• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK BERDASARKAN PERJANJIAN CARTER DALAM HAL TERJADINYA KERUGIAN YANG DITIMBULKAN OLEH DEVIASI YANG DILAKUKAN NAHKODA KAPAL DIKAITKAN DENGAN KUHD DAN THE HAGUE VISBY RULES 1968.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK BERDASARKAN PERJANJIAN CARTER DALAM HAL TERJADINYA KERUGIAN YANG DITIMBULKAN OLEH DEVIASI YANG DILAKUKAN NAHKODA KAPAL DIKAITKAN DENGAN KUHD DAN THE HAGUE VISBY RULES 1968."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

iv

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK BERDASARKAN PERJANJIAN CARTER DALAM HAL TERJADINYA KERUGIAN YANG DITIMBULKAN

OLEH DEVIASI YANG DILAKUKAN NAHKODA KAPAL DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG DAN THE

HAGUE VISBY RULES 1968

Rima Andrini H. 110110080191

ABSTRAK

Kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional yang kini semakin berkembang membuat pengangkutan barang melalui laut memegang peranan yang penting. Dalam penyelenggaraannya, pengangkutan barang melalui laut melibatkan banyak pihak. Dua pihak yang pasti ada dalam sebuah perjanjian carter kapal adalah pemilik kapal dan pencarter kapal. Perjanjian carter kapal memegang peranan penting dalam mengatur mengenai tanggung jawab kedua belah pihak pada keseluruhan proses pengangkutan. Termasuk pula kewajiban pihak-pihak yang terkait, seperti tindakan apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh nahkoda. Berkaitan dengan penulisan hukum yang dilakukan, ketika timbul permasalahan mengenai tindakan nahkoda yang melakukan deviasi dari jalur pelayaran yang semestinya, maka pemilik kapal dan pencarter kapal harus merujuk pada perjanjian carter yang digunakan untuk menentukan tanggung jawabnya masing-masing.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yang menitikberatkan pada data sekunder dan data kepustakaan sebagai sumber utama serta hukum positif yang berlaku, antara lain konsep-konsep pengangkutan laut, teori-teori tanggung jawab para pihak dalam perjanjian carter, serta Hague Visby Rules 1968 dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).

Pemilik kapal bertanggung jawab atas tindakan nahkoda yang melakukan deviasi dan kemudian menimbulkan kerugian apabila tindakan nahkoda dalam kasus tersebut sesuai dalam ruang lingkup pekerjaannya, deviasi tersebut bukan deviasi yang dikecualikan oleh Hague Visby Rules dan KUHD serta dilakukan bukan atas dasar keadaan memaksa. Secara garis besar, pencarter kapal tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban atas kerugian yang timbul dari deviasi dalam hal penggunaan perjanjian carter waktu dan perjalanan. Ini dikarenakan dalam kedua jenis perjanjian carter tersebut, nahkoda merupakan pegawai dari pemilik kapal.

(2)

v

RESPONSIBILITIES OF THE PARTIES UNDER CHARTERPARTY IN THE EVENT OF LOSS AND DAMAGE RESULTED FROM DEVIATION

CONDUCTED BY THE SHIP’S MASTER IN CONNECTION WITH INDONESIAN COMMERCIAL CODE AND THE HAGUE VISBY RULES

1968

Rima Andrini H. 110110080191

ABSTRACT

The carriage of goods by sea in both national and international scope nowadays is rapidly growing as a result of commercial business that is also developing. There are many parties involve in the process. In most of the charterparty, there are at least two parties involve, the first being the shipowner and the second being the charterer. The charterparty itself holds a significant part of the whole process, as it stipulates both parties’

responsibilities and the ship’s master duty within the agreement. In relation

with this final project, when there is a problem arising out of deviation by the master, then the shipowner and the charterer must refer to the charterparty at hand to determine each responsibilities and liabilities.

The approach method of this final project is normative juridical, which emphasize on the secondary data and literature study as its primary source and also the governing law and regulation. These data would be in the form of concepts in shipping law, responsibilities and liabilities of parties within charterparty theories, as well as Indonesian Commercial Code and the Hague Visby Rules 1968.

The shipowner is liable for the ship’s master deviation which caused

loss and damage when the ship’s master acted within its purview, the

deviation itself was not exempted by provision in Hague Visby Rules and Indonesian Commercial Code, and lastly it was not an action of force majeure. Generally where the parties used voyage or time charterparty, the charterer cannot be held liable for the loss and damage resulted from deviation by the ship’s master. This is mainly because the ship’s master is employed by the shipowner.

Keyword: deviation, loss and damage from deviation, deviation by the

Referensi

Dokumen terkait

Page 9 of 11 10.2 Penganjur, Kumpulan Nestlé Malaysia, para pengarah, pegawai, kakitangan, ejen, penaja dan/atau wakilnya tidak boleh dipertanggungjawabkan ke atas

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan

Pemetaan gerakan massa tanah pada wilayah kampus Universitas Flores menghasilkan empat tipe kerentanan gerakan massa, yaitu; zona kerentanan gerakan massa sangat rendah

Hasil analisis kapasitas bencana tanah longsor di Desa Harapan Jayamengacu pada hasil overlay peta administrasi dan data survei, dari data survei yang diperoleh,

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah seorang guru kimia di kelas XI MIA SMA Negeri 2 Pekanbaru diperoleh informasi bahwa prestasi

bagaimana pola aliran yang terjadi selama penelitian. Variasi debit air mula-mula akan divariasikan dengan nilai 3-6 liter/menit, kemudian diberi debit udara sebesar

Bahan-bahan yg dapat dipakai pada struktur ini adalah kayu, baja, beton atau lain- lain bahan yg tahan terhadap gaya tarik, tekan, punter, dan lentur.. Umtuk masa kini banyak

Kebijakan yang dapat dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan