• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI. SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS.

(2) KLASIFIKASI TEKNOLOGI PANGAN KLASIFIKASI BERDASARKAN TUJUAN  . . menciptakan makanan yang aman mengendalikan kontaminasi yaitu mencegah pertumbuhan mikroba atau diproduksinya toksin mencegah kontaminasi.

(3) PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN PANAS. MENGGUNAKAN AIR DAN UAP PANAS BLANCHING PASTEURISASI STERILISASI PANAS EVAPORASI EKSTRUSI. MENGGUNAKAN MINYAK PANAS. PENGGORENGAN. MENGGUNAKAN UDARA PANAS. DEHIDRASI BAKING DAN ROASTING. MENGGUNAKAN ENERGI RADIASI. MICROWAVE RADIASI INFRA MERAH.

(4) PERLAKUAN PANAS. (YANG MEMBUNUH MIKROBA TERTENTU) Metode pemanasan        . pemasakan oven/panggang rebus goreng bakar microwave pasteurisasi sterilisasi. Media pemanasan air udara air minyak udara radiasi elektromagnetik Penghantar panas/air uap bertekanan.

(5) SYARAT PENGAWETAN PANGAN DENGAN PANAS JUMLAH PANAS HARUS : Cukup untuk mematikan mikroba pembusuk dan mikroba patogen yang paling resisten Tidak menyebabkan zat gizi dan cita rasa rusak  maka perlu memahami :. Kinetika pemusnahan mikroba dan kerusakan mutu (suhu rendah  waktu lama dan sebaliknya) Karakteristik penetrasi panas produk yang dipanaskan.

(6) . . . tujuan utama proses panas: menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Keamanan pangan karakteristik intrinsik yang dominan mempengaruhi potensi bahaya bahan pangan : nilai aktivitas air (aw) dan keasaman (pH). Berdasarkan pada nilai aw dan pH; bahan pangan dapat dikelompokkan dalam 3 golongan berdasarkan pada tingkat potensi bahayanya.

(7) a.. b. c.. bahan pangan yang mempunyai nilai aw > 0.85 dan pH > 4,5 merupakan bahan pangan dengan potensi bahaya yang tinggi (high, H); sering disebut sebagai potentially hazardous foods; PHF (pengertian lebih detail tentang PHF ini bisa dilihat pada www.ift.org). Dengan karakteristik basah (aw > 0.85) tidak asam (pH > 4,5), produk segar daging, unggas, telur, susu, ikan merupakan produk dengan potensi bahaya yang tinggi..

(8) FOODREVIEW INDONESIA Vol. III No. 5 Mei 2008. Purwiyatno Hariyadi.

(9) KLASIFIKASI BAHAN PANGAN UNTUK PROSES THERMAL Faktor yang paling penting: sifat keasaman / ph  Sel tahan panas : dekat pH netral  Keasaman / kebasaan naik  m.o cepat terbunuh  Perubahan ke arah asam lebih efektif  pH 4,5  sbg batas klasifikasi, dasar : batas Clostridium botulinum tumbuh . . KLASIFIKASI PANGAN BERDASAR PH .  . pH > 4,5 makanan berasam rendah: jagung, ikan, ayam, susu, wortel pH 4,0-4,5  makanan asam : tomat, nenas, pear pH < 4,0  makanan berasam tinggi : jeruk nipis, jeruk manis, saurkraut.

(10) . MIKROBA BERDASAR KETAHANAN PANAS. Sel vegetatif dan spora yeast dan kapang  mati pada suhu 80 oC  Spora bakteri  tahan pada air mendidih .

(11) FAKTOR YANG MEMPENGARHI KETAHANAN PANAS MO. 1 2 3. • Umur dan ketahanan m.o / spora • Komposisi medium (garam, gula, lemak, dll). • pH dan Aw media pengawet • Suhu pemanas. • Konsentrasi awal m.o..

(12) MIKROBA PATOGEN YANG DITULARKAN MELALUI MAKANAN YANG BERSIFAT INFEKSIUS. Infeksi : Masuk dan berkembangbiak di Salmonella Campylobacter E.. coli (jenis tertentu). V.. parahaemolyticus. V.. cholerae. Y.. enterocolitica. A.. hydrophila. L.. monocytogenes. dalam tubuh :.

(13) BAHAN MAKANAN MENTAH YANG CENDERUNG TERKONTAMINASI SALMONELLA . unggas. . daging. . susu. . telur. . buah-buahan. . kerang. . rempah-rempah dan jamu. . air yang tidak diolah.

(14) DAYA TAHAN PANAS SALMONELLA DALAM MAKANAN . Salmonella rentan terhadap panas. . Pasteurisasi cukup untuk membunuh Salmonella pada makanan dengan kelembaban tinggi. . Pemanasan pada 70°C selama 2 menit biasanya cukup untuk membunuh 106 Salmonella.

(15) KOMBINASI WAKTU/SUHU. UNTUK PEMUSNAHAN PATOGEN Suhu (°C) 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72. Waktu (mnt:dtk) 43:29 33:44 23:16 17:06 12:40 09:18 06:49 05:01 03:43 02:43 02:00 01:28 01:05. Suhu (°C) 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85. Waktu (mnt:dtk) 00:48 00:35 00:26 00:19 00:14 00:10 00:06 00:05 00:04 00:03 00:02 00:02 00:01.

(16) DAYA TAHAN CAMPYLOBACTER Organisma ini sangat rentan, tidak tahan pada lingkungan pemasakan makanan. . Peka terhadap panas. . Peka terhadap pengeringan. . Tahan pembekuan (beberapa bulan dalam daging dan unggas beku). . Lebih tahan pada kondisi dingin daripada suhu kamar.

(17) BAHAN MAKANAN MENTAH. CENDERUNG TERKONTAMINASI DENGAN PATOGEN. . Daging. . Ikan. . Sayur-sayuran. . Susu. . Air tercemar. E. COLI.

(18) Dosis penularan. Makanan  Adanya lemak  Keasaman.

(19) DOSIS PENULARAN MINIMUM  ETEC. 106.  Shigella, EIEC. 10-100.  EHEC. 100.  L. monocytogenes. Tidak diketahui - mungkin rendah dalam kelompok beresiko.  Salmonella (tak termasuk typhi ) 1000). 106 ( jumlah yang rendah (mis. 10dapat menyebabkan infeksi pada makanan berlemak seperti keju). coklat &  Campylobacter. kurang lebih. 500.  Salmonella typhi. 10-100.  EPEC. 106.  V. cholerae. 106.

(20) KINETIKA PEMUSNAHAN MIKROBA Faktor yang mempengaruhi resistensi bakteri jumlah populasi  Sifat medium untuk pertumbuhan  Jenis organisme  Suhu pertumbuhan  Faktor lain . Keasaman (pd media asam  m.o lbh peka terhadap panas)  Pembentukan kelompok (dlm kelompok  m.o lbh resisten)  Umur kultur, (sel sedang tumbuh lbh peka) .

(21) KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI.

(22) D-VALUE Ketahanan panas ditentukan berdasarkan Pengurangan desimal waktu D. No: Jumlah awal microorganisma N: Jumlah mikroorganisma pada waktu t. log N/No 0 T (°C) -1. t = D. log No/N. -2 -3. D t.

(23) . . Harga D adalah waktu (menit) pada suhu tertentu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% dari jumlah populasi mikroba yang ada. Nilai D menunjukkan berkurangnya populasi MO hidup sebanyak 1 satuan log (1 log cycle).

(24) EXAMPLE Pada t 1:jml 102 pada t2 sisa mikroba 101 mati 90 %  Harga D ketahanan MO, D>MOtahan .

(25) KETAHANAN TERHADAP PANAS Organisma. Vegetatif. Escherichia. coli Salmonella spp Salmonella. typhimurium. Salmonella. senftenberg. Staphylococcus Listeria. D-values (min). 55°C . 4. 0.1 0.02-0.25 0.8-1.0. aureus jejuni. 65°C. 0.056. 0.2-2.0. monocytogenes. Campylobacter. 60°C. 5.0-8.3 . 1.1.

(26) KETAHANAN TERHADAP PANAS (3). .  . . Ketahanan terhadap panas ( D-value ) dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni. jenis atau or strain mikroorganisma parameter fisik-kimia dari medium yakni aktifitas air, pH, komposisi usia sel atau masa pertumbuhan.

(27) PRINSIP PENGOLAHAN /PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI. Panas cukup untuk membunuh mikroorganisme perusak dan pathogen dan jumlah panas tidak menurunkan nilai gizi dan cita rasa..

(28) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANAS a. b. c. d. e.. Umur dan keadaan organisme atau spora sebelum dipanaskan Komposisi medium dimana organisme tumbuh, dipaskan dan masih ada. pH dan aw media pemanasan Suhu pemanasan Konsentrasi awal organisme atau sporanya..

(29) BERDASARKAN NILAI PHNYA BAHAN PANGAN a. b. c. d.. Bahan pangan tidak asam : ph diats 5,0 (5,3) Bahan pangan berasam sedang: pH diantara 4,5 dan 5,0 (5,3) Bahan pangan asam : pH diantara (3,7 atau 4,0 dam 4,5) Bahan pangan asam tinggi : pH dibawah 3,7 atau 4,0..

(30) FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGOLAHAN DG. PANAS. a.. b.. Daya tahan panas dari mikroroganisme yang paling tahan panas yang mampu menyebabkan pembusukan produk yang disimpan normal atau yang membahayakan konsumen. Kecepatan penetrasi panas kedalam titik dalam wadah yang paling lambat menerima panas ( coll point).

(31) PENETRASI PANAS BAHAN PANGAN. konveksi,  konduksi  radiasi . KEDALAM KEMASAN DAN ISI.

(32) KECEPATAN PENETRASI PANAS DALAM MAKANAN KALENG DITENTUKAN OLEH: a. b. c. d.. ukuran (rasio luas permukaan:volume)sifat asal dan komposisi dari wadah Konsistensi produk Suhu retort an suhu awal dari makanan Rotasi kaleng.

(33) LANJUTAN e. Isi dan ruang diatas kaleng (head space) f. Metode pengemasan g. Letak kaleng dalam retort, metode operasi.

(34) CARA-CARA PENGAWETAN DENGAN PANAS  Sterilisasi : 121 C selama 15 menit  Sterilisasi komersiil (commercial sterilization) :terhadap sebagian besar makanan dalam kaleng atau botol..

(35) LANJUTAN Makanan steril secara komersiil berarti semua mikroorganisme penyebab sakit dan pembentuk racun dalam makanan tersebut telah dimatikan.  Waktu sterilisasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : ukuran kaleng dan kecepatan perambatan panas. .

(36) B.. PASTEURISASI. Proses pemanasan untuk :bunuh/musnahkan sebagian mikroba, dengan suhu < 100 C  Tujuan utama adalah membunuh mikroorganisme patogen.  uap, air panas dan panas kering/aliran listrik.  perlu dilakukan kombinasi pengawetan yang lain misalnya dengan pendinginan.  metode : HTST: 72 C selama 15 dan LTLT: 63 C selama 30 menit. .

(37) PASTEURISASAI DIGUNAKAN BILA: a. Komoditi tidak tahan panas tinggi b. Sasaran: membunuh mikroorganisme patogen Mikroorganisme pembusuk yang tidak begitu tahan panas seperti khamir dalam sari buah akan mati. c. Cara pengawetan lain akan dilakukan d. Mikroorganisme saingan akan terbunuh, mikroorganisme yang dikehendaki mampu tumbuh.

(38) POLA-POLA PASTEURISASI. . suhu rendah  63°. . suhu tinggi.  72°. . C selama 30 menit C selama 15 detik. Ultra-high temperature  135°. C selama 1 detik.

(39) C.. BLANCHING. pemanasan pendahuluan yang biasa dilakukan untuk buah dan sayur  Tujuan: a. Inaktifkan enzim: katalase dan peroksidasetahan panas . . Blanching dapat dilakukan dengan menggunakan uap maupun air panas, pada suhu 82 – 93 C selama 3 – 5 menit..

(40) CARA BLANCHING :. MENGGUNAKAN UAP AIR MENGGUNAKAN AIR PANAS Cara blanching. kekurangan. kelebihan. Uap panas. Pembersihan terbatas, perlu pembersihan Biaya capital lebih banyak. Air panas. Komponen larut air banyak hilang Resiko kontaminasi bekteri thermofilik. Komponen larut air yg hilang banyak Lbh sdk vol & buangan yg hilang Biaya capital lbh rendah, energi lbh efisien.

(41) PENGARUH BLANCHING TERHADAP PANGAN . Terhadap gizi. Mineral, Vitamin larut air, gula  berkurang  Faktor yang mempengaruhi : . Kematangan pangan  Metoda persiapan makanan : (pemotongan, pengirisan)  Metoda blanching : uap panas, air panas, uadara panas  Perbandingan volume dan luas permukaan  Suhu dan waktu blanching  Perbandingan air dengan bahan pangan  Konsentrasi zart terlarut dlm air panas .

(42) PENGARUH BLANCHING TERHADAP PANGAN . Terhadap warna dan aroma. Warna lbh terang, krn udara dan debu hilang  Warna hijau sayur dipertahankan dgn Na karbonat (0,125%w/w) atau Ca oxide  Browning  dicegah dgn lar garam 2 % w/w  Under blanching  off flavor pada makanan yang dikeringkan / dibekukan . . Terhadap tekstur. Tekstur lebih lunak  tujuan blanching  Bila akan dikeringan/dibekukan  + Ca Cl2 shg terbentuk Ca pektat yg tdk larut air dan lbh kaku .

(43) PEMANASAN PADA SUHU 100 OC Tujuan : membunuh m.o perusak, kecuali bentuk sporanya  U/ pemanasan / pengalengan di rumah  Cara : .   . mendidihkan makanan berkuah Memasukkan mkn ke dlm wadah  penangas air Degan pressure cooker. Pembakaran sate, kambing guling  suhu bagian dalam 60-80 oC  Penggorengan / pembakaran roti suhu bagian dalam + 100 oC .

(44) PENGALENGAN Langkah-langkah::  1. Persiapan bahan  2. Pengisian (filling),  3.Ekshausting  4. Vakum 5. Sterilisasi (processing)  6. Pendinginan  7. Penyimpan .

(45) KERUSAKAN MAKANAN KALENG. Flat sour : cita rasa produk asam yang : mikroorganisme tahan panas tanpa produksi gas. dicirikan kaleng : tampak datar dan tidak menggembung  Swell: penggembungan kaleng yang disebabkan karena terbentuknya gas. Kerusakan ini disebabkan karena underprocessing, kontaminasi mikroorganisme, kaleng bococr .

(46) PENGEMBANGAN HIDROGEN (HIDROGEN SWELL) Produksi adalah gas H akibat korosi wadah oleh produk. Produk makanan kelihatan normal, tidak dapat dikonsumsi Penyebab:kemungkinan kaleng yang digunakan telah rusak..

(47) 4. STOCK BURN pendinginan kurang sempurna, kaleng belum dingin sudah disimpan.  Produk dengan keruskan ini menjadi lunak, gelap dan tidak dapat dikonsumsi. . 5. Botulinus  Disebabkan karena underprocessed. .

(48) PENGARUH PENGOLAHAN PANAS TERHADAP NILAI GIZI . mengakibatkan kehilangan beberpa zat gizi terutama zat-zat yang labil seperti asam askorbat, tetapi teknik dan peralatan pengolahan dengan panas yang modern dapat perkecil kehilangan ini.

(49)

Referensi

Dokumen terkait