LANDASAN TEOR
A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Menurut Gilarso (2004: 65), kehidupan modern saat ini begitu banyak godaan untuk hidup mewah, sehingga seringkali penghasilan yang diterima menjadi masalah karena selalu kurang dan pengeluaran juga menjadi masalah karena selalu bertambah terus. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang dihadapi oleh sebuah rumah tangga adalah bagaimana mendayagunakan semaksimal mungkin setiap rupiah yang dimiliki sedemikian rupa sehingga sebuah rumah tangga akan tahu persis berapa uang yang dimiliki, dari mana didapatkan dan dipakai untuk apa saja, dan juga mampu menyisihkannya sebagian untuk ditabung tanpa terlibat dalam hutang yang tidak produktif.
Sebuah keluarga yang memiliki penghasilan besar belum tentu dapat dikatakan sebagai keluarga yang makmur, karena besar kecilnya penghasilan itu sangat relatif dan tidak dapat dipakai sebagai ukuran yang pasti untuk makmur atau tidaknya suatu keluarga. Tidak makmurnya sebuah keluarga dapat terjadi apabila penghasilan yang diterima oleh sebuah keluarga besar, akan tetapi masih berhutang sana-sini dan sebaliknya sebuah keluarga akan makmur walaupun memiliki penghasilan yang kecil tetapi cukup dan tidak memiliki hutang. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang harus dijalankan oleh sebuah rumah tangga agar dapat mencapai kesejahteraan atau makmur adalah dengan melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Apabila sebuah keluarga tidak dapat mengendalikan pengelolaan keuangannya secara realistis
dan juga terencana maka keluarga tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga yang ekonominya belum dewasa dan mudah terjebak hutang.
Pengelolaan keuangan yang baik dan benar dilakukan pada saat awal pendapatan diterima. Pendapatan tersebut terlebih dahulu dialokasikan untuk tabungan, kemudian untuk cicilan dan yang terakhir adalah alokasi untuk belanja kebutuhan rumah tangga. Setiap kebutuhan rumah tangga dalam satu bulan perlu diberi ruang pemisah menggunakan amplop atau dompet khusus yang bertujuan agar dana tersebut digunakan sesuai dengan yang sudah dianggarkan. Maka, sebelum memisahkan anggaran tersebut, ibu rumah tangga terlebih dahulu harus mengetahui pos-pos pengeluaran wajib dalam keuangan keluarga.
Menurut Zuhri dan Akbar (2015: 69), pos-pos tersebut meliputi: 1. Pos Pengeluaran Rutin
Pos pengeluaran rutin merupakan pos untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, biaya listrik dan air, biaya komunikasi (pulsa telepon dan internet), ongkos transportasi, biaya pendidikan anak, dan uang jajan anak. Alokasi untuk pos ini adalah yang paling tinggi, meskipun yang paling tinggi akan tetapi besaran kebutuhan masih dapat diatur. Alokasi untuk pos ini adalah 40%.
2. Pos Kewajiban Finansial (Cicilan)
Pos kewajiban finansial seperti cicilan rumah, cicilan kendaraan, cicilan barang elektronik, dan cicilan lainnya. Pos ini harus diprioritaskan dan nominalnya tidak dapat diutak-atik. Pastikan total pengeluaran dari pos
ini tidak lebih dari 20%, karena jika melebihi akan mengganggu arus kas rumah tangga. Alokasi untuk pos ini adalah 20%.
3. Pos Gaya Hidup
Cermat mengelola keuangan bukan berarti tidak boleh menggunakan uang untuk bersenang-senang. Jalan-jalan bersama keluarga, nonton bioskop, makan-makanan favorit, dan memanjakan diri di salon adalah beberapa contoh pengeluaran untuk pos gaya hidup. Pos ini disarankan tidak dianggarkan melebihi 10% dari pendapatan yang diterima setiap bulannya. Apabila membutuhkan anggaran yang lebih besar dalam pos ini, misalnya untuk pembelian barang bermerek maka dapat mengurangi penggunaan pos gaya hidup selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu arus kas dan pos pengeluaran lainnya. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.
4. Pos Investasi
Pos ini sangat penting karena menyangkut masa depan keluarga. Investasi dapat berupa peralatan, deposito, logam mulia, tabungan pendidikan anak, sampai dengan persiapan dana pensiun. Biasanya pos ini membutuhkan pertimbangan dan bahkan campur tangan penuh dari suami. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.
5. Pos Asuransi
Salah satu kesalahan dalam manajemen finansial keluarga adalah kepala keluarga yang tidak memiliki asuransi jiwa. Setiap kepala keluarga harus memiliki asuransi jiwa dan sebaiknya membeli produk asuransi saat
kepala keluarga dalam keadaan sehat. Sedangkan bagi anak-anak, yang terbaik adalah memiliki asuransi kesehatan untuk berjaga-jaga ketika anak sakit. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.
6. Pos Dana Darurat
Fungsi utama pos ini adalah digunakan pada saat kondisi darurat, seperti saat terkena musibah bencana alam, kehilangan pekerjaan (PHK), usaha bangkrut, dan lain sebagainya. Untuk keamanan finansial keluarga, besaran minimum pos ini adalah 3-6 bulan biaya hidup. Alokasi untuk pos ini adalah 5%.
7. Pos Sosial
Pos ini sering dilupakan dan tidak diperhatikan, padahal pos ini sangat penting dan harus dipenuhi terlebih dahulu setelah mendapatkan pendapatan. Yang termasuk dalam pos ini adalah uang santunan bagi yang membutuhkan seperti sedekah atau zakat, biaya arisan keluarga, sumbangan acara pernikahan, kado ulang tahun teman anak-anak, dan juga membantu kerabat atau teman yang sedang kesulitan. Alokasi untuk pos ini adalah 5%. Selain memperhatikan pengeluaran selama satu bulan, pengeluaran yang hanya dilakukan setahun sekali, seperti pembayaran PBB, STNK, dan pengeluaran hari raya juga harus diperhatikan. Usahakan pengeluaran tahunan menggunakan penghasilan yang diterima secara tahunan (bonus dan THR) agar pengeluaran bulanan tidak terganggu. Apabila ternyata pengeluaran tahunan lebih besar dari penghasilannya, maka perlu untuk menyisihkan sebagian dana dari penghasilan bulanan.
Hal yang perlu diperhatikan juga agar kondisi pengelolaan keuangan rumah tangga dapat berjalan dengan baik adalah dengan menghindari hutang, karena dampak dari hutang sangatlah besar yaitu melakukan pembayaran yang lebih besar dari hutang yang dilakukan, nantinya akan mengacaukan rencana keuangan rumah tangga.
A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
Menurut Salim (2008: 13), etnis Tionghoa dalam melakukan pengelolaan keuangan sangat memperhitungkan keseimbangan antara arus uang keluar dan arus uang masuk. Hal tersebut sangat penting karena merupakan landasan untuk mencapai kebebasan finansial. Oleh karena itu, etnis Tionghoa sangat jeli dalam menentukan untuk apa uang hasil kerja kerasnya. Etnis Tionghoa memiliki sifat yang cenderung berhemat dalam melakukan pengeluaran. Materi seperti mobil dan rumah mewah tidak membuat mereka merasa nyaman secara finansial, tetapi jumlah rekening yang banyak yang membuat mereka merasa nyaman (Malau, 2014). Menurut Salim (2008: 13), untuk mengatur agar keseimbangan antara arus uang masuk dan arus uang keluar tercapai, etnis Tionghoa selalu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan. Dalam mencatat arus uang masuk dan arus uang keluar, antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki cara yang berbeda-beda.
A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa
Masih banyak warga Jawa dalam hal pengelolaan keuangan dapat dikatakan belum cakap atau belum terampil dalam mengelola keuangan terutama untuk kebutuhan jangka panjang (Kompas, 4 Maret 2016). Menurut
Yek dalam Ruslestari (2015: 19), orang Jawa cenderung menggunakan penghasilannya untuk kebutuhan hidup mereka tanpa memikirkan kelangsungan hidup. Hal tersebut dilihat dari jarangnya melakukan pencatatan keuangan, sehingga terkadang mereka tidak mengetahui berapa jumlah uang yang dikeluarkan dalam satu bulan. Karena tidak melakukan pencatatan keuangan inilah yang membuat mereka menjadi sulit mengontrol dan mengatur keuangan sehingga hidup akan menjadi lebih boros dan tidak terencana.