HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Deskripsi Variabel
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Mann Whitney Test
Uji Mann-Whitney Test merupakan statistika non-parametrik. Statistika non-parametrik digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal). Analisis Mann Whitney Test juga merupakan alternatif bagi uji-t. Analisis ini digunakan untuk membandingkan dua sampel bebas dan dapat digunakan untuk membandingkan dua sampel yang memiliki perbedaan jumlah data. Uji Mann Whitney Test juga digunakan bila datanya berskala ordinal. 1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
dan Etnis Jawa
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.15
Deskriptif Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
KPK TIONGHOA 18 17.17 309.00
JAWA 17 18.88 321.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga etnis Tionghoa (17,17) lebih kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (18,88).
Tabel IV.18
Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
KPK
Mann-Whitney U 138.000
Wilcoxon W 309.000
Z -.624
Asymp. Sig. (2-tailed) .533
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .636a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa
Ha = ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,533 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
2) Status sosial ekonomi etnis Tionghoa dan etnis Jawa a) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Tingkat Pendidikan
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.17
Deskriptif Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
TINGKAT_PENDIDIKAN TIONGHOA 18 17.00 306.00
JAWA 17 19.06 324.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data tingkat pendidikan etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank tingkat pendidikan etnis Tionghoa (17,00) lebih kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (19,06).
Tabel IV.18
Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Pendidikan
TINGKAT_PENDIDIKAN
Mann-Whitney U 135.000
Wilcoxon W 306.000
Z -.644
Asymp. Sig. (2-tailed) .520
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .568a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat
pendidikan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,520 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
b) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Jenis Pekerjaan Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.19
Deskriptif Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
JENIS_PEKERJAAN TIONGHOA 18 20.22 364.00
JAWA 17 15.65 266.00
Total 35
Berdasarkan data jenis pekerjaan etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank jenis pekerjaan etnis Tionghoa (20,22) lebih besar dari pada Mean Rank etnis Jawa (15,65).
Tabel IV.20
Hasil Uji Mann Whitney Jenis Pekerjaan
JENIS_PEKERJAAN
Mann-Whitney U 113.000
Wilcoxon W 266.000
Z -1.419
Asymp. Sig. (2-tailed) .156
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .195a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat
dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa nilai
sig. 2 tailed sebesar 0,156 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
c) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Pendapatan Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.21
Deskriptif Pendapatan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
PENDAPATAN TIONGHOA 18 17.22 310.00
JAWA 17 18.82 320.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data pendapatan etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank pendapatan etnis Tionghoa (17,22) lebih kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (18,82).
Tabel IV.22
Hasil Uji Mann Whitney Pendapatan Ibu Rumah Tangga PENDAPATAN
Mann-Whitney U 139.000
Wilcoxon W 310.000
Z -.527
Asymp. Sig. (2-tailed) .598
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .660a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat
dari pendapatan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari
pendapatan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,598 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
3) Gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.23
Deskriptif Gaya Hidup Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
GH TIONGHOA 18 20.00 360.00
JAWA 17 15.88 270.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank
gaya hidup etnis Tionghoa (20,00) lebih besar dari pada Mean Rank etnis Jawa (15,88).
Tabel IV.24
Hasil Uji Mann Whitney Gaya Hidup GH
Mann-Whitney U 117.000
Wilcoxon W 270.000
Z -2.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .031
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .245a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Ha = ada perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,031 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
E. Pembahasan
1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di Kampung Ketandan, yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sudah cukup baik. Hal ini dapat di lihat dari pembuatan rencana keuangan, rincian kebutuhan, dan pembuatan pos-pos pengeluaran. Dalam hal pembuatan rencana keuangan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering membuat perencanaan keuangan untuk tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dan mereka juga sering membuat pos-pos pengeluaran baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, seperti biaya hidup sehari-hari dan kebutuhan jangka panjang, seperti tabungan, asuransi, dan investasi.
Ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa juga sering melakukan pencatatan berupa penghasilan yang diterimanya setiap bulan. Dengan pencatatan ini, mereka dapat mengetahui besarnya biaya yang akan di keluarkan baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Begitu juga dalam hal penggunaan penghasilan tahunan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa menggunakan penghasilan yang diterima oleh mereka pada saat hari raya atau Tunjangan Hari Raya (THR) untuk berbagai keperluan seperti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), pengeluaran saat hari raya, dan lain-lain.
Terkait dengan hal pemenuhan kebutuhan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa tidak terlepas dari pinjaman atau hutang yang diberikan oleh orang lain. Akan tetapi, mereka tidak selalu berhutang dalam hal pemenuhan kebutuhan mereka. Mereka berhutang hanya pada saat keadaan mendesak saja. Dalam hal investasi, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sering memilih dan menentukan investasi yang tepat dengan berbagai pertimbangan seperti tujuan, jangka waktu, dan produk dari investasi tersebut, sehingga kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi.
Ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga mengalokasikan pendapatan yang diterimanya untuk menabung yang dilakukannya sebelum melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini bertujuan agar tujuan jangka panjang dapat terpenuhi.
Walaupun ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa melakukan pengelolaan keuangan rumah tangga, akan tetapi pengelolaan keuangan rumah tangga tersebut tidak rutin dilakukan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diterima oleh etnis Tionghoa maupun etnis Jawa hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan sebulan cukup untuk kebutuhan pokok sebulan saja. Hal inilah yang menyebabkan ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa tidak membuat perencanaan keuangan secara rutin untuk jangka pendek maupun jangka panjang, seperti untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, investasi, dan lain-lain.
2. Status Sosial Ekonomi Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta a. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Yang Dilihat
dari Tingkat Pendidikan
Salah satu hal yang mempengaruhi status sosial ekonomi masyarakat yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah faktor pendorong perubahan status sosial ibu rumah tangga di lingkungan masyarakat sekitar maupun masyarakat luas. Secara geografis, Kampung Ketandan tepat berada di kota Yogyakarta, sehingga untuk mengakses pendidikan, masyarakat Kampung Ketandan memiliki kemudahan untuk mendapatkan pendidikan.
Tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sebagian besar sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Banyaknya ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dikarenakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa melihat bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan.
Bagi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, maka mereka akan lebih menguasai segala macam jenis pekerjaan. Terutama jenis pekerjaan yang dimiliki oleh mereka adalah wirausaha. Dalam jenis pekerjaan tersebut peran mereka adalah sebagai pemimpin yang harus mengerti segala sesuatu hal. Sedangkan untuk ibu rumah tangga etnis Jawa dengan memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak, serta pendapatan yang tinggi pula.
Ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga lebih dihargai di lingkungan Kampung Ketandan, dikarenakan mereka memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
b. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Dilihat dari Jenis Pekerjaan
Berbagai kegiatan dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis pekerjaan akan menentukan pendapatan yang diterimanya agar dapat memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki jenis pekerjaan yang baik, akan memiliki status sosial ekonomi yang baik juga.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis pekerjaan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan memiliki jenis pekerjaan yang berbeda, yaitu ibu rumah tangga etnis Tionghoa memiliki jenis pekerjaan wirausaha, sedangkan untuk etnis Jawa memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta. Adanya perbedaan jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan biasanya didasarkan pada kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh masing-masing etnis.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada etnis Tionghoa, alasan mereka lebih memilih berwirausaha dikarenakan jenis pekerjaan tersebut lebih santai dan tidak adanya atasan atau pimpinan yang akan memerintah mereka, serta dengan berwirausaha mereka bukan hanya terpaku pada satu jenis pekerjaan saja akan tetapi dapat melakukan segala macam jenis pekerjaan yang mereka inginkan dan yang memiliki peluang atau keuntungan yang besar. Sedangkan untuk etnis Jawa, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, mereka lebih memilih menjadi karyawan dibandingkan dengan berwirausaha dikarenakan mereka tidak memiliki modal untuk membuka usaha dan juga mereka tidak berani mengambil risiko karena besar kecilnya jumlah pendapatan yang diterima dari berwirausaha tidak menentu, berbeda jika mereka menjadi karyawan yang penghasilannya sudah menentu setiap bulannya.
c. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Dilihat dari Pendapatan
Status seseorang di masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator sesuai dengan persepsi masyarakat setempat tentang sesuatu hal yang membuat seseorang dipandang lebih tinggi dari pada yang lain, seperti kekayaan, jabatan, ataupun pendidikan. Pada umumnya, indikator yang mudah dilihat guna mengukur status sosial ekonomi seseorang dalam struktur sosial masyarakat adalah aspek ekonomi, yaitu pendapatan.
Pendapatan masyarakat di Kampung Ketandan yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Tinggi, sedang, dan rendahnya pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga di Kampung Ketandan di pengaruhi oleh jenis pekerjaan mereka. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu rumah tangga di Kampung Ketandan rata-rata berpendapatan sedang Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00. Hal ini dikarenakan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga hanya terdiri dari suami, istri, dan 2 – 3 orang anak, sehingga mereka tidak berkeinginan untuk mencari penghasilan tambahan. Besarnya pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga di lingkungan masyarakat Kampung Ketandan juga tidak serta merta memberikan predikat orang tersebut mendapat penghormatan lebih tinggi dari pada orang yang secara ekonomi masuk kategori kelas menengah ke bawah.
3. Gaya Hidup Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta
Masyarakat di Kampung Ketandan, yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki gaya hidup yang mewah. Hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Etnis Tionghoa di Kampung Ketandan sudah lama hidup berdampingan dengan etnis Jawa, sehingga menyebabkan mereka memiliki gaya hidup yang sama yaitu gaya hidup yang mewah.
Gaya hidup mewah tersebut dapat dilihat dari pola konsumsi yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering para ibu rumah tangga
mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, terlihat bahwa baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional di restoran dengan tarif yang mahal, seperti hoka-hoka bento, JCO, Pizza Hut, Sushi Tei, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga sering berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan, seperti carefour, hypermart, Giant, dan lain-lain.
Selain dilihat dari pola konsumsi, gaya hidup mewah ibu rumah tangga juga dapat dilihat dari gaya berpakaian, yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, terlihat bahwa, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering menggunakan pakaian dengan mode terbaru. Mereka sering membeli pakaian yang sedang up to date. Selain itu, mereka juga selalu mempertimbangkan kualitas, merek dan harga dari pakaian yang mereka beli. Mereka lebih menyukai pakaian yang bermerek dikarenakan pakaian dengan merek yang cukup terkenal mempunyai
kualitas yang bagus seperti tahan lama atau awet, serta warnanya tidak mudah luntur, dan lain-lain yang pada akhirnya merek dan kualitas tersebut mempengaruhi tingkat harga dari pakaian yang mereka beli atau konsumsi. Selanjutnya, gaya hidup mewah dari ibu rumah tangga juga dapat dilihat dari pola rekreasi, yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering berlibur ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, mereka sering pergi berekreasi seperti ke luar kota maupun ke luar negeri, seperti Bali, Bogor, Singapura, dan Malaysia dan dengan tarif yang cukup mahal seperti Waterbom Bali, Universal Studio, dan Menara Kembar Petronas.
4. Perbedaan Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga antar Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,533. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang digunakan, sehingga H0 diterima (0,533 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga (pengelolaan keuangan, tabungan, dan investasi) antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tidak adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa dikarenakan mereka sama-sama tidak rutin dalam melakukan pengelolaan
keuangan rumah tangganya yang berupa pembuatan rencana keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, mencatat penghasilan baik bulanan maupun tahunan, dan masih melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang. Sedangkan untuk tabungan dan investasi, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sama-sama tidak rutin dalam mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan juga tidak selalu menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbagkan tujuan dan jangka waktunya.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa sama-sama tidak rutin dalam melakukan perencanaan keuangan rumah tangga. Hal ini terlihat dari jarangnya kedua etnis tersebut dalam membuat perencanaan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan keuangan jangka pendek seperti biaya kebutuhan sehari-hari, bulananan, dan lain-lain. Sedangkan untuk perencanaan kebutuhan untuk jangka panjang seperti tabungan, asuransi, dan investasi. Selain itu, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sama-sama tidak rutin dalam melakukan pencatatan penghasilan, baik bulanan maupun tahunan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diterima biasanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan sebulan cukup untuk kebutuhan pokok sebulan saja.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam hal pemenuhan kebutuhan seringkali juga masih berhutang. Hal ini biasanya terjadi pada keadaan yang mendesak seperti sakit yang membutuhkan biaya yang banyak. Selain itu, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga tidak rutin dalam mengalokasikan
pendapatan untuk menabung. Hal ini juga terkait dengan besarnya pendapatan atau penghasilan yang mereka terima. Pendapatan yang mereka terima tersebut terkadang tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka tidak memiliki uang yang lebih untuk dialokasikan ke tabungan dan investasi. Padahal menurut Gilarso (2004: 65), besar kecilnya pendapatan bukanlah suatu alasan yang tepat bagi seseorang untuk tidak melakukan pengelolaan keuangan, melainkan keinginan seseorang untuk mencapai ekonomi yang sehat, yaitu walaupun memiliki penghasilan yang kecil namun tidak memiliki hutang.
5. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Antar Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta
a. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,520. Nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha 0,05 yang digunakan, sehingga H0 diterima (0,520 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan antara ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sama-sama memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, serta responden etnis Tionghoa dalam