5 2.1.1 Pembelajaran IPS di SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat meteri geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (Rudy Gunawan, 2011:39).
Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasi dan disederhanakan untuk kepentingan pendidikan.
Pengembangan pendidikan IPS pada setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa.
Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berpikir abstrak. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pelajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006):
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.
3. Sistem Sosial dan Budaya.
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 tahun 2006):
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkempetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Seorang guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran IPS harus dibekali dengan sejumlah pemahaman tentang karakteristik pendidikan IPS yang meliputi pengertian dan tujuan pendidikan IPS, landasan filosofis pengembangan kurikulum pendidikan IPS serta disiplin-disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS.
Pencapaian tujuan pembelajaran IPS ditentukan oleh standar kompetensi (SK) yang pelaksananan operasionalnya dirinci dalam kompetensi dasar (KD).
Standar kompetensi menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga merupakan fokus dari penilaian.
Sedangkan kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan patokan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas 4 semester II adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 4 Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunaannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Sumber: Permendiknas No.22 Tahun 2006
2.1.2 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Head Together NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagan tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Ahmad Zuhdi (2010:64) Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Huda (2013:130) memberikan definisi Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu variasi diskusi kelompok dimana siswa dibagi atas kelompok-kelompok yang bernomor kepala untuk memudahkan dalam memanggil untuk mempresentasikan masalah atau pertanyaan yang diajukan guru.
Pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran yang diawali dengan numbering dan kelompok- kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah atau pertanyaan dari guru ( Agus Suprijono, 2010:92).
Berdasarkan uraian tersebut pengertian Numbered Heads Together (NHT) dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran dengan penomoran di kepala yang menekankan adanya aktivitas berbagi informasi dan interaksi antar siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok memecahkan masalah dan menguasai materi pelajaran.
Tahapan dalam pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) menurut (Trianto 2007:62):
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
b. Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
c. Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan- pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Sependapat dengan Huda (2013:130) menjelaskan ada beberapa langkah dalam NHT yaitu:
1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok.
2. Masing-masing anggota diberi nomor.
3. Guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Memanggil secara acak hingga semua nomor terpanggil.
Dari uraian tersebut langkah-langkah model pembelajaran NHT dalam penelitian ini yaitu:
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggota 1-6 orang.
2. Setiap anggota kelompok diberi nomor untuk dipasang di kepala.
3. Guru memberikan materi untuk dipelajari.
4. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap anggota kelompok.
5. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk menjawab pertanyaan dari guru.
6. Setelah selesai diskusi nomor yang dipanggil guru akan menjawab pertanyaan tersebut dan nomor yang sama memberi saran atau kritikan.
Adapun kelebihan dan kelemahan Numbered Heads Together (NHT) menurut Ahmad Zuhdi (2010:65) adalah:
Kelebihan:
1) Setiap siswa menjadi siap semua,
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
1) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dapat dipilih lagi oleh guru.
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional
Menurut I Wayan Sukra (2009) model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru, jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa. Sedangkan menurut Majid, Abdul dkk (2014:184) pembelajaran konvensional diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah
terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memerhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas). Sedangkan Ujang Sukandhi (dalam Sunarto,2009) pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.
Berdasarkan uraian tersebut pembelajaran konvensional pada penelitian ini adalah pembelajaran berpusat pada guru dimana guru memiliki peran utama dalam menyampaikan materi dan siswa lebih banyak mendengarkan dalam proses belajar.
Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut Yaza (2011) adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama, menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.
2. Tahap dua, menyajikan informasi, guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah
3. Tahap ketiga, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.
4. Tahap keempat, memberikan kesempatan latihan lanjutan. Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan dirumah.
Menurut Taniredja (2011:45-46), keunggulan dari pembelajaran konvensional adalah 1) Cepat untuk menyampaikan informasi, 2) dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada sejumlah besar pendengar. Disamping itu juga ada kelemahannya dari pembelajaran konvensional yaitu: a) komunikasi yang terjadi hanya satu arah, b) guru mengalami kesukaran untuk memenuhi kebutuhan individual pendengar yang heterogen dan c) siswa tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif.
2.1.4 Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memerima pengalaman belajarnya.
Sedangkan menurut Ahmad Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar yang sering disebut dengan “scholastic achievement” atau “academic achievement” adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs dalam Sumarno, 2010). Sedangkan Agus Suprijono (2010:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemampuan saja.
Berdasarkan uraian tersebut hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mendapat pengajaran guru yang berupa nilai melalui proses belajar dan tes tertulis.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Emi Sulistiyorini 2007 yang berjudul
“Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar dan Pencapaian Tingkat Berpikir Siswa SMP dalam Geometri Menurut Van Hiele”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika materi pokok segi empat antara siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional, serta Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan Efi Andriyani pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga Semester II Tahun 2010/2011. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap hail belajar IPS siswa kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata hasil belajar pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT sebesar 79,09 sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan model ceramah sebesar 66,66. Hasil analisis uji-T kelompok eksperimen 79,09 dan kelompok kontrol 66,66. T hitung sebesar 4,317 dan t tabel sebesar 2,021. Signifikasi 0,000 yang artinya 0,000<0,05 hal ini menunjukkan perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Teknik Numbered Heads Together (NHT) dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011.
Elvera Dwi Wijayanti pada tahun 2011 yang berjudul pengaruh penggunaan Model Pembelajaran kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Teknik Numbered Heads Together (NHT) dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan teknik Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberikan pengajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan mean hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) sebesar 82,07 sedangkan nilai rata-rata siswa yang diberi netode konvensional sebesar 70,39.
Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama meneliti tentang pengaruh penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
2.3 Kerangka Berpikir
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang diinginkan dalam pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan pembelajaran bisa dilihat dari hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes maupun non-tes. Bila salah satu siswa nilainya kurang dari KKM maka pembelajaran yang diberikan guru gagal diterima siswa.
Biasanya permasalahan tersebut terjadi karna siswanya yang kurang paham
dengan pelajaran yang diberikan guru dianggap membosankan. Begitu juga mata pelajaran IPS keberhasilan dapat diperoleh dengan nilai yang mencapai KKM.
Tapi kenyataannya di lapangan banyak siswa yang mengeluh kesulitan dalam mengikuti membelajaran IPS disebabkan kurang paham dan bosan dengan model pembelajaran yang digunakan guru. Guru biasanya hanya menggunakan model konvensional yaitu ceramah, dimana siswa hanya akan duduk, diam dan mendengarkan guru menjelaskan materi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya kemudian guru memberi soal latihan dan membahas bersama-sama soal latihan.
Kemudian guru memberikan tes evaluasi. Sehingga interaksi antar guru kurang dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa akan merasa mengantuk dan bosan mengikuti proses belajar. Hal ini akan berakibat hasil belajar menurun.
Salah satu cara untuk menanggani permasalahan tersebut guru harus lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang akan membuat siswa aktif dan senang dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang akan membuat siswa lebih aktif yaitu penggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling memberikan informasi dan bekerjasama untuk menguasai materi. Langkah-langkah model pembelajaran NHT yaitu pembagi kelompok yang beranggota 1-6 orang, kemudian setiap anggota diberi nomor pada kepala sejumlah anggotanya. Setelah penomoran siswa akan diberi pertanyaan oleh guru, siswa akan berfikir bersama mencari tahu jawabannya bersama kelompoknya, kemudian siswa akan memberi jawaban dengan cara dipangil nomor di kepala oleh guru, sedangkan nomor yang sama dikelompok lain akan memberi saran atau kritik. Dengan penggunaan model NHT ini siswa akan terlibat aktif dan membangun sendiri pengetahuannya dalam pembelajaran sebab siswa akan saling memberikan informasi antar teman sehingga siswa yang mengalami kesulitan akan diberikan penjelasan dalam kelompoknya. Siswa tidak akan merasa bosan dan mengantuk sebab dalam model NHT menekankan siswa untuk lebih banyak mencari, berfikir, menjawab pertanyaan, dan membantu teman dalam kelompok
sehingga siswa akan banyak bekerja. Dengan siswa membangun sendiri pengentahuannya maka siswa akan lebih paham terhadap materi dan saat evalusi hasil siswa akan meningkat. Agar lebih jelas, skema kerangka berpikir dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS
Pembelajaran IPS
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi
Model Pembelajaran NHT Pembelajaran Konvensional
Pembagian kelompok yang beranggota 1-6 orang
Guru menyampaikan materi Perkembangan Teknologi Produksi,
Komunikasi dan Transportasi
Pemberian nomor di kepala setiap anggota kelompok dan membagian modul materi
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi
Hasil Belajar Hasil Belajar
Skor Tes Skor Tes
Tes Tes
Membahas bersama latihan soal mengenai materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan
Transportasi
Mengerjakan soal latihan mengenai materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi
Pemberian jawaban pertanyaan mengenai Perkembangan Teknologi Produksi,
Komunikasi dan Transportasi Berpikir bersama dengan anggotanya
untuk menyelesaikan pertanyaan mengenai Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi Guru memberikan pertanyaan mengenai
materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi Tanya jawab guru dengan siswa
mengenai materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan
Transportasi
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dipaparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho: Tidak ada pengaruh model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Ha: Ada pengaruh model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2015/2016.