• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Olivia Christina Dewi

129114166

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN

PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V

Disusun oleh:

Olivia Christina Dewi

NIM: 129114166

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Skripsi,

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN

PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Olivia Christina Dewi

129114166

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal: 13 Juni 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 : Dr. Y. Titik Kristiyani, M.Psi. ...

Penguji 2 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D. ...

Penguji 3 : P. Eddy Suhartanto, M. Si. ...

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juli 2017

(5)

v

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V

Olivia Christina Dewi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika siswa SD kelas V. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika. Responden penelitian ini adalah 73 siswa SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala sikap terhadap matematika dan metode dokumentasi berupa nilai matematika. Reliabilitas skala sikap terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Aplha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,920 dari 40 aitem. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment pada program SPSS for Windows versi 23.

Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar 0,416 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.

(6)

vi

THE RELATIONSHIP BETWEEN ATTITUDE TOWARD MATHEMATICS AND MATHEMATICS ACHIEVEMENT AMONG

FIFTH GRADE STUDENTS Olivia Christina Dewi

ABSTRACT

This study aimed to find out the relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement among fifth grade students. The hypothesis proposed in this study was there was a positive relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement. The respondents in this study was 73 students in fifth grade of SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta. Collection data in this study used attitude toward mathematics scales and documentation method of mathematics mark. Reliability of attitude toward mathematics scales tested using Aplha Cronbach reliability and obtained results as much as 0,920 of 40 items. Data were analyzed using Product Moment Pearson

correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of 0,416 and 0,000 level of significance (p<0,01). According to the results, the hypothesis that there was a positive relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement, was accepted.

Key words: attitude toward mathematics, mathematics achievement

LEMBAR PE

(7)

vii

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Olivia Christina Dewi

NIM : 129114166

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:

“Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi Matematika Pada Siswa SD Kelas V”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 Juli 2017

Yang menyatakan,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang selalu

menyertai, membimbing, memberikan hikmat, petunjuk, dan pengetahuan dalam

penyelesaian tugas akhir ini. Karya ini jauh dari kata sempurna tetapi karya ini

dapat penulis selesaikan berkat doa dan semangat dari berbagai pihak. Dengan

penuh syukur, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Paulus Eddy Suhartanto M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi.

3. Dr. Y. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu meluangkan waktu dan memberikan pencerahan.

4. Drs. Hadrianus Wahyudi M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

5. Prof. A. Supratiknya dan Edward Theodorus, M.App.Psy. selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberi masukan.

6. Kedua orangtuaku yang setiap waktu mau mendengar keluh kesahku dan

memberi semangat untuk tetap optimis.

7. Teman-teman dosbing Bu Titik yang menguatkan satu sama lain.

8. Mas Muji, Mas Gandung, teman-teman student staff, dan teman-teman petugas lab atas segala bantuannya.

9. Sahabat-sahabat merpus geng pisgor: Indri, Dira, dan Igan “jangan

(9)

ix

10. Sahabat-sahabat cabe-cabean: Putri, Igan, Anggie, Nona, Dira, Mitha, Seprina, Gung Is, Bincik, dan Itha. Terima kasih karena selalu memberi

keceriaan dan penguatan untuk satu sama lain.

11. Sahabat payungku: Rizky dan Bella. Terima kasih atas kerja sama kita,

tetap semangat!

12. Teman-temanku seluruh angkatan 2012 atas bantuan, dukungan, dan

doanya. Selalu semangat dan optimis teman-teman.

13. Responden-responden yang telah berpartisipasi dalam penelitianku ini.

14. Semua pihak yang turut memberikan doa, dukungan, dan bantuan tapi

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih.

Penulis memiliki harapan agar karya ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis saja

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN .. ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH . ... iv

ABSTRAK . ... v

ABSTRACT . ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH . ... vii

KATA PENGANTAR . ... viii

DAFTAR ISI . ... x

DAFTAR TABEL . ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN . ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN . ... 1

A. Latar Belakang Masalah . ... 1

B. Rumusan Masalah . ... 8

C. Tujuan Penelitian . ... 8

D. Manfaat Penelitian . ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI . ... 10

A. Matematika . ... 10

B. Prestasi Matematika . ... 11

1. Definisi Prestasi Matematika . ... 11

(11)

xi

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika . ... 12

C. Sikap terhadap Matematika . ... 16

1. Definisi Sikap terhadap Matematika . ... 16

2. Aspek-aspek Sikap terhadap Matematika. ... 17

D. Siswa Sekolah Dasar (SD) Kelas V . ... 19

1. Karakteristik Siswa SD Kelas V . ... 19

2. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa SD Kelas V . ... 19

E. Dinamika Hubungan antara Sikap terhadap Matematika dan Prestasi Matematika Siswa SD Kelas V . ... 21

F. Hipotesis Penelitian . ... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN . ... 27

A. Jenis Penelitian . ... 27

B. Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian . ... 27

D. Responden Penelitian ... 29

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data . ... 29

F. Pemeriksaan Reliabilitas Skala Sikap terhadap Matematika . ... 38

G. Metode Analisis Data . ... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... 40

A. Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Deskripsi Responden Penelitian . ... 40

C. Deskripsi Data Penelitian . ... 41

(12)

xii

E. Analisis Data Penelitian Tambahan ... 46

F. Pembahasan . ... 48

BAB V. PENUTUP . ... 59

A. Kesimpulan . ... 59

B. Keterbatasan Penelitian ... 59

C. Saran . ... 60

DAFTAR PUSTAKA . ... 62

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Sikap terhadap Matematika Sebelum Uji Coba ... 30

Tabel 2. Daftar Pertanyaan FGD ... 31

Tabel 3. Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Semua Item, kecuali Item Indikator Kecemasan Terhadap Matematika) . ... 33

Tabel 4. Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Indikator Kecemasan Terhadap Matematika) ... 34

Tabel 5. Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Sikap Terhadap Matematika 36 Tabel 6. Blue Print Skala Sikap Terhadap Matematika Setelah Uji Coba ... 37

Tabel 7. Deskripsi Responden Penelitian ... 40

Tabel 8. Reliabilitas Data Sikap Terhadap Matematika ... 41

Tabel 9. Deskripsi Data Sikap Terhadap Matematika . ... 42

Tabel 10. Hasil Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Skala Sikap Terhadap Matematika ... 42

Tabel 11. Deskripsi Data Prestasi Matematika . ... 43

Tabel 12. Hasil Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Prestasi Matematika ... 43

Tabel 13. Uji Normalitas . ... 44

Tabel 14. Uji Linearitas ... 45

Tabel 15. Uji Hipotesis . ... 45

Tabel 16. Uji Korelasi Aspek-aspek Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi Matematika . ... 46

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Bagan Dinamika Hubungan antara Sikap terhadap Matematika dan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kompetensi Dasar dan Materi Matematika SD Kelas V

Kurikulum KTSP ... 68

Lampiran 2. Form Penilaian Validitas Isi Skala Sikap Terhadap Matematika 70

Lampiran 3. Penghitungan IVI-I dan IVI-S untuk Penilaian Validitas Isi Skala Sikap Terhadap Matematika ... 78

Lampiran 4. Skala Sikap Terhadap Matematika Sebelum Uji Coba ... 82

Lampiran 5. Surat Ijin Uji Coba ... 86

Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Sikap Terhadap Matematika Sebelum Uji Coba ... 87

Lampiran 7. Skala Sikap Terhadap Matematika Setelah Uji Coba (Penelitian) 90 Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 94

Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian ... 95

Lampiran 10. Uji Reliabilitas Skala Sikap Terhadap Matematika Setelah Uji Coba (Penelitian) ... .... 96

Lampiran 11. Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Sikap Terhadap Matematika ... 97

Lampiran 12. Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Prestasi Matematika ... 98

Lampiran 13. Uji Normalitas ... ... 99

Lampiran 14. Uji Linearitas ... 100

Lampiran 15. Uji Hipotesis (Korelasi Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi Matematika) ... 101

(17)

xvii

Prestasi Matematika) ... 102

Lampiran 17. Uji Beda Sikap Terhadap Matematika Berdasarkan Jenis

Kelamin ... . 103

Lampiran 18. Uji Beda Prestasi Matematika Berdasarkan Jenis

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Salah satu mata pelajaran dalam pendidikan formal di Indonesia yang

dianggap penting dan diberikan hingga jenjang sekolah menengah atas adalah

matematika. Matematika mempelajari tentang bilangan dan kalkulasi, bentuk

dan ruangan, pola dan hubungan, serta fakta kuantitatif dengan cara berpikir

dan bernalar menggunakan struktur logis (Soedjadi, 2000). Pelajaran

matematika berguna untuk memecahkan masalah abstrak dan praktis (Reys,

Lindquist, Lambdin, & Smith, 2014), mengembangkan kemampuan berpikir

dan berargumentasi, menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam dunia kerja. Matematika juga memberi dukungan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013). Dengan banyaknya manfaat

tersebut, maka matematika perlu dikuasai mulai dari tingkat sekolah dasar

hingga jenjang perguruan tinggi (Orton & Frobisher, 2004).

Siswa diharapkan mampu menguasai matematika sejak duduk di bangku

pendidikan dasar. Dasar-dasar matematika yang kuat dapat mengembangkan

kemampuan dan keterampilan anak dalam melakukan penalaran, berpikir kritis

dan logis, kemampuan menganalisis, serta kemampuan dalam menyelesaikan

masalah (Sujiono, 2011). Ironisnya, sebagian besar

siswa memandang matematika sebagai pelajaran yang menakutkan, susah,

(19)

Sejumlah siswa lebih sering menunjukkan hasil yang tidak sesuai

harapan pada tes matematika terstandar. Hasil survei Pusat Statistik

Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics)

tahun 2003 pada 41 negara dalam pembelajaran matematika menunjukkan

bahwa Indonesia mendapat peringkat 39, di bawah Thailand dan Uruguay

(Satria, 2012). Menurut data UNESCO, mutu pendidikan matematika di

Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati (Satria, 2012).

Data TIMSS (Trends in International Maths and Science Studi) tahun 2015 menyatakan bahwa siswa Indonesia berusia 9-10 tahun berada pada peringkat

ke-45 dari 50 negara pada penguasaan matematika (Rahmawati, 2016).

Peringkat tersebut menggambarkan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia

sangat rendah.

Hasil UN siswa SD Kota Yogyakarta tahun 2013 (Ihsan, 2013)

menunjukkan bahwa Matematika memiliki nilai rata-rata terendah, yaitu 7,39.

IPA memiliki nilai rata-rata sebesar 7,62 dan Bahasa Indonesia sebesar 8,43.

Berdasarkan kesenjangan antara pentingnya matematika serta data rendahnya

prestasi matematika siswa di Indonesia, maka mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi prestasi matematika merupakan hal yang penting.

Dalam pendidikan formal di sekolah, kemampuan matematika siswa

ditunjukkan melalui tinggi rendahnya prestasi matematika. Prestasi matematika

merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan (Singh, Granville,

Dika, 2002). Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi matematika adalah

(20)

masih jarang dijumpai di Indonesia, khususnya pada siswa sekolah dasar.

Penelitian mengenai prestasi matematika di Indonesia banyak dikaitkan dengan

model pembelajaran, seperti pembelajaran matematika realistik sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2002). Sikap terhadap matematika

perlu diperhatikan karena menentukan cara siswa dalam mengevaluasi dan

merespon pelajaran matematika berdasarkan organisasi dari faktor kognitif,

afektif, dan konatif. Hal ini sejalan dengan bukti yang ditemukan Volet (1997

dalam Papanastasiou, 2002) bahwa prestasi akademik berhubungan dengan

interaksi dinamis antara variabel kognitif, afektif, dan motivasi. Tinggi

rendahnya prestasi matematika ditentukan oleh kemampuan siswa untuk

memusatkan perhatian, mengembangkan kegairahan, dan mendorong dirinya

untuk mempelajari matematika (Hendriana & Soemarmo, 2014). Güngör,

Eryilmaz, dan Fakioglu, (2007) juga menemukan bahwa prestasi fisika dan

matematika siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kognitif, melainkan

juga faktor afektif.

Peneliti memilih siswa sekolah dasar karena kemampuan dasar yang kuat

di bidang matematika menjadi prediktor kesuksesan siswa pada mata pelajaran

lain, serta menunjang prestasi di tingkat sekolah yang lebih tinggi, bahkan

karier (Shadiq, 2007; Singh, Granville, & Dika, 2002). Siswa kelas V sedang

berada pada puncak perkembangan kognitif operasional konkret yang ditandai

dengan kemampuan berpikir logis yang sangat dibutuhkan dalam mempelajari

(21)

Di sisi lain, siswa usia 11-13 tahun mungkin akan mengembangkan sikap

terhadap matematika yang negatif seiring dengan semakin abstraknya materi

matematika yang dipelajari (Aiken, 1986 dalam Cheung, 1988). Ke-8

responden FGD yang merupakan siswa SD kelas V berusia 10-11 tahun di

Yogyakarta juga memiliki sikap terhadap matematika yang negatif. Secara

kognitif, mereka menilai matematika sebagai pelajaran yang cukup susah untuk

dipahami. Secara afektif, mereka memiliki ketakutan-ketakutan terhadap

matematika. Mereka umumnya merasa takut tidak mampu menyelesaikan

soal-soal matematika dan takut mendapat nilai matematika yang jelek. Ketakutan

tersebut memunculkan predisposisi perilaku yang kurang baik, seperti bermain

dengan teman dan tidak memperhatikan guru saat mengikuti kelas matematika.

Akan tetapi, mereka juga memiliki sikap yang positif terhadap matematika,

yaitu menilai matematika sebagai pelajaran yang berguna untuk menghadapi

ujian, masa depan, dan kehidupan sehari-hari. Siswa dalam tahap

perkembangan kognitif ini perlu mendapat arahan untuk mengembangkan

kognisi, afeksi, dan predisposisi perilaku mengenai matematika yang positif

agar kemampuan berpikir logisnya dapat berkembang secara maksimal.

Sikap merupakan keteraturan perasaan, pikiran, dan kecenderungan

perilaku seseorang terhadap objek tertentu di lingkungannya (Secord &

Backman, 1964). Sikap selalu digerakkan atas evaluasi pada sesuatu atau

seseorang, sehingga dapat memengaruhi pembelajaran serta performansi siswa.

Sikap siswa terhadap matematika memengaruhi cara mereka mengikuti

(22)

performansi matematika (Lipnevich, MacCann, Krumm, Burrus, & Roberts,

2009; Nicolaidou & Philippou, 2003).

Siswa umumnya memiliki sikap terhadap matematika yang positif ketika

pertama masuk sekolah tetapi lama kelamaan sikap tersebut akan berkurang

dan menjadi negatif saat memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi (de

Lourdes Mata, Monteiro, & Peixoto, 2012; Nicolaidou & Philippou, 2003). Di

sisi lain, beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa secara relatif memiliki

sikap positif terhadap matematika (Tezer & Karasel, 2010; Yilmaz, Altun, &

Olkun, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap matematika

sangat subjektif dan cenderung menjadi negatif seiring dengan naiknya

tingkatan kelas.

Penelitian mengenai hubungan sikap terhadap matematika dan prestasi

matematika menunjukkan hasil yang bervariasi. Berbagai temuan menunjukkan

adanya hubungan yang positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi

matematika. Singh, Granville, dan Dika (2002) menemukan bahwa sikap

memiliki pengaruh kuat pada prestasi matematika pada siswa SMP kelas VIII

di Virginia. Nicolaidou dan Philippou (2003) menemukan hubungan antara

sikap terhadap matematika dalam kemampuan memecahkan masalah dan

prestasi matematika pada siswa SD kelas V di Cyprus (r: 0,37; p < 0,001).

Bramlett dan Herron (2009) melakukan penelitian pada mahasiswa aljabar

Afrika-Amerika di Australia dan menemukan adanya hubungan positif

signifikan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika (R2 =

(23)

sikap terhadap matematika dan prestasi matematika (r = 0,276; p < 0,01) pada

siswa SD kelas V di Mississipi selatan.

Beberapa temuan menunjukkan bahwa korelasi antara sikap terhadap

matematika dan prestasi matematika dipengaruhi oleh berbagai variabel.

Temuan Schofield (1982) pada siswa SD kelas III-VI di Australia

menunjukkan bahwa sikap terhadap matematika siswa laki-laki berhubungan

positif dengan prestasi matematikanya (r = 0,45), tetapi sikap terhadap

matematika siswa perempuan berhubungan negatif dengan prestasi

matematikanya (r = -0,07). Hasil penelitian Kiray, Gok, dan Bozkir (2015)

pada siswa SMP di Turki menunjukkan bahwa hubungan antara sikap terhadap

matematika dan prestasi matematika sifatnya lemah dan dipengaruhi oleh

kelas, jumlah sampel, gender, dan latar belakang budaya.

Temuan lain terkait hubungan antara sikap terhadap matematika dan

prestasi matematika menunjukkan adanya hubungan negatif. Penelitian Abrego

(1966) pada siswa kelas IV di El Cajon, California menunjukkan adanya

korelasi negatif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika

sebesar -0,17 tetapi tidak signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap

terhadap matematika dan prestasi matematika tidak berhubungan. Penelitian

Caston (1986 dalam Kiray, Gok, & Bozkir, 2015) pada siswa SD kelas III dan

orang tuanya juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan

antara sikap terhadap matematika, baik pada siswa, maupun kedua orang tua

dengan prestasi matematika siswa. Papanastasiou (2002) menemukan bahwa

(24)

siswa kelas VIII di Ciprus tidak signifikan, sehingga tidak dapat digunakan

untuk memprediksi prestasi matematika siswa. Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) (Lianghuo, Seng, Yan, Mei, Pereira-Mendoza, & Yee, 2005)menemukan bahwa siswa Jepang yang memiliki sikap

terhadap matematika positif hanya sebanyak 52%, tetapi Jepang mampu

menunjukkan rata-rata prestasi matematika yang tinggi. Penelitian Phonguttha,

Tayraukham, dan Nuangchalerm (2009) juga memaparkan hasil serupa, yaitu

sikap terhadap matematika tidak berkorelasi dengan hasil pembelajaran

matematika.

Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai

sikap terhadap matematika dan prestasi matematika menunjukkan hasil yang

bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh tidak langsung

dari beberapa variabel lain, seperti partisipasi dalam pelajaran matematika,

perbedaan gender, ukuran sekolah (Ma & Kishor, 1997), dan perbedaan

kemampuan masing-masing siswa (Michelli, 2013). Papanastasiou (2002) juga

mengatakan bahwa sekalipun siswa memiliki sikap yang positif terhadap

matematika, siswa tersebut belum tentu mampu mencapai prestasi matematika

yang tinggi. Dengan adanya temuan-temuan yang bervariasi dan dipengaruhi

variabel lain, serta jarangnya penelitian mengenai hubungan antara sikap

terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa sekolah dasar di

Indonesia, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian pada siswa SD di

(25)

Siswa kelas V dipilih sebagai responden dalam penelitian ini dengan

pertimbangan siswa di usia tersebut memiliki tahapan perkembangan kognitif

yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar keterampilan matematika. Siswa

kelas V sedang berada dalam puncak perkembangan kognitif operasional

konkret yang didasari dengan adanya kemampuan berpikir logis. Siswa dengan

kemampuan berpikir logis seharusnya mampu menguasai materi matematika

dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin menegaskan hubungan antara sikap

terhadap matematika dan prestasi matematika yang jarang diteliti di Indonesia,

khususnya pada siswa SD kelas V yang selama ini menunjukkan hasil tidak

konsisten.

B.RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

sikap terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V?”

C.TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara sikap terhadap

matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V.

D.MANFAAT PENELITIAN

(26)

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu

psikologi pendidikan, khususnya faktor-faktor yang memengaruhi prestasi

matematika.

2. Manfaat Praktis

Apabila hasil pengujian hipotesis terbukti, maka dapat dilakukan evaluasi

pada sistem pendidikan dan kurikulum di Indonesia untuk melihat apakah

sudah cukup efektif bagi pengembangan sikap terhadap matematika yang

positif pada siswa. Guru dapat melakukan evaluasi atas cara pengajarannya

untuk melihat apakah sudah sesuai untuk mengembangkan sikap terhadap

matematika yang positif pada siswa. Siswa juga dapat menilik apakah sikap

(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.MATEMATIKA

Soedjadi (2000) mendefinisikan matematika sebagai cabang ilmu eksak

yang mencakup bilangan dan kalkulasi, penalaran dan struktur logis, fakta

kuantitatif, serta bentuk dan ruangan. Reys, Lindquist, Lambdin, dan Smith,

(2014) mengartikan matematika sebagai studi mengenai pola dan hubungan,

cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan

alat untuk memecahkan masalah abstrak dan praktis. De Lange (2006)

menyebut matematika sebagai bahasa yang menjelaskan pola-pola, baik pola

nyata maupun mental, statis atau dinamis, kuantitatif atau kualitatif. Menurut

Susanto (2013) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, berkontribusi dalam

penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

matematika merupakan disiplin ilmu eksak yang membahas bilangan dan

kalkulasi, pola dan hubungan, fakta kuantitatif, masalah bentuk dan ruangan

dengan cara berpikir logis dan terorganisir. Matematika mampu menjadi alat

untuk memecahkan permasalahan abstrak dan praktis, meningkatkan

kemampuan berpikir dan berargumentasi, serta membantu pengembangan

(28)

B.PRESTASI MATEMATIKA 1. Definisi Prestasi Matematika

Dalam area psikologi pendidikan, prestasi memiliki berbagai definisi.

Azwar (1996) mendefinisikan prestasi sebagai keberhasilan memperoleh

pengetahuan dan kecakapan baru yang tampak dalam bentuk nilai rapor,

indeks prestasi studi, angka kelulusan, atau predikat keberhasilan. Winkel

(1996) mengartikan prestasi adalah bukti berupa nilai yang menunjukkan

keberhasilan seseorang dalam melakukan proses belajar. Suroso (2001)

menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengalami proses belajar dan dinilai dari aspek kognitif yang ditunjukkan

dengan nilai atau angka. Menurut Tu’u (2004) prestasi merupakan

penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan melalui

mata pelajaran, serta ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru. Syah (2008) menambahkan bahwa prestasi

menunjukkan tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan pada suatu program pendidikan.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

prestasi merupakan nilai atau angka yang menunjukkan keberhasilan siswa

mencapai tujuan pendidikan, yaitu menguasai pengetahuan tertentu melalui

proses belajar. Prestasi matematika disimpulkan sebagai nilai yang

menunjukkan keberhasilan siswa menguasai materi disiplin ilmu eksak yang

(29)

masalah bentuk dan ruangan dengan cara berpikir logis dan terorganisir

melalui proses pembelajaran.

2. Komponen-komponen Prestasi Matematika

Komponen-komponen prestasi matematika diidentifikasi dari materi

yang digunakan dalam soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika.

Materi-materi tersebut terdiri dari sembilan bab, yaitu 1) operasi hitung

bilangan bulat, 2) faktor prima, 3) operasi hitung campuran, 4) perpangkatan

dan akar sederhana, 5) operasi hitung satuan ukur, 6) operasi hitung bangun

datar, 7) operasi hitung bangun ruang, 8) operasi hitung pecahan, dan 9)

sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang (Saepudin, Babudin, Mulyadi, &

Adang, 2009). Komponen-komponen tersebut digunakan sebagai dasar

untuk mengetahui prestasi matematika, yaitu melalui dokumentasi nilai-nilai

tugas, ulangan harian, dan UTS matematika.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika

Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi matematika diidentifikasi

dari faktor-faktor prestasi secara umum menurut Syah (2008), sebagai

berikut:

3.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan

(30)

3.1.1 Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis merupakan kondisi umum tubuh dan

keberfungsian organ yang dapat memengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi yang lemah

atau adanya gangguan pada suatu organ memengaruhi

penerimaan materi oleh siswa, sehingga materi tidak mampu

diserap secara maksimal atau bahkan tidak dapat diterima sama

sekali (Syah, 2008). Semakin baik kondisi fisik, maka semakin

tinggi prestasi matematika siswa (Grissom, 2005).

3.1.2 Aspek Psikologis

Aspek psikologis meliputi tingkat kemampuan, sikap,

minat, dan motivasi siswa (Syah, 2008).

3.1.2.1 Kemampuan Siswa

Kemampuan siswa terdiri dari kecerdasan

(kemampuan umum) dan bakat (kemampuan khusus)

(Syah, 2008). Kecerdasan dan bakat merupakan prediktor

utama bagi prestasi akademik, termasuk prestasi

matematika (Deary, Strand, Smith, & Fernandes, 2007;

Taub, Floyd, Keith, & McGrew, 2008; Benbow &

Arjmand, 1990).

3.1.2.2 Sikap Siswa

Sikap merupakan kecenderungan untuk memberikan

(31)

seseorang atau objek tertentu secara positif maupun

negatif (Syah, 2008). Michelli (2013) menemukan korelasi

positif yang signifikan sikap terhadap matematika dan

prestasi matematika. Semakin positif sikap terhadap

matematika, semakin optimal prestasi matematika.

Semakin negatif sikap terhadap matematika, semakin

rendah prestasi matematikanya.

3.1.2.3 Minat Siswa

Minat merupakan kegairahan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat memiliki kaitan erat dengan pemusatan

perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan,

sehingga memengaruhi kualitas prestasi siswa dalam mata

pelajaran tertentu (Syah, 2008). Siswa dengan minat yang

tinggi dalam pelajaran matematika memiliki perhatian,

keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan yang tinggi untuk

memahami dan menguasai materi matematika, sehingga

prestasi matematikanya tinggi (Singh, Granville, & Dika,

2002).

3.1.2.4 Motivasi Siswa

Motivasi siswa merupakan daya yang mendorong

siswa untuk melakukan sesuatu secara terarah, khususnya

belajar. Motivasi muncul dari dua sumber, yaitu dari

(32)

siswa (motivasi ekstrinsik) (Syah, 2008). Siswa yang

memiliki motivasi tinggi pada pelajaran matematika

memiliki dorongan kuat untuk mempelajari dan menguasai

materi matematika, sehingga memperoleh prestasi

matematika memuaskan (Singh, Granville, & Dika, 2002).

3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

siswa dan terdiri dari dua bagian, yaitu:

3.2.1 Faktor Lingkungan Sosial

Faktor lingkungan sosial memiliki kaitan dengan

keberadaan manusia, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Faktor ini meliputi dukungan orang tua, keluarga,

teman sebaya, guru, dan orang-orang di sekitar tempat tinggal

siswa (Syah, 2008). Lingkungan sosial yang positif membantu

siswa dalam melakukan proses belajar, sehingga siswa mampu

mencapai prestasi akademik yang tinggi (Eamon, 2003).

3.2.2 Faktor Lingkungan Non-sosial

Faktor lingkungan non-sosial meliputi lokasi, kondisi

bangunan sekolah dan tempat tinggal siswa, fasilitas belajar,

suasana kelas, keadaan iklim, cuaca, waktu belajar siswa, serta

hal-hal fisik lain di luar pribadi siswa (Syah, 2008). Siswa mampu

(33)

apabila keadaan lingkungan belajarnya kondusif (Uline &

Tschannen-Moran, 2006).

3.3 Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar berkaitan dengan jenis upaya belajar

siswa dalam mempelajari materi, sehingga memengaruhi proses dan

keberhasilan belajar (Syah, 2008). Siswa yang mampu mengembangkan

pendekatan belajar matematika yang mendalam (deep/achieving)

mampu mencapai tujuan akademik lebih tinggi (Cano & Berbén, 2009).

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi secara umum

menurut Syah (2008) tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

dalam mengenai faktor sikap terhadap matematika dan bagaimana

hubungannya dengan prestasi matematika.

C. SIKAP TERHADAP MATEMATIKA 1. Definisi Sikap Terhadap Matematika

Menurut para ahli psikologi, sikap secara umum memiliki berbagai

definisi. Menurut Secord dan Backman (1964) sikap merupakan keteraturan

pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang pada objek tertentu di lingkungannya. Aiken (1970) menjelaskan

sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang telah dipelajari pada

individu untuk merespon suatu objek, situasi, konsep, atau orang lain secara

positif atau negatif. Fishbein dan Azjen (1975) mengartikan sikap sebagai

(34)

Dalyono, 2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan mental

atau pandangan yang sifatnya relatif menetap untuk bereaksi terhadap objek

tertentu dengan cara positif maupun negatif. Allport (1995 dalam Meinarno

& Sarwono, 2009) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan mental dan

sebagian syaraf yang terorganisir berdasarkan pengalaman langsung yang

mengarah serta menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi

dengan cara-cara tertentu. Walgito (2003) mengartikan sikap merupakan

organisasi pendapat dan keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi

yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan

dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam

cara tertentu yang dipilihnya.

Dari berbagai definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa sikap

secara umum merupakan kecenderungan mental yang bersumber dari

organisasi pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), serta predisposisi tindakan

(konasi) mengenai objek dan situasi tertentu untuk merespon dengan cara

positif atau negatif. Sikap terhadap matematika dapat disimpulkan sebagai

kecenderungan mental yang merupakan organisasi pemikiran (kognisi),

perasaan (afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi) mengenai matematika

dan mengarahkan untuk merespon matematika secara positif atau negatif.

2. Aspek-aspek Sikap Terhadap Matematika

Aspek-aspek sikap terhadap matematika diidentifikasi berdasarkan

(35)

2.1 Aspek Kognitif (Aspek Perseptual)

Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan

bagaimana seseorang mempersepsi objek sikap (Azwar, 2011). Aspek

ini meliputi pengetahuan, pandangan, gagasan, dan

keyakinan-keyakinan terhadap matematika, seperti keyakinan-keyakinan dan konsep diri pada

matematika (confidence), keyakinan siswa mengenai kegunaan matematika dalam hidupnya, serta keyakinan siswa mengenai

ekspektasi kemampuan matematika (Aiken, 1970; 1979).

2.2 Aspek Afektif (Aspek Emosional)

Aspek afektif merupakan aspek mengenai emosional subjektif

seseorang (Azwar, 2011). Aspek ini meliputi meliputi emosi positif atau

emosi negatif terhadap matematika kecemasan terhadap matematika

(Aiken, 1979).

2.3 Aspek Konatif (Aspek Predisposisi Perilaku)

Aspek konatif merupakan aspek yang berhubungan dengan

kecenderungan berperilaku terhadap objek sikap yang dihadapi. Aspek

ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan

seseorang berperilaku terhadap objek sikap. Aspek ini meliputi motivasi

terhadap matematika (Aiken, 1979) dan kecenderungan berperilaku saat

belajar matematika.

Ketiga aspek tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun

(36)

D.SISWA SD Kelas V

1. Karakteristik Siswa SD Kelas V

Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri dengan mengikuti proses pembelajaran pada suatu jenjang dan

jenis pendidikan (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Menurut Santrock

(2014) siswa SD merupakan anak dalam masa kanak-kanak pertengahan dan

akhir, dimulai dari usia 6/7 hingga 11/12 tahun. Dari pengertian tersebut,

maka siswa SD merupakan anggota masyarakat berusia 6/7 hingga 11/12

tahun yang datang ke sekolah dasar untuk mengikuti proses pembelajaran

guna mengembangkan diri. Siswa SD kelas V adalah anggota masyarakat

berusia 10/11 tahun yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah dasar

untuk mengembangkan diri.

2. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa SD Kelas V

Siswa SD kelas V berada pada rentang usia 10-11 tahun. Menurut

Piaget (2010), anak usia ini sedang memasuki tahap perkembangan kognitif

operasional konkret (concrete operational stage) (usia 7-11 tahun). Anak dalam tahap ini mampu memecahkan masalah dan membuat upaya mencari

alternatif dengan penalaran logis.

Slavin (2008) menjelaskan lima karakteristik dasar siswa dalam tahap

(37)

2.1 Egocentrism dan socialization

Egocentrism dan socialization ditandai dengan kemampuan siswa mempertimbangkan pendapat orang lain (Slavin, 2008).

2.2 Centration

Centration menunjukkan bahwa siswa mampu mencari solusi logis dengan mempertimbangkan pendapat orang lain (Slavin, 2008)

2.3 Transformation

Transformation menunjukkan bahwa siswa mampu memahami makna perubahan dan mampu memecahkan masalah (Slavin, 2008).

2.4 Reversibility

Reversibility menunjukkan bahwa siswa mampu memecahkan masalah penghitungan (Slavin, 2008).

2.5 Conservation

Conservation menunjukkan bahwa siswa mampu berpikir logis dan membuat kesimpulan (Slavin, 2008).

Kelima karakteristik dasar tersebut memampukan anak untuk

membedakan bentuk, volume, dan membuat abstraksi, sehingga mampu

memahami konsep dan makna kuantitas atau jumlah secara lebih akurat

dalam melakukan penghitungan (Slavin, 2008). Siswa dengan kelima

karakteristik dasar tersebut mampu membangun kemampuan untuk berpikir

dan bernalar secara logis, sehingga mampu memahami konsep abstrak

(38)

E.DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA

Sikap adalah salah satu faktor internal yang memengaruhi prestasi (Syah,

2008) yang merupakan kecenderungan mental mengenai objek dan situasi

tertentu untuk merespon dengan cara tertentu. Sikap terhadap matematika

berisi aspek kognitif, afektif, dan konatif yang saling berkaitan dengan

pembelajaran matematika, serta mengarahkan pada cara merespon matematika.

Aspek kognitif sikap terhadap matematika terdiri dari pengetahuan

matematika, keyakinan dan konsep diri pada matematika, keyakinan mengenai

kegunaan matematika, dan keyakinan mengenai ekspektasi kemampuan

matematika. Siswa dengan aspek kognitif yang positif mampu membangun

keyakinan dan konsep diri matematika positif, memiliki keyakinan bahwa

matematika berguna, serta keyakinan mengenai ekspektasi kemampuan

matematika yang positif (Singh, Granville, & Dika, 2002).

Keyakinan-keyakinan positif tersebut membuat siswa mampu membangun Keyakinan-keyakinan diri

yang tinggi dan akan berkonsentrasi untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan matematikanya. Siswa akan memusatkan pikiran saat

mempelajari matematika, sehingga prestasi matematikanya tinggi (McLeod,

1992 dalam Papanastasiou, 2002).

Aspek afektif dari sikap terhadap matematika berisi emosi positif atau

negatif dan kecemasan matematika. Siswa dengan aspek afektif positif

memiliki evaluasi yang positif terhadap matematika, sehingga memiliki emosi

positif dan kecemasan rendah saat mempelajari matematika (Aiken, 1979).

(39)

memunculkan antusiasme (Corell, 2000 dalam Tezer, 2010; Rounds & Hendel,

1980 dalam Tezer, 2010) dan rasa percaya bahwa dirinya (Kögce, Yildiz,

Aydin, & Altindag, 2009) mampu memahami materi matematika. Hal tersebut

membuat siswa tidak mudah terpengaruh terhadap gangguan selama

mempelajari matematika, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan persoalan matematika dan memperoleh prestasi matematika

tinggi (Ashcraft, 2002; Ashcraft & Kirk, 2001; Lyons & Beilock, 2012 dalam

Ramirez et al., 2016; Park, Ramirez, & Beilock, 2014).

Aspek konatif dari sikap terhadap matematika terdiri dari kecenderungan

berperilaku pada saat belajar matematika dan motivasi dalam mempelajari

matematika (Aiken, 1979). Siswa dengan aspek konatif positif memiliki

kecenderungan berperilaku positif saat mempelajari matematika dan motivasi

tinggi terhadap matematika. Siswa melakukan berbagai upaya belajar

matematika (Coleman, 2009), seperti menciptakan, mengembangkan, dan

mempertahankan ketertarikan dalam mempelajari matematika (Marks, Hiatt, &

Neufeld, 1988), serta memunculkan dorongan untuk mengelola kegiatan

belajar matematikanya secara aktif. Hal tersebut memampukan siswa untuk

mengumpulkan materi matematika secara efektif, sehingga materi menjadi

menyeluruh dan dapat diproses dengan baik. Siswa juga mampu memanipulasi

ritme dan situasi belajarnya menjadi kondusif dan sesuai dengan gaya

belajarnya, sehingga memperoleh prestasi matematika yang tinggi.

Organisasi dari aspek kognitif, afektif, dan konatif mengarahkan siswa

(40)

organisasi positif dari ketiga aspek tersebut mampu membentuk sikap yang

positif terhadap matematika. Sikap positif terhadap matematika ditandai

dengan adanya keyakinan-keyakinan dan konsep diri mengenai matematika

yang positif, keinginan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

matematika, serta evaluasi positif terhadap matematika, sehingga memiliki

emosi positif terhadap matematika dan tidak memiliki kecemasan yang berarti

saat mempelajari matematika. Adanya sikap terhadap matematika yang positif

juga membuat siswa memiliki kecenderungan perilaku yang konstruktif saat

mempelajari matematika, serta memiliki ketertarikan yang tinggi untuk

menguasai matematika. Hal tersebut akan memunculkan respon positif dalam

mempelajari matematika, seperti berkonsentrasi, yakin dan percaya diri pada

kemampuan matematikanya, antusias dan mendorong dirinya untuk mengelola

kegiatan belajar matematikanya. Respon positif tersebut mengembangkan

kemampuan siswa untuk mengingat dan memahami materi matematika

(Ruseffendi, 1991 dalam Heruman, 2008), serta upaya untuk terus berlatih

dengan konsep-konsep matematika (Sani & Amin, 2009), sehingga mampu

mencapai prestasi matematika yang tinggi (Hart & Walker, 1993 dalam

Michelli, 2013).

Siswa dengan organisasi aspek kognitif, afektif, dan konatif yang negatif

memiliki sikap yang negatif terhadap matematika. Sikap negatif terhadap

matematika terdiri dari keyakinan-keyakinan dan konsep mengenai matematika

yang negatif, rendahnya keinginan untuk mengembangkan pengetahuan

(41)

mempelajari matematika. Siswa dengan sikap terhadap matematika yang

negatif memiliki kecenderungan perilaku yang negatif saat mempelajari

matematika, serta tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Hal tersebut

akan memunculkan respon negatif dalam mempelajari matematika, seperti

tidak mampu berkonsentrasi, meragukan kemampuan matematikanya (Kögce,

Yildiz, Aydin, & Altindag, 2009), malas mempelajari matematika, dan

memiliki pengelolaan kegiatan belajar matematika yang buruk (Michelli,

2013). Pada akhirnya, siswa akan mengalami kesulitan dan banyak membuat

kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika (Guttbezahl, 1995 dalam

Bramlett & Herron, 2009), sehingga prestasi matematikanya rendah. Dinamika

hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika secara

(42)

Bagan 1.

Bagan Dinamika Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi

Matematika.

Sikap terhadap matematikapositif: - Kognitif

memunculkan konsentrasi dan keyakinan diri tinggi dalam mempelajari matematika

- Afektif

memunculkan antusiasme dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mempelajari matematika

- Konatif

memunculkan ketertarikan dan dorongan kuat terarah untuk mempelajari matematika

Sikap terhadap matematikanegatif: - Kognitif

memunculkan konsentrasi dan keyakinan diri rendah dalam mempelajari matematika

- Afektif

memunculkan antusiasme dan kepercayaan diri yang rendah dalam mempelajari matematika

- Konatif

memunculkan ketertarikan dan dorongan rendah terarah untuk mempelajari matematika

Tercapainya komponen-komponen prestasi matematika yang tercermin dalam soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika:

- Operasi hitung bilangan bulat - Faktor prima

- Operasi hitung campuran - Perpangkatan dan akar sederhana - Operasi hitung satuan ukur - Operasi hitung bangun datar - Operasi hitung bangun ruang - Operasi hitung pecahan

- Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

Tidak tercapainya komponen-komponen prestasi matematika yang tercermin dalam soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika:

- Operasi hitung bilangan bulat - Faktor prima

- Operasi hitung campuran - Perpangkatan dan akar sederhana - Operasi hitung satuan ukur - Operasi hitung bangun datar - Operasi hitung bangun ruang - Operasi hitung pecahan

- Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

(43)

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teoretis yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada hubungan positif antara sikap

terhadap matematika dan prestasi matematika. Semakin positif sikap terhadap

matematika, semakin tinggi prestasi matematika. Semakin negatif sikap

(44)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif

korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap

matematika dan prestasi matematika.

B.IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas : sikap terhadap matematika

2. Variabel tergantung : prestasi matematika

C.DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas: sikap terhadap matematika

Sikap terhadap matematika adalah kecenderungan mental yang

merupakan organisasi pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan

predisposisi tindakan (konasi) mengenai matematika dan mengarahkan

untuk merespon matematika secara positif atau negatif. Sikap terhadap

matematika diungkap melalui Skala Sikap Terhadap Matematika yang

disusun berdasarkan aspek sikap terhadap matematika, yaitu:

1.1 Aspek kognitif meliputi pengetahuan matematika, keyakinan dan

(45)

matematika, dan keyakinan mengenai ekspektasi kemampuan

matematika.

1.2 Aspek afektif meliputi emosi positif atau negatif dan kecemasan

terhadap matematika.

1.3 Aspek konatif meliputi kecenderungan berperilaku saat belajar

matematika dan motivasi dalam mempelajari matematika.

Skor skala sikap terhadap matematika diperoleh dari jumlah skor yang

diperoleh pada semua item. Responden yang memperoleh skor tinggi

menunjukkan bahwa responden memiliki sikap terhadap matematika yang

positif. Sebaliknya, responden yang memperoleh skor rendah menunjukkan

bahwa responden memiliki sikap terhadap matematika yang negatif.

2. Variabel tergantung: prestasi matematika

Prestasi matematika merupakan nilai yang menunjukkan keberhasilan

siswa dalam menguasai materi matematika melalui proses pembelajaran.

Prestasi matematika dilihat dari komponen-komponen prestasi matematika

yang tercermin pada soal-soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika.

Prestasi matematika diperoleh dari data dokumentasi nilai gabungan nilai

tugas, nilai ulangan harian, dan nilai UTS. Skor yang tinggi menunjukkan

bahwa responden memiliki prestasi matematika yang tinggi, sedangkan skor

(46)

D.RESPONDEN PENELITIAN

Responden dalam penelitian ini merupakan siswa berusia 10-11 tahun

atau sedang duduk di bangku SD kelas V. Peneliti memilih responden dengan

menggunakan metode non probability sampling-purposive sampling, yaitu responden dipilih berdasarkan pertimbangan terkait kriteria populasi (Siregar,

2013). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang

berdomisili di Yogyakarta dan berasal dari satu sekolah umum.

E.METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan dua metode, yaitu

metode skala dan dokumentasi. Metode skala digunakan untuk memperoleh

data mengenai sikap terhadap matematika, sedangkan dokumentasi berupa nilai

matematika digunakan untuk memperoleh data prestasi matematika.

1. Sikap terhadap matematika

Skala sikap terhadap matematika disusun oleh peneliti dengan

menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Summated Ratings Methods). Prosedur penyusunan skala sikap terhadap matematika meliputi: 1.1 Penyusunan blue print skala sikap terhadap matematika

Peneliti menyusun skala sikap terhadap matematika berdasarkan

tiga aspek sikap terhadap matematika, yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

(47)
[image:47.595.82.515.138.639.2]

Tabel 1.

Blue Print Skala Sikap Terhadap Matematika Sebelum Uji Coba.

Aspek Item Total No Item Favorable No Item Unfavorable 1. Kognitif

a. Pengetahuan MTK b. Keyakinan & konsep

diri pada MTK c. Keyakinan

kegunaan MTK d. Keyakinan

ekspektasi

kemampuan MTK

1, 9, 17, 25

23, 31, 39, 55

5, 21, 29, 53

2, 18, 26, 42

33, 41, 49

7, 15, 47

13, 37, 45

10, 34, 50

7

7

7

7 2. Afektif

a. Emosi positif/negatif terhadap MTK b. Kecemasan terhadap

MTK

4, 20, 36, 52

8, 32, 48

12, 28, 44

16, 24, 40

7

6 3. Konatif

a. Kecenderungan

berperilaku saat

belajar MTK

b. Motivasi terhadap MTK

6, 30, 46, 54

3, 27, 43, 51

14, 22, 38

11, 19, 35

7

7

Jumlah 31 24 55

1.2 FGD (focus group discussion)

Berdasarkan blue print yang dibuat, peneliti melakukan FGD untuk memahami konteks dan mengidentifikasi bentuk-bentuk tingkah

laku yang dianggap sebagai indikator, baik yang favorable maupun

unfavorable dari sikap terhadap matematika calon responden penelitian. FGD dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016 pada 8 orang siswa

kelas V SD Kanisius Condong Catur. Ke-8 siswa dipilih berdasarkan

tingkat prestasi matematikanya. Sebanyak 3 orang siswa memiliki

prestasi matematika tinggi, 3 orang siswa memiliki prestasi matematika

(48)

2 menunjukkan daftar pertanyaan FGD. Selanjutnya, peneliti membuat

[image:48.595.84.514.178.642.2]

verbatim dari hasil FGD sebagai acuan dalam penyusunan butir item.

Tabel 2.

Daftar Pertanyaan FGD.

INDIKATOR PERTANYAAN

Kognitif

Pengetahuan matematika Menurutmu, dari 1-10 pengetahuan

matematikamu berapa? Kenapa

segitu? Keyakinan dan konsep

diri pada matematika

Menurutmu dari 1-10 seberapa

mudah matematika untuk dipahami? Kenapa segitu?

Keyakinan mengenai

kegunaan matematika

Menurutmu, dari 1-10 seberapa berguna dan perlunya matematika untukmu? Kenapa?

Keyakinan ekspektasi

kemampuan matematika

Apa harapan kalian untuk pelajaran matematika?

Afektif

Emosi terhadap

matematika Bagaimana perasaan kalian terhadap

matematika?

Kecemasan terhadap

matematika

Konatif

Kecenderungan

berperilaku saat belajar matematika

Apa yang kalian lakukan pada saat mengikuti pelajaran matematika?

Motivasi terhadap matematika

Menurutmu, dari 1-10 seberapa ketertarikan kalian terhadap matematika? Kenapa segitu?

Dari FGD mengenai pengetahuan matematika, diperoleh hal-hal

terkait: 1) bagaimana pengetahuan matematika diperoleh, yaitu dari

proses belajar; dan 2) pengukuran pengetahuan matematika, yaitu dari

kemampuan memahami materi, menyelesaikan PR, dan nilai ulangan

matematika. Berdasarkan hasil FGD mengenai keyakinan dan konsep

diri pada matematika, diketahui hal-hal terkait bagaimana matematika

dipandang, yaitu cukup susah untuk dipahami. Dari hasil FGD

mengenai keyakinan kegunaan matematika, diketahui hal-hal terkait

guna matematika, yaitu untuk menghadapi ujian, untuk masa depan,

(49)

keyakinan ekspektasi kemampuan matematika, diperoleh hal-hal terkait

harapan dalam pelajaran matematika, yaitu mampu memahami materi,

menyelesaikan soal, dan memperoleh nilai matematika yang tinggi.

Dari hasil FGD mengenai emosi dan kecemasan terhadap

matematika, diketahui hal-hal terkait: 1) emosi yang muncul saat

belajar matematika, yaitu senang dan takut; serta 2) pemicu kecemasan

terhadap matematika, yaitu tidak mampu menyelesaikan soal dan

memperoleh nilai matematika yang jelek. Berdasarkan hasil FGD

mengenai kecenderungan berperilaku saat belajar matematika, diketahui

hal-hal terkait perilaku saat mempelajari matematika, yaitu

memperhatikan guru, bertanya saat tidak paham, dan bermain dengan

teman. Dari hasil FGD mengenai motivasi terhadap matematika,

diketahui hal-hal terkait sumber motivasi mempelajari matematika,

yaitu kegunaan matematika. Hasil dari FGD digunakan sebagai

pedoman dalam menyusun item-item supaya sesuai dengan konteks

yang nyata terjadi pada siswa-siswa SD.

1.3 Penulisan item

Setelah diperoleh pemahaman konteks konstruk dan responden

yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penulisan item-item. Peneliti

menulis item sikap terhadap matematika berdasarkan kondisi responden

untuk mengukur sikap terhadap matematika pada siswa SD kelas V.

Skala terdiri dari 55 butir item, yaitu 31 item favorable dan 24 item

(50)

Setiap item dalam skala memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu sangat

tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

Skor seluruh item favorable pada aspek kognitif, aspek afektif dengan indikator emosi positif atau negatif terhadap matematika, dan aspek

konatif bergerak dari angka 1 sampai 4, sedangkan item unfavorable

bergerak dari angka 4 sampai 1. Skor item favorable pada aspek afektif dengan indikator kecemasan terhadap matematika bergerak dari angka 4

sampai 1, sedangkan item unfavorable-nya bergerak dari angka 1 sampai 4. Peneliti hanya menggunakan 4 pilihan jawaban dengan alasan

untuk menghindari adanya kemungkinan responden menjawab netral

(central tendencies).

Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin positif

sikap responden terhadap matematika. Semakin rendah skor

menunjukkan semakin negatif sikap responden terhadap matematika.

Skor berdasarkan pilihan jawaban untuk semua item, kecuali item pada

aspek afektif dengan indikator kecemasan terhadap matematika dapat

[image:50.595.87.513.204.711.2]

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Semua Item, kecuali Item Indikator Kecemasan Terhadap Matematika).

Kategori Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sesuai (S) 3 2

(51)

Skor berdasarkan pilihan jawaban untuk item-item pada aspek afektif

[image:51.595.86.515.191.626.2]

dengan indikator kecemasan terhadap matematika dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4.

Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Indikator Kecemasan Terhadap Matematika).

Kategori Jawaban

Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Sesuai (STS) 4 1

Tidak Sesuai (TS) 3 2

Sesuai (S) 2 3

Sangat Sesuai (SS) 1 4

1.4 Review dan revisi item

Peneliti meminta dosen pembimbing skripsi untuk memeriksa

ketepatan definisi konseptual, indikator, serta item-item. Tahap ini

dilakukan untuk mengecek bahwa item relevan dengan aspek dan

indikator, memastikan bahwa penulisan item, tata bahasa dan ejaan,

pemilihan kata, serta taraf kesulitan bahasa yang digunakan sesuai

dengan responden penelitian. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari dosen

pembimbing skripsi, beberapa item direvisi.

1.5 Penghitungan validitas isi

Peneliti menggunakan validitas isi untuk mengetahui apakah

skala yang disusun mampu menghasilkan data akurat sesuai tujuan

ukurnya. Validitas isi menunjukkan kemampuan item-item alat ukur

untuk mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar,

(52)

pembimbing skripsi dan empat orang mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi diminta untuk memberi penilaian kesesuaian antara

aspek-aspek dengan item yang dibuat peneliti. Penilaian 1 jika tidak

relevan, 2 jika kurang relevan, 3 jika agak relevan, dan 4 jika sangat

relevan. Peneliti mengolah penilaian tersebut untuk menghitung nilai

IVI-I (Indeks Validitas Isi-Item) setiap item dan nilai IVI-S (Indeks

Validitas Isi-Skala). IVI-I menunjukkan relevansi item dengan variabel

yang diukur, sedangkan IVI-S menunjukkan rata-rata proporsi item

yang dinilai relevan. Penghitungan IVI-I menunjukkan adanya 9 dari 55

item yang perlu diperbaiki dengan nilai IVI-S sebesar 0,96.

Selanjutnya, peneliti memperbaiki 9 item tersebut hingga nilai IVI-S

menjadi 1,00 (Supratiknya, 2016).

1.6 Uji coba skala sikap terhadap matematika

Uji coba skala sikap terhadap matematika dilakukan tanggal 7

Maret 2017 di ruang kelas VA dan VB SD Kanisius Sengkan,

Yogyakarta. Responden uji coba alat ukur ini sebanyak 67 siswa yang

terdiri dari 33 laki-laki dan 34 perempuan. Peneliti melakukan uji coba

skala untuk menentukan apakah item-item dapat digunakan sebagai alat

ukur untuk penelitian, yaitu dengan melihat taraf reliabilitas dan

korelasi tiap item dengan skor total melalui analisis item.

Peneliti menggunakan program SPSS for Windows versi 23 untuk melakukan analisis item. Analisis item perlu dilakukan agar skala

(53)

(Supratiknya, 2014). Analisis item dilakukan dengan memperhatikan

angka pada korelasi item-total (rix). Apabila angka rix≥ 0,30 maka item

dapat dipertahankan. Hasil analisis item pada skala sikap terhadap

matematika menunjukkan adanya 9 item yang gugur, yaitu item 2, 6,

20, 21, 23, 25, 32, 33, 43. Terdapat 46 item yang dapat dipertahankan

dengan angka koefisien korelasi item total (rix) berkisar dari 0,309

sampai 0,733. Peneliti memutuskan untuk menggugurkan 6 item lagi

dengan pertimbangan agar jumlah item seimbang pada setiap indikator.

Item-item tersebut adalah item 26, 27, 30, 36, 39, dan 53. Distribusi

[image:53.595.84.550.205.739.2]

item-item lolos dan gugur dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi Item Lolos dan Gugur Skala Sikap Terhadap Matematika.

Aspek Favorable Unfavorable Total

Lolos

Lolos Gugur Lolos Gugur

1. Kognitif

a. Pengetahuan MTK

b. Keyakinan &

konsep diri MTK c. Keyakinan mengenai kegunaan MTK d. Keyakinan ekspektasi kemampuan MTK

1, 9, 17

31, 55 5, 29 18, 42 25 23, 39 21, 53 2, 26 41, 49

7, 15, 47

13, 37, 45

10, 34, 50

33 5

5 5 5 2. Afektif a. Emosi positif/negatif terhadap MTK b. Kecemasan terhadap MTK 4, 52 8, 48 20, 36 32

12, 28, 44

16, 24, 40

5 5 3. Konatif a. Kecenderungan berperilaku terhadap MTK b. Motivasi terhadap

matematika

46, 54

3, 51

6, 30

27, 43

14, 22, 38

11, 19, 35

5

5

(54)

Berdasarkan struktur item yang telah dihitung IVI-I, IVI-S, dan

korelasi item totalnya, maka bentuk final skala seperti tampak pada

[image:54.595.84.550.194.629.2]

tabel 6.

Tabel 6.

Bentuk Final Skala Sikap Terhadap Matematika.

Aspek

Item

Total

No Item Favorable No Item

Unfavorable

1. Kognitif

a. Pengetahuan MTK

b. Keyakinan & konsep diri pada MTK

c. Keyakinan mengenai

kegunaan MTK

d. Keyakinan ekspektasi

kemampuan MTK

1(1), 7(9), 15(17) 22(31), 40(55) 4(5), 21(29) 16(18), 29(42) 28(41), 35(49) 5(7), 13(15), 33(47) 11(13), 25(37), 31(45) 8(10), 23(34), 36(50) 5 5 5 5 2. Afektif

a. Emosi positif atau negatif terhadap MTK

b. Kecemasan terhadap MTK

3(4), 38(52) 6(8), 34(48) 10(12), 20(28), 30(44) 14(16), 19(24), 27(40) 5 5 3. Konatif

a. Kecenderungan berperilaku saat belajar MTK

b. Motivasi terhadap MTK

32(46), 39(54) 2(3), 37(51) 12(14), 18(22), 26(38) 9(11), 17(19), 24(35) 5 5

Jumlah 17 23 40

* nomor item di luar tanda kurung () adalah nomor item setelah uji coba * nomor item di dalam tanda kurung () adalah nomor item sebelum uji

coba

2. Prestasi matematika

Prestasi matematika responden diketahui dengan metode dokumentasi

nilai matematika di sekolah. Dalam penelitian ini, dokumentasi nilai

dilakukan dengan meminta data daftar nilai matematika pada guru

matematika. Skor prestasi matematika yang digunakan merupakan

(55)

harian, dan 1 nilai UTS matematika. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai

dari kompetensi dasar dan materi seperti dapat dilihat pada lampiran 1.

F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS SKALA SIKAP TERHADAP

MATEMATIKA

Reliabilitas menggambarkan keajegan atau keterpercayaan alat ukur.

Peneliti menggunakan Alpha Cronbach untuk mengukur koefisien reliabilitas dengan program SPSS for Windows versi 23. Nilai reliabilitas skala sikap terhadap matematika setelah diuji coba sebesar 0,945 dari 40 item. Hal ini

menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel.

G.METODE ANALISIS DATA

Peneliti menganalisis data dengan melakukan uji hipotesis korelasi

Pearson Product Moment. Uji korelasi Pearson Product Moment dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 23. Peneliti menggunakan teknik ini dengan tujuan untuk mencari keeratan hubungan

secara linier antara variabel bebas dan variabel tergantung yang berdistribusi

normal, tanpa adanya variabel sertaan lain. Peneliti dalam menggunakan uji

korelasi Pearson Product Moment perlu melakukan uji asumsi, yaitu: 1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

akan dianalisis dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak

(Sugiyono, 2008). Uji normalitas perlu dilakukan karena merupakan syarat

(56)

menunjukkan bahwa data tersebut mampu mewakili populasi (Priyatno,

2014). Peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan program

SPSS for Windows versi 23. Uji normalitas perlu melihat nilai signifikansi, apabila nilai sig > 0,05 maka data memiliki distribusi normal (Trihendradi,

2013).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel bebas dan variabel tergantung membentuk garis lurus atau tidak

(Sugiyono, 2008). Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui taraf

penyimpangan dari linearitas hubungan kedua variabel. Uji linearitas

merupakan prasyarat bagi uji korelasi Pearson Product Moment (Priyatno, 2014). Peneliti melakukan uji linearitas dengan menggunakan program

SPSS for Windows versi 23. Uji linearitas perlu melihat nilai p pada test for linearity, apabila nilaip < 0,05 atau nilai p pada deviation from linearity > 0,05 maka terdapat hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel

(57)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2017. Peneliti

mengumpulkan data dengan dua metode, yaitu menyebar skala sikap terhadap

matematika dan mendokumentasikan nilai matematika responden. Proses

pengambilan data dilakukan di SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta

dengan responden siswa kelas VA, VB, dan VC. Peneliti mengambil data

dengan cara masuk ke dalam kelas-kelas dan membagikan skala sikap terhadap

matematika pada responden penelitian secara langsung dan mengambil

hasilnya pada saat itu juga. Peneliti mengumpulkan data prestasi matematika

responden dengan meminta dokumen nilai-nilai matematika siswa dari guru

matematika.

B.DESKRIPSI RESPONDEN PENELITIAN

Responden penelitian berjumlah 73 siswa, terdiri dari 31 siswa laki-laki

[image:57.595.85.516.217.725.2]

dan 42 siswa perempuan seperti dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.

Deskripsi Responden Penelitian.

Keterangan Jumlah Total

Jenis Kelamin

Laki-laki 31

73

Perempuan 42

Kelas

A 24

73

B 26

(58)

C.DESKRIPSI DATA PENELITIAN

1. Reliabilitas Data Sikap Terhadap Matematika

Peneliti menggunakan Alpha Cronbach untu

Gambar

Tabel 18. Uji Beda Mean Prestasi Matematika Berdasarkan Jenis Kelamin  ..
Tabel 1.  Blue Print
Tabel 2.  Daftar Pertanyaan FGD.
Tabel 3.  Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Semua Item, kecuali Item Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERENCANAAN DI LINGKUNGAN DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN ANGGARAN

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, maka Penerima Kuasa mewakili dalam hal menyampaikan dokumen untuk pembuktian kualifikasi dan dokumen penawaran kami untuk paket kegiatan

Juni 2012 perihal Penawaran Pekerjaan Penyediaan Makanan dan Minuman Peserta dan Panitia Diklat Kepemimpinan Tingkat IV sebanyak 2 (dua) Angkatan Kabupaten Hulu

Dengan menggunakan text box , posisi gambar atau tabel dapat diatur dengan mudah tanpa menimbulkan ruang kosong yang signifikan pada karya ilmiah. Pemberian

(2009) “ Pendidikan Karakter Kristen Dalam Pembelajaran Sains Pada Topik Pencemaran Lingkungan ” , dalam Proceeding Seminar Nasional Pendidikan Sains, Revitalisasi

GIAA memperoleh pinjaman perbankan dari PNBN senilai US$ 50 juta bertenor 1 tahun dengan bunga LIBOR+3% yang akan digunakan untuk membiayai modal kerja perseroan.. Di tahun

Pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, tumbuh 25,0% menjadi Rp19,6 triliun pada semester I 2014 dari Rp15,7

ANALISIS POWER LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK (STUDI KASUS STO PANYABUNGAN – SITE PAGARAN TONGA.. DI PT.