• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA BERDASARKAN STATUS EKONOMI ORANG TUA (Studi Deskriptif Komparatif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cangkringan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA BERDASARKAN STATUS EKONOMI ORANG TUA (Studi Deskriptif Komparatif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cangkringan)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA

BERDASARKAN STATUS EKONOMI ORANG TUA

(Studi Deskriptif Komparatif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cangkringan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Agustina Dwi Astutiningsih 171114049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA

BERDASARKAN STATUS EKONOMI ORANG TUA

(Studi Deskriptif Komparatif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cangkringan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Agustina Dwi Astutiningsih 171114049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)
(4)

iii AMAN MOTTO

(5)

iv

Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh.

Hamka

Gantungkan cita-cita mu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

Ir. Soekarno

The object of education is to prepare the young to educate themselves throughout their lives.

Robert Maynard Hutchins

Hidup hanya sekali, harus berarti!

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Yang telah memberkati dan mengijinkan saya sampai titik, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyelesaikannya tepat waktu.

Orangtuaku Tersayang

Yohanes Tukiran dan Veronica Suyatmi

Yang senantiasa membimbingku dan menjadi sahabatku berkeluh kesah. Terimakasih telah menjadi orang tua yang sangat mendukung dan mempercayaiku

dalam segala hal.

Kakak Tersayang

Elisabeth Siwiwidyastuti Ningrum

Yang telah memberikan dukungan secara moral dan matrial, sehingga aku dapat menjadi pribadiku yang sekarang ini.

Keponakan Tersayang

Arsyla Layila Putri

Yang selalu menjadi penghiburanku dan pelepas lelah sekaligus menjadi pengganggu selama aku mengerjakan skripsi.

Keluarga Besar Karto Djmedja

Yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi

Seluruh Mahasiswa Bimbingan dan Konseling 2017 Dosen pembimbing Dr. Gendon Barus, M.Si.

Yang sudah selalu mengingatkan untuk lulus tepat waktu, dengan sabar dan sepenuh hati membimbing saya.

Bapak/Ibu Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Mei 2021 Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agustina Dwi Astutiningsih Nomor Mahasiswa : 171114049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA BERDASARKAN STATUS EKONOMI ORANG TUA

(Studi Komparatif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cangkringan)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk internet, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 19 Mei 2021 Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA

BERDASARKAN STATUS EKONOMI ORANG TUA

(Studi Deskriptif Komparatif pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cangkringan)

Agustina Dwi Astutiningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2021

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkategorisasi tingkat kematangan karir siswa kelas XI SMA N 1 Cangkringan dan menganalisis perbedaannya berdasarkan status ekonomi orang tua; (2) Mengidentifikasi butir-butir pengukuran kematangan karir yang capaian skornya rendah; (3) Mengetahui perbedaan kematangan karir siswa kelas XI ditinjau dari status ekonomi orang tua di SMA Negeri 1 Cangkringan Tahun Ajaran 2020/2021

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskrptif komparatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Cangkringan berjumlah 63 siswa. Pengumpulan data menggunakan Skala Kematangan Karir dengan 46 item valid dan memiliki indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0.977. Skala disusun berdasarkan aspek-aspek kematangan karir, yaitu; (1) perencanaan karir; (2) eksplorasi karir; (3) pengetahuan tentang membuat keputusan karir; (4) pengetahuan tentang dunia kerja; (5) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai; (6) orientasi karir. Aspek-aspek status ekonomi orang tua yaitu: (1) pendidikan; (2) pendapatan; (3) pekerjaan orang tua. Tingkat kematangan karir siswa dianalisis menggunakan teknik deskriptif kategori, sedangkan komparasinya pada berbagai tingkat ekonomi orang tua dianalisis dengan teknik uji Kruskal Wallis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tanpa membedakan status ekonomi orang tua terdapat 27 (42,8%) siswa yang mempunyai kematangan karir tinggi, 33 (52,4%) siswa yang mempunyai kematangan karir sedang dan 3 (4,1%) siswa yang mempunyai kematangan karir rendah. (2) teridentifikasi 20 item (43,5%) dalam pengukuran kematangan karir siswa dengan capaian skor pada kategori tinggi, 25 (52,4%) masuk dalam kategori sedang dan terdapat 1 (2,1%) pengukuran kematangan karir siswa dengan capaian skor kategori rendah (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan kematangan karir siswa berdasarkan status ekonomi orang tua dengan nilai p-value 0,168 > 0,05.

(10)

ix

ABSTRACT

LEVEL OF STUDENT CAREER DEATH

BASED ON THE ECONOMIC STATUS OF PARENTS

(Comparative Descriptive Study of Class XI Students of SMA Negeri 1 Cangkringan)

Agustina Dwi Astutiningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2021

This research aims to: (1) Categorize the level of class XI students’ career maturity of SMA Negeri 1 Cangkringan and analyze its differences based on the economic status of parents; (2) Identify the low scores of career maturity measurement items; (3) Know the differences in career maturity of class XI students in terms of the parents’ economic status in SMA Negeri 1 Cangkringan, Academic Year 2020/2021

This type of research is a comparative descriptive study. The subjects of this study were 63 students of class XI SMA Negeri 1 Cangkringan. The data is collected by using the Career Maturity Scale with 46 valid items and having a Cronbach Alpha reliability index of 0.977. The scale is arranged based on the aspects of career maturity: (1) career planning; (2) career exploration; (3) knowledge of making career decisions; (4) knowledge of the work atmosphere; (5) knowledge of preferred occupational groups; (6) career orientation. The aspects of the economic status of parents are (1) education; (2) income; (3) parents’ job. The level of student career maturity was analyzed by using descriptive category techniques, whereas the comparison at various economic levels of parents was analyzed by using the Kruskal Wallis test technique.

The results depicted that: (1) regardless of the economic status of their parents, there were 27 (42,8%) students who had high career maturity, 33 (52.4%) students who had medium career maturity and 3 (4,1%) students who had low career maturity. (2) It is identified that there were 20 items (43,5%) in the measurement of student career maturity with scores in the high category, 25 (52.4%) included in the medium category, and there were 1 (2,1%) item measuring student career maturity with the achievement of low category scores (3) there was no significant difference in student career maturity based on the economic status of parents with a p-value of 168> 0.05.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan kerjasama yang baik dari pihak – pihak yang terlibat, maka skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik dan cepat, oleh karena itu, pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih pada:

1. Dr.Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psi. selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. selaku wakil kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

4. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membantu dari awal proses penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan membagikan ilmunya selama menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. 6. Bapak Stefanus Priyatmoko atas kesabaran dan semangatnya dalam

membantu melayani proses administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

7. Kepada keluarga saya Yohanes Tukiran, Veronica Suyatmi, Elisabeth Siwiwidiyastuti Ningrum dan Arsyla Layla Putri yang dengan sepenuh jiwa raga mendoakan dan mendukung penulis.

8. Kepada kepala sekolah Sekolah SMA N 1 Cangkringan, yang sudah memberi izin saya untuk melakukan penelitian di SMAN 1 Cangkringan. 9. Kepada Dra. Sunarti, M.Si dan Ibu Fitriani Munawaroh S.Pd selaku guru

BK SMAN 1 Cangkringan yang sudah membantu peneliti mencari responden.

10. Siswa-Siswi kelas XI SMA N 1 Cangkringan yang berkenan membantu proses penelitian ini dengan menjadi subyek penelitian.

(12)

xi

11. Sahabat kuliah yang dengan tulus ikhlas membantu saat proses perkuliahan hingga pengerjakaan skripsi ini yaitu, Yunita, Erika, Maria, Sinta, Lenni, Ambar, Vita dan Raras.

12. Sahabat gereja yang selalu memberi semangat dan setia mendengar keluh kesah selama proses skripsi ini berlangsung yaitu: Mbak Amara, Mbak Erika dan Mbak Arlin.

13. Sahabat SMK yang selalu saling mendoakan dan menyemangati untuk menyelessaikan skripsi ini, yaitu: Reza, Kintan, Nares dan Irma.

14. Sahabat Jejak Langkah Misioner yang dengan tulus hati mendoakan dan membantu dalam proses penelesaian skripsi, yakni: Mbak Cesta, Mbak Momon, Mbak Amara, Onel, Mas Eka, Cahyo, Tio dan Mbak Ninung. 15. Nicolaus Ade Prasetyo yang telah membantu dan memberi dukungan

selama peneliti menyusun skripsi.

16. Claudia Retno Widanti yang selalu menyemangaiku dan dengan tulus hati membantu proses penyusunan skripsi ini.

17. Sahabat Jejak Langkah Misioner yang selalu memberi semangat selama saya menyusun skripsi

18. Rekan-rekan Humas Sanata Dharma angkatan 2019 dan 2021 yang selalu saling menyemangati demi terselesaikannya skripsi ini

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR RUMUS ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

a. Latar Belakang Masalah ... 1

b. Identifikasi Masalah ... 10 c. Batasan Masalah ... 11 d. Rumusan Masalah ... 11 e. Tujuan Penelitian ... 12 f. Manfaat Penelitian ... 12 g. Batasan Istilah ... 13

(14)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Hakikat Kematangan Karir ... 14

1. Pengertian Kematangan Karir ... 14

2.

Tahapan Perkembangan Karir ... 16

3. Aspek-aspek Kematangan Karir ... 20

4. Karakteristik Kematangan Karir ... 23

5. Faktor Kematangan Karir ... 24

B. Status Ekonomi Orang Tua ... 26

1. Pengertian Status Ekonomi Orang Tua ... 26

2. Aspek-aspek yang Menentukan Status Ekonomi Orang Tua ... 27

3. Faktor yang Menentukan Status Ekonomi ... 32

4. Dampak dari Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kematangan Karir ... 34

C. Remaja ... 35

1. Pengertian Remaja ... 36

2. Ciri-ciri Remaja ... 36

3. Batasan Usia Remaja ... 37

4. Tugas Perkembangan Remaja ... 37

5. Remaja dan Kematangan Karir ... 38

D. Penelitian yang Relevan ... 39

E. Kerangka Berfikir ... 41

F. Paradigma Penelitian ... 42

G. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subjek Penelitian ... 45

D. Variabel Penelitian ... 46

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 46

(15)

xiv

2. Instrumen Penelitian ... 47

F.Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 52

1. Validitas Instrumen ... 52

2. Reliabilitas Instrumen ... 54

G.Teknik Analisis Data ... 56

1. Teknik Analisis Data Deskriptif Kategori ... 56

2. Uji Hipotesis ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Tingkat Kematangan Karir Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 63

2. Butir Item Pengukuran Kematangan Karir yang Capaian Skornya Teridentifikasi Belum Optimal ... 65

3. Perbedaan Kematangan Karir Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 66

B. Pembahasan... 68

1. Gambaran Kemampuan Kematangan Karir Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 68

2. Gambaran Capaian Skor Item Pengukuran Kematangan Karir yang Belum Optimal ... 72

3. Gambaran Perbedaan Kematangan Karir Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 77

BAB V PENUTUP ... 82 1. Kesimpulan ...82 2. Keterbatasan Penelitian ... 83 3. Saran...83 DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 91

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian ... 45

Tabel 3.2 Norma Skoring Kuesioner Kematangan Karir ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Kematangan Karir ... 49

Tabel 3.4 Norma Skoring Status Ekonomi Orang Tua ... 50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Status Ekonomi Orang Tua ... 51

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Item Kuesioner Kematangan Karir ... 53

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Kuesioner ... 55

Tabel 3.8 Kategori Koefisien Reliabilitas ... 55

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi ... 57

Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Skor Kematangan Karier Siswa SMA ... 57

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi Skor Status Ekonomi Orang Tua... 58

Tabel 3.12 Kategorisasi Capaian Skor Butir Pengukuran Kematangan Karir Siswa ... 59

Tabel 3.13 Uji Normalitas ... 59

Tabel 3.14 Uji Homogenitas ... 61

Tabel 4.1 Capaian Hasil Kematangan Karir berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 63

Tabel 4.2 Skor Tes Hasil Kategorisasi Capaian Skor Item Pengukuran Kematangan Karir ... 65

Tabel 4.3 Hasil Rank Kematangan Karir Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 66

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 42 Gambar 4.1 Grafik Sebaran Data Kematangan Karir Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 64 Gambar 4.2 Grafik Capaian Skor Item Pengukuran Kematangan Karir .... 65

(18)

xvii

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Uji Validitas ... 51

Rumus 3.2 Uji Reliabilitas ... 54

Rumus 3.3 Uji Normalitas ... 60

Rumus 3.4 Homogenitas ... 60

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 90

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 91

Lampiran 3. Hasil Komputasi Uji Validitas Butir Instrumen Penelitian ... 97

Lampiran 4. Tabulasi Data Kematangan Karir... 102

Lampiran 5. Tabulasi Data Status Ekonomi Orang Tua... 107

Lampiran 5. Tabulasi Data Kematangan Karir Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua ... 110

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan-batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan salah satu tahapan dan siklus kehidupan manusia yang banyak dibahas oleh para ahli, sebab banyak hal menarik yang dapat ditelaah. Masa remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting dalam siklus perkembangan individu, karena mengarah pada masa dewasa yang sehat (Konapka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996; Santosa, 2010). Masa ini menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi dari status kanak-kanak menuju dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak-anak tidak pula termasuk golongan orang dewasa (Maslihah, 2009).

Usia remaja adalah usia dimana individu mulai belajar berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Piaget, 1969). Mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak lagi, namun belum dapat dikategorikan dewasa karena remaja masih kurang dapat bertanggung jawab atas tindakan yang diperbuatnya. Karakteristik khusus dari masa remaja diantaranya ialah masa untuk mencari identitas dirinya dan masa 'storm and stress'. Erik Erikson (dalam Marcia, 1993: 5) berpendapat bahwa "Dalam masa remaja, remaja selalu berusaha melepaskan diri dari pilihan orang tua dan mendekati teman sebaya sebagai suatu proses untuk mencari identitas ego". Pendapat ini diperkuat oleh Blowby (Hurlock, 1985) yang menyatakan "remaja mengalami detachment

(21)

2

(menjauh) dari orang tua, di lain pihak mengalami attachment (mendekati) dengan peergroup yang berperan untuk membagi perasaan dan menenangkan emosinya.

Pendapat tersebut mendeskripsikan bahwa remaja akan merasa nyaman mengutarakan masalahnya dengan sesama temannya dibanding dengan orang tua mereka sendiri, mengenai hal-hal yang tidak akan lepas dalam pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang harus dilaksanakannya yang akan berpengaruh pada keberhasilan tugas-tugas berikutnya. Maka dari itu untuk mengatasi masalah diperlukan cara yang tepat untuk mendampingi remaja dalam perkembangannya. WHO (1974) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2004 ) .

Hurlock (dalam Maslihah, 2009) membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan akhir. Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, secara lebih detail dipaparkan bahwa usia remaja memiliki batasan usia sekitar 11-12 sampai dengan 15-16 tahun untuk remaja awal dan remaja akhir sekitar 15-16 sampai dengan 18-21. Masalah yang sering muncul pada remaja akhir ini kurang lebih mengenai perencanaan karier.

Saat ini, persiapan diri untuk bekerja merupakan salah satu tugas dalam masa perkembangan remaja akhir (Hurlock, 2002: 209). Persiapan ini dimulai dengan hal

(22)

3

yang dianggap penting untuk mendapatkan suatu pekerjaan yaitu dengan pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan yang diharapkan adalah adanya langkah awal mendapat penguasaan serta pengetahuan mengenai hal-hal yang menunjang ketercapaian karir di masa mendatang. Budaya yang ada di masyarakat Indonesia pun menyebutkan semakin tinggi karir seseorang maka makin tinggi pula status sosial ekonomi individu tersebut.

Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (Manrihu, 1988: 74), individu berkembang secara vokasional sebagai salah satu aspek dari perkembangannya secara keseluruhan dengan laju yang sebagian ditentukan oleh atribut-atribut psikologis dan fisiologisnya dan sebagian oleh kondisi-kondisi lingkungan, termasuk orang-orang penting lainnya. Tugas-tugas vokasional perkembangan khusus dikuasai untuk mencapai taraf-taraf kematangan vokasional berikutnya. Sesuai dengan hal tersebut, tercapainya suatu kematangan seorang individu terlihat apabila ia mampu untuk melewati tugas perkembangannya dengan baik. Masa remaja usia SMA merupakan masa di mana memulai memikirkan masa depan mengenai karir (Hurlock, 2002: 221).

Menurut Super (Agus Dariyo, 2003: 69-70), siswa SMA kelas XI sedang berada pada masa kristalisasi. Di fase ini individu mulai dibentuk dalam pendidikan formal maupun non formal untuk mempersiapkan masa depan hidupnya. Pendidikan formal didapatkan siswa di sekolah dengan proses pengajaran berjenjang dan berkesinambungan sedangkan untuk pendidikan nonformal, contohnya di keluarga, kursus-kursus atau pelatihan kerja. Keluarga memperkenalkan tentang pendidikan,

(23)

4

pengajaran, bimbingan mengenai agama, moral, etika serta budaya sehingga latar belakang keluarga harus diperhatikan guna tercapainya pendidikan yang maksimal.

Sciarra (dalam Sharf, 1992: 103) menjelaskan bahwa siswa kelas XI SMA mencapai kematangan karir apabila mereka dapat: 1) Menentukan tujuan tentang keberhasilan masa depan karir melalui pengumpulan informasi yang mencakup diri, penggunaan kemampuan, dan melakukan konsultasi dengan orang lain 2) Menghubungkan pemilihan kelas dengan tujuan-tujuan karir. 3) Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pendidikan yang spesifik sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai keberhasilan.

Menurut Donald Super (1950), matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk karir didukung oleh informasi yang akurat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi diri yang telah dilakukan. Pembahasan mengenai perencanaan karir untuk berlatih membuat keputusan kerja yang dibutuhkan tidak hanya pengetahuan dan keterampilan kerja yang didapatkan pada masa pembelajaran di sekolah (Munandir, 1996: 70). Dalam perencanaan karir dibutuhkan pula dukungan dari orang tua, dukungan tersebut berupa sarana, tukar pendapat serta nasihat mengenai keputusan atau rencana jangka panjang yang akan berpengaruh pada masa depan anak. Rendahnya kematangan karir dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karir bagi siswa SMA. Hal tersebut, dapat mengakibatkan kerugian waktu, finansial, dan kegagalan belajar karena kurang motivasi untuk belajar.

(24)

5

Tugas perkembangan yang dilaksanakan dengan baik dapat membuat seorang individu merasakan kebahagiaan sebaliknya individu yang kurang berhasil melaksanakan tugas perkembangannya akan merasa tidak bahagia dan cenderung kurang dapat menyesuaikan diri sehingga melakukan penolakan diri terhadap lingkungan. Dalam menentukan pilihan karir, siswa membutuhkan informasi yang dapat membantu siswa dalam pengambilan pilihan karir yang tepat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya pelayanan bimbingan karir. Adanya pelayanan tersebut, diharapkan siswa lebih mantap dalam menentukan pilihan karir sebab para siswa dibantu untuk memilih dan menentukan apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan pendidikan. Banyak kemungkinan yang dapat terjadi, siswa mungkin akan memilih untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau memilih untuk bekerja agar dapat membantu meringankan beban orang tua. Tentunya pilihan tersebut adalah pilihan yang dibuat oleh individu dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang ada.

Pemetaan kematangan karir siswa sangat penting untuk dilakukan demi melihat potensi pengembangan karir lebih lanjut dan untuk mempersiapkan mahasiswa ketika berhadapan dalam persaingan nyata setelah lulus nantinya. Salah satu faktor yang menentukan kematangan karir seseorang adalah status sosial ekonomi orang tua. Keberhasilan anak dalam pendidikan dapat ditentukan oleh faktor pada sosial ekonomi masyarakat (Basrowi & Juariyah, 2010, hal 77). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fotheringham & Creal (2016) menyatakan status sosial ekonomi berhubungan dengan kecerdasan anak dan nilai prestasi akademik. Menurut mereka

(25)

6

status sosial berperan dalam meningkatkan kesuksesan seorang anak di masa depan melalui kedudukan yang dimiliki oleh orang tua. Status sosial ekonomi orang tua memberikan peluang yang berbeda pada anak untuk berkembang. Kemampuan orang tua dalam menyediakan pilihan pembelajaran serta sarana dan prasarana pembelajaran ditentukan oleh kemampuan ekonominya. Kemampuan ekonomi dijadikan sebagai faktor seberapa besar ia memiliki kematangan karir di masa depan. Selain itu, disatu sisi kondisi psikologis yang dialami oleh anak dalam lingkungan sosial masyarakat juga bisa menentukan mentalitas belajar dan kesiapan menghadapi persaingan. Peran orang tua dalam masyarakat dapat dicontoh oleh anak-anak mereka. Lingkungan sosial yang baik akan menentukan kelangsungan masa depan anak-anaknya (Basrowi & Juariyah, 2010, hal 79).

Teori Karl Marx (1875) menjelaskan bahwa selama masyarakat itu masih terbagi atas kelas maka yang berkuasalah yang akan memiliki kekuatan. Artinya sampai kapanpun selama masyarakat itu dibedakan antara yang kaya dan yang miskin maka yang terjadi adalah orang yang memiliki kekayaanlah yang menguasai karena dengan uang kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan. Menurut Santrock (2007:200) orang miskin sering kali merasa tidak berdaya, dalam pekerjaan, mereka jarang menjadi pengambil keputusan, orang miskin rentan sekali dengan bencana, dan rentan alternatif.

Pada saat peneliti melakukan magang 3 di SMA N 1 Cangkringan, peneliti membuat program bimbingan karir. Bimbingan karir pada kelas XI dilakukan di kelas secara klasikal dan berjalan dengan semestinya, artinya siswa sudah mendapat bimbingan karir oleh guru BK. Diluar itu peneliti juga membuka layanan BK secara

(26)

7

sukarela siswa datang ke ruang BK. Antusiasme siswa kelas X, XI dan XII untuk berkonsultasi mengenai karir memang tidak sebanyak kelas XII dan lebih banyak daripada kelas X. Selain itu peneliti menemukan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas XI, diperoleh informasi bahwa sebagian dari mereka menyatakan keraguan pada pilihan karirnya yang disebabkan oleh konflik yang berasal dari ketidaksesuaian antara kepentingan mereka dan orang tua maupun lingkungannya. Beberapa orang tua mendorong anaknya untuk mengikuti jejaknya dalam dunia pendidikan namun ada juga yang menyerahkan sepenuhnya kepada anak untuk menentukan seperti apa jenis karir yang akan dipilih. Orang tua yang mendorong anaknya untuk mengikuti jenjang karir pilihannya, percaya bahwa apa yang dipilihkan oleh orang tuanya itu yang terbaik untuk anaknya. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa sebenarnya siswa yang bersangkutan ingin melanjutkan namun secara finansial kurang mencukupi untuk biaya kuliah dan siswa tersebut memutuskan untuk bekerja guna menambah pendapatan keluarga. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa siswa kelas XII yang antusias mendaftarkan diri menjadi penerima beasiswa bidikmisi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan magang di SMA Negeri 1 Cangkringan, dapat terlihat bahwa siswa yang bersekolah di sana terdiri dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda, mulai dari: polisi, tentara, PNS, penambang pasir, guru, juragan jeep, petani, peternak, tukang parkir dan pengusaha wisata. Data tersebut diperoleh dari keterangan pada data diri siswa yang mencakup kehidupan siswa antara lain data orang tua didalamnya terdapat pendidikan,

(27)

8

pekerjaan serta pendapatan orang tua, selain itu juga ditambah dengan wawancara guru BK.

Menurut Sugihartono, dkk (2015:3) status sosial ekonomi orang tua, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi kurang mampu, akan cenderung untuk memikirkan bagaimana pemenuhan kebutuhan pokok, sehingga perhatian untuk meningkatkan pendidikan anak juga kurang. Hal ini didukung oleh pendapat Gerungan (2004:196) yang menyatakan bahwa keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarga itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya. Hal ini didukung oleh pendapat Djaali (2014:9) yang menyatakan bahwa pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua mempengaruhi pencapaian prestasi belajar anak.

Menurut penelitian Heru (2015) ekonomi keluarga yang minim menyebabkan pilihan karir siswa jadi terhambat yaitu siswa kebanyakan tidak bisa menentukan pilihan karirnya dengan memasuki pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi langsung memasuki dunia kerja karena kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu. Dalam keluarga yang berada pada tingkat ekonomi rendah, anak cenderung ragu dalam memilih karir, dikarenakan kurangnya biaya yang memadai dan juga orang sekitar yang kurang memberi pengarahan sehingga siswa seorang diri

(28)

9

menentukan nasibnya. Berbeda dengan keluarga yang cenderung memiliki tingkat ekonomi tinggi, siswa lebih percaya diri dalam mengambil putusan karir karena faktor finansial dan faktor orang sekitar yang sangat membantu.

Hurlock (1999: 42) menyatakan bahwa remaja yang lebih tua, berusaha mendekati masalah karir dengan sikap yang lebih praktis dan lebih realistis dibandingkan dengan ketika ia masih kanak-kanak. Namun dari sebagian siswa masih ada yang kebingungan dengan perkembangan karirnya, padahal mereka sama-sama sudah mendapat informasi karir di sekolah. Mereka merasa bingung dengan pilihan apakah terus melanjutkan sekolah, ke perguruan tinggi atau bekerja. Crites (1969: 31) menemukan bahwa 30% peserta didik merasa bingung semasa berada di sekolah sebagai akibat dari minimnya pengetahuan mereka tentang karir masa depan.

Perasaan kebingungan ini diakui oleh Erikson (Salomone dan Mangicaro, 1991: 52) yang menyatakan bahwa peserta didik di Sekolah Menengah Atas saat ini berada pada tahap kebingungan peran yang berbahaya (the danger of this stage is role confusion). Selain itu perbedaan dalam aspirasi karir, di antara siswa-siswa

lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan subtansial dalam kebutuhan perkembangan dan kematangan karir siswa. Keadaan yang demikian dapat kita lihat di SMA Negeri 1 Cangkringan. Adanya perbedaan tingkat ekonomi sosial orang tua para siswa tersebut yang menjadi salah satu indikator dari kematangan karir.

(29)

10

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang: Tingkat Kematangan Karir Siswa Kelas XI Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua di SMA Negeri 1 Cangkringan Tahun Ajaran 2020/2021.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Siswa belum mengenali potensi yang dimiliki. 2. Siswa masih belum memikirkan jenjang karirnya. 3. Siswa kurang memahami beberapa profesi. 4. Minimnya semangat siswa dalam bersekolah. 5. Siswa terlalu sibuk dengan kegitan di sekolah.

6. Siswa masih belum menyadari bahwa kelas XI merupakan masa pembentukan untuk masa depan.

7. Siswa kurang percaya diri dalam memutuskan sesuatu.

8. Siswa merasa memiliki keterampilan lebih dari satu, sehingga membuat siswa selalu ingin mencoba dan pada akhirnya kurang focus terhadap salah satu keterampilannya.

9. Siswa kurang mendapat informasi dari orang tua.

10. Orang tua dan anak mempunyai keinginan yang berbeda. 11. Siswa masuk SMA karena pilihan orang tua.

12. Latar belakang pendidikan orang tua yang masih minim sehingga orang tua pun tidak bisa menjadi sumber informasi mengenai jenjang karir.

(30)

11

13. Latar belakang ekonomi orang tua yang minim membuat anak menjadi pesimis dengan yang dicita-citakan.

14. Kondisi sosial, ekonomi, budaya yang mengalami perubahan kearah perkembangan minat, sikap, harapan dan kemampuan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan karir dan merupakan bagian dari proses perkembangan karir dalam perencanaan hidup (life planning), namun belum diteliti pada siswa SMA Negeri 1 Cangkringan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas dan melihat adanya keterbatasan peneliti maka penelitian ini difokuskan untuk mengkaji permasalahan di atas khususnya menyangkut butir permasalahan 2, 6, 7, 9, 12, 13.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa baik kematangan karir siswa kelas XI SMA N 1 Cangkringan berdasarkan status ekonomi orang tua?

2. Berdasarkan analisis capaian skor butir pengukuran kematangan karir, dalam hal-hal apa kematangan karir siswa belum optimal?

3. Adakah perbedaan kematangan karir siswa kelas XI ditinjau dari tingkat ekonomi orang tua di SMA Negeri 1 Cangkringan Tahun Ajaran 2020/2021?

(31)

12 E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Mengkategorisasi tingkat kematangan karir siswa kelas XI SMA N 1 Cangkringan berdasarkan status ekonomi orang tua

2. Mengidentifikasi butir-butir pengukuran kematangan karir yang capaian skornya rendah

3. Menganalisis perbedaan kematangan karir siswa kelas XI ditinjau dari status ekonomi orang tua di SMA Negeri 1 Cangkringan Tahun Ajaran 2020/2021

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi informasi dan pengetahuan tambahan dalam institusi pendidikan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling, mengenai kematangan karir.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan Pengetahuan kepada staf pendidik supaya membangun kurikulum, yang menarik dalam membantu siswa kelas XI SMA N 1 Cangkringan mengenai kematangan karir.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi siswa kelas XI dalam kematangan karir mereka di masa depan. Berintrospeksi untuk

(32)

13

memetakan tingkat kematangan karir agar memiliki cara untuk mematangkan karirnya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan baru mengenai kematangan karir pada usia remaja berdasarkan status ekonomi orang tua.

d. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain dapat menambah ilmu, wawasan dan menjadi referensi.

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang muncul dalam judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Kematangan karir adalah keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugas perkembangan karir yang meliputi tahapan dari perencanaan karir hingga sampai keputusan karir.

2. Remaja adalah seseorang yang berada pada masa transisi menentukan keputusan karir. Remaja dalam penelitian ini berusia 16-18 tahun yaitu siswa kelas XI SMA N 1 Cangkringan.

3. Orang tua adalah sosok pendamping anak dalam mengambil keputusan untuk masa depan selain itu juga sebagai pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anaknya.

4. Status sosial ekonomi orang tua adalah status yang dimiliki oleh orang tua di dalam suatu masyarakat. Aspek yang mempengaruhi status sosial ekonomi orang tua diantaranya pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan.

(33)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian konseptual penelitian yaitu: kematangan karir, ekonomi keluarga, remaja, kerangka berpikir, penelitian yang relevan dan paradigma penelitian.

A. Hakikat Kematangan Karir

1. Pengertian Kematangan Karir

Menurut Hasan (Muslihatun, 2014: 21) kematangan atau maturity adalah kematangan jiwa seseorang dalam proses perkembangan ke arah kedewasaan. Kematangan karir merupakan aspek yang perlu dimiliki siswa untuk jenjang karir di masa depan, hal tersebut terjadi karena dengan adanya kematangan karir yang dimulai sejak dini maka sedikit banyak telah ambil bagian dalam mempersiapkan karir masa mendatang. Menurut Crites (Watkins, 2000: 75) kematangan karir merupakan kemampuan individu untuk membuat pilihan karir, yang meliputi penentuan keputusan karir, pilihan yang realistik dan konsisten. Super (Winkel, 2004 : 633) mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Super (Savickas, 2001:53) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang memadahi mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.

(34)

15

Kematangan karir merupakan salah satu hal tema central dalam konsep perkembangan karir individu. Kematangan karir menyangkut berbagai dimensi kematangan psikologis yang lebih luas daripada sekedar pemilihan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Gribbons & Lohnes (Supraptono, 1994:18), yang menjelaskan bahwa kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan melibatkan kemampuan individu baik dalam membuat keputusan maupun aktivitas perencanaan. Super (Ilfiandra, 1997: 53) mendefinisikan kematangan karir sebagai bentuk kongruensi antara perilaku vokasional individu dengan perilaku vokasional yang diharapkan pada usianya.

Westbrook (Supraptono, 1994: 21), menjelaskan bahwa konstruk kematangan karir mencakup berbagai dimensi perilaku baik dalam aspek afektif maupun aspek kognitif. Lebih lanjut Isaacson (1993) menyatakan bahwa variabel-variabel seperti kemampuan memecahkan masalah, perencanaan, kepemilikan informasi pekerjaan, pemahaman diri, dan kemampuan menetapkan tujuan, pada dasarnya akan mencakup pengetahuan dan kemampuan dalam domain kognitif dari kematangan karir.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kematangan karir pada hakikatnya merupakan gambaran kesesuaian antara individu dengan pekerjaannya serta dinamikanya dalam pembuatan keputusan pilihan pekerjaan. Kematangan karir mencakup dua domain yakni domain afektif dan kognitif, sehingga pada proses pengukurannya dapat

(35)

16

menggunakan kedua dominan atau salah satunya, yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Tahapan Perkembangan Karir

Menurut Super (dalam Sharf, 1992: 74) tahap perkembangan karir terdiri dari:

a. Growth (4-13 tahun)

Pada tahap ini individu ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Konsep diri yang dimiliki individu terbentuk melalui identifikasi terhadap figur-figur keluarga dan lingkungan sekolah. Pada awalnya, anak-anak mengamati lingkungan untuk mendapatkan informasi mengenai dunia kerja dan menggunakan rasa penasaran untuk mengetahui minat. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaran dapat mengembangkan kompetensi untuk mengendalikan lingkungan dan kemampuan untuk membuat keputusan. Disamping itu, melalui tahap ini, anak-anak dapat mengenali pentingnya perencanaan masa depan dan memilih pekerjaan. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap yaitu:

1) Sub tahap fantasy (4-10 tahun)

Pada sub tahap ini ditandai dengan minat anak berfantasi untuk menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran adalah hal yang penting.

(36)

17

Individu pada sub tahap ini menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak. Hal yang disukai dan yang tidak tersebut menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas.

3) Sub tahap capacity (13-14 tahun)

Individu yang berada pada sub tahap ini mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang diinginkan.

b. Exploration (14-24 tahun)

Pada tahap ini individu banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjan. Individu mulai mengenali diri sendiri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu akan mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap tentative (14-17 tahun).

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menentukan pilihan pekerjaan. Individu mulai menggunakan pilihan tersebut dan dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Hal-hal yang dipertimbangkan pada masa ini adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai dan kesempatan.

(37)

18

2) Sub tahap transition (18-21 tahun).

Sub tahap ini merupakan periode peralihan dari pilihan pekerjaan yang bersifat sementara menuju pilihan pekerjaan yang bersifat khusus. Tugas perkembangan pada masa ini yaitu mengkhususkan pilihan pekerjaan dengan memasuki pasar pekerja, pelatihan profesional, bekerja sambilan dan mencoba mewujudkan konsep diri.

3) Sub tahap trial (22-24 tahun).

Tugas perkembangan pada masa ini adalah melaksanakan pilihan pekerjaan dengan memasuki dunia kerja.

c. Establishment (25-44 tahun)

Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Masa ini merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap trial with commitment (25-30 tahun)

Pada tahap ini individu merasa nyaman dengan pekerjaan, sehingga ingin terus mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Tugas perkembangan pada masa ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan. 2) Sub tahap stabilization (31-44 tahun).

Pada tahap ini pola karir individu menjadi jelas dan telah menstabilkan pekerjaan. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada masa ini adalah menetapkan pilihan pekerjaan

(38)

19

agar memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam bekerja serta melakukan peningkatan dalam dunia kerja dengan menunjukkan perilaku yang positif dan produktif dengan rekan kerja.

d. Maintenance (45-64 tahun)

Individu pada tahap ini telah menetapkan pilihan pada satu bidang karir, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini, yaitu:

1) Holding

Pada tahap ini individu menghadapi tantangan dengan berkompetisi bersama rekan kerja, perubahan teknologi, memenuhi tuntutan keluarga, dan berkurangnya stamina.

2) Updating

Individu pada tahap ini harus bekerja keras dalam mengerjakan tugas dengan lebih baik melalui memperbarui pengetahuan dan keterampilan.

3) Innovating

Pada tahap ini individu melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda, melakukan pekerjaan yang berbeda, dan menghadapi tantangan baru.

e. Decline (lebih dari 65 tahun)

Individu pada tahap ini mulai mempertimbangankan masa pra- pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan berkurang kekuatan

(39)

20

mental dan fisik sehingga menyebabkan perubahan aktivitas kerja. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap decelaration (65-70 tahun).

Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif dan mulai merencanakan pensiun. Hal ini ditandai dengan adanya penyerahan tugas sebagai salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi pensiun.

2) Sub tahap retirement (lebih dari 71 tahun).

Sub tahap ini ditandai dengan masa pensiun dimana individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja.

3. Aspek-Aspek Kematangan Karir

Super (dalam Watkins & Campbell, 2000) menjelaskan aspek-aspek kematangan karir terdiri dari:

a. Perencanaan Karir (career planning)

Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Nilai rendah pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu tidak merencanakan masa depan di dunia kerja dan merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri atau berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang

(40)

21

informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu.

b. Eksplorasi Karir (career exploration)

Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor. Nilai rendah pada dimensi career exploration menunjukkan bahwa individu tidak perduli dengan informasi

tentang bidang dan tingkat pekerjaan.

c. Pengatehuan Tentang Membuat Keputusan Karir (career decision

making)

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi career decision making menunjukkan bahwa individu tidak tahu apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan. Hal ini berarti individu tidak siap untuk menggunakan informasi pekerjaan yang telah diperoleh untuk merencanakan karir. Nilai tinggi pada dimensi career decision making menunjukkan bahwa individu siap mengambil keputusan.

(41)

22

d. Pengetahuan Tentang Dunia Kerja (world of word information)

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi world of work information menunjukkan bahwa individu perlu untuk belajar tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas perkembangan karir. Individu kurang mengetahui tentang pekerjaan yang sesuai dengannya. Nilai tinggi pada dimensi world of work information menunjukkan bahwa individu dengan wawasan yang

luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan.

e. Pengetahuan Tentang Kelompok Pekerjaan yang Lebih Disukai (knowledge of preferred occupational group)

Dalam aspek ini siswa diberi kesempatan untuk memilih satu dari beberapa pilihan pekerjaan, dan kemudian ditanyai mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Mengenai persyaratan, tugas-tugas, faktor-faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan dan mengetahui resiko-resiko dari pekerjaan yang dipilihnya. Indikator pada aspek ini adalah pemahaman mengenai tugas dari pekerjaan yang diinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan, mengetahui faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang diminati dan mampu mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin muncul dari pekerjaan yang diminati.

(42)

23 f. Realisasi Keputusan Karir (realisation)

Realisasi keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis. Aspek ini antara lain: memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan, mampu melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat karir yang diinginkan, mampu mengambil manfaat membuat keputusan karir yang realistik.

g. Orientasi Karier (career orientation)

Super (Sharf, 1992: 159) mengatakan bahwa orientasi karier adalah readiness of individuals to make choice, yang berarti kesiapan individu

untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat, terakumulasi dalam orientasi karier total individu yang mencakup 4 aspek yaitu: perencanaan karier (career planning), eksplorasi karier (career eksploration), pengambilan keputusan karier (career decision making), dan informasi dunia kerja (world of work information). Adapun indikator dari aspek ini yaitu: mengambil sikap yang tepat untuk mendukung karier, dan memiliki ketrampilan membuat keputusan karier.

4. Karakteristik Kematangan Karir

Karakteristik kematangan karir menurut Seligman (1994) kematangan karir yang positif ditandai oleh suatu urutan proses dalam kehidupan, yang meliputi:

a. Meningkatnya kesadaran diri

b. Meningkatnya pengetahuan akan pilihan pilihan karir yang sesuai. c. Meningkatnya kesesuaian antara kemampuan, minat, dan nilai dengan

(43)

24

d. Meningkatnya kesadaran akan karir yang diinginkan.

e. Meningkatnya kemampuan, perencanaan dan kesuksesan karir.

f. Meningkatnya sikap yeng berhubungan dengan karir (orientasi berprestasi, kemandirian, perencanaan komitmen, motivasi, self efficacy)

g. Meningkatnya kepuasan dan kesuksesan dalam perkembangan karirnya

5. Faktor Kematangan Karir

Menurut Naidoo (dalam Richard Sharf, 1992: 73) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu, yaitu:

a. Tingkat Pendidikan (Educational level)

Aspek perencanaan karir menurut Super (Sharf, 1992), merupakan aktivitas pencarian informasi dan seberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisi tersebut didukung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsur pada setiap pekerjaan. Indikator ini adalah menyadari wawasan dan persiapan karir, memahami pertimbangan alternatif pilihan karir dan memiliki perencanaan karir dimasa depan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan kematangan karir meningkat seiring tingkat pendidikan.

b. Kelompok Minoritas (Race ethnicity)

Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karir yang rendah yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung anaknya walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, anak tersebut tetap akan memiliki kematangan yang baik.

(44)

25 c. Keyakinan (Locus of control)

Individu dengan tingkat kematangan karir yang baik cenderung memiliki orientasi locus of control internal. Dengan locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Hal tersebut akan membuat kematangan karir individu menjadi tinggi.

d. Status Sosial Ekonomi (Social economi status)

Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah menunjukkan nilai rendah pada kematangan karir. Hal ini ditandai dengan kurangnya akses terhadap informasi tentang pekerjaan, figur teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja.

e. Pentingnya Pekerjaan (Work salience)

Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan, kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karir pada siswa SMA dan mahasiswa.

f. Jenis Kelamin (Gender)

Wanita memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki.

(45)

26 B. Status Ekonomi Orang Tua

1. Pengertian Status Ekonomi Orang Tua

Status ekonomi adalah kedudukan individu di masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

Status ekonomi keluarga adalah kedudukan atau posisi keluarga dalam masyarakat, status ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar pembentuk gaya hidup keluarga (Soetjiningsingsih, 2004).

Status ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan keluarga yang diatur secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi si pembawa statusnya, misalnya: pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan. (Soekanto, 2003).

Status ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan keluarga yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi si pembawa status misalnya, pendapatan, dan pekerjaan. Status ekonomi orang tua sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai kesehatan yang maksimal.

(46)

27

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan status sosial ekonomi keluarga merupakan status yang dimiliki oleh orang tua di dalam tatanan masyarakat. Adapun aspek yang mempengaruhi status sosial ekonomi orang tua diantaranya pendidikan, jenis pekerjaan, jabatan atau golongan orang tua dan pendapatan.

2. Aspek-aspek yang Menentukan Status Ekonomi Orang Tua

Menurut Sugihartono, dkk (2015:3) menyatakan status sosial ekonomi orang tua, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua.

a. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan bab IV pada UU Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal

(47)

28

dan informal. Dalam jalur pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan sekolah yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan (13), pendidikan jalur formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya termasuk di dalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional yang dilaksanakan dlam waktu terus menerus. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pembahasan mengenai jenjang pendidikan formal adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan Dasar

Menurut PP No. 28 tahun 1990 Kunaryo (dalam Jerniwati, 2012: 37) “pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun”. Diselengarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun

di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga Negara dan

(48)

29

anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

2) Pendidikan Menengah

Menurut PP No. 29 tahun 1990 Kunaryo (dalam Jerniwati, 2012: 38), “pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan dasar”. Dalam artian bahwa pendidikan menengah tersebut

merupakan kelanjutan yang telah dipersiapkan bagi individu setelah pendidikan dasar. Bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas: Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.

3) Pendidikan Tinggi

Menurut UU No. 2 tahun 1989 Kunaryo (dalam Jerniwati, 2012: 40), pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat dilihat dari tahun sukses atau lamanya orang tua sekolah. Semakin lama orang tua bersekolah berarti

(49)

30

semakin tinggi jenjang pendidikannya. Misalnya, orang tua yang hanya sekolah 6 tahun berarti hanya sekolah sampai SD berbeda dengan orang yang sekolahnya sampai 12 tahun berarti lulusan SMA. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh orang tua berpengaruh pada kelanjutan sekolah anak mereka. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi mempunyai dorongan atau motivasi yang besar untuk menyekolahkan anak mereka.

b. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orangmelakukan dengan dibayar atau tidak. Ditinjau dari segi sosial, tujuan bekerja tidak hanya berhubungan dengan aspek ekonomi/mendapatkan pendapatan (nafkah) untuk keluarga saja, namun orang yang bekerja juga berfungsi untuk mendapatkan status, untuk diterima menjadi bagian dari satu unit status sosial ekonomi dan untuk memainkan suatu peranan dalam statusnya, (Kartono, 1991).

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup (Mulyanto, 1985). Dalam masyarakat

(50)

31

tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.

Menurut Lilik, 2007 status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

2) Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.

3) Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut atau bengkel.

Tingkat pekerjaan yang berstatus tinggi sampai rendah tampak pada jenis pekerjaan, yaitu sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi tinggi, PNS golongan IV ke atas, pedagang besar, pengusaha besar, dokter. 2) Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi sedang adalah

pedagang menengah, PNS golongan IIIb-IIId, guru SMP /SMA, TNI, kepala sekolah, pensiunan PNS golongan IId-IIIb, PNS golongan IId-IIIb, guru, usaha toko.

3) Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi rendah adalah tukang bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan lain yang tidak tentu dalam mendapatkan penghasilan tiap bulannya.

(51)

32 c. Penghasilan Orang Tua

Penghasilan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola keuangan keluarga, karena besarnya uang masuk akan mempengaruhi besarnya uang yang akan dikeluarkan. Penghasilan adalah gaji tetap yang diterima setiap bulan. Penghasilan akan erat kaitannya dengan kemampuan orang untuk memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Penghasilan orang tua diartikan setiap hasil jerih payah orang tua yang dapat dinilai dengan tingkat atau nilai tertentu.

Menurut BPS (2008), golongan pendapatan penduduk dibedakan menjadi 4 yaitu golongan pendapatan:

sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.00 per bulan, golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp2.500.000-Rp3.500.000 per bulan, golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000-Rp2.500.000 per bulan, dan golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata antara kurang dari Rp1.500.000 per bulan.

3. Faktor yang Menentukan Status Ekonomi

Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan pendapatan menjadi dua yaitu:

(52)

33 a. Pendapatan Berupa Barang

Menurut Winardi (1992:171) “Pendapatan berupa barang merupakan

segala penghasilan yang bersifat regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berupa balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa”. Barang

dan jasa yang diterima/diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dan jasa dengan harta subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

b. Pendapatan Berupa Uang

Menurut Winardi (1992:172) “berdasarkan bidang kegiatannya,

pendapatan meliputi pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor informal”. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik berupa

barang atau uang yang bersifat regular dan diterimakan biasanya balas jasa atau kontrasepsi di sektor formal yang terdiri dari pendapatan berupa uang, meliputi: gaji, upah dan hasil infestasi dan pendapatan berupa barang-barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi, perumahan, maupun yang berupa rekreasi. Pendapatan sektor informal adalah segala penghasilan baik berupa barang maupun uang yang diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi di sektor informal yang terdiri dari pendapatan dari hasil infestasi, pendapatan yang diperoleh dari keuntungan sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil bersih usaha yang dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari hasil kerajinan rumah.

(53)

34

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari. Menurut Soejono (2003: 57) “pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya”. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

4. Dampak dari Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kematangan Karir

Pada dasarnya sosial ekonomi menjadi aspek penting pada individu yang akan mengambil keputusan karir selanjutnya. Status sosial ekonomi meliputi: tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orangtua.

Keluarga yang berada pada tingkat ekonomi rendah cenderung ragu dalam memilih karir. Adanya faktor finansial bisa menjadi siswa kurang leluasa dalam memilih karir. Selain itu orang sekitar yang kurang memberi pengarahan sehingga siswa seorang diri menentukan nasibnya.

Selanjutnya pada keluarga yang cenderung memiliki tingkat ekonomi tinggi, siswa lebih percaya diri dalam mengambil putusan karir karenadalam

(54)

35

segi finansial sudah sangat terjamin dengan kata lain sudah disediakan oleh orang tua siswa yang bersangkutan. Lalu ditambah dengan adanya orang sekitar yang sangat membantu dalam memberi arahan dan mampu menjadi figure percontohan bagi siswa (Sukardi, 1984:44).

C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa

puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009). Pubertas (puberty) ialah

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian  ...................................................................
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Table 3.1 Jumlah Subjek Penelitian
Tabel 3.2 Norma Skoring Kuesioner Kematangan Karir Siswa Kelas XI  SMA Negeri 1 Cangkringan Pengukuran Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maslow sebagai tokoh motivasi dalam buku (Uno, 2007 : 7) mengatakan bahwa motivasi memiliki suatu konsep motivasi instrinsik yang mengidentifikasikan tingkah laku

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pengembangan ilmu bidang psikologi pendidikan dan bimbingan khususnya bimbingan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kematangan karir siswa yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan rendah, menengah dan tinggi

Grafik Frekuensi Kematangan Karir Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua Deskripsi Data Kematangan Karir Ditinjau dari Keadaan Ekonomi Keluarga Ringkasan hasil analisis data