• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU-GURU GEOGRAFI YANG SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKASI SMP DAN SMA DI KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI KEMAMPUAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU-GURU GEOGRAFI YANG SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKASI SMP DAN SMA DI KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN PROSES BELAJAR

MENGAJAR GURU-GURU GEOGRAFI YANG SUDAH

MENDAPATKAN SERTIFIKASI SMP DAN SMA DI

KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Liya Yulekha

3201405008 Pendidikan Geografi

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii 

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi, pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Moch Arifien, M.Si Dra. Puji Hardati, M.Si

NIP. 195508261983031003 NIP. 195810041986032001

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

(3)

Skripsi ini telah di pertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu Tanggal : 26 Agustus 2009

Penguji Skripsi

Drs. Tukidi

NIP. 195403101983031002

Anggota I Anggota II

Drs. Moch Arifien, M. Si Dra. Puji Hardati, M. Si

NIP. 195508261983031003 NIP. 195810041986032001

Mengetahui, Dekan

(4)

iv 

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar- benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2009

(5)

Motto

* Do’a memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang yang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian kepada orang yang ketakutan (Mutiara 2000)

* Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang mudah kau makan, engkau tidak akan meraih kesuksesan sebelum meneguk pahitnya kesabaran (Sabda Nabi Muhammad SAW)

* Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap (QS, Al Nasriyah: 6-7)

Persembahan

1. Allah SWT atas kemudahan dan anugerah Nya

2. Bapak Ibuku yang selalu memberi do’a dan dukungan

3. Adikku Effendi Y, serta keluarga besarku

(6)

vi 

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI KEMAMPUAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU-GURU GEOGRAFI YANG SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKASI SMP DAN SMA DI KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009” dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi.

4. Drs. R. Sugiyanto SU., Dosen wali yang telah membimbing dan mengarahkan selama studi berlangsung.

5. Drs. Moch Arifien, M.Si., Pembimbing I atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Puji Hardati, M.Si., Pembimbing II atas segala bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Tukidi, atas arahan dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi.

8. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi di Jurusan Geografi.

9. Kepala Sekolah SMP., dan SMA., di Kecamatan Ambarawa yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah tersebut.

10.Bapak dan Ibu Guru Geografi SMP., dan SMA di Kecamatan Ambarawa yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

(7)

indahnya persahabatan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat- sahabat terbaikku di Shinta Kost, PPL., SMP N 10 Semarang, KKN., Ambarawa, KSG SAC, dan Teman- teman Pecinta alam UNNES. 14.Semua pihak yang mendukung baik material maupun spiritual hingga

terselesainya skripsi ini yang tidak bias penulis sebut satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dan pembaca umumnya.

Semarang, Agustus 2009

(8)

viii 

Sertifikasi pada Proses Belajar Mengajar Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009

Kata Kunci: Guru, Sertifikasi, Belajar mengajar

Guru merupakan tenaga kerja yang profesional pada jenjeng usia dini, pendidikan dasar dan menengah. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya. Guru yang sudah sertifikasi merupakan guru yang sudah diakui keprofesionalannya dan guru tersebut dituntut lebih baik dalam proses belajar mengajarnya. Dari latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas yaitu bagaimanakah proses belajaar mengajar geografi yang dilaksanakan oleh guru SMP dan SMA yang sudah tersertifikasi dan profil guru yang sudah tersertifikasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses belajar mengajar yamg dilaksanakan oleh guru geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa yang sudah sertifikasi mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi dan mengetahui profil guru setelah disertifikasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP dan SMA yang mengajar geografi di Kecamatan Ambarawa yang berjumlah 30 baik yang sudah sertifikasi maupun yang belum tersertifikasi, terdiri dari 23 guru SMP dan 7 guru SMA. Variabel dalam penelitian ini yaitu profil guru geografi, proses belajar mengajar guru geografi yang sudah sertifikasi, dan guru yang sertifikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi, metode angket, dan wawancara. Uji coba instrumen digunakan untuk mencari validitas dan reliabilitas. Metode analisis data menggunakan deskriptif persentase.

(9)

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru yang sudah sertifikasi termasuk dalam kriteria sangat baik yaitu mulai dari persiapan, proses dan evaluasi. Sedangkan proses belajar mengajar guru yang belum sertifikasi termasuk pada kriteria baik. Saran yang diberikan yaitu bahwa guru yang sudah sertifikasi supaya lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya lebih baik dan banyak memperkaya ilmunya dan menambah pengetahuannya untuk memperkaya materi misalnya dengan melalui kepelatihan, seminar atau bimtek yang diadakan pemerintah atau lembaga lain.

(10)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vii

SARI ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Tujuan penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E.Penegasan Istilah ... 7

F. Sistematika Penulisan skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Makna guru ... 10

B. Sertifikasi Guru ... 11

C. Tinjauan Tentang Proses Belajar Mengajar ... 19

1. Pengertian Belajar Mengajar ... 19

2. Proses Belajar Mengajar ... 21

3. Proses Belajar Mengajar Geografi ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A.Populasi ... ... 27

B.Sampel dan Teknik Samplin ... 27

(11)

3. Guru yang Sudah Sertifikasi ... 31

D.Metode Pengumpulan Data ... 32

E.Rencana Penelitian ... 33

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

G.Metode Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

1. Gambaran Umum Lokasi Peneletian ... 41

2. Gambaran Umum Guru yang Sertifikasi di Kabupaten Semarang ... 44

3. Profil Guru- Guru SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 46

B. Pembahasan... 67

1. Profil Guru Geografi ... 68

2. Proses Belajar Mengajar Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarwa ... 70

3. Guru yang Sudah Sertifikasi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009 ... 76

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(12)

xii 

Tabel 1 Jumlah sampel guru SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 28

Tabel 2 Tingkat Skor ... 37

Tabel 3 Kriteria Persentase ... 39

Tabel 4 Sekolah SMP dan SMA Negeri di Swasta di Kecamatan Ambarawa ... 41

Tabel 5 Guru yang Sudah Sertifikasi di Kabupaten Semarang Tahun 2009 ... 45

Tabel 6 Jumlah Sekolah SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 47

Tabel 7 Jumlah Guru Geografi di Kecamatan Ambarawa ... 48

Tabel 8 Usia Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 49

Tabel 9 Guru Geografi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 10 Lama Mengajar Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 51

Tabel 11 Status Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa .... 52

Tabel 12 Latar Belakang Pendidikan Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ... 53

Tabel 13 Guru Geografi yang Sudah Sertifikasi... 54

Tabel 14 Persiapan Pembelajaran Guru Geografi ... 56

Tabel 15 Penggunaan Metode Mengajar Guru Geografi ... 59

Tabel 16 Penggunaan Media Pembelajaran Guru Geografi ... 61

Tabel 17 Penggunaan Sumber Pembelajaran Guru Geografi ... 63

(13)
(14)

xiv 

Lampiran 1 Kisi- Kisi Uji Coba Instrumen Guru yang Sudah Sertifikasi Lampiran 2 Kisi- Kisi Uji Coba Instrumen Guru yang Belum Sertifikasi Lampiran 3 Uji Coba Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Validitas Lampiran 5 Reliabilitas

Lampiran 6 Kisi- Kisi Angket Penelitian Lampiran 7 Angket Penelitian

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses

pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara

tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua

upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan SDM yang berkuantitas,

sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah

terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional (Irawati, 2007: 5).

Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa mutu pendidikan rendah atau

kurang berkualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah guru sebagai

salah satu dalam unsur proses belajar mengajar. Guru mempunyai tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, mengevaluasi peserta

didik. Peran guru dalam semua jenjang pendidikan adalah sangat penting karena

berhadapan langsung dengan peserta didik. Oleh karena itu seorang guru dalam

jenjang apapun harus berkualitas atau bermutu agar pendidikan dapat berhasil

dengan baik. Tetapi kenyataaanya belum semua guru menjalankan tugasnya

dengan baik ( Astuti, 2006: 3).

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh

sekolah, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh

(16)

akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan,

dan akan lebih mampu mengelola kelasnya (Hamalik, 2004: 36).

Berdasarkan makalah Astuti (2006: 4-5), guru adalah tenaga kerja yang

profesional pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menegah.

Dengan demikian seorang guru dalam jenjang apapun harus berkompeten dalam

bidang masing-masing, dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan

baik. Tetapi pada kenyataannya banyak guru yang tidak dapat mewujudkan tujuan

pendidikan nasional dengan baik. Mutu lulusan pun menjadi rendah atau kurang

berkualitas. Hal ini tidak semata-mata menjadi kesalahan seorang guru. Banyak

masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan yang berkenaan dengan tugas

seorang guru yang pada akhirnya meluluskan peserta didik kurang berkualitas.

Masalah yang dihadapi berkenaan dengan kondisi guru antara lain, jumlah

guru yang masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi pertambahan siswa

serta tuntutan pembangunan, sebagian besar guru-guru dewasa ini memiliki

pendidikan minimal yang dituntut, masih terdapat ketidakseimbangan penyebaran

guru antar sekolah dan antar daerah, imbalan jasa baik yang bersifat materi

maupun non materi masih jauh dari memberikan kepuasan dan keadilan, kondisi

kerja para guru masih belum memberikan derajat kepuasan, kendala administrasi ,

dana penunjang dan fasilitas untuk meningkatkan dan mengembangkan karier,

pola pendidikan guru masih terlalu menekankan pada sisi akademik dan kurang

memperhatikan pengembangan kepribadian, tidak samanya kompetensi yang

(17)

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidikan untuk guru dan

dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru dan dosen sebagi tenaga profesional. Program sertifikasi profesi bagi

tenaga kependidikan teknologi dan kejuruan merupakan salah satu cara yang

digunakan sebagai instrumen untuk mengatasi rendahnya kualitas tenaga

kependidikan yang berdampak pada kualitas lulusan baik lulusan lembaga

pendidikan tenaga kependidikan maupun sekolah menengah kejuruan. Tujuan

diselenggarakannya program sertifikasi ini adalah untuk mempertahankan

kemampuan profesional dan akademik yang dimiliki oleh tenaga kependidikan

teknologi dan kejuruan ( Fajri, 2006: 3).

PP No 19 tahun 2005 dalam makalah Fajri (2006: 7) tentang standar

nasional pendidikan menentukan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendidikan dasar

menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Memasuki tahun 2007, Pemerintah Republik Indonesia melalui

Departemen Pendidikan Nasional, akan mulai menyelenggarakan program

sertifikasi guru. Program sertifikasi merupakan konsekuensi dari disahkannya

produk hukum tentang pendidikan yaitu sebagai berikut.

1. UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(18)

3. PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Berdasarkan produk hukum tersebut dinyatakan bahwa guru adalah

pendidikan profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus memenuhi

sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Program

sertifikasi yang merupakan program pemberian sertifikat bagi guru yang telah

memenuhi sejumlah persyaratan menuju guru profesional. Dengan adanya

sertifikasi maka akan dihasilkan guru yang profesional, dan diharapkan guru

dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga mutu pendidikan yang sekarang

ini dianggap kurang berkualitas dapat diperbaiki (Sarimaya, 2008: 9).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia

pendidikan dewasa ini. Tantangan tentang peningkatan mutu pendidikan sebagai

tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat. Upaya

peningkatan mutu pendidikan tersebut terus digulirkan pada semua jenjang

pendidikan, upaya tersebut harus didukung oleh semua komponen. Komponen-

komponen yang berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

meliputi siwa, guru, kurikulum, proses belajar mengajar, lingkungan, sarana dan

prasarana, organisasi sekolah (Suryosubroto, B. 2004: 17- 18).

Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam

penyelenggaraan pendidikan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,

melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis

dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah tenaga

pendidik atau tenaga pengajar yang tugas utamanya mengajar. Karena tugasnya

(19)

sebagai tenaga pengajar, setiap guru atau pengajar harus memiliki kemampuan

profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Guru dalam

mengajar harus menggunakan atau mempunyai rencana pembelajaran yang

digunakan sebagai acuan mengajar, misalnya membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran, media (Aqib, 2007: 155).

Menurut Daldjoeni (1982:5) geografi adalah pengetahuan tentang

persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi

antar manusia dan lingkungannya dengan konteks keruangan dan kewilayahan.

Tujuan Pengajaran geografi supaya tercapai maka guru harus memiliki

kemampuan mengawasi, membina, mengembangkan kemampuan siswa secara

proporsional. Pelaksanaan dalam proses belajar mengajar, guru juga harus dituntut

untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga dapat mencapai hasil

yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan banyak ditentukan oleh keberhasilan

kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan

kegiatan siswa. Guru harus menyumbangkan hasil belajar semaksimal mungkin

(Sumaatmadja, 2001: 19).

Kecamatan Ambarawa terdapat banyak tenaga pendidik, baik dari SD,

SMP, maupun SMA. Semakin banyak guru yang ada semakin banyak pula

metode mengajar yang diterapkan oleh guru. Itu tergantung dari latar belakang

pendidikan maupun pengalamannya. Di dalam melakukan kegiatan pembelajaran

guru harus memiliki perangkat dan rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran

(20)

Berdasarkan hasil wacana diatas maka penulis mencoba ingin megetahui

bagaimanakah pembelajaran yang dilaksanakan guru setelah sertifikasi dengan

judul “ IDENTIFIKASI GURU-GURU YANG SUDAH MENDAPATKAN

SERTIFIKASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR GEOGRAFI SMP

DAN SMA DI KECAMATAN AMBARAWA TAHUN 2009”.

B.

PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian yaitu bagaimanakah

proses belajar mengajar geografi yang dilaksanakan oleh guru SMP dan SMA

yang sudah tersertifikasi dan profil guru yang sudah sertifikasi.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru geografi SMP dan SMA

yang sudah mengikuti sertifikasi mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai

dengan evaluasi,

2. profil guru setelah disertifikasi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuwan,

(21)

2. Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai

proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru yang sudah

tersertifikasi.

b. Bagi sekolah – sekolah SMP dan SMA untuk meningkatkan proses belajar

mengajar agar menjadi guru yang lebih baik.

c. Sedangkan bagi UNNES penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka untuk

penelitian selanjutnya.

d. Bagi peneliti yaitu agar dapat mengetahui proses belajar mengajar guru

setelah melakukan sertifikasi, apakah masih tetap atau lebih baik dari

sebelumnya.

E.

PENEGASAN ISTILAH

Untuk menghindari salah penafsiran dan memberikan gambaran yang

jelas terhadap obyek penelitian maka dikemukakan penegasan istilah-istilah

yang terdapat dalam rumusan judul adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi

Identifikasi artinya penetapan keadaan, sifat, atau cirri-ciri khusus

seseorang atau suatu benda (Poerwodarminto 1995: 202).

Menurut Mertensi dkk. Dalam Soejanto Identifikasi adalah meneliti atau

menemukan.

Yang dimaksud identifikasi dalam penelitian ini yaitu meneliti guru-guru

(22)

2. Sertifikasi Guru

Program sertifikasi merupakan pemberian sertifikat bagi guru yang

telah memenuhi persyaratan menuju guru yang profesional. Guru yang telah

memperoleh sertifikat profesi akan mendapatkan sejumlah hak yang antara

lain berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji

pokok guru tersebut (Sarimaya 2008:9).

3. Proses Belajar Mengajar

Merupakan kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, sampai evaluasi (Suryosubroto, 2002 : 19).

4. Guru Geografi SMP dan SMA

Merupakan guru yang secara resmi tercatat sebagai guru geografi SMP

dan SMA di Kecamatan Ambarawa tahun 2009.

F.

SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Secara garis besar sistematika skripsi terdiri atas tiga bagian, yaitu

bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, halaman

motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,daftar lampiran,

daftar gambar, dan daftar tabel.

2. Bagian Isi

BAB I

Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan,

(23)

BAB II

Merupakan landasan teori yang meliputi pengertian guru, sertifikasi guru,

proses belajar geografi.

BAB III

Metode penelitian, terdiri dari tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel,

dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV

Hasil penelitian dan pembahasan yang memuat tentang hasil penelitian dan

pembahasannya.

BAB V

Penutup meliputi, simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk pihak

yang terkait dengan penelitian.

3. Bagian akhir skripsi

(24)

10 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Makna Guru

Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang

yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga

pendidikan formal, tetapi bisa juga dirumah, masjid dan sebagainya (Thoifuri,

2008: 3).

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak

didik. Karena besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, hujan panas

bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir ditengah-tengah anak

didiknya (Thoifuri, 2008: 4).

Guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut

Wens Tanlain dan kawan-kawan dalam Thoifuri (2008 :31) meliputi, menerima

dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan, memiliki tugas mendidik dengan

bebas, berani, gembira, sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya

serta akibat-akibat yang timbul, menghargai orang lain termasuk anak didik,

bijaksana, taqwa terhadap Tuhan YME.

Guru merupakan suatu jabatan profesi, sebagai guru profesional guru

dituntut untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan

kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan

(25)

Guru dinilai kompeten secara profesional apabila guru tersebut mampu

mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, guru tersebut mampu

melaksanakan peran-peranannya secara berhasil, guru tersebut mampu bekerja

dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah, guru

tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar

dalam kelas (Thoifuri, 2008: 40).

B.

Sertifikasi guru

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.

Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang dibarengi dengan

peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu

pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan dan menjadi

guru yang profesional. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan

profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik.

Tunjangan tersebut berlaku baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil

maupun bagi guru yang berstatus non pegawai negeri sipil atau swasta (Sarimaya,

2008: 12).

Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri

dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Lebih lanjut menurut Glickman dalam

Ibrahim Bafadal (2003: 5) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara

professional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi

(motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional

(26)

mengerjakan sebaik-baiknya. Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan

secara sistematis, dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat

asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak

hanya melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari, supervisi dalam sekali

atau dua kali, dan studi banding selama dua atau tiga hari.

Program sertifikasi bagi guru merupakan salah satu cara yang digunakan

sebagai instrumen untuk memotong mata rantai penyebab rendahnya kualitas

guru. Sertifikasi profesi dapat dimiliki guru ketika guru tersebut layak sebagai

guru yang profesional dalam bidang keahliannya dan memiliki ciri-ciri

berdasarkan kompetensi individual, memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, ada

kerja sama dan kompetensi yang sehat, memiliki tingkat profesional yang tinggi,

memiliki prinsip kode etik, memiliki sistem sanksi profesi dan memiliki

organisasi profesi (Astuti 2007: 9).

Tujuan sertifikasi profesi adalah memberikan jaminan dan kinerja dan

kemampuan guru dalam melakukan pekerjaan mengajar dan mendidik secara

profesional karena tidak adanya sertifikasi. Saat ini banyak orang merasa mampu

menjadi guru apa saja tanpa melalui pendidikan guru yang dipersyaratkan sesuai

bidang studi. Dengan adanya sertifikasi profesi yang memiliki dasar hukum yang

kuat diharapkan RUU guru dan dosen dapat dioperasionalkan sesuai kebutuhan

(Fajri, 2006: 4).

Wibowo dalam Sardiman (2004: 34) mengungkapkan bahwa sertifikasi

bertujuan untuk melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan, melindungi

(27)

pendidik dan tenaga pendidikan, membantu dan melindungi lembaga

penyelenggara pendidikan, dan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk

melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, membangun citra

masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, memberikan

solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan.

Syarat-syarat sertifikasi guru adalah sebagai berikut.

1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat

(D-IV) dari program studi yang terakreditasi.

2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan

Nasional.

3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah atau guru-guru yang diperbantukan pada satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

4. Guru yang bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru

yang diangkat oleh Pemda yang mengajar pada satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

5. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal lima tahun pada satu sekolah atau

sekolah yang berbeda dalam yayasan yang sama.

6. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).

Profesi pada hakekatnya merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang

akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan karena orang

tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Sedangakan pekerjaan

(28)

Semakin tinggi hakekat pendidikan yang harus dipenuhinya semakin tinggi pula

derajat profesi yang diembannya. Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme

sangat bergantung kepada keahlian dan tidak pendidikan yang ditempuhnya

(Sardiman, 2004: 130).

Ciri-ciri keprofesian dibidang kependidikan menurut Westby dan Gibson

yang dikutip Sardiman dalam makalah Astuti (2006: 4) adalah sebagai berikut.

1. Diakui oleh masayarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh

pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi.

2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah

teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh profesi di bidang kedokteran,

harus pula mempelajari anatomi, bakteriologi. Profesi dibidang pendidikan

harus mempelajari psikologi, metodologi penelitian.

3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang melakukan

pekerjaan profesian.

4. Memiliki organisasi profesional dan meningkatkan layanan kepada masyarakat.

Ibrahim Bafadal (2003: 55) mengatakan bahwa program sertifikasi

merupakan salah satu bentuk pembinaan profesionalisme guru yang melibatkan

banyak pihak, seperti sekolah, guru, Kepala Kantor Dinas Pendidikn Nasional

Kabupaten/Kota, dan LPTK. Oleh karena itu program itu harus diselenggarakan

secara sistematis. Langkah-langkah proses pelaksanaannya yaitu, Kantor dinas

Pendidikan Nasional mendaftar guru-guru yang diprogramkan untuk mengikuti

program sertifikasi, Kepala Kantor dinas Pendidikan Nasional mengirimkan

(29)

tertentu yang kan ditunjuk, LPTK yang ditunjuk melakukan seleksi penerimaan

calon peserta program sertifikasi dan memberitahukan hasilnya kepada kantor

Dinas Pendidikan nasional, peserta yang telah dinyatakan diterima harus

menandatangani surat perjanjian untuk mengikuti program ini dengan baik, kantor

Dinas Pendidikan Nasional melakukan negoisasi dengan LPTK yang

bersangkutan tentang segala sesuatu yang akan dikerjakan bersama,

penandatanganan kontrak yang telah disepakati akan dilaksanakan antara kantor

Dinas Pendidikan Nasional dengan LPTK, pelaksanaan program sertifikasi oleh

LPTK, dalam rangka pengendalian program, kantor Dinas Pendidikan Nasional

perlu melakukan supervisi secara rutin terhadap penyelenggara sertifikat tersebut,

pada akhir pelaksanaan LPTK penyelenggara sertifikasi berkewajibaan

melaporkan hasil kegiatannya secara tertulis kepada kantor Dinas Pendidikan

Nasional.

Secara garis besar program sertifikasi ini ditujukan kepada guru sebagai

berikut.

1. Guru dalam jabatan (guru yang telah ada).

Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan maksudnya adalah program

pemberian ssertifikasi bagi seluruh guru di Indonesia yang telah ada baik guru

negeri maupun guru swasta yang jumlahnya hampir 2,7 juta. Program pemberian

sertifikasi bagi guru yang telah ada ini akan dilakukan melalui uji sertifikasi.

Program sertifikasi guru dalam jabatan akan dilakukan secara selektif dan

bertahap. Secara selektif maksudnya adalah uji sertifikasi akan dilakukan melalui

(30)

penilaian portofolio guru. Secara bertahap maksudnya uji sertifikasi akan

dilakukan secara bergelombang pada setiap tahunnya sesuai dengan kemampuan

penyelenggara program sertifikasi/ pemerintah.

2. Mahasiswa calon guru

Program sertifikasi bagi mahasisawa calon guru maksudnya adalah

program yang dirancang untuk mempersiapkan calon-calon guru melalui

serangkaian pendidikan formal. Program ini dilaksanakan untuk memenuhi

kebutuhan guru akibat adanya kekurangan guru ataupun untuk mengganti guru

yang telah memasuki usia pensiun. Program ini rencananya akan dilaksanakan

melalui pendidikan sarjana sebagai pemenuhan kualifikasi akademik dan

pendidikan sertifikasi yang kemudian diikuti dengan uji sertifikasi (Sarimaya,

2008: 9- 10).

Sertifikasi guru dalam jabatan merupakan proses pemberian sertifikasi

pendidik dalam jabatan, dan dapat diikuti oleh guru yang mempunyai jenjang

akademik sarjana (S1) atau diploma (D- IV). Sertifikasi guru dalam jabatan

dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik yaitu

dengan penilaian portofolio. Penilaian portofolio meliputi penilaian dokumen

yang mendiskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan kepelatihan,

pengalaman mengajar, perencanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan

pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsrtaan dalam

forum ilmiah, pengalaman organisasi dalam bidang pendidikan dan ilmiah,

penghargaan yang relevan dalam bidang pendidikan. Guru yang lulus dalam

(31)

sertifikat pendidik, sedangkan yang belum lulus ujian pendidikan dan pelatihan

profesi guru akan diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi pendidikan

dan pelatihan yang belum lulus (PP No 18 tahun 2007).

Secara hakiki program sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan

kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, peningkatan proses dan mutu hasil

pendidikan dan peningkatan profesionalisme guru. Adapun manfaat sertifikasi

guru antara lain, melindungi profesi guru dari praktik- praktik yang tidak

berkompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, melindungi masyarakat dari

praktik- praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, menjaga

lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan

internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang

berlaku (Sarimaya, 2008: 12).

PP No 19 tahun 2005 ( Fajri, 2006: 7) tentang standar nasional pendidikan

menentukan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (ps. 28 ayat 1),

sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendidikan dasar

menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional , dan kompetensi sosial.

Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam

(32)

bagi seorang guru, UU guru dan dosen memberikan penjelasan bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola peserta

didik. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang

mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi profesioanal adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara

luas dan mendalam, dan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,

sesama guru, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar ( Fajri,

2006: 8).

PP No 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi, mengatakan bahwa

seorang guru SMP dan SMA harus mempunyai kompetensi. Kompetensi guru

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs yaitu menguasai materi,

struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial baik

dalam lingkup lokal, nasional maupun global, membedakan struktur keilmuwan

Ilmu Pengetahuan Sosial dengan ilmu-ilmu lain, menguasai konsep dan pola pikir

keilmuwan dalm bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, menunjukkan mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan kompetensi guru mata pelajaran geografi

SMA/ MA yaitu menguasai hakikat struktur keilmuwan, ruang lingkup, dan objek

geografi, membedakan pendekatan- pendekatan geografi, menguasai materi

geografi secara luas dan mendalam, menunjukkan manfaat mata pelajaran

(33)

Profil guru dengan kompetensi tersebut harus dibangun melalui proses

yang khusus dan relatif panjang. Pendidikan khusus ini harus diselenggarakan

untuk mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan seperti.

1. Bagaimana menyiapkan kompetensi guru.

2. Bagaimana menyiapkan profesi guru.

3. Bagaimana membuat guru terampil melaksanakan tugas.

4. Bagaimana sikap dan nilai keteladanan pribadi pada guru sehingga kelak

dimanapun dan kapanpun guru itu tampil menjadi sosok teladan (Usman,

1992: 36).

Proses belajar yang dilakukan antara guru yang sudah sertifikasi dan

belum sertifikasi sebenarnya tidak jauh berbeda, tidak ada perbedaan yang

mencolok. Perbedaannya sedikit atau kecil karena guru dalam mengajar mengikuti

kurukulum yang berlaku, dan peningkatan proses belajar mengajar tidak harus

karena mendapat sertifikasi, tetapi dilakukan karena tuntutan jaman.

C.

Tinjauan tentang Proses Belajar Mengajar Geografi

1. Pengertian Belajar dan Mengajar

Belajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang

menerima pelajaran (sasaran didik), sedangan mengajar menunjuk pada apa yang

harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar (Sudjana, 2005: 28).

Belajar merupakan proses yang berlangsung terus menerus sepanjang

(34)

berlangsung dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan belajar dari

lingkungan, maka bayi yang baru lahir dapat dipastikan akan binasa. Jadi belajar

bersifat absolut bagi manusia (Sudjana, 2005: 27).

Bloom seperti yang dikutip Zaenal Aqib dan kawan-kawan (2007: 58)

bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi

individu dengan lingkungan. Perubahan ini merupakan hasil belajar yang

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan pada proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah

lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar

adalah proses yang aktif. Belajar adalah proses mereaksi pada semua situasi yang

ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan pada kepada tujuan,

proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu (Sudjana, 2005: 28). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proes untuk mendapatkan perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungan secara

terbimbing.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu

proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar

siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses

(35)

atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Pada tahap

berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada

siswa dalam melakukan proses belajar (Sudjana, 2005: 29).

Mengajar merupakan seluruh kegiatan dan tindakan yang diupayakan oleh

guru untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Dalam

konsep itu tersirat bahwa peran seorang guru adalah pemimpin belajar (learning

manager) dan fasilitator belajar. Mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran,

melainkan suatu proses membelajarkan siswa. Keterpaduan proses belajar siswa

dengan proses mengajar guru akan terjadi interaksi belajar mengajar atau

terjadinya proses pengajaran (Sudjana, 2005: 30).

Guru dalam meningkatkan kualitas mengajar hendaknya guru mampu

merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu melaksanakannya dalam

bentuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Bila guru berhasil

melaksanakannya dengan baik, akan tampak perubahan -perbahan yang berarti

pada siswa-siswanya, antaralain timbul sikap positif dalam belajarnya dan prestasi

belajarnya meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan meningkatkan

kepuasan, rasa percaya diri, dan semangat mengajar yang tinggi. Hal ini

merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dibina dan dikembangkan

sehingga ia menjadi guru yang benar-benar profesional (Hadi, 2005: 14).

2. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar

(36)

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu (Sudjana, 2005: 11).

Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi

belajar mengajar (Nasution dalam Suryosubroto 2002: 18). Gagne dan Brig

mengemukakan bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan,

melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar

yang baik (Suryosubroto, 2002: 18).

Uzer Usman (dalam Suryosubroto, 2002: 19), proses belajar adalah proses

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam buku Pedoman Guru Agama Islam terbitan Depag RI (dalam

Suryosubroto,2002: 19) proses belajar mengajar adalah, belajar mengajar sebagai

proses dapat mengandung dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau fase dalam

mempelajari sesuatu, dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan

oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai mengevaluasi dan program tindak lanjut.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses

belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam

(37)

yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor sebagai upaya mempelajari

sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut

agar tercapai tujuan pengajaran.

3. Proses Belajar Mengajar Geografi

Mengajar menurut Winarno Surakhmad (dalam Sumaatmadja, 1996: 70)

sebagai berikut: ” mengajar adalah peristiwa bertujuan artinya mengajar adalah

peristiwa yang terikat dengan tujuan terarah pada tujuan dan dilaksanakan semata

–mata untuk mencapai tujuan itu”. Konsep mengajar sesuai dengan konsep

pendidikan modern yang berwawasan tujuan. Jika mengajar khususnya mengajar

geografi merupakan peristiwa yang diarahkan pada pencapaian tujuan geografi,

mau tidak mau guru geografi dituntut kemampuan dasar sebagai guru geografi

merealisasikan tujuannya.

Studi geografi berkenaan dengan pengorganisasian ruang hasil interaksi

antara faktor manusia dengan faktor geografi lainnya. Untuk dapat menyerap

dengan baik gejala dan masalah geografi itu, kita harus mampu mendalami

hakikat faktor manusia dengan lingkungan alamnya. Mempelajari dan

mengajarkan geografi menggunakan pendekatan interdisipliner atau

setidak-tidaknya multidisipliner harus menjadi kemampuan dasar guru geografi. Tanpa

memiliki kemampuan dasar ini , guru yang mengajarkan geografi tidak akan dapat

melakukan proses belajar mengajar secara wajar merealisasikan tujuan

instruksionalnya. Inilah salah satu karakter yang wajib diperhatikan oleh guru

(38)

Berkenaan dengan belajar mengajar ini, guru geografi bukan hanya

dituntut untuk mampu mengajar dan belajar, melainkan juga dituntut untuk dapat

mengembangkan kemampuan anak didik belajar (learning to learn). Kita

berasumsi bahwa mereka yang memiliki cara dan kemampuan belajarlah yang

dapat mencapai prestasi yang berkelanjutan dari hasil belajarnya (Sumaatmadja,

2001: 71).

Pengajaran geografi secara bermakna harus disajikan sebagai rangsangan

terhadap reaksi intelektual- emosional- fisikal anak didik yang mempelajari

geografi tersebut. Dalam hal ini melalui penerapan berbagai metode, teknik,

strategi dan penggunaanya berbagai media secara bermakna materi geografi maka

akan membangkitkan semangat belajar siswa (Sumaatmadja, 2001: 110).

Motto ”mengajar adalah belajar”, menyadarkan kita bahwa keberhasilan

proses belajar mengajar guru geografi kuncinya adalah pada guru yang memiliki

gairah belajar. Adanya asumsi bahwa tidak ada metode dan media pengajaran

yang paling baik, maka pada proses belajar geografi guru harus menerapkan

multimetode dan multimedia. Metode ceramah yang merupakan metode dasar

pada proses belajar mengajar harus diperkaya oleh metode lain yang serasi dengan

pokok bahasan metode mengajar adalah cara menyajikan pokok bahasan kepada

anak didik, apakah menggunakan cermah murni, ceramah yang dipadukan dengan

tanya jawab, diskusi, karyawisata atau cara lainnya (Sumaatmadja, 2001: 95).

Pelaksanaan proses belajar geografi agar mencapai keberhasilan, guru

geografi melakukan interaksi dengan anak didik. Pada kesempatan ini guru dan

(39)

Nursid Sumaatmadja, 2001:72) interaksi edukatif adalah interaksi sosial yang

memiliki ciri-ciri, adanya tujuan yang akan dicapai untuk menjawab pertanyaan

(untuk apa), ada pelajar yang aktif mengalami (ditujukan kepada siapa), ada bahan

yang menjadi proses ( dengan materi yang mana), ada guru yang melaksanakan

(diselenggarakan oleh siapa), ada metode tertentu untuk mencapai tujuan

(bagaimana caranya), dan bahwa proses interaksi ini berlangsung dalam ikatan

situasional (dalam keadaan bagaimana).

Ciri di atas mengungkapkan rangkaian komponen- komponen tujuan-

materi- sasaran- pelaksana- metode- situasi tertentu yang menunjang proses

berjalan secara wajar. Dalam proses komponen- komponen tadi membentuk

sistem pengajaran membina kemampuan mental anak didik yang menjadi

sasarannya. Dengan demikian, guru geografi dituntut kemampuannya

mengorganisaikan komponen tadi dalam proses belajar mengajar mencapai tujuan

instruksionalnya yang telah dirumuskan sesuai dengan pokok bahasan yang

diporoses, dalam proses belajar mengajar, guru geografi harus pandai

mengunakan metode, media, dan teknik strategi mengajar dengan baik, agar anak

didik lebih mudah menyerap materi yang disampaikan (Sumaatmadja, 2001: 73).

Program sertifikasi bertujuan untuk menyiapkan tenaga guru yang

berkualitas. Melalui program sertifikasi kemampuan guru akan meningkat. Hasil

yang diharapkan melalui program sertifikasi adalah sebagai berikut.

a. Tersedianya tenaga guru terdidik/ terlatih.

(40)

c. Proses belajar mengajar semakin baik, sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa (Bafadal, 2003: 54).

Guru yang sudah mengikuti sertifikasi harus bisa menjadi guru yang

profesional dan harus memenuhi persyaratan akademik maupun kompetensi, yaitu

dalam proses belajar mengajarnya dan kompetensi yang dimilikinya. Tetapi

kenyataanya tidak semua guru yang sudah melakukan sertifikasi melaksanakan

proses belajar mengajarnya sesuai dengan prosedur yang berlaku ( Astuti 2006:

6).

Menurut UU RI No 14 tahun 2005 (dalam Soetjipto, 1999: 40) sebagai

tenaga profesional seorang guru harus memenuhi sejumlah persyaratan, yaitu

sebagai berikut.

a. Memiliki kulifikasi akademik.

b. Memiliki kompetensi.

c. Memiliki sertifikasi pendidik.

d. Sehat jasmani dan rohani.

e. Memiliki kemampuan akademik untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Berdasarkan penelitian Arif (2006: 60) tentang pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar kelas X Madrasah Aliyah Al- Asror Semarang dijelaskan bahwa

di dalam mengajar guru harus mempunyai perencanaan pembelajaran baik itu

dalam persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi sehingga proses belajar mengajar

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006: 130).

Populasi dalam penelitian ini berada di SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa.

SMP di Kecamatan Ambarawa terdiri 8 SMP baik negeri maupun swasta,

sedangkan SMA di Kecamatan Ambarawa terdiri dari 3 SMA baik negeri maupun

swasta yang tersebar merata di Kecamatan Ambarawa.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP dan SMA yang

mengajar geografi di Kecamatan Ambarawa yang berjumlah 30 baik yang sudah

tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi. Terdiri 23 guru SMP dan 7 guru

SMA.

B.

Sampel dan teknik sampling

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus representatif dalam arti

mewakili populasi. Untuk mengambil sampel secara representatif dilaksanakan

dengan teknik tertentu. Apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua,

namun jika subyeknya besar diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%

(Arikunto, 2006: 134).

Berdasarkan pendapat diatas sampel yang diambil adalah keseluruhan

(42)

12 yang belum sertifikasi dan 5 guru SMA yang sudah sertifikasi dan 2 yang

belum sertifikasi dengan menggunakan sampel populasi. Hal ini dilakukan

sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 134) apabila subyek

penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sebagai sampel.

Tabel 1. Jumlah sampel guru SMP di Kecamatan Ambarawa

Sekolah Guru geografi Yang sudah sertifikasi Yang belum sertifikasi SMP N 1

SMP N 2 SMP N 3 SMP N 4 SMP N 5

SMP Mater Alma SMP Pangudi Luhur SMP Islam Sudirman SMA N 1 Ambarawa

SMA Bhakti Awam SMA Islam Sudirman JUMLAH 3 6 2 3 3 1 2 3 3 2 2 30 1 2 - 3 1 - 2 2 3 2 - 16 2 4 2 - 2 1 - 1 - - 2 14

Sumber: Hasil penelitian, 2009

C.

Variabel penelitian

Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah.

1. Profil guru SMP dan SMA meliputi.

(43)

Usia guru mulai mengajar atau pada saat pertama kali mengajar dan

usia sekarang diukur dengan tahun.

b. Pendidikan terakhir

Jenjang pendidikan atau ijazah terakhir yang dimiliki oleh guru

sekarang dan pada saat pertama mengajar.

c.Lama mengajar

Lama guru geografi mengajar mata pelajaran geografi dari pertama

mengajar sampai sekarang baik yang sudah menjadi PNS maupun

belum.

d. Sudah sertifikasi atau belum

Sudah memiliki sertifikat pendidik atau belum, kapan dan dimana

memperoleh sertifikasi, dan tahun menerima sertifikasi.

e.Asal lulusan

Asal perguruan tinggi tempat pendidikan terakhir guru geografi, dari

salah satu perguruan tinggi dan tahun lulusnya.

f.Lokasi

Tempat guru selama mengajar mulai pertama mengajar sampai

sekarang.

2. Proses belajar mengajar geografi SMP dan SMA adalah sebagai berikut.

a. Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, meliputi sebagai

berikut.

(44)

Merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru

sebelum mengelola proses pembelajaran. (Aqib, 2007: 130).

Guru memiliki dan membuat silabus sebelum memulai pembelajaran

atau tidak.

2) Rencana pembelajaran

Persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau

kompetensi tertentu (Depdiknas 2008).

Dalam mengajar guru selalu membuat RPP sebelum mengajar atau

tidak.

b. Proses pembelajaran, meliputi.

1) Metode pengajaran

Metode merupakan cara yang digunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Misalnya, ceramah, Tanya jawab, diskusi. (Sumaatmadja, 2001: 73).

Guru dalam mengajar menggunakan metode mengajar yang monoton

atau multimetode.

2) Media pembelajaran

Media merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Misalnya, peta, atlas, globe (Sumaatmadja, 2001: 79).

Guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran yang tepat

(45)

3) Sumber pembelajaran

Sumber merupakan asal bahan yang digunakan dalam pembelajaran.

Misalnya, buku, perpustakaan (Sudjana, 2005: 10).

Sumber yang dijadikan sebagai bahan mengajar.

4) Model pembelajaran

Model merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan

sebagai pedomam dalam merencanakan pembelajaran, seperti CTL,

KTSP.

Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran yang

berlaku atau yang lainnya.

c. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan akhir atau penilaian yang dilakukan oleh

guru sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran,

dapat dilakukan dengan tes maupun non tes (Sudjana, 2005: 111).

Setiap akhir mata pelajaran guru selalu mengadakan evaluasi atau

tidak.

3. Guru yang sudah melakukan sertifikasi yaitu sebagai berikut.

a. Menjadi guru yang profesional, yaitu guru yang berkompeten

dibidangnya, dalam mnegajar menggunakan 4 prinsip mengajar guru,

dan selalu memutakhirkan ilmunya.

b. Peningkatan proses belajar mengajarnya mulai dari persiapan sampai

(46)

c. Peningkatan kesejahteraan, yaitu pada penggunaan gaji,

memperbanyak pengayaan materi.

d. Peningkatan persiapan sebelum melakukan pekerjaan profesional

misalnya, mempelajari materi yang akan diajarkan.

D.

Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain.

1. Metode observasi

Metode observasi dilaksanakan dengan observasi langsung ke

sekolah terhadap guru yang bersangkutan. Metode ini digunakan untuk

memperoleh data guru yang sudah melakukan sertifikasi.

2. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data

dokumen dari sekolah yang bersangkutan, berupa perangkat pembelajaran

guru yang berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran,

memperoleh data identitas atau curiculum vitae (CV) guru geografi SMP

dan SMA se Kecamatan Ambarawa tahun 2009.

3. Metode angket / kuesioner

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persiapan

pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi. Metode ini ditujukan

kepada semua guru yang mengajar geografi SMP dan SMA di Kecamatan

(47)

4. Metode wawancara

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data yang

digunakan untuk melengkapi informasi, baik dari observasi, dokumentasi

maupun angket.

E.

Rencana Penelitian

Rencana yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mencari data awal guru yang sudah sertifikasi.

2. Menentukan sampel penelitian dengan teknik total sampling, karena

populasi kurang dari 100 orang.

3. Menyusun kisi-kisi angket uji coba.

4. Menyusun instrumen angket uji coba berdasarkan kisi-kisi yang ada.

5. Mengujicobakan angket di luar responden.

6. Menganalisis data hasil angket uji coba untuk mengetahui validitas, dan

reliabilitas.

7. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan data 6.

8. Membagi angket pada responden.

9. Menganalisis data hasil angket.

F.

Validitas dan Reliabilitas

Sebelum angket digunakan dalam penelitian maka angket diujicobakan

terlebih dahulu diluar sampel untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

(48)

1. Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen

dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pada penelitian ini

validitas data diperoleh dari jawaban pertanyaan angket yang diajukan

pada guru geografi. Analisis validitas angket menggunakan rumus korelasi

product moment, pengujian validitas dilakukan dengan cara menentukan

validitas item. Untuk mencari validitas masing-masing butir soal angket

digunakan rumus korelasi product moment yang diungkapkan Pearson

sebagai berikut.

rxy =

(

)

{

2 ( )2

}(

{

2 ( )2

)

}

) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N Σ − Σ ⋅ Σ − Σ ⋅ Σ Σ − Σ Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara skor tiap item dengan skor total

N : Jumlah responden

ΣX : Jumlah nilai variabel X

ΣY : Jumlah nilai variabel Y

ΣXY : Jumlah nilai item dengan nilai total

ΣX2 : Jumlah kuadrat X

(49)

Sebelum angket dibagi kepada responden, sebelumnya angket

tersebut diujicobakan pada responden diluar sampel. Dengan

menggunakan rumus tersebut dapat diperoleh:

rxy = 0, 609441

pada α = 5 % dengan N = 15 diperoleh r tabel = 0, 514

karena rxy > r tabel , maka angket No. 1 tersebut valid. Dari hasil uji coba

instrumen dapat diketahui soal yang valid untuk guru yang sudah

sertifikasi yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,

18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40,

sedangkan soal yang tidak valid ada 4 yaitu nomor 5, 20, 29, 37. hasil uji

coba instrumen untuk guru yang belum sertifikasi yaitu nomor 1, 3, 4, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30.

sedangkan soal yang tidak valid ada 6 yaitu nomor 2, 5, 12, 15, 25, 28.

Hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran 3 hal 100.

kemudian soal yang tidak valid diperbaiki dan terdapat pada lampiran 5

hal 110.

G. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu alat ukur dalam

mengukur apa yang diukur. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan

akan memberikan hasil ukur yang sama (Arikunto, 2006: 178).

Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus

(50)

r 11=

( )

⎥⎥ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

2

2 1 1 t b k k σ σ

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σ2

b : jumlah varian butir

σ2

t : Varians total

1 : Bilangan konstan (Arikunto, 2006 : 195)

r11 = 0,966

Pada α = 5% dengan N = 16 diperoleh r tabel = 0,514

Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut

reliabel. Hasil uji coba instrument dapat dilihat pada lampiran 3 halaman

100.

H.

Metode analisis data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah

berikutnya adalah mengadakan analisis terhadap semua data yang telah

dikumpulkan. Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah

terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan

data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.

Dalam analisis ini semua skor dari masing-masing sub variabel maupun

(51)

dengan skor idealnya sehingga akan diperoleh persentase skor. Dari

deskriptif inilah selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang digunakan

dan diketahui tingkatannya.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah.

1) Mengecek kelengkapan data

2) Menyusun tabulasi data kemudian memasukkan jawaban sesuai

skornya ke dalam tabel. Besarnya skor yang diberikan untuk

masing-masing alternatif jawaban.

Tabel 2. Tingkat Skor

Sumber: Arikunto, 2006: 245

3) Menghitung jumlah jawaban untuk masing-masing butir pertanyaan

sesuai kategori masing-masing kemudian menjumlahkan skor per

subvariabel dan seluruhnya

Setelah skor tersebut dijumlahkan per sub variabel, indikator

maupun sub indikator untuk setiap pertanyaan maupun secara keseluruhan,

kemudian dicari persentase masing-masing dengan memasukkan jumlah

skor tersebut ke dalam rumus persentase sebagai berikut.

DP =

N n

x 100 %

No Pilihan Skor 1.

2. 3. 4.

a b c d

(52)

Keterangan

DP = Deskriptif Persentase

n = skor yang diperoleh/ skor empirik

N = jumlah total nilai responden/ skor ideal

(Arikunto, 2006:236)

Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel

kriteria persentase untuk ditarik kesimpulan. 

Langkah pembuatan kriteria persentase sebagai berikut.

1) Angka persentase maksimal

skor maksimal X 100 % skor maksimal

= 4 4

x 100 %

= 100 %

2) Angka persentase minimal

= skor minimal X 100 % skor maksimal

= 4 1

x 100 %

= 25 %

3) Rentang persentase

= persentase maksimum- persentase minimum

= 100 % - 25 %

(53)

4) Menentukan banyaknya kriteria

Kriteria dibagi menjadi 4 yaitu: sangat baik, baik, cukup, sedang.

5) Menghitung rentang kriteria

rentang banyak kriteria

= 4

% 75

= 18,75 %

6) Membuat tabel kriteria persentase

Tabel 3. Kriteria Persentase

Kelas interval kriteria

81,26 % - 100% 62,51 % - 81,25 % 43,76 % - 62,50 % 25,00 % - 43,75 %

Sangat baik Baik Cukup Sedang

(54)

40 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di SMP dan SMA baik negeri dan

swasta di Kecamatan Ambarawa yang luas wilayahnya 2.840 Ha dan

memiliki jumlah penduduk 56.348 jiwa. Kecamatan Ambarawa

merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Semarang yang terdiri dari

10 desa yaitu, Desa Baran, Kupang, Kranggan, Ngampin, Panjang,

Tambakboyo, Lodoyong, Pojoksari, Pasekan, Bejalen. Wilayah

Kecamatan Ambarawa dibatasi oleh beberapa wilayah- wilayah

kecamatan sebagai berikut.

Sebelah utara : Kecamatan Bandungan

Sebelah selatan : Kecamatan Banyubiru

Sebelah Barat : Kecamatan Jambu

Sebelah timur : Kecamatan Bawen

(BPS, 2009: 3)

Persebaran SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan

Ambarawa, Kecamatan Ambarawa memiliki 11 sekolahan SMP dan SMA

baik Negeri maupun Swasta. Penelitian skripsi ini mengambil lokasi SMP

dan SMA se Kecamatan Ambarawa sebanyak 11 sekolah yaitu: SMP N 1

(55)

Ambarawa, SMP N 5 Ambarawa, SMP Mater Alma, SMP Pangudi Luhur,

SMP Islam Sudirman, SMA N 1 Ambarawa, SMA Islam Sudirman, SMA

Bhakti Awam. Mengenai lokasi dan persebaran sekolahnya dapat dilihat

pada peta lokasi penelitian dan tabel persebaran sekolah.

Tabel 4. Sekolah SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009

No. Nama Sekolah Alamat Sekolah

1. SMP N 1 Ambarawa Jl. Bandungan 42 Baran Ambarawa

2. SMP N 2 Ambarawa Jl. Kartini 1A Ambarawa

3. SMP N 3 Ambarawa Ngampin Jl. Magelang KM 3 Kec.

Ambarawa

4. SMP N 4 Ambarawa Jl. Rejosari, Pojoksari

5. SMP N 5 Ambarawa Jl. Yos Sudarso, Kupang Ambarawa

6. SMP Mater Alma Jl. Mgr. Sugiyapranoto 58 Ambarawa

7. SMP Pangudi Luhur Jl. Mgr. Sugiyapranoto 191 Ambarawa

8. SMPIslam Sudirman Jl. Gatot Subroto Kupang Lor Ambarawa

9. SMA N 1 Ambarawa Jl. Yos Sudarso 46 Ambarawa

10. SMA Islam Sudirman

Jl. Jend. Sudirman Ambarawa

11. SMA Bhakti Awam Jl. Mgr. Sugiyapranoto No. 226

Ambarawa

(56)

2. Gambaran Umum Guru yang Sudah Sertifikasi di Kabupaten

(57)

Kecamatan Ambarawa merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Semarang. Guru yang sudah sertifikasi di Kabupaten Semarang

tersebar di 18 kecamatan meliputi kecamatan Ungaran, Bergas, Pringapus,

Bawen, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bringin, Bancak, Tuntang,

Getasan, Pabelan, Susukan, Suruh, Kaliwungu, Tengaran, Jambu,

Banyubiru.. Secara keseluruhan terdapat 794 guru yang sudah sertifikasi,

baik dari jenjang guru TK, SD, SMP dan SMA. Pada jenjang pendidikan

SMP dan SMA terdapat 334 guru yang sudah sertifikasi dari program studi

apapun. Secara keseluruhan Guru yang sudah sertifikasi banyak terdapat di

kecamatan Ungaran sebesar 15,27%. Sedangkan guru yang sudah sertifikasi

paling sedikit terdapat di kecamatan Bandungan. Pada jenjang pendidikan

SMP guru yang sudah sertifikasi banyak terdapat di kecamatan Ungaran,

dan guru yang sudah sertifikasi yang jumlahnya sedikit terdapat di

kecamatan Bandungan. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMA guru yang

sudah sertifikasi banyak terdapat di kecamatan Ungaran dan guru yang

sudah sertifikasi jumlahnya sedikit terdapat di kecamatan Sumowono,

Bandungan, Bancak, Getasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

(58)

Tabel 5. Guru Yang Sudah Sertifikasi di Kabupaten Semarang

No. Kecamatan

Guru Yang Sudah Sertifikasi

SMP SMA Jumlah

F % F % F %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Ungaran Bergas Pringapus Bawen Sumowono Ambarawa Bandungan Tuntang Bringin Bancak Getasan Pabelan Susukan Suruh Kaliwungu Tengaran Banyubiru Jambu 30 7 12 21 5 18 2 10 7 4 3 11 7 14 8 22 10 7 8,98 2,10 3,59 6,29 1,50 5,39 0,59 2,95 2,10 1,19 0,89 3,29 2,10 4,19 2,40 6,59 2,99 2,09 21 11 - 9 1 19 1 8 2 1 1 3 7 12 4 15 12 2 6,29 3,29 - 2,69 0,30 5,69 0,30 2,39 0,59 0,30 0,30 0,89 2,10 3,59 1,19 4,49 3,59 0,59 51 18 12 30 6 37 3 18 9 5 4 14 14 26 12 37 22 9 15,27 5,39 3,59 8,98 1,80 11,08 0,89 5,39 2,69 1,50 1,19 4,19 4,19 7,78 3,59 11,08 6,59 2,69

Jumlah 205 59,22 129 40,50 334 100

Sumber: Dinas Pendidikan, 2009

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat 205 guru SMP yang

(59)

sertifikasi di kabupaten Semarang. Sehingga dapat diketahui bahwa guru

yang sudah sertifikasi di Kecamatan Ambarawa merupakan bagian kecil dari

Kabupaten Semarang yaitu sebesar 4,79%.

3. Profil Guru- Guru SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun

2009

Penyebaran angket yang dilakukan dalam penelitian ini

mendapatkan informasi mengenai latar belakang pendidikan terakhir guru

geografi dan pengalaman mengajar yang telah dijalani guru geografi. Dari

data angket diperoleh informasi mengenai usia guru geografi, status

kepegawaian, latar belakang, pendidikan terakhir, pengalaman mengajar.

Berdasarkan hasil observasi juga dapat diketahui jumlah sekolah SMP dan

SMA di Kecamatan Ambarawa dan sebaran lokasinya, jumlah guru

geografi.

Sebaran lokasi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa cukup

merata, hampir disetiap kelurahan terdapat sekolah, baik itu sekolah SMP

atau SMA saja. Lokasi sekolah juga strategis sehinga mudah dijangkau

oleh semua orang.

Wilayah Kecamatan Ambarawa terdapat 11 sekolahan baik SMP

dan SMA baik swasta maupun negeri. Terdapat 30 guru geografi yang

terdiri dari 23 guru SMP dan 7 guru SMA, sedangkan yang sudah

sertifikasi 16 dan yang belum sertifikasi 14 guru geografi. Untuk lebih

(60)

Tabel 6. Jumlah Sekolah SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009

No Status Sekolah

Jenjang Sekolah

SMP SMA

Jumlah F Capai

an

(%)

F Capai

an

(%)

1. Negeri 5 45,45 1 9,09 54,54

2. Swasta 3 27,27 2 18,18 45,45

Jumlah 8 72,72 3 27,27 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2009

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari jumlah sekolah, di

Kecamatan Ambarawa terdapat 5 SMP negeri dan 3 SMP swasta,

sedangkan untuk sekolah SMA terdapat 1 SMA negeri dan 2 SMA swasta.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tempat pendidikan di Kecamatan

Ambarawa sudah banyak untuk lingkup tingkat Kecamatan.

Tabel 7. Jumlah Guru Geografi SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa Tahun 2009

No.

Status

Sekolah

Jenjang Sekolah

SMP SMA Jumlah

F

Capai

an

(%)

F

Capaia

n (%)

F

Capaia

(61)

Gambar

Gambar 1  Peta Persebaran SMP dan SMA di Kecamatan Ambarawa ..........
Tabel  1. Jumlah sampel  guru SMP di Kecamatan Ambarawa Sekolah Guru Yang sudah Yang belum
Tabel 2.  Tingkat Skor
Tabel 3.  Kriteria Persentase Kelas interval
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdahulu seperti ; Margono (2003), Muklisanto (2003), Hartono (2007), Apriyanto (2008), dan Heru (2012) melakukan penelitian perbandingan bahan bakar

Dengan demikian audit operasional dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu dan untuk membantu para pengelola- perusahaan dalam

[r]

Selain itu cerita dalam komik disusun berdasarkan langkah-langkah Problem Based Learning, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

[r]

Instructional Technology and Media for Learning (Tenth Edition).United States of America: Pearson Education Inc. Teaching

Prinsip fair and equitable treatment (FET) merupakan standar yang paling banyak digunakan oleh investor asing sebagai dasar gugatan dalam proses penyelesaian

Prawira, Z., 2014, Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Dan Tiang Bor, Tugas Terstruktur (Tidak diterbitkan) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan