dan DPK naik Rp1,7 triliun menjadi Rp928,1 triliun (Grafik 28).

Net interest margin pada bulan Oktober ini juga masih meningkat sebesar 1,1% dari 5,3% menjadi 6,4% disusul kenaikan pada LDR sebesar 1% dari 48,2% menjadi 49,2% dan modal perbankan pun membaik dari Ro114 triliun menjadi Rp115,1 triliun atau meningkat Rp1,1 triliun (Grafik 27).

...NIM, LDR dan modal membaik.

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 Miliar Rp Proporsi (%) 2003 2002 2004

Persetujuan Realisasi Proporsi

Grafik 27. Dana Pihak Ketiga Grafik 28. Persetujuan dan Realisasi Kredit Baru

2004 2003 2002 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 700 750 800 850 900 950

Giro Tabungan Deposito Total

Triliun Rp Total DPK (Triliun Rp)

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

Keterangan 1.112,2 1.068,4 1.157,2 1.150,0 1185,7 1208,2 1213,0 1218,4 835,8 902,3 889,1 881,6 912,8 919,3 926,4 928,1 410,3 477,2 475,0 485,9 528,7 547,5 555,0 567,3 38,4 43,2 40,1 43,7 46,4 47,9 48,2 49,2 23,0 19,3 23,8 23,5 20,9 21,0 20,5 20,4 8,1 8,2 8,2 7,8 7,6 7,1 6,9 6,7 2,1 3,0 2,8 2,7 2,1 2,0 2,1 2,1 4,0 3,2 5,2 5,7 5,4 5,3 5,3 6,4 93,0 110,8 117,9 120,9 108,6 109,2 114,0 115,1 (Triliun Rp) Total Asset DPK Kredit LDR (%) CAR (%) NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM Modal

Des-02 Des-03 Jan-04 Mar-04 Jun-04 Ags-04 Sept-04 Okt-04

Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan B a n k

(17)

0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570 600 630

Kredit Per jenis (Triliun Rp) Total Kredit (Triliun Rp)

Channeling Total Kredit Total Adjst Investasi Konsumsi Modal Kerja

Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4

Ags Sep Okt

Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan

Triliun Rp 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

Jan Mar Mei Jul Okt Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

2002 2003 2004 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 Persen Trilion Rp

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

2002 2003 2004 0 100 200 300 400 500 600

kredit (kanan) NPLs (%) (kiri) NPLs Net (%) (kiri)

Grafik 30. Perkembangan NPL Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan

Kenaikan penyaluran kredit di atas, utamanya berasal dari naiknya kredit konsumsi sebesar Rp8,1 triliun dari Rp134,3 triliun bulan September menjadi RpRp142,4 triliun diikuti kenaikan pada kredit modal kerja sebesar Rp1,9 triliun dari Rp268,8 triliun bulan September menjadi Rp270,7 triliun. Sedangkan kredit investasi mengalami penurunan sebesar Rp2,4 triliun dari Rp114,9 triliun pada bulan September menjadi Rp112,4 triliun (Grafik 29).

Ketiga konsumsi dan modal kerja meningkat.

CAR dan NPL stabil.

Indikator lainnya, CAR dan NPL pada bulan Oktober relatif tetap dimana CAR hanya menurun 0,1% dari 20,5% bulan September menjadi 20,4% dan NPL gross menurun 0,2% dari 6,9% bulan September menjadi 6,7% (Grafik 31). Sementara itu NPL net selama Oktober tidak mengalami perubahan yaitu tetap pada 2,1% (Grafik 30).

(18)

Prospek

Perkembangan beberapa indikator makro ekonomi sampai dengan Nopember semakin memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi akan mencapai sekitar 5% (y-o-y)2. Hal tersebut terutama terkait dengan peningkatan

investasi dan ekspor yang cukup berarti. Secara sektoral, hampir seluruh sektor tumbuh positif dengan sumbangan terbesar berasal dari industri pengolahan, perdagangan, dan pengangkutan. Perkembangan ekonomi yang menggembirakan tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kesinambungan stabilitas ekonomi makro yang terjaga dengan baik. Meskipun kegiatan ekonomi menunjukkan peningkatan namun tekanan inflasi relatif belum meningkat dan sampai dengan November 2004 inflasi masih tercatat sebesar 6,18% (yoy). Untuk keseluruhan tahun 2004, inflasi IHK diperkirakan mencapai tingkat sekitar 6% dan masih dalam kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia pada awal tahun sebesar 5,5% + 1% (yoy). Terjaganya tingkat inflasi terutama dipengaruhi oleh membaiknya ekspektasi inflasi, terjaganya stabilitas nilai tukar, serta tersedianya pasokan barang-barang. Dengan mempertimbangkan perkembangan eksternal dan internal sampai akhir November 2004, untuk keseluruhan tahun 2004 diperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah akan berada dalam proyeksi awal. Kestabilan pergerakan nilai rupiah didukung oleh inflows modal asing jangka pendek yang mengimbangi tingginya demand valas dari pelaku domestik. Masuknya aliran modal asing jangka pendek tersebut utamanya dipicu oleh ekspektasi depresiasi dollar AS sehubungan dengan merebaknya kembali isu kesinambungan ‘defisit ganda’ perekonomian AS. Selain itu, hal Di pihak lain, indikator makroekonomi dan premi risiko Indonesia terus menunjukkan perbaikan.

...namun inflasi IHK masih belum meningkat... ...nilai tukar rupiah 2004 berada pada proyeksi awal tahun.

2 Sejak akhir Mei 2004, BPS mengubah tahun dasar PDB dari tahun 1993 menjadi 2000.

Pertumbuhan ekonomi 2004 diperkirakan sekitar 5% (y-o-y)…

(19)

* angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 r) revisi

1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang

3) penutupan pada akhir periode 4) closed file

Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDBdari BPSw. I 2004*)

Jan Mar Des Feb Mar Jun Sep Okt Nov

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

12.69 11.40 8.31 7.86 7.42 7.34 7.39 7.41 7.41 12.94 11.97 8.34 8.15 7.33 7.25 7.31 7.3 7.3 12.64 11.90 6.62 6.27 5.86 6.23 6.31 6.33 na 13.49 12.90 7.14 6.68 6.11 6.31 6.61 6.65 na 12.71 11.72 8.35 7.99 7.38 7.15 7.1 7.13 7.1 425 398 692 753 736 730 816 860 977 127.407 125.211 166.474 147.039 142.730 166.474 175.325 246.406 184.873 180.111 181.239 223.799 216.343 218.821 233.717 239.299 245.899 na 75.908 72.323 94.542 90.619 86.616 97.565 97.893 104.056 99.393 104.203 108.916 129.257 125.724 132.205 136.152 141.406 141.843 na 873.683 877.776 955.692 947.277 934.983 975.157 985.194 994.231 na 693.572 696.537 731.893 730.934 716.162 741.440 745.895 748.332 na 550.357 558.977 592.715 588.946 574.104 593.450 605.659 608.853 na 362.553 370.692 350.885 346.347 327.722 334.336 336.197 335.441 na 187.804 188.285 241.830 242.599 246.382 259.114 269.462 273.412 na 143.215 137.560 139.178 141.988 142.058 147.990 140.236 139.479 na 730.468 740.216 816.514 805.289 792.925 827.176 846.570 856.456 na 382.536 400.353 466.826 461.827 477.504 549.966 576.823 589.800 na 358.084 376.141 437.942 432.738 446.593 486.067 513.223 525.648 na 0.80 -0.23 0.94 0.57 0.36 0.48 0.02 0.56 0.89 8.74 7.12 5.06 4.82 5.11 6.83 6.27 6.22 6.18 8.940 8.908 8.465 8.441 8.587 9.400 9.155 9095 9025 3.936 4.008 3.717 3.837 3.871 4.340 5.685 5862.9 na 2.322 2.267 2.335 2.049 2.183 2.721 3090.6 3268.3 na 21.81 22.68 24.20 24.00 25.70 23.70 23.66 23.89 24.15 4.35 4.46 5.03 5.01 6.43 4.30 0.68 4.24 13.09 6.48 0.85 19.85 1.78 6.54 29.87 2 0 0 3 2 0 0 4 Tw. IV Tw.I Tw. III

SUKU BUNGA & SAHAM

Suku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

BEJ Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah)

Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%) y-y %

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi Investasi Ekspor Impor HARGA SEKTOR EKSTERNAL INDIKATOR KUARTALAN 2 0 0 4 2 0 03

Gambar

Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 6. Premi SWAP
Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah Grafik 8. Real Effective Exchange Rate
Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Juli, inflasi terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar -0,85 persen, kelompok makanan

Pada bulan Mei, inflasi terjadi terutama disebabkan karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,01 persen, kelompok

Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Kebumen pada bulan November 2016 terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 122,43 pada bulan Oktober 2016 menjadi 123,07 pada

Posisi uang primer pada akhir Desember 2004 meningkat sebesar Rp14,5 triliun dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi Rp199,4 triliun.. Berdasarkan pergerakan harian uang primer,

Dari hasil penghitungan selama bulan Nopember 2011, seluruh sub kelompok yang ada yaitu sub kelompok komunikasi dan pengiriman, sub kelompok sarana dan penunjang

Pada Bulan Agustus ini, enam kelompok pengeluaran mengalami kenaikan angka indeks, yaitu kelompok bahan makanan naik 0,88 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

Pada Bulan Januari ini, lima kelompok pengeluaran mengalami kenaikan angka indeks, yaitu kelompok bahan makanan naik 3,06 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

No.  Tiga Sub kelompok yang mengalami inflasi atau kenaikan indeks terbesar pada bulan ini adalah sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok transportasi dan sub