• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENJANG PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP TOLERANSI PADA MASYARAKAT

DI KELURAHAN SIALANGMUNGGU PEKANBARU

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Program Studi Agama-Agama

OLEH:

M. SYARIF HIDAYAT 11733101209

Pembimbing I Dr. Khotimah, M.Ag.

Pembimbing II H. Abd. Ghofur, M.Ag.

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1444 H./2022 M.

287/SAA-U/SU-S1/2022

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

MOTTO































/لحنلا ( 

61 : 34 )

Terjemah Kemenag 2002

43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (An-Nahl/16:43)

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini bagi memenuhi tugas akhir sebagai syarat dalam memperolehi gelaran sarjana dalam ilmu Ushuluddin (S.Ag) dan sebagai tambahan informasi dalam kajian Studi Agama-Agama. Tidak dilupakan, selawat serta salam acap kali dicurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad ﷺ serta ahli keluarga dan para sahabat di mana kasih saying baginda kepada umat tak pernah padam, bahkan hingga akhir hayat baginda ﷺ.

Dengan izin Allah SWT, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dorongan-dorongan baik secara langsung maupun tidak secara langsung seperti pengajaran atau moral dan material dimana banyak bantuan telah diperolehi yang sangat berharga dari pelbagai pihak sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenjang Pendidikan Terhadap Sikap Toleransi Pada Masyarakat Sialangmunggu Pekanbaru”. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinggginya kepada:

1. Terkhusus kepada Abi tercinta Dedy Riswandi dan Umi tercinta Budiawati yang telah banyak memberikan dukungan baik dalam bentuk motivasi, bantu- an materil, dan doa sehingga menjadi dorongan penulis dalam menyelesaikan pengajian dan mencapai apa yang di inginkan serta keluarga besar yang selalu mensupport, memberikan dukungan dan mendoakan penulis.

2. Ibuk Dr. Khotimah, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak H.

Abd. Ghofur, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan arahan, bimbingan, saran, kritik serta tambahan wawasan pengetahuan yang beliau berikan dalam penulisan skripsi penulis.

3. Bapak H.Abd. Ghofur, M.Ag selaku Ketua Prodi Studi Agama-agama yang telah banyak membantu sekaligus memberikan motivasi, koreksi dan kemudahan pelayanan selama penulis menjalani pengajian.

(8)

iii

4. Kepada Bapak Dr. H. Jamaluddin M. Us selaku dekan fakultas Ushuluddin beserta wakil-wakil dan segenap para dosen yang telah berjasa memberikan bekal ilmu pengetahuan.

5. Terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu demi menyelesaikan skripsi ini telah mendukung dan membantu demi menyelesaikan skripsi ini, kepada Rektor UIN Suska Riau Prof. Dr.

Hairunas, M.Ag beserta jajarannya yang telah memberi kesempatan penulis untuk menimba ilmu di Universitas ini.

6. Tidak dilupakan kepada seluruh staf dan karyawan di Lingkungan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kassim Riau yang telah memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis dalam mengurus administrasi dari awal perkuliahan hingga penulis menamatkan kajian ini 7. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman terkhusus kepada

Lidya Mendrawati yang telah memberikan support batin sampai membatin, Usqo Irwanto sebagai editor memeriksa ejaan dan memberikan bantuan mengajarkan mengolah data, Anhar sebagai coach overthinking, Ryandsyach sebagai pemberi asupan gizi selama pengerjaan skripsi, Rizki Syahputra Atan Muin sebagai kosma yang telah membantu memberikan informasi-informasi penting selama perkuliahan, Irfan Kandesfa sebagai pendukung penundaan penyelesaian skripsi, Fadila Nursyafitri sebagai Nyonya, Dinda Wahyuni Naibaho yang banyak membantu menggendong .

8. Tidak terkecuali teman-teman SAA „17 yang telah memberikan dukungan dengan cara lulus terlebih dahulu sehingga membuat penulis menjadi semakin semangat menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas bantuan, kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis hanya bisa mendoakan mudah-mudahan Allah SWT memberikan imbalan dan pahala kepada mereka yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam penulisan skripsi ini. Karena itu tentulah terdapat kekurangan serta kejanggalan yang memerlukan kritikan yang bersifat

(9)

iv

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Pekanbaru, 07 November 2022

Penulis

Muhammad Syarif Hidayat NIM. 11733101209

(10)

v ABSTRAK

Toleransi beragama merupakan sikap menerima setiap keberagaman agama yang ada di Indonesia. Namun belakangan sikap intoleransi di setiap lapisan masyarakat meningkat sejak tahun 2017 saat pilkada DKI Jakarta, salah satu calon Gubernur yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di anggap melecehkan Agama Islam. Pendidikan merupakan pondasi dalam membentuk sikap dan intelegensi anak-anak agar mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini berusaha mengkaji sejauh mana pendidikan mempengaruhi sikap toleransi pada masyarakat di Kelurahan Sialangmunggu, Kecamatan Tuah Madani, Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mengukur korelasi pendidikan dengan sikap toleransi melalui tiga dimensi, yaitu Pendidikan Toleransi, Indikator Toleransi, dan Sikap Toleransi. Hasil penelitian menunjukkan nilai “0,044” bahwa pendidikan masyarakat Kelurahan Sialangmunggu tidak memiliki korelasi terhadap sikap toleransi beragama.

Kata kunci: toleransi, umat beragama, korelasi, pendidikan

(11)

vi ABSTRACT

Religious tolerance is an attitude of accepting every religious diversity that exists in Indonesia. However, recently intolerance in every level of society has increased since 2017 during the DKI Jakarta regional elections, one of the Governor candidates, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) was considered to be harassing Islam.

Education is the foundation in shaping the attitudes and intelligence of children to be able to live in the midst of society. This study seeks to examine the extent to which education affects tolerance attitudes in the community in Sialangmunggu Village, Tuah Madani District, Pekanbaru City. This study uses quantitative methods by measuring the correlation of education with tolerance attitudes through three dimensions, namely Tolerance Education, Tolerance Indicators, and Tolerance Attitudes. The results showed a value of "0.044" that the education of the people of Sialangmunggu Village had no correlation to religious tolerance attitudes.

Keywords: tolerance, religious people, correlation, education

(12)

vii

يديرجت

لك في ارخؤم بصعتلا دادزا دقف ، كلذ عمو .ايسينودنإ في دوجوم نييد عونت لك لوبق فقوم وى نييدلا حماستلا ماع ذنم عمتلمجا تايوتسم نم ىوتسم 2017

اتركاج في ةيميلقلإا تاباختنلاا للاخ DKI

دحأ برتعاو ،

لاسلإاب شرحتي ونأ )كوىأ( امانروب اجاىاتج يكوساب ، مكاحلل ينحشرلما ليكشت في ساسلأا وى ميلعتلا .م

يرثأت ىدم صحف لىإ ةساردلا هذى ىعست .عمتلمجا طسو في شيعلا ىلع نيرداق اونوكيل لافطلأا ءاكذو فقاوم .ورابناكيب ةنيدم ، نيدم هاوت ةعطاقم ، وغنومنجلاايس ةيرق في يللمحا عمتلمجا في حماستلا فقاوم ىلع ميلعتلا بيلاسلأا ةساردلا هذى مدختست ،داعبأ ةثلاث للاخ نم حماستلا تاىاتجاب ميلعتلا طابترا سايق للاخ نم ةيمكلا

" ةميق جئاتنلا ترهظأو .حماستلا فقاومو ،حماستلا تارشؤمو ،حماستلا ىلع ةيبترلا يىو 0.044

ميلعت نأ "

.نييدلا حماستلا فقاوبم ةقلاع ول سيل وغنوموغنلاايس ةيرق ناكس :ةيحاتفملا تاملكلا

،حماستلا

ميلعتلا ،طابترلاا ،نونيدتملا

(13)

viii DAFTAR ISI PENGESAHAN

NOTA DINAS

PERNYATAAN KEASLIAN

MOTTO ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 3

C. Identifikasi Masalah ... 3

D. Batasan Masalah ... 4

E. Rumusan Masalah ... 4

F. Tujuan Penelitian ... 4

G. Konsep Operasional ... 4

H. Hipotesis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Kerangka Teori ... 6

1. Toleransi ... 6

2. Pendidikan ... 11

B. Tinjauan Pustaka ... 19

BAB III METODOLOGI ... 21

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 21

B. Populasi ... 21

C. Sampel ... 22

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 25

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

(14)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Analisis dan Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Implikasi Penelitian ... 57

C. Saran ... 58

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 59

ANGKET PENELITIAN ... 61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 65

LAMPIRAN ... 66

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 ... 22

Gambar 3. 2 ... 28

Gambar 3. 3 ... 28

Gambar 3. 4 ... 28

Gambar 3. 5 ... 28

Gambar 3. 6 ... 28

Gambar 3. 7 ... 29

Gambar 3. 8 ... 29

Gambar 4. 1 ... 31

Gambar 4. 2 ... 50

Gambar 4. 3 ... 51

(16)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 ... 19

Tabel 3. 1 ... 25

Tabel 3. 2 ... 25

Tabel 3. 3 ... 27

Tabel 4. 1 ... 30

Tabel 4. 2 Sumber Pernyataan 1 ... 31

Tabel 4. 3 Sumber Pernyataan 2 ... 32

Tabel 4. 4 Sumber Pernyataan 3 ... 32

Tabel 4. 5 Sumber Pernyataan 4 ... 33

Tabel 4. 6 Sumber Pernyataan 5 ... 34

Tabel 4. 7 Sumber Pernyataan 6 ... 34

Tabel 4. 8 Sumber Pernyataan 7 ... 35

Tabel 4. 9 Sumber Pernyataan 8 ... 35

Tabel 4. 10 Sumber Pernyataan 9 ... 36

Tabel 4. 11 Sumber Pernyataan 10 ... 37

Tabel 4. 12 Sumber Pernyataan 11 ... 37

Tabel 4. 13 Sumber Pernyataan 12 ... 38

Tabel 4. 14 Sumber Pernyataan 13 ... 38

Tabel 4. 15 Sumber Pernyataan 14 ... 39

Tabel 4. 16 Sumber Pernyataan 15 ... 40

Tabel 4. 17 Sumber Pernyataan 16 ... 40

Tabel 4. 18 Sumber Pernyataan 17 ... 41

Tabel 4. 19 Sumber Pernyataan 18 ... 42

Tabel 4. 20 Sumber Pernyataan 19 ... 42

Tabel 4. 21 Sumber Pernyataan 20 ... 43

Tabel 4. 22 Sumber Pernyataan 21 ... 44

Tabel 4. 23 Sumber Pernyataan 22 ... 44

Tabel 4. 24 Sumber Pernyataan 23 ... 45

Tabel 4. 25 Sumber Pernyataan 24 ... 46

Tabel 4. 26 Sumber Pernyataan 25 ... 46

Tabel 4. 27 Sumber Pernyataan 26 ... 47

Tabel 4. 28 Sumber Pernyataan 27 ... 48

Tabel 4. 29 Sumber Pernyataan 28 ... 48

Tabel 4. 30 Sumber Pernyataan 29 ... 49

Tabel 4. 31 Sumber Pernyataan 30 ... 50

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toleransi telah menjadi budaya orang Indonesia sejak lama, karena Indonesia merupakan daerah yang selalu dilintasi oleh para pedagang yang kita kenal sebagai jalur sutera. Selain menjadi jalur sutera, Nusantara atau Indonesia telah lama menjadi rumah bagi berbagai suku, ras, budaya, dan agama. Maka wajar jika masyarakatnya sudah terbiasa dengan keadaan yang berbeda-beda dan telah menjadi semboyan kita sampai saat ini, yaitu

“Bhinneka Tunggal Ika”.

Sebagai sebuah bangsa, Indonesia telah melewati sejarah panjang, dimulai dari lahirnya kerajaan-kerajaan sampai ke masa hidup berkemajuan.

Bangsa ini telah melewati berbagai cobaan yang mencoba memecah belah rasa persatuan walaupun pada akhirnya tidak terjadi perpecahan. Bahkan sampai saat ini, isu-isu perpecahan selalu ada. Dimulai dari hal yang paling kecil sampai ke hal yang paling besar.

Isu-isu darurat toleransi naik ke permukaan dimulai ketika pilkada yang terjadi di Jakarta pada tahun 2017 yang berefek juga pada masyarakat di Indonesia1. Akibat efek dari pilkada ini sebagian masyarakat menjadi sangat nasionalis dengan menyatakan bahwa agama harus dipisahkan dengan urusan negara dan sebagian yang lain menjadi sangat religius yang menyebabkan beberapa oknum melakukan tindakan radikal seperti halnya menyebut pemerintahan saat ini adalah kafir dan darahnya halal untuk dibunuh. Diantara contohnya adalah penyegelan terhadap beberapa tempat ibadah bagi umat kristiani, dakwah dari para dai yang diboikot dikarenakan adanya indikasi ajaran radikalisme, pelarangan memakai simbol islam yang mengindikasikan bahwa mereka adalah teroris, sentimen anti cina yang bermula dari anti ahok yang kasusnya penistaan agama islam, dan masih banyak hal lainnya.

1 https://www.republika.co.id/berita/p1ihfx330/konstelasi-politik-2017-antara-pilkada-dki- hingga-kisruh-setya-novanto

(18)

2

Kota Pekanbaru merupakan kota yang menjadi pusat bagi kebudayaan melayu di Indonesia. Dengan menjadi pusat bagi kebudayaan melayu di Indonesia juga bagi penduduk yang bersuku melayu. Ketika kita berbicara melayu maka orang melayu sudah pasti seorang muslim namun sebaliknya ketika berbicara seorang muslim maka bukan berarti seseorang itu adalah melayu. Karena Kota Pekanbaru menjadi sebagai homeland of melayu maka sudah dipastikan mayoritas penduduk di Pekanbaru adalah seorang muslim.

Seperti kota besar lainnya di Indonesia, Pekanbaru juga sudah mulai menjadi tujuan bagi berbagai masyarakat di Indonesia untuk bekerja, berbisnis, menjalani pendidikan baik dasar, menengah, maupun lanjut, dan atau hanya menjadi wisatawan. Dengan mulai berkembangnya mobilitas masyarakat ke Kota Pekanbaru maka implikasinya sudah pasti mulai beragamnya penduduk di Kota Pekanbaru, tidak hanya berbicara beragamnya agama, namun juga budaya, suku, kepentingan, bahkan juga pemikiran. Dari sini dapat kita lihat bahwa dikota-kota besar lainnya di Indonesia, telah terjadi banyak konflik-konflik yang mengatasnamakan suku, ras, agama dan antargolongan (SARA). Dari sanalah Kota Pekanbaru tidak terlepas dari daerah dengan rawan konflik meskipun sampai saat ini belum terjadi konflik besar seperti di Poso, Aceh, Lampung, Ambon, Situbondo dan masih banyak daerah lainnya.

Kelurahan Sialangmunggu menjadi tempat berbagai penduduk tinggal di Kota Pekanbaru dan saat ini menjadi kelurahan terpadat di Kota Pekanbaru.

Menurut data Badam Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, tercatat bahwa terdapat 51.140 penduduk yang tinggal di Kelurahan Sialangmunggu2. Di Kelurahan Sialangmunggu sebagian masyarakat disana terlihat intoleran diantaranya pada warga yang menggunakan atribut-atribut yang islami, seperti memakai jubah atau di Arab sana dikenal sebagai tsaub, menggunakan kopiah yang seperti orang Arab, memelihara jenggot, sementara yang wanita menggunakan baju gamis yang biasanya bewarna gelap, menggunakan jilbab yang besar, bahkan

2 Badan Pusat Statistik Pekanbaru, Kecamatan Tampan Dalam Angka 2020,(Pekanbaru: CV.

MN. Grafika, 2020), hlm. 25

(19)

3

beberapa menggunakan cadar bahkan burqa yang membuat kita tidak dapat melihat mata.

Dari permasalahan diatas penulis melihat hal ini terjadi dikarenakan rendahnya pendidikan dari masyarakat Sialangmunggu. Dimana kita tahu bahwa pendidikan tidak hanya proses mentrasfer ilmu pengetahuan tapi juga mentrasfer nilai-nilai etika dalam bermasyarakat. Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana kolerasi antara pendidikan terhadap perbedaan yang ada dalam agamanya dan agama orang lain. Karena orang Indonesia sendiri banyak melahirkan lulusan atau orang yang berpendidikan setiap tahunnya. Bisakah orang-orang ini memahami perbedaan dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi atau sebaliknya?

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan pada beberapa istilah yang penulis gunakan. Diantaranya sebagai berikut:

1. Toleransi adalah sikap membiarkan orang untuk memiliki kepercayaan sendiri atau berbeda dengan orang lain tanpa melukai hak asasi manusia.3 2. Pendidikan adalah upaya membimbing manusia yang mampu memahami

dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.

C. Identifikasi Masalah

1. Faktor penyebab sikap toleransi.

2. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Sialangmunggu.

3. Pengaruh dari lingkungan sekitar.

4. Penyebab seseorang melakukan sikap intoleran.

3 Hasan Shadily, Enslikopedia Indonesia Jilid 6, (Jakarta Selatan: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm. 3588

(20)

4

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis batasi tentang sejauh mana pendidikan dapat mempengaruhi sikap toleransi pada masyarakat khususnya di Kelurahan Sialangmunggu.

E. Rumusan Masalah

1. Apakah jenjang pendidikan mempengaruhi sikap toleransi di Kelurahan Sialangmunggu?

2. Apakah ada hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap toleran di Kelurahan Sialangmunggu?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Memahami bahwa jenjang pendidikan dapat memberi pengaruh terhadap sikap toleransi atau tidak.

2. Memahami bahwa ada hubungan positif antara jenjang pendidikan masyarakat dengan sikap toleransi atau tidak terhadap hubungan positif diantara keduanya.

G. Konsep Operasional 1. Indikator toleransi

a. Persepsi adalah yang menjadi awal bagaimana kita melihat, memahami lalu timbul sikap saling menghargai terhadap perbedaan yang ada karena persepsi merupakan penilaian terhadap orang lain.

b. Sikap merupakan wujud hasil dari persepsi kepada sesama manusia yang berbentuk tindakan yang kita lakukan terhadap orang lain.

c. Kerjasama adalah tindakan yang lebih luas dalam membangun dan mempertahankan lingkungan kemasyarakatan.

2. Indikator pendidikan toleransi

a. Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat b. Menghormati dan mengapresiasi kebhinekaan budaya dan

sosiohistoris etnik

c. Menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris

(21)

5

H. Hipotesis

Berdasarkan variabel yang ada didalam penelitian ini penulis memiliki hipotesis bahwa:

“Terdapat korelasi antara tingkat pendidikan yang ditempuh dengan kesadaran akan toleransi beragama di Kelurahan Sialangmunggu.”

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori 1. Toleransi

a. Pengertian Toleransi

Pengertian toleransi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah toleran berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan toleransi yaitu sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.4

Tolerance/toleration merupakan asal kata dari toleransi yang memiliki arti sikap yang menerima terhadap perbedaan kepercayaan atau kebiasaan dalam setiap permasalahan. Baik itu pada masalah pendapat agama, kepercayaan, ekonomi, sosial, dan politik. Lafaz samaha (حمس) yang artinya ampun, maaf, dan lapang dada merupakan persamaan makna dengan toleransi yang juga memiliki arti menerima perbedaan yang ada.5

Dalam Dewan Ensiklopedia Indonesia, sikap toleransi adalah merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk memiliki keyakinan sendiri atau berbeda dari orang lain. Sikap membiarkan berarti juga menerima pernyataan dengan hormat tanpa melukai hak asasi setiap manusia.6

Toleransi beragama mengacu pada sikap terbuka seseorang, menghormati dan membiarkan pemeluknya beribadah sesuai dengan

4 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional), hlm. 1538

5 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir, (Yogyakarta : Balai Pustaka Progresif,), hlm. 657

6 Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid 6, (Jakarta Selatan: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm. 3588.

(23)

7

ajaran dan peraturan agamanya masing-masing, meyakini bahwa dirinya tidak akan diganggu atau dipaksakan oleh orang lain atau anggota keluarga. Karena manusia memiliki hak untuk memilih, memeluk dan meyakini sesuai dengan hati nuraninya. Tidak ada yang bisa memaksakan kehendaknya. Oleh karena itu, toleransi beragama sangat penting untuk menciptakan kerukunan umat beragama.

Toleransi adalah sikap membiarkan, mengabaikan atau tidak peduli demi tercapainya keharmonisan dalam kehidupan sosial dan politik. Apalagi dalam hal ini, demi tercapainya kerukunan dalam umat beragama. Dalam beragama, sebagai seorang yang beragama, seseorang harus melepaskan, mengabaikan atau tidak peduli dengan perilaku beragama orang lain, karena dalam kehidupan sehari-hari, orang yang berbeda keyakinan atau agama di sekitar kita memiliki hak untuk memilih dan menerima haknya sendiri. keyakinan mereka sendiri. Jadi, dalam praktiknya, kita menerima setiap keyakinan setiap orang, bahkan ketika kita berbeda pendapat.

Sebagai contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat bahwa teman kita, tetangga, teman sekantor, sekampus atau komunitas kecil maupun besar memiliki keyakinan masing-masing meskipun sama-sama bergama islam. Si A mengatakan bahwa musik haram, si B mengatakan musik mubah selama tidak mengandung syirik dan kata-kata yang menjerumuskan kita kedalam maksiat, dan si C mengatakan lebih baik tidak melakukannya karena perbuatan tersebut merupakan syubhat (samar-samar antara baik dan buruknya). Apalagi memiliki perbedaan agama yang memiliki banyak perbedaan, sehingga sikap toleransi merupakan sikap yang wajib ditanamkan dalam setiap manusia di muka bumi ini.

b. Indikator Toleransi

Menurut Tillman yang dikutip dari Agus Suprianto dan Amien Wahyudi konsep toleransi dapat dilihat dari karakter sebagai berikut:7

7 Agus dan Amien, Skala Karakter Toleransi: Konsep Dan Operasional Aspek Kedamaian, Menghargai Perbedaan Dan Kesadaran Individu, , hlm. 63

(24)

8

1) Kedamaian adalah tujuan.

2) Toleransi adalah terbuka dan peka terhadap perbedaan.

3) Toleransi adalah menghargai individu dan perbedaan.

4) Toleransi adalah menghargai satu sama lain.

5) Benih dari intoleransi adalah ketidakpedulian dan ketakutan.

6) Benih dari toleransi adalah cinta.

7) Jika tidak ada cinta tidak ada toleransi.

8) Yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi memliki toleransi.

9) Toleransi berarti menghadapi situasi sulit.

10) Toleransi ketidaknyamanan hidup dengan melepaskan, memfasilitasi, melepaskan orang lain.

Dari konsep diatas pada dasarnya terdapat 3 indikator yang mendasari toleransi, yaitu:

1) Persepsi adalah yang menjadi awal bagaimana kita melihat, memahami lalu timbul sikap saling menghargai terhadap perbedaan yang ada karena persepsi merupakan penilaian terhadap orang lain.

2) Sikap merupakan wujud hasil dari persepsi kepada sesama manusia yang berbentuk tindakan yang kita lakukan terhadap orang lain.

3) Kerjasama adalah tindakan yang lebih luas dalam membangun dan mempertahankan lingkungan kemasyarakatan.

Menurut Umar Hasyim, ia menyebutkan bahwa toleransi dapat terwujud apabila masyarakat mampu mengamalkan sikap toleransi berikut8:

1) Mengakui hak setiap orang

Kesediaan untuk mengakui apa yang benar menurut masing-masing orang adalah benar dalam menentukan sikap dan

8 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama Dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu 1999), Hlm. 23-25

(25)

9

perilaku kepada orang yang lainnya. Sikap yang tentunya merupakan perbuatan yang tidak melanggar hak orang lain. Jika demikian kehidupan dalam masyarakat menjadi kacau.

2) Menghormati keyakinan orang lain

Berdasarkan keyakinan diatas penulis yakin bahwa tidak benar seorang individu atau sekelompok orang berhak memaksa untuk mengikuti keinginan diri kita sendiri kepada individu atau kelompok lain. Baik kita ataupun orang lain tidak dapat melabeli dirinya sendiri yang paling benar. Jika seseorang tidak menghormati keyakinan orang lain seperti perbedaan agama, keyakinan ataupun pandangan hidup akan terjadi kerusuhan dalam masyarakat.

3) Agree in disagree

Agree in disagree adalah pokok pikiran yang dicetuskan oleh Prof. Dr. K. H. Abdul Mukti Ali atau lebih dikenal dengan Mukti Ali. Pokok pikiran merupakan sikap setuju dalam ketidaksetujuan, artinya didunia ini akan selalu ada perbedaan, maka dari itu kita harus menerima perbedaan itu agar tidak terjadi kerusuhan dalam masyarakat.

4) Saling mengerti

Jika tidak ada sikap saling pengertian diantara individu- individu, individu-kelompok, kelompok-kelompok, tidak akan ada rasa saling menghormati. Permusuhan terhadap satu sama lain, memperebutkan pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak mengerti satu sama lain dan tidak menghormati terhadap satu sama lain. Oleh karena itu kesadaran pada beragamnya agama, budaya, etnik dan ras mengarah pada perilaku jujur dan integritas.

c. Pemerintah Dalam Mewujudkan Toleransi

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 aliniea ke-empat:

(26)

10

“Kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.9

UUD 1945 Pasal 29 tentang agama ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa setiap warga Indonesia wajib memeluk agama yang berasaskan ketuhanan yang maha esa dan negara menjamin kepada tiap penduduknya untuk memeluk dan beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.10

Berdasarkan UUD 1945 diatas dapat kita pahami bahwa negara menjamin setiap warga negara indonesia mendapat kemerdekaan diri dalam setiap hal didalam hidupnya, mulai dari kemerdekaan dalam berpikir, bertindak, berkeyakinan. Karena pada dasarnya kemerdekaan itu bukan hanya melepas belenggu dari penjajahan bangsa lain namun juga kemerdekaan pribadi dan kelompok warga Indonesia yang tetap diatur batasannya dalam undang-undang.

Menurut Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 dan 8 tahun 2006, menyatakan bahwa kerukunan umat beragama adalah hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling menghargai dan menghormati

9 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pembukaan.

10 Ibid., Pasal 29.

(27)

11

kesetaraan, dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.11

Dari penjelasan diatas dapat kita kita ketahui bahwa sejak Indonesia merdeka pemerintahan Indonesia sangat konsen dalam membina umat beragama dengan mulai merumuskan undang-undang dasar yang menyatakan Indonesia merdeka dari segala penjajahan, lalu terus berlanjut hingga sekarang dengan mengeluarkan peraturan bahwa setiap warga negara Indonesia diberikan perlindungan terhadap agama yang dianutnya.

Untuk mencapai toleransi dalam suatu negara, terkhusus di Indonesia, peran pemerintah sangatlah penting. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan di Indonesia memiliki peran sebagai pengatur masyarakat untuk menciptakan dan mempertahankan kerukunan dengan membuat kebijakan-kebijakan umum yang melindungi seluruh umat beragama dalam menjalankan dan mengamalkan keyakinan masing-masing.

Untuk itu dibuatlah divisi khusus yang mengatur kerukunan umat beragama yang berada dibawah Menteri Agama yang disebut dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Dalam peraturan bersama Meneteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 FKUB adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam menciptakan, menjaga dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.12 2. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut bahasa diambil dari bahasa Yunani yaitu paedagogie. Paes berarti anak dan agogos berarti membimbing. Jadi secara bahasa paedagogie berarti memberikan bimbingan kepada

11 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2006, Pasal 1, hlm. 1

12 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2006, Pasal 1, hlm. 1

(28)

12

anak. Dalam bahasa Romawi pendidikan diambil dari kata educate yang berarti mengeluarkan sesuatu dari dalam.13 Dalam bahasa Inggris educate berarti mengajarkan seseorang.14 Dalam bahasa Indonesia pendidikan diambil dari kata didik yang berarti pelihara dan latih.15 Jadi dari pengertian diatas pengertian pendidikan adalah sebuah cara atau proses kepada anak untuk dapat mengeluarkan potensi mereka sehingga potensi tersebut dapat mengubah dirinya ketika mereka sudah dewasa.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan suatu daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.16

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperluan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.17

Menurut Zahara Idris dan Driyakara pendidikan merupakan sebuah proses mengembangkan potensi manusia untuk dapat memahami diri sendiri, masyarakat dan lingkungan budayanya.18

Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa pendidikan memiliki arti upaya membimbing manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya yang mampu memahami dirinya, orang lain dan

13 Rahmat Hidayat dan Abdillah, Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori, dan Aplikasinya”, (Medan;

LPPPI), hlm. 22

14 https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/educate

15 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/didik

16 Rahmat Hidayat dan Abdillah, Ilmu, hlm. 23

17 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pasal 1.

18 Khairiah, Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan Islam, (Bengkulu; Zigie Utama), hlm. 68

(29)

13

lingkungan sekitarnya sehingga mampu memajukan bangsa dengan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil.

. Sedangkan pendidikan toleransi menurut M. Ainul Yaqin merupakan pendidikan yang harus diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur agar proses belajar jadi lebih mudah.19

Tidak jauh berbeda dengan Ainul Yaqin, menurut Jhon W, Santrock pendidikan toleransi adalah pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi perspektif dari beragam kelompok atas dasar basis reguler.20

Dari pandangan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan toleransi adalah sebuah kurikulum yang harus ada di setiap mata pelajaran, tidak terbatas pada mata pelajaran agama atau PKN saja, tapi pada semua mata pelajaran yang mengajarkan nilai-nilai susila kepada setiap manusia yang tidak memandang pada agama, etnis, bahasa, gender, kelas sosial, dan ras.

Dalam hal ini, pendidikan toleransi bukan hanya sebagai mengajar yang sesuai dengan teori atau kurikulum. Tapi juga sebagai seorang guru harus mampu menunjukkan contoh yang baik bagi para siswa, karena guru merupakan teladan bagi para siswa sehingga dalam praktiknya guru merupakan main character yang menjunjung tinggi keberagaman.

Menurut Blum, terdapat tiga elemen dalam pendidikan toleransi, yaitu21:

1) Menegaskan identitas seseorang, mempelajari dan menilai warisan budaya seseorang.

19 Ibid., hlm. 72

20 Ibid., hlm. 73

21 Ibid., hlm. 74

(30)

14

2) Menghormati dan berkeinginan untuk memahami serta belajar tentang keberagaman yang ada.

3) Menilai dan merasa senang dengan perbedaan-perbedaan agama.

Seperti memandang keberadaan dari kelompok agama lain sebagai sesuatu yang positif untuk dihargai.

b. Tujuan Pendidikan

Manusia merupakan makhluk yang unik. Satu manusia bisa berpikir A sementara manusia yang lainnya berpikir B, C, D atau yang lainnya. Sehingga dalam kehidupan yang majemuk seperti Indonesia, memahami orang lain sangat diperlukan setiap orang agar setiap permasalahan dalam satu lingkungan dapat diselesaikan dengan persatuan bukan perbedaan yang kita miliki. Karena tujuan dari pendidikan dalam UUD 1945 (versi amandemen) pasal 31 ayat 3 menjelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang, dan dilanjutkan dengan ayat ke-5 bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.22 Yang perlu digaris bahawi adalah persatuan bangsa bukan perbedaan yang merupakan ego dari diri masing-masing manusia untuk mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

Dalam UU SIDIKNAS No. 18 Tahun 2003, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.23

22 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen, Pasal 31

23 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pasal 3.

(31)

15

Sedangkan tujuan pendidikan toleransi adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Pendidikan toleransi bertujuan untuk mewujudkan sebuah bangsa yang kuat, maju, adil, makmur dan sejahtera tanpa perbedaan etnis, suku, ras, agama dan budaya.24

Menurut Suradi Ahmad tujuan pendidikan toleransi adalah untuk membantu siswa25:

1) Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat.

2) Menghormati dan mengapresiasi kebinekaan dan sosioihistorik.

3) Menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuh purbasangka.

4) Memahami faktor-faktor sosial, ekonomis, psikologis dan historis yang menyebabkan terjadinya polarisasi etnik ketimpangan keterasingan etnik.

5) Meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis masalah- masalah rutin dan isu melalui proses demokratis melalui visi tentang masyarakat yang lebih baik, adil dan bebas.

6) Mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang.

Kemampuan memahami diri sendiri seseorang dapat menilai kapasitas dirinya untuk menghadapi suatu masalah yang dihadapinya dan mampu menyelesaikan masalahnya tanpa harus mengundang masalah baru dalam hidupnya. Kemampuan ini dapat didapatkan seseorang melalui pendidikan yang ia lalui maupun dari pengalaman yang ia dapat. Namun dari pendidikan, seseorang tersebut telah dilatih untuk menganalisis dan menjawab tantangan dari permasalahan yang dia alami. Karena dalam kondisi bangsa yang plural memahami diri sendiri itu penting sebab dari memahami diri sendiri kita dapat

24 Khairiah, Multikultural Dalam Pendidikan Islam, (Bengkulu: Zigie Utama), hlm. 47

25 Ibid., hlm. 18

(32)

16

memahami orang sekitar kita yang memiliki perbedaan pola pikir, kebiasaan dan terutama perbedaan agama..

Dalam pendidikan tidak hanya soal kognitif dan psikomotorik saja namun juga berbicara tentang afektif yang mana pendidikan afektif ini memiliki pengaruh hingga siswa tersebut telah menyelesaikan pendidikannya dan mulai terjun ke masyarakat dimana mereka tinggal

Dengan menjadikan pendidikan sebagai fondasi manusia tidak hanya sebagai mendapatkan ilmu pengetahuan namun juga sebagai menciptakan masyarakat yang memiliki nilai etika, budaya dan rohani.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU SIDIKNAS tahun 2003 yang mana negara tidak hanya mencetak seorang yang baik pada hal psikomotor dan kognitif saja namun juga baik dalam hal afektif.

Kecerdasan afektif atau EQ (emotional quotient) dapat menjadi kunci sukses seorang anak berprestasi secara akademik dan terbukti dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Joseph Zins. Dikatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak gagal dalam akademiknya, ternyata bukan dikarenakan kecerdasan otaknya melainkan terletak pada karakter seorang anak yang mampu bergaul, berteman, bekerja sama, berkonsentrasi, merasakan empati, dan mampu berkomunikasi secara baik.26

Dengan mengembangkan kemampuan anak dalam bersosial sejak usia dini diharapkan mereka tidak hanya mampu berperilaku baik kepada teman sebaya saja namun kepada orang yang lebih tua darinya maupun yang lebih muda darinya sehingga karakter toleran melekat

26 Muhammad Amran, Erma Suryani Sahabuddin, Muslimin, Peran Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar, dalam Wahira dan Ratwamati (ed.) Proseding Seminar Nasional Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan: Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menuju Era Disrupsi Teknologi, (Makassar: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNM), hlm.

259

(33)

17

pada dirinya ketika mereka beranjak dewasa dan berada dilingkungan yang memiliki keberagaman agama.

Karena dalam bermasyarakat kita sebagai manusia hidup dengan memiliki berbagai kelompok sehingga sikap menilai diri sendiri, sikap rendah hati perlu dididik sejak dini agar dapat menerima ataupun diterima atas keragaman yang ada dalam masyarakat. Dengan hadirnya sikap saling menerima pada setiap manusia, kita dapat memikirkan pada hal-hal yang berguna untuk kemaslahatan bersama.

c. Jenjang Pendidikan di Indonesia

Sebelum memasuki jenjang pendidikan yang ada di desa perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pendidikan. Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.27

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mengatakan pendidikan adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar anak tersebut memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Selain dari itu Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri dan bertanggung jawab dan pendidikan merupakan

27 Republik Indonesia,Undang-Undang Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1

(34)

18

usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.28

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 14 jenjang pendidikan dibagi menjadi 3:

1) Jenjang pendidikan dasar; terdiri dari SD, MI, SMP, dan MTS.

2) Jenjang pendidikan menengah; terdiri dari SMA, MA, dan SMK.

3) Jenjang pendidikan tinggi; terdiri dari D1, D2, D3, D4, S1, S2, dan S3.

Pada peraturan yang sama, pemerintah juga merumuskan wajib belajar kepada masyarakat selama 9 tahun, yakni dari SD (sekolah dasar) sampai dengan SMP (sekolah menengah pertama). Wajib belajar merupakan program pendidikan minimal yang harus ditempuh oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Tujuan dari wajib belajar selama 9 tahun adalah untuk memberi kesempatan mendapatkan pendidikan kepada seluruh warga Indonesia dengan harapan kelak dimasa mendatang anak-anak dapat hidup bahagia, mandiri dan berguna bagi masyarakat, negara dan agama sejalan dengan tujuan pendidikan Indonesia pada pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan dasar merupakan jenjang yang paling dasar. Anak dituntut untuk mempelajari dasar-dasar dari ilmu-ilmu yang akan mereka gunakan ketika mereka sudah dewasa untuk memecahkan masalah yang ada di sekitar mereka.

Pendidikan menengah merupakan jenjang yang lebih tinggi dibanding pendidikan dasar. Pada saat ini seorang anak akan dilatih untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari ketika mereka pada jenjang pendidikan dasar atau disiapkan untuk menghadapi dunia kerja jika berada pada Sekolah Menengah Kejuruan.

28http://www.kumpulandefinisi.com/2015/10/pengertian-definisi-tujuan-pendidikan-menurut-para- ahli.html

(35)

19

Yang terakhir adalah jenjang pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan terakhir meskipun bukan akhir dari manusia untuk selalu belajar. Pada saat ini seseorang dituntut untuk mencari masalah yang ada di sekitar, lalu menciptakan solusi yang nyata, dan mengaplikasikannya langsung di lapangan.

Dari semua jenjang pendidikan di atas semuanya memiliki mata pelajaran agama yang menjadi mata pelajaran yang wajib. Dengan mewajibkan pendidikan agama pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, dapat kita tangkap bahwa pemerintah ingin menciptakan SDM yang bukan hanya berkualitas dalam hal intelektual (IQ) tetapi juga dalam hal spiritual atau batin (EQ).

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memberikan informasi sebagai rujukan yang penulis gunakan dalam penelitian ini, hasil survei terdapat beberapa kajian yang sudah pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang memiliki bidang yang sama dalam penelitian saat ini. Berikut perbedaan dan persamaan kajian yang peneliti uji dengan penelitian terdahulu:

Tabel 2. 1

NO Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Dian

Muzerika (2018)

Skripsi: “PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

KARYAWAN BANK SYARIAH MANDIRI KCP. JANTHO

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh latar belakang

pendidikan dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di Bank Mandiri Syariah dengan hasil yang menunjukkan bahwa latar belakang

pendidikan tidak memiliki

pengaruh

Dalam

penelitian ini hanya memiliki satu variabel x yaitu jenjang pendidikan dan mencari

korelasi antara jenjang

pendidikan dengan sikap toleransi pada masyarakat yang berada di Kelurahan Sialangmunggu

(36)

20

terhadap kinerja karyawan.

2 Ahmad Ghazali (2012)

Skripsi: “PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP

PROFESIONALISME

GURU SMK

KOMPETENSI

KEAHLIAN TEKNIK AUDIO-VIDEO SE KOTA Yogyakarta”

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh latar belakang

pendidikan dan pengalaman mengajar terhadap

profesionalisme guru, dengan hasil terdapat pengaruh positif antara latar belakang

pendidikan terhadap

profesionalisme guru

Fokus

penelitian ini hanya mencari korelasi jenjang pendidikan dengan sikap toleransi pada masyarakat Kelurahan Sialangmunggu

3 Rizal Iskandar Batubara (2008)

Tesis: “Analisis Pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan

berkelanjutan, dan independensi

pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (Study

empiris pada

BAWASKO Medan)”

Penelitian ini mengkaji tentang korelasi latar belakang

pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independesi dengan kualitas hasil

pemeriksaan.

Hasilnya secara parsial latar belakang

pendidikan tidak memiliki

pengaruh

terhadap kualitas hasil

pemeriksaan pada

BAWASKO Medan

Dalam

penelitian ini penulis

mengkaji korelasi jenjang pendidikan terhadap sikap toleransi pada masyarakat

(37)

21 BAB III METODOLOGI

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif yang menggunakan angka untuk menguji suatu hipotesis. Penelitian kuantitatif menurut Sukmadinata adalah penelitian yang menggunakan angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan yang terkontrol.29

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional yang mendeteksi seberapa jauh variasi pada suatu faktor yang berhubungan dengan variasi lainnya berdasarkan koefisien korelasional.30

B. Populasi

Populasi menurut pendapat Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul prosedur penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagian atau wakil dari populasi.31

Dari pemahaman diatas, penentuan populasi yang penulis tetapkan adalah seluruh warga Kelurahan Sialangmunggu yang sudah dewasa yang berkisar antara umur 18-60 tahun, dimulai dari warga yang menamatkan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, baik yang D1, D2, D3, D4, S1, S2 dan S3.32 Seluruh warga Kelurahan Sialangmunggu yang sesuai dengan kriteria

29 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), hlm. 14

30 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) hlm. 5

31Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm 173.

32 Dwi Riyanti, Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati, Psikologi Umum I, (Jakarta: Universitas Gunadarma 1996) hlm. 90-97

(38)

22

diatas adalah 21.185 jiwa. Berikut grafik populasi berdasarkan kriteria yang digunakan:

Gambar 3. 1

Sumber DUKCAPIL Pekanbaru 2021

C. Sampel

Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja hal-hal yang mau diteliti.33 Digunakannya sampel guna menghemat waktu, biaya dan tenaga maka dengan teknik sampling yang benar maka akan mampu menggambarkan populasi secara umum atau mengeneralisasi sebuah populasi.

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian, kemudian menjadi estimasi parameter populasi untuk menggenaralisasikan hasil penelitian guna menarik hipotesis dalam penelitian.34

Pada penelitian ini penulis menggunakan formula sampling Yamane (1973):

N

1 N.d2

33Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), hlm. 35.

34 Ririn Handayani, Metodologi Peneletian Sosial, (Yogyakarta: Trussmedika Grafika, 2020), hlm.

73-74 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Tamat SD SLTP SLTA D1 dan D2 D3 S1 S2 S3

Data Pendidikan Terakhir Penduduk Sialangmunggu

(39)

23

Dimana:

n = jumlah sampel N = populasi

d = presisi yang ditetapkan atau presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masig dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 5% (margin eror).

Berdasarkan besaran data populasi yang berjumlah 21.185 jiwa. Maka besaran sampel dengan margin error 5% sebagai berikut:

N

N.d2

Maka besaran sampel yang akan penulis ambil sebesar 393 orang di seluruh Kelurahan Sialangmunggu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang berisi daftar pertanyaan. Angket menurut Hadjar adalah suatu pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan kepada individu maupun kelompok yang digunakan untuk mendapat informasi seperti preferensi, minat, perilaku dan keyakinan35 Angket menurut Surachmad adalah interview tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian dihubungi melalui beberapa daftar pertanyaan tertulis.36

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa angket (kuesioner) adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada subjek penelitian yang disebut sebagai responden guna memperoleh informasi tertentu atau sumber data yang diperlukan.

35 Syahrum, Metodologi, hlm. 135

36 Ibid.

(40)

24

Dalam angket terdapat dua jenis pertanyaan, yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup adalah angket yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya dibatasi sehingga responden dapat dengan mudah menjawabnya dan penulis dapat dengan mudah menghitungnya.

Sedangkan angket terbuka adalah angket yang jawabannya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawabnya sehingga dalam angket terbuka memiliki kemungkinan mendapat jawaban yang lebih panjang.37

Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan angket tertutup yang mana penulis memberikan beberapa pernyataan kepada responden, kemudian responden memilih jawaban yang sudah dibatasi oleh penulis menggunakan skala Likert.

Skala Likert merupakan skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan perspektif responden terhadap suatu topik.38 Dalam membuat skala Likert terdapat beberapa yang harus diperhatikan:39

1. Skala Likert memiliki rentang jawaban dari 1 sampai dengan 5

2. Item pertanyaan atau pernyataan sebaiknya dibuat berkisar dari 25 sampai 30 pernyataan agar reliabilitas dalam mengukur variabel cenderung tinggi 3. Buatlah item pernyataan atau pertanyaan yang bersifat positif dan negatif

dalam proposisi seimbang dan dibuat secara acak

Scoring yang diberikan bergerak dari 1-5 untuk pernyataan positif dengan rincian: sangat setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral 3, tidak setuju diberi nilai 2,sangat tidak setuju diberi nilai 1. pernyataan negatif dengan rincian: sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi nilai 2, netral 3, tidak setuju diberi nilai 4, sangat tidak setuju diberi nilai 5.

37 Ibid., hlm. 136

38 Husaini Usman, Metodologi, hlm. 63

39 Ibid., hlm. 64

(41)

25

Tabel 3. 1

Variabel X dan Y Item Jawaban Angket Bobot nilai Positif Pendidikan Terakhir Sangat Setuju

Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 Toleransi

Tabel 3. 2

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

Sikap Toleransi

Pendidikan Toleransi

Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat Menghormati dan mengapresiasi kebhinekaan budaya dan sosiohistoris etnik

Menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris

Indikator Toleransi

Kerjasama Persepsi Sikap

Sikap Toleransi

Agree in disagree (Setuju dalam ketidaksetujuan)

Mengakui hak orang lain

Menghormati setiap keyakinan orang lain

Taat pada agamanya dan peraturan yang ditetapkan pemerintah

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Pada penelitian ini penulis menggunakan data ordinal yaitu data disusun secara berjenjang dimulai dari yang terendah sampai ke jenjang yang tertinggi atau sebaliknya.40

Data ordinal yang digunakan berupa jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh warga Sialangmunggu dimulai dari yang terendah yakni SD sampai yang tertinggi yakni S3.

40 Sandu Siyoto, Dasar, hlm. 60

(42)

26

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan atau hipotesis yang berkaitan dengan kejadian atau keadaan sekarang dan melaporkan keadaan objek atau subjek sesuatu dengan keadaan apa adanya.41

Data yang diperoleh terlebih dahulu dicari persentase jawaban pada item pertanyaan masing-masing variable dengan rumus:42

Dimana :

P = angka persentase F = frekuensi

N = jumlah frekuensi/jumlah individu

Data yang telah dipersentasekan kemudian direkapitulasi dan diberi kategori sebagai berikut:43

a. 85%-100% dikategorikan sangat baik/sangat tinggi b. 69%-84% dikategorikan baik/tinggi

c. 53%-68% dikategorikan cukup baik/sedang d. 37%-53% dikategorikan kurang baik/rendah e. 20%-36% dikategorikan ridak baik/rendah 2. Korelasi Pearson

Untuk mengetahui pengaruh jenjang pendidikan (variable X) terhadap toleransi (variabel Y) penulis menggunakan analisis korelasi pearson dengan rumus sebagai berikut:

√[ ][ ] Keterangan:

r= koefisien korelasi

41 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta 2015), hlm. 118.

42 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers 2010), hlm. 43

43 Riduwan, Skala Pengukuram Variabel-variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 15

(43)

27

n= jumlah data

x= skor variabel x (bebas) y= skor variabel y (terikat)

Setelah mendapatkan hasil dari analisis korelasi pearson, berikut interpretasi nilai koefisien korelasi44:

Tabel 3. 3

Interval Nilai (+) Kekuatan Hubungan Interval Nilai (-) 0,000-0,199 Sangat Lemah (-0,800)-(-1,000) 0,200-0,399 Lemah/Rendah (-0,600)-(-0,799)

0,400-0,599 Cukup (-0,400)-(-0,599)

0,600-0,799 Tinggi (-0,200)-(-0,399)

0,800-1,000 Sangat Tinggi 0,000-(-0,199)

Pengujian selanjutnya yaitu memberikan interpretasi terhadap korelasi dengan menggunakan tabel nilai “r” Product Moment dengan mencari Degrees of Freedom dengan rumus debagai berikut:45

Keterangan :

Df = Degrees of Freedom N = Jumlah Sampel

nr = banyak variable yang dikorelasikan

Selanjutnya untuk mengetahui apakah koefisien korelasi tersebut berarti (signifikan) atau sebaliknya sebagai dasar generalisasi populasi pada sampel maka dilakukan dengan membandingkan (rhitung) dengan

(rtabel) berdasarkan ketentuan berikut:

a. Jika maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika maka Ho diterima dan Ha ditolak

Selanjutnya, untuk mengukur nilai korelasi antara variabel x (pendidikan) dengan variabel y (toleransi) penulis menggunakan software open source yaitu python.

44 Muhammad Ali Gunawan, Statistik Penelitian Bidang Pendidikan, Sosial Dan Psikologi, (Yogyakarta: Parama Publishing, 2015), hlm. 164

45 Hartono, Analisis, hlm.94

(44)

28

Pertama, import library python yaitu seperti pada artinya library pada python berguna sebagai kumpulan kode untuk kemudian dapat digunakan menghitung variabel yang akan diuji diantaranya adalah numpy merupakan singkatan dari numerical python yang pada penelitian ini berguna sebagai pengolahan angka, pandas merupakan library yang dapat menampilkan tabel virtual seperti pada spreadsheet di excel atau google spreadsheet, matplotlib.pyplot pada penelitian ini berguna untuk menampilkan grafik, dan seaborn sama seperti matplotlib.pyplot seaborn pada penelitian ini berfungsi sebagai visualisasi data namun pada seaborn dapat menampilkan grafik yang lebih detail.

import numpy as np import pandas as pd

import matplotlib.pyplot as plt import seaborn as sns

Gambar 3. 2

Selanjutnya menampilkan data angket yang sudah dicatat dan dikumpulkan dalam bentuk spreadsheet.

tl = pd.read_csv("data_angket.csv") print(tl)

Gambar 3. 3

Lalu mencari r correlation untuk menguji apakah pada setiap pernyataan dalam angket valid atau tidak.

r = tl.corr() print(r)

Gambar 3. 4

Setelah itu, penulis membuat variabel baru antara pendidikan dengan total jumlah nilai angket untuk selanjutnya mencari korelasi keseluruhan antara pendidikan dengan sikap toleransi.

tl1 = tl[['education' ,'total_statement']]

print(tl1)

Gambar 3. 5

Setelah membuat variabel baru, selanjutnya penulis mencari korelasi antara pendidikan dengan sikap toleransi responden

tl1.corr()

Gambar 3. 6

(45)

29

Setelah mendapatkan hasil korelasi penulis mencari jenjang pendidikan apa yang lebih dominan pada responden.

tl1.mode()

Gambar 3. 7

Selanjutnya penulis melihat sejauh apa korelasi antara pendidikan dengan sikap toleransi dalam bentuk grafik matriks agar lebih mudah dipahami.

sns.heatmap(tl1.corr(), annot=True)

plt.title('Korelasi Pendidikan dengan Toleransi', size=14) plt.tight_layout()

plt.show()

Gambar 3. 8

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Sialangmunggu, Tuahmadani, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2022 sampai dengan bulan Desember 2022.

(46)

57 BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap pengaruh jenjang pendidikan terhadap sikap toleransi di Kelurahan Sialangmunggu, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap sikap toleransi pada masyarakat Kelurahan Sialangmunggu. Terlihat bahwa koefisien korelasinya adalah 0,044 yang berada pada rentang 0,000-0,199 yang artinya korelasi sangat lemah. Artinya hipotesis ditolak karena tidak terdapat pengaruh antara pendidikan terhadap sikap toleransi di Kelurahan Sialangmunggu.

2. Sikap toleransi beragama masyarakat kelurahan sialangmunggu memiliki pengaruh terhadap sikap toleransi dalam bermasyarakat dengan nilai korelasi sebesar 0,5 dan berada pada rentang 0,400-0,599 yang artinya korelasi berada pada kategori cukup.

3. Sikap toleransi beragama masyarakat Kelurahan Sialangmunggu terhadap sikap toleransi intra umat beragama memiliki angka korelasi sebesar 0,45 yang berada pada rentang 0,400-0,599 yaitu cukup. Artinya sikap toleransi beragama berimplikasi terhadap sikap toleransi intra umat beragama.

B. Implikasi Penelitian

1. Kepada responden yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab pernyataan-pernyataannya kepada peneliti lalu peneliti olah dan menjadi sebuah konsep bahwa “pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap sikap toleransi bagi masyarakat Kelurahan Sialangmunggu”

2. Hasil penelitian ini menjadi pengetahuan baru bagi para pembaca terkhusus bagi peneliti pribadi, sehingga kita kedepannya tetap memelihara, menjaga hubungan antar sesama manusia agar tidak mudah tepecah belah dan rusak karena sikap yang dapat merugikan kita sendiri karena adab dan tata krama yang jelek terhadap sesama manusia.

(47)

58

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka terdapat beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu:

1. Kepada masyarakat Kelurahan Sialangmunggu diharapkan untuk selalu belajar mengenai hubungan antar sesama manusia demi menjaga hubungan baik sesama manusia diluar perbedaan yang ada baik itu perbedaan budaya yang dimiliki, perbedaan paham, maupun pada perbedaan agama. Karena perbedaan yang ada pada saat ini merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua.

2. Kepada masyarakat Kelurahan Sialangmunggu, dari penelitian yang peneliti temukan bahwa pendidikan tidak mempengaruhi sikap toleransi.

Namun tetap menjadi catatan bahwa pendidikan merupakan kunci penting untuk mampu mengembangkan potensi diri kita dan juga pendidikan memberikan pengajaran-pengajaran tentang adab dan tata krama dalam bermasyarakat agar mampu menjadi manusia yang lebih baik.

3. Kepada peneliti selanjutnya, hendaknya dapat menambahkan variabel- variabel baru dalam penelitian yang peneliti belum dapat masukkan agar cakupan penelitian ini semakin lengkap.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sinklin Cijati, Sinklin ini berkembang di sebelah utara daerah penelitian dengan arah relatif hampir baratlaut-tenggara. Meliputi desa Waru, desa Kutabima,

mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler) dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak

Rumusan masalah tersebut dikaji dengan menggunakan data-data kepustakaan atau sekunder atau dengan metode penelitian normatif yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan dan

4. Berorientasi pada ke rja sebagai wujud prestasi, sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditentukan, serta amanah dalarn menepati janji. Istiqmah dalam melaksanakan Komitmen

Indonesia Unit Kota 2 Sungailiat terkait atas produk jasa , tarif jasa, tempat, promosi, orang, dan sarana fisik, serta proses ialah meliputi tabungan.. Simpedes, tabungan

Disisi lain, bagaimana hasil kajian risiko bencana dapat masuk ke dalam setiap jenjang perencanaan sehingga penerapannya dapat lebih operasional belum sepenuhnya

Secara keseluruhan, seluruh sampel memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan ortodontik, akan tetapi hasil penelitian memperlihatkan bahwa 27 orang (90%)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ambarinanti (2007) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras Indonesia menggunakan metode