iv
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa darah yang hidup obligat intraseluler Plasmodium. Malaria dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Salah satu komplikasi malaria berat adalah malaria serebral. Malaria serebral sering
menyebabkan koma bahkan kematian. paling sering
menyebabkan kematian dibandingkan spesies Plasmodium lainnya.
Patogenesis malaria serebral dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah trombosit. Trombosit yang secara fisiologis berperan dalam hemostasis dan mekanisme pembekuan darah akan berubah menjadi patogen pada sel endotel otak. Hal ini memperparah terjadinya malaria serebral. Patogenesis malaria serebral dimulai dengan penempelan dan invasi pada sel:sel darah merah. Kemudian sel darah merah yang terinfeksi akan bersirkulasi mengikuti peredaran darah dan menempel pada sel endotel otak. Selain itu, trombosit yang ikut dalam sirkulasi juga akan menempel pada sel endotel sesuai dengan mekanisme . Trombosit akan menempel, menginvasi dan bersekuestrasi dalam otak. Hal ini menyebabkan terjadinya iskemia karena terjadi penyumbatan akibat sekuestrasi tersebut. Akibat fatal lainnya adanya perdarahan yang dapat terjadi karena sitolisis dari sel endotel otak. Sekuestrasi juga dapat mengurangi aliran darah ke otak. Hal ini dapat menyebabkan kekacauan, kelesuan dan koma yang berkepanjangan. Respon imun akan terganggu karena sel darah yang terinfeksi akan menimbulkan terjadinya ketidakseimbangan respon imun. Sehingga respon imun akan diproduksi secara berlebihan.
v !
!
" "
"
"
" "
" " #
# #
$ # "
"
% #
"
" &
' $
"
$
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
+(, *+! v
PRAKATA vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Maksud dan Tujuan 3
1.4 Kegunaan 4
1.5 Metodologi Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 5
2.1.1 Morfologi 5
2.1.1.1 Sporozoit 5
2.1.1.2 * tropozoit 6
2.1.1.3 Mid:tropozoit 6
2.1.1.5 Skizon 7
2.1.1.6 Merozoit 8
2.1.2 Penularan Malaria 9
2.2 Patogenesis 10
2.2.1 Penempelan pada RBC 11
2.2.2 Invasi ke RBC 11
2.2.3 Perjalanan Penyakit Malaria Serebral 13 2.2.4 Penempelan pRBC pada Sel Endotel Otak 15 2.2.5 Perubahan dari Trombosit pada Infeksi oleh 18 2.2.6 Penempelan Trombosit pada Sel Endotel Otak 22
2.2.7 Invasi Trombosit 24
2.2.8 Sekuestrasi Trombosit 24
2.3 Respon Imun 25
2.4 Strategi Pemberantasan Malaria 26
2.5 Prinsip Pengobatan Malaria 30
2.5.1 Tindakan Umum 30
2.5.2 Pengobatan untuk Parasit Malaria 31
BAB III PEMBAHASAN 33
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan 36
4.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 40
viii
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1
Skema proses masuknya merozoit ke dalam RBC 12
Gambar 2.2
Patogenesis malaria serebral 15
Gambar 2.3
Skema terjadinya malaria serebral pada
( ) ! (BEC) 15
Gambar 2.4
Mekanisme antara
dengan sel endotel 17
Gambar 2.5
Skema hubungan antara , NO dan GPIIb:IIIa 19
Gambar 2.6
Skema dari reseptor:reseptor di trombosit yang
berikatan dengan nya masing:masing 20
Gambar 2.7
Skema respon imun seluler dan humoral serta
peranan TNF dalam patogenesis malaria serebral 22
Gambar 2.8
Trombosit dalam BMEC 23
Gambar 2.9
Trombosit yang adesi hingga mengadakan
$
TABEL Halaman
$
LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1
Daerah Endemik Infeksi Malaria
Gambar L.1 Penyebaran Malaria di Dunia 40
Gambar L.2 Penyebaran Malaria di Indonesia 40 Lampiran 2 Penyebaran Anopheles pada Tiap Propinsi di Indonesia 41 Lampiran 3 Morfologi Gambar L.2.1 Sporozoit 43
Gambar L.2.2 * 43
Gambar L.2.3 * 44
Gambar L.2.4 * 44
Gambar L.2.5 Tropozoit 44
Gambar L.2.6 Skizon 45
Gambar L.2.7 Merozoit 45
Gambar L.2.8 Gametosit 45
Gambar L.2.9 Gametosit jantan 46
Lampiran 4 Siklus Hidup Gambar L.3.1 Siklus hidup dalam tubuh nyamuk + betina 47
Gambar L.3.2 Siklus hidup dalam tubuh manusia 47
Lampiran 5 Perubahan pada pRBC Akibat Gambar L.4.1 Tanpa panah menunjukan tonjolan apical untuk penempelan dari merozoit pada reseptor RBC 48
Gambar L.4.3 Tanda panah menunjukan adanya
knobs pada permukaan membran pRBC ( dalam stadium skizon) 49
Lampiran 6
Skizon pada Pembuluh Darah di Otak
Gambar L.5.1 Skizon yang menempel
pada sel endotel pembuluh darah otak 50 Gambar L.5.2 Skizon yang menempel pada
pada penderita malaria serebral 50
Lampiran 7
Sekuestrasi oleh Trombosit
Gambar L.6 Sekuestrasi trombosit yang terjadi pada
sel endotel pembuluh darah otak 51
Lampiran 8
Perubahan Patologis yang Terjadi pada Otak
Gambar L.7 Perubahan patologis yang terjadi pada
8 * ' % %
!9 % %
Nama : Indria Melianti
Tempat / tanggal lahir : Jakarta / 7 Mei 1985
Alamat : Nogososro 40, Semarang
Agama : Katholik
Nama Ayah : Bambang Priyanto, drg., SpBM
Nama Ibu : Liesda Trianingrum, drg.
9
Tahun 1990 lulus TK Kanisius, Yogyakarta Tahun 1996 lulus SD Kanisius, Yogyakarta
Tahun 1999 lulus SMP Maria Mediatrix, Semarang Tahun 2002 lulus SMA Sedes Sapientiae, Semarang
!
+ , + ,-+
Gambar L.1 Penyebaran malaria di dunia (Matisz, 2004)
+, +. , / / 0/ , , 0,+
Tabel 2.1 Distribusi Vektor Malaria di Indonesia
No. Propinsi Vektor predominan
1 D.I.Aceh + +
2 Sumatera Utara + + +
3 Sumatera Barat + +
4 Riau + + +
5 Jambi + + +
6 Sumatera Selatan + + +
7 Bengkulu + +
8 Lampung + + +
9 DKI Jakarta +
10 Jawa Barat + + +
11 Jawa Tengah + + +
+
12 D.I. Yogyakarta + + +
13 Jawa Timur + + +
+
14 Bali + + +
15 Kalimantan Barat + + +
+
16 Kalimantan Tengah + + +
18 Kalimantan Timur + + + +
19 Sulawesi Utara + + +
20 Sulawesi Tengah + +
21 Sulawesi Selatan + + +
22 Sulawesi Tenggara + + +
+ + +
23 Nusa Tenggara Barat + + +
+ + +
24 Nusa Tenggara Timur + + +
+ + +
25 Maluku + + +
26 Irian Jaya dan Papua + + + +
#
0 -0 01 !" # $! %"
Gambar L.2.1 Sporozoit (MacLean, 2004)
Gambar L.2.3 * (Culvenor, 2000)
Gambar L.2.4 * (Culvenor, 2000)
Gambar L.2.6 Skizon (Culvenor, 2000)
Gambar L.2.7 Merozoit (Culvenor, 2000)
2
' / !" # $! %"
Gambar L.3.1 Siklus hidup dalam tubuh nyamuk +
betina (Matisz, 2004)
Gambar L.3.2 Siklus hidup dalam tubuh manusia (Matisz,
"
+ . , / / 3 . !" # $! %"
Gambar L.4.1 Tanpa panah menunjukan tonjolan apical untuk penempelan dari
merozoit pada reseptor RBC (MacLean, 2004)
Gambar L.4.2 Siklus hidup : terlihat stadium merozoit dalam
Gambar L.4.3 Tanda panah menunjukan adanya knobs pada permukaan membran
(
40, !" # $! %" / + .
Gambar L.5.1 dalam stadium skizon yang menempel pada
sel endotel pembuluh darah otak (MacLean, 2004)
Gambar L.5.2 Skizon yang menempel pada malaria serebral
5
+ + 0 + 0 .0
Gambar L.6.1 Sekuestrasi trombosit yang terjadi pada sel endotel pembuluh darah
6
+ . , 0 01 ,1 + 7 /
Gambar L.7.1 Perubahan patologis yang terjadi pada otak (cerebrum) secara anatomis
'% %
1.1 Latar Belakang
Secara global, malaria masih menjadi pembunuh yang kejam bagi umat manusia di
sebagian besar wilayah dunia, seperti Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Asia Selatan, Asia Tenggara, dan kawasan Oceania (Putu Sutisna, 2004). Infeksi
malaria merupakan masalah yang harus dihadapi oleh negara tropik, sub:tropik dan
negara yang sedang berkembang bahkan negara yang sudah maju (Haque et al, 2001).
Dengan perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia, khususnya dengan
berkembangnya dunia wisata, infeksi malaria juga merupakan masalah bagi negara:
negara maju karena munculnya penyakit malaria di negara tersebut (P.N. Harijanto,
2000).
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2000, terdapat lebih dari 2,4 milyar
penduduk atau 40% dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria (Husna
Dharma Putera, 2001). Sementara, prevalensi penyakit malaria di seluruh dunia
diperkirakan antara lima sampai enam ratus juta orang di seluruh dunia klinis
menderita penyakit malaria dan sebagai akibatnya lebih dari satu juta orang
meninggal tiap tahunnya (Holding, Snow, 2001). Di Indonesia juga sampai saat ini
angka kesakitan penyakit malaria masih cukup tinggi, terutama di daerah luar Jawa
dan Bali. Namun kini di daerah Jawa dan Bali juga sudah terjadi peningkatan jumlah
penderita malaria (Husna Dharma Putera, 2001). Masih sering terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) malaria terutama di daerah yang mengalami perubahan lingkungan,
misalnya tambak udang atau ikan yang tidak terpelihara, di daerah penebangan pohon
yang akan menjadi tempat perindukan nyamuk + Nyamuk +
merupakan vektor dari malaria (Umar Fahmi Achmadi, 2000).
Masalah mortalitas dan morbiditas akibat malaria berat mempunyai kaitan erat
dengan timbulnya malaria dari komplikasi yang ringan hingga mengganas menjadi
komplikasi yang berat, seperti malaria serebral (P.N. Harijanto, 2000). Tercatat
sekitar 7000 kasus di Perancis setiap tahunnya, di mana 90% mengacu pada
(Bonnard, 2005). Sekitar 20% kasus disebabkan karena
malaria serebral yang merupakan salah satu komplikasi berat dari infeksi
(Holding & Snow, 2001). Di Indonesia malaria serebral sering dijumpai
pula di daerah endemik seperti di Jepara (Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Maluku, dan
Irian Jaya. Secara sporadik juga ditemui pada beberapa kota besar di Indonesia.
Menurut penelitian di Minahasa, Sulawesi Utara mortalitas malaria serebral mencapai
30,5% (Umar Fahmi Achmadi, 2000).
Komplikasi akibat malaria berat selain malaria serebral antara lain anemia berat
(Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%), hipoglikemia (gula darah < 40 mg%),
pembuluh darah yang kolaps, syok hipovolemia, hipotensi ( ) (tekanan
sistolik < 70 mmHg pada dewasa atau < 50 mmHg pada anak yang berusia satu
hingga lima tahun), septikemia, gagal ginjal akut (GGA) (oliguria < 400 ml/24 jam
atau kadar kreatinin serum > 3 mg%), manifestasi perdarahan (gusi, hidung, dan atau
tanda:tanda - ! (DIC), gangguan pembekuan
darah (koagulopati), kejang:kejang yang berulang lebih dari dua kali dalam 24 jam,
oedem paru (sesak nafas, gelisah), . /ikterus (bilirubin serum > 3 mg%),
asidosis metabolik (pH darah < 7,25 atau kadar plasma bikarbonat < 15 mmol/L),
" ( makroskopik), hipertermia (suhu badan
> 40oC) dan hiperparasitemia (ditemukan Plasmodium > 5%) (Putu Sutisna, 2004).
Dari komplikasi malaria berat di atas, insidensi malaria serebral meliputi 10% dari
penderita malaria berat yang dirawat di rumah sakit, dan 80% merupakan
Patogenesis malaria serebral sebenarnya merupakan hal yang sangat kompleks dan
multifaktorial. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya malaria
serebral, seperti peran trombosit pada kapiler pembuluh darah otak, peran sitokin
yang menyebabkan produksi berlebih dari / $ (TNF), peran
patologis dari TNF * 2 (TNFR2), peran sel limfosit dimana
mengeluarkan lebih banyak sel 1 (Th1) dibanding sel 2 (Th2), dan
perubahan fenotip dari ( ) ! 0 1)!2 (Lou et al,
2001).
Dari beberapa faktor di atas, keistimewaan dari patogenesis malaria serebral
adalah kemampuan dari untuk menginfeksi * ( !
(RBC) dengan mengadesi lapisan dari kapiler:kapiler darah. RBC yang sudah
diinvasi oleh akan berubah menjadi 3 * (
! (pRBC). pRBC akan mengubah fungsi komponen:komponen darah seperti
trombosit. Trombosit yang secara fungsional berperan dalam hemostasis, akan
bersekuestrasi sehingga memperparah terjadinya malaria serebral. Dengan demikian,
trombosit berperan penting dalam patogenesis malaria serebral.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, maka kita dapat merumuskan identifikasi masalah
Bagaimana peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud : untuk memahami peran trombosit dalam patogenesis malaria
Tujuan : untuk mengetahui lebih dalam peran trombosit dalam patogenesis
malaria serebral sehingga angka kejadian malaria serebral dapat
diturunkan.
1.4 Kegunaan
Kegunaan akademis : Diharapkan dengan membaca KTI ini, akan menambah
wacana dan wawasan pembaca mengenai peran trombosit
dalam patogenesis malaria serebral.
Kegunaan praktis : Diharapkan dengan diketahuinya peran trombosit, akan
menarik minat pembaca untuk lebih memahami dan
mendalami peran trombosit ini.
1.5 Metodologi Penelitian
&
%
4.1 Kesimpulan
Peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral merupakan proses komplek
yang terdiri dari proses penempelan, invasi, hingga terjadi sekuestrasi oleh trombosit
di di otak. Trombosit yang secara fisiologis berfungsi untuk sistem
pembekuan darah, malah menjadi patogen dengan menginvasi dan bersekuestrasi
dalam sel endotel otak.
4.2 Saran
Secara menyeluruh patogenesis malaria serebral masih banyak hal yang belum
diketahui dengan jelas. Hal ini disebabkan karena patogenesis malaria serebral
dipengaruhi oleh banyak faktor dan terjadi interaksi yang kompleks antara faktor:
faktor tersebut Oleh karena itu diperlukan penelitian:penelitian lebih lanjut sehingga
dengan mengetahui mekanisme patogenesis diharapkan dapat dibuat obat atau vaksin
$ %
Arlan Prabowo. 2004. . Halaman 13:14.
A. Haque, Hakim Echchannaoui, Rosanne Seguin, Joseph Schwartzman, Lloyd
H. Kasper, et al. 2001. ! . American Journal of
Pathology; 158: 163:172, 2 April 2005
Blood, Benoit Gamain, Joseph D. Smith, Louis H. Miller, and Dror I. Baruch. 2001.
* ! !-<=
+ !-<=. Journal of the American Society of
Hematology; Vol. 97, No. 10, pp. 3268:3274, 19 Mei 2005
Charles R J C Newton, Tran Tinh Hien, Nicholas White. 2000. / +
- ! . Journal of Neurology, Neurosurgery and
Psychiatry, 69; pp. 433:441, 28 Februari 2005
Claire Harrison, Samuel Machin. 2005. . http://www.netdoctor.co.
uk/diseases/facts/thrombocytopenia.htm, 2 Desember 2005
Clark. 2000. %
. http://www.bmjjournal.com/cgi/content/full/72/5/418, 3
Oktober 2005
David J. Weatherall, Louis H. Miller, Dror I. Baruch, Kevin Marsh, Ogobara K.
Doumbo, et al. 2002. * ! . Hematology American Society of
Hematology Education Program Book 1:35, 7 April 2005
Emsri Pongponratn, Gareth D.H., Nicholas P.J., Nguyen Hoan Phu, Julie A., et al.
2003. + ; , ( $
Florian Krotz, Hae Young Sohn, Torsten Gloe, Stefan Zahler, Tobias Riexinger, et al.
2002. 4 1 ( /+-0 24 %
% .
http://www. bloodjournal.org/cgi/content/full/100/3/917.htm, 2 November 2005
Guang Sun, Wun:Ling Chang, Jie Li, Seth Mark Berney, Donald Kimpel, et al. 2003.
+ (
, . Infection and Immunity, Vol. 71, No. 11; p.
6553:6561, 23 Maret 2005
J. Culvenor. 2000. ) . www.wehi.edu.au/MalDB:encyc.html, 23
Oktober 2005
James P. McRedmond, Patrick Harriott, Brian Walker, and Desmond J. Fitzgerald.
2000. 4 1 ( ,
&, Journal of the American Society of Hematology, Vol. 95 No. 4, p. 1301:1308, 2 November 2005
Jinning Lou, Ralf Lucas, Georges E. Grau. 2001. !
* )% - + 4 . Clinical
Microbiology Reviews, Vol. 14, No. 4; p. 810:820, 2 Mei 2005
Joseph Loscalzo. 2001. / % + +
. http://circres.ahajournals.org/cgi/content/full/88/8/756.htm, 2 Juli 2005
Mark F. Wiser. 2003. . http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes
/malaria. html, 22 Maret 2005
May Ho, Nicholas J. White. 1999. !
. American Journal Physiology, Physiology 276: C1231:C1242, Vol. 276; Issue 6, 2 Oktober 2005
P.N. Harijanto. 2000. ) 7
Putu Sutisna. 2004. Edisi 1. , * - -. hal 14:20, 48:49
Richard Shlansky, 2002, + ;
1 8 ! 8 5 )% !
+ > http://www.jvir.org/cgi/content/full/13/3/229.htm, 2 Desember 2005
Sawitz, William G. 1972. Edisi 2. . Hal 47
Sharma et al. 2002. 4 ! +
. Assoc Physicians India. 2 Desember 2005
Soedarto. 1996. Edisi 4. . Hal 1,6
Valery Combes, Alexander R. Rosenkranz, Mireille Redard, Giampaolo Pizzolato,
Hubert Lepidi, et al. 2004. * , )%
! ) ! . American
Journal of Pathology; 164: 781:786, 26 Maret 2005
Warrell, Charles Newton. 1999. ! . http://www.brown.edu/courses/
Bio_160/Projects1999/malaria/cermal.html, 2 Maret 2005
Wikipedia. 2005. . http://en.wikipedia.org/wiki/Platelets.htm, 12 Desember
2005
Xainli J., Baisor M., Kastens W., Bockarie M., Adams J.H., et al. 2003. + %