• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

37 3.1. Objek Penelitian/Pengkajian Akademis

Objek penelitian adalah para konsultan pajak aktif pada organisasi KKP “XYZ”, dari pimpinan dengan segenap jajaran tim kerjanya, penugasan-penugasan kepatuhan dan kasus-kasus pajak serta komunikasi pada proses penyelesaiannya. Secara lebih spesifik, proses penyelesaian kasus-kasus pemeriksaan pajak biasanya mulai dikerjakan sejak diterimanya surat pemberitahuan pajak oleh wajib pajak yang dikirimkan oleh kantor pelayanan pajak di wilayah dimana perusahaan WP yang diperiksa berdomisili. Selisih perhitungan dan permasalahan yang timbul didiskusikan untuk tindakan lanjutan, apakah sampai ke pengadilan pajak ataukah selesai karena data yang diperlukan sudah cukup dan dapat diambil tindakan secara langsung sesuai dengan Undang-undang Perpajakan dan peraturan-peraturan terkait yang berlaku.

Pengamatan dilakukan terhadap komunikasi pada proses penyelesaiannya termasuk mengikuti proses penyelesaian beberapa penugasan pajak dan apa saja yang dipersiapkan atau pun dilakukan oleh para konsultan pajak dalam menyelesaikannya, baik secara perorangan maupun dalam kelompok tim kerja. Wawancara intensif akan diarahkan pada pihak-pihak yang terkait dalam pengamatan menggunakan pendekatan informal seakrab mungkin guna memperoleh informasi yang lebih jujur dan terbuka.

(2)

Dari sudut analisa transaksional, metode yang menyelidiki hubungan-hubungan timbal-balik antara orang dengan menentukan bagian apa dari mitra-mitra hubungan itu ikut bermain (Harris, 1970), bila kita memperhatikan atau mendengarkan orang-orang di sekitar kita, kita akan menyaksikan bagaimana mereka itu berubah. Setiap pribadi pasti bergantung pada pribadi lainnya, sehingga untuk itu diperlukan komunikasi yang baik di antara pribadi-pribadi yang terlibat, dalam hal ini adalah tim kerja pada KKP “XYZ”.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap para konsultan pajak aktif yang bekerja pada Kantor Konsultan Pajak “XYZ”, berkedudukan di Jakarta Selatan. Walaupun penelitian secara intensif dilakukan dalam kurun waktu dua tahun (Januari 2012 – Desember 2013), pada praktiknya proses penelitian ini sudah dilakukan secara bertahap pada tahun sebelumnya, dengan harapan cukup memperoleh data yang sah berkaitan dengan penelitian ini.

3.2. Paradigma Penelitian

Komunikasi informal yang dilakukan para konsultan pajak terkonstruksi oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholders. Atas dasar pemahaman tersebut, maka penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis sebagai perspektif dalam melihat objek.

Alasan pemilihan paradigma ini, karena komunikasi informal adalah tindakan spontan manusia dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. Hal ini sejalan

(3)

dengan apa yang menurut Burhan Bungin, realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia bebas yang melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai mesin produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya (Sukidin, 2002:194).

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study), yaitu strategi penelitian yang di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu aktivitas, proses atau sekelompok individu yang kasusnya dibatasi waktu dan aktivitas. Peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell, 2010:10).

Studi kasus adalah eksplorasi terhadap suatu bounded system atau ‘sistem yang dibatasi’ atau suatu kasus (atau beberapa kasus) diselaraskan melalui suatu koleksi data mendalam dan detil yang melibatkan banyak sumber informasi kaya konteks. Sistem ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan status yang dipelajari – suatu program, peristiwa, aktivitas, atau perorangan. (Creswell, 1997:61).

Robert K. Yin (1994) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dengan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana

(4)

multisumber bukti dimanfaatkan. Definisi ini tidak hanya membantu kita untuk memahami studi kasus secara lebih jelas, juga membuat beda dari strategi-strategi lain. Studi kasus memiliki empat manfaat, yaitu (1) mampu menjelaskan hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, (2) dapat menggambarkan sebuah konteks kehidupan, (3) mampu melakukan evaluasi dan (4) dapat mengekplorasi situasi-situasi yang terjadi.

Yin juga menganalisis tiga langkah menyeluruh yang membingkai penelitian: (a) investigasi kuantitatif sebagai solusi bagi perselisihan kepengarangan (disputed authorship) dari aturan-aturan kaum federalis (the federalist papers), (b) kajian kualitatif tentang motif Negara Uni Soviet ketika terjadi krisis misil di Kuba, dan (c) kajiannnya sendiri tentang keteridentifikasian wajah manusia (the recognizability of human faces). Secara umum dia menemukan 4 komitmen: (a) merangkum pengetahuan seorang ahli untuk memperjelas fenomena yang diteliti, (b) merangkum semua data yang relevan, (c) untuk menguji berbagai interpretasi tandingan, dan (d) untuk memeriksa dan menyelidiki tingkat (validitas/reliabilitas) temuan yang memiliki beberapa implikasi terhadap bidang keilmuan lain. Komitmen dalam studi kasus ini sama pentingnya dengan komitmen dalam jenis penelitian lain. (Denzin & Lincoln, 2000:299).

Selain itu merujuk pertanyaan penelitian yang bersifat eksploratoris, berupa pertanyaan bagaimana dan mengapa, maka strategi penelitian studi kasus merupakan rekomendasi pilihan yang dipandang dapat menjawab tujuan penelitian. Sebab pertanyaan-pertanyaan seperti ini berkenaan dengan

(5)

kaitan-kaitan operasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri, dan bukan sekedar menemukan frekuensi atau peluang kemunculan. Pada studi kasus juga, menurut Yin, pertanyaan bagaimana dan mengapa dapat diarahkan pada peristiwa dimana penelitinya hanya memiliki peluang yang kecil atau tidak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa itu.

Karakteristik umum desain penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi studi kasus. Untuk studi kasus, keempat tipe desainnya adalah: (1) desain kasus tunggal holistik, (2) desain kasus tunggal terjalin (embeded), (3) desain multikasus holistik dan (4) desain multikasus terjalin.

Tipe 1

Kasus tunggal holistik

Tipe 2 Multi kasus holistik Tipe 3

Kasus Tunggal Terjalin

Tipe 4 Multi kasus terjalin

Tabel 3.3. Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus (Sumber: Robert K. Yin, 2006)

Desain kasus tunggal holistik digunakan bila hanya ada satu jenis kasus dengan satu level analisa saja yang diteliti. Desain kasus tunggal terjalin dilakukan bila hanya ada satu kasus tapi memiliki beberapa unit analisa yang akan diteliti. Desain kasus tunggal terjalin dilakukan bila hanya ada satu kasus tapi memiliki beberapa unit analisa yang akan diteliti. Desain multikasus holistik adalah bila ada satu unit analisa yang diteliti tetapi dilihat pada beberapa kasus.

(6)

Desain multikasus terjalin dilakukan jika ada beberapa jenis kasus dan beberapa unit analisa yang akan diteliti.

Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain kasus tunggal holistik. Desain ini dipilih karena peneliti hanya meneliti kasus komunikasi informal para konsultan pajak yang terjadi di KKP “XYZ” dalam menyelesaian kasus perpajakan yang mereka lakukan baik secara perorangan walaupun kemudian diselesaikan secara kelompok. Berdasarkan tujuan penelitian, maka data yang dikumpulkan menyangkut proses yang terkait dalam menyelesaikan tugas perpajakan klien yang meliputi persiapan – proses – hasil dari bagaimana para konsultan pajak bekerjasama memanfaatkan komunikasi informal mereka. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis penjodohan pola atau pattern matching. Teknik ini berorientasi pada perbandingan dua pola, yakni pola yang bersumber data empiris dan pola yang diprediksikan atau berdasarkan konsep-konsep teoritik. Kesamaan dari dua pola empiris-teoritis tersebut dapat menguatkan validitas internal. Sebaliknya perbedaan antar keduanya menuntut kajian teoritik lanjutan atau baru yang memerlukan alternatif tersendiri. (Yin, 2006).

Untuk kondisi pengamatan terhadap jaringan komunikasi di antara para konsultan pajak ini metode studi kasus paling efektif digunakan untuk menerangkan sesuatu. Dengan metode ini kita akan mendapatkan gambaran umum dan mendalam dari objek yang ingin kita teliti atau ketahui berdasarkan pengalaman-pengalaman pada diri objek. Pengalaman-pengalaman yang dimaksudkan dalam metode ini merupakan perbuatan langsung si pelaku dan

(7)

tampak gamblang, dalam arti tidak ada tirai yang menghalangi suatu realitas untuk menampakkan diri. Kita mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki orang-orang yang bersangkutan. Penelitian ini merupakan pengamatan yang dilakukan sebagai upaya pengungkapan realitas komunikasi informal yang membentuk pola komunikasi, serta bagaimana proses membangun kohesivitas di antara para konsultan pajak KKP “XYZ” dalam menangani kasus-kasus perpajakan yang terjadi dan penyelesaiannya. Para konsultan pajak itu tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi membentuk kelompok-kelompok kecil sebagai tim kerja dalam menyelesaikan penugasannya. Kelompok terkecil terdiri dari dua orang yaitu staf yang mengerjakan dan atasannya yang bertanggung jawab ke klien.

3.4. Key Informan

Sepuluh (10) orang konsultan pajak aktif di KKP “XYZ”, Jakarta sebagai informan kunci, yang di dalamnya terdapat seorang pada level manajerial (senior manager) dan 9 (sembilan) orang staf pelaksana (konsultan pajak). Konsultan pajak aktif yang dipilih sebagai informan kunci dikategorisasikan berdasarkan pengalamannya dalam menangani kasus perpajakan yang dikerjakan bersama dalam kelompok tim kerja maupun perorangan.

Menaati salah satu kode etik kerahasiaan perusahaan, nama informan kunci dimaksud disebutkan secara tersamar atau nama panggilan bukan nama lengkap, namun demikian dapat diberikan kriteria sebagai seorang informan, sebagai berikut:

(8)

1) Karyawan tetap dan konsultan pajak aktif KKP “XYZ” yang telah bekerja lebih dari satu tahun.

2) Sedang mengerjakan kasus yang dilakukan dengan kerja kelompok. 3) Pernah atau pun belum pernah bekerja di kantor konsultan pajak lain

sebelum bergabung dengan KKP “XYZ”.

4) Memiliki pengalaman organisasi atau pekerjaan yang memerlukan kerja kelompok.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data akan dilakukan dengan cara-cara yang diuraikan berikut ini. Untuk memperoleh:

3.5.1. Data Primer: dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 10 (sepuluh) orang konsultan pajak aktif di KKP “XYZ”, Jakarta sebagai informan kunci, yang di dalamnya terdapat seorang senior manager dan 9 (sembilan) orang staf pelaksana. Selain wawancara mendalam dengan meluangkan waktu khusus baik sekali sampai beberapa kali pertemuan secara khusus, penelitian dilakukan juga melalui pengamatan langsung sebagai partisipan (observasi partisipatif).

3.5.2. Data Sekunder: dilakukan dengan studi literatur yang berkaitan dengan penelitian yang bertujuan melengkapi data primer. Studi literatur terdiri dari buku-buku kepustakaan maupun informasi yang diperoleh melalui dunia maya atau internet.

(9)

3.6. Teknik Analisa Data

Data Managing: membuat dan mengorganisasikan arsip data, baik dalam

bentuk tabel, ilustrasi maupun catatan-catatan pelengkap.

Reading, memoing: studi literatur, mencatat batasan, membentuk

kode-kode inisial untuk memudahkan analisis dengan menghubungkan data yang sudah diorganisasikan sebelumnya.

Describing: menjabarkan pengalaman kasus yang dialami oleh informan

beserta konteksnya.

Classifying: mengelompokkan pernyataan ke dalam satuan-satuan makna

atau kategori, serta menentukan pola-pola kategorinya.

Interpreting: menggunakan interpretasi langsung serta mengembangkan

generalisasi secara natural atau yang dapat terlihat secara langsung.

Representing, visualizing: menyajikan narasi yang dikembangkan dengan

menggunakan tabel atau gambaran pernyataan dan satuan-satuan maknanya (Creswell, 1998:148-149).

3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data akan dilakukan dengan menggunakan triangulasi dengan sumber data. Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (Paton, 1987): (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

(10)

dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan (Moleong, 2006:330, Bardiansyah, 2006:145 dalam Burhan Bungin, 2010:256-257).

Gambar

Tabel 3.3. Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus  (Sumber: Robert K. Yin, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tujuan pembelajaran matematika bagi anak autis adalah mengenal dan menulis bilangan asli sampai angka 80 dengan menggunakan benda konkret. Oleh karena itu, pembelajaran

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas V SD Negeri Mranggen Kidul

 Pasangan primer SK-38–39 dan atau SK-145–101 telah berhasil digunakan untuk mendeteksi HIV pada lebih dari 96% individu dengan zat anti positif.  PCR dapat mendeteksi

Teknik observasi terstruktur digunakan untuk meneliti variabel penggunaan media internet dengan melakukan pengamatan di POSNET dan pemanfaatan fasilitas hotzone

Risiko kesehatan merupakan faktor- faktor dalam lingkungan kerja yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik berupa kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Pemerintah Kota

MEDIA (TEMPO) KARAKTER Cerdas, Nakal, Berani, Kreatif, Polos, Jujur KARAKTER Cerdas, Nakal, Usil, Berani, Kritis, Tajam ORDE BARU 1992 REFORMASI 2009 & 2014