• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN MASALAH GANGGUAN POLA TIDUR

DI PUSKESMAS BADES

Oleh:

SITI AISYAH NIM : 1801088

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

(2)

ii

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN MASALAH GANGGUAN POLA TIDUR

DI PUSKESMAS BADES

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Politeknik

Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh:

SITI AISYAH NIM : 1801088

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

مي ِح هرلا ِنَمْح هرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

“Pendidikan Memiliki Akar yang Pahit, tapi Buahnya Manis. Aristoteles”

Mengingatkan bahwa memang bahwa mengais ilmu merupakan sesuatu yang cukup susah dan penuh jerih payah, tapi percayalah bahwa sesuatu yang penuh dengan perjuangan dan pahit tersebut akan membuahkan hasil yang manis.

. Jangan jadikan pendidikan sebagai alat untuk mendapatkan harta, demi memperoleh uang untuk memperkaya dirimu. Belajarlah supaya tidak menjadi orang bodoh dan dibodohi oleh orang, Ingatlah Allah saat hidup tak sejalan dengan harapanmu. Allah pasti punya jalan yang terbaik untukmu.

(7)

vii PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin saya ucapkan kepada Allah SWT. Karna atas ijinnya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini saya permsembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, terima kasih kalian telah memberikan dukungan dan senantiasa memberikan semangat serta do’a kepada putrinya.

2. Kakak saya Humatus solikha terima kasih telah memberikan semangat dan motivasi, semoga kita menjadi anak yang membanggakan kedua orang tua.

3. Terima kasih kepada bapak ibu dosen yang selalu membimbing saya dalam menyelesaikan tugas akhir dan masukan serta saran yang dapat membangun untuk penyelesaian tugas akhir saya.

4. Terima kasih kepada teman saya yang telah menemani selama hampir tiga tahun dan senantiasa memberikan motivasi serta support untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI DENGAN MASALAH GANGGUAN POLA TIDUR DI PUSKESMAS BADES” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan di Program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya bagi kita semua.

2. Orang Tua tercinta yang selalu mendukung saya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ns. Agus Sulistyowati, S. Kep., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

4. Ns. Riesmiyatiningdyah, S.Kep.NS., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama pelaksanaan studi di Progran Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

5. Ns. Dwining Handayani, S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing 2 yang dengan penuh perhatian telah meluangkan kesempatan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Para sahabat yang telah mendukung untuk terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu, teman-teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Pihak- pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak bisa disebut satu persatu.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Lembar Judul ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar Pengesahan ... v

Motto ... vi

Lembar Persebahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat Studi Kasus ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 6

1.5.1 Metode ... 6

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 7

1.5.3 Sumber Data ... 7

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 8

1.6 Sistematika Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Konsep Hipertensi ... 9

2.1.1 Pengertian Hipertensi ... 9

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ... 9

2.1.3 Etiologi ... 10

2.1.4 Patofisiologi ... 12

2.1.5 Manifestasi Klinis ... 14

2.1.6 Faktor Resiko ... 15

2.1.7 Komplikasi ... 16

2.1.8 Penatalaksanaan ... 17

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ... 18

2.1.10 Pathway ... 21

2.2 Konsep Pola Tidur ... 22

2.2.1 Definisi ... 22

2.2.2 Batasan Karakteristik ... 26

2.2.3 Gangguan Pola Tidur ... 26

2.2.4 Fungsi Tidur ... 27

(11)

xi

2.2.5 Pengukuran Pola Tidur ... 27

2.2.6 Faktor yang Berhubungan ... 27

2.2.7 Lingkungan ... 28

2.2.8 Gaya Hidup ... 28

2.2.9 Fungsi Tidur ... 28

2.3 Konsep Keluarga ... 29

2.3.1 Definisi Keluarga ... 29

2.3.2 Ciri-ciri Keluarga ... 29

2.3.3 Tipe Keluarga ... 30

2.3.4 Fungsi Keluarga ... 34

2.3.5 Stuktur Keluarga ... 35

2.3.6 Perana Keluarga ... 36

2.3.7 Tugas Kesehatan Keluarga ... 37

2.3.8 Tahap Perkembangan Keluarga ... 38

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi ... 44

2.4.1 Pengkajian ... 44

2.4.2 Analisa Data ... 54

2.4.3 Diagnosa Keperawatan ... 54

2.4.4 Intervensi Keperawatan ... 61

2.4.5 Implementasi Keperawatan ... 64

2.4.6 Evaluasi Keperawatan ... 64

2.5 Kerangka Masalah ... 65

BAB III TINJAUAN KASUS ... 66

3.1 Pengkajian ... 66

3.2 Analisa Data ... 75

3.3 Diagnosa Keperawatan ... 75

3.4 Intervensi ... 76

3.5 Skoring Prioritas Masalah Keperawatan ... 78

3.6 Implementasi ... 79

3.7 Evaluasi ... 80

BAB IV PEBAHASAN ... 82

4.1 Pengkajian ... 83

4.2 Diagnosa Keperawatan ... 83

4.3 Intervensi ... 84

4.4 Implementasi ... 85

4.5 Evaluasi ... 86

BAB V PENUTUP ... 88

5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 91

(12)

xii DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII .... 10

Tabel 2.2 Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association .. 10

Tabel 2.3 Penentuan Prioritas Masalah ... 58

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan keluarga pada pasien Hipertensi... 62

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga ... 63

Tabel 3.2 Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga ... 73

Tabel 3.3 Analisa data ... 75

Tabel 3.4 Daftar diagnosa keperawatan ... 75

Tabel 3.5 Intervensi ... 76

Tabel 3.6 Masalah keperawatan ... 78

Tabel 3.7 Implementasi ... 79

Tabel 3.9 Evaluasi ... 80

Tabel 5.1 Susunan Acara ... 94

Tabel 5.2 Lembar konsultasi bimbingan pembimbing 1 ... 106

Tabel 5.3 Lembar konsultasi bimbingan pembimbing 2 ... 107

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Phatway ... 21

Gambar 2.2 Kerangka Masalah ... 66

Gambar 3.1 Genogram ... 67

Gambar 3.2 Karakteristik rumah ... 69

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Surat Izin ...91

Lampiran 2 Persetujuan menjadi responden (Informed consent) ...92

Lampiran 3 SAP Hipertensi ...93

Lampiran 4 Leafle Hipertensi ...98

Lampiran 5 Format Asuhan Keperawatan Keluarga ...100

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 1) ...106

Lampiran 6 Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 2) ...107

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif dan man mad diseases (penyakit akibat ulah manusia) yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi (Robert, 2018). Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus- menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia pada tahun 2018 prevalensi penderita hipertensi dengan usia ≥ 18 tahun sebanyak 25,8% dan meningkat menjadi 34,1%. Pada tahun 2016, kabupaten Lumajang menduduki peringkat ke 21 seJawa Timur dengan jumlah penderita hipertensi dengan Gangguan Pola Tidur sebanyak 20.578 orang dengan proporsi penderita terbanyak adalah perempuan yakni 12.705 orang dan laki-laki 7.873 orang (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2019). Berdasarkan data rekam medis di Puskesmas Bades kabupaten Lumajang, ditemukan jumlah kunjungan pasien hipertensi yang gangguan pola tidur pada tahun 2019 sebanyak 624 pasien,

(16)

2

sedangkan pada tahun 2020 selama bulan Januari sampai bulan Desember didapatkan data kunjungan pasien rawat jalan yang menderita hipertensi adalah sebanyak 588 penduduk, yang terdiri dari laki- laki 203 orang, dan perempuan 385 orang dengan keluhan ketidak patuhaan minum obat (Buku Laporan Puskesmas Bades kecamatan Pasirian, kabupaten Lumajang Tahun 2020).

Hipertensi atau peningkatan tekanan darah merupakan suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode. Pada penderita hipertensi, terjadi peningkatan volume cairan. Kondisi patologis tersebut dapat mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mensekresikan garam dan air yang akan meningkatkan tekanan arteri sistemik (Udjianti, 2019). Hipertensi akan timbul komplikasi kardiovaskuler karena jantung mengalami arterosklerosis, yaitu keadaan yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi dan akan membahayakan arteri koroner dan menyebabkan serangan jantung. Jika peristiwa tersebut terjadi di otak dapat menyebabkan stroke (Irianto, 2019). Penyakit ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu diobati sedini mungkin. Penyebab terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu yang dapat dirubah dan tidak dapat dirubah. Faktor yang tidak dapat dirubah diantaranya faktor usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga (Pratiwi, 2019) dan untuk faktor yang dapat dirubah yaitu faktor gaya hidup diantaranya kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak jenuh, obesitas dan kurang aktivitas fisik (Kartikasari,

(17)

3

2019). Penderita hipertensi seringkali terjadi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol. Hal ini dikarenakan ketidakpatuhan penderita hipertensi dalam pola makan dan gaya hidupnya. Faktor yang menyebabkan masalah gangguan pola tidur meliputi gangguan karena pasangan tidur, halangan lingkungan (mis:bising, pejanan cahaya/gelap, lingkungan yang tidak dikenali) imobilitas, kurangnya privasi (Herdman, 2019). Dukungan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga yang sakit yaitu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Friedman, 2019).

Peran perawat sebagai penyuluh kesehatan (health educator) adalah memberikan pengetahuan tentang upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif penyakit hipertensi seperti membatasi konsumsi garam, olahraga teratur, serta menjaga berat badan ideal untuk mengurangi timbulnya penyakit hipertensi. Dalam penatalaksaan klien dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas bades kabupaten lumajang di antaranya dengan melakukan penerapan standart asuhan keperawatan,salah satunya dengan menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, menciptakan lingkungan yang nyaman sebelum tidur sehingga kualitas tidur dapat meningkat. Jika klien sudah pulang dari puskesmas Bades kabupaten Lumajang maka anjurkan untuk istirahat yang cukup, anjurkan klien untuk mengurangi merokok jika klien suka merokok, serta anjurkan keluarga klien untuk mmembantu memperhatikan pola makannya (Andra, 2019).

(18)

4

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk menyusun laporan kasus tentang “Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di puskesmas Bades”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades.

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades.

c. Menggambarkan intervensi keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades

d. Menggambarkan tindakan keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades.

(19)

5

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di puskesmas Bades.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1.4.1 Akademis hasil studi

kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien hipertensi.

1.4.2 Secara praktis, tugas proposal ini akan bermanfaat bagi :

1. Bagi pelayanan keperawatan di puskesmas Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di puskesmas agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada hipertensi klien dengan baik.

2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada klien hipertensi

3. Bagi profesi kesehatan Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien hipertensi

4. Bagi klien dan keluarga

Dapat memberikan manfaat untuk lebih mengenal penyakit hipertensi serta perawatan saat dirumah terutama dalam hal gangguan pola tidur.

(20)

6

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode

Laporan yang ditulis secara naratif untuk mendeskripsikan pengalaman medis dan keperawatan seseorang atau beberapa orang pasien secara rinci dengan tujuan peningkatan capaian pengobatan. Pada penulisan ini, akan mengesksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di Puskesmas Bades kabupaten Lumajang dengan penyusunan karya tulis ini dilaksanakan melalui :

a. Studi lapangan untuk memperoleh data primer yaitu data yang diperoleh penulis secara langsung dari sumber data, baik melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview), pemeriksaan fisik maupun hasil pengukuran langsung lainnya. Data ini dari sumber lapangan (klien/keluarga).

b. Studi kepustakaan digunakan untuk memperoleh teori-teori dan sebagai rujukan untuk melengkapi data sekunder yang relevan dan mutakhir dengan permasalahan. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh penulis dengan memanfaatkan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh pihak lain, dalam bentuk publikasi ilmiah seperti buku, jurnal, majalah ilmiah dan lain sebagainya.

(21)

7

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada pasien dan keluarga terkait dengan masalah yang dihadapi pasien, biasanya juga disebut anamnese.

Anamnesa mulai dari identitas pasien atau biodata, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masalalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat tumbuh kembang, dan riwayat psikososial.

b. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan keperawatan pasien. Observasi dilakukan menggunakan penglihatan dan alat indera lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Khususnya observasi terhadap adanya gangguan pola tidur pada pasien.

1.5.3 Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat kline, catatan medis perawat, hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

(22)

8

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih mudah dan lebih jelas dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhanya di bagi menjadi tiga bagaian, yaitu : a. Bagaian awal, muat halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

b. Bagaian ini terdiri dari 5 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut ini:

Bab 1: Pedahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, penelitian, sistematika, penulisan studi kasus.

Bab 2: Tujuan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi serta kerangkah masalah.

Bab 3: Tinjuan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab 4: Pembahasan berisi ntentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada dilapangan.

Bab 5: Penutup,berisi tentang simpuulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalan pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2019).

Hipertensi adalah sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Syamsudin, 2019). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI 2019).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120mmHg dan tekanan darah diastolic kurang dari 80 mmHg (WHO 2019). Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2019) tekana darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit.

(24)

10

Tabel 2.1 Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2019)

Batasan tekanan darah (

mmHg) Kategori

> 150/90 mmhg Usia >60 tahun tanpa penyakit diabetes dan cronic kidney disease

>140/90 mmHg Usia 19-59tahun tanpa penyakit penyerta

>140/90 mmHg Usia >18 tahun dengan penyakit ginjal

>140/90 mmHg Usia >18 tahun dengan penyakit diabetes

Sumber : The Joint National Commite VIII (2019)

Tabel 2.2 Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association

Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik

Normal < 120 mmhg < 80 mmhg

Prehipertensi 120-139 mmhg 80-89 mmhg

Hipertensi stage 1 140-159 mmhg 90-99 mmhg Hipertensi stage 2 > 160 mmHg > 100 mmhg Hipertensi stage 3 (keadaan

gawat) > 180 mmhg > 110 mmhg

2.1.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipetensi di bagi menjadi dua golongan (Irianto, 2019)

a. Hipertensi esensial (Primer)

Hipertensi esensial (primer) adalah sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan hipertensi esensial antaranya :

(25)

11

1. Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi harus bias menjaga kesehatan dengan baik dan benar agar tidak mudah mengalami penyakit hipertensi.

2. Jenis kelamin atau faktor usia

Umur atau usia yang menginjak 45 tahun ke atas, orang yang sudah berumur tua akan rentan terhada penyakit apapun termasuk hipertensi. Salah satu penyebab hipertensi adalah faktor usia, oleh sebab itu jika berumur atau menginjak umur 45 ke atas harus menerapkan pola hidup sehat mulai dari makanan, minuman dan pola kegiatana sehari –hari.

3. Diit

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bsa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsi garam karena dengan mengurangi konsumsinya karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan penderita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengelolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.

(26)

12

4. Kelebihan berat badan atau obesitas

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bias menjaga berat badan dalam keadaan normal atau ideal.

5. Gaya hidup

Gaya hidup yang buruk dapat penyebabkan hipertensi, biasanya pola hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, suka merokok atau menjalankan kegiatan negatif.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit komorbit atau obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes, dan kelainan sistem saraf pusat (Santoso, 2019).

2.1.4 Patofisiologis

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf simpatik yang berlanjut ke bawah kordas spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis keganglis simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihandarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui

(27)

13

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperi kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi individu dengan hipertensi sangatlah sensitive trehadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangasang emosi, juga terangsangnya kelenjar adrenalyang mengakibatkan bertambahnya aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi epinefrin dan steroid lainnya, yang adapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriksi kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang meyebabkan terjadinya peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut mencetus keadaan terjadinya hipertensi.

(28)

14

Perubahan structural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab ada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklelosis, hilangnya alstisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensi aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantng (volume sekuncup) yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan darah perifer (Corwin, 2019).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Sebagia besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mula muntah akibat adanya peningkatan tekanan darah intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan pembekakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umum terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, meka merah, sakit kepala,keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,tengkuk terasa pegal dan lain- lain.

(29)

15

2.1.6 Faktor Resiko 1. Usia

Usia sangatlah berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia makan semakin tinggi mendapatkan resiko hipertensi. Angka kejadian hipertensi makin meningkat dengan semakin bertambahnya usia. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormone. Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan angka kejadian penyakit arteri koroner dan kematian premature (Julianti, 2019).

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi, dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki pada wanita lebih tinggi setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami menopause.

Perbandingan antara pria dan wanita , wanita lebih banyak menderita hipertensi.

3. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga meupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi atau merupakan penyakit keturunan. Jika keluarga ada yang memiliki riwayat hipertensi maka kemungkinan 25 % kita juga terkena hipertensi.

(30)

16

4. Konsumsi garam

Garam merupakan faktor yang sangat dalam pathogenesis hipertensi. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipetensi yang rendah jika asupan garam antara 5- 15 garam perhari, prevelensi hipertensi meningkat menjadi 15- 20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang tidak teratasi dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Syam 2019).

1. Payah jantung

Payah jantung (congestive heart failure) adalah suatu keadaan atau kondisi jantung tidak mampu lagi memompa adarh yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan oto jantung atau sistem listrik jantung.

2. Stoke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama penyebab stoke, karena tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila terjadi pada pembuluh darah otak maka akan terjdi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stoke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet dipembuluh yang sudah menyempit.

(31)

17

3. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dimata, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta. Kerusakan organ mata dengan memeriksa fundus mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi yaitu retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagian otak, jantung, ginjal, dan juga mata yang mengakibatkan penderita hipertensi mengalami kerusakan organ mata yaitu pandangan menjadi kabur.

4. Komplikasi pada ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah menuju ginjal yang bertugas sebagai penyaring kotoran tubuh.

Dengan adanya gangguan tersebut ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah.

2.1.8 Penataksanaan

1. Penataksanaan non farmakologi a. Terapi diit

Terapi diet penyakit hipertensi antara lain diit rendah garam dan diit rendah kolesterol dan lemak.

b. Olahraga

Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan sehari-hari maupun dengan olahraga yang teratur.

(32)

18

c. Berhenti merokok

Merokok dapat merangsang sistem adrenergic yang dapat meningkatkan tekanan darah.Dengan mengurangi konsumsi rokok dan alcohol maka akan mengurangi resiko penyebab penyakit hipertensi.

2. Penataksanaan farmakologi

Penataksanaan penyakit hipertensi dengan farmakologi yaitu dengan pemberian antihipertensi. Tujuan terapi hipertensi adalah mencegah terjadinya komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Beberapa jenis obat yang digunakan dalam terapi antihipertensi antara lain : golongan diuretic, alfa bloker, beta bloker, vasodilator, antagonis kalsium, pemghambat ACE.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisi untuk darah dan protein dan kreatinin darah

Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi.

2. Glukosa darah

Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.

3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum

Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler dimasa depan.

4. EKG

Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

(33)

19

5. Hemoglobin / Hematokrit

Bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor- faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

6. Glukosa Hiperglikemia

Diabetes mellitus dapat menyebabkan hipertensi karena diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin.

7. Kalium serum

Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.

8. Kalsium serum

Peningkatan kadara kalsium serum dapat meningkatakan hipertensi.

9. Kolesterol dan trigliserida serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak ateron matosa (efek kardiovaskuler).

10. Pemeriksaan tiroid

11. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi.

12. Kadar aldosteron urin/ serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab).

13. Urinalisa

Darah , protein, glukosa, diabetes mellitus.

(34)

20

14. Asam urat

Hipersemia telah menjadi komplikasi sebagai faktor resiko terjdinya hipertensi.

15. Foto thorak

Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup depresit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.

(35)

21

2.1.10 Pathway

Sumber : Irianto dan Corwin, 2019 Gambar 2.1 Phatway

Penurunan metabolisme

Umur Jenis kelamin

Pola hidup

Obesitas Elastisitas arterosklerisis

Hipertensi

Kerusakan vascular pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Resistensi pembuluh otak naik

Suplai O2 ke otak menurun

Gangguan pola tidur

Pembuluh darah

Sistemik

Vasokontriksi

Afterload meningkat

Lemas Keletihan

(36)

22

2.2 Konsep Pola Tidur 2.2.1 Definisi

Pola tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar terjaga. Tidur juga merupakan suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau sebagian, dimana fungsi tubuh dihambat atau dikurangi, dan juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi siap secara revesibel terhadap rangsangan dari luar (Fordiastiki, 2019). Berdasarkan definisi diatas, maka yang dimaksud tidur adalah suatu keadaan bawah sadar yang juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan dan dapat dibangunkan dengan rangsangan sensori rangsangan lainnya

a. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu :

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur, mimpi yang seperti kenyataan terjadi di fase REM. Mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron bagian bawah otak atau yang disebut dengan Pons yang bekerja secara spontan selama tidur REM. Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktifitas

(37)

23

kortikol, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.Selama tidur otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktifitas hari tersebut.

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Terdapat 4 tahap

a) Tahap stadium Satu

Merupakan tahap paling dangkal tidur, tahap ini berakhir beberapa menit dan pengurangan aktifitas dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme, biasanya tahap ini seseorang sangat mudah terbangun oleh stimulus sensori dan ketika terbangun seseorang merasa lelah seperti telah melamun.

b) Tahap stadium Dua

Merupakan periode tidur bersuara, kemajuan relaksasi dan mudah terbangun masih relatif mudah. Tahap ini berakhir10 menit hingga 20 menit dan kelanjutan fungsi tubuh melamban.

c) Tahap stadium Tiga

Meliputi tahap awal dari tidur yang dalam , orang akan sulit dibangunkan dan jarang bergerak, otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

(38)

24

d) Tahap stadium Empat

Merupakan tahap tidur terdalam dan sangat sulit membangunkan orang yang tidur. Pada tahap ini tanda- tanda vital menurun secara bermakna dibandingselama jam terjaga, dan tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi pada tahap ini.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur,kualitas tidur mengandungan arti kemampuan individu untuk tetap tidur dan bangun dengan jumlah tidur REM dan NREM yang cukup. Sedangkan kuantitas tidur berarti total waktu tidur individu. Faktor psikologis, fisiologi dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur.

Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Usia

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia . Variasi pola tidur menurut usia antara lain :

a. Remaja : Tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).

b. Dewasa muda : tidur 6-8 jam /hari tetapi waktunya bervariasi , 20-25% adalah tidur REM(Rapid Eye Movement).

c. Dewasa pertengahan : tidur 7 jam/hari, 20% adalah

(39)

25

tidur REM(Rapid Eye Movement).

d. Dewasa tua : tidur sekitar 6jam/hari, sekitar 20-25%

tidur REM(Rapid Eye Movement).

2. Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur seseorang.Individu dengan waktu kerja tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan pola tidur. Perubahan lain yang menggunakan pola tidur merupakan kerja berat yang tidak biasanya, terlihat dalam aktivitas sosial pada larut malam, perubahan waktu makan malam.

3. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur.Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang.Ukuran dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Selain itu suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang dibutuhkan untuk membangunkan seseorang tergantung pada tahapan tidurnya. Suara yang lebih rendah cenderung dapat membangunkan orang yang tidur dalam tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan seseorang dari tidur tahap 3 dan 4.

(40)

26

4. Aktivitas dan kelelahan

Jam hidup manusia terbagi atas 3 tahap yaitu : delapan jam bekerja normal, delapan jam berikutnya dipergunakan untuk pekerjaan ringan, dan 8 jam

berikutnya dipergunakan untuk istirahat total, maka dari itu istirahat yang cukup sangat penting demi menjaga

stabilitas kerja tubuh dan menghindari berbagai dampak yang timbul akibat dari kurangnya waktu tidur dimalam hari oleh aktivitas tambahan.

2.2.2 Batasan Karakteristik

Batasan karakteristik pada masalah gangguan pola tidur antara lain kesulitan saat memulai tidur, ketidakpuasan tidur, menyatakan tidak merasa cukup istirahat, penurunan kemampuan berfungsi, perubahan pola tidur normal, sering terjaga tanpa sebab yang jelas (Herdman, 2019).

2.2.3 Gangguan Pola Tidur

Gangguan pola tidur merupakan gangguan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal, penyebabnya dikarenakan hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan peralatan tidur (SDKI, 2017). Kondisi yang jika tidak diobati menyebabkan gangguan pola tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut : rasa mengantuk yang berlebihan disiang hari (Hartini, 2019).

(41)

27

2.2.4 Fungsi Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas belum diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain.Secara umum ada dua efek dari fisiologi tidur: pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf , dan kedua pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2019).

2.2.5 Pengukuran pola tidur

Pola tidur diukur dengan menggunakan kuisioner Sleep Questionnare menurut McNeil (Perry, 2019) dengan kriteria lamanya tidur, kualitas tidur, pola tidur, perasaan segar waktu terbangun.

2.2.6 Faktor yang Berhubungan

Faktor yang dapat menyebabkan masalah gangguan pola tidur meliputi gangguan karena pasangan tidur, halangan lingkungan (mis : bising, pejanan cahaya/gelap, lingkungan yang tidak dikenali), imobilitas, kurangnya privasi, pola tidur tidak menyehatkan (mis : karena tanggung jawab menjadi pengasuh, menjadi orang tua, pasangan tidur).

(42)

28

2.2.7 Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Selain itu suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang dibutuhkan untuk membangunkan seseorang tergantung pada tahapan tidurnya. Suara yang lebih rendah cenderung dapat membangunkan orang yang tidur dalam tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan seseorang dari tidur tahap 3 dan 4.

2.2.8 Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur seseorang.Individu dengan waktu kerja tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan pola tidur. Perubahan lain yang menggunakan pola tidur merupakan kerja berat yang tidak biasanya, terlihat dalam aktivitas sosial pada larut malam, perubahan waktu makan malam.

2.2.9 Fungsi Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas belum diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain.Secara umum ada dua efek dari fisiologi tidur: pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan

(43)

29

keseimbangan diantara berbagai susunan saraf , dan kedua pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2019).

2.3 Konsep Keluarga 2.3.1 Definisi Keluarga

Menurut Friedman (2019) keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terkait dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah. Menurut Duvall (2019) keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.

Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2019).

2.3.2 Ciri-ciri Keluarga

Keluarga merupakan system interaksi emosional yang diatur secara kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-nilai yang menjadi dasar struktur atau organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki ciri-ciri antara lain :

(44)

30

a. Terorganisasi

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan keluarga, dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan dan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya.

b. Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

c. Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dank has, yang menunjukkan adanya ciri perbedaan dan kekhususan. Misalnya saja ayah sebagai pencari nafkah utama dan ibu yang bertugas merawat anak-anak (Widyanto, 2019).

2.3.3 Tipe Keluarga

Menurut (Widyanto, 2019) Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu :

a. Keluarga Tradisional

1. The Nuclear Family (Keluarga Inti), yaitu keluarga yang terdiri suami, istri dan anak.

2. The Dyad Family, yaitu keluarga yang terdiri suami dan istri yang hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.

(45)

31

3. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suatu istri yang sudah tua dengan sudah memisahkan diri.

4. The Childless Family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.

5. The Extended Family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri tiga generasi hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman,bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dan lain sebagainya.

6. The Single Parent Family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang terdiri dari suatu orang tua bisa ayah atau ibu.

Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian, kematian atau bahkan ditinggalkan.

7. Commuter Family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat tinggal.

8. Multigenerational Family, yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9. Kin-network Family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan menggunakan barang-barang serta pelayanan

(46)

32

bersama. Seperti, menggunakan dapur, kamar mandi, televise, atau telepon bersama.

10. Blended Family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11. The Single adult living alone / single adult family, yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya (separasi) seperti perceraian atau di tinggal mati.

b. Keluarga Non-Tradisional

1. The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.

3. Commune Family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan keluarga anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

4. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

(47)

33

5. Gay dan Lesbian family, yaitu keluarga dengan seseorang yang persamaan jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri.

6. Cohabiting couple, yaitu keluarga dengan orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu.

7. Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.

8. Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunkan barang- barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

9. Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.

10. Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

(48)

34

11. Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

2.3.4 Fungsi Keluarga

Menurut friedman (2019), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Afektif

Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi

Adalah proses perkembangan dan perubahan individu, keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti : sandang, pangan, dan papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu keluarga

(49)

35

mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas dalam menjalankan perannya masing-masing.

2.3.5 Struktur Keluarga

Menurut Setyawan (2019) struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam struktur keluarga diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga menikah

Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

(50)

36

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.3.6 Peranan keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing, antara lain adalah:

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebegai anggota masyarakat kelompok social tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak- anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, social dan spiritual (Setiadi, 2019).

(51)

37

2.3.7 Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2019), yaitu : a. Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mngenal keadaan kesehatan dan perubuhan yang dialami anggota keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan. Alasannya adalah ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga, maka secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Sehingga segala kekuatan sumber daya, pikiran, waktu, tenaga, dan bahkan harta keluarga akan digunakan untuk mengatasi permaslahan kesehatan tersebut.

b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari bantuan yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa keluarga. Suara sumber daya internal keluarga yang dianggap mampu memutuskan akan menetukan tindakan keluarga dalam mngatasi masalah kesehatan yang dialami. Jika secara internal keluarga memiliki keterbatasan sumber daya, maka keluaarga akan mencari batuan dari luar.

c. Merawat anggota keluarga yang sakit

Tugas merawat anggota keluarga yang sakit seringkalli harus

(52)

38

dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan. Tidak menutup kemungkinan juga ketika keluarga memiliki kempuan untuk melakukan tindakan pertolongan pertama, maka anggota keluarga yang sakit dapat sepenuhnya dirawat oleh keluarga sendiri.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk memdayagunakan potensi internal yang ada di lingkugan rumah untuk mempertahankan kesehatan atau membantu proses perawatan anggota keluarga yang sakit. Tindakan memodifiksi lingkungan memiliki cakupan yang luas sesuai dengan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan.

a. Menggunakan fasilitas kesehatan

Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk mengatasi maslah kesehatan anggota keluarganya dengan memanfaatjan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

2.3.8 Tahap perkembangan keluarga

Kerangka perkembangan keluarga menurut Duvall (2019) memberikan pedoman untuk memriksa serta menganilisa perubahan den perkembangan tugas- tugas dasar yang ada dalam keluarga selama siklus kehidupan mereka, tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh usia anak yang tertua.

(53)

39

1) Tahap pasangan baru atau kelluarga baru (begining family) Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memeliki keluarga baru.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain : a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama b. Menetapkan tujuan bersama

c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social

d. Merencanakan anak (KB)

e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.

2) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama sampai anak pertama ber usia 30 bulan. Tugas pada perkembangan ini antara lain :

a. Persiapan menjadi orangtua

b. Membagi peran dan tanggung jawab

c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan

d. Meprsiapkan biaya atau dana child bearing

(54)

40

e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3) Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan- kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam mingkatkan pertumbuhannya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa nyaman

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semetara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi

d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)

Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

(55)

41

4) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan semangat belajar

b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan

c. Menyediakan aktivitas untuk anak

d. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak

5) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) Tahap ini dimulai pada anak saat usia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar unutk mempersiapkan diri lebih menjadi dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja ynag sudah bertambah dewasa dan

(56)

42

meningkat otonominya.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang

tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching ceter families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antaara lain sebagai berikut:

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya

e. Menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada pada keluarga f. Berperan suami istri, kakek, dan nenek

g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

(57)

43

bagi anak- anaknya

7) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle agee families) Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan waktu santai

c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua

d. Keakraban dengan pasangan

e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak keluarga

f. Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keakraban pasangan

8) Tahap VIII keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pension merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses usia lanjut dan pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stressor dan kehilangan

(58)

44

yang harus dialami keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social merawat e. Melakukan file review

f. Menerimakematian pasangan,kawan dan mempersiapkan kematian (Mubarak & Iqbal, 2019)

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Hipertensi 2.4.1 Pengkajian

a. Identitas Kepala Keluarga Nama Kepala Keluarga (KK) b. Komposisi Keluarga

1. Jenis Kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, tetapi usia 65 tahun keatas insiden wanita lebih tinggi. Pada umumnya wanita akan mempunyai risiko tinggi terhadap hipertensi apabila telah memasuki masa menopouse (Benson, 2019).

2. Umur

Laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita pasca

(59)

45

menopouse beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi (Ardiansyah, 2019)

3. Pekerjaan

Orang yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sehingga akan semakin sedikit pula ketersediaan waktu dan kesempatan untuk melakukan pengobatan (Notoatmodjo, 2019).

4. Status sosial ekonomi keluarga

Memperngaruhi asupan nutrisi (garam dapur) tergantung pendapatan dalam suatu rumah tangga.

5. Jumlah anggota keluarga

Semakin sedikit keluarga yang terdapat disuatu rumah tangga maka sering muncul masalah yang mengarah lima tugas keluarga karena minimnya komunikasi dalam pengambilan keputusan (Anggara, 2019)

6. Pendidikan

Pendidikan seseorang semakin tinggi maka semakin rendah angka ketidakpatuhan dan ketidaktauan seseorang itu mengenai sesuatu dikarenakan ilmu yang didapatkan dijadikan acuan (Anggara, 2019)

c. Genogram

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) mempertinggi resiko terkena hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita

(60)

46

mendapatkan penyakit hipertensi sebanyak 60% (Mannan, 2019) d. Type keluarga

Terdapat 2 type keluarga, dimana type keluarga yang pertama adalah type keluarga tradisional yang terdiri dari 11 jenis type keluarga dan yang kedua type non-tradisional atau type modern yang terdiri dari 8 type keluarga. Setiap type keluarga dalam rumah tangga berbeda dengan satu sama lain. Pada umumya keluarga mengalami kesulitan berkomunikasi dalam sehari-hari, sehingga untuk memutuskan dan atau mencari solusi dari masalah itu sulit.

e. Agama

Mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang didapat mempengaruhi kesehatan. Seseorang tidak patuh terhadap terapi diet ini dikarenakan mengkonsumsi olahan yang diberikan pada saat menghadiri selamatan, karena tidak sesuai dengan takaran garam (natrium) yang seharusnya sudah ditentukan dietnya.

f. Suku Bangsa

Penyakit hipertensi ternyata banyak diderita orang Madura.

Hal ini dikarenakan kadar garam yang cukup tinggi dalam sebagian besar makanan yang di konsumsi masyarakat Madura (Putra, 2019).

g. Aktivitas rekreasi

Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk

(61)

47

melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan. Jika aktivitas rekreasi ini tidak dilakukan oleh suatu rumah tangga maka yang terjadi stress, dimana stress tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi (Prasetyorini, 2019)

h. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap ini ditentukan dengan anak tertua. Hipertensi umumnya terjadi pada tahap lima sampai delapan.

1) Tahap 5 : keluarga dengan anak remaja

2) Tahap 6 : keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center families)

3) Tahap 7 : keluarga usia pertengahan (middle age families)

4) Tahap 8 : keluarga lanjut usia

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Pada saat perkembangan yang belum terpenuhi ini dapat mengakibatkan kondisi pasien mengalami stress sehingga dapat meningkatkan tekanan darah pasien.

i. Riwayat kesehatan keluarga inti.

Riwayat kesehatan ini menjelaskan mengenai kesehatan

(62)

48

masing- masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.

j. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.

Menjelaskan tentang riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga, riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.

k. Keadaan Lingkungan 1) Karakteristik Rumah

Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang di huni keluarga meliputi luas, type, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana air bersih dan minum yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar sebagai denah rumah. Ukuran rumah menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat yang tersedia. Semakin besar rumah dan semakin sedikit penghuninya, maka akan semakin besar rasio terjadinya stres. Sebaliknya, semakin kecil rumah dan semakin banyak penghuninya, maka akan semakin kecil rasio terjadinya stress yang dapat menyebabkan hipertensi (Erlinda, 2019).

(63)

49

2) Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya

Karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan atau kesepakatan penduduk setempat, dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan khususnya ketidakpatuhan terapi hipertensi sehingga peningkatan tekanan darah sering terjadi. Mobilitas Geografis Keluarga. Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang di bina.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

4) System pendukung keluarga.

Yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada disekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

penyusunan karya inovasi pembelajaran yang mendukung bahwa karya tersebut dapat digunakan untuk mengatasi atau memecahkan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA.. Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara

Sedangkan pada tinjauan pustaka di Intervensi Keperawatan dengan diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan Nyeri Akut berhubungan

Pada diagnosa nyeri akut, Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari Senin 2 April 2012 masalah keperawatan belum teratasi karena

Setelah dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan pada klien, dilakukan evaluasi keperawatan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 14:00 WIB, didapatkan

38 BAB 3 TINJAUAN KASUS Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada pasien cva hemoragik dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas

5.1.5 Evaluasi pada pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchial di Puskesmas IV Koto Mudik Batang kapas tahun 2018, kedua masalah keperawatan teratasi sebagian dengan

Batasan Masalah Studi literatur ini dibatasi pada laporan karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien anak yang mengalami thypoid dengan defisit nutrisi di ruang Anggrek