• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi komparasi kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi komparasi kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta tahun 2016."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016

Olivia

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta dan (2) menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Populasi penelitian ini adalah 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Analisis data menggunakan Mann Whitney Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan cukup baik; (2) tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; sebagian besar ibu rumah tangga etnis Tionghoa bekerja sebagai wirausaha sedangkan ibu rumah tangga etnis Jawa bekerja sebagai karyawan swasta; tingkat pendapatan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; (3) gaya hidup ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sama-sama tergolong mewah; (4) tidak ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; (5) tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; dan (6) ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.

(2)

COMPETENCIES, SOCIAL ECONOMIC STATUS, LIFE STYLE OF CHINESENE ETHNIC AND JAVANESE ETHNIC IN KETANDAN VILLAGE YOGYAKARTA 2016

Olivia

Sanata Dharma University 2016

This research aims to: (1) describe the household financial management competencies, social economic status, lifestyle Chinesene ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta and (2) test and analyze the difference in household financial management competencies, social economic status, and lifestyle among Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta 2016.

This study is a comparative quantitative research. The population were 18 housewives of full blooded Chinese and 17 housewives of JavaneseYogyakarta. The sampling technique was saturated sampling technique. The data were collected by interviews, observation, documentation, and questionnaires. Test validity and reliability were applied on variables household financial management competencies, and lifestyle. Data analysis was the Mann Whitney test.

The results show that: (1) household financial management competencies housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village is quite well; (2) the level of education of housewives of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village belongs to high category; most of Chinese ethnic housewives worked as housewives whilst entrepreneurs Javanese ethnic work as private employees; the income level of housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village belongs to high category; (3) housewife lifestyle of Chinese ethnic and javanese ethnic in Ketandan village equally belongs to the luxurious; (4) there is no difference in household financial management competencies among the Chinese ethnic and Javanese ethnic; (5) there is no difference perceived from social economic status of the level of education among the Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived from social economic status of the type of work among Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived from social economic status income between Chinese ethnic and Javanese ethnic; and (6) there is a difference in lifestyle between Chinese ethnic and Javanese ethnic.

(3)

i

STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN

KEUANGAN RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL

EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS

JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh: Olivia NIM: 121324004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

 Dewi Kwan Im dan Buddha Maitreya

 Papa Ong Tek Phiaw (Alm) dan mama Lo Jun Lan  Papa Acong dan Ibu Farida

 Cece Moifa dan koko Ahiung

(7)

v

MOTTO

Siap tidak siap harus siap dan hadapi segala sesuatu dengan ketenangan dan kesabaran

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS

TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016

Olivia

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta dan (2) menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Populasi penelitian ini adalah 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Analisis data menggunakan Mann Whitney Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan cukup baik; (2) tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; sebagian besar ibu rumah tangga etnis Tionghoa bekerja sebagai wirausaha sedangkan ibu rumah tangga etnis Jawa bekerja sebagai karyawan swasta; tingkat pendapatan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; (3) gaya hidup ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sama-sama tergolong mewah; (4) tidak ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; (5) tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; dan (6) ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.

(11)

ix ABSTRACT

COMPARATIVE STUDY OF HOUSEHOLD FINANCIAL MANAGEMENT COMPETENCIES, SOCIAL ECONOMIC STATUS, LIFE STYLE OF CHINESENE ETHNIC AND JAVANESE ETHNIC IN KETANDAN VILLAGE

YOGYAKARTA 2016

Olivia

Sanata Dharma University 2016

This research aims to: (1) describe the household financial management competencies, social economic status, lifestyle Chinesene ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta and (2) test and analyze the difference in household financial management competencies, social economic status, and lifestyle among Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta 2016.

This study is a comparative quantitative research. The population were 18 housewives of full blooded Chinese and 17 housewives of JavaneseYogyakarta. The sampling technique was saturated sampling technique. The data were collected by interviews, observation, documentation, and questionnaires. Test validity and reliability were applied on variables household financial management competencies, and lifestyle. Data analysis was the Mann Whitney test.

The results show that: (1) household financial management competencies housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village is quite well; (2) the level of education of housewives of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village belongs to high category; most of Chinese ethnic housewives worked as housewives whilst entrepreneurs Javanese ethnic work as private employees; the income level of housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village belongs to high category; (3) housewife lifestyle of Chinese ethnic and javanese ethnic in Ketandan village equally belongs to the luxurious; (4) there is no difference in household financial management competencies among the Chinese ethnic and Javanese ethnic; (5) there is no difference perceived from social economic status of the level of education among the Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived from social economic status of the type of work among Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived from social economic status income between Chinese ethnic and Javanese ethnic; and (6) there is a difference in lifestyle between Chinese ethnic and Javanese ethnic.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang tidak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN

ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan, program studi Pendidikan Ekonomi, bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir, tidak sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan yang tidak terhingga kepada:

1. Dewi Kwan Im dan Buddha Maitreya yang selalu menyertai setiap langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan semangat.

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN MOTTO v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

D. Tujuan Penelitian 7

E. Manfaat Penelitian 8

F. Variabel dan Definisi Operasional 9

BAB II LANDASAN TEORI 14

A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 14

A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Etnis Tionghoa 18

A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

(15)

xiii

B. Tingkat Pendidikan 19

1. Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa 19

2. Tingkat Pendidikan Etnis Jawa 20

C. Jenis Pekerjaan 20

C.1. Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa 21

C.2. Jenis Pekerjaan Etnis Jawa 22

D. Pendapatan 22

1. Pendapatan Etnis Tionghoa 22

2. Pendapatan Etnis Jawa 23

E. Gaya Hidup 24

1. Gaya Hidup Etnis Tionghoa 24

2. Gaya Hidup Etnis Jawa 24

F. Etnis 25

1. Etnis Tionghoa 25

2. Etnis Jawa 26

G. Beberapa Aspek Ke-Tionghoa-an Yogyakarta 28

H. Ibu Rumah Tangga 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian 40

1. Tempat Penelitian 40

2. Waktu Penelitian 40

C. Subjek dan Objek Penelitian 41

1. Subjek Penelitian 41

2. Objek Penelitian 41

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 41

(16)

xiv

2. Sampel 42

3. Teknik Pengambilan Sampel 42

E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran 43

1. Variabel Penelitian 43

a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 43

b. Status Sosial Ekonomi 46

G. Teknik Pengumpulan Data 54

1. Wawancara 54

2. Observasi 54

3. Dokumentasi 54

4. Kuesioner 55

H. Pengujian Instrumen Penelitian 55

1. Uji Validitas 56

2. Uji Reliabilitas 57

3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Instrumen 58

I. Teknik Analisis Data 60

1. Analisis Deskriptif 60

2. Analisis Data 64

a. Pengujian Prasyarat Analisis 64

1) Uji Normalitas 64

b. Pengujian Hipotesis 65

1) Uji Mann-Whitney Test 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67

(17)

xv

1. Lokasi Kampung Ketandan 67

2. Keadaan Jalan 68

3. Keadaan Rumah 69

4. Keadaan Ekonomi 70

5. Keadaan Sosial dan Budaya 72

B. Deskripsi Responden 73

1. Agama 73

2. Usia 73

C. Deskripsi Variabel 74

1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan

Rumah Tangga Responden 74

2. Status Sosial Ekonomi Responden 76

3. Gaya Hidup Responden 80

D. Analisis Data 81

1. Pengujian Prasyarat 81

a. Uji Normalitas 81

2. Uji Hipotesis 84

a. Analisis Mann Whitney Test 84

E. Pembahasan 92

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Penelitian Terdahulu 33

Tabel III.1. Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi

Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 46

Tabel III.2. Kategori Tingkat Pendidikan 47

Tabel III.3. Kode Jenis Pekerjaan 47

Tabel III.4. Kategori Pendapatan 48

Tabel III.5. Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi 48 Tabel III.6. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Hidup 52 Tabel III.7. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi

Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 58 Tabel III.8. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup 59 Tabel III.9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi

Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga dan

Gaya Hidup 60

Tabel III.10. Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan

Rumah Tangga 61

Tabel III.11. Kategori Tingkat Pendidikan 62

Tabel III.12. Kode Jenis Pekerjaan 62

Tabel III.13. Kategori Pendapatan 63

Tabel III.14. Interval Gaya Hidup 63

Tabel IV.1. Agama Responden 73

Tabel IV.2. Usia Responden 73

Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi

Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa 74 Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi

Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa 75 Tabel IV.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Etnis Tionghoa 77

Tabel IV.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Etnis Jawa 77

Tabel IV.7. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan

(19)

xvii Tabel IV.8. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan

Etnis Jawa 78

Tabel IV.9. Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Tionghoa 79 Tabel IV.10. Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Jawa 79 Tabel IV.11. Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup

Etnis Tionghoa 80

Tabel IV.12. Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup

Etnis Jawa 81

Tabel IV.13. Hasil Uji Normalitas Etnis Tionghoa 82

Tabel IV.14. Hasil Uji Normalitas Etnis Jawa 83

Tabel IV.15. Deskriptif Kompetensi Pengelolaan Keuangan

Rumah Tangga Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa 84 Tabel IV.16. Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Pengelolaan

Keuangan Rumah Tangga 85

Tabel IV.17. Deskriptif Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa

dan Etnis Jawa 86

Tabel IV.18. Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Pendidikan 86 Tabel IV.19. Deskriptif Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa

dan Etnis Jawa 87

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner 116

Lampiran 2. Data Penelitian 122

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas 128

Lampiran 4. Deskriptif 131

Lampiran 5. Uji Prasyarat 135

Lampiran 6. Uji Hipotesis 137

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki penduduk dengan berbagai suku bangsa. Menurut data sensus BPS (Badan Pusat Statistika) tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa di Indonesia. Suku bangsa dapat disebut juga sebagai kelompok etnis. Suku bangsa atau kelompok etnis di Indonesia meliputi suku bangsa asli Indonesia dan suku bangsa yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu etnis terbesar di Indonesia adalah etnis Jawa. Etnis Jawa merupakan etnis asli dari Indonesia yang berpusat di pulau Jawa. Data dari Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa tahun 2013, jumlah etnis Jawa di Indonesia mencapai 40,05%. Selanjutnya etnis yang berasal dari luar Indonesia dan telah menjadi warga negara Indonesia diantaranya etnis Tionghoa. Data dari Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa jumlah etnis Tionghoa di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 3,7% dan sebagian besar menempati pulau Jawa, dengan suku terbanyak yaitu suku Hokkien.

(23)

Malioboro, pusat kota Yogyakarta. Meskipun Kampung Ketandan merupakan kampung pecinan yang di dominasi oleh etnis Tionghoa, namun ada juga penduduk pribumi yang bermukim di kampung ini yaitu penduduk etnis Jawa.

Etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan memiliki hubungan yang baik dan saling hidup berdampingan. Akan tetapi, masyarakat sekitar menganggap bahwa dalam perekonomian antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki berbagai perbedaan dalam keberhasilan ekonominya. Menurut Nasikun (1984: 31), masyarakat Tionghoa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat pribumi. Perbedaan tersebut dilihat dari kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masing-masing etnis yang meliputi pengelolaan keuangan untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan juga investasi.

Dalam sebuah rumah tangga yang berperan penting dalam mengelola keuangan rumah tangga adalah istri. Hal ini didukung dengan hasil survei OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2010 diperoleh data bahwa 51% pengelolaan keuangan rumah tangga dilakukan oleh istri atau ibu rumah tangga. Oleh karena itu, adanya perbedaan kompetensi dalam mengelola keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan adanya perbedaan cara mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilaku dalam mengatur pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh ibu rumah tangga.

(24)

pencatatan. Sedangkan untuk etnis Jawa, berdasarkan berita harian Kompas (4 Maret 2016), masih banyak etnis Jawa yang belum cakap dan terampil dalam mengelola keuangan. Hal ini dikarenakan etnis Jawa tidak rutin dalam melakukan pencatatan pendapatan dan pengeluarannya.

Selain adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, ada juga perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang menyebabkan adanya perbedaan dalam keberhasilan ekonomi. Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 19), etnis Tionghoa lebih mementingkan keterampilan dalam memasuki dunia kerja sehingga mereka tidak mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi, sedangkan etnis Jawa lebih mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, untuk jenis pekerjaan, etnis Tionghoa lebih memilih berwirausaha dengan keterampilan yang dimilikinya, sedangkan untuk etnis Jawa lebih memilih bekerja pada badan instansi tertentu yang memerlukan tingkat pendidikan tertentu. Selain itu, pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa adalah wirausaha yang tidak dibatasi oleh tempat, ruang, dan waktu, berbeda dengan etnis Jawa yang bekerja pada instansi tertentu yang dibatasi oleh tempat, ruang, dan waktu.

(25)

ekonomi. Menurut Oei (2010: 131), orang Tionghoa tidak berani untuk menaikkan gaya hidup mereka jika kondisi ekonomi mereka belum lebih dari mencukupi. Sedangkan menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), orang Jawa cenderung menggunakan penghasilan mereka untuk kebutuhan sehari-hari tanpa mementingkan kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, hal tersebutlah yang menyebabkan adanya anggapan masyarakat umum bahwa dalam perekonomian etnis Tionghoa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul studi komparasi kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas ditemukan fakta-fakta yang mengarah pada batasan masalah penelitian, yang bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang ingin diteliti agar lebih terfokus dengan inti pada penelitian. Peneliti memfokuskan variabel yang ingin diteliti, yaitu Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga, Status Sosial Ekonomi, dan Gaya Hidup Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa.

(26)

sampel dalam penelitian ini juga berfokus pada etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta.

Dipilihnya etnis Tionghoa totok dikarenakan etnis Tionghoa ini masih mengikuti budaya leluhur Tionghoa, seperti masih merayakannya hari Cap Go Meh, hari Kue Cang, dan hari Kue Bulan. Berbeda dengan etnis Tionghoa peranakan yang sudah tidak mengikuti budaya leluhur Tionghoa. Sedangkan dipilihnya etnis Jawa Yogyakarta dikarenakan etnis Jawa tersebut merupakan masyarakat pribumi asli dari tempat penelitian.

Penelitian ini akan dilakukan di Kampung Ketandan, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta yang merupakan kawasan pecinan. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yang meliputi:

1. Kampung Ketandan merupakan sebuah kampung yang berada di pusat perekonomian kota Yogyakarta.

(27)

sebagai karyawan saja, walaupun ada yang memiliki usaha sendiri akan tetapi jumlahnya sangat sedikit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian perbandingan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan juga gaya hidup untuk membuktikan apakah benar etnis Tionghoa memiliki kelas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa.

(28)

gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan, peneliti menggunakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sebagai responden.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ?

2. Bagaimana status sosial ekonomi masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ?

3. Bagaimana gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 4. Apakah ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga

antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 5. Apakah ada perbedaan status sosial ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis

Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ?

6. Apakah ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ?

D. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah di atas peneliti mengadakan penelitian dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta.

(29)

3. Untuk mendeskripsikan gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta.

4. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

5. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan status sosial ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

6. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Bagi Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah informasi bagi etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta agar dapat meningkatkan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangganya, serta penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status sosial ekonomi dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

(30)

etnis Tionghoa dan etnis Jawa, serta menambah referensi kepustakaan di Universitas Sanata Dharma.

3. Bagi Penulis

Penelitian kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa memberikan wawasan kepada peneliti tentang bagaimana etnis Tionghoa dan etnis Jawa mengelola keuangan rumah tangganya, serta status sosial ekonomi dan gaya hidup yang dimiliki oleh etnis Tionghoa dan etnis Jawa.

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut (Sugiyono, 2012: 38). Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

(31)

tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi:

1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, rincian kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan pencatatan penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang atau tunai, agar kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga dapat terpenuhi. 2) Investasi adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah

tangga yang disisihkan untuk sebuah usaha, guna dapat membeli barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang.

3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta merupakan bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan pada dompet tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga.

(32)

2. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi:

a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan adalah ordinal, yaitu tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

b. Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan adalah nominal.

c. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah tangga selama satu bulan. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan adalah ordinal, yaitu pendapatan tinggi, sedang, dan rendah

3. Gaya Hidup

(33)

berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi:

a. Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang dikonsumsi, yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini pola konsumsi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan. b. Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan ibu rumah tangga yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga pakaian, dan kualitas pakaian. Dalam penelitian ini gaya berpakaian difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan.

(34)

dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun.

(35)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Menurut Gilarso (2004: 65), kehidupan modern saat ini begitu banyak godaan untuk hidup mewah, sehingga seringkali penghasilan yang diterima menjadi masalah karena selalu kurang dan pengeluaran juga menjadi masalah karena selalu bertambah terus. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang dihadapi oleh sebuah rumah tangga adalah bagaimana mendayagunakan semaksimal mungkin setiap rupiah yang dimiliki sedemikian rupa sehingga sebuah rumah tangga akan tahu persis berapa uang yang dimiliki, dari mana didapatkan dan dipakai untuk apa saja, dan juga mampu menyisihkannya sebagian untuk ditabung tanpa terlibat dalam hutang yang tidak produktif.

(36)

dan juga terencana maka keluarga tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga yang ekonominya belum dewasa dan mudah terjebak hutang.

Pengelolaan keuangan yang baik dan benar dilakukan pada saat awal pendapatan diterima. Pendapatan tersebut terlebih dahulu dialokasikan untuk tabungan, kemudian untuk cicilan dan yang terakhir adalah alokasi untuk belanja kebutuhan rumah tangga. Setiap kebutuhan rumah tangga dalam satu bulan perlu diberi ruang pemisah menggunakan amplop atau dompet khusus yang bertujuan agar dana tersebut digunakan sesuai dengan yang sudah dianggarkan. Maka, sebelum memisahkan anggaran tersebut, ibu rumah tangga terlebih dahulu harus mengetahui pos-pos pengeluaran wajib dalam keuangan keluarga.

Menurut Zuhri dan Akbar (2015: 69), pos-pos tersebut meliputi: 1. Pos Pengeluaran Rutin

Pos pengeluaran rutin merupakan pos untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, biaya listrik dan air, biaya komunikasi (pulsa telepon dan internet), ongkos transportasi, biaya pendidikan anak, dan uang jajan anak. Alokasi untuk pos ini adalah yang paling tinggi, meskipun yang paling tinggi akan tetapi besaran kebutuhan masih dapat diatur. Alokasi untuk pos ini adalah 40%.

2. Pos Kewajiban Finansial (Cicilan)

(37)

ini tidak lebih dari 20%, karena jika melebihi akan mengganggu arus kas rumah tangga. Alokasi untuk pos ini adalah 20%.

3. Pos Gaya Hidup

Cermat mengelola keuangan bukan berarti tidak boleh menggunakan uang untuk bersenang-senang. Jalan-jalan bersama keluarga, nonton bioskop, makan-makanan favorit, dan memanjakan diri di salon adalah beberapa contoh pengeluaran untuk pos gaya hidup. Pos ini disarankan tidak dianggarkan melebihi 10% dari pendapatan yang diterima setiap bulannya. Apabila membutuhkan anggaran yang lebih besar dalam pos ini, misalnya untuk pembelian barang bermerek maka dapat mengurangi penggunaan pos gaya hidup selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu arus kas dan pos pengeluaran lainnya. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.

4. Pos Investasi

Pos ini sangat penting karena menyangkut masa depan keluarga. Investasi dapat berupa peralatan, deposito, logam mulia, tabungan pendidikan anak, sampai dengan persiapan dana pensiun. Biasanya pos ini membutuhkan pertimbangan dan bahkan campur tangan penuh dari suami. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.

5. Pos Asuransi

(38)

kepala keluarga dalam keadaan sehat. Sedangkan bagi anak-anak, yang terbaik adalah memiliki asuransi kesehatan untuk berjaga-jaga ketika anak sakit. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.

6. Pos Dana Darurat

Fungsi utama pos ini adalah digunakan pada saat kondisi darurat, seperti saat terkena musibah bencana alam, kehilangan pekerjaan (PHK), usaha bangkrut, dan lain sebagainya. Untuk keamanan finansial keluarga, besaran minimum pos ini adalah 3-6 bulan biaya hidup. Alokasi untuk pos ini adalah 5%.

7. Pos Sosial

(39)

Hal yang perlu diperhatikan juga agar kondisi pengelolaan keuangan rumah tangga dapat berjalan dengan baik adalah dengan menghindari hutang, karena dampak dari hutang sangatlah besar yaitu melakukan pembayaran yang lebih besar dari hutang yang dilakukan, nantinya akan mengacaukan rencana keuangan rumah tangga.

A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa

Menurut Salim (2008: 13), etnis Tionghoa dalam melakukan pengelolaan keuangan sangat memperhitungkan keseimbangan antara arus uang keluar dan arus uang masuk. Hal tersebut sangat penting karena merupakan landasan untuk mencapai kebebasan finansial. Oleh karena itu, etnis Tionghoa sangat jeli dalam menentukan untuk apa uang hasil kerja kerasnya. Etnis Tionghoa memiliki sifat yang cenderung berhemat dalam melakukan pengeluaran. Materi seperti mobil dan rumah mewah tidak membuat mereka merasa nyaman secara finansial, tetapi jumlah rekening yang banyak yang membuat mereka merasa nyaman (Malau, 2014). Menurut Salim (2008: 13), untuk mengatur agar keseimbangan antara arus uang masuk dan arus uang keluar tercapai, etnis Tionghoa selalu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan. Dalam mencatat arus uang masuk dan arus uang keluar, antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki cara yang berbeda-beda.

A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa

(40)

Yek dalam Ruslestari (2015: 19), orang Jawa cenderung menggunakan penghasilannya untuk kebutuhan hidup mereka tanpa memikirkan kelangsungan hidup. Hal tersebut dilihat dari jarangnya melakukan pencatatan keuangan, sehingga terkadang mereka tidak mengetahui berapa jumlah uang yang dikeluarkan dalam satu bulan. Karena tidak melakukan pencatatan keuangan inilah yang membuat mereka menjadi sulit mengontrol dan mengatur keuangan sehingga hidup akan menjadi lebih boros dan tidak terencana.

B. Tingkat Pendidikan

1. Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa

(41)

memastikan pekerjaan yang bisa dilakukan anaknya hanyalah berbisnis. Oleh karena itu, sejak kecil anak-anak etnis Tionghoa sudah dididik untuk berdagang. Mereka diajar berhitung sejak kecil dan membantu usaha keluarga.

2. Tingkat Pendidikan Etnis Jawa

Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), Bagi orang Jawa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang dapat merubah kehidupan mereka. Mereka menganggap bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan pendapatan yang tinggi pula sehingga mereka akan memperoleh masa depan yang baik. Oleh karena itu, orang tua etnis Jawa cenderung menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

C. Jenis Pekerjaan

Menurut Spillanne dalam Kristanti (1999: 37), pekerjaan digolongkan menjadi 9 golongan dan disesuaikan dari pekerjaan terendah sampai tertinggi yang meliputi:

1. Golongan A, meliputi meninggal dunia, pensiun, tidak pernah mempunyai pekerjaan tetap.

2. Golongan B, meliputi buruh nelayan, buruh tani, buruh penebang kayu. 3. Golongan C, meliputi buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang penarik

becak.

(42)

5. Golongan E, meliputi artis seniman, buruh tetap, montir, pandai besi, penjahit, penjaga toko, sopir bus, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin. 6. Golongan F, meliputi pemilik colt, penggarap tanah, pegawai keamanan, mandor, pedagang, pegawai kantor, petani pemilik tanah, peternak, tuan tanah, pegawai sipil ABRI, pemilik toko.

7. Golongan G, meliputi ABRI, pegawai badan hukum, manajer perusahaan kecil, supervisor, kepala bagian, pamong praja, pegawai negeri (Gol Ia-Ib). 8. Golongan H, meliputi guru SLTP/SLTA, juru rawat, pegawai negeri (Gol IIa-IIb), kepala sekolah, pekerja sosial, perwira ABRI, kontraktor, wartawan.

9. Golongan I, meliputi ahli hukum, manajer perusahaan, ahli ilmu tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, kepala kantor pusat, menteri, peneliti, pengarang, penerbang, bupati, kontraktor besar, pegawai negeri (Gol IIIa ke atas).

C.1. Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa

(43)

C.2. Jenis Pekerjaan Etnis Jawa

Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Jawa bekerja disegala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. Selain itu, mereka juga bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan, perdagangan, pertanian, dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan merupakan salah satu yang paling menonjol dibandingkan pekerjaan yang lain.

D. Pendapatan

1. Pendapatan Etnis Tionghoa

Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Tionghoa dikenal sebagai etnis yang berpenghasilan tinggi karena mereka berani menggunakan penghasilan mereka untuk berinvestasi demi kelangsungan hidup mereka. Selain itu, salah satu kunci keberhasilan keuangan etnis Tionghoa adalah mereka senantiasa menabung sebanyak 50% dari total pendapatan yang dimiliki setiap bulannya. Etnis Tionghoa percaya bahwa dengan menabung setengah dari seluruh pendapatan yang diterima dapat menjamin kelangsungan hidup di masa depan. Memakai uang sesuai kebutuhan serta sikap enggan berfoya-foya menjadikan etnis Tionghoa selalu terjaga keuangannya. Mereka sebisa mungkin akan mengatur keuangan agar uang yang ada tidak terbuang sia-sia.

(44)

menabung tetapi juga berinvestasi baik itu properti, saham, atau obligasi. Jika tabungan dianggap sebagai bentuk persediaan untuk kebutuhan mendesak, maka investasi akan digunakan untuk menjamin hidup mereka di masa mendatang. Mereka selalu menggunakan uang yang mereka miliki untuk membeli sesuatu yang di masa depan akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Etnis Tionghoa percaya bahwa dengan cerdas memanfaatkan uang kelak keuntungan yang besar akan datang.

2. Pendapatan Etnis Jawa

(45)

E. Gaya Hidup

1. Gaya Hidup Etnis Tionghoa

Menurut Oei (2010: 131), orang Tionghoa tidak berani untuk menaikkan gaya hidup mereka apabila kondisi ekonomi mereka belum lebih dari mencukupi, akan tetapi mereka akan menaikkan gaya hidup mereka jika kondisi ekonomi mereka lebih dari mencukupi. Oleh karena itu, banyaknya etnis Tionghoa yang memiliki gaya hidup yang tidak konsumtif dikarenakan etnis Tionghoa cenderung menggunakan uangnya untuk sesuatu hal yang dapat membawa keuntungan lebih bagi hidupnya seperti melakukan investasi.

2. Gaya Hidup Etnis Jawa

(46)

F. Etnis

Setiap daerah yang ada di Indonesia bukan hanya di huni oleh masyarakat pribumi akan tetapi juga dihuni oleh masyarakat pendatang, sehingga Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan berbagai etnis yang berbeda-beda. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005:9), etnis adalah kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

Menurut Soekanto dalam Liliweri (2005: 10), etnis adalah hal-hal yang berkaitan dengan suku bangsa dan ras. Perbedaan Etnis dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan melalui norma, perilaku, bahasa, dan beberapa karakteristik lainnya.

1. Etnis Tionghoa

Etnis Tionghoa merupakan etnis keturunan Tiongkok yang masuk ke Indonesia melalui perdagangan. Etnis Tionghoa juga merupakan kaum minoritas di Indonesia. Menurut Gondomono (2002: 5), etnis Tionghoa di Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan dari wilayah Tiongkok Tenggara. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005: 46), golongan etnis Tionghoa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Tionghoa Totok

(47)

Tiongkok. Bahasa yang digunakan oleh Tionghoa totok adalah bahasa mandarin. Pendidikan keluarga Tionghoa totok lebih mengikuti pendidikan budaya leluhur.

b. Tionghoa Peranakan.

Tionghoa peranakan adalah etnis Tionghoa yang merupakan hasil perkawinan antara Tionghoa totok dengan masyarakat pribumi. Bahasa yang digunakan oleh Tionghoa peranakan adalah bahasa daerah tempat mereka tinggal. Kehidupan sehari-hari tionghoa peranakan lebih terbuka dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Walaupun Tionghoa peranakan merupakan campuran dari masyarakat pribumi, akan tetapi biasanya mereka tetap masih mengikuti budaya leluhur mereka dari Tiongkok.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etnis Tionghoa di Indonesia terbagi menjadi dua golongan, yaitu Tionghoa totok dan Tionghoa peranakan. Walaupun etnis Tionghoa memiliki dua golongan, akan tetapi mereka tetap masih menjunjung tinggi kebudayaan leluhur mereka dimanapun mereka tinggal.

2. Etnis Jawa

(48)

asli bagian tengah dan timur pulau Jawa. Etnis Jawa merupakan etnis yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan kebudayaan.

Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005: 99), masyarakat Jawa dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Golongan Orang Biasa dan Pekerja Kasar

Golongan ini kebanyakan hidup di kampung-kampung dan bekerja pada bidang usaha pertanian, buruh, pegawai rendah, dan pedagang kecil.

b. Golongan Pedagang atau Saudagar

Golongan ini biasanya hidup secara berkelompok dan melaksanakan bidang usaha perdagangan pada sektor-sektor yang belum banyak dimasuki oleh tengkulak. Golongan ini biasanya bergerak di usaha pertanian, usaha kerajinan, dan alat-alat rumah tangga.

c. Golongan Pegawai Negeri atau Priyayi

Golongan ini merupakan golongan dengan kelas sosial paling tinggi di Jawa. golongan ini dibagi menjadi dua, yaitu pegawai pemerintahan dan kaum bangsawan. Golongan bangsawan merupakan golongan dengan status sosial yang tinggi, karena mereka merupakan keturunan raja beserta kerabatnya.

(49)

terletak pada tiga unsur, yaitu Raja, Tapa, dan Kekuasaan. Etnis Jawa juga memiliki prinsip hidup, yaitu rukun, hormat, dan toleransi.

G. Beberapa Aspek Ke-Tionghoa-an Yogyakarta

Dari aspek ekonomi, secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak jauh berbeda dari ekonomi masyarakat pribumi. Penguasaan ekonomi diantara kedua kelompok tampak seimbang dalam arti banyak pengusaha pribumi yang memiliki bidang usaha dan skala usaha yang tidak kalah besar atau berada pada level yang hampir sama. Data dari Deperindag sejak tahun 1995 – 1998, menunjukan bahwa pengusaha pribumi, baik perusahaan besar, menengah maupun kecil, jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan milik pengusaha Tionghoa. Akan tetapi, kesenjangan antara kedua kelompok masyarakat ini relatif tidak terlampau besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengusaha pribumi lebih banyak terjun dalam bisnis batik, hotel, kerajinan perak, pom bensin, jasa pariwisata, transportasi, kerajinan, dan cinderamata. Sedangkan pengusaha Tionghoa lebih mendominasi dalam bisnis mobil, motor, bengkel dan onderdil, barang elektronik, emas, pabrik tekstil, toko besar dan bangunan, serta foto.

(50)

orang Tionghoa memperbolehkan pedagang kaki lima untuk berjualan di emper tokonya secara bersamaan dengan jam buka usahanya. Kerja sama itu, juga merupakan pelindung bagi pemilik toko Tionghoa, karena bisa dekat dengan para preman.

Dari segi kebudayaan, masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak terikat secara ketat pada suatu adat istiadat maupun rasa identitas bersama. Mereka memiliki orientasi kultural yang beragam. Unsur yang memberikan identitas hanya terbatas pada penampilan fisik, seperti kulit kuning langsat atau mata sipit. Secara kultural ke-Tionghoan mereka boleh dikatakan sudah pudar, kecuali dua buah kelenteng dan rumah makan “Tio Ciu” yang merupakan sisa identitas lama. Bahasa yang digunakan juga bukan lagi bahasa Tionghoa, setidaknya dalam ruang publik dan bahkan mayoritas mereka sudah tidak menguasai lagi. Dalam sehari-hari mereka lebih banyak berbicara bahasa Jawa atau bahasa Indonesia. Demikian pula dalam kehidupan agama, selain Khonghucu, banyak juga di antara mereka yang menganut agama lainnya seperti Kristen, Katolik, Buddha, atau Islam. Selain itu, meskipun tidak banyak jumlahnya, banyak di antara mereka yang umumnya berasal dari kelas menengah-bawah yang menjadi anggota perkumpulan-perkumpulan aliran kebatinan atau kejawen yang cukup banyak di Yogyakarta.

(51)

terbentuk satu perkumpulan wayang orang dan dua buah perkumpulan ketoprak, yang mana para pemainnya terdiri dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa. selain itu, sebuah keluarga kaya dari masyarakat Tionghoa, yang juga mendapat gelar bangsawan, membangun sebuah museum kain batik (Jawa) yang mungkin satu-satunya di Indonesia.

Secara umum, menurut Nasikun dalam Susanto (2003: 84), dapat

dikatakan bahwa etnis Tionghoa di Yogyakarta mempunyai gaya hidup “low

profile”. Setidaknya sejauh yang diamati, hal itu dapat dilihat dari rumah, mobil,

busana, pilihan hiburan atau kegiatan untuk mengisi waktu luang. Dalam hal ini, etnis Tionghoa Yogyakarta sendiri membedakan dirinya dari etnis Tionghoa di kota-kota besar lain, yang menurut mereka lebih “high profile”. Bila ada etnis

Tionghoa yang demikian, mereka akan menilai “itu pasti bukan orang Tionghoa

Yogyakarta Asli”. Menurut mereka etnis Tionghoa Yogyakarta Asli itu “lebih

tahu diri” dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial kultural Yogyakarta.

Sikap low profile tersebut, menyebabkan masyarakat Tionghoa mampu membangun interaksi yang baik dengan masyarakat lainnya. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus ditemukan orang Tionghoa yang dipercaya menjadi ketua atau pengurus RT atau RW di lingkungan yang mayoritas pribumi.

(52)

diskriminasi. Sedangkan untuk generasi muda berusia di bawah 40 tahun. Generasi muda umumnya hidup di masa pembangunan. Oleh karena itu, generasi muda sudah mendapatkan pendidikan yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia tanpa adanya diskriminasi, stereotip, dan bahkan tragedi yang dialami oleh etnis Tionghoa generasi tua.

H. Ibu Rumah Tangga

Sebuah rumah tangga harus memiliki seseorang yang dapat mengatur dan bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga. Tugas ini biasanya dijalankan oleh seorang ibu rumah tangga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Maka seorang ibu rumah tangga memiliki berbagai macam peran dalam sebuah keluarga. Menurut Baqhir (2003: 64) peran penting ibu rumah tangga dalam keluarga adalah:

1. Ibu Sebagai Manajer

Ibu rumah tangga harus mampu mengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam keadaan atau kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumah tangga.

2. Ibu Sebagai Guru

(53)

3. Ibu Sebagai Juru Masak

Ibu rumah tangga harus pandai berkreasi dalam menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua anggota keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun makan malam.

4. Ibu Sebagai Akuntan

Ibu rumah tangga harus mampu mengelola APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga) dengan sebaik-baiknya, bagaimana mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar listrik, telepon, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan lainnya yang tak terduga. Peran ibu rumah tangga juga sebagai seseorang yang mampu membantu perekonomian keluarga dengan tidak melupakan tugasnya sebagai seorang ibu.

5. Ibu sebagai Desain Interior

Ibu rumah tangga harus mampu menciptakan atau menata berbagai perabotan yang ada di rumahnya untuk menciptakan suasana baru, tidak membosankan anggota keluarganya. Sehingga rumah nyaman untuk ditempati oleh keluarga.

6. Ibu Sebagai Dokter

(54)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki tanggung jawab atas rumah tangganya agar sejahterah. Maka seorang ibu rumah tangga memiliki sejumlah peran, yaitu sebagai manajer, guru, juru masak, akuntan, desain interior, dan dokter.

I. Penelitian Terdahulu

Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

(55)

No. Judul Penelitian

(Tahun)

Metode dan Alat Analisis

Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

(56)

No. Judul Penelitian

(Tahun)

Metode dan Alat Analisis

Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

3. Pengaruh

(57)

Kampung Ketandan terletak dipusat perekonomian kota Yogyakarta, kampung ini dipengaruhi oleh dua etnis yang menjadi pelaku dalam kegiatan ekonomi, etnis tersebut adalah etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sering dianggap oleh etnis lainnya memiliki perbedaan dalam keberhasilan ekonomi, hal ini dilihat dari banyaknya usaha yang dijalankan oleh etnis Tionghoa sepanjang jalan Kampung Ketandan, dibandingkan dengan etnis Jawa yang lebih banyak bekerja sebagai karyawan. Perbedaan keberhasilan ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dianggap memiliki perbedaan dalam kompetensi mengelola keuangan rumah tangga, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.

(58)

dan waktu, sedangkan untuk etnis Jawa jenis pekerjaannya dibatasi oleh ruang, tempat, dan waktu.

Selain dianggap memiliki perbedaan kompetensi dalam mengelola keuangan rumah tangga dan juga status sosial ekonomi, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sering dianggap memiliki perbedaan gaya hidup yang menyebabkan adanya perbedaan keberhasilan dalam ekonomi. Etnis Tionghoa akan memiliki gaya hidup yang sederhana apabila kondisi ekonomi mereka belum lebih dari mencukupi dan etnis Tionghoa akan memiliki gaya hidup yang mewah apabila kondisi ekonomi mereka lebih dari mencukupi. Berbeda dengan etnis Jawa yang selalu mementingkan kebutuhan mereka saat itu juga tanpa memikirkan kondisi ekonomi mereka dalam keadaan yang baik atau tidak. Mewah atau sederhananya gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa dapat dilihat dari konsumsi makanan dan minuman, pakaian yang dikenakan dan juga liburan yang dilakukan. Oleh karena itu, Penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan yang dianggap masyarakat memiliki perbedaan.

(59)

maka dapat dibuat kerangka berpikir yang terkait dengan penelitian ini, kerangka berpikir tersebut sebagai berikut:

Gambar II.1. Bagan Kerangka Pikir

K. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan jawaban sementara melalui hipotesis, sebagai berikut:

1. Ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

2. Status Sosial Ekonomi (Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, dan Pendapatan).

Etnis

Etnis Tionghoa Etnis Jawa

(60)

a. Ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.

b. Ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. c. Ada perbedaam status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara

etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. 3. Ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di

(61)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat komparatif. Menurut Sugiyono (2012: 14), jenis penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan, sedangkan komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Maka penelitian ini mencoba mengungkap perbandingan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Ketandan, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Alasan dipilihnya lokasi ini, dikarenakan Kampung Ketandan merupakan sebuah kampung yang berada di pusat perekonomian kota Yogyakarta dan Kampung Ketandan juga merupakan kampung Pecinan yang menjadi cagar budaya kota Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan fakta bahwa masyarakat di Kampung Ketandan selain dihuni oleh etnis Tionghoa juga dihuni oleh etnis Jawa.

2. Waktu Penelitian

(62)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto, 2006: 145). Subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 38). Objek penelitian ini adalah kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 32 ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan 24 ibu rumah tangga etnis Jawa, jumlah ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sehingga secara keseluruhan berjumlah 56 ibu rumah tangga.

(63)

tersebut merupakan masyarakat pribumi asli dari tempat penelitian. Oleh karena itu, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 35 ibu rumah tangga yang terdiri dari 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012: 81), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto (2006:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menentukan besarnya sampel, menurut Arikunto (2006: 174), apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel seluruhnya yang berjumlah 35 ibu rumah tangga, yang terdiri dari 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Sampling Jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila

(64)

E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran

1. Variabel Penelitian

a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah kemampuan ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, membuat rincian kebutuhan, membuat pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan, melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang atau tunai, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan pertimbangan tujuan, jangka waktu, dan produknya, yang bertujuan agar kebutuhan rumah tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi: 1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang

dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, rincian kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan pencatatan penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang atau tunai, agar kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga dapat terpenuhi.

(65)

membeli barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang.

3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta merupakan bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan pada dompet tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga.

Skala pengukuran yang digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu:

1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Tinggi

(66)

produknya, serta tidak pernah melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini selalu rutin mengelola keuangannya.

2) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Sedang

Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga sedang dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa tidak rutin dalam membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran tahunan, masih melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini tidak rutin dalam mengelola keuangannya.

3) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Rendah

(67)

tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya, serta selalu melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini sama sekali tidak pernah mengelola keuangannya.

Tabel III.1

Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Variabel Indikator No. Soal Kuesioner

Kompetensi

Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari segi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi:

(68)

tinggi. Oleh karena itu, tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ibu rumah tangga dikelompokkan dan diberi kategori sebagai berikut:

Diploma dan Sarjana Tinggi

2) Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan adalah nominal. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini ada 4 jenis pekerjaan sesuai dengan hasil kuesioner yang didapatkan, kemudian diberi kode sebagai berikut:

Tabel III.3 Kode Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Kode

Tidak memiliki pekerjaan 1

Karyawan swasta 2

Wirausaha 3

Pegawai negeri 4

(69)

2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan adalah ordinal. Maka diperoleh pengukuran dengan mengklasifikasikan kategori sebagai berikut:

Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi

c. Gaya hidup

Gaya hidup adalah kebiasaan hidup ibu rumah tangga dalam mengalokasikan uang dan waktunya yang dilihat dari pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi: 1) Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang

dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang dikonsumsi, yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini, pola konsumsi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran

Variabel Indikator No. Soal Kuesioner

Status Sosial Ekonomi

a. Tingkat pendidikan 1

b. Pekerjaan 2

(70)

dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan.

2) Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan dari ibu rumah tangga yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga pakaian, dan kualitas pakaian. Dalam penelitian ini, gaya berpakaian difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan.

3) Pola rekreasi adalah kegiatan ibu rumah tangga mengisi waktu luang bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, guna merelaksasikan diri dari aktivitas rutin. Dalam penelitian ini, pola rekreasi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun.

(71)

Skala pengukuran yang digunakan pada variabel gaya hidup adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam dua kategori, yaitu:

1) Gaya Hidup Mewah

Gaya hidup mewah dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang tinggi, yaitu ≥ 3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang boros. Oleh karena itu ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang selalu bermerek internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan (hypermart,

superindo, dan carefour) ≥ 3 kali dalam sebulan.

b) Gaya berpakaian yang selalu mengikuti mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian, serta tidak pernah melakukan pertimbangan harga pakaian

sebelum membeli ≥ 3 kali dalam sebulan.

c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga, yang selalu dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang

mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur ke luar kota saat

(72)

2) Gaya Hidup Sederhana

Gaya hidup sederhana dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola

konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang sedang, yaitu ≤

3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang tidak boros. Oleh karena itu, ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang hanya kadang-kadang saja bermerek internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta kadang-kadang juga melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di

pusat pertokoan (hypermart, superindo, dan carefour) ≤ 3 kali

dalam sebulan.

b) Gaya berpakaian yang hanya kadang-kadang saja mengikuti mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian, serta kadang-kadang juga

melakukan pertimbangan harga pakaian sebelum membeli ≤ 3

kali dalam sebulan.

Gambar

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu
Gambar II.1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel III.1 Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Tabel III.2 Kategori Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pencatatan yang telah dilakukan oleh ibu-ibu tersebut, diperoleh hasil bahwa sebanyak 64% ibu rumah tangga dapat mengatur pengelolaan keuangan rumah tangga dengan

Ibu rumah tangga tersebut mengatakan bahwa sangat sulit untuk membuat perencanaan keuangan keluarga karena penghasil tidak tetap sehingga pengeluaran berdasarkan

Target yang dituju dalam kegiatan ini adalah para ibu rumah tangga di wilayah Cengkareng Barat, Jakarta Barat.Dimana antara lain sebagai ibu rumah tangga yang

Peran Akuntansi Dalam Menentukan Strategi Mengelola Keuangan Rumah Tangga (Fenomena Pada Ibu Rumah Tangga Di Surabaya). Mochamad Dimas Pratama STIE Perbanas Surabaya Email:

Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Lok Bahu Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda disimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga sudah cukup

Maka dari itu disarankan kepada Ibu Rumah Tangga Nelayan di Desa Kusamba Klungkung agar dapat diberikan pelatihan pengelolaan keuangan dan edukasi tentang kebijakan pemerintah yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, perencanaan keuangan yang dilakukan dalam rumah tangga pasangan usia muda di Kelurahan Kassa Kecamatan Batulappa Kabupaten Pinrang

Hasil menunjukkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi berat badan balita adalah pendapatan rumah tangga, frekuensi mengikuti kegiatan posyandu dan umur ibu rumah tangga Kata Kunci: