METODE PENELITIAN
E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran 1 Variabel Penelitian
a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah kemampuan ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, membuat rincian kebutuhan, membuat pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan, melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang atau tunai, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan pertimbangan tujuan, jangka waktu, dan produknya, yang bertujuan agar kebutuhan rumah tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi: 1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang
dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, rincian kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan pencatatan penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang atau tunai, agar kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga dapat terpenuhi.
2) Investasi adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang disisihkan untuk sebuah usaha, guna dapat
membeli barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang.
3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta merupakan bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan pada dompet tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga.
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu:
1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Tinggi
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga tinggi dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang selalu membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan
produknya, serta tidak pernah melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini selalu rutin mengelola keuangannya.
2) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Sedang
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga sedang dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa tidak rutin dalam membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran tahunan, masih melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini tidak rutin dalam mengelola keuangannya.
3) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Rendah
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga rendah dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang tidak pernah membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran
tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya, serta selalu melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini sama sekali tidak pernah mengelola keuangannya.
Tabel III.1
Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Variabel Indikator No. Soal Kuesioner
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga a. Pengelolaan Keuangan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,14,15,16 b. Tabungan 17,18,19 c. Investasi 20
b. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari segi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi:
1) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan SMP, SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan adalah ordinal, yaitu dasar, menengah, dan
tinggi. Oleh karena itu, tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ibu rumah tangga dikelompokkan dan diberi kategori sebagai berikut:
Tabel III.2
Kategori Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Kategori
SD/SMP Dasar
SMA/SMK Menengah
Diploma dan Sarjana Tinggi
2) Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan adalah nominal. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini ada 4 jenis pekerjaan sesuai dengan hasil kuesioner yang didapatkan, kemudian diberi kode sebagai berikut:
Tabel III.3 Kode Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Kode
Tidak memiliki pekerjaan 1
Karyawan swasta 2
Wirausaha 3
Pegawai negeri 4
3) Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah tangga selama satu bulan. Untuk melihat tinggi atau rendahnya pendapatan yang diterima, penelitian ini mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di kota Yogyakarta tahun
2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan adalah ordinal. Maka diperoleh pengukuran dengan mengklasifikasikan kategori sebagai berikut:
Tabel III.4 Kategori Pendapatan Pendapatan Kategori < Rp 1.452.399,00 Rendah Rp 1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 Sedang > Rp 3.452.400,00 Tinggi Tabel III.5
Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi
c. Gaya hidup
Gaya hidup adalah kebiasaan hidup ibu rumah tangga dalam mengalokasikan uang dan waktunya yang dilihat dari pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi: 1) Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang
dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang dikonsumsi, yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini, pola konsumsi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran
Variabel Indikator No. Soal Kuesioner
Status Sosial Ekonomi a. Tingkat pendidikan 1 b. Pekerjaan 2 c. Pendapatan 3
dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan.
2) Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan dari ibu rumah tangga yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga pakaian, dan kualitas pakaian. Dalam penelitian ini, gaya berpakaian difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan.
3) Pola rekreasi adalah kegiatan ibu rumah tangga mengisi waktu luang bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, guna merelaksasikan diri dari aktivitas rutin. Dalam penelitian ini, pola rekreasi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun.
Untuk mengetahui frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi, maka pertanyaan tersebut diukur menggunakan skala rating scale dengan pilihan selalu apabila ≥ 3 kali, sering 3 kali, kadang- kadang 2 – 1 kali, dan tidak pernah 0 kali.
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel gaya hidup adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam dua kategori, yaitu:
1) Gaya Hidup Mewah
Gaya hidup mewah dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang tinggi, yaitu ≥ 3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang boros. Oleh karena itu ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang selalu bermerek internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan (hypermart,
superindo, dan carefour) ≥ 3 kali dalam sebulan.
b) Gaya berpakaian yang selalu mengikuti mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian, serta tidak pernah melakukan pertimbangan harga pakaian
sebelum membeli ≥ 3 kali dalam sebulan.
c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga, yang selalu dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang
mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur ke luar kota saat
2) Gaya Hidup Sederhana
Gaya hidup sederhana dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola
konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang sedang, yaitu ≤
3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang tidak boros. Oleh karena itu, ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang hanya kadang- kadang saja bermerek internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta kadang-kadang juga melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di
pusat pertokoan (hypermart, superindo, dan carefour) ≤ 3 kali
dalam sebulan.
b) Gaya berpakaian yang hanya kadang-kadang saja mengikuti mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian, serta kadang-kadang juga
melakukan pertimbangan harga pakaian sebelum membeli ≤ 3
kali dalam sebulan.
c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga yang hanya kadang-kadang saja dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang mahal ≤ 3 kali dalam sebulan dan juga kadang-
kadang saja berlibur ke luar kota saat liburan panjang ≤ 3 kali dalam setahun.
Tabel III.6
Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Hidup
Variabel Indikator No. Soal Kuesioner
Gaya Hidup a. Pola Konsumsi 1,2,3,4 b. Gaya Berpakaian 5,6,7,8 c. Pola Rekreasi 9,10,11
2. Cara Pengukuran
Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rating scale. Dalam skala model rating scale, tidak hanya mengukur terhadap sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lainnya (Sugiyono, 2012: 98).
Rating scale dalam penelitian ini menggunakan skala penilaian kategori. Untuk variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga
dan gaya hidup mempergunakan empat alternatif jawaban : “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Skor jawaban yang mempunyai nilai antara 1 sampai 4 digunakan untuk pertanyaan bersifat negatif dan skor jawaban yang mempunyai nilai antara 4 sampai 1 digunakan untuk pertanyaan bersifat positif.
Untuk variabel status sosial ekonomi, yang dilihat dari tingkat pendidikan mempergunakan tiga alternatif jawaban : “SD/SMP”,
menengah, dan tinggi, sedangkan untuk status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan mempergunakan tiga alternatif jawaban : “< Rp. 1.452.399,00”,
“Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00”, dan “> Rp. 3.452.400,00” memiliki kategori rendah, sedang, dan tinggi.