• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skala Nyeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Skala Nyeri"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN WOODEN MASSAGE ROLLER UNTUK MENYEMBUHKAN NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK

Dosen Pembimbing

Dr. Ali Satia Graha, S.Pd., M.Kes., AIFO.

Oleh :

Muhammad Rifqi Fathoni 20611251013

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Magister Keolahragaan

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN z

(3)

iii ABSTRAK

MUHAMMAD RIFQI FATHONI: Pengembangan Wooden Massage Roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-Spesifik. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan, Universitas Negeri Yogyakarta, 2023.

Duduk statis dalam jangka waktu yang lama memicu terjadinya nyeri punggung bawah non-spesifik, sehingga membutuhkan penanganan yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pengembangan alat wooden massage roller untuk menyembuhkan kasus nyeri punggung bawah non-spesifik pada karyawan yang mayoritas pekerjaaan dilakukan dengan cara duduk.

Penelitian ini melalui delapan tahapan dengan mengadaptasi penelitian dan pengembangan model Sugiyono, adapun langkahnya sebagai berikut: (1) pengumpulan data atau informasi, (2) menganalisis informasi yang terkumpul, (3) perancangan pengembangan produk, (4) validasi ahli dan revisi, (5) uji coba skala kecil dan revisi, (6) uji coba skala besar (7) uji coba keefektifan, (8) pembuatan produk akhir. Uji coba skala kecil dilakukan pada lima orang dan uji coba skala besar dilakukan pada 10 orang.

Uji Efektivitas ini menggunakan studi pre-eksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan adalah insidental sampling di Yayasan Bimbingan Islam Yogyakarta. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu validasi dari ahli, kuisioner, Visual Analog Scale (VAS) untuk mengukur tingkat nyeri gerak dan alat sit and reach untuk mengukur fleksibilitas lumbar.

Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa pengembangan wooden massage roller dapat menurunkan intensitas nyeri punggung bawah sebesar 35,7% dan meningkatkan fleksibilitas lumbar sebesar 9,9% pada fase akut. Simpulan: telah dikembangkan alat wooden massage roller yang layak dan efektif dengan spesifikasi panjang ukuran alat secara keseluruhan 46 cm, panjang grip 8 cm, dan panjang bilah roller 30 cm. Roller mempunyai 6 sisi tumpul dengan lebar 2,5 cm dan terdapat enam roller dengan ukuran yang berbeda, dengan rincian dari yang paling besar: 4,5 cm, 4,2 cm, 3,9 cm, 3,6 cm, 3,3 cm, dan 3 cm. Penggunaan diaplikasikan dalam 1 set dengan durasi pengulangan 2–4 detik dan total durasi rolling 45 detik per set.

Kata Kunci: nyeri punggung bawah, wooden roller masssage

(4)

iv ABSTRACT

MUHAMMAD RIFQI FATHONI: Development of Wooden Massage Roller to Heal the Non-Specific Low Back Pain. Thesis. Yogyakarta: Postgraduate Program, Faculty of Sports and Health Sciences, Yogyakarta State University, 2023.

Sitting for long periods of time triggers non-specific low back pain, requiring effective treatment. This research aims to produce the development of a wooden massage roller tool to cure non-specific low back pain cases of the employees who do most of the work by sitting.

This study went through eight stages by adapting Sugiyono's research and development model, while the steps were as follows: (1) collecting data or information, (2) analyzing the information collected, (3) designing product development, (4) expert validation and revision, (5) small-scale trials and revisions, (6) large-scale trials (7) effectiveness trials, and (8) manufacture of the final product. Small-scale trials were conducted on 5 people while large-scale trials and effectiveness tests were conducted on 10 people. This effectiveness test used a pre-experimental study with a one group pretest-posttest design. The sampling technique used the incidental sampling at Yayasan Bimbingan Islam Yogyakarta. The instruments used to collect data were validation from experts, questionnaires, Visual Analog Scale (VAS) to measure the level of motion pain and sit and reach tools to measure lumbar flexibility.

The results of the effectiveness test show that the development of a wooden massage roller can reduce the intensity of low back pain by 35.7% and increase lumbar flexibility at 9.9% in the acute phase. Conclusion: a feasible and effective wooden massage roller tool has been developed with the specifications of the overall tool length at 46 cm, grip length at 8 cm, and roller blade length at 30 cm. The roller has 6 blunt sides with a width of 2.5 cm and there are six rollers of different sizes, with details of the largest: 4.5 cm, 4.2 cm, 3.9 cm, 3.6 cm, 3.3 cm, and 3 cm. Usage is applied in 1 set with a repetition duration of 2–4 seconds and a total rolling duration of 45 seconds per set.

Keywords: low back pain, wooden roller massage

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Rifqi Fathoni

Nomor Induk Mahasiswa : 20611251013 Program Studi : Ilmu Keolahragaan

Lembaga Asal : Universitas Negeri Yogyakarta

Menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipergunakan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 2 Desember 2022

Muhammad Rifqi Fathoni

(6)

vi

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN Tesis ini dipersembahan untuk:

1. Istri Saya Ratna Ayu Arilia Yustiana.

2. Orang tua Saya Ibu Nur’aini dan Bapak Bibit.

3. Mertua Saya Ibu Katini dan Bapak Imam Buchori.

4. Mbak Zahra Nur Afifah, Mas Lutfi Azis, dan Dek Barra.

5. Dek Iqbal Kamaluddin dan Dek Rivano Praja.

6. Dr. Ali Satia Graha, S.Pd., M.Kes., AIFO. selaku dosen pembimbing.

7. Teman-teman Prodi S2 Ilmu Keolahragaan Intake UNY angkatan 2020.

8. Karyawan Yayasan Bimbingan Islam.

9. Teman-teman Karyawan Anak Muslim Ceria.

Semoga Allah menjaga beliau semuanya.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa solatu wassalamu a’la Rasulillah salallahu ‘alaihi wassalam.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas akhir tesis dengan judul “PengembanganWooden Massage Roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik” dapat diselesaikan dengan lancar. Selesainya penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepada:

1. Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan persetujuan atas penulisan tugas akhir tesis ini.

3. Dr. Sigit Nugroho, M.Or. selaku Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan serta selaku penaehat Akademik, yang telah memberikan dukungan dan arahan selama proses perkuliahan.

4. Dr. Ahmad Nasrulloh, M.Or. selaku Koordinator Program Studi S2 Ilmu Keolahragaan

5. Dr. Ali Satia Graha, S.Pd., M.Kes., AIFO. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan arahan selama proses pengerjaan tugas akhir Tesis.

6. Seluruh dosen penguji atas saran dan masukan bagi penulisan tugas akhir tesis ini.

(9)

ix

7. Kepala kantor Yayasan Bimbingan Islam Yogyakarta, yang telah memberikan izin untuk melangsungkan penelitian.

8. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Staf Karyawan FIK UNY.

9. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan tugas akhir tesis ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan.

Yogyakarta, 2 Desember 2022

Muhammad Rifqi Fathoni

(10)

x DAFTAR ISI

LMBAR PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

LEMBAR PENGESAHAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Pengembangan ... 8

F. Spesifikasi Pengembangan ... 9

G. Manfaat Pengembangan ... 9

H. Asumsi Pengembangan ... 10

BAB II ... 11

A. Kajian Teori ... 11

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Pertanyaan Penelitian ... 38

(11)

xi

BAB III ... 39

A. Model Pengembangan ... 39

B. Prosedur Pengembangan ... 40

C. Desain Uji Coba Produk ... 43

D. Subyek Uji Coba ... 44

E. Definisi Operasional Variabel ... 45

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV ... 50

A. Hasil Pengembagan Produk Awal ... 50

B. Hasil Uji Coba Produk ... 57

C. Revisi Produk ... 75

D. Kajian Produk ... 80

E. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V ... 81

A. Simpulan Tentang Produk ... 81

B. Saran Pemanfaatan Produk ... 82

C. Deseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rangkuman tahapan penelitian ... 43

Tabel 2. Masukan dari ahli ... 57

Tabel 3. Data dasar subjek Uji coba skala kecil... 64

Tabel 4. Data dasar Uji coba skala besar ... 68

Tabel 5. Data hasil uji coba skala besar ... 69

Tabel 6. Data deskriptif skala nyeri dan fleksibilitas sebelum dan setelah perlakuan 71 Tabel 7. Uji Normalitas ... 72

Tabel 8. Paired Sample t- Test ... 73

Tabel 9. Hasil uji keefektifan produk ... 74

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tulang belakang bagian lumbar ... 23

Gambar 2. Vertebra lumbalis IV ... 25

Gambar 3. Otot punggung; dilihat dari dorsal. ... 26

Gambar 4. Otot punggung; dilihat dari dorsal. ... 27

Gambar 5. Ligamenta vertebrae Columna vertebralis ... 28

Gambar 6. Stick Muscle Body Massage Roller ... 41

Gambar 7. Numeric Rating Scale ... 47

Gambar 8. Rancangan awal pengembangan alat... 54

Gambar 9. Penampakan bagian roller ... 54

Gambar 10. Rancangan handbook awal ... 56

Gambar 11. Pengembangan alat setelah revisi dari validator ... 59

Gambar 12. Manipulasi bagian punggung bawah ... 59

Gambar 13. Manipulasi bagian punggung bawah sisi lateral ... 60

Gambar 14. Manipulasi bagian otot gluteus ... 61

Gambar 15. Manipulasi otot gluteus sisi lateral ... 62

Gambar 16. Manipulasi otot hamstring ... 62

Gambar 17. produk akhir pengembangan wooden massage roller ... 76

Gambar 18. Manipulasi otot punggung bawah ... 76

Gambar 19. Manipulasi otot punggung bawah lateral ... 77

Gambar 20. Manipulasi otot gluteus ... 78

Gambar 21. Manipulasi otot gluteus lateral ... 79

Gambar 22. Manipulasi otot hamstring ... 79

Gambar 23. Penjelasan handbook kepada subjek penelitian ... 117

Gambar 24. Melakukan manipulasi masase menggunakan pengembangan alat ... 117

Gambar 25. Pengisian form pretest dan posttest ... 118

Gambar 26. Melakukan pengukuran fleksibilitas lumbar ... 118

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin validasi 1 ... 90

Lampiran 2. Surat izin validasi 2 ... 91

Lampiran 3. Surat keterangan validasi 1 ... 92

Lampiran 4. Surat keterangan validasi materi ... 93

Lampiran 5. Surat izin penelitian ... 97

Lampiran 6. Instrumen pengukuran indeks ketidakmampuan fungsional (ODI)... 98

Lampiran 7. Informed Consent ... 104

Lampiran 8. Catatan medis subjek ... 105

Lampiran 9. Lembar observasi subjek ... 106

Lampiran 10. Uji normalitas ... 115

Lampiran 11. Paired sample t-test ... 116

Lampiran 12. Dokumentasi penelitian ... 117

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (LBP) sudah dikenal sebagai masalah kesehatan yang sangat umum. Sakit punggung bawah kebanyakan dialami orang dewasa.

Penelitian lain menyebutkan bahwa nyeri punggung bawah merupakan penyebab terbesar disabilitas di dunia (Hoy et al., 2014). Keterbatasan tersebut menimbulkan beberapa gangguan kesehatan. yang signifikan. Selain itu nyeri punggung bawah juga mempengaruhi kinerja dan hubungan sosial. Populasi penderita nyeri punggung bawah dari tahun ke tahun semakin meningkat, sebagaimana yang disebutkan oleh (Manchikanti et al., 2014), bahwa berdasarkan tinjauan global prevalensi nyeri punggung bawah pada populasi umum orang dewasa menunjukkan prevalensi sekitar 12%, dengan prevalensi satu bulan 23%, prevalensi satu tahun 38%, dan prevalensi seumur hidup sekitar 40%. Selain itu, seiring bertambahnya usia populasi selama beberapa dekade mendatang, jumlah individu dengan nyeri punggung bawah kemungkinan akan meningkat secara substansial.

Nyeri punggung bawah ditandai dengan munculnya rasa nyeri dan menurunnya fleksibilitas. Kesembuhan nyeri punggung bawah ditandai dengan meningkatnya fekesibilitas lumbar (Hwangbo et al., 2015). Semakin rendah fleksibilitas lumbar seseorang, maka semakin tinggi resiko mengalami low back pain (Carlos et al., 2015). Nyeri ini terjadi akibat gangguan muskulosketal, secara umum disebabkan oleh myofascial trigger point (MTrPs) yang terletak di otot,

(16)

2

fasia, atau tendon. Sindrom ini merupakan penyebab utama nyeri pada 85% pasien yang mengalami nyeri punggung bawah (Malanga & Colon, 2010). Meskipun tidak ada penyebab pasti nyeri punggung non-spesifik, diagnosis sering dikaitkan dengan sistem muskuloskeletal. Terdapat beberapa sebab yaitu 1) Proses degeneratif sendi tulang belakang yang dapat menyebabkan iritasi pada akar saraf tulang belakang;

2) Bentuk tulang lordosis karena dapat menyebabkan peningkatan kelengkungan tulang belakang; 3) kelemahan otot perut yang menyebabkan tekanan lebih besar pada sendi facet; 4) asimetri sendi facet. menyebabkan nyeri di daerah lumbal, Biasanya, rasa nyeri dikaitkan dengan aktivitas seperti mengangkat beban dan duduk atau berdiri untuk waktu yang lama. Menurut laporan nyeri memburuk pada akhir hari setelah aktivitas fisik.biasanya seseorang yang mengalami rasa nyeri adalah orang yang tidak aktif, obesitas, dengan otot-otot yang lemah dari tulang belakang lumbar, abdomen, buttocks, dengan pemendekan otot-otot hamstring.

Hoppenfeld dalam (Almeida & Kraychete, 2017). Selain penyebab secara fisiologis, nyeri punggung bawah memiliki faktor pemicu, sebagaimana hasil penelitian dari (Arma et al., 2019), bahwa usia, Body Massa Index (BMI), masa kerja, waktu bekerja, dan merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya nyeri punggung bawah. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin lama waktu kerja berbanding lurus dengan resiko seseorang mengalami yeri punggung bawah.

Seseorang yang bekerja dengan mayoritas duduk dan dalam jangka waktu yang lama memiki resiko mengalami nyeri punggung bawah. Resiko akan lebih

(17)

3

tinggi apabila ditambah dengan indeks massa tubuh tinggi (Nur et al., 2015). Posisi duduk seseorang dalam bekerja memiliki sifat statis, sedangkan tulang belakang statis rentan mengalami nyeri punggung bawah. Kondisi ini didukung peneltian (Pirade et al., n.d.) yang menyatakan bahwa pekerja yang duduk statis selama 1,5- 5 jam berpeluang 2,35 kali lebih besar mengalami low back pain dibandingkan dengan pekerja yang duduk selama <1,5 jam (Blödt et al., 2018). Durasi waktu duduk menunjukkan hubungan yang lebih positif dengan nyeri punggung bawah daripada semua peserta dan peserta dengan aktivitas fisik tingkat tinggi (Park et al., 2018). Fakta tersebut diperkuat oleh penelitian (Putu et al., 2015), didapatkan nilai p sebesar 0.014 (nilai p < 0.05) yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara durasi duduk dengan keluhan low back pain operator komputer jasa travel di Manado. Resiko nyeri punggung bawah akan bertambah karena dipengaruhi posisi duduk. posisi yang tidak ergonomis memiliki lebih banyak peluang mengalami nyeri punggung bawah (Korelo et al., 2022). Durasi duduk lama, posisi statis, ditambah indeks massa tubuh yang tinggi merupakan faktor-faktor pemicu seseorang mengalami nyeri punggung bawah.

Durasi duduk yang lama identik dengan karyawan kantoran yang mayoritas pekerjaan dilakukan dengan posisi duduk dalam waktu yang lama. Salah satu penyebab terjadinya nyeri punggung bawah (low back pain) adalah postur tubuh yang dibiarkan dalam waktu lama terutama saat duduk di kursi (Ikegami et al., 2018). Hal tersebut diperkuat sebuah penelitian meta analysis yang menunjukan bahwa merubah postur secara berkala dari duduk menjadi berdiri ketika bekerja

(18)

4

dapat mengurangi resiko mengalami nyeri punggung bawah (Agarwal et al., 2017).

Pekerja kantor disibukkan dengan berbagai kegiatan pekerjaan, yang membuat aktivitas fisik mereka terbengkalai, ditambah kebiasaan duduk pada posisi yang terlalu lama. Kebiasaan ini terutama berdampak pada otot-otot tulang belakang dan otot Hamstring. Belum lagi apabila pada posisi duduk yang salah terjadi mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang menjaga keseimbangan, sehingga timbul manifestasi overuse pada salah satu sisi otot secara terus-menerus dan terjadi ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi. Susunan muskuloskeletal tulang belakang akan terganggu dan menimbulkan keterbatasan range of motion sehingga berkurangnya fleksibilitas (Ratmawati & Kuntono, 2015).

Berbagai survei menunjukan bahwa karyawan kantoran mengeluhkan nyeri pada punggung bawah. Sebuah wawancara dalam Survei Kesehatan dan Sosial Quebec 1998, yang melibatkan 4493 pekerja yang berdiri dan 3237 pekerja yang duduk melaporkan bahwa sebesar 24,5% mengalami nyeri punggung bawah (Tissot et al., 2009). Hal tersebut dikuatkan dengan penelitian (Aeni & Awaludin, 2017) menunjukkan bahwa sikap duduk saat bekerja memiliki hubungan yang kuat (p=0.010) dengan kejadian Low Back Pain. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan kerja, berkurangnya produktivitas, dan munculnya keterbatasan kerja (Nygaard et al., 2020).

Penanganan nyeri punggung bawah dapat ditempuh dengan beberapa cara metode seperti, terapi chiropractic, fisioterapi, massage, exercise, pengobatan

(19)

5

herbal dan akupunktur (Lim et al., 2018). Secara umum penanganan nyeri punggung non spesifik idealnya dengan latihan. Karena Latihan dapat meningkatnya mobilitas sendi dan memperkuat otot yang menyokong dan melindungi sendi, dan mengurangi nyeri. Program latihan fisik yang dapat diberikan yaitu latihan fleksibilitas, latihan penguatan isometrik, isokinetik, dan isotonik, dan latihan aerobik. (Ambardini, 2006). Akan tetapi dengan kondisi dan kebutuhan karyawan, praktis penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan perlakuan terapi masase. Terdapat beberapa alasan diantaranya, para karyawan kantoran membutuhkan penanganan nyeri punggung bawah secara cepat, efisien, hemat ruangan, dan dapat dilakukan dengan mandiri. Hal tersebut karena mereka memiliki waktu yang terbatas, ruangan terbatas, dengan kondisi pakaian yang formal. Selain itu terapi masase merupakan cara yang aman, mudah, nyaman, efektif dan minim efek samping. Massage adalah istilah untuk terapi dengan cara menekan, menggosok, dan memanipulasi kulit, otot, tendon, dan ligamen.

(Massage: Get in Touch with Its Many Benefits - Mayo Clinic, n.d.). Terdapat beberapa manfaat dasar dari terapi massage diantaranya dapat mengurangi ketetegangan, kekakuan, serta kejang pada otot, meningkatkan sirkulasi peredaran darah yang bawa lebih banyak 42 oksigen serta nutrisi ke otot sehingga kurangi keletihan serta nyeri otot (Priscilla & Jayavanth Santha, 2014). Massage merupakan suatu manipulasi kompleks dengan gerakan tangan yang diterapkan pada tubuh dan dalam keadaan pasif dengan tujuan menjaga kondisi fisik, serta membantu

(20)

6

meringankan ketegangan otot, myalgia, efektif dalam mengurangi nyeri, hormon stress dan gejala terkait nyeri punggung bawah (Hernandez-Reif et al., 2001).

Terapi masase mempunyai berbagai teknik. Apabila menyesuaikan kebutuhan dan kondisi karyawan, terapi masase dengan alat yang dilakukan secara mandiri menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Sehingga perlunya pengembangan wooden massage roller untuk penderita nyeri punggung bawah yang mudah dilakukan, tidak memakan banyak waktu, tempat, dan dapat dilakukan secara mandiri. Salah satu terapi masase dengan alat yaitu menggunakan roller massage, akan tetapi peneliti mendapati bahwa berbagai alat tersebut memiliki berbagai kekurangan; (1) Banyak alat alternatif tetapi membutuhkan bantuan orang lain. (2) bentuk roller yang dibuat untuk universal, sehingga kurang maksimal apabila diaplikasikan untuk memijat bagian punggung yang memiliki perlakuan khusus.

Berdasarkan hasil kajian teori dan analisis lapangan tersebut, salah satu solusi untuk memulihkan nyeri punggung bawah yaitu melalui modifikasi wooden massage roller. Hasil akhir produk tersebut akan dibuat secara sederhana; yaitu mudah, nyaman dilakukan, tidak memakan banyak waktu, tempat, biaya, dan yang terpenting desainnya disesuaikan dengan kebutuhan punggung bawah. Adapun desain dari pengembangan alat ini menggunakan bahan utama kayu jati yang memiliki karakteristik kokoh, kuat, dan permukaan halus, sehingga alat tersebut dapat digunakan secara langsung dalam kondisi saat bekerja dan dalam kondisi berpakaian. Pemulihan nyeri punggung bawah diharapkan dapat, meningkatkan

(21)

7

fleksibilitas atau rentang gerak lumbar, dan menurunkan intensitas nyeri. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja pada pekerja kantoran yang mayoritas bekerja dengan cara duduk.

Hasil observasi ini, peneliti mendapatkan kebaharuan berupa modifikasi alat massage roller yang berbeda dari yang sudah ada dengan desain menyesuaikan kebutuhan punggung bawah. Maka peneliti butuh menindaklanjuti penelitian ini lebih dalam lagi

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya kasus nyeri punggung bawah pada berbagai kalangan.

2. Duduk lama merupakan faktor resiko seseorang mengalami nyeri punggung bawah.

3. Sebagian besar pekerja kantoran mayoritas pekerjakan dilakukan dengan duduk dalam waktu yang cukup lama.

4. Durasi duduk lama, posisi statis, ditambah indeks massa tubuh yang tinggi memicu seseorang mengalami nyeri punggung bawah.

5. Nyeri punggung bawah non-spesifik mengganggu kemampuan kerja sehingga berkurangnya produktivitas dan munculnya keterbatasan kerja

(22)

8

6. Terdapat kebutuhan modifikasi alat berupa wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik yang mudah, nyaman, aman, hemat, dan dapat dilakukan secara mandiri.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan mempertimbangkan keterbatasan waktu, tenaga, tempat, dan biaya maka permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Pengembangan wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik pada karyawan yang mayoritas bekerja dengan cara duduk.

2. Desain alat berbahan kayu jati karena memiliki kelebihan kokoh dan awet.

selain itu biaya yang dibutuhkan jauh lebih terjangkau.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana desain pengembangan wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik?

2. Bagaimana kelayakan desain wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik?

3. Bagaimana efektifitas wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan pengembangan dari produk ini diharapkan dapat:

(23)

9

1. Mengetahui desain pengembangan wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik

2. Menghasilkan pengembangan wooden massage roller yang layak untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik?

3. Mengetahui kefektifan wooden massage roller untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik?

F. Spesifikasi Pengembangan

Desain produk yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah wooden massage roller. Produk ini berupa alat yang dapat untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik.

G. Manfaat Pengembangan

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Menambah kekayaan variasi wooden massage roller untuk untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik.

b. Memberikan sumbangan perkembangan pengetahuan khususnya dalam bidang terapi dan rehabilitasi fisik.

(24)

10 2. Praktis

a. Memberikan masukan dan pengetahuan bagi para penderita nyeri punggung bawah agar dapat menyembuhkan nyeri punggung bawah non-spesifik secara mandiri.

b. Sebagai salah satu alternatif penggunaaan wooden massage roller yang mudah, nyaman dan aman.

H. Asumsi Pengembangan

Asumsi pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan adaptive design dari Stick Muscle Body Massage Roller namun alat tersebut masih memiliki berbagai kekurangan yang mendasar yaitu bentuk roller yang dibuat untuk universal, sehingga kurang maksimal apabila diaplikasikan untuk memijat bagian punggung yang memiliki perlakuan khusus. Adapun desain alat yang akan dikembangkan yaitu memiliki bentuk silinder panjang yang terdiri dari sejumlah roller. Material alat menggunakan kayu jati yang memiliki karakteristik kokoh, kuat, dan permukaan halus. Meski alat ini statis/tidak fleksibel, akan tetapi roller akan disesuaikan dengan kebutuhan punggung bawah. Hal ini akan berbeda apabila batang alat ini dibuat fleksibel semisal menggunakan rotan. Karena jika menggunakan bahan yang fleksibel justru akan menghambat gerakan roller.

Sehingga pengembangan alat ini dapat menjadi sumbangan dalam mempermudah penderita nyeri punggung bawah untuk memulihkan nyeri secara mandiri.

(25)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pengembangan Desain

Mengembangkan pengetahuan saat ini berarti memperluas dan memperdalamnya. Menurut Sugiyono (2010: 05), prosedur penelitian dan pengembangan, atau R&D dalam bahasa Inggris, adalah teknik penelitian yang digunakan untuk membuat barang tertentu dan mengevaluasi kemanjurannya.

Pengembangan adalah aplikasi metodis dari pengetahuan ilmiah dengan tujuan menciptakan bahan, alat, sistem, dan prosedur baru untuk menciptakan bentuk baru.

Menurut Sugiyono (2010:09), penelitian dan pengembangan adalah metodologi penelitian yang digunakan untuk membuat atau mengevaluasi produk yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan mencoba membangun atau mengembangkan suatu produk daripada mencari teori (Kantun, 2013: 76).

Pengembangan adalah proses memasukkan spesifikasi desain ke dalam bentuk yang sebenarnya, menurut Suryobroto (2001:15). Meskipun memiliki banyak variasi berbeda yang tercakup dalam sembilan pelajaran, domain bisnis tidak berfungsi secara independen dari evaluasi, manajemen, dan perencanaan.

Menurut definisi ini, domain bisnis dapat digambarkan dengan: (1) pesan yang

(26)

12

didefinisikan isinya; (2) strategi pembelajaran yang ditentukan teori; dan (3) manifestasi nyata dari teknologi, seperti perangkat lunak dan materi pendidikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk tertentu dan dapat dievaluasi efektivitas dan karakter moralnya. Proses yang sistematis secara signifikan memperlambat transaksi bisnis. Pengembangan adalah strategi untuk mengembangkan produk tertentu yang efektif dan efisien berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk, dan dapat diuji efektivitas dan kelayakannya. Pembangunan sangat dituntut oleh proses yang sistematis.

Pengembangan merupakan upaya mengembangkan produk yang efektif dan efisien berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan

2. Masase

Tujuan pemijatan adalah untuk mempercepat proses penyembuhan (Giriwijoyo, 2013: 272). Teknik pijat gerak tangan berusaha memberikan kenyamanan dan menjaga kesehatan fisik (Priyonoadi, 2011: 2). Ungkapan

"pijat" mengacu pada tekanan, gesekan, atau manipulasi apa pun pada kulit, otot, tendon, atau ligamen (Priscilla & Jayavanth Santha, 2014). Terapi pijat adalah metode manipulasi jaringan lunak dengan menggunakan tekanan dan

(27)

13

gerakan (Arovah, 2015: 90). Tindakan memijat melibatkan pengambilan jaringan tubuh dengan tangan (Fondy, 2016).

Menurut beberapa definisi yang telah diberikan di atas, dapat diartikan teknik pemijatan atau pemijatan sebagai penanganan jaringan lunak dengan menggunakan gerakan tangan dalam upaya mempercepat penyembuhan, memberikan kenikmatan, dan menjaga kesehatan fisik.

Ada berbagai jenis teknik pemijatan yang masing-masing memiliki tujuan berbeda. swedish massage, terapi titik pemicu, shiatsu, dan deep tissue massage adalah beberapa jenis pijat (Arovah, 2015). Ada jenis pijat tambahan di luar yang dijelaskan di sini, seperti sport massage, segment massage, dan pijat kosmetik (Priyonoadi, 2011). Teknik alternatif yaitu massage frirage, yaitu menggabungkan teknik gesekan (scouring) dan effleurage (rubbing) (Graha, 2009).

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam teknologi pemijatan/pijat, dan setiap teknik memiliki tujuan dan manfaat tertentu. Berikut adalah beberapa teknik pemijatan dan pemijatan: (1) effeleurage bertujuan untuk memperlancar peredaran darah, (2) petrissage bertujuan untuk mempercepat aliran darah, (3) shaking bertujuan untuk meningkatkan kelancaran peredaran darah, (4) tapotement bertujuan untuk merangsang serabut tepi dan memperlancar peredaran darah, (5) friction bertujuan untuk merangsang serabut saraf pada otot, (6) walken bertujuan untuk menyempurnakan pengambilan sisa-sisa

(28)

14

pembakaran, dan (7) vibration bertujuan untuk merangsang saraf agar relaks (Priyonoadi, 2011).

Metode pijat bisa kurangi tegang, kekakuan, serta kejang pada otot, tingkatkan perputaran peredaran darah yang bawa lebih banyak 42 oksigen serta nutrisi ke otot sehingga kurangi keletihan serta nyeri otot (Priscilla &

Jayavanth Santha, 2014). Masase dapat mengendorkan ketegangan, memicu serabut- serabut saraf, dan kurangi rasa nyeri serta memesatkan proses perbaruan jaringan (Priyonoadi, 2011: 20). Masase bisa tingkatkan kandungan serotonin yang menjadi neurotransmitter anti- nyeri natural. Serotonin berfungsi dalam merendahkan kandungan kortisol (Field, 2014). Masase bisa mengurangi perlekatan serat- serat otot serta memindahkan timbunan cairan yang disebabkan oleh kegiatan raga yang kelewatan, yang menyebabkan kenaikan asam laktat pada otot, dan menolong mengendurkan bagian badan yang cedera (Fondy, 2016). Masase bisa tingkatkan perputaran lokal, sehingga meredakan perih serta tingkatkan pengiriman nutrisi yang bisa mempersingkat pemulihan, memberi dampak positif pada sistem saraf, kurangi hormon stres kortisol, serta tingkatkan kandungan serotonin serta dopamine (Nelson, 2013).

Masase bisa membantu penderita menjadi rileks serta tidak merasakan nyeri (Arovah, 2011).

Masase juga dipercaya bisa tingkatkan endorfin yang menimbulkan penyusutan sensitivitas terhadap rasa nyeri, menenangkan pikiran, serta meningkatkan ambang rasa nyeri seseorang (Champaneri et al., 2014). Masase

(29)

15

bisa merelaksasi otot- otot, tingkatkan ambang rasa nyeri lewat pelepasan hormon endorphin, meningkatkan aliran darah yang bisa tingkatkan pembersihan mediator nyeri, mempunyai dampak antikoagulan yang bisa mengaktifkan mekanisme penghambatan segmental buat memencet rasa perih, serta bisa mengaktifkan sistem penghambatan rasa nyeri desendens sebagaimana yang sudah dipaparkan pada teori gate control (Kamali et al., 2014). Masase pula bisa meningkatkan temperatur otot sehingga bisa tingkatkan aliran darah (Hammer, 2011). Hanya saja masase dapat dipraktikan pada kondisi- kondisi tubuh tertentu.

Masase bisa diaplikasikan pada tubuh yang mengalami keletihan, kekakuan otot, serta nyeri sendi (Priyonoadi, 2011: 19- 20). Masase tidak boleh dicoba pada penderita yang hadapi fracture (patah tulang), dislocation (lepas sendi), farion (pendarahan pada sendi/ otot), luxatio (daging yang berkembang di dekat sendi akibat kelainan ataupun benturan ataupun gesekan), tumor, disentri, dll (Fondy, 2016: 20). Masase tidak boleh dipraktikan pada penderita yang mengalami demam, penyakit menular, lagi di bawah pengaruh obat- obatan ataupun alkohol, pasca pembedahan operasi, neuritis, penyakit kulit (Priscilla & Jayavanth Santha, 2014). Masase tidak bisa digunakan pada penderita yang mengalami demam( temperatur badan 38 derajat celcius ataupun lebih), mengidap penyakit menular (thypus, cacar, tuberkulosis, serta lain- lain), mengidap pengapuran pembuluh darah, tekanan darah besar serta

(30)

16

penyakit jantung, serta mengidap penyakit kulit (eksim, cedera lama yang memborok) (Priyonoadi 2011: 21).

3. Masase Punggung Bawah

Masase/emijatan adalah pengobatan yang efektif untuk LBP. LBP akut, sub-akut, dan kronis mengalami peningkatan dalam hasil nyeri dengan pijatan hanya dalam tindak lanjut jangka pendek. Peningkatan fungsional diamati pada peserta dengan LBP sub-akut dan kronis bila dibandingkan dengan kontrol tidak aktif, tetapi hanya untuk tindak lanjut jangka pendek. Hanya ada efek samping kecil (Furlan et al., 2015).

Masase dapat mengurangi rasa sakit yang substansial untuk banyak masalah punggung bawah, hal tersebut dijelaskan oleh (Meyler, 2019). Secara khusus, untuk rasa sakit yang disebabkan oleh ketegangan punggung.

Dua otot utama – quadratus lumborum dan gluteus medius – memainkan peran penting dalam menstabilkan dan menopang punggung bawah dan pinggul Anda. Ketika ada perubahan biomekanik otot-otot ini karena ketegangan atau kelelahan, beberapa masalah seperti nyeri punggung bawah, kekakuan, dan/atau penurunan mobilitas dapat terjadi.

a. Otot quadratus lumborum

Otot quadratus lumborum meluas ke seluruh punggung bawah dan terdiri dari beberapa lapisan. otot quadratus lumborum sebagai ekstensor tulang belakang lumbar, penstabil daerah lumbar (Bordoni & Varacallo, 2022).

Otot juga membantu menekuk tubuh ke samping Otot quadratus lumborum

(31)

17

dapat menjadi lelah, kaku, tegang, dan/atau nyeri saat melakukan aktivitas tertentu sehari-hari, seperti: mengangkat, duduk, berjalan, berlari dll. Rasa nyeri pada punggung bawah mengindikasikan quadratus lumborum hipertonik (tegang). Maka otot harus diregangkan dan dipijat secara bersamaan untuk mengurangi nyeri punggung bawah.

b. Otot gluteus medius

Gluteus medius adalah otot pinggul (atau bokong) posterior. Otot gluteus medius dan gluteus minimus adalah otot pinggul lateral utama yang berkontribusi pada stabilitas panggul dan fungsi ekstremitas bawah (Whiler et al., 2017). Selain itu berfungsi sebagai otot abduktor (Cooper et al., 2015) yang memungkinkan paha dan kaki melakukan gerakan ke samping. Ini juga mempertahankan pinggul tetap rata saat berdiri dengan satu kaki (yang merupakan bagian integral dari siklus gaya saat berjalan). Biomekanik pinggul dan tulang belakang saling berhubungan; Kelemahan otot atau ketidakseimbangan penculik dan rotator pinggul, khususnya GMax, dan GMed yang mengakibatkan nyeri ekstremitas bawah yaitu pada punggung, pinggul (Bishop et al., 2018). Nyeri otot gluteus medius terutama memengaruhi punggung bawah dan bokong. Rasa sakit juga dapat menjalar sehingga muncul gejala nyeri punggung bawah nyeri sakit paha (Kameda et al., 2020).

(32)

18 4. Massage Roller

Self-myofascial release, self-massage therapy, dan neuromuscular rolling adalah istilah yang menggambarkan penggunaan suatu alat untuk memijat otot dan jaringan ikat dengan gerakan rolling. Alat yang dapat digunakan dapat berupa foam roller, massage roller (RM) stick, atau bola tenis.

Rolling massage telah terbukti meningkatkan rentang gerak (ROM) segera setelah intervensi dengan perubahan yang terjadi selama 20 menit (menit).

Tingkat peningkatan ROM yang dilaporkan dalam literatur sangat bervariasi, mulai dari 2,8% hingga 23,4%. Rolling massage telah terbukti meningkatkan ambang nyeri yang terkait dengan titik nyeri otot, nyeri akut yang ditimbulkan oleh listrik, dan onset nyeri otot yang tertunda. (Grabow et al., 2018)

Penggunaan roller massage (RM) yang juga sering disebut “self- myofascial release” (SMR) telah menjadi intervensi populer yang diaplikasikan untuk pasien oleh ahli terapi fisik (PT). RM juga menjadi populer di banyak tenaga klinis dan kebugaran. Popularitas ini juga telah mendorong produsen untuk membuat berbagai jenis perangkat RM yang dapat ditemukan di banyak pengaturan klinis, kebugaran, dan ritel. Popularitas ini juga telah mendorong peningkatan penelitian tentang RM (Behm et al., 2020)

Terdapat beberapa studi, yang menunjukkan bahwa perlakuan roller massager yang dikombinasikan dengan core stabilization exercises dapat menjadi pilihan yang lebih baik dalam pengobatan low back pain pada orang tua (Bordoni et al., 2019). Rolling massage telah terbukti mengurangi nyeri

(33)

19

kronis seperti otot atau myofascial tender spot, nyeri jangka pendek yang terkait dengan nyeri otot onset lambat (DOMS) serta nyeri akut yang disebabkan oleh frekuensi tinggi, stimulasi otot listrik (tetanik) (Behm, 2021)

Penggunaan roller massage pada otot hamstring dapat memberikan peningkatan ROM lumbar yang signifikan (Sullivan et al., 2013). Terdapat penelitian lain yang menunjukan bahwa efek setelah perlakuan roller massage hanya bersifat jangka pendek. The roller massage stick menghasilkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam ROM aktif dan pasif sebesar 5–6° setelah perawatan tunggal. Peningkatan hanya bertahan selama 48 jam.

Peningkatan ROM ini, dicapai dengan perlakuan 3,5 menit, hal tersebut dapat membantu mencegah cedera dan/atau juga meningkatkan kinerja (Lee et al., 2020). Fleksibilitas sendi yang lebih baik bahkan telah ditunjukkan setelah 1-2 set 5-10 detik proses rolling. Studi lain telah menggunakan berbagai durasi rolling seperti 15-120 detik, durasi yang lebih lama menunjukkan peningkatan ROM yang lebih besar daripada durasi yang lebih pendek. Peningkatan ROM cukup bervariasi (3-30%). (Behm, 2021)

Pemijatan selama lima menit meningkatkan aliran darah kulit hanya di area yang dipijat setidaknya 10 menit setelah penghentian pemijatan (Miyaji et al., 2018). Selain diatas terdapat beberapa efek penggunaan roller massage:

dengan durasi putaran total 30–120 detik per set, umumnya terdapat penurunan kekuatan dan lompatan. Selain itu, tidak ada cukup bukti untuk menggeneralisasi efek rolling pada kelelahan dan sprint. Singkatnya, volume

(34)

20

rolling yang relatif kecil dapat meningkatkan ROM (Behm et al., 2020). 5, 10, dan 15 menit roller massage yang diinduksi sendiri memiliki beberapa efek positif pada kinerja keseimbangan, tetapi tidak mempengaruhi daya anaerobik dan kapasitas anaerobik dan aerobik (Popovic, 2019).

Perlakuan roller massage juga memberikan efek positif mengurangi stiffness/kekakuan otot. Kekakuan otot meningkat secara signifikan setelah duduk 4,5 jam. Saat periode duduk diberi perlakuan masase menggunakan roller massage, nilai kekakuan turun sedikit di bawah kekakuan baseline.

Sebaliknya, nilai kekakuan tetap meningkat ketika periode duduk hanya diikuti dengan berdiri terkontrol. Studi ini menunjukkan bahwa manipulasi jaringan durasi pendek dapat menjadi istirahat aktif dan efektif pada periode duduk yang lama untuk mencegah masalah muskuloskeletal, seperti ketidaknyamanan muskuloskeletal dan nyeri punggung (Kett & Sichting, 2020).

5. Jenis Kayu

Berdasarkan artikel yang disebutkan oleh (Andre Kurniawan, 2020) menunjukan bahwa ada beberapa jenis kaju yang populer di Indonesia, diantaranya yaitu:

a. Kayu jati

Jati ditemukan di be berapa wilayah Pulau Jawa.Kualitas kayu jenis ini tidak perlu diragukan lagi. Kekuatan kayu coklat ini sudah terkenal. Karena minyak yang dikandungnya, kayu ini juga terkenal tahan rayap. Pori-pori sempit kayu ini juga memberikan polesan yang sangat rata. Meski kuat, kayu

(35)

21

ini mudah dipotong. Alhasil, kayu ini sering digunakan untuk membuat mebel atau ukiran.

b. Pohon Meranti

Meranti adalah jenis kayu lainnya. Meskipun varietas pohon ini dapat ditemukan di seluruh Indonesia, Kalimantan merupakan lokasi terbesar untuk menanamnya. Biasanya, kayu meranti berwarna coklat kemerahan dan tidak berurat. Selain itu, kayu meranti sering digunakan untuk membuat furnitur. Alga juga dapat diubah menjadi pulp dengan pengolahan. Buah tengkawang yang berasal dari berbagai jenis meranti sering digunakan sebagai bahan kosmetik..

c. Kayu cendana

Kayu cendana merupakan jenis kayu terkenal harum. Butuh waktu lama untuk memanen pohon ini dan sulit untuk tumbuh. Namun, terlepas dari tantangannya, kayu cendana memiliki banyak keuntungan. Ongkos jual kayu terbilang tinggi. Kayu cendana adalah bahan yang bagus untuk furnitur dan kerajinan tangan karena dianggap tahan lama. Biasanya, produk kayu cendana ini dibiarkan murni untuk menjaga aroma kayunya.

d. Kayu mahoni

Mahoni adalah jenis kayu keempat. Kayu mahoni terkenal mudah digunakan. Kayu mahoni lebih lembut dan lebih sederhana untuk diukir dan dibentuk daripada kayu jati. Saat memotong, mahoni bisa diiris ke berbagai arah. Selain itu, kayu ini tahan patah baik saat dipotong, diikat, atau bahkan

(36)

22

saat ditekuk. Kayu mahoni berwarna merah dan memiliki pori-pori yang kecil. Iklim tropis sangat ideal untuk pohon ini. Karena dedaunannya yang lebat, pohon ini dapat memberikan keteduhan dan juga dilaporkan memiliki kemampuan untuk meminimalkan polusi udara.

e. Kayu sonokeling

Daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah sering ditemukan pohon sonokeling.

Jenis kayu ini memiliki pola yang indah dan warna cokelat yang kaya. Kayu sonokeling terkenal keras. Mirip dengan jati, kayu sonokel memiliki minyak kayu yang melindunginya dari serangan rayap dan jamur pembusuk kayu.

Kayu ini bisa digunakan untuk membuat berbagai barang, termasuk furnitur, alat musik, dan barang olahraga.

f. Kayu merbau

Kayu merbau adalah jenis kayu berikut ini. Kayu keras lainnya adalah kayu merbau, menurut klasifikasinya. Kayu yang berasal dari daerah Maluku dan Papua ini memiliki serat yang hampir lurus dengan warna abu-abu tua atau coklat kemerahan tua. Meski keras, kayu merbau tidak sulit untuk dipotong.

Kayu Merbau sering digunakan untuk membuat jembatan, tiang bangunan, dan parket lantai karena kualitas dan ketangguhannya.

g. Pohon kelapa

Pohon kelapa memang terkenal dengan berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari setiap bagian pohonnya. Karena kekuatannya, kayu kelapa

(37)

23

sering digunakan sebagai penopang struktur seperti jembatan dan bangunan selain digunakan untuk pembuatan kerajinan tangan dan furnitur.

h. Kayu ulin

Kayu ini berat dan dikategorikan sebagai kayu keras. Pohon yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan ini juga tahan terhadap serangan rayap dan variasi suhu. Kayu ulin dapat digunakan dalam konstruksi. Selain itu, salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan kapal adalah jenis kayu ini..

6. Anatomi Punggung

Anatomi punggung bawah terdiri dari struktur otot, sendi, dan ligamen.

a. Struktur tulang

Struktur Anatomi Tulang Pinggang Tulang pinggang terdiri dari 5 ruas tulang vertebrae, yaitu tulang lumbal 1,2,3,4, dan lumbal 5.

Gambar 1. Tulang belakang bagian lumbar

(38)

24

(Paulsen, F., Waschke, 2011)

Tulang pinggang merupakan tulang yang kuat karena berfungsi sebagai penyangga badan. Diantara ruas-ruas tulang pinggang terdapat discus atau bantalan yang berfungsi sebagai peredam tekanan. Tulang lumbal jika dilihat dari posisi superior akan tampak bagian-bagian discus yang terdiri dari Nucleus Pulposus dan Annulus Fibrosus. Nucleus Pulposus merupakan bagian inti dari discus yang berwujud kenyal seperti jelly terletak di tengah dan dibatasi oleh Annulus Fibrosus. Annulus Fibrosus merupakan pembatas berbentuk lingkaran yang membatasi Nucleus Pulposus supaya tidak keluar.

Vertebrae lumbales berukuran lebih besar dan secara struktural lebih padat untuk menahan gaya tekanan yang semakin meningkat akibat berat tubuh. Procc. spinosi berbentuk bulat, pendek, dan mengarah hampir lurus ke belakang. Arcus vertebrae pada Vertebrae lumbales adalah pangkal Procc. costales (berasal dari iga primordial yang menyatu dengan vertebra), Procc. accessorii yang bervariasi besarnya, Procc. articulares superiores (menunjang permukaan sendi atas, Facies articulares), Procc. mamillares (sisa Proc. transversus), dan Proc. articulares inferiores dengan permukaan sendi bawah (Faciesarticulares) (Paulsen, F., Waschke, 2011).

(39)

25

Gambar 2. Vertebra lumbalis IV (Paulsen, F., Waschke, 2011)

Pada aspek lateral Arcus, dapat dilihat berbagai Proccesus. Jika dilihat dari sisi ventral, Vertebra samping lumbalis memiliki badan (Corpus vertebrae) yang besar dengan permukaan intervertebra atas dan bawah yang mencolok (Facies intervertebralis superior dan inferior).

Permukaan sendi zigapofisialis meluas melewati bagian kranial dan kaudal Corpus, vertebrae.

b. Struktur otot

Pada sekitar tulang punggung terdapat otot-otot yang fungsinya membantu menegakkan tubuh, otot-otot diantaranya yaitu: 1) Otot erector spinae 2) Otot external abdominal, 3) Otot serratus inferior posterior.

(40)

26

Gambar 3. Otot punggung; dilihat dari dorsal.

(Paulsen, F., Waschke, 2011)

Fascia thoracolumbalis merupakan suatu aponeurosis padat.

Struktur fibrosa yang kuat ini mengelilingi M. erector spinae autokton (intrinsik) punggung dan membentuk suatu tabung osteofibrosa bersama dengan Columna vertebralis dan sisi dorsal Costae. Lamina superficialisna berfungsi sebagai origo M. latissimus dorsi dan M. serratus posterior. amina ini melekat kuat ke tendo M. erector spinae.

(41)

27

Gambar 4. Otot punggung; dilihat dari dorsal.

(Paulsen, F., Waschke, 2011)

c. Struktur Ligamen

Tulang pinggang dibalut oleh banyak diantara ligamen pada tulang pinggang terdapat ligamen yang panjang dan kuat, ligamen tersebut yaitu:

1) Ligamen longitudinal anterior Merupakan ligamen yang kuat, tebal dan berukuran panjang dan terletak di bagian anterior tulang vertebrae.

2) Ligamen longitudinal posterior Merupakan ligamen yang berukuran panjang dan terletak di bagian posterior tulang vertebrae atau pada lubangan (foramen) tulang lumbal.

(42)

28

3) Ligamen Flavum Merupakan ligamen yang menghubungkan pada lamina dan sendi facet. Dinamakan ligamen flavum secara harfiah berarti “Ligamen Kuning” karena memiliki pewarnaan kuning.

4) Ligament Interspinosus Ligamen ini sangat kuat yang menghubungkan setiap processus spinosus bersebelahan dari vertebra di tulang belakang dan memanjang kearah posterior dengan ligamen supraspinosus.

5) Ligament Supraspinosus Merupakan ligamen yang menempel pada procesus spinosus mulai dari cervical ketujuh sampai ke sacrum.

6) Ligamen Intratransversal Merupakan ligamen yang menghubungkan setiap procesus transversus pada tulang belakang.

7) Ligamen Facet Merupakan ligamen yang melekat pada sendi facet pada tulang belakang. (Paulsen, F., Waschke, 2011)

Gambar 5. Ligamenta vertebrae Columna vertebralis (Paulsen, F., Waschke, 2011)

(43)

29

Bentuk perpaduan tulang dan ligamentum akan membentuk berbagai ROM (Range of Motion. Lima vertebrae lumbales memungkinkan Columna vertebralis untuk fleksi, ekstensi, dan rotasi lateral. Sebagaimana berdasarkan (Arovah, 2021):

a. Fleksi yang digerakan otot psoas, rectus abdominis, oblique internal, oblique eksternal. quadratus lumborum, trapezius dan latissimus dorsi.

b. Ekstensi yang digerakan otot multifidus, erector spinae iliocostalis, longissimus dan spinalis.

c. Lateral bending yang digerakan otot ekstensor, fleksor dan quadratus lumborum.

d. Rotasi yang digerakan erektor spinae, sacrospinal, abdominal internal dan otot external oblique.

7. Nyeri Punggung bawah a. Patofisiologi Nyeri

Nyeri dapat dikategorikan sebagai nyeri kronis atau kronis dan memiliki komponen sensorik dan emosional. Nyeri akut biasanya terjadi akibat aktivasi reseptor nyeri perifer (nosiseptor) dan serabut saraf sensorik sebagai respons terhadap kerusakan jaringan. Saraf Aδ, yang menyampaikan pesan cepat dan rasa sakit yang hebat, memiliki diameter yang besar dan sangat bermielin. Aktivasi kronis serabut saraf C berdiameter kecil dan tidak bermielin dapat menyebabkan cedera jaringan

(44)

30

terus menerus dan ketidaknyamanan kronis. Cedera kronis atau kerusakan sistem saraf pusat atau perifer juga dapat menyebabkan nyeri kronis (yang menyebabkan nyeri neuropatik) (Arovah, 2021).

Nyeri punggung bawah non-spesifik didefinisikan sebagai nyeri punggung bawah yang tidak disebabkan oleh patologi spesifik yang diketahui dan diketahui (misalnya, infeksi, tumor, osteoporosis, fraktur tulang belakang lumbal, deformitas struktural, gangguan inflamasi, sindrom radikular, atau sindrom cauda equina).

Nyeri punggung bawah non-spesifik biasanya dikategorikan dalam 3 subtipe: nyeri punggung bawah akut, sub-akut dan kronis. Pembagian ini didasarkan pada durasi nyeri punggung. Nyeri punggung bawah akut adalah episode nyeri punggung bawah selama kurang dari 6 minggu, nyeri punggung bawah sub-akut antara 6 dan 12 minggu dan nyeri punggung bawah kronis selama 12 minggu atau lebih (Physiopedia contributors, 2022) b. Gejala Nyeri Punggung Bawah

Tanda dan gejala sakit punggung mungkin terdiri (Naser &

AlDahdooh, 2016):

1) Nyeri otot

2) Menembak atau menusuk rasa sakit 3) Rasa sakit yang menyebar ke bawah kaki

4) Fleksibilitas terbatas atau jangkauan gerakan bagian belakang c. Teori Gate Control Nyeri

(45)

31

Teori gate control disebutkan bahwa aktivasi saraf yang tidak mengirimkan sinyal nyeri (serabut non- nociceptive) bisa mengusik sinyal dari serabut saraf nociceptive, sehingga membatasi rasa sakit. Saraf nociceptive aferen, yang bawa sinyal ke otak, terdiri atas paling tidak 2 tipe serat- serat“ Aδ” serta“ C. Dalam perihal ini serabut Aβ berdiameter besar memiliki sifat nonnosiseptif (tidak mentransmisikan rangsangan nyeri) serta membatasi dampak transmisi oleh serabut Aδ serta C. Serabut Aβ meneruskan rangsangan sensorik yang lain sepertihalnya sentuhan, tekanan, getaran yang biasanya diteruskan oleh mekanoreseptor serta bisa kurangi rangsangan nyeri di tingkatan tulang balik serta mencegahnya menggapai tingkatan yang lebih besar dari sistem saraf pusat. Tidak hanya itu rangsangan saraf dari pusat nyeri yang lebih besar pula bisa meredam rangsangan nyeri, misalnya ini terjalin kala nyeri diatasi dengan hipnosis.

Di sisi lain, bila rangsangan diterima dari sebagian pusat saraf, ini bisa menguatkan sinyal rasa sakit (Arovah, 2021).

d. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan satu sendi atau serangkaian sendi dengan lancar dan mudah melalui ROM bebas rasa sakit yang tidak terbatas. Panjang otot dalam hubungannya dengan integritas sendi dan ekstensibilitas jaringan lunak periartikular menentukan fleksibilitas. Fleksibilitas terkait dengan ekstensibilitas unit otottendon yang melintasi sendi, berdasarkan kemampuannya untuk rileks atau

(46)

32

berubah bentuk dan menghasilkan gaya regangan. Artrokinematika sendi yang bergerak (kemampuan permukaan sendi untuk berguling dan meluncur) serta kemampuan jaringan ikat periartikular untuk berubah bentuk juga mempengaruhi ROM sendi dan fleksibilitas keseluruhan individu. Fleksibilitas Dinamis dan Pasif Fleksibilitas dinamis. Bentuk fleksibilitas ini, juga disebut sebagai mobilitas aktif atau ROM aktif, adalah sejauh mana kontraksi otot aktif menggerakkan segmen tubuh melalui ROM sendi yang tersedia. Tergantung derajatnya dimana sendi dapat digerakkan oleh kontraksi otot dan jumlah resistensi jaringan yang terpenuhi selama masa aktif pergerakan.

Fleksibilitas pasif. Aspek fleksibilitas ini, juga disebut sebagai mobilitas pasif atau ROM pasif, adalah sejauh mana segmen tubuh dapat digerakkan secara pasif melalui ROM yang tersedia dan bergantung pada ekstensibilitas otot dan jaringan ikat yang melintasi dan mengelilingi sendi.

Fleksibilitas pasif merupakan prasyarat untuk—tetapi tidak menjamin—

fleksibilitas dinamis. (Kisner & Colby, 2012).

Secara umum, jangkauan gerak persendian bagian punggung bawah dan tungkai atas harus diperhatikan. Daerah ini, jangkauan gerak yang terbatas meningkatkan risiko terjadinya gangguan nyeri punggung bawah kronis (low back pain). Oleh karenanya, program pencegahan dan rehabilitasi nyeri punggung harus ditujukan untuk meningkatkan fleksibilitas persendian. Keterbatasan kemampuan fleksibilitas sendi

(47)

33

biasanya terjadi pada orang tua sehingga latihan pada orang tua harus banyak mengandung unsur pengulran (stretching) (Arovah, 2021).

Nyeri punggung bawah ditandai dengan munculnya rasa nyeri dan menurunnya fleksibilitas. Kesembuhan nyeri punggung bawah ditandai dengan meningkatnya fekesibilitas lumbar (Hwangbo et al., 2015).

Semakin rendah fleksibilitas lumbar seseorang, maka semakin tinggi resiko mengalami low back pain (Carlos et al., 2015).

e. Faktor Risiko

Sakit pinggang bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja. Para peneliti belum membuktikan apa yang berkontribusi terhadap sakit punggung. Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk nyeri punggung bawah, yaitu (Naser & AlDahdooh, 2016):

1) Usia. Nyeri punggung lebih meluas seiring bertambahnya usia, mulai kira-kira pada usia 31 tahun atau lebih.

2) Kurang olahraga. Otot yang lemah dan tidak digunakan di punggung Anda dapat menyebabkan sakit punggung.

3) Berat badan berlebih. Mengangkat terlalu banyak beban memberi tekanan ekstra pada punggung Anda.

4) Penyakit. Beberapa jenis radang sendi dan kanker dapat menyumbang untuk sakit punggung.

5) Pengangkatan yang tidak tepat. Menggunakan punggung Anda sebagai pengganti kaki Anda dapat menyebabkan sakit punggung.

(48)

34

6) Kondisi psikologis. Orang yang rentan terhadap kesedihan dan kekhawatiran tampaknya memiliki risiko sakit punggung yang lebih besar.

7) Merokok. Ini dapat membuat tubuh Anda tidak mengirimkan makanan yang cukup ke cakram di punggung Anda..

A. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian ini relevan dengan beberapa penelitian berikut:

1. “Pengembangan Model Dinan Exercise Therapy (DIET) untuk Nyeri Pinggang” yang ditulis oleh (Mistsalina & Widiyanto: 2019). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model terapi latihan untuk nyeri pinggang, yang diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat untuk pemulihan nyeri pinggang.

Model terapi latihan tersebut dapat menurunkan tingkat nyeri dengan jumlah penurunan sebesar 37,357%, memperbaiki ketidakmampuan fungsional dengan penurunan indeks ketidakmampuan fungsional sebesar 28,644%, dan meningkatkan fleksibilitas lumbar dengan peningkatan rata-rata 12,126%. Kata Kunci: nyeri pinggang, terapi latihan.

2. Penelitian berjudul “The Effects Of Myofascial Release Technique Combined With Core Stabilization Exercise In Elderly With Non-Specific Low Back Pain:

A Randomized Controlled, Single-Blind Study” ditulis oleh (Ozsoy et al., 2019).

Untuk mengevaluasi efek Myofascial Release Technique (MRT) dengan roller massager yang dikombinasikan dengan latihan stabilisasi inti (CSE) pada lansia dengan nyeri punggung bawah non spesifik (NSLBP). Studi saat ini

(49)

35

menunjukkan bahwa teknik pelepasan myofascial dengan roller massager yang dikombinasikan dengan latihan stabilisasi inti dapat menjadi pilihan yang lebih baik dalam pengobatan NSLBP pada lansia.

3. Penelitian berjudul ”Sedentary behaviour at work increases muscle stiffness of the back: Why roller massage has potential as an active break intervention”

yang diulis oleh (Kett & Sichting, 2020). Dalam penelitian ini, kekakuan otot punggung diukur pada 59 pekerja kantoran yang mengikuti rutinitas kerja meja biasa selama 4,5 jam dalam posisi duduk. Periode duduk diikuti dengan intervensi pijat rol selama 8 menit atau tugas berdiri yang terkontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa kekakuan otot meningkat secara signifikan setelah periode duduk 4,5 jam. Saat periode duduk diikuti dengan roller massage, nilai kekakuan turun sedikit di bawah kekakuan baseline. Sebaliknya, nilai kekakuan tetap meningkat ketika periode duduk diikuti dengan berdiri terkontrol. Studi ini menunjukkan bahwa manipulasi jaringan durasi pendek dapat menjadi istirahat aktif yang efektif antara periode duduk yang lama untuk mencegah masalah muskuloskeletal, seperti ketidaknyamanan muskuloskeletal dan nyeri punggung.

4. Penelitian berjudul ”An acute session of roller massage prolongs voluntary torque development and diminishes evoked pain” yang ditulis oleh (Cavanaugh et al., 2016). Pijat roller (RM) telah dilaporkan mengurangi rasa sakit yang terkait dengan nyeri otot akibat olahraga dan meningkatkan rentang gerak tanpa gangguan kekuatan atau aktivasi. Tujuannya adalah untuk menguji efek RM

(50)

36

pada nyeri yang ditimbulkan dan sifat kontraktil. Data menunjukkan bahwa penghambatan saraf yang diinduksi oleh RM menurunkan maximal voluntary isometric contraction dan meniadakan peningkatan rasa sakit yang dipicu oleh pengujian terkait dengan 70% stimulasi tetanik.

B. Kerangka Berpikir

Nyeri punggung bawah merupakan penyebab menurunnya fungsional dan ruang gerak aktif yang mengakibatkan terbatasnya aktivitas harian. Kasus nyeri punggung bawah pada karyawan di daerah Yogyakarta diindikasi karena posisi duduk dan jangka waktu yang cukup lama. Keluhan tersebut berupa rasa nyeri dan menurunnya fleksibilitas pada bagian lumbar. Telah diketahui berbagai macam terapi untuk mengatasi nyeri punggung bawah, seperti terapi latihan, terapi masase, chiropractic, dan sebagainya. Berbagai terapi tersebut dirasa masih sulit dilakukan karena faktor, tempat, waktu, prosedur yang kurang sesuai dengan kondisi karyawan kantoran yang membutuhkan efek segera/jangka pendek.

Sehingga dengan itu peneliti mengembangkan alat massage berupa wooden roller massage untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas punggung bawah. Pengembangan alat ini dikemas agar mudah dilakukan, efisien waktu, tempat, dan dapat dilakukan secara mandiri.

(51)

37

(52)

38 C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan peneltian, yaitu:

1. Bagaimana desain wooden massage roller massage yang sesuai untuk mengatasi permasalahan nyeri punggung bawah ?

2. Apakah wooden massage roller tersebut dapat menurunkan nyeri pada penderita nyeri punggung bawah?

3. Apakah wooden massage roller tersebut dapat meningkatkan fleksibilitas lumbar pada penderita nyeri punggung bawah?

4. Apakah wooden massage roller tersebut efektif untuk menurunkan nyeri pada penderita nyeri punggung bawah?

5. Apakah wooden massage roller tersebut efektif untuk meningkatkan fleksibilitas lumbar pada penderita nyeri punggung bawah?

6. Seberapa efektif wooden massage roller tersebut untuk Menyembuhkan Nyeri Punggung Bawah non-spesifik?

(53)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2014: 297).

Penelitian dan pengembangan (research & development) merupakan penelitian berbasis model pengembangan. Dalam pelaksanaan Research and Development, ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Metode penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Hasil temuan dari penelitian tersebut digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang selanjutnya secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi dan disempurnakan.

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk berupa wooden massage untuk pemulihan nyeri punggung bawah. Penelitian dengan model pengembangan ini dipilih karena penelitian pengembangan yang dilakukan ini berorientasi pada produk alat untuk penderita nyeri punggung bawah.

(54)

40 B. Prosedur Pengembangan

Menurut Sugiyono (2010: 409-426) ada beberapa langkah dalam penelitian dan pengembangan yaitu: (1) pengumpulan hasil riset dan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi untuk menyusun produk utama, (6) uji coba lapangan utama, (7) revisi untuk menyusun produk operasional, (8) uji coba produk operasional, (9) revisi produk final, dan (10) diseminasi dan implementasi produk hasil pengembangan. Berdasarkan sepuluh langkah yang harus ditempuh, peneliti melakukan adaptasi menjadi delapan (8) langkah yakni: (1) Pengumpulan data atau informasi, (2) Menganalisis informasi yang terkumpul, (3) Perancangan pengembangan produk, (4) Validasi ahli dan revisi, (5) Uji coba skala kecil dan revisi, (6) Uji coba skala besar (7) Uji Coba Keefektifan, (8) Pembuatan produk akhir. penjelasan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data atau informasi

Penelitian pengembangan sendiri bermula dari munculnya sebuah potensi masalah yang membutuhkan pemecahan masalah. Yaitu ditemukannya kasus nyeri punggung bawah pada karyawan kantoran yang mayoritas pekerjaannya dilakukan dengan cara duduk. Dalam tahapan ini belum terpecahkan pengembangan alat massage untuk mengurangi nyeri punggung bawah yang mudah dilakukan, efisien waktu, tempat, dan dapat dilakukan secara mandiri.

2. Menganalisis informasi yang terkumpul

(55)

41

Analisis dilakukan berdasarkan data hasi studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hal ini dilakukan dalam rangja mengetahui kebenaran asumsi peneliti

3. Perancangan pengembangan produk

Desain produk menggunakan tipe adaptive design yaitu desain dari desain Stick Muscle Body Massage Roller. Peneliti juga mengumpulkan informasi lain dan melakukan analisis materi. Materi yang akan dianalisis adalah analisis kebutuhan penggunaan spesifik alat. Hasil analisis dapat dijadikan acuan dalam membuat produk.

Gambar 6. Stick Muscle Body Massage Roller

Adapun pengembangan dari produk sebelumnya yaitu, (1) Penggunaan alat lebih spesifik pada punggung bawah, konsekuensinya yaitu diameter roller akan semakin kecil mendekati tengah alat agar roller tidak menekan tulang punggung, (2) roller berbentuk silinder tumpul, (3) Alat terbuat dari kayu, sehingga biaya yang dibutuhkan jauh lebih terjangkau. Secara umum gambaran desain produk berbentuk silinder kayu berukuran compact yang memiliki

(56)

42

delapan roller yang setiap sisi memiliki empat roller yang berputar bebas mengikuti arah pijatan. Bentuk alat secara spesifik disesuaikan dengan anatomi punggung bawah.

Penggunaan alat wooden massage roller: (1) alat ditempelkan bagian belakang punggung dengan masing-masing ujung alat dipegang, (2) ditempel sesuai bentuk punggung, (3) ditekan sesuai kebutuhan, (4) digerakan ke atas dan bawah secara dinamis.

4. Validasi ahli dan revisi

Validasi ahli dalam penelitian ini bertugas menilai hasil produk yang dibuat apakah layak dan baik digunakan secara umum.

5. Uji coba skala kecil dan revisi

Uji coba skala kecil berfungsi sebagai pengujicobaan hasil produk. Kemudian setelah melalui proses penilaian hingga dikatakan baik dan layak digunakan maka akan diproduksi dan diterapkan ke lapangan. Setelah diobservasikan, masukan-masukan dari para ahli dimasukan untuk merevisi produk awal.

6. Uji coba skala besar

Uji skala besar dilakukan menggunakan pengembangan dan penyempurnaan alat yang telah direvisi sesuai masukan pengamat.

7. Uji coba keefektifan

Uji efektifitas berupa hasil penggunaan alat dan manfaat produk bagi penderita nyeri punggung bawah karyawan kantoran. Pengujian produk ini mengunakan

Referensi

Dokumen terkait

Yogyakarta Inveitasi Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi, Kategori Tanding Kelas B Putri 24 s/d 28 Juni 2013 Nasional Juara III 16 Teknik Eletronika Universitas Islam 45

Kajian jurnal yang pertama diambil dari jurnal yang ditulis oleh Odi Nurdiawan dan Noval Salim dari Program Studi Informatika di STMIK IKMI Cirebon pada tahun 2018 yang

Faktanya, monetisasi yang telah sampai ke tingkat rumahtangga petani, sebagai salah satu bias dari kekuatan ekonomi global tidak bisa kita pungkiri tentu akan membawa perubahan

Pada prinsipnya Land Evaluation Computer System (LECS) ini sama dengan cara manual, yaitu penetapan kelas dan subkelas kesesuaian lahan untuk berbagai jenis penggunaan atau

Merupakan tampilan awal aplikasi cluster setelah di running, yang menampilkan menu yang tersedia untuk melakukan proses cluster data dapat dilihat pada gambar 4.2

PENGEMBANGAN PIRANTI LUNAK BERBASIS FRAKTAL UNTUK EKSPLORASI RAGAM HIAS NUSANTARA SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN BANGUNAN KONTEMPORER 55 Institut Teknologi Bandung Rapid MERVIN

Negara dapat dikatakan dalam kondisi ketimpangan yang rendah dalam distribusi pendapatan jikalau 20% golongan dari penduduk termiskin mendapatkan pendapatan lebih

Ketika daya yang dihasilkan generator tidak mencapai/kurang dari daya yang dibutuhkan maka akan dilakukan pengulangan tahap mencari debit dan head pada lokasi lain,