• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geo Image 1 (10 ) (2012) Geo Image.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Geo Image 1 (10 ) (2012) Geo Image."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Geo Image

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

POLA DISTRIBUSI SPASIAL DAN DAYA LAYAN FASILITAS PERBANKAN DI KABUPATEN KUDUS

Khairul Umam, Rahma Hayati, Ariyani Indrayati

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Abstrak

Pertambahan penduduk mendorong perubahan tak terbatas pada jumlah pen-duduk, pertumbuhan penduduknya Kabupaten Kudus akan berdampak pada perkembangan perbankan di Kabupaten Kudus yang juga tidak kalah pesatnya. Kabupaten Kudus memiliki fasilitas perbankan berupa kantor bank dengan jumlah 91 kantor bank (BPS, 2011). Sekitar 51 % lokasi kantor bank tersebut berada di satu kecamatan yaitu Kecamatan Kota. Ini menyebabkan ketimpangan jumlah dengan kecamatan-kecamatan yang lainnya dan menunjukkan bagaimana pola distribusi spasial yang telah dibentuk. Hal ini yang menarik untuk diteliti bagaimana meli-hat pola distribusi spasial fasilitas perbankan tersebut. Selain itu juga dapat dikaji bagaimana ketersediaan dan daya layan fasilitas perbankan di Kabupaten Kudus. Ketersediaan daya laju dianalisis dengan Gutman Scalling Methods. Pola distribusi spasial dianalisis dengan teknik tetangga terdekat (nearest neighbor analysis) sehingga dapat dilihat bagaimana pola distribusi keruangan fasilitas perbankan di Kabupaten Kudus ini apakah sesuai dengan hasil data sekunder ataukah tidak. Setelah itu, da-pat dilakukan analisis daya layan yang didada-patkan masing-masing kecamatan den-gan perbandinden-gan jumlah bank dan standar penduduknya. Terakhir, dapat diberi-kan sebuah arahan pengembangan prioritas lokasi fasilitas perbandiberi-kan di Kabupaten Kudus dengan pertimbangan ketiga hasil analisis sebelumnya berupa peta arahan. Abstract

Bloom the fast holy regency influences banking development at holy regency also doesn’t lose the fast. Holy regency has banking facilities shaped bank office with total 91 bank offices (BPS, 2011). Around 51 % bank office location reside in one districts that is City District. This causes total lameness with the other districts and show to how distribution pattern spasial that formed. This matter is that interestings to canvassed to how to see distribution pattern spasial banking facilities. Besides also can be studied to how availability and power serves banking facilities at this holy regency. Availability is analyzed with gutman scalling methods. Distribution pattern spasial be analyzed with nearest neighbor analysis so that visible how does distribution pattern keruangan banking facilities at this holy regency can what as according to secondary data result or not. Afterwards, can be done power analysis serve that got each district with bank total comparison and standard the citizen. Latest, can be given a banking facilities location priority development directive at holy regency with previous analysis result third deliberation shaped directive map.

© 2012 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6285 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Juni 2012 Disetujui Agustus 2012 Dipublikasikan Oktober 2012 Keywords:

pattern spatial, power serves, directive, banking facilities

Alamat korespondensi:

Gedung C1 Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email: geografiunnes@gmail.com

(2)

Pendahuluan

Bagi suatu negara bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mem-pengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara atau dapat dikatakan juga bahwa kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara terse-but. Artinya, keberadaan dunia perbankan sema-kin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fung-si bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital. Misalnya, dalam hal penciptaan uang, mengedar-kan uang, menyediamengedar-kan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. Peranan bank juga besar terhadap kema-juan daerahnya masing –masing. Sejalan dengan berkembangnya Kabupaten Kudus, perkemban-gan perbankan di Kabupaten Kudus juga tidak ka-lah pesatnya. Hal ini dikarenakan bank termasuk fasilitas pelayanan masyarakat pada umumnya. Kabupaten Kudus memiliki berbagai ma-cam fasilitas perbankan, baik berupa kantor bank maupun ATM. Adapun untuk kantor bank ber-jumlah 91 dengan rincian 68 kantor bank umum dan 23 kantor Bank Perkreditan Rakyat. Keselu-ruhan dari jumlah kantor bank tersebut dominan berada di satu kecamatan yaitu kecamatan kota yang juga merupakan ibukota kabupaten yang hanya memiliki jumlah penduduk 91.489. Pa-dahal secara administratif, Kabupaten Kudus terdiri dari sembilan kecamatan dengan jumlah penduduk total mencapai 764.606 jiwa (BPS, 2011). Hal ini menyebabkan ketimpangan dengan kecamatan yang lainnya dan menunjukkan bagaimana pola distribusi spasial yang telah dibentuk.

Hal ini yang menarik untuk diteliti bagaimana melihat pola distribusi spasial fasilitas perbankan tersebut. Selain itu juga dapat dikaji bagaimana ketersediaan dan daya layan fasilitas perbankan di Kabupaten Kudus ini sehingga sebagai hasil akhir nanti didapatkan sebuah arahan pengemban-gan prioritas lokasi fasilitas fasilitas perbankan.

Metode

Pada dasarnya penelitian ini menggunak-an metode menggunak-analisis deskriptif. Daerah penelitimenggunak-an

adalah Kabupaten Kudus. Penelitian ini meng-gunakan data primer dan data sekunder baik berupa data spasial berupa peta-peta tematik mau-pun data non spasial berjenis demografis. Data primer diperolah dari pengukuran dan survei di lapangan menggunakan GPS. Metode analisis deksriptifnya ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil pengolahan data sekunder yang telah diperoleh, baik data men-genai ketersediaan, pola distribusi spasial dan daya layan fasilitas perbankan di Kabupaten Kudus. Terdapat empat cara menganalisis yang akan dipakai yaitu Gutman Scalling

Meth-ods, Analisa tetangga terdekat (nearest

neigh-bor analysis), Daya Layan dan Overlay Peta. Pertama, analisis Gutman Scalling

Methods. Analisis ini untuk mengetahui

ketersediaan pelayanan (Service

Availabil-ity). Metode menilai ada atau tidaknya

fasili-tas pelayanan, jika pelayanan tersedia diberi nilai 1 dan jika tidak tersedia diberi nilai 0. Evaluasi ketersediaan pelayanan ini nantinya berupa ada tidaknya kantor bank berdasarkan jenis bank di masing –masing kecamatan di Ka-bupaten Kudus. Kedua analisis tetangga terdekat

(nearest neighbor analysis). Sebelum menganalisis

dengan analisa terdekat perlu dilakukan pemeta-an lokasi – lokasi kpemeta-antor bpemeta-ank dengpemeta-an Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan pengeplotan koordinat lokasi tiap kantor bank di Kabupaten Kudus ke dalam peta kemudian dilakukan penen-tuan pola distribusi spasial secara kuantitatif, se-hingga dapat dianalisa pola distribusi spasialnya. (Hagget dalam Ritohardoyo, 2000:50) menjelas-kan salah satu cara untuk mengukur pola distri-busi spasial dapat pula dilakukan dengan model dan analisis tetangga terdekat atau nearest neigh-bor analysis, yaitu dengan menghitung besarnya parameter tetangga terdekat atau T dengan meng-gunakan rumus berikut :

Ju T= Jh

dimana

T = indeks penyebaran tetangga terdekat Ju= jarak rata-rata yang diukur antara

satu titik dengan titik tetangga yang terdekat

Jh= jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random (acak), yakni dihitung dengan rumus :

1 Jh = 2p

(3)

kilometer-persegi, yaitu jumlah titik (N) dibagi den-gan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) Mengetahui apakah pola distribusi spa-sial yang dianalisis, termasuk mengelompok, acak atau seragam, caranya dengan memband-ingkan dengan nilai parameter tetangga ter-dekat T untuk masing-masing pola yang dapat diperhatikan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pola distribusi spasial

T Pola

0 – 0,7 Mengelompok 0,71 – 1,4 Acak

1,41 – 2,15 Seragam atau menyebar Sumber : Hagget dalam Ritohardoyo (2000:50)

Pola distribusi spasial secara umum terbagi menjadi tiga (Briggs, 2007) yaitu mengelompok

(clustered), acak (random) dan seragam (uniform)

atau menyebar (dispersed) Selain pola distribusi spasial, juga dilakukan analisis distribusi bank yang dibuat berdasarkan pada hasil identifikasi karakteristik bank tersebut, khususnya menga-cu pada (situation) fungsi kawasan dimana bank tersebut berada. Tipologi ini dibuat untuk me-nyederhanakan berbagai karakter lokasi bank, sehingga bank dapat diidentifikasikan sesuai dengan tipe lokasi dimanakantor bank tersebut ditempatkan. Ketiga, analisis daya layan. Anali-sa ini berupa membandingkan antara ketersedi-aan fasilitas dengan variabel pembanding aktual, pengguna potensial, penduduk keseluruhan dan dengan pembanding dan tergantung ketersediaan data. Ketersediaan kantor bank yang ada di tiap kecamatan di Kabupaten Kudus nantinya akan dievaluasi dengan variabel pembanding berupa jumlah penduduk. Hasil evaluasi tingkat kecu-kupan jumlah kantor bank ini selanjutnya akan dilakukan klasifikasi.(Muta’ali dalam Zumro-tuzzakiyah, 2008) mengklasifikasikan daya layan ke dalam tiga klasifikasi kelas daya layan, yakni “daya layan rendah” untuk tingkat kecukupan <1, “daya layan sedang” untuk tingkat kecuku-pan =1 dan “daya layan tinggi” untuk tingkat ke-cukupan >1 lihat Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Kelas Daya Layan Daya Layan Klasifikasi Kelas Daya Layan

<1 Daya Layan Rendah = 1 Daya Layan Sedang > 1 Daya Layan Tinggi

Sumber : Muta’ali dalam Zumrotuzzakiyah, 2008

Pembuatan klasifikasi ini menggunakan dua standar yang berbeda untuk menentukan kelas daya layan. Kedua standar memiliki per-bedaan dalam menentukan standar daya layan. Berikut ini masing-masing standar untuk menilai daya layan masing-masing kecamatan. Standar yang diterapkan dalam Teknis Analisis Regio-nal. Adapun standar minimal fasilitas kantor bank adalah 1 unit kantor bank per 30.000 pen-duduk yang dimungkinkan untuk menjadi na-sabah (penduduk usia 5 tahun ke atas). Artinya tidak membeda-bedakan baik itu jenis kantor kas, kantor cabang pembantu ataupun kantor cabang utama standar yang dipakai tetap sama. Standar yang diterapkan Bank Indonesia. Standar ini me-nyebutkan bahwa untuk sebuah kantor cabang mempunyai ambang jumlah nasabah sejumlah 15.000 jiwa, kantor cabang pembantu sejumlah 8.000 jiwa dan kantor kas, BPR BKK maupun BPR non BKK sejumlah 7.500 jiwa (Bank Indo-nesia, 2010). Adapun penduduk yang dimung-kinkan untuk menjadi nasabah sama dengan se-belumnya yaitu penduduk usia 5 tahun ke atas. Terakhir, menentukan arahan prioritas pengem-bangan lokasi.

Analisis yang akan digunakan adalah

over-lay peta dan analisis deskriptif. Pertama,

melaku-kan tumpang tindih (overlay) peta tipologi lokasi kantor bank dengan peta sub wilayah pembangu-nan. Kabupaten Kudus dibagi ke dalam lima sub wilayah pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kudus. Kedua, menganalisis secara deskriptif dengan melihat kecocokan tipologi bank yang nantinya dapat dikembangkan di wilayah yang menjadi prioritas pengembangan lokasi fasilitas perbankan. Pem-berian arahan prioritas pengembangan lokasi akan didasarkan pada beberapa dasar pertimban-gan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut akan di-komparasikan dan dijelaskan melalui tabel untuk dianalisis secara deskriptif sehingga akhirnya da-pat diberikan skala prioritas untuk menentukan arahan pengembangan prioritas lokasi fasilitas perbankan yang tepat.

Hasil Dan Pembahasan

Secara astronomis Kabupaten Kudus ter-letak di antara 6035’38” - 6058’49” Lintang Se-latan dan 110045’10” - 110058’54” Bujur Timur. Kabupaten Kudus ini terdiri dari sembilan keca-matan yaitu Kecakeca-matan Kaliwungu, Kecakeca-matan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, Ke-camatan Mejobo, KeKe-camatan Jekulo, KeKe-camatan Bae, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe. Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun

(4)

2010 tercatat sebesar 764.606 jiwa (BPS, 2011)., terdiri dari 379.020 jiwa laki-laki (49,57%) dan 385.586 jiwa perempuan (50,43%).

Ketersediaan fasilitas perbankan ini mem-berikan hasil analisis ketersediaan pelayanan yang ada di Kabupaten Kudus. Metode ini me-nilai ada atau tidaknya fasilitas pelayanan, jika pelayanan tersedia diberi nilai 1 dan jika tidak tersedia diberi nilai 0. Pemberian penilaian fa-silitas pelayanan berupa kantor bank dibedakan menjadi bank umum dan BPR seperti tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketersediaan Kantor Bank Umum dan BPR per kecamatan di Kabupaten Kudus

berdas-arkan analisis Gutman Scalling Methods No Kecamatan Bank Umum BPR

1 Kaliwungu 1 1 2 Kota 1 1 3 Jati 1 1 4 Undaan 1 1 5 Mejobo 1 1 6 Jekulo 1 1 7 Bae 1 1 8 Gebog 1 1 9 Dawe 1 1

Sumber : Hasil Survei Lapangan, 2012 Keterangan :

1 = ada fasilitas pelayanan 0 = tidak ada fasilitas pelayanan

Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bah-wa di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus sudah memiliki kantor bank, baik itu berupa bank umum maupun BPR. Hal ini me-nunjukkan perkembangan yang baik bagi sebuah fasilitas pelayanan. Artinya setiap penduduk di masing-masing kecamatan setidaknya hanya per-lu menempuh jarak dekat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan karena di setiap kecamatan sudah ada kantor bank baik itu bank umum mau-pun BPR.

Hasil penghitungan analisis tetangga terdekat didapat nilai T adalah 0,15. Nilai T dengan angka 0,15 ini masuk ke dalam kategori pola mengelompok (clustered) karena memiliki nilai T nya memiliki kriteria antara 0 sampai 0,7. Hal ini dapat diperjelas pada Gambar 1. yang

menunjukkan bagaimana pola distribusi spasial kantor bank di Kabupaten Kudus yang juga me-nunjukkan pola mengelompok di pusat kota se-bagai ibukota Kabupaten. Selain itu juga dapat dilihat bahwa pola distribusi spasial kantor bank ini sebagian besar memanjang di jalan-jalan ko-lektor khususnya Jalan Ahmad Yani dan Jalan Jendral Sudirman.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa teori tempat pemusatan (central place theory) yang dikemukakan oleh Christaller belum dijadikan pedoman oleh pihak Perbankan untuk menentu-kan sebuah lokasi menentu-kantor bank yang ada di Ka-bupaten Kudus. Hal ini mengakibatkan perseba-ran dan perkembangan distribusi kantor bank di Kabupaten Kudus tidak tersebar secara merata. Kabupaten Kudus ini sebenarnya sudah meme-nuhi dua syarat berupa topografi yang hampir seragam dan kehidupan ekonomi yang homogen karena tidak banyak lahan untuk pertanian mau-pun pertambangan. Perkembangan Kecamatan Kota sebagai ibukota Kabupaten yang lebih pesat dibandingkan kecamatan lainnya menyebabkan pemilihan lokasi kantor bank cenderung berada di kecamatan ini.

Berdasarkan analisis diketahui bahwa pola distribusi spasial fasilitas perbankan di Kabupa-ten Kudus adalah mengelompok. Selain itu dapat dilihat bagaimana distribusi kantor bank yang ada di Kabupaten Kudus. Distribusi yang dimak-sud ini mulai dari distribusi kantor bank berdasar-kan nama bank, berdasarberdasar-kan aksesibilitas lokasi, berdasarkan penggunaan lahan, berdasarkan ti-pologi lokasi dan berdasarkan jenis kantor bank. Hasilnya dapat diambil fakta bahwa :

1. Bank dengan kantor bank terbanyak di Kabu-paten Kudus adalah BPR.

2. Sebagian besar kantor bank di Kabupaten Ku-dus berada di jalan-jalan kolektor yang strate-gis.

3. Kantor bank di Kabupaten Kudus mayoritas berada di penggunaan lahan sekitar lokasi per-mukiman.

4. Tipologi lokasi perkantoran paling banyak di-temui kantor bank di Kabupaten Kudus. 5. Kantor Cabang Pembantu adalah jenis kantor

bank paling banyak di Kabupaten Kudus

Berdasarkan penghitungan daya layan menggunakan dua standar yang berbeda didapat-kan nilai daya layan yang berbeda-beda juga. Pertama, menggunakan standar teknik analisis regional dan kedua menggunakan standar Bank Indonesia. Berikut penjelasan dan hasil

(5)

pemba-hasan masing-masing standar tersebut.

Berdasarkan Standar Teknik Analisis Re-gional, yang memberikan dasar perbandingan antara satu kantor bank dengan 30.000 jumlah penduduk diketahui bahwa ,dari sembilan keca-matan di Kabupaten Kudus hanya dua kecakeca-matan yang memiliki daya layan rendah. Sisanya tujuh kecamatan lainnya memiliki daya layan tinggi. Sedangkan jika digunakan Standar Bank Indo-nesia, dimana standar ini memberikan dasar per-bandingan antara satu kantor bank dengan jumlah

penduduk yang berbeda-beda didapatkan hasil bahwa dari sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus hanya dua kecamatan yang memiliki daya layan tinggi. Sisanya tujuh kecamatan lainnya me-miliki daya layan rendah.

Berdasarkan hasil analisis daya layan kedua standar ini seperti terlihat pada Tabel 3. hanya Ke-camatan Jati dan KeKe-camatan Kota yang selalu me-miliki daya layan tinggi. Hal ini dikarenakan pusat persebaran kantor bank berpusat di dua kecamatan ini. Adapun kedua kecamatan ini terdapat di Sub Tabel 3. Kelas Daya Layan per kecamatan di Kabupaten Kudus

No Kecamatan Kelas Daya Layan (TAS) Kelas Daya Layan (BI)

1 Kaliwungu Rendah Rendah

2 Kota Tinggi Tinggi

3 Jati Tinggi Tinggi

4 Undaan Tinggi Rendah

5 Mejobo Tinggi Rendah

6 Jekulo Tinggi Rendah

7 Bae Tinggi Rendah

8 Gebog Tinggi Rendah

9 Dawe Rendah Rendah

Kab Kudus Tinggi Tinggi

Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Wilayah Pembangunan I sehingga sangat strategis

dan memiliki fasilitas pelayanan yang paling baik dibanding kecamatan lainnya.

Arahan prioritas pengembangan fasilitas perbankan disusun dengan mengacu pada hasil

analisis yang menunjukkan bahwa lokasi kan-tor bank efektif pada tipe lokasi perkankan-toran. Di samping itu juga dipertimbangkan beberapa hal yaitu 1) Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kudus, 2) Ketersediaan dan Pola Dis-Gambar 1 Peta Pola Distribusi Spasial Kantor Bank di Kabupaten Kudus

(6)

Gambar 2 Peta Arahan Pengembangan Prioritas Lokasi Fasilitas Perbankan di Kabupaten Kudus

di Kabupaten Kudus” yang telah dilakukan, da-pat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ketersediaan Fasilitas Perbankan berdasarkan

analisis Gutman Scalling Methods menunjuk-kan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan berupa kantor bank sudah ada di masing-masing kecamatan di Kabupaten Kudus. Berdasarkan jenis bank, baik itu bank umum maupun BPR juga sudah ada di masing-mas-ing kecamatan di Kabupaten Kudus. Hal ini menunjukkan perkembangan yang baik ka-rena setiap kecamatan kaka-rena sudah memiliki fasilitas pelayanan di bidang perbankan ini, meskipun berdasarkan jumlah kantor nantin-ya berbeda di masing-masing kecamatan. 2. Pola Distribusi Spasial Fasilitas Perbankan

di Kabupaten Kudus menunjukkan pola mengelompok (clustered). Dimana beberapa titik terkonsentrasi berdekatan satu sama lain berdasarkan hasil analisis tetangga ter-dekat dan analisis peta pola distribusi spa-sial. Pola mengelompoknya lebih spesifik di pusat kota sepanjang jalan kolektor sep-erti Jalan Ahmad Yani dan Jalan Jendral Sudirman. Hal ini menunjukkan bahwa te-ori tempat pemusatan yang dikemukakan oleh Christaller tidak berlaku bagi distribusi kantor bank yang ada di Kabupaten Kudus. 3. Daya Layan Fasilitas Perbankan di Kabu-tribusi Spasial Fasilitas Perbankan dan 3) Daya

Layan Fasilitas Perbankan di Kabupaten Kudus Kebijakan RTRW Kabupaten Kudus dapat dijadikan acuan dengan pertimbangan pembagian sub wilayah pembangunan. Nantinya pembagian arahan nantinya menggunakan batas wilayah berupa sub wilayah pembangunan. Selanjutnya dalam memberikan rekomendasi arahan prioritas pengembangan lokasi dengan mempertimbang-kan acuan yang telah dijelasmempertimbang-kan, untuk lebih jelas-nya dapat dilihat pada Gambar 2. Prioritas arahan terbagi dalam tiga prioritas, yaitu prioritas I, pri-oritas II dan pripri-oritas III, yang menunjukkan jum-lah kantor bank dan memberikan arahan prioritas pengembangan lokasi kantor bank.

Prioritas I terdapat pada SWP V yang ter-diri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Kali-wungu. Prioritas II terdapat di SWP III meliputi Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe. Tera-khir, prioritas III atau prioritas terakhir terdapat pada SWP I, II, dan IV. Meliputi lima kecamatan sisanya, yaitu Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Undaan dan Kecamatan Jekulo.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Pola Distri-busi Spasial dan Daya Layan Fasilitas Perbankan

(7)

paten Kudus. Mengacu hasil perhitungan tentang Kelas Daya Layan per kecamatan di Kabupaten Kudus menggunakan standar Teknik Analisis Regional, hanya dua kecama-tan yang memiliki daya layan rendah. Sisanya tujuh kecamatan lainnya memiliki daya layan tinggi. Kemudian apabila mengacu hasil perhitungan tentang Kelas Daya Layan per kecamatan di Kabupaten Kudus menggunakan standar Bank Indone-sia, hanya dua kecamatan yang memiliki daya layan tinggi. Sisanya tujuh kecama-tan lainnya memiliki daya layan rendah. 4. Arahan pengembangan prioritas lokasi fasili-tas perbankan di Kabupaten Kudus dapat dibagi menjadi tiga prioritas, yaitu prioritas I, prioritas II dan prioritas III, yang menun-jukkan jumlah kantor bank dan memberikan arahan prioritas pengembangan lokasi kan-tor bank. Prioritas I terdapat pada SWP V yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Ke-camatan Kaliwungu sekaligus menjadi pri-oritas paling utama untuk pengembangan lokasi kantor bank di masa yang akan datang.

Daftar Pustaka

Bank Indonesia, 2010. Laporan Perkembangan

Ekonomi Keuangan Daerah Propinsi Jawa Tengah. Semarang : Bank Indonesia.

BAPPEDA Kabupaten Kudus. 2011. Rancangan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ku-dus tahun 2011-2031. KuKu-dus : Pemerintah

Daerah Kabupaten Kudus

BPS Kab Kudus. 2011. Kudus Dalam Angka 2011. Kudus : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus.

Briggs 2007. Spatial Statistics. UT-Dallas GISC 6382 Spring.

Muta’ali, Luthfi. 2000. Teknik Analisis Regional. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universi-tas Gadjah Mada.

Ritohardoyo, Su. 2000. Geografi Permukiman. Yo-gyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Zumrotuzzakiyah, 2008. ‘Evaluasi Ketersediaan

dan Kebutuhan Ruang Kelas serta Guru Se-kolah Dasar Negeri di Kota Semarang tahun 2005’. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu

Gambar

Tabel 2. Klasifikasi Kelas Daya Layan Daya Layan Klasifikasi Kelas Daya Layan
Tabel 3. Ketersediaan Kantor Bank Umum dan  BPR per kecamatan di Kabupaten Kudus
Gambar 2 Peta Arahan Pengembangan Prioritas Lokasi Fasilitas Perbankan di Kabupaten Kudus

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah apakah pengendalian internal atas gaji pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara

Jadi, sistem informasi manajemen yang merupakan kegiatan pengambilan keputusan dikatakan meningkat karena dalam kegiatan pengelolaan arsip dinamis yakni pada

berbeda, nilai F hitung yang didapatkan adalah 5,349 (Lampiran 8), nilai ini lebih besar dari F tabel 2,770 maka terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata motilitas

Proses analisis data di lakukan dengan mempelajari hasil wawancara yang di dukung observasi, wawancara dan dokumentasi dari Band Bleach Of The Stains serta

5% setelah di transformasi arcsine. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan ulat instar II,III,IV dan V tidak berbeda nyata dengan pemberian ekstrak biji jarak. Hal ini menunjukkan

10. Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Berdasarkan penjelasan karakteristik problem based learning dapat

Jika pada bayi menyebabkan tubuh bayi menjadi biru yang disebut blue baby disease (Melanby. Jadi yang melampaui ambang batas baku mutu air adalah di Moyanbaru dan di

Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air