• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian kualitas perancangan sistem pendukung keputusan pemilihan usaha franchise dengan algoritma analitycal hierarchy process.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengujian kualitas perancangan sistem pendukung keputusan pemilihan usaha franchise dengan algoritma analitycal hierarchy process."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

PENGUJIAN KUALITAS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN USAHA FRANCHISE DENGAN ALGORITMA

ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Stefanus Denny Hariyanto 095314044

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

QUALITY TESTING OF THE DESIGN OF DECISION SUPPORT SYSTEM TO CHOOSE FRANCHISE USING ANALITYCAL HIERARCHY

PROCESS ALGORITHM

A THESIS

Created by :

Stefanus Denny Hariyanto 095314044

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)
(6)
(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP

Deus Providebit

Tuhan Akan Menyelenggarakan

Don’t fear failure..in great attempts it is glorious even to fail.

-Bruce lee-

Knowing is not enough, we must apply

Willing is not enough, we must do

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Agustus 2015

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stefanus Denny Hariyanto

NIM : 095314044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENGUJIAN KUALITAS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG

KEPUTUSAN PEMILIHAN USAHA FRANCHISE DENGAN ALGORITMA

ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 3 Agustus 2015 Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur atau semi terstruktur. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kualitas perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pemilihan Franchise. Sistem pendukung keputusan yang dibangun diharapkan dapat membantu calon franchisee dalam pengambilan keputusan

Metode yang digunakan adalah Analitycal Hierarchy Process(AHP). AHP adalah alat untuk mendukung pengambilan keputusan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pengambilan keputusan yang kompleks. AHP menggunakan sebuah multilevel hirarki struktur yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Hubungan pengambilan data menggunakan sebuah perbandingan berpasangan. Perbandingan ini digunakan untuk mendapatkan skor dari kriteria dan alternatif.

(11)

ix ABSTRACT

Decision Support System (DSS) is a computer-based system intend to help decision making by employing certain models. DSS solves semi structured or unstructured problems. The purpose of this study was to test the quality of decision support system design for selection of franchise. Decision support system is expected to assist prospective franchisee in making decisions.

The model used is Analitycal Hierarchy Process(AHP). The AHP is a decision support tool which can be used to solve complex decision problems. It uses a multi-level hierarchical structure of objectives, criteria, subcriteria, and alternatives. The pertinent data are derived by using a set of pairwise comparisons. These comparisons are used to obtain the score of criteria and alterfative.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan kasih karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“PENGUJIAN KUALITAS PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN USAHA FRANCHISE DENGAN ALGORITMA

ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”.

Dorongan serta nasihat dari berbagai pihak sangat membantu sampai tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua saya Hariyanto dan Linawati yang telah memberi dukungan moral

spiritual dan finansial dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Drs.Johanes Eka Priyatma Msc.,Ph.D selaku dosen pembimbing Skripsi. Terima kasih telah membimbing dan menyediakan waktu dalam memberikan pengarahan selama penulisan skripsi ini.

3. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa M.Sc, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi USD dan dosen penguji yang telah memberi banyak kritik dan saran. 4. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom.,M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberi

banyak kritik dan saran.

5. Ochie, Geti, Ambarwati yang telah memberikan dukungan motivasi, kritik dan saran.

(13)

xi

7. Seluruh teman-teman Teknik Informatika 2009 yang bersama-sama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

8. Serta semua pihak yang telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa Teknik Informatika, serta dapat menambah wawasan.

(14)

xii DAFTAR ISI

SKRIPSI... i

A THESIS ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 2

1.3 Batasan masalah ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ... 5

LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Kualitas Informasi ... 5

2.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 6

2.2.1 Pengertian Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan... 6

2.2.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 6

2.2.3 Konsep Pengambilan Keputusan ... 6

2.2.3.1 Keputusan ... 6

(15)

xiii

2.2.4 Karakteristik Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 8

2.2.5 Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 11

2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 12

2.3.1 Pengertian AHP ... 12

2.3.2 Kelebihan AHP ... 13

2.3.3 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 14

2.3.4 Langkah-Langkah Analitycal Hierarchy Process(AHP) ... 15

2.3.5 Kualitas Pemodelan AHP ... 18

2.4 Waralaba(Franchise) ... 19

2.4.1 Pengertian Franchise ... 19

2.4.2 Hukum Dan Undang-Undang Waralaba ... 19

2.4.3 Keuntungan Franchise ... 20

2.4.4 Kriteria Franchise(Waralaba) ... 21

2.5 Kualitas Basis Data ... 25

2.6 Kriteria Desain User Interface yang Baik ... 28

BAB III ... 29

METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Rumusan Masalah ... 29

3.2 Analisis Masalah dan Perancangan Sistem ... 30

3.3 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 31

3.4 Pengujian dan Analisis Perancangan Sistem ... 31

3.4.1 Analisis Basis Data ... 32

3.4.2 Analisis Segi Pemodelannya ... 32

3.4.3 Analisis User Interface ... 32

3.5 Penarikan Kesimpulan ... 32

BAB IV ... 33

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM ... 33

4.1 Perancangan Sistem ... 33

1. Diagram Aliran Data ... 33

(16)

xiv

4.2 Manajemen Dialog ... 47

4.3 Manajemen Model ... 54

4.3.1 Simulasi Metode AHP ... 54

4.4 Manajemen Data ... 61

4.4.1 Tahap-Tahap Perancangan Basis Data... 61

4.5 Manajemen Pengetahuan ... 66

BAB V ... 67

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM ... 67

5.1 Pengujian Pemodelan Perancangan SPPK Pemilihan Franchise Metode AHP ... 67

5.1.1 Persyaratan Pemodelan AHP... 67

5.1.2 Konsistensi Metode AHP ... 70

5.2 Pengujian Basis Data Franchise Perancangan SPPK Pemilihan Franchise Metode AHP ... 88

5.3.1 Normalisasi... 88

5.3.2 Persyaratan Basis Data ... 90

5.3 Pengujian User-interface Perancangan SPPK Pemilihan Franchise Metode AHP ... 95

BAB VI ... 99

PENUTUP ... 99

6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran ... 100

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses pengambilan keputusan ... 8

Gambar 2.2 Karakteristik dan Kapabilitas SPPK ... 10

Gambar 2.3 Komponen sppk ... 12

Gambar 2.4 Diagram AHP ... 13

Gambar 4.1 Diagram Konteks ... 33

Gambar 4.2 Diagram Aliran Data Tingkat 1 ... 34

Gambar 4.3 Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 2 ... 35

Gambar 4. 4 Use case untuk Admin ... 37

Gambar 4.5 Use case Pengguna... 38

Gambar 4.6 Tampilan Home pengunjung ... 47

Gambar 4.7 Tampilan Franchise Gallery ... 48

Gambar 4.8 Tampilan Franchise Article ... 48

Gambar 4.9 Tampilan Decision Support AHP ... 49

Gambar 4.10 Tampilan Kriteria ... 49

Gambar 4.11 Hasil Perhitungan ... 50

Gambar 4.12 Tampilan Login Admin ... 50

Gambar 4.13 Tampilan input data Franchise ... 51

Gambar 4.14 Tampilan admin tambah, edit, hapus kategori ... 51

Gambar 4.15 Tampilan admin tambah, edit, hapus kriteria ... 52

Gambar 4.16 Tampilan data alternatif ... 52

Gambar 4.17 Tampilan Nilai Perbandingan Alternatif Bagian Atas ... 53

Gambar 4.18 Tampilan Nilai Perbandingan Alternatif Bagian Bawah ... 53

Gambar 4.19 Hierarki AHP ... 54

Gambar 4.20 ER Diagram ... 61

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Kpentingan ... 14

Tabel 2.2 Daftar Indek ... 17

Tabel 4.1 Tabel Aktor Use case ... 36

Tabel 4. 2 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori ... 38

Tabel 4. 3 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori ... 39

Tabel 4. 4 Narasi Use case Tambah Pengguna ... 39

Tabel 4. 5 Narasi Use case edit data pengguna ... 40

Tabel 4. 6 Narasi Use case edit franchise... 41

Tabel 4. 7 Narasi Use case edit franchise... 41

Tabel 4. 8 Narasi Use case edit franchise... 42

Tabel 4. 9 Narasi Use case edit franchise... 42

Tabel 4. 10 Narasi Use case Tambah Pengguna ... 43

Tabel 4. 11Narasi Use case Edit Kategori... 44

Tabel 4. 12 Narasi Use case Hapus Kategori ... 44

Tabel 4. 13 Narasi Use case Tambah Kriteria ... 45

Tabel 4. 14 Narasi Use case Edit Kriteria ... 46

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Franchise (waralaba) merupakan usaha kemitraan atas perjanjian antar franchisor (penyedia jasa) dan franchisee (pembeli jasa). Hal itu bisa diartikan menduplikasi kesuksesan suatu usaha kepada pihak lain. Di usaha ini orang menjadi tidak perlu memulai dari nol. Sistem manajamen telah terbentuk, sehingga orang tinggal mengikuti sistem yang sudah ada dari pusat. Proses promosi telah dilakukan oleh pusat, merek dagang biasanya sudah dikenal masyarakat sehingga tidak perlu bersusah payah dalam promosi. Usaha franchise dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam berbisnis, serta dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Keuntungan-keuntungan dari usaha franchise tersebut sangat menarik orang-orang untuk membeli atau memiliki.

Franchise di Indonesia saat ini banyak dan sedang berkembang. Anang Sukandar, Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia, mengatakan bahwa dari 1.500 jumlah franchise lokal di Indonesia, hanya sekitar 75-80 usaha yang memenuhi syarat. Di usaha ini akan banyak ditemui bidang produk yang sama dengan merek yang berbeda. Selain bisnis franchise dikenal pula istilah Bussinis Opotunity (BO). BO merupakan cikal bakal franchise dikemudian hari. Masyarakat agak rancu dalam membedakan franchise dan BO, tidak sedikit usaha BO mengklaim usahanya sebagai franchise. Franchisee kesulitan dalam memilih franchise yang bagus karena terlalu banyaknya pilihan. Karena itu, dibutuhkan suatu sistem pendukung pengambilan keputusan(SPPK) untuk membantu franchisee dalam memilih perusahaan yang tepat.

(20)

2

ada di tangan pengambil keputusan dengan memasukkan beberapa kriteria. Sistem

hanya akan memberikan rekomendasi-rekomendasi berdasar perhitungan tertentu.

Penulis mengambil penelitian dengan judul Kualitas Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pemilihan Usaha Franchise Dengan Algoritma

Analytical Hierarchy Process (AHP). Penulis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pengambilan keputusan. Metode ini mengambil keputusan dengan menggunakan data kriteria yang sesuai dengan isian penguna. Metode AHP membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan. Karena itu, sistem yang akan dibuat ini diharapkan dapat membantu pengguna mengambil keputusan pemilihan franchise yang tepat sesuai

kriteria yang diinginkan.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka masalah yang akan dijawab adalah :

1. Bagaimana merancang sistem pendukung pengambilan keputusan pemilihan waralaba dengan menggunakan metode AHP?

2. Bagaimana kualitas rancangan SPPK pemilihan waralaba dengan metode AHP?

1.3 Batasan masalah

Berdasarkan pada pokok permasalan di atas, maka ruang lingkup atau batasan masalah skripsi ini adalah:

1. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah AHP.

(21)

3

3. Output dari sistem ini adalah urutan prioritas berdasar bobot atas kriteria yang lebih besar atau banyak. Outputnya berupa perusahaan franchise sesuai dengan yang terdapat dalam sistem.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merancang dan menguji kualitas suatu sistem yang dapat membantu pihak pembeli waralaba (franchisee) dalam menentukan produk franchise mana yang tepat dan layak untuk diambil dengan metode AHP, sesuai isian bobot atas kriteria.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah membantu pihak pembeli waralaba (franchisee) dalam mengambil keputusan untuk menentukan produk waralaba yang layak untuk dibeli, dengan pertimbangan melihat nilai prioritas dari masing-masing produk tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

(22)

4

BAB II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang dasar teori yang akan digunakan untuk pembahasan dalam penulisan laporan tugas akhir ini yang meliputi Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan dan metode AHP.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang akan dilakukan selama penelitian, terdiri dari : Analisis Masalah, Pengembangan Sistem, Evaluasi.

BAB IV Perancangan Sistem

Bab ini berisi tentang cara penerapan konsep dasar yang telah diuraikan pada bab sebelumnya untuk menganalisa dan merancang aplikasi. BAB V Analisis Hasil Uji Kualifikasi

Bab ini berisi tentang menganalisis kualitas perancangan yang sudah dibuat pada sebelumnya.

BAB VI Penutup

(23)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian tentang dasar teori-teori yang didapat dalam referensi dan digunakan

untuk mengerjakan sistem.

2.1 Kualitas Informasi

Pengambilan keputusan haruslah berdasarkan informasi yang memiliki kualitas tertentu. Suatu informasi dikatakan berkualitas bila memenuhi kriteria seperti berikut[1]:

1. Relevan.

Informasi yang disajikan terkait dengan keputusan yang akan diambil oleh pengguna informasi tersebut.

2. Akurat

Informasi memiliki kecocokan dengan kejadian-kejadian atau objek-objek yang diwakili.

3. Lengkap

Seberapa jauh informasi menyertakan kejadian atau objek-objek yang berhubungan.

4. Tepat waktu

Informasi yang tidak tepat waktu akan menjadi informasi yang tidak berguna atau tidak dapat digunakan untuk membantu mengambil keputusan.

5. Dapat dipahami

Hal tersebut terkait dengan bahasa dan cara menyajian informasi agar pengguna lebih mudah mengambil keputusan.

6. Dapat dibandingkan

(24)

6

2.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

2.2.1 Pengertian Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Decision Support System atau SPPK (Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan) seperti judul yang diambil untuk skripsi ini merupakan sistem berbasis komputer yang membantu dalam proses pengambilan keputusan. Definisi SPPK secara umum adalah sistem yang berkemampuan untuk mendukung mengambil keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah semi terstuktur[1]. Menurut Raymond McLeod, Jr mendefinisikan sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya[6].

2.2.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Keputusan sering kali harus dilakukan dalam keadaan mendesak di bawah tekanan dan beberapa keputusan mungkin saling berhubungan. Sehingga hal ini menyebabkan kebutuhan akan komputer pendukung untuk mengambil keputusan yang dikenal sebagai sistem pendukung keputusan. Turban & Aronson, mendefinisikan sistem penunjang keputusan (Decision Support Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta tidak menggantikan posisi dan peran manajer[5].

2.2.3 Konsep Pengambilan Keputusan

2.2.3.1Keputusan

Terdapat definisi-definisi keputusan oleh para ahli. Menurut James A.F.

Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini

mengandung tiga pengertian[3], yaitu: ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan,

(25)

7

ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Terdapat

pengertian keputusan lain yang dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa

keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah

dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif[3].

Dari pengertian para ahli tersebut penulis dapat mengatakan bahwa keputusan

adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah dengan

menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif berdasar pertimbangan yang matang untuk

memilih yang terbaik demi mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai.

2.2.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir untuk dilaksanakan[1]. Bisa juga dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final[2].

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur diantara beberapa alternatif untuk pemecahan suatu masalah. Manajemen sebuah perusahaan mengambil keputusan sangat penting dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh orang yang telah diberikan tanggung jawab seperti manajer, CEO(Chief Exsekutif Officer) atau pemiliknya langsung[4]. Keputusan yang diambil merupakan hasil pemikiran dari pengetahuan, pengalaman dari pembuat keputusan.

(26)

8

Kemudian, tahap ketiga adalah choice. Tahap ini berisi pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Serta tahap yang terakhir adalah implementasi. Tahap ini merupakan Implementasi keputusan dengan disertai pengawasan dan koreksi yang diperlukan.

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan[4]

2.2.4 Karakteristik Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Karakteristik dan kapabilitas SPPK adalah sebagai berikut[1] :

1. SPPK menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan informasi terkomputerisasi.

(27)

9

3. Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi group. berbagai masalah organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam group. Untuk masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya membutuhkan keterlibatan beberapa individu dari departemen dan level organisasi yang berbeda.

4. SPPK menyediakan dukungan ke berbagai keputusan yang berurutan atau saling berkaitan.

5. SPPK mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence, design, choice dan implementation.

6. SPPK mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda; ada kesesuaian diantara SPPK dan atribut pengambil keputusan individu.

7. SPPK selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi untuk membuat SPPK selalu bisa menangani perubahan ini. SPPK adalah fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur kembali elemen-elemen dasar (menyediakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan). Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat.

8. Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilatas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin interaktif dengan satu bahasa alami dapat sangat meningkatkan keefektifitasan SPPK.

9. SPPK mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan (akurasi, jangka waktu, kualitas), lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh (biaya membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer).

(28)

10

rekomendasi komputer sembarang waktu dalam proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak.

11.SPPK mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem, yang mengarah pada pembelajaran tambahan, dan begitu selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan SPPK secara berkelanjutan.

12.User/pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Systems (IS).

13.SPPK biasanya mendayagunakan berbagai model (standar atau sesuai keinginan user) dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan pemodelan ini menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada berbagai konfigurasi yang berbeda. berbagai percobaan tersebut lebih lanjut akan memberikan pandangan dan pembelajaran baru. 14.SPPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen knowledge

yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik.

(29)

11

SPPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen pengetahuan yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah yang pelik.

2.2.5 Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut[4]:

1. Data Management (Subsistem Manajemen Data)

Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS).

2. Model Management (Subsistem Manajemen Model)

Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan.

3. User interface (Subsistem Antarmuka Pengguna)

Pengguna dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Subsistem ini tempat komunikasi antara pengguna dan sistem pendukung keputusan serta tempat pengguna memberikan perintah kepada sistem pendukung keputusan. 4. Knowledge Management (Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan)

(30)

12

Gambar 2.3 Komponen SPPK[5]

2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.3.1 Pengertian AHP

(31)

13

Gambar 2.4 Diagram AHP

2.3.2 Kelebihan AHP

AHP memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah[1] :

1. Kesatuan (Unity)

AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.

2. Kompleksitas (Complexity)

AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.

3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)

AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.

4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)

AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.

5. Pengukuran (Measurement)

(32)

14 6. Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.

7. Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

2.3.3 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu[1] :

1. Membuat hirarki

Sistem yang kompleks bisa lebih mudah dipahami dengan memecah masalah menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hirarki, dan menggabungkannya.

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pedapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan table analisis seperti table berikut

Tabel 2.1 Tingkat Kepentingan[1] Tingkat

Kepentingan

Definisi

1 Kedua elemen sangat penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain

5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang

lainnya

(33)

15

Tabel 2.1 (Lanjutan) Tingkat Kepentingan[1]

Tingkat Kepentingan Definisi

9 Elemen yang satu mutlak lebih

penting dibanding elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian

berurutan

Kebalikan Jika aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i

3. Synthesis of priority (menemukan prioritas)

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwase Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif criteria yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian hitungan matematika.

4. Logical consistency (konsistensi logis)

Konsistesi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2.3.4

Langkah-Langkah Analitycal Hierarchy Process(AHP)

Langkah dalam metode AHP meliputi[1] :

(34)

16

adalah dengan menetepkan tujuan yang merupakan sasaran system secara keseluruhan pada level teratas.

2. Menentukan prioritas elemen

a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mereprentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.

3. Sintesis

Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas.

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks

b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

c. Menjumlahkan nilai- nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

4. Mengukur konsistensi

Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena tidak ingin membuat keputusan berdasar pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Dalam tahap ini dilakukan :

a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan proiritas relatif elemen kedua, dan seterusnya,

b. Jumlahkan setiap baris

c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas elemen relatif yang bersangkutan.

d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks.

5. Hitung consistency index(CI) dengan rumus:

(35)

17 Di mana n = banyaknya elemen

6. Hitung rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus :

CR= CI / IR (2.2)

Di mana CR= Consisstency Ratio CI = Consistency Index

IR= Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki.

Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka, hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) bisa dilihat tabel di bawah:

Tabel 2.2 Daftar Indek Ukuran Matriks Nilai IR

1, 2 0.00

3 0.58

4 0.90

5 1.12

6 1.24

7 1.32

8 1.41

9 1.45

10 1.49

11 1.51

12 1.48

13 1.56

14 1.57

(36)

18

2.3.5

Kualitas Pemodelan AHP

Ada 4 aksioma dalam pemakaian AHP dan pelanggaran dari setiap aksioma akan berakibat tidak validnya metode yang dipakai[7]. Bila tidak memenuhi dan tidak valid maka sistem menjadi tidak berkualitas. Empat aksioma tersebut adalah Reciprocal Comparison, Homogeneity, independence, expectations[7].

1. Reciprocal Comparison

Artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x. 2. Homogeneity

Artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.

3. Independence

Artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya.

4. Expectations

(37)

19

2.4 Waralaba(Franchise)

2.4.1 Pengertian Franchise

Definisi franchise dikemukakan oleh United Nations Centre on Transnational Corporation (UNCTC), sebagai berikut [7]: ”Franchise adalah persetujuan lisensi dari suatu hubungan yang berkesinambungan, yang mana franchisor menyediakan hak-hak khususnya yang di dalamnya termasuk penggunaan merek atau nama ditambah dengan pelayanan asisten teknik, pelatihan, peralatan dan manajemen serta penyediaan tempat”. Menurut Henry Waralaba (franchise) memiliki arti menduplikasi kesuksesan suatu usaha kepada pihak lain[11]. Dari definisi-definisi yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa waralaba adalah perjanjian yang dilakukan antara franchisor pihak pemilik usaha dan franchisee pihak yang mendapat hak usaha, sehingga franchisee dapat menduplikasi atau meniru kesuksesan dari franchisor.

2.4.2 Hukum Dan Undang-Undang Waralaba

Waralaba juga telah diatur dan tercantum didalam undang-undang sehingga tetap terdapat hukum yang mengatur. Berikut beberapa bunyi[8]:

1. Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.259/MPP/KEP/7/1977 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa : Pemberi waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang memberikan haknya kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pemberi waralaba, sedangkan penerima waralaba adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba “.

(38)

20

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan penjualan barang dan/atau jasa “.

Waralaba ini tidak lepas dari hak atas suatu merek yang dimiliki oleh franchisor. Hak atas suatu merek ini juga sudah diatur dalam undang-undangRI No.15 2001 tentang merek Pasal 3 menyebutkan bahwa: Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Dengan kata lain franchisor memiliki hak atas merek sebagai pemilik merek, sehingga dapat menggunakan sendiri merek tersebut dan memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan. Franchisee dapat menggunakan merek dari franchisor dengan membayarkan royalti.

2.4.3 Keuntungan Franchise

Membeli franchise tentu mempunyai keuntungan-keutungan. Ada beberapa keuntungan membeli franchise yaitu[11] :

1. Membeli franchise berarti pula menjadi seorang pemilik bisnis, bukan sekedar bekerja dalam bisnis franchise yang dibeli, tetapi lebih pada pemiliknya, sedangkan yang kerja adalah karyawan.

2. Gerbang masuk paling mudah untuk memulai suatu bisnis dibidang yang disukai.

3. Bisnis franchise telah memiliki merek dagang yang dikenal luas sehingga mempermudah konsumen untuk mengenal produk atau jasa yang ditawarkan dilokasi manapun.

(39)

21

5. Dapat menawarkan konsumen suatu kualitas dan konsistensi produk atau layanan sesuai standar yang ditetapkan franchisor.

6. Mendapat bantuan start-up atau persiapan pembukaan outlet yang umumnya meliputi pemilihan lokasi, desain, dan renovasi tempat, training karyawan, pengadaan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, serta program opening gerai.

7. Pasca pembukaan mendapat bantuan dukungan yang berkesinambungan, baik dalam hal training, promosi nasional, bantuan operasional, dan bantuan manajemen lain yang diperlukan.

2.4.4 Kriteria Franchise(Waralaba)

Kriteria Franchise sudah diatur dalam undang. Menurut undang-undang pasal 2 ayat 1 waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut[9] :

1. Memiliki ciri khas usaha;

2. Terbukti sudah memberikan keuntungan;

3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/ atau jasa yang ditawarkan secara tertulis;

4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan;

5. Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan 6. Hak kekayaan Intelektual(HKI) yang telah terdaftar.

Kriteria tersebut merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi oleh perseorangan atau badan usaha agar dapat menggunakan istilah atau nama Franchise. Namun kriteria tersebut dapat ditambah untuk mendapatkan usaha waralaba yang presentasi keberhasilannya lebih tinggi.

Menurut Ari Kurnia dalam memilih franchise dapat dengan membandingkan kelebihan masing-masing dari segi-segi berikut[12]:

1. Keunikan

(40)

22

dibandingkan produk yang lain dan masih bisa diterima oleh selera konsumen.

2. Diferensiasi produk

Untuk mengurangi bosan pada produk franchise, perlu adanya diferensiasi produk. Sehingga banyak pilihan rasa dan ukuran.

3. Keunggulan produk

Setiap produk pasti memiliki keunggulan. Misalnya, hanya memakai sayuran organik dan saos tomat asli. Memang, akan berimbas pada harga jual produk yang lebih tinggi. Namun, segmen konsumen seperti ini pasti ada.

4. Franchise Fee

Franchise fee adalah besarnya biaya yang dibayarkan kepada franchisor untuk memperoleh hak franchise. Sesuaikan besarnya franchise fee dengan budget yang disiapkan.

5. Royalty Fee

Royalty fee tidak selalu diberlakukan pada bisnis franchise. Ini bergantung dengan kebijakan franchisor. Ada beberapa franchisor yang cukup mendapatkan keuntungan dari menjual bahan-bahan baku, namun ada juga yang memberlakukan royalty fee.

6. Promotion Fee

Pada umumnya bisnis franchise skitar Rp 5.000.000,00 sampai 10.000.000,00 tidak memberlakukan atau mensyaratkan adanya promotion fee. Ini untuk menarik franchisee agar tidak merasa berat karena harus membayar segala biaya. Meskipun sebenarnya promotion fee akan memberikan keuntungan bersama.

7. Gerai

(41)

23 8. Pelatihan

Pelatihan yang tersetruktur dan komunikatif maka akan memberi hasil yang maksimal. Peserta pelatihan akan memahami cara produksi, menjalankan standar yang berlaku, dan tahu tata cara kerja dalam franchise. Sehingga, akan ada persamaan dalam menjalankan bisnis franchise seperti dalam hal rasa yang diperoleh, pelayanan dan strategi dapat dilakukan seragam. 9. Pendampingan

Pendampingan melekat selama beberapa bulan pertama, pendampingan berkala, atau kombinasi keduanya. Dalam hal ini, franchisor memantau setiap kegiatan franchisee. Pendampingan tersebut dilakukan guna memantau perkembangan dari franchisee. Hambatan apa yang dialami dan akan didiskusikan solusi yang terbaik.

10.Kepribadian franchisor

Pribadi yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya adalah pribadi franchisor idaman. Tidak berorientasi uang semata dan lebih mengedepankan perkembangan bersama.

11.Keuntungan

Syarat lain dalam memilih franchise adalah melihat seberapa besar keuntungan dari franchise tersebut. Keuntungan tersebut dapat diketahui dengan melihat laporan keuangan. Pelajari grafik penjualannya, naik terusm naik turun atau malah datar-datar saja. Bisnis yang wajar adalah bisnis yang mengalami naik turun namun masih dalam tahap wajar. Jika dicantumkan selalu naik dengan angka yang fantastis tanpa didukung keterangan yang relevan(misalnya jumlah gerai sedikit, yang tidak memungkinkan untuk memberi keuntungan sebesar itu) maka perlu waspada.

12.Break Even Point (BEP)

(42)

24 13.Peralatan yang diperoleh

Peralatan memegang peranan penting karena produksi tergantung dengan peralatan tersebut. Pastikan peralatan lengkap sehingga menghasilkan produksi yang maksimal dari kuantitas dan rasanya.

14.Jaminan ketersediaan bahan baku

Seorang franchisee akan terikat dalam jangka waktu lama dengan franchisornya. Dimana mayoritas bahan baku yang diperlukan di supplay oleh franchisor.

Terdapat banyak kriteria yang penulis dapat dari buku-buku. Dari berbagai kriteria tersebut penulis mengambil 6 kriteria yang akan digunakan dalam sistem yaitu :

1. Modal awal dan fee,

Modal awal dan fee penulis jadikan satu karena kedua hal ini sangat berkaitan. Fee adalah biaya yang dikenakan selain untuk modal. Misalnya royalty fee, promosi fee.

2. Ciri khas usaha,

Kriteria yang kedua adalah ciri khas usaha. Usaha franchise harus memiliki ciri khas pembeda dengan usaha yang lain.

3. BEP/ROI,

BEP/ROI akan memberikan gambaran keuntungan yang akan didapat frachisee. Sehingga penting untuk memperhatikan BEP dan ROI. BEP adalah dimana keadaan impas, tidak untuk tidak rugi. Roi(Return of Investment) adalah dimana posisi balik modal. Ini akan memberitahukan kapan franchisee balik modal.

4. Bantuan yang diberikan,

(43)

25 5. Lama berdiri dan jumlah gerai,

Kriteria ke-lima ini terdapat lama berdiri dan jumlah gerai. Kedua kriteria tersebut dijadikan satu karena keduanya sangat berkaitan penting. Minimal lama berdiri untuk sebuah franchise adalah 3 tahun dan franchise tersebut sudah membuka lebih dari 3 gerai atau cabang. Hal ini akan membuktikan franchise tersebut telah teruji.

6. Reputasi terhadap kualitas produk / jasa.

Bagaimana reputasi franchise tersebut di masyarakat. Reputasi sangat penting bagi usaha franchise.

Penulis mengambil 6 kriteria tersebut yang akan digunakan untuk membandingkan franchise. Franchise yang masuk dalam sistem diasumsikan sudah memenuhi syarat untuk menjadi franchise sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

2.5 Kualitas Basis Data

Dalam perancangan dan penyusunan basis data dikenal adanya beberapa batasan aturan yang harus ditaati. Batasan aturan tersebut berhubungan dengan 5 aspek penting dalam basis data, yaitu[14]:

1. Kerangkapan data(data redundancy)

Kerangkapan data adalah munculnya data-data yang sama secara berulang kali pada file basis data yang tidak diperlukan. Sebagian besar hal ini terjadi diakibatkan oleh orientasi pengembangan sistem yang lebih berorientasi pada program aplikasi(program oriented) dan bukan berorientasi pada basis data(data oriented). Kerangkapan data akan menyebabkan pemborosan media penyimpanan basis data, biaya semakin besar, tidak efisien dalam mengolah data, risiko munculnya inkonsistensi data. Kerangkapan data bisa terjadi pada dua kemungkinan yaitu:

a. Kerangkapan data dalam satu file.

(44)

26

dengan cara memecah file tersebut menjadi file baru yang mempunyai struktur lebih sederhana. Banyaknya file baru yang terbentuk tergantung dari banyaknya kerangkapan data.

b. Kerangkapan data dalam beberapa file.

Kerangkapan data dalam beberapa file terjadi jika muncul nama-nama yang sama dalam beberapa file. Hal ini dapat diatasi dengan cara menghapus kolom yang rangkap.

2. Inkonsistensi data(data inconsistency)

Inkonsistensi data atau data tidak konsisten adalah munculnya data yang tidak konsisten pada medan/kolom yang sama dalam 1 atau beberapa file data yang dihubungkan/direlasikan. Hal ini diakibatkan proses pemasukan data yang tidak benar, proses pembaruan data yang tidak benar, pengendalian sistem yang tidak baik. Inkonsistensi data akan mengakibatkan kesalahan informasi pada hasil pengolahan data. Maka dari itu inkonsistensi data harus dimulai sejak perancangan struktur file dalam basisdata yaitu dengan cara merancang struktur file yang terbebas dari kerangkapan data.

3. Data terisolasi(data isolation)

Data terisolasi disebabkan oleh pemakaian beberapa file basis data dimana aplikasi tidak dapat mengakses data-data dari file tertentu. Data terisolasi harus dihindari karena akan mengakibatkan tidak lengkapnya informasi. Hal ini terjadi akibat tidak adanya kemungkinan untuk menghubungkan antar data dalam file, tidak adanya standarisasi(berkaitan dengan domain/format data meliputi tipe dan ukuran data.

4. Keamanan data(data security)

(45)

27

a. Recovery, adalah suatu proses menggunakan kembali basis data dari media penyimpanan cadangan untuk mengembalikan data pada kondisi yang benar karena kerusakan.

b. Integrity, berkaitan dengan unjuk kerja sistem untuk dapat menjaga data-data dalam basis data agar selalu berada dalam kondisi benar(tipe dan ukuran data), up to date(sesuai kondisi actual, konsisten, dan selalu tersedia.

c. Concurency, berkaitan dengan mekanisme pengendalian basis data saat digunakan oleh beberapa pemakai secara bersamaan agar terhindar dari kesalahan akibat beberapa transaksi berbeda dilakukan bersamaan. d. Privacy, yaitu dimaksudkan sebagai pembatasan kewenangan akses data

dalam basis data untuk mencegah dan melindungi basis data dari penggunaan oleh pengguna yang tidak berwenang dan pengubahan tidak dikehendaki.

e. Security, adalah suatu mekanisme sistem untuk mencegah dan melindungi basis data kehilangan akibat kerusakan pada fisik media penyimpanan.

5. Integritas data(data integrity)

Integritas data berhubungan dengan kinerja sistem agar dapat melakukan kendali pada semua bagian sistem. Suatu saran untuk meyakinkan data-data dalam basis data agar selalu berada dalam kondisi benar(tipe dan ukuran data), up to date(sesuai kondisi aktual), konsisten, dan selalu tersedia[14]. Salah satu cara untuk menjaga integritas adalah meyakinkan bahwa nilai-nilai data adalah benar sejak pertama kali masuk.

(46)

28 2.6 Kriteria Desain User Interface yang Baik

Pengguna sistem biasanya menilai suatu sistem melalui interface (antarmuka) lebih dahulu daripada kemampuan sistem. Maka, pembuatan desain user-interface yang baik sangat penting. Dalam membuat desain user interface terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu[17]:

1. User Familiarity : interface (antarmuka) harus menggunakan terminologi dan konsep yang menarik dari pengalaman orang yang paling banyak menggunakan sistem.

2. Consistency : interface (antarmuka) harus konsisten dalam hal itu, sedapat mungkin operasi yang sebanding harus diaktifkan dengan cara yang sama.

3. Minimal surprise : pengguna seharusnya tidak pernak terkerjut oleh sistem berperilaku.

4. Recoverability : interface (antarmuka) harus termasuk mekanisme untuk mengijinkan pengguna untuk recover dari errors. Ini termasuk undo facility, konfirmasi atas perilaku merusak.

5. User guidance : interface (antarmuka) harus menyediakan feedback yang berarti ketika terjadi error dan menyediakan fasilitas bantuan context-sensitive user. Beberapa contoh user guidance seperti help systems, on-line manual, dll.

6. User diversity : interface (antarmuka) harus menyediakan fasilitas interaksi yang tepat untuk berbagai jenis pengguna sistem.

(47)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang cara pengambilan data untuk penelitian. Cara pengambilan data tersebut dapat dilakukan berbagai langkah seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.

3.1 Rumusan Masalah

Masalah yang akan diselesaikan adalah bagaimana merancang sistem pendukung pengambilan keputusan pemilihan franchise dengan menggunakan metode AHP. Rumusan masalah tersebut akan diselesaikan dengan cara membuat perancangannya sesuai komponen SPPK. Perancangan akan dibuat sesuai dengan komponen yang diperlukan untuk membuat SPPK. Komponen manajemen data mengatur basis data yang diperlukan sistem. Maka, dalam rancangan akan dibuat tabel-tabel yang diperlukan, hubungan dari antar tabel-tabel dan query yang diperlukan. Komponen kedua manajemen model. Dalam tahap ini akan dilakukan simulasi perhitungan AHP. Hal lain yang akan dibuat adalah rancangan user-interface (antarmuka pengguna). User interface akan dirancang lebih user friendly agar pengguna mudah dalam menggunakan sistem. Komponen terakhir yang diperlukan adalah knowledge management (manajemen pengetahuan). Komponen ini merupakan komponen yang bersifat optional yaitu dapat untuk mendukung subsystems yang lain atau sebagai komponen sendiri. Dalam penelitian ini tidak menggunakan manajemen pengetahuan.

(48)

30

Untuk menyelesaikan masalah di atas, penulis akan melakukan beberapa langkah penelitian. Langkah-langkah tersebut antara lain :

1. Analisis dan Perancangan Sistem

Tahapan ini bertujuan untuk menganalisa masalah dan merancang sistem pendukung pengambilan keputusan pemilihan franchise dengan menggunakan metode AHP.

2. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan sistem.

3. Pengujian dan Analisis Sistem

Tahapan ini bertujuan untuk menguji kualitas perancangan sistem yang di buat.

4. Penarikan Kesimpulan

Tahapan ini bertujuan untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

Langkah-langkah tersebut kemudian akan dijelaskan lebih lanjut melalui uraian berikut :

3.2 Analisis Masalah dan Perancangan Sistem

(49)

31

mendirikan sebuah usaha franchise. Kegiatan wawancara ditujukan kepada Hendry E Ramdhan, pengamat dan praktisi franchise sejak 2005 dan juga penulis buku “Jitu membeli Franchise”. Hasil dari wawancara tersebut akan digunakan sebagai input dalam tahap analisis. Setelah analisis dilakukan maka hasil analisis masalah akan berupa perkiraan syarat-syarat usaha franchise dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Syarat-syarat pemilihan franchise, meliputi 6 kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut menjadi dasar perhitungan AHP.

Selain itu, tahapan ini bertujuan untuk mencari informasi-informasi yang didapat dari berbagai sumber untuk merancang SPPK pemilihan franchise menggunakan metode AHP. Proses yang akan dilakukan ditahap ini meliputi perancangan sistem dengan membuat use case, diagram aliran data dan Entity-Relationship (ER). Perancangan dibuat sesuai dengan komponen sppk. Kemudian, mencari dan menganalisa informasi–informasi mengenai kriteria atau syarat–syarat yang harus dipenuhi sebagai sebuah perancangan sistem berkualitas. Kriteria tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi perancangan sistem. Hasil dari tahapan ini adalah rancangan sistem yang akan digunakan untuk membuat SPPK pemilihan franchise menggunakan metode AHP.

3.3 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Data yang digunakan adalah data-data franchise. Data tersebut meliputi identitas perusahaan waralaba, modal atau investasi yang diperlukan untuk memiliki franchise tersebut, sejarah dan lama berdiri perusahaan dalam membuka cabang. Selain itu juga data keuangan perusahaan untuk melihat perkiraan keuntungan yang akan di dapat.

3.4 Pengujian dan Analisis Perancangan Sistem

(50)

32

perancangan SPPK pemilihan franchise. Dalam tahap ini pengujian akan dilakukan dengan mengevaluasi perancangan sistem dari berbagai segi yaitu analisis dari segi kualitas informasi, analisis dari segi basis data, analisis dari segi pemodelannya, analisis dari segi user interface dan terakhir penarikan kesimpulan. Mensimulasi perhitungan AHP secara manual dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel. Simulasi menggunakan data asli franchise.

3.4.1 Analisis Basis Data

Basis data dalam sistem akan di analisa apakah sudah memenuhi kriteria basis data yang baik yaitu kelengkapan basis data, integritas, normalisasi.

3.4.2 Analisis Segi Pemodelannya

Pemodelan yang digunakan untuk sistem apakah sudah sesuai dengan syarat suatu model yang baik.

3.4.3 Analisis User Interface

Rancangan User interface apakah sudah memudahkan pemakaian oleh pengguna awam. Rancangan akan dibuat secara sederhana, tidak terlalu matematis yang dapat membuat pengguna bingung.

3.5 Penarikan Kesimpulan

(51)

33 BAB IV

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini berisi uraian tentang perancangan dan implementasi sistem. Langkah-langkah perancangan sistem akan dijelaskan lebih detail dalam bab ini.

4.1 Perancangan Sistem

Pada tahap ini akan dijelaskan hasil perancangan sistem yang terdiri dari DAD (diagram aliran data), use case.

1. Diagram Aliran Data

Diagram aliran data ini menjelaskan keseluruhan rancangan aliran data dalam sistem ini. Diagram aliran data (DAD) pada sistem ini terdiri dari diagram konteks, diagram aliran data tingkat 1, diagram aliran data tingkat 2. Berikut ini penjelasan lebih detailnya :

a. Diagram Konteks

Diagram konteks berikut menggambarkan data yang masuk dan data yang keluar dari sistem ini.

Pengunjung

Modal awal & frenchise fee Info Franchise

Ciri khas usaha Bantuan yg diberikan

Legalitas

Bukti usaha menguntungkan Lama berdiri dan junlah gerai profil perusahaan franchise

Lamaran thd franchise

(52)

34 b. Diagram Aliran Data Tingkat 1

Diagram aliran data tingkat 1 merupakan pemecahan proses-proses dari diagram konteks. Berikut ini adalah diagram aliran data tingkat 1 SPPK pemilihan franchise : Data lamaran terhadap franchisor dari sistem di level ini tidak ditulis kembali karena franchisor dapat memutuskan untuk menerima atau tidak.

Franchisor Pengunjung

1. Perekaman Data

1.

Perekaman Data Perhitungan AHP2.

2. Perhitungan AHP

profil pershn franchise

Ciri khas usaha

Bantuan yg diberikan Legalitas

Bukti usaha menguntungkan

Modal awal & frenchise fee Info franchise Hasil rekomendasi Skor kriteria

Lama berdiri dan junlah gerai

Kriteria-kriteria

Skor franchise Lamaran thd franchise

Franchise

Kriteria

Kategori

Penilaian

Pengguna

(53)

35

c. Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 1

Diagram aliran data tingkat 2 proses 1 merupakan pemecahan proses-proses dari diagram aliran data tingkat 1 proses-proses 1. Diagram aliran data tingkat 1 proses 1 sudah jelas sehingga tidak dipecah.

d. Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 2

Diagram aliran data tingkat 2 proses 2 merupakan pemecahan proses-proses dari diagram aliran data tingkat 1 proses-proses 2. Berikut ini adalah diagram aliran data tingkat 1 SPPK pemilihan franchise.

Pengguna

2.1

Menormalisasikan bobot kriteria franchise

2.1

Menormalisasikan bobot kriteria franchise

2.2

Perhitungan Nilai franchise

2.2

Perhitungan Nilai franchise

Bobot kriteria

Hasil rekomendasi Informasi franchise

Bobot kriteria ternormalisasi Kriteria-kriteria

Bobot franchise

Franchise

Kriteria

Kategori

Penilaian

Pengguna

Gambar 4.3 Diagram Aliran Data Tingkat 2 proses 2

2. Diagram Use case

(54)

36

use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem yang akan dibuat. Diagram use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Yang ditekankan pada diagram ini adalah “apa” yang diperbuat sistem.

a. Aktor-Aktor Use case

Aktor-aktor merupakan orang yang menggunakan sistem. Aktor-aktor Use case menjelaskan tentang tugas dan fungsi yang dilakukan oleh setiap aktor. Melalui tabel berikut akan dijelaskan mengenai keterangan apa saja yang akan dilakukan aktor, seperti pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Tabel Aktor Use case

Nama Aktor Keterangan

Administrator (Admin) Pengguna sebagai admin yang menjalankan sistem dan mempunyai akses dalam pembaharuan data maupun menghapus data.

Pengguna (Pengunjung) Pengguna (pengunjung) website yang akan menggunakan SPPK pemilihan usaha franchise atau hanya melihat informasi saja.

b. Diagram Use case

Diagram Use case menggambarkan proses-proses mengenai tugas atau hak akses dari aktor tersebut. Aktor dalam sistem pendukung pengambilan keputusan ini ada dua yaitu, pengunjung dan administrator.

1. Administrator(admin)

(55)

37

menghapus data dalam sistem. Peran admin lebih rinci bisa dilihat melalui gambar berikut ini.

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Menentukan Usaha Franchise

Admin

Pembobotan franchise

Tambah kriteria

Ubah Kriteria

Hapus kriteria

Tambah kategori

Ubah kategori

Hapus kategori

Tambah franchise

Ubah franchise

Hapus franchise Login

Gambar 4. 4 Use case Untuk Admin

2. Pengunjung(Pengguna)

(56)

38

yang telah disediakan dalam sistem. Lebih rinci hak akses yang dimiliki pengguna dapat dilihat melalui gambar berikut.

Pengguna

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Menentukan Usaha Franchise

Melihat franchise

Mencari franchise

Memilih franchise

Memasukan skor kriteria

Melihat hasil Menjadi anggota (member)

Gambar 4.5 Use case Pengguna c. Narasi Use case

1. Melihat Franchise

Aktor : pengguna

Kondisi Awal : membuka halaman web

Kondisi Akhir : muncul berbagai macam franchise

Tabel 4. 2 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori

Aksi Reaksi

1. pengguna mengklik kategori franchise yang tersedia

(57)

39 2. Mencari Franchise

Aktor : pengguna

Kondisi Awal : membuka halaman web

Kondisi Akhir : muncul berbagai macam franchise

Tabel 4. 3 Narasi Use case Memasukkan Data Kategori

3. Tambah Pengguna

Aktor : pengguna

Kondisi Awal : pendaftaran member

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada pengguna bahwa data pengguna yang ditambah berhasil ditambahkan ke database

Tabel 4. 4 Narasi Use case Tambah Pengguna

Aksi Reaksi

1. pengguna mengetikkan kata kunci dan klik “search”

2. Sistem menampilkan franchise sesuai dengan kata kunci yang di input pengguna

Aksi Reaksi

1. pengguna mengklik pendaftaran

(58)

40

Tabel 4. 4(lanjutan) Narasi Use case Tambah Pengguna

4. Edit Pengguna

Aktor : pengguna

Kondisi Awal : sudah menjadi member

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisee bahwa data pengguna yang diubah berhasil diubah dari database

Tabel 4. 5 Narasi Use case edit data pengguna

Aksi Reaksi

4. pengguna mengklik member umum. pengguna mengisi form tersebut dan mengklik daftar.

3.Sistem menampilkan 2 pilihan yaitu member umum atau franchisee dan member sebagai franchisor.

5.Mengkonfirmasi berhasil ditambahkan ke basis data.

Aksi Reaksi

1. pengguna mengklik edit pengguna.

3.pengguna mengubah data pengguna dan klik simpan

2. Sistem menampilkan data pengguna

(59)

41

5. Hapus Pengguna

Aktor : franchisee

Kondisi Awal : masuk ke halaman untuk franchisor

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil dihapus di database

Tabel 4. 6 Narasi Use case edit franchise

6. Tambah Franchise

Aktor : Franchisor

Kondisi Awal : setelah mendaftar sebagai franchisor

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil ditambah ke database

Tabel 4. 7 Narasi Use case edit franchise

Aksi Reaksi

1. franchisee memilih hapus franchisee

2. Sistem menghapus franchisee

Aksi Reaksi

1. franchisor memilih tambah franchise

3.pengguna memasukan data sesuai form yaitu data perusahaan dan data franchise

2.Sistem menampilkan form untuk diisi franchisor

(60)

42 7. Edit Franchise

Aktor : Franchisor

Kondisi Awal : masuk ke halaman untuk franchisor

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil diubah dan disimpan di database.

Tabel 4. 8 Narasi Use case edit franchise

8. Hapus Franchise

Aktor : Franchisor

Kondisi Awal : masuk ke halaman untuk franchisor

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada franchisor bahwa data franchise berhasil dihapus di database

Tabel 4. 9 Narasi Use case edit franchise

Aksi Reaksi

1.franchisor memilih edit franchise

3.pengguna memasukan data yang ingin diubah

2.Sistem menampilkan form untuk diisi franchisor

4.mengkonfirmasi berhasil dan disimpan ke basis data.

Aksi Reaksi

1. franchisor memilih hapus

(61)

43 9. Tambah Kategori

Aktor : Admin

Kondisi Awal : Login sebagai admin

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang ditambah berhasil ditambahkan ke database

Tabel 4. 10 Narasi Use case Tambah Pengguna

10.Edit Kategori

Aktor : Admin

Kondisi Awal : Login sebagai admin

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang diubah berhasil ditambahkan ke database

Aksi Reaksi

1. Klik tambah kategori

3. Admin mengisi nama kategori dan mengklik tambah

2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form tambah kategori

4.Sistem menyimpan nama kategori yang ditulsi admin.

(62)

44

Tabel 4. 11Narasi Use case Edit Kategori

11.Hapus Kategori

Aktor : Admin

Kondisi Awal : Login sebagai admin

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang dihapus berhasil dihapus dari database

Tabel 4. 12 Narasi Use case Hapus Kategori

Aksi Reaksi

1.Klik edit kategori

3.Admin memilih yang akan diedit, mengubah nama kategori dan klik simpan

2.Sistem menampilkan halaman yang berisi form kategori didalam basis data.

4.Sistem menyimpan nama kategori yang ditulsi admin.

5.Mengkonfirmasi berhasil disimpan ke basis data.

Aksi Reaksi

1. Klik hapus kategori

3.Admin memilih yang akan dihapus, dan klik hapus

2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form kategori didalam basis data.

(63)

45 12.Tambah Kriteria

Aktor : Admin

Kondisi Awal : Login sebagai admin

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kriteria yang ditambah berhasil ditambahkan ke database

Tabel 4. 13 Narasi Use case Tambah Kriteria

13.Edit Kriteria

Aktor : Admin

Kondisi Awal : Login sebagai admin

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa Kriteria yang diubah berhasil ditambahkan ke database

Aksi Reaksi

1.Klik tambah kriteria

3.Admin mengisi nama kriteria dan mengklik tambah

2.Sistem menampilkan halaman yang berisi form tambah kriteria

4.Sistem menyimpan nama kriteria yang ditulis admin.

(64)

46

Tabel 4. 14 Narasi Use case Edit Kriteria

14.Hapus Kriteria

Aktor : Admin

Kondisi Awal : Login sebagai admin

Kondisi Akhir : Sistem mengonfirmasikan kepada admin bahwa kategori yang dihapus berhasil dihapus dari database

Tabel 4.15 Narasi Use case Hapus Kategori

Aksi Reaksi

1. Klik edit Kriteria

3.Admin memilih yang akan diedit, mengubah nama kriteria dan klik simpan

2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form kriteria didalam basis data.

4.Sistem menyimpan nama kriteria yang ditulis admin.

5.Mengkonfirmasi berhasil disimpan ke basis data.

Aksi Reaksi

1. Klik hapus kategori

3. Admin memilih yang akan dihapus, dan klik hapus

2. Sistem menampilkan halaman yang berisi form kategori didalam basis data.

(65)

47

4.2 Manajemen Dialog

Manajemen dialog menggambarkan tampilan sistem yang akan berhubungan langsung dengan user. Dalam manajemen dialog ini akan dijelaskan fungsi setiap halaman antar muka sistem. Berikut halaman antar muka serta penjelasannya:

1. Tampilan Home pengunjung

(66)

48 2. Tampilan Franchise Gallery

Gambar 4.7 Tampilan Franchise Gallery

3. Tampilan Franchise Article

(67)

49 4. Tampilan Decision Support AHP

Gambar 4.9 Tampilan Decision Support AHP

5. Tampilan Kriteria

Gambar

Gambar 2.3 Komponen SPPK[5]
Gambar 2.4 Diagram AHP
Tabel 2.1 (Lanjutan) Tingkat Kepentingan[1]
Gambar 4.1 Diagram Konteks
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN ALAT KONTRASEPSI YANG.. TEPAT DENGAN ALGORITMA ANALITYCAL HIERARCHY

Pada pengerjaan skripsi dengan judul Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Antibiotik Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process dan Weighted Product, penulis

Dalam Skripsi ini dibuat suatu perangkat lunak yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan kualitas batu mulia menggunakan metode weighted product dengan

Akhir kata tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

Akan tetapi dalam melakukan pemilihan supplier terdapat permasalahan yaitu tidak terdapatnya metode yang pasti untuk pengambilan keputusan pemilihan supplier

Sistem Pendukung keputusan Pemberian Kredit usaha Rakyat (KUR) pada Bank Syariah Mandiri (BSM) ini dapat membantu pihak Bank dalam menentukan nasabah penerima

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem pendukung keputusan yang mampu menganalisa dalam pemilihan VSAT BUC terbaik berdasarkan kualitas produk menggunakan

7 Bagaimana merancang dan membuat suatu sistem aplikasi yang dapat membantu pengguna dalam memilih Perguruan Tinggi Swasta