IDENTIFIKASI KEMAMPUAN PROSES BELAJAR
MENGAJAR GURU-GURU GEOGRAFI YANG SUDAH
MENDAPATKAN SERTIFIKASI SMP DAN SMA DI
KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Liya Yulekha
3201405008 Pendidikan Geografi
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi, pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Moch Arifien, M.Si Dra. Puji Hardati, M.Si
NIP. 195508261983031003 NIP. 195810041986032001
Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi
Skripsi ini telah di pertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu Tanggal : 26 Agustus 2009
Penguji Skripsi
Drs. Tukidi
NIP. 195403101983031002
Anggota I Anggota II
Drs. Moch Arifien, M. Si Dra. Puji Hardati, M. Si
NIP. 195508261983031003 NIP. 195810041986032001
Mengetahui, Dekan
iv
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar- benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2009
Motto
* Do’a memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang yang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian kepada orang yang ketakutan (Mutiara 2000)
* Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang mudah kau makan, engkau tidak akan meraih kesuksesan sebelum meneguk pahitnya kesabaran (Sabda Nabi Muhammad SAW)
* Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap (QS, Al Nasriyah: 6-7)
Persembahan
1. Allah SWT atas kemudahan dan anugerah Nya
2. Bapak Ibuku yang selalu memberi do’a dan dukungan
3. Adikku Effendi Y, serta keluarga besarku
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI KEMAMPUAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU-GURU GEOGRAFI YANG SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKASI SMP DAN SMA DI KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009” dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi.
4. Drs. R. Sugiyanto SU., Dosen wali yang telah membimbing dan mengarahkan selama studi berlangsung.
5. Drs. Moch Arifien, M.Si., Pembimbing I atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Puji Hardati, M.Si., Pembimbing II atas segala bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Drs. Tukidi, atas arahan dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi.
8. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi di Jurusan Geografi.
9. Kepala Sekolah SMP., dan SMA., di Kecamatan Ambarawa yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah tersebut.
10.Bapak dan Ibu Guru Geografi SMP., dan SMA di Kecamatan Ambarawa yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
indahnya persahabatan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
13.Sahabat- sahabat terbaikku di Shinta Kost, PPL., SMP N 10 Semarang, KKN., Ambarawa, KSG SAC, dan Teman- teman Pecinta alam UNNES. 14.Semua pihak yang mendukung baik material maupun spiritual hingga
terselesainya skripsi ini yang tidak bias penulis sebut satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dan pembaca umumnya.
Semarang, Agustus 2009
viii
Sertifikasi pada Proses Belajar Mengajar Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009
Kata Kunci: Guru, Sertifikasi, Belajar mengajar
Guru merupakan tenaga kerja yang profesional pada jenjeng usia dini, pendidikan dasar dan menengah. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya. Guru yang sudah sertifikasi merupakan guru yang sudah diakui keprofesionalannya dan guru tersebut dituntut lebih baik dalam proses belajar mengajarnya. Dari latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas yaitu bagaimanakah proses belajaar mengajar geografi yang dilaksanakan oleh guru SMP dan SMA yang sudah tersertifikasi dan profil guru yang sudah tersertifikasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses belajar mengajar yamg dilaksanakan oleh guru geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa yang sudah sertifikasi mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi dan mengetahui profil guru setelah disertifikasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP dan SMA yang mengajar geografi di Kecamatan Ambarawa yang berjumlah 30 baik yang sudah sertifikasi maupun yang belum tersertifikasi, terdiri dari 23 guru SMP dan 7 guru SMA. Variabel dalam penelitian ini yaitu profil guru geografi, proses belajar mengajar guru geografi yang sudah sertifikasi, dan guru yang sertifikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi, metode angket, dan wawancara. Uji coba instrumen digunakan untuk mencari validitas dan reliabilitas. Metode analisis data menggunakan deskriptif persentase.
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru yang sudah sertifikasi termasuk dalam kriteria sangat baik yaitu mulai dari persiapan, proses dan evaluasi. Sedangkan proses belajar mengajar guru yang belum sertifikasi termasuk pada kriteria baik. Saran yang diberikan yaitu bahwa guru yang sudah sertifikasi supaya lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya lebih baik dan banyak memperkaya ilmunya dan menambah pengetahuannya untuk memperkaya materi misalnya dengan melalui kepelatihan, seminar atau bimtek yang diadakan pemerintah atau lembaga lain.
x
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vii
SARI ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B.Perumusan Masalah ... 6
C.Tujuan penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E.Penegasan Istilah ... 7
F. Sistematika Penulisan skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Makna guru ... 10
B. Sertifikasi Guru ... 11
C. Tinjauan Tentang Proses Belajar Mengajar ... 19
1. Pengertian Belajar Mengajar ... 19
2. Proses Belajar Mengajar ... 21
3. Proses Belajar Mengajar Geografi ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A.Populasi ... ... 27
B.Sampel dan Teknik Samplin ... 27
3. Guru yang Sudah Sertifikasi ... 31
D.Metode Pengumpulan Data ... 32
E.Rencana Penelitian ... 33
F. Validitas dan Reliabilitas ... 34
G.Metode Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
1. Gambaran Umum Lokasi Peneletian ... 41
2. Gambaran Umum Guru yang Sertifikasi di Kabupaten Semarang ... 44
3. Profil Guru- Guru SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 46
B. Pembahasan... 67
1. Profil Guru Geografi ... 68
2. Proses Belajar Mengajar Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarwa ... 70
3. Guru yang Sudah Sertifikasi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009 ... 76
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
xii
Tabel 1 Jumlah sampel guru SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 28
Tabel 2 Tingkat Skor ... 37
Tabel 3 Kriteria Persentase ... 39
Tabel 4 Sekolah SMP dan SMA Negeri di Swasta di Kecamatan Ambarawa ... 41
Tabel 5 Guru yang Sudah Sertifikasi di Kabupaten Semarang Tahun 2009 ... 45
Tabel 6 Jumlah Sekolah SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 47
Tabel 7 Jumlah Guru Geografi di Kecamatan Ambarawa ... 48
Tabel 8 Usia Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 49
Tabel 9 Guru Geografi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 10 Lama Mengajar Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 51
Tabel 11 Status Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa .... 52
Tabel 12 Latar Belakang Pendidikan Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 53
Tabel 13 Guru Geografi yang Sudah Sertifikasi... 54
Tabel 14 Persiapan Pembelajaran Guru Geografi ... 56
Tabel 15 Penggunaan Metode Mengajar Guru Geografi ... 59
Tabel 16 Penggunaan Media Pembelajaran Guru Geografi ... 61
Tabel 17 Penggunaan Sumber Pembelajaran Guru Geografi ... 63
xiv
Lampiran 1 Kisi- Kisi Uji Coba Instrumen Guru yang Sudah Sertifikasi Lampiran 2 Kisi- Kisi Uji Coba Instrumen Guru yang Belum Sertifikasi Lampiran 3 Uji Coba Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Validitas Lampiran 5 Reliabilitas
Lampiran 6 Kisi- Kisi Angket Penelitian Lampiran 7 Angket Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara
tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua
upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan SDM yang berkuantitas,
sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah
terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional (Irawati, 2007: 5).
Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa mutu pendidikan rendah atau
kurang berkualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah guru sebagai
salah satu dalam unsur proses belajar mengajar. Guru mempunyai tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, mengevaluasi peserta
didik. Peran guru dalam semua jenjang pendidikan adalah sangat penting karena
berhadapan langsung dengan peserta didik. Oleh karena itu seorang guru dalam
jenjang apapun harus berkualitas atau bermutu agar pendidikan dapat berhasil
dengan baik. Tetapi kenyataaanya belum semua guru menjalankan tugasnya
dengan baik ( Astuti, 2006: 3).
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh
sekolah, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan,
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya (Hamalik, 2004: 36).
Berdasarkan makalah Astuti (2006: 4-5), guru adalah tenaga kerja yang
profesional pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menegah.
Dengan demikian seorang guru dalam jenjang apapun harus berkompeten dalam
bidang masing-masing, dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
baik. Tetapi pada kenyataannya banyak guru yang tidak dapat mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan baik. Mutu lulusan pun menjadi rendah atau kurang
berkualitas. Hal ini tidak semata-mata menjadi kesalahan seorang guru. Banyak
masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan yang berkenaan dengan tugas
seorang guru yang pada akhirnya meluluskan peserta didik kurang berkualitas.
Masalah yang dihadapi berkenaan dengan kondisi guru antara lain, jumlah
guru yang masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi pertambahan siswa
serta tuntutan pembangunan, sebagian besar guru-guru dewasa ini memiliki
pendidikan minimal yang dituntut, masih terdapat ketidakseimbangan penyebaran
guru antar sekolah dan antar daerah, imbalan jasa baik yang bersifat materi
maupun non materi masih jauh dari memberikan kepuasan dan keadilan, kondisi
kerja para guru masih belum memberikan derajat kepuasan, kendala administrasi ,
dana penunjang dan fasilitas untuk meningkatkan dan mengembangkan karier,
pola pendidikan guru masih terlalu menekankan pada sisi akademik dan kurang
memperhatikan pengembangan kepribadian, tidak samanya kompetensi yang
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidikan untuk guru dan
dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagi tenaga profesional. Program sertifikasi profesi bagi
tenaga kependidikan teknologi dan kejuruan merupakan salah satu cara yang
digunakan sebagai instrumen untuk mengatasi rendahnya kualitas tenaga
kependidikan yang berdampak pada kualitas lulusan baik lulusan lembaga
pendidikan tenaga kependidikan maupun sekolah menengah kejuruan. Tujuan
diselenggarakannya program sertifikasi ini adalah untuk mempertahankan
kemampuan profesional dan akademik yang dimiliki oleh tenaga kependidikan
teknologi dan kejuruan ( Fajri, 2006: 3).
PP No 19 tahun 2005 dalam makalah Fajri (2006: 7) tentang standar
nasional pendidikan menentukan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendidikan dasar
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Memasuki tahun 2007, Pemerintah Republik Indonesia melalui
Departemen Pendidikan Nasional, akan mulai menyelenggarakan program
sertifikasi guru. Program sertifikasi merupakan konsekuensi dari disahkannya
produk hukum tentang pendidikan yaitu sebagai berikut.
1. UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Berdasarkan produk hukum tersebut dinyatakan bahwa guru adalah
pendidikan profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus memenuhi
sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Program
sertifikasi yang merupakan program pemberian sertifikat bagi guru yang telah
memenuhi sejumlah persyaratan menuju guru profesional. Dengan adanya
sertifikasi maka akan dihasilkan guru yang profesional, dan diharapkan guru
dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga mutu pendidikan yang sekarang
ini dianggap kurang berkualitas dapat diperbaiki (Sarimaya, 2008: 9).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia
pendidikan dewasa ini. Tantangan tentang peningkatan mutu pendidikan sebagai
tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat. Upaya
peningkatan mutu pendidikan tersebut terus digulirkan pada semua jenjang
pendidikan, upaya tersebut harus didukung oleh semua komponen. Komponen-
komponen yang berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
meliputi siwa, guru, kurikulum, proses belajar mengajar, lingkungan, sarana dan
prasarana, organisasi sekolah (Suryosubroto, B. 2004: 17- 18).
Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,
melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis
dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah tenaga
pendidik atau tenaga pengajar yang tugas utamanya mengajar. Karena tugasnya
sebagai tenaga pengajar, setiap guru atau pengajar harus memiliki kemampuan
profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Guru dalam
mengajar harus menggunakan atau mempunyai rencana pembelajaran yang
digunakan sebagai acuan mengajar, misalnya membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran, media (Aqib, 2007: 155).
Menurut Daldjoeni (1982:5) geografi adalah pengetahuan tentang
persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi
antar manusia dan lingkungannya dengan konteks keruangan dan kewilayahan.
Tujuan Pengajaran geografi supaya tercapai maka guru harus memiliki
kemampuan mengawasi, membina, mengembangkan kemampuan siswa secara
proporsional. Pelaksanaan dalam proses belajar mengajar, guru juga harus dituntut
untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga dapat mencapai hasil
yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan banyak ditentukan oleh keberhasilan
kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan
kegiatan siswa. Guru harus menyumbangkan hasil belajar semaksimal mungkin
(Sumaatmadja, 2001: 19).
Kecamatan Ambarawa terdapat banyak tenaga pendidik, baik dari SD,
SMP, maupun SMA. Semakin banyak guru yang ada semakin banyak pula
metode mengajar yang diterapkan oleh guru. Itu tergantung dari latar belakang
pendidikan maupun pengalamannya. Di dalam melakukan kegiatan pembelajaran
guru harus memiliki perangkat dan rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran
Berdasarkan hasil wacana diatas maka penulis mencoba ingin megetahui
bagaimanakah pembelajaran yang dilaksanakan guru setelah sertifikasi dengan
judul “ IDENTIFIKASI GURU-GURU YANG SUDAH MENDAPATKAN
SERTIFIKASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI SMP
DAN SMA DI KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009”.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian yaitu bagaimanakah
proses belajar mengajar geografi yang dilaksanakan oleh guru SMP dan SMA
yang sudah tersertifikasi dan profil guru yang sudah sertifikasi.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru geografi SMP dan SMA
yang sudah mengikuti sertifikasi mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai
dengan evaluasi,
2. profil guru setelah disertifikasi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuwan,
2. Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru yang sudah
tersertifikasi.
b. Bagi sekolah – sekolah SMP dan SMA untuk meningkatkan proses belajar
mengajar agar menjadi guru yang lebih baik.
c. Sedangkan bagi UNNES penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka untuk
penelitian selanjutnya.
d. Bagi peneliti yaitu agar dapat mengetahui proses belajar mengajar guru
setelah melakukan sertifikasi, apakah masih tetap atau lebih baik dari
sebelumnya.
E.
PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari salah penafsiran dan memberikan gambaran yang
jelas terhadap obyek penelitian maka dikemukakan penegasan istilah-istilah
yang terdapat dalam rumusan judul adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi
Identifikasi artinya penetapan keadaan, sifat, atau cirri-ciri khusus
seseorang atau suatu benda (Poerwodarminto 1995: 202).
Menurut Mertensi dkk. Dalam Soejanto Identifikasi adalah meneliti atau
menemukan.
Yang dimaksud identifikasi dalam penelitian ini yaitu meneliti guru-guru
2. Sertifikasi Guru
Program sertifikasi merupakan pemberian sertifikat bagi guru yang
telah memenuhi persyaratan menuju guru yang profesional. Guru yang telah
memperoleh sertifikat profesi akan mendapatkan sejumlah hak yang antara
lain berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji
pokok guru tersebut (Sarimaya 2008:9).
3. Proses Belajar Mengajar
Merupakan kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi (Suryosubroto, 2002 : 19).
4. Guru Geografi SMP dan SMA
Merupakan guru yang secara resmi tercatat sebagai guru geografi SMP
dan SMA di Kecamatan Ambarawa tahun 2009.
F.
SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Secara garis besar sistematika skripsi terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,daftar lampiran,
daftar gambar, dan daftar tabel.
2. Bagian Isi
BAB I
Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan,
BAB II
Merupakan landasan teori yang meliputi pengertian guru, sertifikasi guru,
proses belajar geografi.
BAB III
Metode penelitian, terdiri dari tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel,
dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV
Hasil penelitian dan pembahasan yang memuat tentang hasil penelitian dan
pembahasannya.
BAB V
Penutup meliputi, simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk pihak
yang terkait dengan penelitian.
3. Bagian akhir skripsi
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Makna Guru
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga dirumah, masjid dan sebagainya (Thoifuri,
2008: 3).
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak
didik. Karena besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, hujan panas
bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir ditengah-tengah anak
didiknya (Thoifuri, 2008: 4).
Guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut
Wens Tanlain dan kawan-kawan dalam Thoifuri (2008 :31) meliputi, menerima
dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan, memiliki tugas mendidik dengan
bebas, berani, gembira, sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya
serta akibat-akibat yang timbul, menghargai orang lain termasuk anak didik,
bijaksana, taqwa terhadap Tuhan YME.
Guru merupakan suatu jabatan profesi, sebagai guru profesional guru
dituntut untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan
kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan
Guru dinilai kompeten secara profesional apabila guru tersebut mampu
mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, guru tersebut mampu
melaksanakan peran-peranannya secara berhasil, guru tersebut mampu bekerja
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah, guru
tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar
dalam kelas (Thoifuri, 2008: 40).
B.
Sertifikasi guru
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan dan menjadi
guru yang profesional. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik.
Tunjangan tersebut berlaku baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil
maupun bagi guru yang berstatus non pegawai negeri sipil atau swasta (Sarimaya,
2008: 12).
Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Lebih lanjut menurut Glickman dalam
Ibrahim Bafadal (2003: 5) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara
professional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi
(motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional
mengerjakan sebaik-baiknya. Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan
secara sistematis, dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat
asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak
hanya melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari, supervisi dalam sekali
atau dua kali, dan studi banding selama dua atau tiga hari.
Program sertifikasi bagi guru merupakan salah satu cara yang digunakan
sebagai instrumen untuk memotong mata rantai penyebab rendahnya kualitas
guru. Sertifikasi profesi dapat dimiliki guru ketika guru tersebut layak sebagai
guru yang profesional dalam bidang keahliannya dan memiliki ciri-ciri
berdasarkan kompetensi individual, memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, ada
kerja sama dan kompetensi yang sehat, memiliki tingkat profesional yang tinggi,
memiliki prinsip kode etik, memiliki sistem sanksi profesi dan memiliki
organisasi profesi (Astuti 2007: 9).
Tujuan sertifikasi profesi adalah memberikan jaminan dan kinerja dan
kemampuan guru dalam melakukan pekerjaan mengajar dan mendidik secara
profesional karena tidak adanya sertifikasi. Saat ini banyak orang merasa mampu
menjadi guru apa saja tanpa melalui pendidikan guru yang dipersyaratkan sesuai
bidang studi. Dengan adanya sertifikasi profesi yang memiliki dasar hukum yang
kuat diharapkan RUU guru dan dosen dapat dioperasionalkan sesuai kebutuhan
(Fajri, 2006: 4).
Wibowo dalam Sardiman (2004: 34) mengungkapkan bahwa sertifikasi
bertujuan untuk melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan, melindungi
pendidik dan tenaga pendidikan, membantu dan melindungi lembaga
penyelenggara pendidikan, dan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk
melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, membangun citra
masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, memberikan
solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan.
Syarat-syarat sertifikasi guru adalah sebagai berikut.
1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat
(D-IV) dari program studi yang terakreditasi.
2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan
Nasional.
3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah atau guru-guru yang diperbantukan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
4. Guru yang bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru
yang diangkat oleh Pemda yang mengajar pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
5. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal lima tahun pada satu sekolah atau
sekolah yang berbeda dalam yayasan yang sama.
6. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
Profesi pada hakekatnya merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang
akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan karena orang
tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Sedangakan pekerjaan
Semakin tinggi hakekat pendidikan yang harus dipenuhinya semakin tinggi pula
derajat profesi yang diembannya. Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme
sangat bergantung kepada keahlian dan tidak pendidikan yang ditempuhnya
(Sardiman, 2004: 130).
Ciri-ciri keprofesian dibidang kependidikan menurut Westby dan Gibson
yang dikutip Sardiman dalam makalah Astuti (2006: 4) adalah sebagai berikut.
1. Diakui oleh masayarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh
pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi.
2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah
teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh profesi di bidang kedokteran,
harus pula mempelajari anatomi, bakteriologi. Profesi dibidang pendidikan
harus mempelajari psikologi, metodologi penelitian.
3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang melakukan
pekerjaan profesian.
4. Memiliki organisasi profesional dan meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Ibrahim Bafadal (2003: 55) mengatakan bahwa program sertifikasi
merupakan salah satu bentuk pembinaan profesionalisme guru yang melibatkan
banyak pihak, seperti sekolah, guru, Kepala Kantor Dinas Pendidikn Nasional
Kabupaten/Kota, dan LPTK. Oleh karena itu program itu harus diselenggarakan
secara sistematis. Langkah-langkah proses pelaksanaannya yaitu, Kantor dinas
Pendidikan Nasional mendaftar guru-guru yang diprogramkan untuk mengikuti
program sertifikasi, Kepala Kantor dinas Pendidikan Nasional mengirimkan
tertentu yang kan ditunjuk, LPTK yang ditunjuk melakukan seleksi penerimaan
calon peserta program sertifikasi dan memberitahukan hasilnya kepada kantor
Dinas Pendidikan nasional, peserta yang telah dinyatakan diterima harus
menandatangani surat perjanjian untuk mengikuti program ini dengan baik, kantor
Dinas Pendidikan Nasional melakukan negoisasi dengan LPTK yang
bersangkutan tentang segala sesuatu yang akan dikerjakan bersama,
penandatanganan kontrak yang telah disepakati akan dilaksanakan antara kantor
Dinas Pendidikan Nasional dengan LPTK, pelaksanaan program sertifikasi oleh
LPTK, dalam rangka pengendalian program, kantor Dinas Pendidikan Nasional
perlu melakukan supervisi secara rutin terhadap penyelenggara sertifikat tersebut,
pada akhir pelaksanaan LPTK penyelenggara sertifikasi berkewajibaan
melaporkan hasil kegiatannya secara tertulis kepada kantor Dinas Pendidikan
Nasional.
Secara garis besar program sertifikasi ini ditujukan kepada guru sebagai
berikut.
1. Guru dalam jabatan (guru yang telah ada).
Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan maksudnya adalah program
pemberian ssertifikasi bagi seluruh guru di Indonesia yang telah ada baik guru
negeri maupun guru swasta yang jumlahnya hampir 2,7 juta. Program pemberian
sertifikasi bagi guru yang telah ada ini akan dilakukan melalui uji sertifikasi.
Program sertifikasi guru dalam jabatan akan dilakukan secara selektif dan
bertahap. Secara selektif maksudnya adalah uji sertifikasi akan dilakukan melalui
penilaian portofolio guru. Secara bertahap maksudnya uji sertifikasi akan
dilakukan secara bergelombang pada setiap tahunnya sesuai dengan kemampuan
penyelenggara program sertifikasi/ pemerintah.
2. Mahasiswa calon guru
Program sertifikasi bagi mahasisawa calon guru maksudnya adalah
program yang dirancang untuk mempersiapkan calon-calon guru melalui
serangkaian pendidikan formal. Program ini dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan guru akibat adanya kekurangan guru ataupun untuk mengganti guru
yang telah memasuki usia pensiun. Program ini rencananya akan dilaksanakan
melalui pendidikan sarjana sebagai pemenuhan kualifikasi akademik dan
pendidikan sertifikasi yang kemudian diikuti dengan uji sertifikasi (Sarimaya,
2008: 9- 10).
Sertifikasi guru dalam jabatan merupakan proses pemberian sertifikasi
pendidik dalam jabatan, dan dapat diikuti oleh guru yang mempunyai jenjang
akademik sarjana (S1) atau diploma (D- IV). Sertifikasi guru dalam jabatan
dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik yaitu
dengan penilaian portofolio. Penilaian portofolio meliputi penilaian dokumen
yang mendiskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan kepelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan
pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsrtaan dalam
forum ilmiah, pengalaman organisasi dalam bidang pendidikan dan ilmiah,
penghargaan yang relevan dalam bidang pendidikan. Guru yang lulus dalam
sertifikat pendidik, sedangkan yang belum lulus ujian pendidikan dan pelatihan
profesi guru akan diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi pendidikan
dan pelatihan yang belum lulus (PP No 18 tahun 2007).
Secara hakiki program sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, peningkatan proses dan mutu hasil
pendidikan dan peningkatan profesionalisme guru. Adapun manfaat sertifikasi
guru antara lain, melindungi profesi guru dari praktik- praktik yang tidak
berkompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, melindungi masyarakat dari
praktik- praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, menjaga
lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan
internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku (Sarimaya, 2008: 12).
PP No 19 tahun 2005 ( Fajri, 2006: 7) tentang standar nasional pendidikan
menentukan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (ps. 28 ayat 1),
sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendidikan dasar
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional , dan kompetensi sosial.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam
bagi seorang guru, UU guru dan dosen memberikan penjelasan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola peserta
didik. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang
mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik.
Kompetensi profesioanal adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam, dan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama guru, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar ( Fajri,
2006: 8).
PP No 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi, mengatakan bahwa
seorang guru SMP dan SMA harus mempunyai kompetensi. Kompetensi guru
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs yaitu menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial baik
dalam lingkup lokal, nasional maupun global, membedakan struktur keilmuwan
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan ilmu-ilmu lain, menguasai konsep dan pola pikir
keilmuwan dalm bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, menunjukkan mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan kompetensi guru mata pelajaran geografi
SMA/ MA yaitu menguasai hakikat struktur keilmuwan, ruang lingkup, dan objek
geografi, membedakan pendekatan- pendekatan geografi, menguasai materi
geografi secara luas dan mendalam, menunjukkan manfaat mata pelajaran
Profil guru dengan kompetensi tersebut harus dibangun melalui proses
yang khusus dan relatif panjang. Pendidikan khusus ini harus diselenggarakan
untuk mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan seperti.
1. Bagaimana menyiapkan kompetensi guru.
2. Bagaimana menyiapkan profesi guru.
3. Bagaimana membuat guru terampil melaksanakan tugas.
4. Bagaimana sikap dan nilai keteladanan pribadi pada guru sehingga kelak
dimanapun dan kapanpun guru itu tampil menjadi sosok teladan (Usman,
1992: 36).
Proses belajar yang dilakukan antara guru yang sudah sertifikasi dan
belum sertifikasi sebenarnya tidak jauh berbeda, tidak ada perbedaan yang
mencolok. Perbedaannya sedikit atau kecil karena guru dalam mengajar mengikuti
kurukulum yang berlaku, dan peningkatan proses belajar mengajar tidak harus
karena mendapat sertifikasi, tetapi dilakukan karena tuntutan jaman.
C.
Tinjauan tentang Proses Belajar Mengajar Geografi
1. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang
menerima pelajaran (sasaran didik), sedangan mengajar menunjuk pada apa yang
harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar (Sudjana, 2005: 28).
Belajar merupakan proses yang berlangsung terus menerus sepanjang
berlangsung dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan belajar dari
lingkungan, maka bayi yang baru lahir dapat dipastikan akan binasa. Jadi belajar
bersifat absolut bagi manusia (Sudjana, 2005: 27).
Bloom seperti yang dikutip Zaenal Aqib dan kawan-kawan (2007: 58)
bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Perubahan ini merupakan hasil belajar yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan pada proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar
adalah proses yang aktif. Belajar adalah proses mereaksi pada semua situasi yang
ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan pada kepada tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu (Sudjana, 2005: 28). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proes untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungan secara
terbimbing.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu
proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar
siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses
atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada
siswa dalam melakukan proses belajar (Sudjana, 2005: 29).
Mengajar merupakan seluruh kegiatan dan tindakan yang diupayakan oleh
guru untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Dalam
konsep itu tersirat bahwa peran seorang guru adalah pemimpin belajar (learning
manager) dan fasilitator belajar. Mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran,
melainkan suatu proses membelajarkan siswa. Keterpaduan proses belajar siswa
dengan proses mengajar guru akan terjadi interaksi belajar mengajar atau
terjadinya proses pengajaran (Sudjana, 2005: 30).
Guru dalam meningkatkan kualitas mengajar hendaknya guru mampu
merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu melaksanakannya dalam
bentuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Bila guru berhasil
melaksanakannya dengan baik, akan tampak perubahan -perbahan yang berarti
pada siswa-siswanya, antaralain timbul sikap positif dalam belajarnya dan prestasi
belajarnya meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan meningkatkan
kepuasan, rasa percaya diri, dan semangat mengajar yang tinggi. Hal ini
merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dibina dan dikembangkan
sehingga ia menjadi guru yang benar-benar profesional (Hadi, 2005: 14).
2. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu (Sudjana, 2005: 11).
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi
belajar mengajar (Nasution dalam Suryosubroto 2002: 18). Gagne dan Brig
mengemukakan bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan,
melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar
yang baik (Suryosubroto, 2002: 18).
Uzer Usman (dalam Suryosubroto, 2002: 19), proses belajar adalah proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam buku Pedoman Guru Agama Islam terbitan Depag RI (dalam
Suryosubroto,2002: 19) proses belajar mengajar adalah, belajar mengajar sebagai
proses dapat mengandung dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau fase dalam
mempelajari sesuatu, dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan
oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai mengevaluasi dan program tindak lanjut.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses
belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor sebagai upaya mempelajari
sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut
agar tercapai tujuan pengajaran.
3. Proses Belajar Mengajar Geografi
Mengajar menurut Winarno Surakhmad (dalam Sumaatmadja, 1996: 70)
sebagai berikut: ” mengajar adalah peristiwa bertujuan artinya mengajar adalah
peristiwa yang terikat dengan tujuan terarah pada tujuan dan dilaksanakan semata
–mata untuk mencapai tujuan itu”. Konsep mengajar sesuai dengan konsep
pendidikan modern yang berwawasan tujuan. Jika mengajar khususnya mengajar
geografi merupakan peristiwa yang diarahkan pada pencapaian tujuan geografi,
mau tidak mau guru geografi dituntut kemampuan dasar sebagai guru geografi
merealisasikan tujuannya.
Studi geografi berkenaan dengan pengorganisasian ruang hasil interaksi
antara faktor manusia dengan faktor geografi lainnya. Untuk dapat menyerap
dengan baik gejala dan masalah geografi itu, kita harus mampu mendalami
hakikat faktor manusia dengan lingkungan alamnya. Mempelajari dan
mengajarkan geografi menggunakan pendekatan interdisipliner atau
setidak-tidaknya multidisipliner harus menjadi kemampuan dasar guru geografi. Tanpa
memiliki kemampuan dasar ini , guru yang mengajarkan geografi tidak akan dapat
melakukan proses belajar mengajar secara wajar merealisasikan tujuan
instruksionalnya. Inilah salah satu karakter yang wajib diperhatikan oleh guru
Berkenaan dengan belajar mengajar ini, guru geografi bukan hanya
dituntut untuk mampu mengajar dan belajar, melainkan juga dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuan anak didik belajar (learning to learn). Kita
berasumsi bahwa mereka yang memiliki cara dan kemampuan belajarlah yang
dapat mencapai prestasi yang berkelanjutan dari hasil belajarnya (Sumaatmadja,
2001: 71).
Pengajaran geografi secara bermakna harus disajikan sebagai rangsangan
terhadap reaksi intelektual- emosional- fisikal anak didik yang mempelajari
geografi tersebut. Dalam hal ini melalui penerapan berbagai metode, teknik,
strategi dan penggunaanya berbagai media secara bermakna materi geografi maka
akan membangkitkan semangat belajar siswa (Sumaatmadja, 2001: 110).
Motto ”mengajar adalah belajar”, menyadarkan kita bahwa keberhasilan
proses belajar mengajar guru geografi kuncinya adalah pada guru yang memiliki
gairah belajar. Adanya asumsi bahwa tidak ada metode dan media pengajaran
yang paling baik, maka pada proses belajar geografi guru harus menerapkan
multimetode dan multimedia. Metode ceramah yang merupakan metode dasar
pada proses belajar mengajar harus diperkaya oleh metode lain yang serasi dengan
pokok bahasan metode mengajar adalah cara menyajikan pokok bahasan kepada
anak didik, apakah menggunakan cermah murni, ceramah yang dipadukan dengan
tanya jawab, diskusi, karyawisata atau cara lainnya (Sumaatmadja, 2001: 95).
Pelaksanaan proses belajar geografi agar mencapai keberhasilan, guru
geografi melakukan interaksi dengan anak didik. Pada kesempatan ini guru dan
Nursid Sumaatmadja, 2001:72) interaksi edukatif adalah interaksi sosial yang
memiliki ciri-ciri, adanya tujuan yang akan dicapai untuk menjawab pertanyaan
(untuk apa), ada pelajar yang aktif mengalami (ditujukan kepada siapa), ada bahan
yang menjadi proses ( dengan materi yang mana), ada guru yang melaksanakan
(diselenggarakan oleh siapa), ada metode tertentu untuk mencapai tujuan
(bagaimana caranya), dan bahwa proses interaksi ini berlangsung dalam ikatan
situasional (dalam keadaan bagaimana).
Ciri di atas mengungkapkan rangkaian komponen- komponen tujuan-
materi- sasaran- pelaksana- metode- situasi tertentu yang menunjang proses
berjalan secara wajar. Dalam proses komponen- komponen tadi membentuk
sistem pengajaran membina kemampuan mental anak didik yang menjadi
sasarannya. Dengan demikian, guru geografi dituntut kemampuannya
mengorganisaikan komponen tadi dalam proses belajar mengajar mencapai tujuan
instruksionalnya yang telah dirumuskan sesuai dengan pokok bahasan yang
diporoses, dalam proses belajar mengajar, guru geografi harus pandai
mengunakan metode, media, dan teknik strategi mengajar dengan baik, agar anak
didik lebih mudah menyerap materi yang disampaikan (Sumaatmadja, 2001: 73).
Program sertifikasi bertujuan untuk menyiapkan tenaga guru yang
berkualitas. Melalui program sertifikasi kemampuan guru akan meningkat. Hasil
yang diharapkan melalui program sertifikasi adalah sebagai berikut.
a. Tersedianya tenaga guru terdidik/ terlatih.
c. Proses belajar mengajar semakin baik, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa (Bafadal, 2003: 54).
Guru yang sudah mengikuti sertifikasi harus bisa menjadi guru yang
profesional dan harus memenuhi persyaratan akademik maupun kompetensi, yaitu
dalam proses belajar mengajarnya dan kompetensi yang dimilikinya. Tetapi
kenyataanya tidak semua guru yang sudah melakukan sertifikasi melaksanakan
proses belajar mengajarnya sesuai dengan prosedur yang berlaku ( Astuti 2006:
6).
Menurut UU RI No 14 tahun 2005 (dalam Soetjipto, 1999: 40) sebagai
tenaga profesional seorang guru harus memenuhi sejumlah persyaratan, yaitu
sebagai berikut.
a. Memiliki kulifikasi akademik.
b. Memiliki kompetensi.
c. Memiliki sertifikasi pendidik.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Memiliki kemampuan akademik untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Berdasarkan penelitian Arif (2006: 60) tentang pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar kelas X Madrasah Aliyah Al- Asror Semarang dijelaskan bahwa
di dalam mengajar guru harus mempunyai perencanaan pembelajaran baik itu
dalam persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi sehingga proses belajar mengajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006: 130).
Populasi dalam penelitian ini berada di SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa.
SMP di Kecamatan Ambarawa terdiri 8 SMP baik negeri maupun swasta,
sedangkan SMA di Kecamatan Ambarawa terdiri dari 3 SMA baik negeri maupun
swasta yang tersebar merata di Kecamatan Ambarawa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP dan SMA yang
mengajar geografi di Kecamatan Ambarawa yang berjumlah 30 baik yang sudah
tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi. Terdiri 23 guru SMP dan 7 guru
SMA.
B.
Sampel dan teknik sampling
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus representatif dalam arti
mewakili populasi. Untuk mengambil sampel secara representatif dilaksanakan
dengan teknik tertentu. Apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua,
namun jika subyeknya besar diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%
(Arikunto, 2006: 134).
Berdasarkan pendapat diatas sampel yang diambil adalah keseluruhan
12 yang belum sertifikasi dan 5 guru SMA yang sudah sertifikasi dan 2 yang
belum sertifikasi dengan menggunakan sampel populasi. Hal ini dilakukan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 134) apabila subyek
penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sebagai sampel.
Tabel 1. Jumlah sampel guru SMP di Kecamatan Ambarawa
Sekolah Guru geografi Yang sudah sertifikasi Yang belum sertifikasi SMP N 1
SMP N 2 SMP N 3 SMP N 4 SMP N 5
SMP Mater Alma SMP Pangudi Luhur SMP Islam Sudirman SMA N 1 Ambarawa
SMA Bhakti Awam SMA Islam Sudirman JUMLAH 3 6 2 3 3 1 2 3 3 2 2 30 1 2 - 3 1 - 2 2 3 2 - 16 2 4 2 - 2 1 - 1 - - 2 14
Sumber: Hasil penelitian, 2009
C.
Variabel penelitian
Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah.
1. Profil guru SMP dan SMA meliputi.
Usia guru mulai mengajar atau pada saat pertama kali mengajar dan
usia sekarang diukur dengan tahun.
b. Pendidikan terakhir
Jenjang pendidikan atau ijazah terakhir yang dimiliki oleh guru
sekarang dan pada saat pertama mengajar.
c.Lama mengajar
Lama guru geografi mengajar mata pelajaran geografi dari pertama
mengajar sampai sekarang baik yang sudah menjadi PNS maupun
belum.
d. Sudah sertifikasi atau belum
Sudah memiliki sertifikat pendidik atau belum, kapan dan dimana
memperoleh sertifikasi, dan tahun menerima sertifikasi.
e.Asal lulusan
Asal perguruan tinggi tempat pendidikan terakhir guru geografi, dari
salah satu perguruan tinggi dan tahun lulusnya.
f.Lokasi
Tempat guru selama mengajar mulai pertama mengajar sampai
sekarang.
2. Proses belajar mengajar geografi SMP dan SMA adalah sebagai berikut.
a. Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, meliputi sebagai
berikut.
Merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru
sebelum mengelola proses pembelajaran. (Aqib, 2007: 130).
Guru memiliki dan membuat silabus sebelum memulai pembelajaran
atau tidak.
2) Rencana pembelajaran
Persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau
kompetensi tertentu (Depdiknas 2008).
Dalam mengajar guru selalu membuat RPP sebelum mengajar atau
tidak.
b. Proses pembelajaran, meliputi.
1) Metode pengajaran
Metode merupakan cara yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Misalnya, ceramah, Tanya jawab, diskusi. (Sumaatmadja, 2001: 73).
Guru dalam mengajar menggunakan metode mengajar yang monoton
atau multimetode.
2) Media pembelajaran
Media merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Misalnya, peta, atlas, globe (Sumaatmadja, 2001: 79).
Guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran yang tepat
3) Sumber pembelajaran
Sumber merupakan asal bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
Misalnya, buku, perpustakaan (Sudjana, 2005: 10).
Sumber yang dijadikan sebagai bahan mengajar.
4) Model pembelajaran
Model merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedomam dalam merencanakan pembelajaran, seperti CTL,
KTSP.
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran yang
berlaku atau yang lainnya.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan akhir atau penilaian yang dilakukan oleh
guru sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran,
dapat dilakukan dengan tes maupun non tes (Sudjana, 2005: 111).
Setiap akhir mata pelajaran guru selalu mengadakan evaluasi atau
tidak.
3. Guru yang sudah melakukan sertifikasi yaitu sebagai berikut.
a. Menjadi guru yang profesional, yaitu guru yang berkompeten
dibidangnya, dalam mnegajar menggunakan 4 prinsip mengajar guru,
dan selalu memutakhirkan ilmunya.
b. Peningkatan proses belajar mengajarnya mulai dari persiapan sampai
c. Peningkatan kesejahteraan, yaitu pada penggunaan gaji,
memperbanyak pengayaan materi.
d. Peningkatan persiapan sebelum melakukan pekerjaan profesional
misalnya, mempelajari materi yang akan diajarkan.
D.
Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain.
1. Metode observasi
Metode observasi dilaksanakan dengan observasi langsung ke
sekolah terhadap guru yang bersangkutan. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data guru yang sudah melakukan sertifikasi.
2. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data
dokumen dari sekolah yang bersangkutan, berupa perangkat pembelajaran
guru yang berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran,
memperoleh data identitas atau curiculum vitae (CV) guru geografi SMP
dan SMA se Kecamatan Ambarawa tahun 2009.
3. Metode angket / kuesioner
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persiapan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi. Metode ini ditujukan
kepada semua guru yang mengajar geografi SMP dan SMA di Kecamatan
4. Metode wawancara
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data yang
digunakan untuk melengkapi informasi, baik dari observasi, dokumentasi
maupun angket.
E.
Rencana Penelitian
Rencana yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mencari data awal guru yang sudah sertifikasi.
2. Menentukan sampel penelitian dengan teknik total sampling, karena
populasi kurang dari 100 orang.
3. Menyusun kisi-kisi angket uji coba.
4. Menyusun instrumen angket uji coba berdasarkan kisi-kisi yang ada.
5. Mengujicobakan angket di luar responden.
6. Menganalisis data hasil angket uji coba untuk mengetahui validitas, dan
reliabilitas.
7. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan data 6.
8. Membagi angket pada responden.
9. Menganalisis data hasil angket.
F.
Validitas dan Reliabilitas
Sebelum angket digunakan dalam penelitian maka angket diujicobakan
terlebih dahulu diluar sampel untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
1. Validitas instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen
dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pada penelitian ini
validitas data diperoleh dari jawaban pertanyaan angket yang diajukan
pada guru geografi. Analisis validitas angket menggunakan rumus korelasi
product moment, pengujian validitas dilakukan dengan cara menentukan
validitas item. Untuk mencari validitas masing-masing butir soal angket
digunakan rumus korelasi product moment yang diungkapkan Pearson
sebagai berikut.
rxy =
(
)
{
2 ( )2}(
{
2 ( )2)
}
) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N Σ − Σ ⋅ Σ − Σ ⋅ Σ Σ − Σ Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara skor tiap item dengan skor total
N : Jumlah responden
ΣX : Jumlah nilai variabel X
ΣY : Jumlah nilai variabel Y
ΣXY : Jumlah nilai item dengan nilai total
ΣX2 : Jumlah kuadrat X
Sebelum angket dibagi kepada responden, sebelumnya angket
tersebut diujicobakan pada responden diluar sampel. Dengan
menggunakan rumus tersebut dapat diperoleh:
rxy = 0, 609441
pada α = 5 % dengan N = 15 diperoleh r tabel = 0, 514
karena rxy > r tabel , maka angket No. 1 tersebut valid. Dari hasil uji coba
instrumen dapat diketahui soal yang valid untuk guru yang sudah
sertifikasi yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40,
sedangkan soal yang tidak valid ada 4 yaitu nomor 5, 20, 29, 37. hasil uji
coba instrumen untuk guru yang belum sertifikasi yaitu nomor 1, 3, 4, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30.
sedangkan soal yang tidak valid ada 6 yaitu nomor 2, 5, 12, 15, 25, 28.
Hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran 3 hal 100.
kemudian soal yang tidak valid diperbaiki dan terdapat pada lampiran 5
hal 110.
G. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu alat ukur dalam
mengukur apa yang diukur. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan
akan memberikan hasil ukur yang sama (Arikunto, 2006: 178).
Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus
r 11=
( )
⎥⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡−
∑
22 1 1 t b k k σ σ
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ2
b : jumlah varian butir
σ2
t : Varians total
1 : Bilangan konstan (Arikunto, 2006 : 195)
r11 = 0,966
Pada α = 5% dengan N = 16 diperoleh r tabel = 0,514
Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut
reliabel. Hasil uji coba instrument dapat dilihat pada lampiran 3 halaman
100.
H.
Metode analisis data
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah
berikutnya adalah mengadakan analisis terhadap semua data yang telah
dikumpulkan. Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah
terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan
data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.
Dalam analisis ini semua skor dari masing-masing sub variabel maupun
dengan skor idealnya sehingga akan diperoleh persentase skor. Dari
deskriptif inilah selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang digunakan
dan diketahui tingkatannya.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah.
1) Mengecek kelengkapan data
2) Menyusun tabulasi data kemudian memasukkan jawaban sesuai
skornya ke dalam tabel. Besarnya skor yang diberikan untuk
masing-masing alternatif jawaban.
Tabel 2. Tingkat Skor
Sumber: Arikunto, 2006: 245
3) Menghitung jumlah jawaban untuk masing-masing butir pertanyaan
sesuai kategori masing-masing kemudian menjumlahkan skor per
subvariabel dan seluruhnya
Setelah skor tersebut dijumlahkan per sub variabel, indikator
maupun sub indikator untuk setiap pertanyaan maupun secara keseluruhan,
kemudian dicari persentase masing-masing dengan memasukkan jumlah
skor tersebut ke dalam rumus persentase sebagai berikut.
DP =
N n
x 100 %
No Pilihan Skor 1.
2. 3. 4.
a b c d
Keterangan
DP = Deskriptif Persentase
n = skor yang diperoleh/ skor empirik
N = jumlah total nilai responden/ skor ideal
(Arikunto, 2006:236)
Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel
kriteria persentase untuk ditarik kesimpulan.
Langkah pembuatan kriteria persentase sebagai berikut.
1) Angka persentase maksimal
skor maksimal X 100 % skor maksimal
= 4 4
x 100 %
= 100 %
2) Angka persentase minimal
= skor minimal X 100 % skor maksimal
= 4 1
x 100 %
= 25 %
3) Rentang persentase
= persentase maksimum- persentase minimum
= 100 % - 25 %
4) Menentukan banyaknya kriteria
Kriteria dibagi menjadi 4 yaitu: sangat baik, baik, cukup, sedang.
5) Menghitung rentang kriteria
rentang banyak kriteria
= 4
% 75
= 18,75 %
6) Membuat tabel kriteria persentase
Tabel 3. Kriteria Persentase
Kelas interval kriteria
81,26 % - 100% 62,51 % - 81,25 % 43,76 % - 62,50 % 25,00 % - 43,75 %
Sangat baik Baik Cukup Sedang
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di SMP dan SMA baik negeri dan
swasta di Kecamatan Ambarawa yang luas wilayahnya 2.840 Ha dan
memiliki jumlah penduduk 56.348 jiwa. Kecamatan Ambarawa
merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Semarang yang terdiri dari
10 desa yaitu, Desa Baran, Kupang, Kranggan, Ngampin, Panjang,
Tambakboyo, Lodoyong, Pojoksari, Pasekan, Bejalen. Wilayah
Kecamatan Ambarawa dibatasi oleh beberapa wilayah- wilayah
kecamatan sebagai berikut.
Sebelah utara : Kecamatan Bandungan
Sebelah selatan : Kecamatan Banyubiru
Sebelah Barat : Kecamatan Jambu
Sebelah timur : Kecamatan Bawen
(BPS, 2009: 3)
Persebaran SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Ambarawa memiliki 11 sekolahan SMP dan SMA
baik Negeri maupun Swasta. Penelitian skripsi ini mengambil lokasi SMP
dan SMA se Kecamatan Ambarawa sebanyak 11 sekolah yaitu: SMP N 1
Ambarawa, SMP N 5 Ambarawa, SMP Mater Alma, SMP Pangudi Luhur,
SMP Islam Sudirman, SMA N 1 Ambarawa, SMA Islam Sudirman, SMA
Bhakti Awam. Mengenai lokasi dan persebaran sekolahnya dapat dilihat
pada peta lokasi penelitian dan tabel persebaran sekolah.
Tabel 4. Sekolah SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009
No. Nama Sekolah Alamat Sekolah
1. SMP N 1 Ambarawa Jl. Bandungan 42 Baran Ambarawa
2. SMP N 2 Ambarawa Jl. Kartini 1A Ambarawa
3. SMP N 3 Ambarawa Ngampin Jl. Magelang KM 3 Kec.
Ambarawa
4. SMP N 4 Ambarawa Jl. Rejosari, Pojoksari
5. SMP N 5 Ambarawa Jl. Yos Sudarso, Kupang Ambarawa
6. SMP Mater Alma Jl. Mgr. Sugiyapranoto 58 Ambarawa
7. SMP Pangudi Luhur Jl. Mgr. Sugiyapranoto 191 Ambarawa
8. SMPIslam Sudirman Jl. Gatot Subroto Kupang Lor Ambarawa
9. SMA N 1 Ambarawa Jl. Yos Sudarso 46 Ambarawa
10. SMA Islam Sudirman
Jl. Jend. Sudirman Ambarawa
11. SMA Bhakti Awam Jl. Mgr. Sugiyapranoto No. 226
Ambarawa
2. Gambaran Umum Guru yang Sudah Sertifikasi di Kabupaten
Kecamatan Ambarawa merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Semarang. Guru yang sudah sertifikasi di Kabupaten Semarang
tersebar di 18 kecamatan meliputi kecamatan Ungaran, Bergas, Pringapus,
Bawen, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bringin, Bancak, Tuntang,
Getasan, Pabelan, Susukan, Suruh, Kaliwungu, Tengaran, Jambu,
Banyubiru.. Secara keseluruhan terdapat 794 guru yang sudah sertifikasi,
baik dari jenjang guru TK, SD, SMP dan SMA. Pada jenjang pendidikan
SMP dan SMA terdapat 334 guru yang sudah sertifikasi dari program studi
apapun. Secara keseluruhan Guru yang sudah sertifikasi banyak terdapat di
kecamatan Ungaran sebesar 15,27%. Sedangkan guru yang sudah sertifikasi
paling sedikit terdapat di kecamatan Bandungan. Pada jenjang pendidikan
SMP guru yang sudah sertifikasi banyak terdapat di kecamatan Ungaran,
dan guru yang sudah sertifikasi yang jumlahnya sedikit terdapat di
kecamatan Bandungan. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMA guru yang
sudah sertifikasi banyak terdapat di kecamatan Ungaran dan guru yang
sudah sertifikasi jumlahnya sedikit terdapat di kecamatan Sumowono,
Bandungan, Bancak, Getasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel 5. Guru Yang Sudah Sertifikasi di Kabupaten Semarang
No. Kecamatan
Guru Yang Sudah Sertifikasi
SMP SMA Jumlah
F % F % F %
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Ungaran Bergas Pringapus Bawen Sumowono Ambarawa Bandungan Tuntang Bringin Bancak Getasan Pabelan Susukan Suruh Kaliwungu Tengaran Banyubiru Jambu 30 7 12 21 5 18 2 10 7 4 3 11 7 14 8 22 10 7 8,98 2,10 3,59 6,29 1,50 5,39 0,59 2,95 2,10 1,19 0,89 3,29 2,10 4,19 2,40 6,59 2,99 2,09 21 11 - 9 1 19 1 8 2 1 1 3 7 12 4 15 12 2 6,29 3,29 - 2,69 0,30 5,69 0,30 2,39 0,59 0,30 0,30 0,89 2,10 3,59 1,19 4,49 3,59 0,59 51 18 12 30 6 37 3 18 9 5 4 14 14 26 12 37 22 9 15,27 5,39 3,59 8,98 1,80 11,08 0,89 5,39 2,69 1,50 1,19 4,19 4,19 7,78 3,59 11,08 6,59 2,69
Jumlah 205 59,22 129 40,50 334 100
Sumber: Dinas Pendidikan, 2009
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat 205 guru SMP yang
sertifikasi di kabupaten Semarang. Sehingga dapat diketahui bahwa guru
yang sudah sertifikasi di Kecamatan Ambarawa merupakan bagian kecil dari
Kabupaten Semarang yaitu sebesar 4,79%.
3. Profil Guru- Guru SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun
2009
Penyebaran angket yang dilakukan dalam penelitian ini
mendapatkan informasi mengenai latar belakang pendidikan terakhir guru
geografi dan pengalaman mengajar yang telah dijalani guru geografi. Dari
data angket diperoleh informasi mengenai usia guru geografi, status
kepegawaian, latar belakang, pendidikan terakhir, pengalaman mengajar.
Berdasarkan hasil observasi juga dapat diketahui jumlah sekolah SMP dan
SMA di Kecamatan Ambarawa dan sebaran lokasinya, jumlah guru
geografi.
Sebaran lokasi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa cukup
merata, hampir disetiap kelurahan terdapat sekolah, baik itu sekolah SMP
atau SMA saja. Lokasi sekolah juga strategis sehinga mudah dijangkau
oleh semua orang.
Wilayah Kecamatan Ambarawa terdapat 11 sekolahan baik SMP
dan SMA baik swasta maupun negeri. Terdapat 30 guru geografi yang
terdiri dari 23 guru SMP dan 7 guru SMA, sedangkan yang sudah
sertifikasi 16 dan yang belum sertifikasi 14 guru geografi. Untuk lebih
Tabel 6. Jumlah Sekolah SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009
No Status Sekolah
Jenjang Sekolah
SMP SMA
Jumlah F Capai
an
(%)
F Capai
an
(%)
1. Negeri 5 45,45 1 9,09 54,54
2. Swasta 3 27,27 2 18,18 45,45
Jumlah 8 72,72 3 27,27 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari jumlah sekolah, di
Kecamatan Ambarawa terdapat 5 SMP negeri dan 3 SMP swasta,
sedangkan untuk sekolah SMA terdapat 1 SMA negeri dan 2 SMA swasta.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tempat pendidikan di Kecamatan
Ambarawa sudah banyak untuk lingkup tingkat Kecamatan.
Tabel 7. Jumlah Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009
No.
Status
Sekolah
Jenjang Sekolah
SMP SMA Jumlah
F
Capai
an
(%)
F
Capaia
n (%)
F
Capaia
Gambar
Dokumen terkait
Penelitian terdahulu seperti ; Margono (2003), Muklisanto (2003), Hartono (2007), Apriyanto (2008), dan Heru (2012) melakukan penelitian perbandingan bahan bakar
Dengan demikian audit operasional dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu dan untuk membantu para pengelola- perusahaan dalam
[r]
Selain itu cerita dalam komik disusun berdasarkan langkah-langkah Problem Based Learning, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
[r]
Instructional Technology and Media for Learning (Tenth Edition).United States of America: Pearson Education Inc. Teaching
Prinsip fair and equitable treatment (FET) merupakan standar yang paling banyak digunakan oleh investor asing sebagai dasar gugatan dalam proses penyelesaian
Prawira, Z., 2014, Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Dan Tiang Bor, Tugas Terstruktur (Tidak diterbitkan) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan