i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “A” DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG SAKURA
RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO
Oleh :
CATUR WIDIAH SOETAMI NIM. 1902057
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2020
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “A” DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG SAKURA
RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO
Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh :
CATUR WIDIAH SOETAMI NIM. 1902057
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO 2020
iii Nama : Catur widiah soetami
NIM : 1902057
Tempat, Tanggal Lahir: Surabaya, 27 Desember 1997
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang Brjudul “An “A” DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG SAKURA RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO”adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, Januari 2020 Yang Menyatakan,
Catur Widiah Soetami NIM: 1902057 Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kes Faida Annisa, S.Kep., Ns., MNS
NIDN. 0724098402 NIDN. 0708078606
iv
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Catur widiah soetami
Judul : Asuhan Keperawatan pada An “A” Dengan Diagnosa Demam Typoid Di Ruang Sakura Rsu Anwar Medika Sidoarjo
Telah disetujui untuk di ujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal Februari 2020
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kes Faida Annisa, S.Kep., Ns., MNS
NIDN. 0724098402 NIDN. 0708078606
Mengetahui, Direktur
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Sidang di Progran D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : Februari 2020 TIM PENGUJI
Ketua : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes (………) Anggota: 1. Faida Annisa, S.Kep., Ns., MNS (………) 2. Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kes (………)
Mengetahui, Direktur
vi Motto
Motivasi pertama dalam hidup ini
“Long Life Education “
Segala yang terjadi disekitar Dapat dijadikan pelajaran hidup Untuk menambah pengalaman Dan memotivasi diri sendiri
Berikan waktu sejenak Untuk berfikir
vii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, dan dengan rahmat tuafiq dan hidayah-Nya penulisan dapat menyelesaikan KTI dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Demam Typoid”, guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep) pada Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulis yakin bahwa dalam penulisan tesis ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan. Untuk itulah penulisan menyampaikan ucapan terimakasih, kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3. Ibu Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS, selaku Ketua Kaprodi Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Kepala RSU Anwar Medika Sidoarjo yang telah memberikan ijin kami untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Ibu Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ketua Penguji, yang dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
7. Ibu Faidah Annisa, S.Kep., Ns., MNS, selaku Penguji 1, yang dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
viii
8. Bapak dan Ibu Dosen Kerta Cendikia Sidoarjo, yang telah memberikan bekal bagi penulis melalui materi – materi kuliah yang penuh nilai dan makna dalam penyempurnaan penulisan tesis ini, juga kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama menjalani studi dan penulisannya.
9. Keluarga besar “Djumali” Terimakasih, sudah menyemangati dan mendukung kesuksesan dalam perjuangan menjalani studi.
10. Sahabat – sahabat seperjuangan serta saudara – saudara tersayang dalam naungan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah memberikan dorongan semangat sehingga KTI dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga hubungan persahabatan tetap terjalin.
11. Teman teman seperjuangan prodi DIII Keperawatan yang telah membantu dan mmberikan solusi dan motivasi kepada kami.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa KTI ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa penulisan harapan, akhirnya penulis berharap, semoga KTI ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Surabaya, Januari 2020
Catur widiah soetami NIM. 1902057
ix DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penulisan ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penulisan... 5
1.4.1 Bagi Penulis... 5
1.4.2 Bagi Tempat Pelaksanaan Kesehatan ... 5
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan... 5
1.5 Metode Penulisan ... 6
1.5.1 Metode Penulisan ... 6
1.5.2 Sistematika Penulisan ... 6
BAB 2 ... 7
2.1 Konsep Dasar Demam Typhoid ... 7
2.1.1 Pengertian ... 7
2.1.2 Etiologi ... 7
2.1.3 Penularan ... 8
2.1.4 Patofisilogi ... 8
2.1.5 Manifestasi Klinis ... 9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ... 10
2.1.7 Komplikasi ... 15
2.1.8 Penatalaksanaan ... 16
2.2 Pengkajian Teori ... 16
2.2.1 Pengkajian ... 16
2.2.2 Diagnosa keperawatan ... 21
2.2.3 Perencanaan... 21
2.2.4 Implementasi ... 26
2.2.5 Evaluasi ... 27
x
2.2.6 Kerangka Masalah Keperawatan... 27
2.2.6 Kerangka Masalah Keperawatan... 28
BAB 3 ... 57
3.1 PENGKAJIAN ... 57
3.1.1 Identitas Klien ... 57
3.1.2 Riwayat Keperawatan Sekarang ... 58
3.1.3 Riwayat Keperawatan ... 58
3.1.4 Riwayat Kesehatan Sebelumnya... 59
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga ... 60
3.1.6 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan ... 60
3.1.7 Genogram (3 Generasi) ... 61
3.1.8 Riwayat Nutrisi ... 61
3.1.9 Observasi dan Pengkajian Fisik ... 61
3.1.10 Data Penunjan ... 65
3.1.10.1 Laboratorium ... 65
3.2 Analisa Data ... 67
3.2.1. Prioritas Masalah ... 69
3.3 Implementasi ... 71
3.4 Evaluasi ... 73
BAB 4 ... 76
4.1 Pengkajian Keperawatan ... 76
4.2 Diagnosa Keperawatan ... 59
4.3 Perencanaan Keperawatan ... 61
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ... 62
4.5 Evaluasi Keperawatan ... 64
BAB 5 ... 66
5.2.1 Bagi ibu dan keluarga ... 67
5.2.2 Bagi institusi kesehatan ... 67
5.2.3 Bagi peneliti ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil
Laboratorium………….………..…...……….40 Tabel 1.2 Analisa
.Data………..………...……….42 Tabel 1.3
Perencanaan………..………..……….44 Tabel 1.4
Implementasi………..………..………...46 Tabel 1.5
Evaluasi………...………..………...49
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Berita Acara Perbaikan Studi Kasus Lampiran 4 Lembar Perbaikan
Lampiran 5 Surat jawaban Penelitian Lampiran 6 Daftar Pustaka
Lampiran 7 Curiculume Vite
xiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN Daftar Arti Lambang
= : Sama Dengan
% : Persentase
> : LebihBesar
< : LebihKecil
- : Sampai dengan
+ : Positif
/ : Garis Miring
: : Titik Dua
; : Titik Koma
. : Titik
? : Tanda Tanya
× : Kali
√ : Checklist
( : Kurung Buka
) : Kurung Tutup
“ : Tanda Petik
Daftar Arti Singkatan
AFK : Ahli Farmasi Kedokteran AKK : Ahli Kedokteran Komunitas ATD : Actual Time of Departure BUN : Blood Urea Nitrogen Dll : Dan lain-lain
Dr : Doktor
DKK : Dan Kawan-Kawan KemenKes : Kementrian Kesehatan M. Kep : Magister Keperawatan M.Kes : Magister Kesehatan MRS : Masuk Rumah Sakit
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional NIM : Nomor Induk Mahasiswa
Ns : Ners
Prof : Professor
RR : Respiration Rate
S1 : Strata 1
STP : Survey Terpadu Penyakit WHO : World Health Organization WOC : Web Of Coution
xiv
NIC : Nursing Interventions Classification NOC : Nursing Outcomes Classification
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Demam typhoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia . Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang No. 6 tahun 1962 tentang wabah, yaitu: kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Widodo, 2014). Tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat
menyerang banyak orang, mulai dari usia balita, anak-anak, dan dewasa.
Sebagian penderita demam tifoid kelak akan menjadi carrier, baik sementara atau menahun (Sjamsuhidajat, 2010). Masalah wabah banyak terjadi dan kejadian terus meningkat dalam 5 tahun terakhir.
Penyakit demam typoid merupakan penyakit yang berada pada usus halus dan dapat menimbulkan gejala terus menerus, di sebabkan oleh Salmonella thyposa.
Pada tahun 2008 demam typoid diperkirakan 216.000-600.000 kematian. Kematian tersebut, sebagian besarterjadi di Negara-negara berkembang dan 80% kematian terjadidi Asia. Kematian di rumah sakit berkisar antara 0-13,9%. Prevalensi pada anak-anak kematian berkisar antara 0-14,8%. (WHO, 2013). Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus demam typoid 200.000 diantaranya meninggal dunia
2
2
setiap tahun (WHO, 2014). Di Provinsi Jawa Timur sendiri, menurut badan penelitian dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) Provinsi Jawa timur mengungkapkan bahwa tahun 2011, anak yang menderita demam typhoid sebanyak 991 orang, sedangkan menurut data tahun 2012 sebanyak 1.049 orang anak yang mengidap penyakit demam typhoid selain itu data yang diperoleh dari dinas kesehatan pada tahun 2014, pasien anak yang menderita demam typhoid sebanyak 1172. Menurut kepala ruangan sub bidang penyakit menular menyatakan bahwa demam thypoid meningkat dalam 5 tahun terakhir, Hal ini didukung oleh data yang menyatakan bahwa daerah Jawa Timur menempati urutan peringkat terendah provinsi yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Standar PHBS yaitu sebesar 38,7% (Dinkes, 2013). Demam typoid disebabkan oleh salmonella thypi. Di Indonesia angka kejadian kasus Demam Tifoid diperkirakan rata-rata 900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah kejadian demam tifoid dan paratifoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2010 penderita demam tifoid dan paratifoid sejumlah 41.081 kasus pada penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa (Depkes, 2013). Setelah berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (teutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan
3
limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan. (Raflizar
& Holly, 2009). Angka kematian diperkirakan sekitar 6-5% sebagai akibat dari keterlambatan mendapat pengobatan serta kurang sempurnanya proses pengobatan. Secara umum insiden demam tifoid dilaporkan 75% didapatkan pada 3 umur kurang dari 30 tahun. Pada anak-anak biasanya diatas 1 tahun dan terbanyak di atas 5 tahun (Depkes , 2013).Kasus ini tersebar secara merata di seluruh provinsi di indonesia dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Berdasarkan data dari RSU Anwar Medika Sidoarjo bahwa penyakit demam typhoid menduduki posisi ke-2 dari 10 penyakit terbanyak rawat inap pada tahun 2012 dengan jumlah pasien sebanyak 806, pada tahun 2013 penyakit demam typhoid menduduki posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak rawat inap pada tahun 2012 dengan jumlah pasien sebanyak 806, pada tahun 2013 penyakit demam typhoid menduduki posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak rawat inap pada tahun 2013 dengan jumlah pasien sebanyak 1020, serta pada tahun 2014 data yang diperoleh dari bulan Januari – November sebanyak 807 pasien.
Untuk pengobatan pada demam typhoid yang masih sering digunakan ialah istirahat, perawatan, diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik.
Antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Santoso, 2009).
4
Mengingat kompleksnya masalah yang terjadi pada pasien dengan penyakit demam thypoid maka peran perawat sangat penting dalam penatalaksaan pengobatan thypoid. Dalam aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang penyakit demam thypoid dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dijangkau. Aspek preventif yaitu dengan menjaga kesehatan sanitasi lingkungan. Sedangkan untuk aspek rehabilitatif yaitu pemulihan kesehatan melalui tirah baring diit rendah serat.
Dari latar belakang tersebut di atas, mendrong penulis untuk memilih kasus keperawatan dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada pasien dengan demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo ”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo ?
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian kepeerawatan pada pasien demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo.
5
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo .
1.3.2.3 Menyusun intervensi keperawatan pada pasien demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo.
1.3.2.4 Melakukan implementasi keperawatan pada pasien demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo.
1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien demam thypoid di RSU Anwar Medika Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi Penulis
Diharapkan dengan dilaksanakan penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengtahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan dengan diagnosa medis demam thypoid saat peneliti bertugas.
1.4.2 Bagi Tempat Pelaksanaan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis demam thypoid.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan yang berharga khususnya meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis demam thypoid.
6 1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ( Muttaqin & Sari,2011).
1.5.2 Sistematika Penulisan
Penulisan membagi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang terdiri dari:
BAB 1 : pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB 2 : tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari definisi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, panatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan keperawatan.
BAB 3 : tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari pengakajian,diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB 4 : pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari hasil yang didapatkan dilapangan dengan teori yang ada, meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB 5 : penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
7 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Demam Typhoid 2.1.1 Pengertian
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut disebabkan oleh salmonella typhi (Soedarmo et al, 2010). Menurut Kemenkes RI no.364 tahun 2006 tentang pengendalian demam tifoid, demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman berbentuk basil yaitu salmonella typhi yang ditularkan melalui makanan atau minuman yang tercemar feses manusia.
2.1.2 Etiologi
Menurut Rampengan (2007) Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhosa/Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negatif, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70°C ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, dikethui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonela typhosa mempunyai 3 macam antigen yaitu:
2.1.2.1. Antigen O =Ohne Haunch= antigen somatik (tidak menyebar)
2.1.2.2. Antigen H= Hauch (menyebar), terdapat pada flagela dan bersifattermolabil.
8
2.1.2.3. Antigen Vi =kapsul=merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga mcam anti bodi yang lazim disebut aglutinin. Salmonella typhosa juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhdap multipel antibiotic.
Ada tiga spesies utama yaitu :
2.1.2.1. Salmonella typhosa (satu serotipe).
2.1.2.2. Salmonella choleresius (satu serotipe).
2.1.2.3. Salmonella entereditis (lebih dari 1500).
2.1.3 Penularan
Transmisi salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat melalui hal-hal berikut:
2.1.3.1. Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella typhi
2.1.3.2. Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang mempunyai basil typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang dimakan.
2.1.3.3. Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang mempunyai basil salmonella typhi ke sungai atau deket dengan sumber air yang digunakan sebagai sumber air minum yang kemudian langsung tanpa dimasak. (Muttaqin & Sari,2011)
2.1.4 Patofisilogi
Menurut Nursalam (2008) mekanisme masuknya kuman diawali dengan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan. basil diserap
diusus halus melalui pembuluh limfa lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati dan limpa. basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai dengan rasa nyeri diperabaan. Kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteriemia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus; sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak nyeri.
Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perferasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksit, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah (2005), gambaran klinis demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari.
Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing tidak bersemangat dan nafsu makan kurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah:.
2.1.5.1. Anak usia sekolah dan adolesens
Awalan penyakit semar. Mula- mula gejalanya ialah demam , lesu, anoreksia, mialgia, sakit kepala, dan sakit perut berlangsung selama 2-3 hari. Mula- mula bisa terjadi diare dengan tinja seperti sup kacang, tetapi belakangan konstipasi lebih menonjol. Mungkin dijumpai gejala
10
mimisan dan batuk, dan letargi berat. Suhu badan naik secara remitten dan makin meningkat dalam 1 minggu.
Kemudian menetap pada suhu 40◦C. Dalam minggu kedua, suhu bertahan tinggi dan gejala yang ada tampak makin berat. Anak tampak sakit akut dengan disorientasi, latergi,delirium, dan stupor. Tanda fisik yang biasa ditemukan adalah bradikardi relatif, hepatosplenomegali, dan distensi abdomen disertai nyeri yang di infus
2.1.5.2. Bayi dan Anak umur <5tahun
Pada usia ini biasanya penyakit berlangsung ringan dengan demam ringan dan lesu. Sehingga diagnosa sulit ditegakkan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya S.
Typhi. Gejala diare lebih sering ditemukan hingga diagnosis mengarah ke gastreoenteritis. Pada sebangian anak gejalanya biasa mengarah ke infeksi saluran nafas bawah.
2.1.5.3. Bayi baru lahir
pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus dan anak lahir prematur. Gejala timbul pada malam hari ketiga, biasanya berupa muntah, diare, dan berkembang. Suhu tubuh bervariasi, bisa mencapai 40◦C, dan bisa disertai kejang. Gejala lainnya berupa hepatomegali ikterus, anoreksia, berat badan sangat menurun.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
2.1.6.1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai 1/10 sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160.
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu terpapar kkuman Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika H 1/800 dan O 1/400.
12
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
(1) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
(2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
(3) Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
(4) Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
(5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
(6) Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke dl tubuh manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H
menurun perlahanlahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
(7) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
(8) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
(9) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
(10) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain. ( padila,2013).
2.1.6.2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
14
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetap dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
2.1.6.3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
2.1.6.4. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batasbatas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1. Pada usus halus umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal.
2.1.7.2. Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dangan tanda tanda renjatan.
2.1.7.3. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang idak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitupekak hati menghilang dan terdapat udara
16
dirongga hati dan diafragma pada foto rontgen abdomenyang dibuat dalam keadaan tegak.
2.1.7.4. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence musculair) 2.1.7.5. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi
peradangan akibat sepsis (bakterimenia), yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dan lain lain. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia (Ngastiah, 2005).
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Suriadi (2010), penatalaksaan pasien demam thypoid yaitu:
2.1.8.1. Isolasi, desinfeksi pakaian.
2.1.8.2. Istirahat selama demam hingga dua minggu.
2.1.8.3. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat.
2.1.8.4. Pemberian antibiotik kloramfenikol, cotrimoxazole dengan dosis tinggi.
2.2 Pengkajian Teori 2.2.1 Pengkajian
Menurut Nursalam (2008) Adapun pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan pada anak dengan demam tifoid adalah sebagai berikut :
2.2.1.1. Identitas
Sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
2.2.1.2. Keluhan utama
Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).
2.2.1.3. Riwayat kesehatan
meliputi A (antropometric measurement) pengukuran antropometri, B (biochemical data) data biomedis, C (clinical sign) tanda-tanda klinis status gizi, D (dietary) tentang diet.
2.2.1.4. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.
Pada minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2.2.1.5. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan).
Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
18
ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.
2.2.1.6. Pemeriksaan fisik:
1) Keadaan umum dan tingkat kesadaran
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya perubahan pada tingkat kesadaran. Pada fase lanjut. Secara umum pasien terlihat sakit berat dan sering terjadi penurunan tingkat kesadaran ( apatis, delirium).
2) Tanda-tanda vital
Suhu : Pada fase 7-14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39- 41°C pada malam hari dan biasanya turun pada pagi hari.
Nadi : Pada pemeriksaan nadi ditemukan penurunan frekuensi nadi (bradikardi relatif).
Pernafasan : Meningkat
2.2.1.7 Tekanan darah : Cenderung menurun B1 (Breathing)
Sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan.
Tetapi akan mengalami perubahan jika terjadi respon akut dengan gejala batuk kering. Pada beberapa kasus berat bisa didapatadanya komplikasi tanda dan gejala pneumonia.
2.2.1.8 B2 (Blood)
Penurunan tekanan darah. Keringat dingin. Dan diaphoresis sering didapatkan pada minggu pertama. Kulit pucat akan akral dingin berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin. Pada minggu
ketiga, respon toksin sistemik dapat mencapai otot jantung dan terjadi miokarditis dengan manifestasi penurunan curah jantung dengan tanda denyut nadi lemah, nyeri dada, dan kelemahan fisik.
2.2.1.9 B3 (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan terjadi penurunan perfusi serebral dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental seperti halusinasi dan delirium. Pada beberapa pasien bisa didapatkan kejang umum yang merupakan respon terlibatnya sistem pusat saraf pusat oleh infeksi S. typhi. Didapatkan ikterus pada sklera terjadi pada kondisi berat.
2.2.1.10 B4 (Bladder)
Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urin output respon dari penurunan curah jantung.
2.2.1.11 B5 (Bowel) 1) Inspeksi :
(1) Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis.
Tanda ini jelas mulai nampak pada minggu kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan endotoksin kuman.
(2) Sering muntah (3) Perut kembung (4) Distensi abdomen
20
2) Auskultasi :
Didapat penurunan bising usus kurang dari 5 kali per menit pada minggu pertama dan terjadi konstipasi, serta selanjutnya meningkat akibat diare.
3) Perkusi :
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
4) Palpasi :
(1) Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan limpa mengindikasikan infeksi RES yang mulai terjadi pada minggu kedua.
(2) Nyeri tekan abdomen, merupakan tanda terjadinya perforasi dan peritonitis.
2.2.1.12 B6 (Bone)
Respon sistemik akan menyebabkan malaise. Kelemahan fisik umum, dan didapatkan kram otot ekstremitas. Pemeriksaan integumen sering di dapatkan kulit kering turgor kulit menurun, maka tampak pucat, rambut agak kusam, dan yang terpenting sering didapatkan tanda roseola ( bintik merah pada leher, punggung dan paha). Roseola merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4 mm, berwarna merah, pucat, serta hilang pada penekanan, lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Roseola ini merupakan embolin kuman dimana didalamnya mengandung kuman salmonella dan terutama didapatkann daerah perut, dada, dan terkadang bokong maupun bagian fieksor dari lengan atas. ( Muttaqin & Sari,2011)
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Menurut Nursalam (2008) diagnosa keperawatan yang lazim didapatkan pada anak dengan demam tifoid adalah sebagai berikut:
2.2.2.1. Kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan yang tidak adekuat
2.2.2.2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
2.2.2.3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak adekuat.
2.2.2.4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
2.2.2.5. Resiko tinggi komplikasi berhubungan dengan proses inflamsi pada usus.
2.2.2.6. Komplikasi berhubungan dengan proses peradangan pada dinding usus halus.
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan pada klien anak dengan demam tifoid Menurut Nursalam (2008) berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu :
2.2.3.1. Kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan yang tidak adekuat.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Nafsu makan, meningkat, Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
1) Intervensi: Awasi pemasukan atau jumlah kalori.
22
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukan kalori dan kualitas konsumsi makanan.
2) Intervensi: Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Intervensi: Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : Makan sedikit tapi sering dapat menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukan dan mengurangi rasa mual.
4) Intervensi: Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen.
5) Intervensi: Kolaborasi dengan tim gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan klien.
6) Intervensi: Kolaborasi dalam pemberian obat antiematik sesuai indikasi.
Rasional : Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi makanan.
2.2.3.2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit kembali membaik.
1) Intervensi: Pantau suhu klien (derajatnya), perhatikan menggigil.
Rasional : suhu 38-41°C menunjukkan proses infeksius akut.
2) Intervensi: Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan line tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3) Intervensi: Berikan kompres dan hindari penggunaan alkohol.
Rasional : dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es dan atau alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4) Intervensi: Pakaikan baju yang tipis dan menyerapkan keringat.
Rasional : akan mempermudah terjadinya evaporasi akibat panas dalam tubuh.
5) Intervensi: Kolaborasi dalam pemberian anti piretik contohnya paracetamol.
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipothalamus.
6) Intervensi: Kolaborasi pemberian selimut dingin.
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5°C-40°C pada waktu terjadi kerusakan pada otak.
2.2.3.3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuh.
Kriteria hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat.
1) Intervensi : Kaji tanda-tanda vital.
24
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam, dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
2) Intervensi : Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit.
3) Intervensi : Pertahankan per oral, tirah baring, hindari kerja/ batasi aktifitas.
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
4) Intervensi : Observasi perdarahan dan tes fase tiap hari untuk adanya samar.
Rasional : diet tidak adekuat dan penurunan obsorbsi dapat memasukkan defisiensi vitamin K dan merusak kogulasi potensial resiko perdarahan.
5) Intervensi : berikan cairan parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi.
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan atau anemia.
2.2.3.4. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan proses infllamasi pada usus.
Tujuan : mempertahankan kondisi pasien dalam keadan amam dan nyaman
Kriteria hasil : pasien merasa aman dan nyaman 1) Intervensi: Lakukan perawatan mulut 2x1 hari.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.
2) Intervensi: Berikan minum dengan sering.
Rasional : agar selaput lendir mulut dan tenggorokan tidak kering.
3) Intervensi: Ajarkan anak dan keluarga untuk tentang proses penyakit dan alasan untuk terapi.
Rasional : untuk meningkatkan kepatuhan.
4) Intervensi: Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
2.2.3.5. Resiko tinggi komplikasi dengan proses inflamasi pada usus.
Tujuan : komplikasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mempertahankan intake yang adekuat.
1) Intervensi: Pertahankan pencucian tangan yang benar.
Rasional : untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.
2) Intervensi: Ajarkan anak bila mungkin, tindakan perlindungan seperti pencucian tangan setalah mengunakan toilet.
Rasional : untuk mencegah penyebaran infeksi dan mencegah komplikasi.
3) Intervensi: Pemberian terapi sesuai program dokter.
Rasional : mempertahankan kerja sama dengan team kesehatan lain untuk mencegah komplikasi.
4) Intervensi: Kaji abdomen untuk adanya distensi, nyeri tekan dan adanya bising usus.
Rasional : untuk mengkaji adanya tidak nya peristaltic usus
26
2.2.3.6. Konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada dinding usus halus.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan BAB lancar Kriteria hasil: BAB lancar
1) Intervensi: Kaji pola defekasi
Rasional: Untuk mengetahui pola defeksi klien.
2) Intervensi:Anjurkan makan-makanan yang tinggi serat Rasional: Untuk memperlancar BAB
3) Intervensi:Anjurkan banyak minum air putih.
Rasional: Untuk memperlancar BAB
4) Intervensi:Berikan lingkungan yang nyaman Rasional: Memberikan kenyaman pada pasien
5) Intervensi:Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar Rasional: Untuk memperlancar BAB
2.2.4 Implementasi
Menurut Carpenito (2009). komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang
layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
2.2.5 Evaluasi
Menurut Asmadi (2008) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment).
Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk : Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
2.2.6 Kerangka Masalah Keperawatan
28
Kontaminasi Salmonella Typhi pada makanan dan minuman
Masuk dalam lambung
Lolos dari asam lambung Dimusnahkan oleh asam lambung
Bakteri masuk usus halus
Pembuluh limfe
Peradaran darah (bakteri primer)
Masuk retikulo endoteria (RES) terutama hati dan limfa
Pembesaran hati Pembesaran limfa
Hepatomegali Splenomegali
Penurunan atau peningkatan mobilitas usus
Penurunan atau peningkatan peristaltik usus
Konstipasi/Diare
Gangguan pola eliminasi
Peningkatan asam lambung Anoreksia mual muntah
Lemah, lesu, pucat
Gangguan nutrisi
Lest plak peyer
Erosi
Pendarahan masif
Resiko tinggi komplikasi
Berkembang biak di hati dan limfa Masuk aliran darah (Bakteri sekunder)
Empedu Endotoksin
Rongga pada usus Kel.
Linfoid Usus Halus Terjadi kerusakan sel
Nyeri
Merangsang pelepasan zat epirogen oleh
leukoseit
Zat pirogen beredar dalam darah
Mempengaruhi pusat thermugulator di
hipotalamus
Hipertermia
Defisit volume cairan Sumber:
Ngastiyah (2008) Arief Mansjoer (2007)
2.2.6 Kerangka Masalah Keperawatan
57 BAB 3
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanana asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Typhoid, maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 22 juli 2019 sampai tanggal 24 juli 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 22 juli 2019 jam 08.00 WIB. Anamnesa diperoleh langsung dari pasien dan file No. Register 60-40-XX sebagai berikut.
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 20 Juli 2019 Jam Masuk : 21.45
Ruang/Kelas : Sakura /Z.2 Kamar No. : 7
Pengkajian Tanggal : 22 Juli 2019 Jam Pengkajian : 08.00
3.1.1 Identitas Klien
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 27 Mei 2006
Umur : 13 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Ds Popoh Wonoayu
Nama Ayah : Tn. Y
Nama Ibu : Ny. R
58
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta /Ibu Rumah Tangga Pendidikan Ayah/Ibu : SMA / SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Ds Popoh Wonoayu
Diagnosa Medis : Demam Typhoid
3.1.2 Riwayat Keperawatan Sekarang
3.1.3.1 Keluhan Utama : Panas dan Mual Muntah 3.1.3.2 Riwayat Penyakit Saat ini :
Ibu mengatakan anaknya panas sejak hari senin tanggal 15 juli 2019 panas lebih dari 5 hari disertai mual muntah. Pada hari sabtu malam tanggal 20 juli 2019 dibawa ke IGD RSU Anwar Medika dengan keluhan panas disertai mual muntah dan di rawat inap diruang sakura pada tanggal 22 masih mengeluhkan panas mualdan muntah
3.1.3 Riwayat Keperawatan
3.1.3.1. Prenatal : Ibu mengatakan rajin memeriksakan kehamilannya setiap bulan. Tidak ada keluhan
saat hamil, minum
susu dan vitamin secara teratur.
3.1.3.2. Natal : Anak Lahir pada kehamilan 9 bulan 10 hari dengan lahir secara spontan dibidan. Bayi lahir
segera menangis.
3.1.3.3. Post Natal : Tidak terjadi pendarahan yang berlebihan pada ibu
bayi setelah lahir tidak ada kelainan. BBL 2700gr.
3.1.4 Riwayat Kesehatan Sebelumnya 1.5.2.1 Penyakit yang pernah diderita
ibu
: Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang diderita anaknya.
1.5.2.2 Pernah dirawat di rumah sakit : Ibu mengatakan anaknya belom pernah dirawat di rumah sakit baru sekarang ini.
1.5.2.3 Penggunaan obat-obatan : Paracetamol di apotik 1.5.2.4 Tindakan (operasi/tindakan
lain)
: Tidak ada
1.5.2.5 Alergi : Tidak ada
1.5.2.6 Kecelakaan : Tidak ada
1.5.2.7 Imunisasi : Lengkap
1. Hepatitis : Saat Lahir 2. BCG : 1x usia 1 bulan 3. Polio : 3x usia 2,4,6 bulan 4. DPT : 3x usia 2,4,6 bulan
60
5. Campak : 1x usia 9 bulan
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
3.1.5.1. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :
Ibu mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki riwayat penyakit Demam Typhoid dan penyakit menular lainnya seperti Hepatitis, HIV, DM, Jantung dan Hipertensi.
3.1.5.2. Lingkungan rumah dan komunitas :
Ibu mengatakan anaknya tinggal di lingkungan yang bersih lingkungan pembuangan sampah tertutup, pasien tidak pernah beraktifitas yang berat.
3.1.5.3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Ibu mengatakan anaknya sering jajan sembarangan dan kalau makan jarang mencuci tangan.
3.1.5.4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak :
Ibu yakin bahwa anaknya akan cepat sembuh bila dirawat di RSU Anwar Medika.
3.1.6 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
3.1.6.1. BB saat ini 40 kg, TB:148 cmLK:45 cm, LD:40cm, LLA:15cm 3.1.6.2. BB lahir:2700 gr, BB sakit:38 kg
3.1.6.3. Panjang lahir:49 cm
3.1.6.4. Pengkajian perkembangan[DDST]
DDST tidak terkaji.
3.1.7 Genogram (3 Generasi)
Keterangan :
: Laki - Laki : Perempuan
: Anak Perempuan Sakit : Tinggal Satu Rumah
3.1.8 Riwayat Nutrisi
3.1.8.1. Saat di rumah : Makan 3x/hari, nafsu makan baik habis 1 porsi
3.1.8.2. Saat di rumah sakit : Makan 3x/hari nafsu makan menurut hanya mau makan 2-3 sendok
3.1.9 Observasi dan Pengkajian Fisik 3.1.9.1. Keadaan
Umum
: Lemah Kesadaran : Composmentis
3.1.9.2. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
3.1.9.3. Respirasi : 20x/menit Suhu : 38oC
62
1) PERNAFASAN
(1) Bentuk dada : simetris (2) Pola nafas : normal (3) Suara nafas : normal
(4) Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada (5) Perkusi thorax : normal
(6) Alat bantu pernafasan : tidak ada
(7) Batuk : tidak ada
(8) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
2) KARDIOVASKULER
(1) Nyeri dada : tidak ada (2) Irama jantung : reguler
(3) Bunyi jantung : S1, S2 tunggal
(4) CRT : <3 detik
(5) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
3) PERSYARAFAN
(1) Patella : baik
(2) Kejang : -
(3) Kaki kuduk : tidak terdapat kaku kuduk (4) Nyeri kepala : tidak ada nyeri kepala (5) Kelainan N. Cranialis : -
(6) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
4) GENITOURINARIA
(1) Bentuk alat kelamin : normal, tidak ada kelainan (2) Uretra : normal, tidak ada kelainan (3) Kebersihan alat kelamin : bersih
(4) Frekuensi berkemih : > 4 kali (5) Produksi urine : ± 700 ml/hari (6) Masalah eliminasi urine : normal
(7) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
5) PENCERNAAN (1) Mulut
1. Mukosa : kering
2. Bibir : normal
3. Lidah : kotor
4. Kebersihan rongga mulut : kurang (2) Abdomen
1) Nyeri tekan : lokasi-peristaltik 35x/menit 2) BAB
1.Frekuensi : 1x/hari, warna: kuning
2.Bau : khas
3.Keluhan : tidak ada
3) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
64
6) MUKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN
(1) Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tngkai (2) Kekuatan otot/tonus otot : normal dan kuat
(3) Faktur : tidak ada
(4) Kulit : sawo matang dan kemerahan
(5) Akral : hangat
(6) Turgor kulit : baik (7) Kelembaban : baik (8) Oedema : tidak ada (9) Kebersihan : baik
(10) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
7) PENGINDERAAN (1) Mata
1. Reflek cahaya : positif 2. Gerakan mata : normal 3. Konjungtiva : merah muda 4. Sklera : warna putih 5. Pupil : isokor
6. Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan
(2) Hidung
1) Reaksi alergi : tidak ada 2) Sekret : tidak ada 3) Lainnya sebutkan : tidak ada
(3) Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi : lengkap bersih dan rapi 2) Kesulitan menelan : tidak ada
3) Lainnya sebutkan : tida ada
8) Endokrin
(1) Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada (2) Pembesaran kelenjar parotis : tidak ada
(3) Hiperglekima : tidak ada
(4) Hipoglekima : tidak ada
(5) Lainnya sebutkan : tidak ada
3.1.10 Data Penunjan
3.1.10.1Laboratorium
Tabel 3.1 Hasil Lab Pada An “A” Dengan Diagnosa Medis Demam Tyhpoid Di Ruang Sakura RSU Anwar Medika Sidoarjo Tanggal 15 Juli 2019
Parameter Result Ref Range
Urinalisasi
Warna Kuning 1.003-1.030
Berat jenis urine 1.010 46-8.0
66
Parameter Result Ref Range
PH urine 6.0 Negatif
Protein + Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobirilubin Negatif Negatif
Nitrik Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif 0-2/LP
Sedimen
-Leukosit 5-8 0-1/LP
-Eritosit 0-1 Positif
-Epitel + Negatif
-Slinder Negatif Negatif
-Kristal Amorph+ Negatif
-Bakteri + Negatif
Uji widal
Salmonella typhi O Positif (1/230) Negatif
Salmonella typhi H Positif (1/20) Negatif
Salmonella pratyphi OA Positif (1/160) Negatif Salmonella pratyhpi OB Positif (1/160) Negatif
3.1.10.2. USG : tidak ada
3.1.10.3.Rontegent : tidak ada
3.1.10.4.Terapi yang didapat : Infus : RD5 1.000cc/24 jam
Indikasi : Anti piretik
Injeksi : Thyampenicol 3x500mg (06.12.16) Indikasi : Antibiotik
Paracetamol 3x1 (06.12.16) Indikasi : Anti piretik Cefriaxone 2x1 (17.05) Indikasi : Antibiotik Oral : multivitamin 2x1 sth
Indikasi : nafsu makan Antasida sirup 3x1 sth (06.12.18)
3.2 Analisa Data
Nama Klien : An. A Diagnosa Medis : Demam
Typhoid
No. Register :
6040xx
Ruangan : Sakura Tabel 1.2 Analisa Data An. A
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1
DS:
Ibu mengatakan panas sudah 5 hari
Infeksi salmonella typhi
Hipertermia
DO:
Keadaan umum lemah
Pada makanan dan minuman
Suhu: 38o C Masuk ke dalam lambung Nadi: 84x/menit Bakteri masuk ke usus halus
TD: 100/60 mmHg Pembuluh limfe
68
RR: 20x/menit (bakteri primer)
Perabaan kulit panas Masuk ke aliran darah
Akral hangat Endotoksin
Kulit agak kemerahan Terjadi kerusakan sel Laborat:
Widal
S. typhi O positif S. typhi H positif S. typhi Pa positif S. typhi Pb positif
Merangsang pelepasan zat epigen oleh leukosit
Zat epirogen beredar dalam darah
Mempengaruhi pusat thermoregulator di hipotalamus
Hipertermia
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
2
DS:
Klien mengatakan nafsu makan kurang dan makan terasa pahit serta mual
Infeksi salmonella typhi pada makanan dan minuman
Masuk ke dalam lambung Bakteri masuk ke usus halus
Peradaran darah (bakteri primer) Masuk retikulo endoterial
(RES) terutama hati dan limfa
Berkembang biak hati dan limfa
Penurunan/peningkatan mobilitas usus Penurunan/peningkatan
peristaltik usus
Gangguan Nutrisi DO:
-klien tampak lemah -Porsi makan habis ½ porsi makannya -bibir kering -BB: 40kg -BB sakit : 38kg
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
peningkatan asam lambung
Anoreksia mual, muntah Lemah, lesu, pucat
Gangguan nutris
3.2.1. Prioritas Masalah
Diagnosa keperawatan berdasarkan proritas masalah
3.2.1.1.Hipertermia berhubungan dengan infeksi salmonella typhi
3.2.1.2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makan
3.3 Perencanaan
Tabel 1.3 Perencanaan An. A dengan diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses infeksi sallmonellatyphi diruang sakura RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Hasil Kriteria
Rencana Tindakan
Rasional
1
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
salmonella typhi
NOC
Thermoregulasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 24 jam pasien menunjukan
NIC
1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin.
2. Monitor warna suhu kulit.
1. Untuk mengetahui suhu tubuh pasien.
2. Untuk mengetahui suhu tubuh pasien.
70
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Hasil Kriteria
Rencana Tindakan
Rasional suhu tubuh
dalam batas normal dengan kriteria hasil:
1. Suhu tubuh 36-
37oc.
2. Nadi dan RR dalam rentang normal.
3. Tidak ada perubahan
3. Monitor tekanan darah nadi dan RR.
4. Monitor tinggat kesadaran.
5. Monitor intake dan output.
6. Berikan antipiretik sesuai progam terapi.
7. Selimuti pasien.
8. Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila.
9. Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
3. Untuk mengetahui perkembangan pasien.
4. Untuk mengetahui perkembangan pasien.
5. Untuk mengetahui asupan pasien 6. Untuk
memberikan terapi dan proses
penyembuhan pasien.
7. Untuk memberikan rasa nyaman.
8. Untuk mengurangi demam.
9. Untuk mengetahui perkembangan pasien
3.3 Implementasi
a. Implementasi Hari Pertama Senin, 22 Juli 2019 Tabel 1.4 Implementasi
No Tgl & jam Tindakan/ Implementasi TTD 1. 22 juli
2019 08.00 WIB
08.30 WIB 10.00 WIB
14.00 WIB
1. Mengukur TTV meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan
TD : 100/80 mmHg S : 38C
N : 96x/menit RR : 20x/menit
2. Memberikan kompres pada lipatan paha dan aksila 3. Memberikan terapi obat
thyempenicol, paracetamol, antasida sirup
4. Mengukur kembali suhu tubuh klien
S : 37,8C
5. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat 2 23 juli
2019 08.00 WIB
08.30 WIB
1. Mengukur TTV meliputi:
TD : 80/60 mmHg S : 38,5C
N : 97x/menit RR : 20x/menit
2. Memberikan kompres pada lipatan paha dan aksila
72
10.00 WIB
14.00 WIB
3. Memberikan terapi obat thyempenicol, paracetamol, antasida sirup
4. Mengukur kembali suhu tubuh klien
S : 37,5C
5. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat 3. Tgl & jam
24 juli 2019 08.00 WIB
08.30 WIB
10.00 WIB
12.30 WIB
1. Mengukur TTV meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan
TD : 100/80 mmHg S : 36,8C
N : 88x/menit RR : 28x/menit
2. Memberikan terapi obat thyempenicol, paracetamol, antasida sirup
3. Mengukur kembali suhu tubuh klien
S : 36,2C
4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
3.4 Evaluasi
Tabel 1.5 Evaluasi hari pertama Senin, 22 Juli 2019
Tgl No. Perkembangan TTD
Senin, 22 juli 2019
1 S: Keluarga klien mengatakan badan klien agak panas
O:
Tekanan Darah: 100/80 mmHg Suhu: 38oC
Nadi: 96x/menit RR: 20x/menit
- Infus RD5 terpasang dan lancar dengan 20 tetes permenit
- Kulit masih kemerahan
- Lidah kotor, bibir terlihat kering dan pecah- pecah
A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
74
Evaluasi hari kedua Selasa, 23 Juli 2019
Tgl No. Perkembangan TTD
Selasa, 23 juli 2019
1 S: Keluarga klien mengatakan panas klien sudah mulai berkurang
O:
Tekanan Darah: 100/80 mmHg Suhu: 38,5oC
Nadi: 97x/menit RR: 20x/menit
- Infus RD5 terpasang dengan lancar - Kulit terlihat masih kemerahan
- Lidah kotor, bibir terlihat kering dan pecah- pecah sudah mulai berkurang
A: masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan
Evaluasi hari ketiga Rabu, 24 Juli 2019
Tgl No. Perkembangan TTD
Rabu, 24 juli 2019
1 S: Keluarga klien mengatakan panas klien sudah turun dan tidak panas lagi
O:
Tekanan Darah: 100/80 mmHg Suhu: 36,2oC
Tgl No. Perkembangan TTD Nadi: 88x/menit
RR: 28x/menit
- Kulit lembab dan turgor kulit baik
- Lidah sudah bersih dan bibir terlihat lembab A: masalah teratasi
P:
a. Anjurkan klien untuk tetap memperbanyak istirahat
b. Anjurkan keluarga tentang pemberian obat jalan sesuai advis dokter