• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi profesional yang dimiliki calon guru Matematika Universitas Sanata Dharma pada materi geometri ruang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi profesional yang dimiliki calon guru Matematika Universitas Sanata Dharma pada materi geometri ruang."

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Laurensius Andi Saputra (121414057). Kompetensi Profesional yang dimiliki Calon Guru Matematika Universitas Sanata Dharma pada Materi Geometri

Ruang. Skripsi, Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi profesional calon guru matematika pada materi geometri ruang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh mata kuliah Geometri Ruang kelas C pada tahun akademik 2015/2016.

Instrumen-instrumen yang digunakan berupa tes esai sebanyak satu kali yang telah disesuaikan dengan kompetensi dasar pada tingkat SMA/SMK/MA, lembar jawab ujian sisipan pertama, dan lembar jawab ujian sisipan kedua untuk mata kuliah geometri ruang kelas C tahun akademik 2015/2016. Dari data-data tersebut peneliti melakukan analisis sehingga peneliti dapat menyimpulkan kompetensi profesional yang dimiliki calon guru matematika pada materi geometri ruang. Tahap-tahap dalam menganalisis data yaitu tahap reduksi, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap reduksi peneliti menyeleksi data-data yang penting (data yang membantu penarikan kesimpulan) dari hasil analisa, pada tahap penyajian data peneliti menyajikan data berupa tabel dari hasil analisa setelah direduksi, dan pada tahap kesimpulan peneliti menarik kesimpulan berdasarkan tabel-tabel yang ada.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, peneliti menyimpulkan:

1. 84,1% mahasiswa dapat menjelaskan tentang bidang frontal. 2. 88,64% mahasiswa dapat menjelaskan tentang garis frontal. 3. 75% mahasiswa dapat menjelaskan tentang garis ortogonal. 4. 63,64% mahasiswa dapat menjelaskan tentang sudut surut.

5. 65,9% mahasiswa dapat menjelaskan tentang perbandingan proyeksi.

6. 62,21% mahasiswa dapat menerapkan bidang frontal dalam menggambar bangun ruang.

7. 62,21% mahasiswa dapat menerapkan garis frontal dalam menggambar bangun ruang.

8. 62,21% mahasiswa dapat menerapkan garis ortogonal dalam menggambar bangun ruang.

9. 46,72% mahasiswa dapat menerapkan sudut surut dalam menggambar bangun ruang.

10.28,2% mahasiswa dapat menerapkan perbandingan proyeksi dalam menggambar bangun ruang.

(2)

12.38,89% mahasiswa dapat menentukan jarak antara titik, garis, dan bidang. 13.30,51% mahasiswa dapat menentukan proyeksi titik dan garis pada bidang. 14.48,15% mahasiswa dapat menentukan besar sudut antara garis-bidang,

bidang-bidang.

(3)

Abstract

Laurensius Andi Saputra (121414057). Professional Competence of Prospective Mathematics Teachers of Sanata Dharma University on Space Geometry Lesson. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.

The aim of this research is to describe Professional Competence of Prospective Mathematics Teachers on Spaced Geometry Lesson. The type of this research is descriptive research with qualitative approach. The subject of this research is students of Mathematics Education department of Sanata Dharma University on the course of Space Geometry class C of 2015/2016 academic year. The instruments used in this research are one-time essay test that is adapted from basic competency of SMA/SMK/MA level and answer sheets of the first and second quiz of Space Geometry course class C of 2015/2016 academic year. Then, the researcher analyzed the data to summarize professional competence of prospective mathematics teachers of Sanata Dharma University on space geometry lesson. The step taken when analyzing the data are the stage of data reduction, the stage of data presentation and the stage of concluding the data. On the data reduction stage, the researcher selected the data that is used to assist to conclude from the result of the analysis. On the stage of data representation, the researcher presented the data that had been reduced in the form of table. On the stage of concluding the data, the researcher concluded the data based on the tables presented.

Based on the analysis conducted by the researcher, the researcher concluded that: 1. 84,1% of students are able to explain about the vertical plane.

2. 88,64% of students are able to explain about the vertical line. 3. 75% of students are able to explain about the orthogonal line. 4. 63,64% of students are able to explain about receding angle. 5. 65,9% of students are able to explain about the ratio of projection.

6. 62,21% of students are able to apply the vertical plane in drawing

9. 46,72% of students are able to apply receding angle in drawing geometric. 10.28,2 of students are able to apply the ratio of projection in drawing

geometric.

11.29,93% of students are able to determine the geometric section.

12.38,89% of students are able to determine the length between dot, line and plane.

(4)

14.48,15% of students are able to determine angle between line-plane, plane-plane.

(5)

KOMPETENSI PROFESIONAL YANG DIMILIKI CALON GURU MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA PADA MATERI

GEOMETRI RUANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Laurensius Andi Saputra

NIM: 121414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(6)

i

KOMPETENSI PROFESIONAL YANG DIMILIKI CALON GURU MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA PADA MATERI

GEOMETRI RUANG SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Laurensius Andi Saputra

NIM: 121414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(7)
(8)
(9)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. (Lukas 16:10).

Karya ini kupersembahkan untuk

Allah Bapa yang Maha Kuasa yang selalu membimbing

dan memberkati dalam setiap kegiatan.

Kepada keluarga besar Fx. Soeparno, terlebih Bapak

Didik, dan Mama Hesti serta Kakak terkasih yang

senantiasa memberikan suport dan doa.

(10)

v

(11)
(12)

vii ABSTRAK

Laurensius Andi Saputra (121414057). Kompetensi Profesional yang dimiliki Calon Guru Matematika Universitas Sanata Dharma pada Materi Geometri

Ruang. Skripsi, Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi profesional calon guru matematika pada materi geometri ruang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh mata kuliah Geometri Ruang kelas C pada tahun akademik 2015/2016.

Instrumen-instrumen yang digunakan berupa tes esai sebanyak satu kali yang telah disesuaikan dengan kompetensi dasar pada tingkat SMA/SMK/MA, lembar jawab ujian sisipan pertama, dan lembar jawab ujian sisipan kedua untuk mata kuliah geometri ruang kelas C tahun akademik 2015/2016. Dari data-data tersebut peneliti melakukan analisis sehingga peneliti dapat menyimpulkan kompetensi profesional yang dimiliki calon guru matematika pada materi geometri ruang. Tahap-tahap dalam menganalisis data yaitu tahap reduksi, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap reduksi peneliti menyeleksi data-data yang penting (data yang membantu penarikan kesimpulan) dari hasil analisa, pada tahap penyajian data peneliti menyajikan data berupa tabel dari hasil analisa setelah direduksi, dan pada tahap kesimpulan peneliti menarik kesimpulan berdasarkan tabel-tabel yang ada.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, peneliti menyimpulkan:

1. 84,1% mahasiswa dapat menjelaskan tentang bidang frontal. 2. 88,64% mahasiswa dapat menjelaskan tentang garis frontal. 3. 75% mahasiswa dapat menjelaskan tentang garis ortogonal. 4. 63,64% mahasiswa dapat menjelaskan tentang sudut surut.

5. 65,9% mahasiswa dapat menjelaskan tentang perbandingan proyeksi.

6. 62,21% mahasiswa dapat menerapkan bidang frontal dalam menggambar bangun ruang.

7. 62,21% mahasiswa dapat menerapkan garis frontal dalam menggambar bangun ruang.

8. 62,21% mahasiswa dapat menerapkan garis ortogonal dalam menggambar bangun ruang.

9. 46,72% mahasiswa dapat menerapkan sudut surut dalam menggambar bangun ruang.

10.28,2% mahasiswa dapat menerapkan perbandingan proyeksi dalam menggambar bangun ruang.

(13)

viii

12.38,89% mahasiswa dapat menentukan jarak antara titik, garis, dan bidang. 13.30,51% mahasiswa dapat menentukan proyeksi titik dan garis pada bidang. 14.48,15% mahasiswa dapat menentukan besar sudut antara garis-bidang,

bidang-bidang.

(14)

ix

Teachers of Sanata Dharma University on Space Geometry Lesson. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharm University, Yogyakarta, 2016.

The aim of this research is to describe Professional Competence of Prospective Mathematics Teachers on Spaced Geometry Lesson. The type of this research is descriptive research with qualitative approach. The subject of this research is students of Mathematics Education department of Sanata Dharma University on the course of Space Geometry class C of 2015/2016 academic year.

The instruments used in this research are one-time essay test that is adapted from basic competency of SMA/SMK/MA level and answer sheets of the first and second quiz of Space Geometry course class C of 2015/2016 academic year. Then, the researcher analyzed the data to summarize professional competence of prospective mathematics teachers of Sanata Dharma University on space geometry lesson. The step taken when analyzing the data are the stage of data reduction, the stage of data presentation and the stage of concluding the data. On the data reduction stage, the researcher selected the data that is used to assist to conclude from the result of the analysis. On the stage of data representation, the researcher presented the data that had been reduced in the form of table. On the stage of concluding the data, the researcher concluded the data based on the tables presented.

Based on the analysis conducted by the researcher, the researcher concluded that: 1. 84,1% of students are able to explain about the vertical plane.

2. 88,64% of students are able to explain about the vertical line. 3. 75% of students are able to explain about the orthogonal line. 4. 63,64% of students are able to explain about receding angle. 5. 65,9% of students are able to explain about the ratio of projection.

6. 62,21% of students are able to apply the vertical plane in drawing geometric. 7. 62,21% of students are able to apply the vertical line in drawing geometric. 8. 62,21% of students are able to apply the orthogonal line in drawing geometric. 9. 46,72% of students are able to apply receding angle in drawing geometric. 10.28,2 of students are able to apply the ratio of projection in drawing geometric. 11.29,93% of students are able to determine the geometric section.

12.38,89% of students are able to determine the length between dot, line and plane. 13.30,51% of students are able to determine dot and line projection on the plane. 14.48,15% of students are able to determine angle between line-plane, plane-plane.

(15)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dinamika dan pembelajaran di Universitas Sanata Dharma khususnya pada program studi pendidikan matematika serta menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kompetensi Profesional yang Dimiliki Calon Guru Matematika pada Materi Geometri Ruang” ini disusun sebagai persyaratan utama dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikann, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak skripsi ini tidak dapat berjalan dengan lancar dan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah geometri ruang kelas C tahun akademik 2015/2016 yang telah bersedia untuk memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas yang beliau ampu, serta bersedia menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan instrumen-instrumen yang digunakan.

(16)

xi

6. Kedua orang tua penulis Yohanes Dillah Karya dan Fransiska Hesti Andriani yang selalu mendukung dengan bantuan materi maupun non materi sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

7. Mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma, terutama mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti mata kuliah Geometri Ruang kelas C tahun akademik 2015/2016 atas kesediaannya untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

8. Kepada yang tersayang Scolastika Lintang Rengganis Radityani yang telah memberi saya saran-saran, dan membantu saya dalam melakukan penelitian. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam melaksanakan skripsi dan menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak yang perlu ditingkatkan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung jalannya skripsi ini serta kritik dan saran dari para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta,18 Agustus 2016

(17)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR BAGAN ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Batasan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Penjelasan Istilah ... 5

G. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Hal-hal Terkait dan Informasi-informasi Terkait dengan Masalah yang Diteliti ... 7

1. Pengertian Guru ... 7

2. Kompetensi Guru ... 9

(18)

xiii

4. Kemampuan Berpikir Keruangan (Spasial) ... 14

5. Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Keruangan ... 16

6. Tinjauan Materi Geometri Ruang ... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 39

C. Objek Penelitian ... 39

D. Bentuk Data ... 40

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 40

F. Metode/Teknik Analisis Data ... 51

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 42

H. Penjadwalan Waktu pelaksanan Penelitian ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Penelitian ... 55

B. Hasil Penelitian ... 57

C. Pembahasan ... 170

D. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ... 200

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 202

A. Kesimpulan ... 202

B. Saran ... 203

DAFTAR PUSTAKA ... 204

(19)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kompetensi dasar dan silabus geometri ruang ...42

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal tes esai ...43

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal ujian sisipan 1 ...46

Tabel 3.4 Kisi-kisi soal ujian sisipan 2 ...49

Tabel 4.1 Jenis Kemampuan keruangan disesuaikan dengan indikator-indikator dari Instrumen tes esai...57

Tabel 4.2 Analisis hasil tes esai berdasarkan jenis kemampuan relasi keruangan pada soal nomor 1 ...58

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi keruangan soal nomor 1 tes esai ...63

Tabel 4.4 Analisis hasil tes esai berdasarkan jenis kemampuan relasi keruangan dan visualisasi keruangan pada soal nomor 2 ...66

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi keruangan soal nomor 2 tes esai ...70

Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi keruangan soal nomor 2 tes esai ...71

Tabel 4.7 Analisis hasil tes esai berdasarkan jenis kemampuan relasi keruangan dan visualisasi keruangan pada soal nomor 3 ...72

Tabel 4.8 Analisis hasil tes esai berdasarkan jenis kemampuan orientasi keruangan pada soal nomor 3 ...77

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi keruangan soal nomor 3 tes esai ...81

Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi keruangan soal nomor 3 tes esai ...81

Tabel 4.11 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan orientasi keruangan soal nomor 3 tes esai ...82

(20)

xv

Tabel 4.13 Analisis hasil tes esai berdasarkan jenis kemampuan orientasi keruangan pada soal nomor 4 ...85 Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 4 tes esai ...88 Tabel 4.15 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan orientasi

keruangan soal nomor 4 tes esai ...89 Tabel 4.16 Jenis Kemampuan keruangan disesuaikan dengan

indikator-indikator dari Instrumen ujian sisipan pertama ...91 Tabel 4.17 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan relasi

keruangan dan visualisasi keruangan pada soal nomor 1 ...92 Tabel 4.18 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi

keruangan soal nomor 1 ujian sisipan 1 ...99 Tabel 4.19 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi

keruangan soal nomor 1 ujian sisipan 1 ...100 Tabel 4.20 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan relasi

keruangan dan visualisasi keruangan pada soal nomor 2 ...101 Tabel 4.21 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan

orientasi keruangan pada soal nomor 2 ...106 Tabel 4.22 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi

keruangan soal nomor 2 ujian sisipan 1 ...111 Tabel 4.23 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 2 ujian sisipan 1 ...112 Tabel 4.24 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan orientasi

keruangan soal nomor 1 ujian sisipan 1 ...113 Tabel 4.25 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan relasi

keruangan dan visualisasi keruangan pada soal nomor 3 ...114 Tabel 4.26 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan

orientasi keruangan pada soal nomor 3 ...120 Tabel 4.27 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi

(21)

xvi

Tabel 4.28 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi keruangan soal nomor 3 ujian sisipan 1 ...125 Tabel 4.29 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan orientasi

keruangan soal nomor 3 ujian sisipan 1 ...126 Tabel 4.30 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan

visualisasi keruangan pada soal nomor 4 ...128 Tabel 4.31 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 4 ujian sisipan 1 ...132 Tabel 4.32 Analisis hasil ujian sisipan 1 berdasarkan jenis kemampuan

visualisasi keruangan pada soal nomor 5 ...133 Tabel 4.33 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 5 ujian sisipan 1 ...137 Tabel 4.34 Jenis Kemampuan keruangan disesuaikan dengan

indikator-indikator dari Instrumen ujian sisipan kedua...138 Tabel 4.35 Analisis hasil ujian sisipan 2 berdasarkan jenis kemampuan relasi

keruangan pada soal nomor 1a ...139 Tabel 4.36 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi

keruangan soal nomor 1a ujian sisipan 2 ...144 Tabel 4.37 Analisis hasil ujian sisipan 2 berdasarkan jenis kemampuan

visualisasi keruangan pada soal nomor 1b ...149 Tabel 4.38 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 1b ujian sisipan 2 ...150 Tabel 4.39 Analisis hasil ujian sisipan 2 berdasarkan jenis kemampuan

visualisasi keruangan pada soal nomor 1c...133 Tabel 4.40 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 1c ujian sisipan 2 ...153 Tabel 4.41 Analisis hasil ujian sisipan 2 berdasarkan jenis kemampuan

visualisasi keruangan pada soal nomor 2a...154 Tabel 4.42 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

(22)

xvii

Tabel 4.43 Analisis hasil ujian sisipan 2 berdasarkan jenis kemampuan

visualisasi keruangan pada soal nomor 2b ...160 Tabel 4.44 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan visualisasi

keruangan soal nomor 2b ujian sisipan 2 ...164 Tabel 4.45 Analisis hasil ujian sisipan 2 berdasarkan jenis kemampuan relasi

keruangan pada soal nomor 2c ...166 Tabel 4.46 Rekapitulasi hasil analisis subjek pada kemampuan relasi

keruangan soal nomor 2c ujian sisipan 2 ...169 Tabel 4.47.1 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

pertama (soal esai) ...177 Tabel 4.47.2 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

pertama (usip 1) ...177 Tabel 4.48.1 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

kedua (soal esai) ...185 Tabel 4.48.2 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

kedua (usip 1) ...185 Tabel 4.49 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

ketiga ...189 Tabel 4.50 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

keempat...193 Tabel 4.51 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

kelima ...197 Tabel 4.52 Persentase keberhasilan subjek dalam menjawab indikator

(23)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kubus ...17 Gambar 2.2 Kubus setelah dipotong ...17 Gambar 2.3 Kubus setelah dirotasikan ...18 Gambar 2.4 Kubus ...18 Gambar 2.5 Kubus ...22 Gambar 2.6 Jarak titik dengan garis ...23 Gambar 2.7 Jarak titik dengan bidang ...23 Gambar 2.8 Jarak garis dua garis yang sejajar ...24 Gambar 2.9 Jarak antara dua garis bersilangan ...24 Gambar 2.10 Jarak antara garis dan bidang ...24 Gambar 2.11 Jarak antara dua bidang ...25 Gambar 2.12.1

Proyeksi titik pada bidang ...25 Gambar 2.12.2

(24)

xix

(25)

xx

DAFTAR BAGAN

(26)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan ijin observasi dan penelitian ...207 Lampiran 2 Silabus Geometri Ruang tahun akademik 2015/2016 ...208 Lampiran 3 Daftar nilai mata kuliah Geometri Ruang tahun akademik

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang strategis untuk dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia sebagai cerminan kualitas dari suatu bangsa atau

negara. Carter (1997: 1) berpendapat bahwa pendidikan adalah proses perkembangan

kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam

masyarakatnya. Dimana proses sosial seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan

yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga dia dapat mencapai kecakapan sosial

dan mengembangkan kepribadiannya. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan

orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan umumnya dibagi

menjadi beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan

kemudian perguruan tinggi atau universitas. Pada tiap-tiap tahap terdapat tenaga

pendidik yang kemudian kita sebut sebagai guru. Secara garis besar tugas dari guru

adalah mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Dari uraian diatas kita dapat

melihat guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan

kualitas bangsa.

Guru merupakan salah satu komponen dalam bidang pendidikan yang harus

selalu berpikir aktif dan kreatif agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dunia

yang selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan guru dalam menyiapkan

peserta didik serta materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini mutu pendidikan juga

dapat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru yang dapat menunjang

(28)

dibawah standar kerja menggambarkan guru tersebut tidak menghormati profesinya

sebagai seorang pendidik yang sangat penting dalam peningkatan kualitas bangsa.

Untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah. Seorang guru tidak hanya

memiliki tingkat intelektual yang tinggi atau menguasai materi, namun seorang guru

harus dapat menguasai situasi kelas, mengenali karakteristik dari peserta didik, serta

memiliki kepribadian yang patut untuk ditiru oleh peserta didik. Secara formal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional yang dipersyaratkan untuk

memiliki kualifikasi akademik melalui pendidikan tinggi program sarjana atau

program diploma empat, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru yang

sudah memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang sudah ditetapkan

diharapkan mampu menjadi guru yang ideal.

Pemerintah telah menetapkan standar kompetensi yang wajib dimiliki seorang

guru dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut mutlak harus dikuasai

seorang guru. Keempat kompetensi ini dapat membawa seorang guru menjadi guru

yang ideal, baik secara akademik maupun moral.

Guru yang berkualitas tidak dapat dipisahkan dari pendidikan yang telah

dilaluinya. Banyak perguruan tinggi yang menawarkan jurusan keguruan dengan

berbagai bidang studi. Didalam perguruan tinggi tersebut mahasiswa dilatih dan

(29)

maupun keterampilan dalam mengutarakan pendapat, penguasaan kelas, serta untuk

menjadi pribadi yang layak sebagai guru. Dari keempat kompetensi yang ada,

kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berperan penting dalam

menentukan kualitas guru, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa

kompetensi-kompetensi yang lain juga mengambil andil dalam menentukan kualitas seorang guru.

Menurut Yayah Pujasari Nurdin (2007) kompetensi profesional guru sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Syarif Muhammad Irshad (2013)

juga berpendapat kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Demikian juga menurut Wahyu Nugroho (2006) terdapat

hubungan antara kompetensi penguasaan pengetahuan matematis guru, kompetensi

interpersonal guru, dan prestasi belajar siswa. Berangkat dari penelitian-penelitian

yang terdahulu yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kompetensi

profesional terlebih penguasaan materi terhadap prestasi belajar siswa, maka peneliti

ingin mencari tahu bagaimana tingkat kompetensi profesional yang dimiliki calon

guru terhadap materi yang dirasa sulit.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dari beberapa mahasiswa

semester delapan program studi pendidikan matematika Universitas Sanata Dharma

mengenai materi yang dirasa sulit untuk dikuasai adalah sebagai berikut :

Dari 8 mahasiswa, 5 diantaranya memilih geometri bidang dan geometri ruang yang

mereka rasa sulit untuk dikuasai. Seorang mahasiswa mengatakan mengenai materi

limit dan turunan, serta dua mahasiswa mengenai materi trigonometri. Pada materi

gometri ruang kebanyakan dari mahasiswa mengungkapkan mereka mengalami

kesulitaan dalam membayangkan yang dimaksud oleh soal. Kemampuan dalam

membayangkan bangun ruang disebut juga kemampuan spasial (kemampuan

(30)

menjadi objek, atau paling sedikit sebagian dari bangun tersebut, harus “dioperasikan”

di dalam kepala dengan pembayangan visual. Kemampuan spasial yang baik dapat

membantu dalam memecahkan masalah-masalah pada geometri ruang.

Berdasarkan latar belakang dan pemikiran lebih lanjut mengenai

kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh calon guru dan fakta bahwa calon guru sangatlah

penting untuk dapat menguasai materi pelajaran maka sangatlah perlu untuk

dilakukan penelitian tentang “Kompetensi Profesional yang dimiliki Calon Guru

Matematika Universitas Sanata Dharma pada Materi Geometri Ruang”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang

muncul berkenaaan dengan kompetensi profesional calon guru matematika pada

materi geometri ruang adalah mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami

materi geometri ruang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kompetensi

(31)

D. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka calon guru

matematika yang diteliti adalah calon guru matematika yang dihasilkan program studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma dengan indikator-indikator yang

diujikan adalah materi geometri ruang pada tingkat SMA/MA.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah mendeskripsikan kompetensi

profesional calon guru matematika pada materi geometri ruang.

F. Penjelasan Istilah

1. Calon guru

Calon guru adalah seseorang yang dididik dan dipersiapkan untuk dapat

mendidik atau memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada orang lain (peserta

didik).

2. Kompetensi

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing

peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

(32)

(bangun ruang).

G. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Mahasiswa yang menjadi subjek peneliti

Hendaknya hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa untuk

mengetahui tingkat penguasaan materi yang dimilikinya, serta dapat memotivasi

mahasiswa untuk dapat lebih mengembangkan penguasaan materi yang

dimilikinya.

2. Peneliti

Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan mendapat informasi serta

pengetahuan mengenai berbagai kompetensi yang wajib dimiliki dan

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hal-hal Teoritik dan Informasi-informasi Mendasar Terkait dengan

Masalah yang Diteliti

1. Pengertian Guru

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

menjelaskan tentang guru :

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian

guru, yang telah dikutip oleh Kompri (2015: 29), yaitu: Syaiful Bahri

Djamarah dan Azwan Zain (2002: 126) mengatakan bahwa guru

sebagai tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan

kepada anak didik di sekolah. Guru juga orang berpengalaman dalam

bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat

menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. N. A. Ametembun

sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah (2000: 31) mengatakan

bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung

jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun

(34)

Guru adalah orang yang melakukan bimbingan atau orang yang

melakukan kegiatan dalam pendidikan (Ramayulis, 2005: 49). Guru

adalah orang dewasa, yang karena peranannya berkewajiban melakukan

sentuhan pendidikan kepada anak didik (Nawawi, 1993: 108). Guru

adalah tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya

merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan masalah yang

dihadapi (Nurdin dan Usman, 2002: 8). Guru saat ini diharuskan

memiliki kualifikasi Pendidikan Strata Satu (S-1) pendidikan untuk

jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Jadi yang dimaksud dengan guru adalah seseorang yang telah

melalui pendidikan yang dikuhususkan untuk menjadi seorang guru,

atau seseorang yang dengan pengalaman dan pengetahuannya yang

dapat berguna untuk mengajari, mendampingi dan memndidik orang

lain atau peserta didik, dan calon guru yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah mahasiswa yang mengambil jurusan program studi

pendidikan matematika di Universitas Sanata Dharma.

Pasal 7 ayat (1) UU Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005

menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang

pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai

berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

(35)

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan

sesuai dengan bidang tugas;

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesional;

6. Memperoleh panghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja;

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesionalitas

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas;

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesional guru.

2. Kompetensi Guru

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Menurut Lefrancois dalam Asmani (2009), kompetensi

merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari

proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan

isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk

melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara

(36)

diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi.

Perubahan kompetensi tidak akan tampak apabila selanjutnya tidak ada

kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya.

Dengan demikian, bisa diartikan bahwa kompetensi adalah

berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan

kinerja tertentu. Menurut Cowell dalam Asmani (2009) kompetensi

dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit

atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses

penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari:

(1) Penguasaan minimal kompetensi dasar; (2) Praktik kompetensi

dasar; (3) Penambahan, penyempurnaan, atau pengembangan terhadap

kompetensi atau keterampilan.

Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada

kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan

kompetensi. Mengembangkan potensi bagi guru menjadi keharusan,

karena tugasnya adalah mendidik anak didik dengan pengetahuan dan

kearifan. Kualitas seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya

mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif, kualitas seorang

guru ditandai dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan

loyalitas yang tinggi serta ikhlas dalam memajukan pendidikan dan

mencerdaskan anak didik.

Menurut Mc. Leod dalam Uzer Usman (2007:14)

(37)

mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

diharapkan. Kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan seorang

guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan

layak dimata pemangku kepentingan.

Dari pendapat-pendapat di atas kompetensi dapat diartikan

sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berkomunikasi,

serta terampil demi menunjang profesinya. Jadi kompetensi guru adalah

kemampuan seseorang dalam berkomunkasi, menjelaskan,

membimbing, serta mendidik peserta didiknya agar mempunyai

kepribadian yang luhur dan kreatif sebagaimana tujuan dari pendidikan.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8

UU Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, meliputi kompetensi

pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Menurut Asmani (2009), keempat kompetensi di atas bersifat

holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu secara utuh

sosok kompetensi guru meliputi:

a. Pengenalan peserta didik secara mendalam;

b. Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu maupun bahan ajar dalam

kurikulum sekolah;

c. Penyelenggaraan pembelajaran mendidik yang meliputi perencanaan

dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses, hasil belajar, serta

(38)

d. Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.

3. Kompetensi Profesional Guru

Menurut Endang Komara (2007), kompetensi profesional adalah

kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas

keguruan. Kompetensi ini sangat penting. Sebab, langsung

berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat

profesionalitas seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai

berikut:

a) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya

paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan

nasional, institusi, kurikuler, dan tujuan pembelajaran;

b) Pemahaman dalam bidang psikologi penelitian, misalnya paham

tentang perkembangan peserta didik, paham tentang teori-teori

belajar;

c) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan

bidang studi yang diajarkan;

d) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan

strategi pembelajaran;

e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan

sumber belajar;

f) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran;

(39)

h) Kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang;

i) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah

untuk meningkatkan kerja

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat

(3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional

adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.

Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) kompetensi

profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang harus dikuasai guru. Yang termasuk kompetensi

profesional adalah memiliki pengetahuan yang luas dari bidag studi

yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode

mengajar di dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakannya.

Dari pengertian di atas mengenai kompetensi profesional guru,

maka definisi kompetensi profesional guru merupakan kemampuan

seorang guru dalam menguasai materi pada masing-masing bidang studi

yang digelutinya demi menunjang profesinya sebagai guru.

Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dijelaskan

tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna

menunjang kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional

(40)

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang diampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan profesi

4. Kemampuan Berpikir Keruangan (Spasial)

Menurut Purwadarminta (dalam Rif’an 2011) spasial merupakan

sesuatu yang berkenaan dengan ruang atau tempat.

Menurut Lucy dan Rizky (2012:128), kecerdasan visual-spasial

merupakan kecerdasan dalam berpikir baik secara dua dimensi maupun

tiga dimensi. Kemampuan ini meliputi kepekaan akan bentuk dan

ruang, misalnya dalam memahami arah, menemukan lokasi atau jalan,

dan memperkirakan hubungan antar benda dalam ruang. Kecerdasan ini

melibatkan akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga

hubungan di antara elemen-elemen tersebut.

Sefrina (2013:53) mendefinisikan kecerdasan visual-spasial

sebagai kecerdasan yang berhubungan dengan penglihatan dan ruang.

(41)

apa yang ia lihat secara akurat, membuat perubahan dan modifikasi dari

hasil pemahaman/persepsi visual tersebut serta kemampuan untuk

membangun kembali apa yang telah dilihat meski itdak ada rangsangan

lagi atau tidak ada objek yang dilihat lagi.

Suwarsono (1982) menyatakan bahwa kemampuan keruangan

(spatial ability) adalah kemampuan memahami sifat-sifat keruangan,

terutama sifat-sifat keruangan yang harus “ditemukan” dengan

menggunakan pembayangan visual (visual image) di dalam kepala.

Bangun yang menjadi objek, atau paling sedikit sebagian dari bangun

tersebut, harus “dioperasikan” di dalam kepala dengan pembayangan

visual.

Piaget & Inhelder (dalam Tambunan, 2006) menyebutkan

bahwa kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang di

dalamnya meliputi:

1. Hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi

objek dalam ruang).

2. Kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk

menentukan posisi objek dalam raung).

3. Hubungan proyektif (kemampuan untuk melihat objek dari berbagai

sudut pandang).

4. Konversi jarak (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua

(42)

5. Representasi spasial (kemampuan untuk merepresentasikan

hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif).

6. Rotasi mental (membayangkan di dalam kepada perputaran objek

dalam ruang tanpa melakukan perputaran itu secara nyata).

Dari paparan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir keruangan adalah kemampuan mengenal

elemen-elemen yang ada pada bangun ruang, baik secara dua dimensi maupun

tiga dimensi serta dapat membayangkan keadaan elemen-elemen

tersebut bila dikenakan sebuah perpindahan atau pergeseran atau rotasi

ataupun manipulasi.

5. Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Keruangan

Menurut Owens (dalam Suparyan, 2007) beberapa faktor utama

dari kemampuan berpikir keruangan adalah:

a. Faktor visualisasi, mencakup kemampuan untuk membayangkan

gambaran objek-objek yang muncul ketika objek tersebt diputar,

dipindah, atau dibalik, dan membayangkan objek datar ketika dillipat

atau membayangkan objek ruang ketika dibuka.

b. Faktor orientasi, mencakup kemampuan untuk mendeteksi

perubahan dari elemen-elemen dalam suatu pola dan kemampuan

untuk mempertahankan persepsi yang akurat ketika kedudukannya

(43)

Maier mempaparkan lima unsur dari kemampuan berpikir

keruangan dalam Suparyan 2007, antara lain:

1. Spatial perception (persepsi keruangan), yaitu kemampuan mengamati suatu bangun ruang atau bagian-bagian bangun ruang

yang diletakkan posisi horisontal atau vertikal. Contoh: mengetahui

bidang pada kubus merupakan alas bangun

ruang kubus

2. Spatial visualization (visualisasi keruangan), yaitu kemampuan untuk membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu

bentuk bangun ruang yang dikenai perubahan atau perpindahan.

Contoh: mengetahui bila pada kubus di potong

membujur pada titik tengahnya, maka akan menjadi bangun ruang

balok.

H G

F E

D C

B A

Gambar 2.1 Kubus ܣܤܥܦ ܧܨܩܪ

H G

F E

D C

B A

(44)

3. Mental rotation (rotasi pikiran), mencakup kemampuan merotasikan suatu bangun ruang secara cepat dan tepat. Contoh: mengetahui bila

pada kubus dirotasikan ke kanan, maka akan

menjadi

4. Spatial relations (relasi keruangan), yaitu kemampuan untuk mengerti wujud keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda

dan hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lain. Contoh:

mengetahui bila pada kubus sisi tegak lurus

dengan dan

5. Spatial orientation (orientasi keruangan), yaitu kemampuan untuk mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental di dalam ruang

atau berorientasi di dalam situasi keruangan yang istimewa. Contoh:

dapat mengetahui bila terdapat titik di tengah , dan titik di ܣܤܥܦ ܧܨܩܪ setelah dirotasikan

(45)

Menurut Suwarsono (2001), kemampuan-kemampuan berpikir

keruangan yang secara konsisten telah dijumpai di banyak penelitian

meliputi antara lain:

1. Kemampuan relasi keruangan (spatial relations ability), yaitu

kemampuan untuk memahami elemen-elemen (bagian-bagian) yang

ada pada suatu stimulus visual dan memahami hubungan antara

elemen yang satu dengan elemen yang lain.

2. Kemampuan visualisasi keruangan (spatial visualization ability),

yaitu kemampuan untuk membayangkan objek-objek atau

situasi-situasi secara visual dan mengoperasikan (memanipulasi)

bayangan-bayangan visual (visual image) di dalam kepala. Kemampuan ini

juga memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang jika

dilakukan suatu perubahan atau perpindahan.

3. Kemampuan orientasi keruangan (spatial orientation ability), yaitu

kemampuan untuk memahami wujud atau keadaan dari benda-benda

atau situasi-situasi yang disajikan dalam kedudukan yang

berbeda-beda, misalnya kemampuan untuk membayangkan wujud dari suatu

benda bila dilihat dari sudut pandang yang lain, atau kemampuan

untuk membayangkan wujud suatu benda bila disajikan dengan

(46)

6. Tinjauan Materi Geometri Ruang menurut Abidin dalam modul

matematika kelas X SMA

a. Kedudukan titik, garis, dan bidang

1. Kedudukan titik terhadap garis

Jika diketahui sebuah titik dan sebuah garis , maka :

a) Titik teletak pada garis , atau garis melalui titik

b) Titik berada diluar garis , atau garis tidak melalui

titik

2. Kedudukan titik terhadap bidang

Jika diketahui sebuah titik dan sebuah bidang , maka :

a) Titik terletak pada bidang , atau bidang melalui

titik

b) Titik berada diluar bidang , atau bidang tidak

melalui titik

3. Kedudukan garis terhadap garis

Jika diketahui sebuah garis dan sebuah garis , maka :

1) Garis dan terletak pada sebuah bidang, sehingga dapat

terjadi :

a. Garis dan berhimpit. Dua garis dikatakan

berhimpit apabila garis tersebut terletak pada satu

garis lurus, sehingga hanya terlihat sebagai satu garis

(47)

b. Garis dan berpotongan pada sebuah titik. Dua

garis dikatakan saling berpotongan apabila garis

tersebut terletak pada satu bidang datar dan

mempunyai satu titik persekutuan.

c. Garis dan sejajar. Dua garis atau lebih dikatakan

sejajar apabila garis-garis tersebut terletak pada satu

bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau

berpotongan jika garis tersebut diperpanjang sampai

tak berhingga.

2) Garis dan tidak terletak pada sebuah bidang, atau garis

dan bersilangan. Dua garis dikatakan bersilangan

apabia garis-garis tersebut tidak terletak pada satu bidang

datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang.

4. Kedudukan garis terhadap bidang

Jika diketahui sebuah garis dan sebuah bidang , maka :

a. Garis terletak pada bidang , atau bidang melalui

garis .

b. Garis memotong bidang , atau garis menembus

bidang

c. Garis sejajar dengan bidang

5. Kedudukan bidang terhadap bidang

Jika diketahui bidang dan bidang , maka :

(48)

b. Bidang dan bidang sejajar

c. Bidang dan bidang berpotongan. Perpotongan kedua

bidang berupa garis lurus yang disebut garis potong atau

garis persekutuan.

Contoh :

Diketahui kubus . Tentukan :

a. Titik yang berada pada garis

b. Titik yang berada diluar bidang

c. Garis yang sejajar dengan

d. Garis yang berpotongan dengan

e. Garis yang bersilangan dengan

Jawab :

a. Titik dan

b. Titik

c.

d. , , ,

e. , , ,

Gambar 2.5 Kubus

A B

C D

E

G H

(49)

b. Jarak antara titik, garis, dan bidang

1. Menghitung jarak antara titik dan garis

Jarak antara titik dan garis merupakan panjang ruas garis yang

ditarik dari suatu titik sampai memotong garis tersebut secara

tegak lurus.

Jarak antara titik dengan

garis adalah , karena tegak lurus dengan garis

.

2. Menghitung jarak antara titik dan bidang

Jarak antara titik dan bidang adalah panjang ruas garis yang

ditarik dari suatu titik diluar bidang sampai memotong tegak

lurus bidang.

Jarak titik ke bidang

adalah , karena garis

tegak lurus dengan bidang

.

3. Menghitung jarak antara 2 garis

a. Dua garis yang berpotongan tidak mempunyai jarak.

A

B g

Gambar 2.6 Jarak titik dengan garis

A

B H

(50)

b. Jarak antara dua garis yang sejajar adalah panjang ruas

garis yang ditarik dari suatu titik pada salah satu garis

sejajar dan tegak lurus garis sejajar yang lain.

Jarak antara garis dan

adalah , karena

tegak lurus garis dan

c. Jarak dua garis bersilangan adalah panjang ruas garis

hubung yang letaknya tegak lurus pada kedua garis

bersilangan itu.

Jarak antara garis dan

adalah , karena tegak

lurus garis dan .

4. Menghitung jarak antara garis dan bidang

Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar adalah jarak

antara salah satu titik pada garis tehadap bidang.

Jarak antara garis dan

Gambar 2.9 Jarak antara dua garis bersilangan

A

B h

g

Gambar 2.8 Jarak dua garis yang sejajar

Gambar 2.10 Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar

(51)

5. Menghitung jarak antara dua bidang

Jarak antara dua bidang yang sejajar sama dengan jarak antara

sebuah titik pada salah satu bidang ke bidang yang lain.

Jarak antara bidang dan

Bidang adalah

c. Proyeksi

1. Proyeksi titik pada bidang

Jika titik diluar bidang , maka proyeksi pada bidang

ditentukan sebagai berikut:

a. Dari titik dibuat garis yang tegak lurus bidang

b. Tentukan titik tembus garis terhadap bidang ,

misalnya titik .

Proyeksi titik pada

bidang adalah .

A

B H

G

Gambar 2.11 Jarak antara dua bidang

H

A

Gambar 2.12.1 Proyeksi titik pada bidang

H

A

B

(52)

2. Proyeksi garis pada bidang

Menentukan proyeksi garis pada bidang sama dengan

menentukan proyeksi dua buah titik yang terletak pada garis ke

bidang itu, dan proyeksi garis tadi pada bidang merupakan

garis yang ditarik dari titik-titik hasil proyeksi.

a. Jika sebuah garis tegak lurus pada bidang maka proyeksi

garis ke bidang itu berupa titik

b. Jika garis sejajar bidang maka proyeksi garis ke bidang

merupakan garis yang sejajar dengan garis yang

diproyeksikan.

d. Sudut antara garis dan bidang

1. Sudut antara dua garis berpotongan

Sudut antara dua garis berpotongan diambil sudut yang lancip

atau siku-siku.

Garis berpotongan dengan garis di titik , sudut yang

dibentuk adalah

A ߙ

g

h

(53)

2. Sudut antara dua garis bersilangan

Sudut antara dua garis bersilangan ditentukan dengan membuat

garis sejajar salah satu garis bersilangan tadi dan memotong

garis yang lain dan sudut yang dimaksud adalah sudut antara

dua garis berpotongan itu.

Garis bersilangan dengan garis .Garis sejajar

dengan garis dan terletak pada bidang serta

memotong garis .Sudut antara garis dengan garis

sama dengan sudut antara garis dan .

3. Sudut antara garis dan bidang

Sudut antara garis dan bidang hanya ada jika garis menembus

bidang.

Sudut antara garis dan bidang adalah sudut antara garis dan

proyeksinya pada bidang itu.

Garis g menembus

Gambar 2.15 Sudut antara garis dan bidang Gambar 2.14 Sudut antara dua garis bersilangan

(54)

Sudut antara garis dengan bidang adalah .

4. Sudut antara bidang dengan bidang

Sudut antara dua bidang terjadi jika kedua bidang saling

berpotongan.

Untuk menentukannya sebagai berikut:

1) Tentukan garis potong kedua bidang

2) Tentukan sebarang garis pada bidang pertama yang tegak

lurus garis potong kedua bidang

3) Pada bidang kedua buat pula garis yang tegak lurus garis

potong kedua bidang dan berpotongan dengan garis pada

bidang pertama tadi.

4) Sudut antara kedua bidang sama dengan sudut antara

kedua garis tadi.

Bidang dan

berpotongan pada garis

( , ). Garis pada

bidang tegak lurus

garis ( , ).

Garis pada bidang tegak lurus garis ( ). Sudut antara

bidang dan sama dengan sudut antara garis dan yaitu .

G

H

g

ߚ

h

(G,H)

(55)

e. Irisan antara bidang dengan bangun ruang

Menurut Nugroho (2013), irisan bangun ruang oleh bidang

datar adalah penampang yang dibatasi oleh garis-garis perpotongan

antara permukaan bangun ruang dan bidang datar tersebut. Sopandi

menjelaskan bahwa irisan tersebut setidaknya melalui tiga titik

yang ditentukan: (1) Titik tersebut dapat terletak pada bangun

ruang (bangun rusuk atau pada bidang sisi), (2) di luar bangun

ruang, (3) atau di dalam bangun ruang. Irisan juga dapat ditentukan

jika diketahui satu titik dan satu garis yang dilalui oleh irisan

tersebut.

Menurut Khoe (2008), irisan suatu bangun ruang dapat

ditentukan dengan tiga cara:

1. Memanfaatkan sumbu afinitas. Sumbu afinitas adalah garis

persekutuan antara bidang yang mengiris bangun ruang dengan

bidang alas. Sumbu afinitas diperoleh apabila telah ditemukan

dua titik persekutuan antara bidang pengiris dengan bidang

alas dimana kecenderungan posisi titik-titik tersebut cukup

curam tingginya (posisi tinggi rendahnya titik cukup

mencolok). Penentuan dua titik persekutuan itu tergantung

pada apa yang diketahui di dalam soal. Sumbu afinitas dapat

digunakan untuk menentukan titik-titik sudut irisan sehingga

(56)

kubus terdapat titik , dan dimana pada , pada , dan pada . Lukislah bidang iris kubus

melalui titik , dan !

Langkah-langkah dalam menggambar:

1) Gambarlah bangun ruang sesuai dengan soal yang ada.

2) Hubungkan titik-titik yang sebidang, pada gambar diatas

titik sebidang dengan titik dan titik sebidang

dengan titik .

3) Perpanjang garis hingga memotong perpanjangan garis di titik dan memotong perpanjangan garis di titik

(57)

6) Hubungkan titik dan titik , garis merupakan

2. Perpotongan bidang diagonal, yaitu menggambar irisan bangun ruang yang dilakukan dengan memanfaatkan garis potong bidang diagonal bangun ruang tersebut. Mengambar irisan dengan cara ini tidak memerlukan perluasan daerah gambar, tetapi jika alasnya merupakan segi-n dengan n yang cukup besar, maka gambarnya menjadi lebih rumit. Cara ini lebih baik digunakan bila posisi titik-titik yang diketahui sejajar tingginya. Contoh: lukislah irisan bidang yang melalui titik , , dan dengan titik , , dan berturut-turut berada pada

kubus dengan = , = dan =

!

(58)

Langkah-langkah dalam menggambar:

1) Gambarlah bangun ruang sesuai dengan soal yang ada.

2) Bidang diagonal kubus adalah bidang dan bidang . Kedua diagonal tersebut

berpotongan di .

3) Hubungkan garis . Karena garis berada pada bidang , maka garis akan memotong garis (garis

persekutuan dua bidang diagonal kubus) di titik .

4) Titik berada pada bidang , maka titik dan titik

berada pada satu bidang yang sama. Hubungkan dan

perpanjang titik dan hingga memotong garis . Titik

perpotongan tersebut kita beri nama .

5) Irisan bidang yang melalui titik-titik dan pada

kubus adalah bidang .

3. Perluasan salah satu sisi. Menggambar irisan bangun ruang

dengan menggunakan perluasan salah satu sisi dapat dilakukan

jika perpotongan antara sisi yang diperluas dengan sisi lainnya

terletak pada bidang gambar, bukan di luar bidang gambar.

Perluasan sisi diwakili oleh garis-garis rusuknya yang

diperpanjang. Beberapa acuan pada cara ini antara lain: dapat

menggunakan prinsip kesejajaran bila terdapat kesejajaran

(59)

ketinggian titik penampang yang cukup tajam. Contoh:

lukislah irisan bidang yang melalui titik dan dengan

titik dan berturut-turut berada pada garis dan pada limas segilima .

Langkah-langkah dalam menggambar:

1) Gambarlah bangun ruang sesuai dengan soal yang ada.

2) Hubungkan titik-titik yang sebidang, pada gambar diatas

titik sebidang dengan titik .

3) Perluas sisi ke kanan dan ke kiri hingga memotong

perluasan sisi dan perluasan sisi .

4) Garis persekutuan sisi dengan sisi adalah .

5) Garis persekutuan sisi dengan sisi adalah .

6) Perpanjang garis hingga memotong garis , titik

perpotongan tersebut kita namakan .

H

G F T

E D

C

A B R

K J

I

Q

P

(60)

7) Karena merupakan garis persekutuan antara sisi

dengan sisi , maka kita dapat menghubungkan titik

dengan titik .

8) Garis memotong garis di titik .

9) Perpanjang garis hingga memotong garis , titik

perpotongan tersebut kita namakan .

10) Karena merupakan garis persekutuan antara sisi

dengan sisi , maka kita dapat menghubungkan titik

dengan titik .

11) Garis memotong garis di titik .

12) Hubungkan titik-titik yang sebidang dan terletak pada

bangun ruang limas segilima.

13) Irisan bidang yang melalui titik–titik dan pada

limas segilima adalah bidang .

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Fatriya Adamura (2012) dengan

metode Lesson Study sebanyak empat siklus dengan subyek penelitian

meliputi 40 orang mahasiswa kelas III G Prodi Pendidikan Matematika

IKIP PGRI Madiun, seorang dosen model, dan tiga orang pengamat. Hasil

(61)

profesional yang belum dikuasai adalah dua dari delapan kemampuan

yang diamati, pada Do II terdapat tiga dari delapan kemampuan yang

belum dikuasai, pada Do III terdapat empat dari delapan kemampuan yang

belum dikuasai, dan pada Do IV semua kemampuan guru profesional yang

diamati terlaksana dengan baik di pembelajaran diskusi kelas berbasis

diskusi kelompok intuitif.

Penelitian yang dilakukan oleh Yosephin Silvia Kiti Purwaningtyas

(2015) dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah

mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata

Dharma yang menempuh mata kuliah Geometri Ruang kelas A pada tahun

akademik 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)

kemampuan berpikir keruangan mahasiswa cukup tinggi; 2) kemampuan

melukis dalam ruang mahasiswa cenderung rendah; 3) terdapat korelasi

positif yang signifikan dan sangat kuat antara kemampuan berpikir

keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang.

Penelitian yang dilakukan oleh Yayah Pujasari Nurdin (2007)

mengenai pengaruh kompetensi profesional guru terhadap keberhasilan

belajar siswa. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri

2 Cimahi yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah pemberian angket kepada

responden yang berisi pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin

(62)

jawaban. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Gambaran umum variabel

kompetensi profesional guru dalam mengajar berkriteria sangat baik; (2)

Tingkat keberhasilan belajar siswa memiliki kriteria baik. Sehingga

berdasarkan uji korelasi dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional

guru berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

Syarif Muhammad Irshad (2013) melakukan penelitian mengenai

pengaruh kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap hasil

belajar siswa. Penelitian dilakukan di SMK N 2 Temanggung dengan

sampelnya adalah siswa kelas X Program Studi Administrasi Perkantoran

yang berjumlah 74 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan dokumentasi, dengan analisis data menggunakan analisis

regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kompetensi profesional

guru dan fasilitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik

secara simultan maupun parsial.

Wahyu Nugroho (2006) melakukan penelitian mengenai hubungan

antara kompetensi penguasaan pengetahuan matematis guru, kompetensi

interpersonal guru, dan prestasi belajar siswa dalam pengajaran

matematika di SMP. Dengan metode uji korelasi Pearson Product Moment

diperoleh hubungan antara kompetensi interpersonal guru dan prestasi

belajar siswa SMP Negeri di Yogyakarta cukup kuat, sedangkan hubungan

antara kompetensi penguasaan pengetahuan matematis dan prestasi

(63)

kompetensi penguasaan pengetahuan matematis guru, kompetensi

interpersonal guru dan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berikut adalah diagram dari kerangka berpikir :

Guru Profesional

K. Pedagogis :  Pengembangan

Kurikulum K. Sosial:

 Berkomunikasi

K. Kepribadian :  Keamanan

Emosional

K. Profesional :  Penguasaan

Materi

Materi Geometri Ruang

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Tes Esai Prodi

Pendidikan

Matematika Calon Guru

Perkuliahan Geometri Ruang

Deskripsi Kompetensi Profesional Calon Guru untuk materi Geometri Ruang

Gambar

Gambar 2.1 Kubus B ���� ����
Gambar 2.3 Kubus B  setelah dirotasikan
Gambar 2.5 Kubus B
Gambar 2.7 Jarak titik dengan bidang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Probabilitas transisi dalam suatu rantai Markov sederhana mengandung sejumlah perubahan dari satu keadaan ke keadaan yang lain yang terjadi selama periode sampel

Hand sanitizer ini merupakan pembersih tangan yang berbeda dari produk lainnya yang beredar di pasaran, karena telah diketahui bahwa ekstrak herba meniran dengan

Secara klinis diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan lesi kulit khas pada bayi baru lahir yang mengikuti garis Blaschko dengan gambaran histopatologis

Produsen berkewajiban melakukan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV terhadap penyediaan, penyaluran dan harga pupuk bersubsidi

Melalui gambar / video, siswa dapat Mengidentifikasi kosa kata tentang nama-nama hewan piaraan dengan tepat2. Melalui contoh, siswa dapat melafalkan kosa kata

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PROSEDUR Yessy Handriani, Siti Maryam, D. Metode yang digunakan ialah metode eksperimen dengan rancangan “one group pretest-posttest

Aplikasi monitoring distribusi buku merupakan salah satu aplikasi yang dapat digunakan untuk pengolahan data mengenai buku. Monitoring buku paket di Unit Pelaksana

Para mahasiswa/i dan alumni Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ibn Khaldun Bogor sebagai kekuatan sumber daya manusia