i
PENGUJIAN KUALITAS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN USAHA FRANCHISE DENGAN ALGORITMA
ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun oleh :
Stefanus Denny Hariyanto 095314044
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
QUALITY TESTING OF THE DESIGN OF DECISION SUPPORT SYSTEM TO CHOOSE FRANCHISE USING ANALITYCAL HIERARCHY
PROCESS ALGORITHM
A THESIS
Created by :
Stefanus Denny Hariyanto 095314044
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP
Deus Providebit
“Tuhan Akan Menyelenggarakan”
Don’t fear failure..in great attempts it is glorious even to fail.
-Bruce lee-
Knowing is not enough, we must apply
Willing is not enough, we must do
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 Agustus 2015
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stefanus Denny Hariyanto
NIM : 095314044
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENGUJIAN KUALITAS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG
KEPUTUSAN PEMILIHAN USAHA FRANCHISE DENGAN ALGORITMA
ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 3 Agustus 2015 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur atau semi terstruktur. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kualitas perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pemilihan Franchise. Sistem pendukung keputusan yang dibangun diharapkan dapat membantu calon franchisee dalam pengambilan keputusan
Metode yang digunakan adalah Analitycal Hierarchy Process(AHP). AHP adalah alat untuk mendukung pengambilan keputusan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pengambilan keputusan yang kompleks. AHP menggunakan sebuah multilevel hirarki struktur yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Hubungan pengambilan data menggunakan sebuah perbandingan berpasangan. Perbandingan ini digunakan untuk mendapatkan skor dari kriteria dan alternatif.
ix ABSTRACT
Decision Support System (DSS) is a computer-based system intend to help decision making by employing certain models. DSS solves semi structured or unstructured problems. The purpose of this study was to test the quality of decision support system design for selection of franchise. Decision support system is expected to assist prospective franchisee in making decisions.
The model used is Analitycal Hierarchy Process(AHP). The AHP is a decision support tool which can be used to solve complex decision problems. It uses a multi-level hierarchical structure of objectives, criteria, subcriteria, and alternatives. The pertinent data are derived by using a set of pairwise comparisons. These comparisons are used to obtain the score of criteria and alterfative.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan kasih karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“PENGUJIAN KUALITAS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN USAHA FRANCHISE DENGAN ALGORITMA
ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”.
Dorongan serta nasihat dari berbagai pihak sangat membantu sampai tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua saya Hariyanto dan Linawati yang telah memberi dukungan moral
spiritual dan finansial dalam penyusunan skripsi.
2. Bapak Drs.Johanes Eka Priyatma Msc.,Ph.D selaku dosen pembimbing Skripsi. Terima kasih telah membimbing dan menyediakan waktu dalam memberikan pengarahan selama penulisan skripsi ini.
3. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa M.Sc, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi USD dan dosen penguji yang telah memberi banyak kritik dan saran. 4. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom.,M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberi
banyak kritik dan saran.
5. Ochie, Geti, Ambarwati yang telah memberikan dukungan motivasi, kritik dan saran.
xi
7. Seluruh teman-teman Teknik Informatika 2009 yang bersama-sama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.
8. Serta semua pihak yang telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa Teknik Informatika, serta dapat menambah wawasan.
xii DAFTAR ISI
SKRIPSI... i
A THESIS ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xvi
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 2
1.3 Batasan masalah ... 2
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
1.6 Sistematika Penulisan ... 3
BAB II ... 5
LANDASAN TEORI ... 5
2.1 Kualitas Informasi ... 5
2.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 6
2.2.1 Pengertian Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan... 6
2.2.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 6
2.2.3 Konsep Pengambilan Keputusan ... 6
2.2.3.1 Keputusan ... 6
xiii
2.2.4 Karakteristik Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 8
2.2.5 Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 11
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 12
2.3.1 Pengertian AHP ... 12
2.3.2 Kelebihan AHP ... 13
2.3.3 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 14
2.3.4 Langkah-Langkah Analitycal Hierarchy Process(AHP) ... 15
2.3.5 Kualitas Pemodelan AHP ... 18
2.4 Waralaba(Franchise) ... 19
2.4.1 Pengertian Franchise ... 19
2.4.2 Hukum Dan Undang-Undang Waralaba ... 19
2.4.3 Keuntungan Franchise ... 20
2.4.4 Kriteria Franchise(Waralaba) ... 21
2.5 Kualitas Basis Data ... 25
2.6 Kriteria Desain User Interface yang Baik ... 28
BAB III ... 29
METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1 Rumusan Masalah ... 29
3.2 Analisis Masalah dan Perancangan Sistem ... 30
3.3 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 31
3.4 Pengujian dan Analisis Perancangan Sistem ... 31
3.4.1 Analisis Basis Data ... 32
3.4.2 Analisis Segi Pemodelannya ... 32
3.4.3 Analisis User Interface ... 32
3.5 Penarikan Kesimpulan ... 32
BAB IV ... 33
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM ... 33
4.1 Perancangan Sistem ... 33
1. Diagram Aliran Data ... 33
xiv
4.2 Manajemen Dialog ... 47
4.3 Manajemen Model ... 54
4.3.1 Simulasi Metode AHP ... 54
4.4 Manajemen Data ... 61
4.4.1 Tahap-Tahap Perancangan Basis Data... 61
4.5 Manajemen Pengetahuan ... 66
BAB V ... 67
ANALISIS PERANCANGAN SISTEM ... 67
5.1 Pengujian Pemodelan Perancangan SPPK Pemilihan Franchise Metode AHP ... 67
5.1.1 Persyaratan Pemodelan AHP... 67
5.1.2 Konsistensi Metode AHP ... 70
5.2 Pengujian Basis Data Franchise Perancangan SPPK Pemilihan Franchise Metode AHP ... 88
5.3.1 Normalisasi... 88
5.3.2 Persyaratan Basis Data ... 90
5.3 Pengujian User-interface Perancangan SPPK Pemilihan Franchise Metode AHP ... 95
BAB VI ... 99
PENUTUP ... 99
6.1 Kesimpulan ... 99
6.2 Saran ... 100
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses pengambilan keputusan ... 8
Gambar 2.2 Karakteristik dan Kapabilitas SPPK ... 10
Gambar 2.3 Komponen sppk ... 12
Gambar 2.4 Diagram AHP ... 13
Gambar 4.1 Diagram Konteks ... 33
Gambar 4.2 Diagram Aliran Data Tingkat 1 ... 34
Gambar 4.3 Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 2 ... 35
Gambar 4. 4 Use case untuk Admin ... 37
Gambar 4.5 Use case Pengguna... 38
Gambar 4.6 Tampilan Home pengunjung ... 47
Gambar 4.7 Tampilan Franchise Gallery ... 48
Gambar 4.8 Tampilan Franchise Article ... 48
Gambar 4.9 Tampilan Decision Support AHP ... 49
Gambar 4.10 Tampilan Kriteria ... 49
Gambar 4.11 Hasil Perhitungan ... 50
Gambar 4.12 Tampilan Login Admin ... 50
Gambar 4.13 Tampilan input data Franchise ... 51
Gambar 4.14 Tampilan admin tambah, edit, hapus kategori ... 51
Gambar 4.15 Tampilan admin tambah, edit, hapus kriteria ... 52
Gambar 4.16 Tampilan data alternatif ... 52
Gambar 4.17 Tampilan Nilai Perbandingan Alternatif Bagian Atas ... 53
Gambar 4.18 Tampilan Nilai Perbandingan Alternatif Bagian Bawah ... 53
Gambar 4.19 Hierarki AHP ... 54
Gambar 4.20 ER Diagram ... 61
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat Kpentingan ... 14
Tabel 2.2 Daftar Indek ... 17
Tabel 4.1 Tabel Aktor Use case ... 36
Tabel 4. 2 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori ... 38
Tabel 4. 3 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori ... 39
Tabel 4. 4 Narasi Use case Tambah Pengguna ... 39
Tabel 4. 5 Narasi Use case edit data pengguna ... 40
Tabel 4. 6 Narasi Use case edit franchise... 41
Tabel 4. 7 Narasi Use case edit franchise... 41
Tabel 4. 8 Narasi Use case edit franchise... 42
Tabel 4. 9 Narasi Use case edit franchise... 42
Tabel 4. 10 Narasi Use case Tambah Pengguna ... 43
Tabel 4. 11Narasi Use case Edit Kategori... 44
Tabel 4. 12 Narasi Use case Hapus Kategori ... 44
Tabel 4. 13 Narasi Use case Tambah Kriteria ... 45
Tabel 4. 14 Narasi Use case Edit Kriteria ... 46
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Franchise (waralaba) merupakan usaha kemitraan atas perjanjian antar franchisor (penyedia jasa) dan franchisee (pembeli jasa). Hal itu bisa diartikan menduplikasi kesuksesan suatu usaha kepada pihak lain. Di usaha ini orang menjadi tidak perlu memulai dari nol. Sistem manajamen telah terbentuk, sehingga orang tinggal mengikuti sistem yang sudah ada dari pusat. Proses promosi telah dilakukan oleh pusat, merek dagang biasanya sudah dikenal masyarakat sehingga tidak perlu bersusah payah dalam promosi. Usaha franchise dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam berbisnis, serta dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Keuntungan-keuntungan dari usaha franchise tersebut sangat menarik orang-orang untuk membeli atau memiliki.
Franchise di Indonesia saat ini banyak dan sedang berkembang. Anang Sukandar, Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia, mengatakan bahwa dari 1.500 jumlah franchise lokal di Indonesia, hanya sekitar 75-80 usaha yang memenuhi syarat. Di usaha ini akan banyak ditemui bidang produk yang sama dengan merek yang berbeda. Selain bisnis franchise dikenal pula istilah Bussinis Opotunity (BO). BO merupakan cikal bakal franchise dikemudian hari. Masyarakat agak rancu dalam membedakan franchise dan BO, tidak sedikit usaha BO mengklaim usahanya sebagai franchise. Franchisee kesulitan dalam memilih franchise yang bagus karena terlalu banyaknya pilihan. Karena itu, dibutuhkan suatu sistem pendukung pengambilan keputusan(SPPK) untuk membantu franchisee dalam memilih perusahaan yang tepat.
2
ada di tangan pengambil keputusan dengan memasukkan beberapa kriteria. Sistem
hanya akan memberikan rekomendasi-rekomendasi berdasar perhitungan tertentu.
Penulis mengambil penelitian dengan judul Kualitas Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pemilihan Usaha Franchise Dengan Algoritma
Analytical Hierarchy Process (AHP). Penulis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pengambilan keputusan. Metode ini mengambil keputusan dengan menggunakan data kriteria yang sesuai dengan isian penguna. Metode AHP membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan. Karena itu, sistem yang akan dibuat ini diharapkan dapat membantu pengguna mengambil keputusan pemilihan franchise yang tepat sesuai
kriteria yang diinginkan.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka masalah yang akan dijawab adalah :
1. Bagaimana merancang sistem pendukung pengambilan keputusan pemilihan waralaba dengan menggunakan metode AHP?
2. Bagaimana kualitas rancangan SPPK pemilihan waralaba dengan metode AHP?
1.3 Batasan masalah
Berdasarkan pada pokok permasalan di atas, maka ruang lingkup atau batasan masalah skripsi ini adalah:
1. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah AHP.
3
3. Output dari sistem ini adalah urutan prioritas berdasar bobot atas kriteria yang lebih besar atau banyak. Outputnya berupa perusahaan franchise sesuai dengan yang terdapat dalam sistem.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merancang dan menguji kualitas suatu sistem yang dapat membantu pihak pembeli waralaba (franchisee) dalam menentukan produk franchise mana yang tepat dan layak untuk diambil dengan metode AHP, sesuai isian bobot atas kriteria.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah membantu pihak pembeli waralaba (franchisee) dalam mengambil keputusan untuk menentukan produk waralaba yang layak untuk dibeli, dengan pertimbangan melihat nilai prioritas dari masing-masing produk tersebut.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
4
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi tentang dasar teori yang akan digunakan untuk pembahasan dalam penulisan laporan tugas akhir ini yang meliputi Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan dan metode AHP.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang akan dilakukan selama penelitian, terdiri dari : Analisis Masalah, Pengembangan Sistem, Evaluasi.
BAB IV Perancangan Sistem
Bab ini berisi tentang cara penerapan konsep dasar yang telah diuraikan pada bab sebelumnya untuk menganalisa dan merancang aplikasi. BAB V Analisis Hasil Uji Kualifikasi
Bab ini berisi tentang menganalisis kualitas perancangan yang sudah dibuat pada sebelumnya.
BAB VI Penutup
5 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian tentang dasar teori-teori yang didapat dalam referensi dan digunakan
untuk mengerjakan sistem.
2.1 Kualitas Informasi
Pengambilan keputusan haruslah berdasarkan informasi yang memiliki kualitas tertentu. Suatu informasi dikatakan berkualitas bila memenuhi kriteria seperti berikut[1]:
1. Relevan.
Informasi yang disajikan terkait dengan keputusan yang akan diambil oleh pengguna informasi tersebut.
2. Akurat
Informasi memiliki kecocokan dengan kejadian-kejadian atau objek-objek yang diwakili.
3. Lengkap
Seberapa jauh informasi menyertakan kejadian atau objek-objek yang berhubungan.
4. Tepat waktu
Informasi yang tidak tepat waktu akan menjadi informasi yang tidak berguna atau tidak dapat digunakan untuk membantu mengambil keputusan.
5. Dapat dipahami
Hal tersebut terkait dengan bahasa dan cara menyajian informasi agar pengguna lebih mudah mengambil keputusan.
6. Dapat dibandingkan
6
2.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
2.2.1 Pengertian Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
Decision Support System atau SPPK (Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan) seperti judul yang diambil untuk skripsi ini merupakan sistem berbasis komputer yang membantu dalam proses pengambilan keputusan. Definisi SPPK secara umum adalah sistem yang berkemampuan untuk mendukung mengambil keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah semi terstuktur[1]. Menurut Raymond McLeod, Jr mendefinisikan sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya[6].
2.2.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
Keputusan sering kali harus dilakukan dalam keadaan mendesak di bawah tekanan dan beberapa keputusan mungkin saling berhubungan. Sehingga hal ini menyebabkan kebutuhan akan komputer pendukung untuk mengambil keputusan yang dikenal sebagai sistem pendukung keputusan. Turban & Aronson, mendefinisikan sistem penunjang keputusan (Decision Support Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta tidak menggantikan posisi dan peran manajer[5].
2.2.3 Konsep Pengambilan Keputusan
2.2.3.1Keputusan
Terdapat definisi-definisi keputusan oleh para ahli. Menurut James A.F.
Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini
mengandung tiga pengertian[3], yaitu: ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan,
7
ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Terdapat
pengertian keputusan lain yang dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa
keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah
dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif[3].
Dari pengertian para ahli tersebut penulis dapat mengatakan bahwa keputusan
adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah dengan
menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif berdasar pertimbangan yang matang untuk
memilih yang terbaik demi mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai.
2.2.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir untuk dilaksanakan[1]. Bisa juga dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final[2].
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur diantara beberapa alternatif untuk pemecahan suatu masalah. Manajemen sebuah perusahaan mengambil keputusan sangat penting dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh orang yang telah diberikan tanggung jawab seperti manajer, CEO(Chief Exsekutif Officer) atau pemiliknya langsung[4]. Keputusan yang diambil merupakan hasil pemikiran dari pengetahuan, pengalaman dari pembuat keputusan.
8
Kemudian, tahap ketiga adalah choice. Tahap ini berisi pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Serta tahap yang terakhir adalah implementasi. Tahap ini merupakan Implementasi keputusan dengan disertai pengawasan dan koreksi yang diperlukan.
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan[4]
2.2.4 Karakteristik Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
Karakteristik dan kapabilitas SPPK adalah sebagai berikut[1] :
1. SPPK menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan informasi terkomputerisasi.
9
3. Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi group. berbagai masalah organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam group. Untuk masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya membutuhkan keterlibatan beberapa individu dari departemen dan level organisasi yang berbeda.
4. SPPK menyediakan dukungan ke berbagai keputusan yang berurutan atau saling berkaitan.
5. SPPK mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence, design, choice dan implementation.
6. SPPK mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda; ada kesesuaian diantara SPPK dan atribut pengambil keputusan individu.
7. SPPK selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi untuk membuat SPPK selalu bisa menangani perubahan ini. SPPK adalah fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur kembali elemen-elemen dasar (menyediakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan). Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat.
8. Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilatas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin interaktif dengan satu bahasa alami dapat sangat meningkatkan keefektifitasan SPPK.
9. SPPK mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan (akurasi, jangka waktu, kualitas), lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh (biaya membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer).
10
rekomendasi komputer sembarang waktu dalam proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak.
11.SPPK mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem, yang mengarah pada pembelajaran tambahan, dan begitu selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan SPPK secara berkelanjutan.
12.User/pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Systems (IS).
13.SPPK biasanya mendayagunakan berbagai model (standar atau sesuai keinginan user) dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan pemodelan ini menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada berbagai konfigurasi yang berbeda. berbagai percobaan tersebut lebih lanjut akan memberikan pandangan dan pembelajaran baru. 14.SPPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen knowledge
yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik.
11
SPPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen pengetahuan yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik.
2.2.5 Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut[4]:
1. Data Management (Subsistem Manajemen Data)
Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS).
2. Model Management (Subsistem Manajemen Model)
Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan.
3. User interface (Subsistem Antarmuka Pengguna)
Pengguna dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Subsistem ini tempat komunikasi antara pengguna dan sistem pendukung keputusan serta tempat pengguna memberikan perintah kepada sistem pendukung keputusan. 4. Knowledge Management (Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan)
12
Gambar 2.3 Komponen SPPK[5]
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.3.1 Pengertian AHP
13
Gambar 2.4 Diagram AHP
2.3.2 Kelebihan AHP
AHP memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah[1] :
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
14 6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
2.3.3 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu[1] :
1. Membuat hirarki
Sistem yang kompleks bisa lebih mudah dipahami dengan memecah masalah menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hirarki, dan menggabungkannya.
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pedapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan table analisis seperti table berikut
Tabel 2.1 Tingkat Kepentingan[1] Tingkat
Kepentingan
Definisi
1 Kedua elemen sangat penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain
5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang
lainnya
15
Tabel 2.1 (Lanjutan) Tingkat Kepentingan[1]
Tingkat Kepentingan Definisi
9 Elemen yang satu mutlak lebih
penting dibanding elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian
berurutan
Kebalikan Jika aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i
3. Synthesis of priority (menemukan prioritas)
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwase Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif criteria yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian hitungan matematika.
4. Logical consistency (konsistensi logis)
Konsistesi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.3.4
Langkah-Langkah Analitycal Hierarchy Process(AHP)Langkah dalam metode AHP meliputi[1] :
16
adalah dengan menetepkan tujuan yang merupakan sasaran system secara keseluruhan pada level teratas.
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mereprentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas.
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai- nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
4. Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena tidak ingin membuat keputusan berdasar pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Dalam tahap ini dilakukan :
a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan proiritas relatif elemen kedua, dan seterusnya,
b. Jumlahkan setiap baris
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas elemen relatif yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks.
5. Hitung consistency index(CI) dengan rumus:
17 Di mana n = banyaknya elemen
6. Hitung rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus :
CR= CI / IR (2.2)
Di mana CR= Consisstency Ratio CI = Consistency Index
IR= Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki.
Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka, hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) bisa dilihat tabel di bawah:
Tabel 2.2 Daftar Indek Ukuran Matriks Nilai IR
1, 2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
11 1.51
12 1.48
13 1.56
14 1.57
18
2.3.5
Kualitas Pemodelan AHP
Ada 4 aksioma dalam pemakaian AHP dan pelanggaran dari setiap aksioma akan berakibat tidak validnya metode yang dipakai[7]. Bila tidak memenuhi dan tidak valid maka sistem menjadi tidak berkualitas. Empat aksioma tersebut adalah Reciprocal Comparison, Homogeneity, independence, expectations[7].
1. Reciprocal Comparison
Artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x. 2. Homogeneity
Artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.
3. Independence
Artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya.
4. Expectations
19
2.4 Waralaba(Franchise)
2.4.1 Pengertian Franchise
Definisi franchise dikemukakan oleh United Nations Centre on Transnational Corporation (UNCTC), sebagai berikut [7]: ”Franchise adalah persetujuan lisensi dari suatu hubungan yang berkesinambungan, yang mana franchisor menyediakan hak-hak khususnya yang di dalamnya termasuk penggunaan merek atau nama ditambah dengan pelayanan asisten teknik, pelatihan, peralatan dan manajemen serta penyediaan tempat”. Menurut Henry Waralaba (franchise) memiliki arti menduplikasi kesuksesan suatu usaha kepada pihak lain[11]. Dari definisi-definisi yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa waralaba adalah perjanjian yang dilakukan antara franchisor pihak pemilik usaha dan franchisee pihak yang mendapat hak usaha, sehingga franchisee dapat menduplikasi atau meniru kesuksesan dari franchisor.
2.4.2 Hukum Dan Undang-Undang Waralaba
Waralaba juga telah diatur dan tercantum didalam undang-undang sehingga tetap terdapat hukum yang mengatur. Berikut beberapa bunyi[8]:
1. Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.259/MPP/KEP/7/1977 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa : Pemberi waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang memberikan haknya kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pemberi waralaba, sedangkan penerima waralaba adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba “.
20
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan penjualan barang dan/atau jasa “.
Waralaba ini tidak lepas dari hak atas suatu merek yang dimiliki oleh franchisor. Hak atas suatu merek ini juga sudah diatur dalam undang-undangRI No.15 2001 tentang merek Pasal 3 menyebutkan bahwa: Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Dengan kata lain franchisor memiliki hak atas merek sebagai pemilik merek, sehingga dapat menggunakan sendiri merek tersebut dan memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan. Franchisee dapat menggunakan merek dari franchisor dengan membayarkan royalti.
2.4.3 Keuntungan Franchise
Membeli franchise tentu mempunyai keuntungan-keutungan. Ada beberapa keuntungan membeli franchise yaitu[11] :
1. Membeli franchise berarti pula menjadi seorang pemilik bisnis, bukan sekedar bekerja dalam bisnis franchise yang dibeli, tetapi lebih pada pemiliknya, sedangkan yang kerja adalah karyawan.
2. Gerbang masuk paling mudah untuk memulai suatu bisnis dibidang yang disukai.
3. Bisnis franchise telah memiliki merek dagang yang dikenal luas sehingga mempermudah konsumen untuk mengenal produk atau jasa yang ditawarkan dilokasi manapun.
21
5. Dapat menawarkan konsumen suatu kualitas dan konsistensi produk atau layanan sesuai standar yang ditetapkan franchisor.
6. Mendapat bantuan start-up atau persiapan pembukaan outlet yang umumnya meliputi pemilihan lokasi, desain, dan renovasi tempat, training karyawan, pengadaan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, serta program opening gerai.
7. Pasca pembukaan mendapat bantuan dukungan yang berkesinambungan, baik dalam hal training, promosi nasional, bantuan operasional, dan bantuan manajemen lain yang diperlukan.
2.4.4 Kriteria Franchise(Waralaba)
Kriteria Franchise sudah diatur dalam undang. Menurut undang-undang pasal 2 ayat 1 waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut[9] :
1. Memiliki ciri khas usaha;
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan;
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/ atau jasa yang ditawarkan secara tertulis;
4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan;
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan 6. Hak kekayaan Intelektual(HKI) yang telah terdaftar.
Kriteria tersebut merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi oleh perseorangan atau badan usaha agar dapat menggunakan istilah atau nama Franchise. Namun kriteria tersebut dapat ditambah untuk mendapatkan usaha waralaba yang presentasi keberhasilannya lebih tinggi.
Menurut Ari Kurnia dalam memilih franchise dapat dengan membandingkan kelebihan masing-masing dari segi-segi berikut[12]:
1. Keunikan
22
dibandingkan produk yang lain dan masih bisa diterima oleh selera konsumen.
2. Diferensiasi produk
Untuk mengurangi bosan pada produk franchise, perlu adanya diferensiasi produk. Sehingga banyak pilihan rasa dan ukuran.
3. Keunggulan produk
Setiap produk pasti memiliki keunggulan. Misalnya, hanya memakai sayuran organik dan saos tomat asli. Memang, akan berimbas pada harga jual produk yang lebih tinggi. Namun, segmen konsumen seperti ini pasti ada.
4. Franchise Fee
Franchise fee adalah besarnya biaya yang dibayarkan kepada franchisor untuk memperoleh hak franchise. Sesuaikan besarnya franchise fee dengan budget yang disiapkan.
5. Royalty Fee
Royalty fee tidak selalu diberlakukan pada bisnis franchise. Ini bergantung dengan kebijakan franchisor. Ada beberapa franchisor yang cukup mendapatkan keuntungan dari menjual bahan-bahan baku, namun ada juga yang memberlakukan royalty fee.
6. Promotion Fee
Pada umumnya bisnis franchise skitar Rp 5.000.000,00 sampai 10.000.000,00 tidak memberlakukan atau mensyaratkan adanya promotion fee. Ini untuk menarik franchisee agar tidak merasa berat karena harus membayar segala biaya. Meskipun sebenarnya promotion fee akan memberikan keuntungan bersama.
7. Gerai
23 8. Pelatihan
Pelatihan yang tersetruktur dan komunikatif maka akan memberi hasil yang maksimal. Peserta pelatihan akan memahami cara produksi, menjalankan standar yang berlaku, dan tahu tata cara kerja dalam franchise. Sehingga, akan ada persamaan dalam menjalankan bisnis franchise seperti dalam hal rasa yang diperoleh, pelayanan dan strategi dapat dilakukan seragam. 9. Pendampingan
Pendampingan melekat selama beberapa bulan pertama, pendampingan berkala, atau kombinasi keduanya. Dalam hal ini, franchisor memantau setiap kegiatan franchisee. Pendampingan tersebut dilakukan guna memantau perkembangan dari franchisee. Hambatan apa yang dialami dan akan didiskusikan solusi yang terbaik.
10.Kepribadian franchisor
Pribadi yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya adalah pribadi franchisor idaman. Tidak berorientasi uang semata dan lebih mengedepankan perkembangan bersama.
11.Keuntungan
Syarat lain dalam memilih franchise adalah melihat seberapa besar keuntungan dari franchise tersebut. Keuntungan tersebut dapat diketahui dengan melihat laporan keuangan. Pelajari grafik penjualannya, naik terusm naik turun atau malah datar-datar saja. Bisnis yang wajar adalah bisnis yang mengalami naik turun namun masih dalam tahap wajar. Jika dicantumkan selalu naik dengan angka yang fantastis tanpa didukung keterangan yang relevan(misalnya jumlah gerai sedikit, yang tidak memungkinkan untuk memberi keuntungan sebesar itu) maka perlu waspada.
12.Break Even Point (BEP)
24 13.Peralatan yang diperoleh
Peralatan memegang peranan penting karena produksi tergantung dengan peralatan tersebut. Pastikan peralatan lengkap sehingga menghasilkan produksi yang maksimal dari kuantitas dan rasanya.
14.Jaminan ketersediaan bahan baku
Seorang franchisee akan terikat dalam jangka waktu lama dengan franchisornya. Dimana mayoritas bahan baku yang diperlukan di supplay oleh franchisor.
Terdapat banyak kriteria yang penulis dapat dari buku-buku. Dari berbagai kriteria tersebut penulis mengambil 6 kriteria yang akan digunakan dalam sistem yaitu :
1. Modal awal dan fee,
Modal awal dan fee penulis jadikan satu karena kedua hal ini sangat berkaitan. Fee adalah biaya yang dikenakan selain untuk modal. Misalnya royalty fee, promosi fee.
2. Ciri khas usaha,
Kriteria yang kedua adalah ciri khas usaha. Usaha franchise harus memiliki ciri khas pembeda dengan usaha yang lain.
3. BEP/ROI,
BEP/ROI akan memberikan gambaran keuntungan yang akan didapat frachisee. Sehingga penting untuk memperhatikan BEP dan ROI. BEP adalah dimana keadaan impas, tidak untuk tidak rugi. Roi(Return of Investment) adalah dimana posisi balik modal. Ini akan memberitahukan kapan franchisee balik modal.
4. Bantuan yang diberikan,
25 5. Lama berdiri dan jumlah gerai,
Kriteria ke-lima ini terdapat lama berdiri dan jumlah gerai. Kedua kriteria tersebut dijadikan satu karena keduanya sangat berkaitan penting. Minimal lama berdiri untuk sebuah franchise adalah 3 tahun dan franchise tersebut sudah membuka lebih dari 3 gerai atau cabang. Hal ini akan membuktikan franchise tersebut telah teruji.
6. Reputasi terhadap kualitas produk / jasa.
Bagaimana reputasi franchise tersebut di masyarakat. Reputasi sangat penting bagi usaha franchise.
Penulis mengambil 6 kriteria tersebut yang akan digunakan untuk membandingkan franchise. Franchise yang masuk dalam sistem diasumsikan sudah memenuhi syarat untuk menjadi franchise sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
2.5 Kualitas Basis Data
Dalam perancangan dan penyusunan basis data dikenal adanya beberapa batasan aturan yang harus ditaati. Batasan aturan tersebut berhubungan dengan 5 aspek penting dalam basis data, yaitu[14]:
1. Kerangkapan data(data redundancy)
Kerangkapan data adalah munculnya data-data yang sama secara berulang kali pada file basis data yang tidak diperlukan. Sebagian besar hal ini terjadi diakibatkan oleh orientasi pengembangan sistem yang lebih berorientasi pada program aplikasi(program oriented) dan bukan berorientasi pada basis data(data oriented). Kerangkapan data akan menyebabkan pemborosan media penyimpanan basis data, biaya semakin besar, tidak efisien dalam mengolah data, risiko munculnya inkonsistensi data. Kerangkapan data bisa terjadi pada dua kemungkinan yaitu:
a. Kerangkapan data dalam satu file.
26
dengan cara memecah file tersebut menjadi file baru yang mempunyai struktur lebih sederhana. Banyaknya file baru yang terbentuk tergantung dari banyaknya kerangkapan data.
b. Kerangkapan data dalam beberapa file.
Kerangkapan data dalam beberapa file terjadi jika muncul nama-nama yang sama dalam beberapa file. Hal ini dapat diatasi dengan cara menghapus kolom yang rangkap.
2. Inkonsistensi data(data inconsistency)
Inkonsistensi data atau data tidak konsisten adalah munculnya data yang tidak konsisten pada medan/kolom yang sama dalam 1 atau beberapa file data yang dihubungkan/direlasikan. Hal ini diakibatkan proses pemasukan data yang tidak benar, proses pembaruan data yang tidak benar, pengendalian sistem yang tidak baik. Inkonsistensi data akan mengakibatkan kesalahan informasi pada hasil pengolahan data. Maka dari itu inkonsistensi data harus dimulai sejak perancangan struktur file dalam basisdata yaitu dengan cara merancang struktur file yang terbebas dari kerangkapan data.
3. Data terisolasi(data isolation)
Data terisolasi disebabkan oleh pemakaian beberapa file basis data dimana aplikasi tidak dapat mengakses data-data dari file tertentu. Data terisolasi harus dihindari karena akan mengakibatkan tidak lengkapnya informasi. Hal ini terjadi akibat tidak adanya kemungkinan untuk menghubungkan antar data dalam file, tidak adanya standarisasi(berkaitan dengan domain/format data meliputi tipe dan ukuran data.
4. Keamanan data(data security)
27
a. Recovery, adalah suatu proses menggunakan kembali basis data dari media penyimpanan cadangan untuk mengembalikan data pada kondisi yang benar karena kerusakan.
b. Integrity, berkaitan dengan unjuk kerja sistem untuk dapat menjaga data-data dalam basis data agar selalu berada dalam kondisi benar(tipe dan ukuran data), up to date(sesuai kondisi actual, konsisten, dan selalu tersedia.
c. Concurency, berkaitan dengan mekanisme pengendalian basis data saat digunakan oleh beberapa pemakai secara bersamaan agar terhindar dari kesalahan akibat beberapa transaksi berbeda dilakukan bersamaan. d. Privacy, yaitu dimaksudkan sebagai pembatasan kewenangan akses data
dalam basis data untuk mencegah dan melindungi basis data dari penggunaan oleh pengguna yang tidak berwenang dan pengubahan tidak dikehendaki.
e. Security, adalah suatu mekanisme sistem untuk mencegah dan melindungi basis data kehilangan akibat kerusakan pada fisik media penyimpanan.
5. Integritas data(data integrity)
Integritas data berhubungan dengan kinerja sistem agar dapat melakukan kendali pada semua bagian sistem. Suatu saran untuk meyakinkan data-data dalam basis data agar selalu berada dalam kondisi benar(tipe dan ukuran data), up to date(sesuai kondisi aktual), konsisten, dan selalu tersedia[14]. Salah satu cara untuk menjaga integritas adalah meyakinkan bahwa nilai-nilai data adalah benar sejak pertama kali masuk.
28 2.6 Kriteria Desain User Interface yang Baik
Pengguna sistem biasanya menilai suatu sistem melalui interface (antarmuka) lebih dahulu daripada kemampuan sistem. Maka, pembuatan desain user-interface yang baik sangat penting. Dalam membuat desain user interface terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu[17]:
1. User Familiarity : interface (antarmuka) harus menggunakan terminologi dan konsep yang menarik dari pengalaman orang yang paling banyak menggunakan sistem.
2. Consistency : interface (antarmuka) harus konsisten dalam hal itu, sedapat mungkin operasi yang sebanding harus diaktifkan dengan cara yang sama.
3. Minimal surprise : pengguna seharusnya tidak pernak terkerjut oleh sistem berperilaku.
4. Recoverability : interface (antarmuka) harus termasuk mekanisme untuk mengijinkan pengguna untuk recover dari errors. Ini termasuk undo facility, konfirmasi atas perilaku merusak.
5. User guidance : interface (antarmuka) harus menyediakan feedback yang berarti ketika terjadi error dan menyediakan fasilitas bantuan context-sensitive user. Beberapa contoh user guidance seperti help systems, on-line manual, dll.
6. User diversity : interface (antarmuka) harus menyediakan fasilitas interaksi yang tepat untuk berbagai jenis pengguna sistem.
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang cara pengambilan data untuk penelitian. Cara pengambilan data tersebut dapat dilakukan berbagai langkah seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.
3.1 Rumusan Masalah
Masalah yang akan diselesaikan adalah bagaimana merancang sistem pendukung pengambilan keputusan pemilihan franchise dengan menggunakan metode AHP. Rumusan masalah tersebut akan diselesaikan dengan cara membuat perancangannya sesuai komponen SPPK. Perancangan akan dibuat sesuai dengan komponen yang diperlukan untuk membuat SPPK. Komponen manajemen data mengatur basis data yang diperlukan sistem. Maka, dalam rancangan akan dibuat tabel-tabel yang diperlukan, hubungan dari antar tabel-tabel dan query yang diperlukan. Komponen kedua manajemen model. Dalam tahap ini akan dilakukan simulasi perhitungan AHP. Hal lain yang akan dibuat adalah rancangan user-interface (antarmuka pengguna). User interface akan dirancang lebih user friendly agar pengguna mudah dalam menggunakan sistem. Komponen terakhir yang diperlukan adalah knowledge management (manajemen pengetahuan). Komponen ini merupakan komponen yang bersifat optional yaitu dapat untuk mendukung subsystems yang lain atau sebagai komponen sendiri. Dalam penelitian ini tidak menggunakan manajemen pengetahuan.
30
Untuk menyelesaikan masalah di atas, penulis akan melakukan beberapa langkah penelitian. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Analisis dan Perancangan Sistem
Tahapan ini bertujuan untuk menganalisa masalah dan merancang sistem pendukung pengambilan keputusan pemilihan franchise dengan menggunakan metode AHP.
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan sistem.
3. Pengujian dan Analisis Sistem
Tahapan ini bertujuan untuk menguji kualitas perancangan sistem yang di buat.
4. Penarikan Kesimpulan
Tahapan ini bertujuan untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Langkah-langkah tersebut kemudian akan dijelaskan lebih lanjut melalui uraian berikut :
3.2 Analisis Masalah dan Perancangan Sistem
31
mendirikan sebuah usaha franchise. Kegiatan wawancara ditujukan kepada Hendry E Ramdhan, pengamat dan praktisi franchise sejak 2005 dan juga penulis buku “Jitu membeli Franchise”. Hasil dari wawancara tersebut akan digunakan sebagai input dalam tahap analisis. Setelah analisis dilakukan maka hasil analisis masalah akan berupa perkiraan syarat-syarat usaha franchise dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Syarat-syarat pemilihan franchise, meliputi 6 kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut menjadi dasar perhitungan AHP.
Selain itu, tahapan ini bertujuan untuk mencari informasi-informasi yang didapat dari berbagai sumber untuk merancang SPPK pemilihan franchise menggunakan metode AHP. Proses yang akan dilakukan ditahap ini meliputi perancangan sistem dengan membuat use case, diagram aliran data dan Entity-Relationship (ER). Perancangan dibuat sesuai dengan komponen sppk. Kemudian, mencari dan menganalisa informasi–informasi mengenai kriteria atau syarat–syarat yang harus dipenuhi sebagai sebuah perancangan sistem berkualitas. Kriteria tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi perancangan sistem. Hasil dari tahapan ini adalah rancangan sistem yang akan digunakan untuk membuat SPPK pemilihan franchise menggunakan metode AHP.
3.3 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Data yang digunakan adalah data-data franchise. Data tersebut meliputi identitas perusahaan waralaba, modal atau investasi yang diperlukan untuk memiliki franchise tersebut, sejarah dan lama berdiri perusahaan dalam membuka cabang. Selain itu juga data keuangan perusahaan untuk melihat perkiraan keuntungan yang akan di dapat.
3.4 Pengujian dan Analisis Perancangan Sistem
32
perancangan SPPK pemilihan franchise. Dalam tahap ini pengujian akan dilakukan dengan mengevaluasi perancangan sistem dari berbagai segi yaitu analisis dari segi kualitas informasi, analisis dari segi basis data, analisis dari segi pemodelannya, analisis dari segi user interface dan terakhir penarikan kesimpulan. Mensimulasi perhitungan AHP secara manual dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel. Simulasi menggunakan data asli franchise.
3.4.1 Analisis Basis Data
Basis data dalam sistem akan di analisa apakah sudah memenuhi kriteria basis data yang baik yaitu kelengkapan basis data, integritas, normalisasi.
3.4.2 Analisis Segi Pemodelannya
Pemodelan yang digunakan untuk sistem apakah sudah sesuai dengan syarat suatu model yang baik.
3.4.3 Analisis User Interface
Rancangan User interface apakah sudah memudahkan pemakaian oleh pengguna awam. Rancangan akan dibuat secara sederhana, tidak terlalu matematis yang dapat membuat pengguna bingung.
3.5 Penarikan Kesimpulan
33 BAB IV
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini berisi uraian tentang perancangan dan implementasi sistem. Langkah-langkah perancangan sistem akan dijelaskan lebih detail dalam bab ini.
4.1 Perancangan Sistem
Pada tahap ini akan dijelaskan hasil perancangan sistem yang terdiri dari DAD (diagram aliran data), use case.
1. Diagram Aliran Data
Diagram aliran data ini menjelaskan keseluruhan rancangan aliran data dalam sistem ini. Diagram aliran data (DAD) pada sistem ini terdiri dari diagram konteks, diagram aliran data tingkat 1, diagram aliran data tingkat 2. Berikut ini penjelasan lebih detailnya :
a. Diagram Konteks
Diagram konteks berikut menggambarkan data yang masuk dan data yang keluar dari sistem ini.
Pengunjung
Modal awal & frenchise fee Info Franchise
Ciri khas usaha Bantuan yg diberikan
Legalitas
Bukti usaha menguntungkan Lama berdiri dan junlah gerai profil perusahaan franchise
Lamaran thd franchise
34 b. Diagram Aliran Data Tingkat 1
Diagram aliran data tingkat 1 merupakan pemecahan proses-proses dari diagram konteks. Berikut ini adalah diagram aliran data tingkat 1 SPPK pemilihan franchise : Data lamaran terhadap franchisor dari sistem di level ini tidak ditulis kembali karena franchisor dapat memutuskan untuk menerima atau tidak.
Franchisor Pengunjung
1. Perekaman Data
1.
Perekaman Data Perhitungan AHP2.
2. Perhitungan AHP
profil pershn franchise
Ciri khas usaha
Bantuan yg diberikan Legalitas
Bukti usaha menguntungkan
Modal awal & frenchise fee Info franchise Hasil rekomendasi Skor kriteria
Lama berdiri dan junlah gerai
Kriteria-kriteria
Skor franchise Lamaran thd franchise
Franchise
Kriteria
Kategori
Penilaian
Pengguna
35
c. Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 1
Diagram aliran data tingkat 2 proses 1 merupakan pemecahan proses-proses dari diagram aliran data tingkat 1 proses-proses 1. Diagram aliran data tingkat 1 proses 1 sudah jelas sehingga tidak dipecah.
d. Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 2
Diagram aliran data tingkat 2 proses 2 merupakan pemecahan proses-proses dari diagram aliran data tingkat 1 proses-proses 2. Berikut ini adalah diagram aliran data tingkat 1 SPPK pemilihan franchise.
Pengguna
2.1
Menormalisasikan bobot kriteria franchise
2.1
Menormalisasikan bobot kriteria franchise
2.2
Perhitungan Nilai franchise
2.2
Perhitungan Nilai franchise
Bobot kriteria
Hasil rekomendasi Informasi franchise
Bobot kriteria ternormalisasi Kriteria-kriteria
Bobot franchise
Franchise
Kriteria
Kategori
Penilaian
Pengguna
Gambar 4.3 Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 2
2. Diagram Use case
36
use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem yang akan dibuat. Diagram use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Yang ditekankan pada diagram ini adalah “apa” yang diperbuat sistem.
a. Aktor-Aktor Use case
Aktor-aktor merupakan orang yang menggunakan sistem. Aktor-aktor Use case menjelaskan tentang tugas dan fungsi yang dilakukan oleh setiap aktor. Melalui tabel berikut akan dijelaskan mengenai keterangan apa saja yang akan dilakukan aktor, seperti pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Tabel Aktor Use case
Nama Aktor Keterangan
Administrator (Admin) Pengguna sebagai admin yang menjalankan sistem dan mempunyai akses dalam pembaharuan data maupun menghapus data.
Pengguna (Pengunjung) Pengguna (pengunjung) website yang akan menggunakan SPPK pemilihan usaha franchise atau hanya melihat informasi saja.
b. Diagram Use case
Diagram Use case menggambarkan proses-proses mengenai tugas atau hak akses dari aktor tersebut. Aktor dalam sistem pendukung pengambilan keputusan ini ada dua yaitu, pengunjung dan administrator.
1. Administrator(admin)
37
menghapus data dalam sistem. Peran admin lebih rinci bisa dilihat melalui gambar berikut ini.
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Menentukan Usaha Franchise
Admin
Pembobotan franchise
Tambah kriteria
Ubah Kriteria
Hapus kriteria
Tambah kategori
Ubah kategori
Hapus kategori
Tambah franchise
Ubah franchise
Hapus franchise Login
Gambar 4. 4 Use case Untuk Admin
2. Pengunjung(Pengguna)
38
yang telah disediakan dalam sistem. Lebih rinci hak akses yang dimiliki pengguna dapat dilihat melalui gambar berikut.
Pengguna
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Menentukan Usaha Franchise
Melihat franchise
Mencari franchise
Memilih franchise
Memasukan skor kriteria
Melihat hasil Menjadi anggota (member)
Gambar 4.5 Use case Pengguna c. Narasi Use case
1. Melihat Franchise
Aktor : pengguna
Kondisi Awal : membuka halaman web
Kondisi Akhir : muncul berbagai macam franchise
Tabel 4. 2 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori
Aksi Reaksi
1. pengguna mengklik kategori franchise yang tersedia
39 2. Mencari Franchise
Aktor : pengguna
Kondisi Awal : membuka halaman web
Kondisi Akhir : muncul berbagai macam franchise
Tabel 4. 3 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori
3. Tambah Pengguna
Aktor : pengguna
Kondisi Awal : pendaftaran member
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada pengguna bahwa data pengguna yang ditambah berhasil ditambahkan ke database
Tabel 4. 4 Narasi Use case Tambah Pengguna
Aksi Reaksi
1. pengguna mengetikkan kata kunci dan klik “search”
2. Sistem menampilkan franchise sesuai dengan kata kunci yang di input pengguna
Aksi Reaksi
1. pengguna mengklik pendaftaran
40
Tabel 4. 4(lanjutan) Narasi Use case Tambah Pengguna
4. Edit Pengguna
Aktor : pengguna
Kondisi Awal : sudah menjadi member
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisee bahwa data pengguna yang diubah berhasil diubah dari database
Tabel 4. 5 Narasi Use case edit data pengguna
Aksi Reaksi
4. pengguna mengklik member umum. pengguna mengisi form tersebut dan mengklik daftar.
3.Sistem menampilkan 2 pilihan yaitu member umum atau franchisee dan member sebagai franchisor.
5.Mengkonfirmasi berhasil ditambahkan ke basis data.
Aksi Reaksi
1. pengguna mengklik edit pengguna.
3.pengguna mengubah data pengguna dan klik simpan
2. Sistem menampilkan data pengguna
41
5. Hapus Pengguna
Aktor : franchisee
Kondisi Awal : masuk ke halaman untuk franchisor
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil dihapus di database
Tabel 4. 6 Narasi Use case edit franchise
6. Tambah Franchise
Aktor : Franchisor
Kondisi Awal : setelah mendaftar sebagai franchisor
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil ditambah ke database
Tabel 4. 7 Narasi Use case edit franchise
Aksi Reaksi
1. franchisee memilih hapus franchisee
2. Sistem menghapus franchisee
Aksi Reaksi
1. franchisor memilih tambah franchise
3.pengguna memasukan data sesuai form yaitu data perusahaan dan data franchise
2.Sistem menampilkan form untuk diisi franchisor
42 7. Edit Franchise
Aktor : Franchisor
Kondisi Awal : masuk ke halaman untuk franchisor
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil diubah dan disimpan di database.
Tabel 4. 8 Narasi Use case edit franchise
8. Hapus Franchise
Aktor : Franchisor
Kondisi Awal : masuk ke halaman untuk franchisor
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil dihapus di database
Tabel 4. 9 Narasi Use case edit franchise
Aksi Reaksi
1.franchisor memilih edit franchise
3.pengguna memasukan data yang ingin diubah
2.Sistem menampilkan form untuk diisi franchisor
4.mengkonfirmasi berhasil dan disimpan ke basis data.
Aksi Reaksi
1. franchisor memilih hapus
43 9. Tambah Kategori
Aktor : Admin
Kondisi Awal : Login sebagai admin
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang ditambah berhasil ditambahkan ke database
Tabel 4. 10 Narasi Use case Tambah Pengguna
10.Edit Kategori
Aktor : Admin
Kondisi Awal : Login sebagai admin
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang diubah berhasil ditambahkan ke database
Aksi Reaksi
1. Klik tambah kategori
3. Admin mengisi nama kategori dan mengklik tambah
2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form tambah kategori
4.Sistem menyimpan nama kategori yang ditulsi admin.
44
Tabel 4. 11Narasi Use case Edit Kategori
11.Hapus Kategori
Aktor : Admin
Kondisi Awal : Login sebagai admin
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang dihapus berhasil dihapus dari database
Tabel 4. 12 Narasi Use case Hapus Kategori
Aksi Reaksi
1.Klik edit kategori
3.Admin memilih yang akan diedit, mengubah nama kategori dan klik simpan
2.Sistem menampilkan halaman yang berisi form kategori didalam basis data.
4.Sistem menyimpan nama kategori yang ditulsi admin.
5.Mengkonfirmasi berhasil disimpan ke basis data.
Aksi Reaksi
1. Klik hapus kategori
3.Admin memilih yang akan dihapus, dan klik hapus
2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form kategori didalam basis data.
45 12.Tambah Kriteria
Aktor : Admin
Kondisi Awal : Login sebagai admin
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kriteria yang ditambah berhasil ditambahkan ke database
Tabel 4. 13 Narasi Use case Tambah Kriteria
13.Edit Kriteria
Aktor : Admin
Kondisi Awal : Login sebagai admin
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa Kriteria yang diubah berhasil ditambahkan ke database
Aksi Reaksi
1.Klik tambah kriteria
3.Admin mengisi nama kriteria dan mengklik tambah
2.Sistem menampilkan halaman yang berisi form tambah kriteria
4.Sistem menyimpan nama kriteria yang ditulis admin.
46
Tabel 4. 14 Narasi Use case Edit Kriteria
14.Hapus Kriteria
Aktor : Admin
Kondisi Awal : Login sebagai admin
Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang dihapus berhasil dihapus dari database
Tabel 4.15 Narasi Use case Hapus Kategori
Aksi Reaksi
1. Klik edit Kriteria
3.Admin memilih yang akan diedit, mengubah nama kriteria dan klik simpan
2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form kriteria didalam basis data.
4.Sistem menyimpan nama kriteria yang ditulis admin.
5.Mengkonfirmasi berhasil disimpan ke basis data.
Aksi Reaksi
1. Klik hapus kategori
3. Admin memilih yang akan dihapus, dan klik hapus
2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form kategori didalam basis data.
47
4.2 Manajemen Dialog
Manajemen dialog menggambarkan tampilan sistem yang akan berhubungan langsung dengan user. Dalam manajemen dialog ini akan dijelaskan fungsi setiap halaman antar muka sistem. Berikut halaman antar muka serta penjelasannya:
1. Tampilan Home pengunjung
48 2. Tampilan Franchise Gallery
Gambar 4.7 Tampilan Franchise Gallery
3. Tampilan Franchise Article
49 4. Tampilan Decision Support AHP
Gambar 4.9 Tampilan Decision Support AHP
5. Tampilan Kriteria