• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANTAUAN PARAMETER OPERASI AIR KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANTAUAN PARAMETER OPERASI AIR KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

161

PEMANTAUAN PARAMETER OPERASI AIR KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR

BEKAS

Titik Sundari1*, Dyah SR1, Parjono1

1Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

*E-mail: titiks@batan.go.id

ABSTRAK

PEMANTAUAN PARAMETER OPERASI AIR KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS. Kanal hubung – instalasi penyimpanan sementara bahan bakar bekas (KH- IPSB3) merupakan instalasi penyimpanan bahan bakar nuklir bekas tipe basah (wet storage), yang saat ini menyimpan BBNB sebanyak 287 bundel. Konduktivitas, pH, temperatur dan level air kolam merupakan parameter pemantauan yang penting terkait aspek keselamatan operasi KH-IPSB3. Pemantauan parameter operasi air kolam bertujuan untuk mendapatkan data operasi kolam penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas dan memastikan parameter operasi tersebut sesuai dengan persyaratan batas kondisi untuk operasi normal. Kegiatan pemantauan air kolam dilakukan setiap hari kerja dengan pencatatan parameter operasi yang meliputi konduktivitas, pH, temperatur, dan tinggi permukaan air kolam. Hasil pemantauan diperoleh nilai konduktivitas maksimal adalah 1,31 µS/cm, sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yang menetapkan nilai konduktivitas tidak boleh lebih dari 15 µS/cm. Nilai pH air kolam berkisar antara 5,97 – 6,12., sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yaitu 5,5 – 7,5. Temperatur air kolam rata-rata 27,15oC dengan nilai maksimal 28,30oC, sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yaitu maksimal 35oC. Nilai tinggi permukaan air kolam berkisar antara 6,21 – 6,27 m, sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yaitu tinggi permukaan air minimal 3,6 dari permukaan BBNB (level air 4,7 m). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semua parameter operasi air kolam sesuai dengan persyaratan batas kondisi operasi normal dalam laporan analisis keselamatan (LAK). Hasil pemantauan ini juga bermanfaat sebagai salah satu data penting untuk mengkaji penuaan fasilitas instalasi penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas.

Kata Kunci : parameter operasi, air kolam, bahan bakar nuklir bekas, KH-IPSB3.

ABSTRACT

MONITORING OF POND WATER OPERATING PARAMETERS FOR INTERIM STORAGE FOR SPENT NUCLEAR FUEL. Transfer channel-interim storage for spent fuel (TC-ISSF) is a wet storage used to store spent nuclear fuel, which currently store 287 bundles of spent nuclear fuel (SNF). Conductivity, pH, temperature and pond water level are important monitoring parameters related to the safety aspects of TC- ISSF operations. Monitoring of pond water operating parameters aims to obtain used nuclear fuel interim storage pool operating data and ensure that the operating parameters are in accordance with the conditions for normal operating conditions. Pond water monitoring activities are carried out every working day by recording operating parameters which include conductivity, pH, temperature, and pond water level. The results of monitoring obtained a maximum conductivity value of 1.31 µS / cm, in accordance with the requirements of normal operating boundary conditions that set a conductivity value should not exceed 15 µS / cm. The pH value of pond water ranges from 5.97 - 6.12. In accordance with the requirements for normal operating conditions, 5.5 - 7.5. The average pool water temperature is 27.15oC with a maximum value of 28.30oC, meet the requirements for normal operating boundary conditions, maximum of 35oC. The value of pond water level ranges from 6.21 - 6.27 m, meet the requirements for normal operating boundary conditions, minimum water level of 3.6 from the peak of SNF (4.7 m water level). From these results it can be concluded that all parameters of the pond water operation are meet the requirement of the boundary conditions of normal operating conditions in the safety analysis report (SAR).The results of this monitoring are also useful as one of the important data to review the aging of used nuclear fuel temporary storage installation facilities.

Keywords: operating parameters, pond water, spent nuclear fuel, TC-ISSF.

(2)

162

PENDAHULUAN

Kanal Hubung-Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3) terdiri dari Kanal Hubung (KH) dan Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (IPSB3) yang berbentuk kolam. Karakteristik fasilitas KH-IPSB3 adalah penyimpanan sistem basah yang dilakukan di dalam kolam penyimpanan. Kolam penyimpanan berfungsi untuk menyimpan sementara BBNB dan material teriradiasi lain. Pada saat ini jumlah bahan bakar nuklir bekas (BBNB) yang disimpan dalam kolam IPSB3 adalah sebanyak 287 bundel. Air kolam berfungsi sebagai media pendingin, perisai radiasi, dan pengungkung terhadap bahan bakar nuklir bekas yang disimpan di kolam penyimpanan. Parameter penting pada air kolam penyimpanan bahan bakar nuklir bekas adalah temperature, level, pH dan konduktivitas. Temperatur dan level air kolam menjadi paling penting terkait keselamatan operasi penyimpanan. Temperatur air kolam akan mempengaruhi laju penguapan air kolam, selain humiditas, temperatur, dan kecepatan aliran udara dalam ruang kolam. Banyak penelitian yang dilakukan di beberapa Negara untuk mempelajari temperatur dan level air kolam penyimpanan bahan bakar nuklir bekas terkait dengan kemampuan fungsi pendinginan terutama sejak kecelakaan di Fukushima [1]–[7].

Di sisi lain, kualitas air di dalam kolam penyimpanan bahan bakar bekas harus selalu dipantau dan dikendalikan agar kondisi bahan bakar bekas terjamin keutuhannya dan terhindar dari kerusakan, misalnya korosi pada cladding yang menyebabkan kebocoran bahan bakar.

Apabila korosi terjadi maka dikawatirkan akan terjadi lepasan radionuklida ke air pendingin sehingga dimungkinkan juga terlepas ke lingkungan apabila sistem pengelolaan air pendingin tidak benar. Seperti halnya pengalaman operasi penyimpanan bahan bakar nuklir bekas di beberapa negara, konduktivitas dan pH air kolam menjadi parameter penting yang dipantau untuk menekan sekecil-kecilnya risiko korosi pada BBNB dalam wet storage [8]–[10]. Konduktivitas dan pH air kolam harus dipantau pada nilai batas ambang tertentu agar tidak menginisiasi terjadinya proses korosi.

Pada fasilitas KH-IPSB3, parameter temperature, level, konduktivitas dan pH dijaga pada batas kondisi operasi normal (BKO) tertentu untuk menjamin keselamatan operasinya[11]–[13].

Sebagaimana tercantum dalam laporan analisis keselamatan (LAK) KH-IPSB3, temperatur maksimal yang diizinkan dalam batas kondisi operasi normal adalah 35оC. Batas kondisi operasi normal untuk level air kolam adalah minimal 3,6 m dari puncak bahan bakar nuklir bekas. Batas kondisi operasi normal untuk nilai konduktivitas air kolam adalah maksimal 15 µS/cm. Batas kondisi operasi normal untuk nilai pH air kolam adalah 5,5-7,5.

Ruang lingkup dari pemantauan parameter operasi air kolam meliputi pemantauan temperatur, pH, konduktivitas, dan tinggi permukaan/level air kolam penyimpanan bahan bakar nuklir bekas. Kegiatan pemantauan air kolam ini bertujuan untuk membandingkan parameter- parameter konduktivitas, pH, temperatur, dan level air kolam penyimpanan bahan bakar nuklir bekas dengan persyaratan kondisi batas untuk operasi normal.

METODOLOGI Bahan dan Peralatan

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pemantauan air kolam ini yaitu pH meter, konduktometer, termometer, dan indikator level air.

Metode

Kondisi air kolam yang dipantau yaitu konduktivitas, pH, temperatur, dan level air kolam dalam kolam. Pemantauan rutin setiap hari kerja dilakukan dengan pencatatan parameter- parameter operasi ke dalam logsheet Lembar Pemantauan Kolam KH-IPSB3 dengan menggunakan koneksi sistem monitor dari Ruang Kendali Utama (RKU). Sedangkan pemantauan langsung di area kolam dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu. Alat-alat pengukuran tersebut dilakukan perawatan setiap triwulan dan dikalibrasi 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester (6 bulan), minimal 1 (satu) kali dalam setahun.

(3)

163 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemantauan kondisi air kolam dan kanal yang dilakukan setiap hari kerja meliputi parameter level, konduktivitas, pH dan temperatur. Dari kegiatan pencatatan parameter-parameter operasi berupa level, konduktivitas, pH dan temperatur yang dilakukan setiap hari kerja didapatkan hasil seperti ditunjukkan secara berturut-turut pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

Setiap bundel BBNB mempunyai panjang total 868 mm atau 0,868 m. Rak penyimpanan BBNB mempunyai tinggi 1,1 m. Permukaan tertinggi dari BBNB yang berada di rak ke dasar kolam diperkirakan setinggi rak yaitu 1,1 m. Batas kondisi operasi normal (BKO) menetapkan level air kolam minimal 3,6 m dari puncak BBNB. Maka dapat dihitung ketinggian air kolam minimal adalah 4,7 m (3,6 m + 1,1 m). Hasil pemantauan level air kolam rata-rata per bulan selama tahun 2018 ditunjukkan pada Gambar 1.

Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust.Sept. Okt. Nov. Des.

3 4 5 6

Level ( m )

Tahun 2018

Batas Level Minimum Level Air Kolam

Gambar 1. Rata-rata Level Air Kolam Setiap Bulan

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata level air kolam setiap bulannya relatif stabil dan selalu di atas level minimal dalam kondisi batas operasi normal. Dari hasil pemantauan level air kolam dalam satu tahun didapatkan nilai minimal 6,21 m yaitu pada bulan Mei dan Juni.

Hal ini menunjukkan bahwa level air kolam memenuhi persyaratan kondisi batas operasi normal yang berada pada nilai minimal 4,7 m dari lantai kolam. Level air kolam sangat mempengaruhi sistem keselamatan KH-IPSB3, terutama kaitannya dengan fungsinya sebagai perisai radiasi dari bahan bakar nuklir bekas yang berjumlah 287 bundel dan material teriradiasi sebanyak 3 container yang tersimpan di kolam IPSB3. Sedangkan untuk operasi Kanal Hubung (KH) sangat penting sebagai perisai radiasi terutama pada saat ini yang secara rutin ada kegiatan transfer target teriradiasi yang dilakukan dari Reaktor Serba Guna GA Siwabessy ke PT INUKI. Disain dasar KH-IPSB3 dengan kedalaman air dalam kolam yang dipersyaratkan dalam batas kondisi operasi normaol (BKO) dimaksudkan agar paparan radiasi di daerah kerja tidak melebihi 5 µSv/jam pada kondisi kapasitas maksimum/penuh (1458 bundel BBNB). Kondisi saat ini dengan level air terpantau minimal 6,21 m, paparan radiasi di daerah kolam adalah 0,20 µSv/jam.

Temperatur air kolam menjadi parameter yang sangat penting untuk dipantau karena mempengaruhi sistem keselamatan. Batas kondisi operasi normal untuk nilai temperatur air kolam adalah pada 35°C. Dengan nilai ini, diperkirakan tidak terjadi penguapan air yang berlebihan yang melebihi kemampuan penambahan make-up water air kolam. Hasil pemantauan temperatur air kolam rata-rata per bulan selama tahun 2018 ditunjukkan pada Gambar 2.

(4)

164

Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust.Sept. Okt. Nov. Des.

22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Temperatur ( o C )

Tahun 2018

Batas Temperatur Maksimum Temperatur Air Kolam

Gambar 2. Rata-rata Temperatur Air Kolam Setiap Bulan

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata temperatur air kolam relatif stabil setiap bulannya pada nilai 27-28°C, dan masih berada di bawah batas maksimal kondisi operasi normal.

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa temperatur air kolam pada bulan Oktober mengalami kenaikan.

Hal ini disebabkan karena adanya penerimaan material teriradiasi dari instalasi radiometalurgi pada tanggal 13 September dan penerimaan BBNB dari RSG GAS sebanyak 42 bundel pada bulan Nopember. Baik BBNB dan material teriradiasi memiliki panas pembangkitan dari peluruhan radioaktif. Hasil pemantauan temperatur air kolam dalam setahun yaitu dengan nilai rata-rata 27,55oC dan berkisar antara 27,13 – 28,30oC. Nilai temperatur dengan nilai maksimal 28,30oC ini masih memenuhi persyaratan kondisi batas operasi normal yang mempersyaratkan nilai temperatur harus lebih kecil daripada 35oC. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan/fluktuasi temperatur air kolam adalah besarnya panas pembangkitan dari bahan bakar nuklir bekas yang disimpan, pengoperasian sistem pendingin air kolam dan pengoperasian sistem tata udara di fasilitas KH- IPSB3. Pada operasi sistem pendingin, air kolam disirkulasikan dan didinginkan dalam sistem pendingin sehingga mampu menurunkan temperatur air kolam. Sedangkan pada operasi sistem tata udara, udara di dalam ruangan kolam didinginkan sampai 24oC di sistem tata udara sehingga mencegah kenaikan temperatur air kolam. Pengendalian temperatur air kolam serendah mungkin sesuai persyaratan BKO erat sekali kaitannya dengan aspek keselamatan operasi KH-IPSB3 yaitu untuk meminimalkan penguapan air kolam dan terjadinya kelembaban yang tak semestinya dalam gedung KH-IPSB3.

Tujuan pemantauan parameter pH adalah untuk memastikan pH air kolam penyimpanan berada pada rentang dimana risiko korosi dapat ditekan. Hasil pemantauan parameter pH air kolam rata-rata per bulan selama tahun 2018 ditunjukkan pada Gambar 3.

(5)

165

Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

3 4 5 6 7 8

pH

Tahun 2018

Batas pH Maksimum Batas pH Minimum pH Air Kolam

Gambar 3. Rata-rata pH Air Kolam Setiap Bulan

Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pH air kolam setiap bulannya selalu berada pada rentang nilai pH minimum dan maksimum dalam kondisi batas operasi normal. Hasil pemantauan pH air kolam dalam setahun yaitu dengan nilai rata-rata 6,03 dan berkisar antara 5,97 – 6,12. Nilai pH ini memenuhi persyaratan kondisi batas operasi normal yang mempersyaratkan nilai pH harus berada pada kisaran angka 5,5 – 7,5. pH dijaga pada range tersebut untuk menekan sekecil-kecilnya kemungkinan terjadinya korosi pada cladding bahan bakar, rak, liner maupun peralatan-peralatan yang terendam air kolam. Pada pengalaman operasi di kolam penyimpanan bahan bakar nuklir bekas di beberapa negara di dunia [8], banyak praktiknya yang menetapkan BKO pH air kolam pada rentang 4,5 – 7,5. Dengan nilai yang cenderung lebih asam ini bertujuan mendapatkan kondisi dimana bahan alumunium membentuk lapisan pasivasi untuk mempertahankan diri dari serangan korosi.

Pengendalian konduktivitas air sekecil mungkin bertujuan untuk menekan sekecil- kecilnya pengotor elektrolit dalam air yang dapat menyebabkan korosi pada cladding, rak, liner kolam dan kanal, maupun peralatan-peralatan yang terendam air. Semakin kecil nilai konduktivitas air kolam maka semakin sedikit kadar elektrolit yang dapat menyebabkan korosi. Hasil pemantauan konduktivitas air kolam rata-rata per bulan selama tahun 2018 ditunjukkan pada Gambar 4.

(6)

166

Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust.Sept. Okt. Nov. Des.

1.3 14 15 16

Konduktivitas S/cm)

Tahun 2018

Batas Konduktivitas Maksimum Konduktivitas Air Kolam

Gambar 4. Rata-rata Konduktivitas Air Kolam Setiap Bulan

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata konduktivitas air kolam relatif stabil setiap bulannya, dan selalu di bawah nilai maksimal konduktivitas yang diijinkan dalam kondisi batas operasi normal. Hasil pemantauan konduktivitas air kolam dalam setahun yaitu dengan nilai rata-rata 1,28 µS/cm dan berkisar antara 1,24 – 1,31 µS/cm. Nilai konduktivitas dengan nilai maksimal 1,31 µS/cm ini masih memenuhi persyaratan kondisi batas operasi normal yang mempersyaratkan nilai konduktivitas harus lebih kecil daripada 15 µS/cm.

Dalam pengelolaan air kolam penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas konduktivitas dan pH air kolam dijaga sesuai persyaratan BKO karena sangat penting untuk menjaga integritas BBNB, mengurangi efek penuaan dan menjaga keutuhan struktur sistem keselamatan (SSK) di KH-IPSB3 terutama cladding, liner, rak dan peralatan. Integritas BBNB dipertahankan dari ancaman korosi yang dapat menyebabkan kebocoran BBNB terutama radionuklida hasil fisi bahan bakar nuklir. Apabila terjadi kebocoran BBNB maka dapat berakibat kontaminasi pada air kolam dan kontaminan yang volatile (mudah menguap) dapat menyebar ke udara dan terhirup oleh pekerja radiasi. Hal ini dapat berimbas pada sistem komponen pendukung operasi KH-IPSB3 lainnya. Misalnya, system purifikasi menjadi lebih cepat jenuh, banyak kontaminasi pada peralatan, bahkan pada sistem filtrasi dan udara buang. Untuk mempertahankan konduktivitas dan pH selalu sesuai persyaratan BKO maka dilakukan pemurnian air menggunakan sistem purifikasi dan dilakukan pengendalian kualitas make up air kolam dengan kualitas sebaik mungkin melalui sistem demineralisasi (water demineralization plant) di KH-IPSB3. Langkah paling penting yang dilakukan yaitu dengan mengisikan make up air kolam /air bebas mineral dengan konduktivitas serendah mungkin dan pH pada rentang 5,5 – 7,5.

Sebagai gambaran hasil pemantauan parameter suhu air kolam penyimpanan BBNB selama 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2014-2018 ditunjukkan pada Gambar 5.

(7)

167 Gambar 5. Hasil Pemantauan Suhu Air Kolam Penyimpanan 5 tahun terakhir

Gambar 5 menunjukkan hasil pemantauan parameter suhu air kolam penyimpanan BBNB di KH-IPSB3 rata-rata pertahunnya dari tahun 2014 sampai dengan 2018. Suhu air kolam pada tahun 2014 relatif tinggi yaitu 27,2972oC kemudian turun menjadi 26,7604oC di tahun 2015. Hal ini dimungkinkan karena pada tahun 2014 terjadi kerusakan chiller pada sistem ventilation and air conditioning (VAC) yang berfungsi memasok udara dingin ke ruang kolam penyimpanan KH- IPSB3. Suhu udara ruang kolam yang lebih tinggi akan mempengaruhi suhu air kolam karena adanya interaksi di permukaan air kolam dengan udara yang menyebabkan perpindahan panas.

Sedangkan pada tahun 2015 telah dilakukan perbaikan chiller pada sistem VAC sehingga dapat berfungsi optimal dalam mendinginkan udara ruang kolam. Udara kolam yang lebih dingin akan berpengaruh terhadap penurunan suhu air kolam. Pada tahun 2018 terjadi kenaikan suhu air kolam sebesar 0,4oC dari tahun sebelumnya menjadi 27,5532oC. Hal ini karena pada tahun 2018 terjadi penambahan bahan bakar nuklir bekas sebanyak 42 buah dan 3 container material teriradiasi yang menyumbang panas pada air kolam penyimpanan.

KESIMPULAN

Pengelolaan air kolam sebagai salah satu aspek keselamatan operasi penyimpanan sementara bahan bakar bekas dilakukan melalui pemantauan dan pengendalian parameter penting dalam air kolam yaitu konduktivitas, pH, temperatur dan level serta memastikan penambahan make up air kolam dengan kualitas sebaik mungkin. Dari pemantuan parameter air kolam selama periode pengamatan diperoleh nilai konduktivitas maksimal adalah 1,31 µS/cm, sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yang menetapkan nilai konduktivitas tidak boleh lebih dari 15 µS/cm. Nilai pH air kolam berkisar antara 5,97 – 6,12., sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yaitu 5,5 – 7,5. Nilai temperatur air kolam rata-rata 27,55oC dengan nilai maksimal 28,30oC, sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yaitu maksimal 35oC.

Nilai level/tinggi permukaan air kolam berkisar antara 6,21 – 6,27 m, sesuai dengan persyaratan kondisi batas operasi normal yaitu tinggi permukaan air minimal 3,6 dari permukaan BBNB atau minimal 4,7 m. Dari hasil pemantauan parameter-parameter tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai konduktivitas, pH, temperatur, dan level air kolam setiap bulannya dan dalam setahun memenuhi persyaratan kondisi batas untuk operasi normal. Hal ini dipertahankan sebaik mungkin untuk menjaga integritas BBNB, mengurangi efek penuaan, dan mempertahankan keutuhan SSK sehingga terpenuhi aspek keselamatannya.

(8)

168

DAFTAR PUSTAKA

1. H. Mochizuki, “Annals of Nuclear Energy Evaluation of spent fuel pool temperature and water level during SBO,” Ann. Nucl. Energy, vol. 109, pp. 548–556, 2017.

2. R. Oertel, T. Hanisch, E. Krepper, D. Lucas, F. Rüdiger, and J. Fröhlich, “Two-scale CFD analysis of a spent fuel pool involving partially uncovered fuel storage racks,” Nucl. Eng.

Des., vol. 341, no. May 2018, pp. 432–450, 2019.

3. S. R. Chen, W. C. Lin, Y. M. Ferng, C. C. Chieng, and B. S. Pei, “Annals of Nuclear Energy CFD simulating the transient thermal – hydraulic characteristics in a 17 Â 17 bundle for a spent fuel pool under the loss of external cooling system accident,” Ann. Nucl. Energy, vol.

73, pp. 241–249, 2014.

4. Y. Chen and Y. Yuann, “Annals of Nuclear Energy Evaluation of cooling capacity with more fuel stored in the spent fuel pool of the Kuosheng plant,” Ann. Nucl. Energy, vol. 109, pp.

120–134, 2017.

5. C. Ye, M. G. Zheng, M. L. Wang, R. H. Zhang, and Z. Q. Xiong, “Annals of Nuclear Energy The design and simulation of a new spent fuel pool passive cooling system,” vol. 58, pp.

124–131, 2013.

6. M. H. Kusuma, N. Putra, A. R. Antariksawan, and R. A. Koestoer, “Passive Cooling System in a Nuclear Spent Fuel Pool Using a Vertical Straight Wickless-Heat Pipe,” Int. J. Therm.

Sci., vol. 126, no. December 2017, pp. 162–171, 2018.

7. T. Sundari, M. H. Kusuma, Budiyono;, and et al, “Water evaporation rate of RSG-GAS spent fuel storage pool,” J. Phys. Conf. Ser., vol. IOP Publis, 2019.

8. IAEA, “Further analysis of extended storage of spent fuel,” Iaea-Techdoc-944, pp. 1–65, 1997.

9. R. Gholizadeh Aghoyeh and H. Khalafi, “Corrosion monitoring and determination of aluminium fuel clad of Tehran Research Reactor (TRR),” Prog. Nucl. Energy, vol. 52, no. 2, pp. 225–228, 2010.

10. R. G. Aghoyeh and H. Khalafi, “Design of water purification system for Tehran research reactor spent nuclear fuels storage pool (wet storage),” Prog. Nucl. Energy, vol. 53, no. 1, pp.

119–124, 2011.

11. PTLR-BATAN, “Laporan Analisis Keselamatan Kanal Hubung-Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas,” Tangerang Selatan, 2018.

12. Budiyono and T. Sundari, “Laporan Kajian Penuaan Kanal Hubung-Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas,” Tangerang Selatan, 2018.

13. PTLR-BATAN, “Laporan Penilaian Keselamatan Berkala Fasilitas Kanal Hubung-Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3),” Tangerang Selatan, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Data primer penelitian ini meliputi data demografis, psikografis, dan data penilaian konsumen terhadap atribut butik, atribut produk dan loyalitas konsumen

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik kelas VIII SMP Negeri 31 Bulukumba yang dibelajarkan dengan menggunakan model

Peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan, sumber daya air dan irigasi yang diarahkan pada penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan

Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,91 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada indeks harga barang dan jasa

Dari pemantauan keselamatan sebelum pengisian bahan bakar nuklir bekas, pada saat proses loading, dan setelah terisi 246 buah bahan bakar nuklir bekas, dapat

Pertama data yang telah berupa cluster dari dokumen dilakukan text preprosessing untuk memudahkan dalam pengolahan data selain itu juga mengekstraksi kata dan kalimat yang berada

Pabrik Gula (PG) Tjoekir belum pernah melakukan pengendalian kualitas secara statistik,selama ini pengendalian yang dilakukan secara kimia padahal pengendalian secara

Hal ini disebabkan karena bakteri Pseudomonas fluorescens yang berperan lebih besar dibandingkan Aspergillus niger di dalam proses penyisihan Al di dalam 100% lumpur