• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) 3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) 3)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH CROSSWORD PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI

PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA Nurul Anisa1), Anita Istiningtyas 2), Nur Rakhmawati 3)

1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]

2) 3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Demensia adalah penurunan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan akibat menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak, sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Salah satu terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk memperlambat onset terjadinya demensia adalah dengan terapi puzzle. Crossword puzzle yaitu puzzle berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dengan cara memasukkan jawaban tersebut kedalam kotak-kotak yang tersedia baik secara vertikal maupun horizontal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh crossword puzzle terhadap tingkat demensia lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta

Metode penelitian ini menggunkan desain penelitian Quasi Experimen, dengan pendekatan Pretest- Posttest Non Equivalent Control Group. Sampel penelitian sebanyak 32 orang lansia dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrument penelitian menggunakan MMSE (Mini Mental Status Examination).

Hasil data analisis menggunakan uji Paired Sample Test didapatkan p value 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat kenaikan skor MMSE lansia pada kelompok intervensi. Hasil analisa dengan indepenent sample test didapatkan p value 0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil post test kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kesimpulan dalam penelitian ini adanya pengaruh crossword puzzle terhadap tingkat demensia lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta.

Kata kunci : Crossword Puzzle, Lansia, Demensia Daftar pustaka : 13 (2010-2019)

(2)

2 TEEFFECT OF CROSSWORDPUZZLE TO THE ELDERLY DEMENTIA LEVEL IN

DHARMA BHAKTI KASIH NURSING HOME OFSURAKARTA

Nurul Anisa1), Anita Istiningtyas 2), Nur Rakhmawati 3)

1) Student Of Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]

2) 3) Lecturers Of Nursing Study program STIKes Kusuma Husada Surakarta

[email protected]

ABSTRACT

Dementia is a gradual descrease in intellectual fungtion and memory due to a descrease in the outside function of the brain tissue that affects daily life. One of the non-pharmacological therapies that can be conducted to inhibit the onset of dementia is puzzle therapy. A crossword puzzle is a puzzle in the form of question that must be answered by entering the answers into available boxes vertically or horizontally. The present study aimed to identify the effect of crossword puzzle to the elderly dementia level in Dharma Bhakti Kasih nursing home of Surakarta.

A Quasi experiment research design, with the pretest-posttest non-equivalent control group approach, was used for this study. The sampel was 32 elderly people with purposive sampling technique. The instruments used for data collection used MMSE (mini mental status examination).

The data analysis result with paired sample test obtained p-value 0,000

(p<0,05), wich meant that there was in increase in MMSE score on the elderly in the intervention group. The analysis result with the independent sample test obtained p-value 0,001 (p<0,05), wich meant that there were significant defferences in the result of the result of the post-test intervention group and the control group.

The current study revealed that there is a crosword puzzle effect on the elderly dementia level in Dharma Bhakti Kasih nursing home of Surakarta.

Keywords : Crossword Puzzle, Elderly, Dementia References : 13 (2010-2019)

(3)

3 PENDAHULUAN

Proporsi lanjut usia di dunia diperkirakan mencapai 22% dari penduduk dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara berkembang. Rata-rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun. Jumlah penduduk 11 negara kawasan Asia Tenggara yang berusia 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050 (Kemenkes RI, 2013).

Peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup lansia tentunya akan menimbulkan masalah kesehatan antara lain, depresi, kecemasan, stress, demensia, dan insomnia. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia (Atun, 2010)

Menurut

International jumlah orang yang menderita demensia tahun 2016 diseluruh dunia terdapat 47,5 juta dan di Asia mencapai 22 juta jiwa yang mengalami demensia angka ini diperkirakan akan meningkat 4 kali lipat pada tahun 2030. Prevalensi demensia di Indonesia termasuk urutan ke 3 setelah negara Canada dan China yaitu pada lansia berumur 65 tahun sebesar 5-10% dan akan meningkat menjadi 20-50% pada umur 85 tahun atau sebesar 2,2 juta lansia di Indonesia mengalami demensia.

Penatalaksanaan demensia dengan farmakologis adalah dengan obat, obat yang biasa digunakan untuk terapi demensia antara lain Rivastigmin, Donezepin, dan Galantamin (BPOM, 2015). Terapi non farmakologis yang

bisa digunakan adalah dengan terapi aktifitas kelompok dengan reminiscne, terapi musik, terapi senam otak dan terapi puzzle.

Crossword puzzle adalah suatu permainan dengan tempelate yang berbentuk segi empat yang terdiri dari kotak-kotak yang dilengkapi 2 jalur yaitu mendatar dan menurun (Munir, 2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1 November 2018 dengan menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) didapatkan hasil sebanyak 16 lansia yang mengalami demensia dengan gejala-gejala yang muncul pada 16 orang tersebut mengalami demensia dengan 8 orang diantaranya merasa bingung, 3 orang sering lupa saat menaruh barang dan 5 orang mudah lupa dengan nama sesama lansia.

Berdasarkan Fenomena yang terjadi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta peneliti ingin mengambil judul yaitu pengaruh Crossword puzzle terhadap tingkat demensia lansia.

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta pada tanggal 18 Maret-30 Maret 2019. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan pendekatan pre and post test nonequivalent control group.

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan demensia ringan, dan sedang sebanyak 32 responden di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan

(4)

4 purposive sampling, jumlah tersebut dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 16 orang dan kelompok kontrol sebanyak 16 orang.

Sebelum diberikan terapi peneliti melakukan pretest dengan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) untuk mengukur tingkat demensia dengan menggunakan kuesioner yang sama, dengan menghitung jumlah kuesioner yang dijawab agar bisa dikategorikan tingkat demensianya, lalu membagi responden menjadi 4 kelompok kecil setiap kelompok kecil berisi 4 orang Setelah itu peneliti memberikan crossword puzzle sebanyak 3 kali dalam seminggu selama dua minggu dengan durasi ± 45 menit setiap perlakuan. Setelah diberikan intervensi peneliti melakukan post test untuk mengukur tingkat demensia responden menggunakan MMSE.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Analisa Univariat

Tabel 1

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (n=32)

Jenis kelamin

Kelompok intervensi

Kelompok kontrol jumlah

(n)

Presen (%)

jumlah (n)

Presen (%)

Laki-laki 6 37,5 8 50

Perempuan 10 62,5 8 50

Jumlah 16 100 16 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 terlihat dari karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas berjenis kelamin perempuan pada kelompok perlakuan 10 responden (62,5%) dan kelompok kontrol 8 responden (50%). Jenis kelamin perempuan

lebih beresiko untuk mengalami penurunan fungsi kognitif dibandingkan laki-laki kondisi ini dikaitkan dengan adanya peranan level hormon endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Selain itu, adanya reseptor esterogen seperti hipokampus dalam area otak memiliki peran dalam fungsi belajar dan memori, menurut teori level estradiol yang rendah didalam tubuh manusia berhubungan dengan fungsi kognitif. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif yaitu membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Agoes, 2016).

Tabel 2

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan (n=32)

Pendidik an

Kelompok intervensi

Kelompok kontrol

Frekuen si (n)

Presenta se (%)

Frekuen si (n)

Presenta se (%) Tidak

sekolah

1 6,3 2 12,5

SD 6 37,3 4 25,0

SMP 5 31,3 6 37,5

SMA 4 25,0 4 25,0

Jumlah 16 100 16 100

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan pada kelompok perlakuan SD sebanyak 6 responden (37,3%) dan kelompok kontrol SMP sebanyak 6 responden (37,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Hidayaty (2012) menyatakan lansia yang berpendidikan rendah memiliki kemungkinan 4,3 kali lebih besar untuk mengalami demensia dibandingkan lansia yang berpendidikan tinggi. Semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin tinggi resiko terjadinya demensia. Orang yang

(5)

5 berpendidikan lebih lanjut memiliki berat otak

yang lebih lanjut dan mampu menghadapi perbaikan kognitif serta neurodegeneratif dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah (Larasati, 2013).

Tabel 3

Hasil MMSE sebelum diberikan crossword puzzle pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol (n=32)

Kelompok Mean Max Min SD

Intervensi 16,25 20 10 2,910

Kontrol 14,50 18 11 1,862

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan nilai mean hasil MMSE sebelum diberikan intervensi pada kelompok intervensi sebesar 16,25 dan pada kelompok kontrol rata-rata hasil MMSE sebesar 14,50 hasil tersebut termasuk kedalam demensia sedang. Faktor yang paling berpengaruh adalah perubahan sel yang dialami lansia akibat dari proses degeneratif, dimana adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terjadi penurunan protein beta amyloid pada ekstraseluler sel neuron dan abnormalitas protein tau pada intraneuron sehingga impuls saraf ke otak mengalami gangguan. Pada lansia, otak juga mengalami atrofi, dimana berat otak menurun 5-10%, jumlah neuron dan neurotransmitter juga mengalami penurunan sehingga mengakibatkan penurunan sinapsis antar sel dan otak tidak mampu menyampaikan informasi Selain dari faktor proses degeneratif, kurangnya stimulus pada otak juga menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada lansia (Martini, 2016).

Tabel 4

Hasil MMSE setelah diberikan crossword puzzle pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol (n=32)

Kelompok

Mean Maximum Minimum Std Deviasi Intervensi 24,87 28 20 2,419

Kontrol 17,63 21 14 2,473

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan nilai mean hasil MMSE setelah diberikan intervensi pada kelompok intervensi sebesar 24,87 dan pada kelompok kontrol rata-rata hasil MMSE sebesar 17,63. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2016) dari total 48 responden 36 mengalami demensia sedang dan 12 responden mengalami demensia ringan.

Aktifitas fisik dapat menstimulasi pertumbuhan saraf yang kemungkinan dapat menghambat fungsi kognitif lansia. Aktifitas fisik yang banyak dilakukan lansia merupakan salah satu contoh tindakan mencegah penurunan fungsi kognitif (Sauliyusta, 2016).

2. Analisa Bivariat

Tabel 5

Uji paired sample test pada kelompok intervensi (n=16)

Variabel Mean t P value

Pre test 16,25

-17,286

0,000

Post test 24,88 0,000

Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil rata-rata pre test 16,25 dan untuk rata-rata hasil post test 24,88 sehingga dapat dilihat adanya peningkatan nilai MMSE sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p value 0,000 (p< 0,05) sehingga ada perbedaan tingkat

(6)

6 demensia sebelum dan sesudah diberikan

crossword puzzle pada kelompok intervensi.

Penurunan tingkat demensia ini disebabkan oleh antusias dan tingkat kemauan belajar lansia belajar hal baru untuk kesehatan otak yaitu dengan latihan kognitif (crossword puzzle). Latihan kognitif tersebut akan merangsang otak dengan cara menyediakan stimulasi yang memadai untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif otak yang tersisa. Otak akan bekerja saat mengambil, mengolah dan menginterpretasikan gambar atau informasi yang telah diserap, serta otak akan bekerja dalam mempertahankan pesan atau informasi yang didapat.

Hal tersebut terjadi ketika input sensorik diproses oleh korteks-korteks asosiasi, neuron kortikal mengirimkan impuls menuju lobus temporal medial yang meliputi hipokampus dan daerah korteks temporal sekitarnya. Korteks prefrontal dan lobus temporal medial menerima input atau masukan dari acetycholine-releasingneuron yang terletak dibasal otak depan. Percikan asetikolin inilah yang diduga memungkinkan pembentukan suatu memori (Nawangsasi, 2016). Hilangnya masukan asetikolin yang dilepas oleh neuron basal otak inilah yang dapat mengganggu proses pembentukan memori baru dan pengambilan memori lama.

Memori akan diingat kembali apabila seperangkat neuron yang sama seperti yang terlibat dalam pembentukan memori tersebut terstimulasi (Lumbantobing dalam Yusti, 2019).

Tabel 6

uji paired sample test pada kelompok kontrol (n=16)

Variabel Mean t P value

Pre test 14,50

-4,186

0,000

Post test 17,63 0,001

Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil rata-rata pre test 14,50 dan untuk rata-rata hasil post test 17,63 sehingga dapat dilihat adanya peningkatan nilai MMSE sebelum dan sesudah dengan nilai p value 0,001 (p<0,05) sehingga ada perbedaan tingkat demensia sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Gayatri (2014), menyatakan bahwa pada lansia yang diberikan senam otak setiap hari selama 4 minggu didapatkan peningkatan fungsi kognitif yang bermakna, hal ini didukung pernyataan bahwa penurunan intensitas dan durasi aktifitas akan mempercepat penurunan fungsi kognitif maka diperlukan aktifitas fisik secara rutin.

Peningkatan fungsi kognitif yang terjadi pada kelompok kontrol ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa latihan fisik dapat mengaktivasi sejumlah faktor yang pada akhirnya bermuara pada neurogenensis dengan meningkatkan pengaktifan neuron- neuron yang diperantarai oleh BDNF (Brain Derived Neurotrophin Factor). Penurunan tingkat demensia pada kelompok kontrol ini disebabkan karena lansia dalam kehidupan sehari-harinya tidak hanya mendapatkan senam otak tetapi lansia pada kelompok kontrol ini juga mendapatkan kegiatan lain

(7)

7 seperti berkebun, membaca buku, senam,

kegiatan rohani, menyanyi dan bermain musik.

Tabel 7

Uji independent sample test

Variabel Mean T P value

Post-test intervensi

24,88

8,383 0,000 Post-test kontrol 17,63

Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil mean post test kelompok intervensi 24,88 dan mean post test kelompok kontrol 17,63 sehingga dapat dilihat adanya selisih mean sebesar 7,25 (t = 8,383) dengan nilai p value = 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil post test antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Perbedaan skor rata-rata tingkat demensia yang terjadi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol disebabkan karena manfaat bermain puzzle lebih banyak pada merangsang aktivitas otak, memperkuat daya ingat dan meningkatkan ketrampilan kognitif.

Berbeda dengan senam otak, lansia hanya melakukan gerakan senam otak dan tidak mencoba mengingat dan menggali kembali ingatan masa lalunya. Disamping itu dalam melakukan senam otak lansia memiliki keterbatasan fisik seperti mudah lelah, tidak kuat berdiri terlalu lama, crosword puzzle tidak banyak menguras tenaga dan pikiran karena dikemas dalam bentuk permainan sangat menyenangkan membuat otak rileks tetapi ada aktifitas kognitif yang sedang dijalankan serta dapat menumbuhkan rasa antusias dan meningkatkan memori serta

kelancaran fungsi otak, dan bermain crossword puzzle dapat dilakukan ketika waktu luang tanpa harus ada instrukturnya.

Penurunan tingkat demensia pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dikarenakan lansia berusaha membuat kata-kata dengan tepat dari huruf acak yang dimiliki, kata yang dibuat harus mempunyai arti dan kata tersebut harus terhubung dengan huruf yang telah ada.

Disamping itu pada setiap kegiatan bermain crossword puzzle diawali dengan pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan orientasi baik orang, waktu maupun tempat hal ini dapat menstimulasi memori lansia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nawangsasi (2016) dapat disimpulkan bahwa puzzle dapat menurunkan tingkat demensia pada lansia, meskipun penurunan demensia terjadi pada kedua klompok responden, namun tampak rerata penurunan demensia lebih besar dibanding dengan kelompok kontrol.

Peningkatan fungsi kognitif ini didapatkan karena kedua belah hemisfer dapat berfungsi optimal secara bersamaan sehingga akan mencapai kemampuan berfikir dan kreatifitas yang tinggi. Satu diantaranya adalah dengan cara melatih kemampuan otak dengan cara bermain puzzle. Puzzle memberi maanfaat meningkatkan kognitif dengan cara menyediakan stimulasi yang memadai untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif otak.

KESIMPULAN

1. Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta yang mengalami demensia mayoritas berjenis kelamin perempuan

(8)

8 yaitu sebanyak 10 responden (62,5%) pada

kelompok intervensi dan 8 responsen (50%) pada kelompok kontrol.tingkat pendidikan paling banyak adalah SD yaitu sebesar 6 responden (37,5%) pada kelompok intervensi dan 6 responden (37,5%) pada kelompok kontrol.

2. Menurut hasil penelitian lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih didapatkan nilai mean sebelum dilakukan intervensi adalah 16,25 pada kelompok intervensi dam 14,50 pada kelompok kontrol.

3. Menurut hasil penelitian Lansia di panti Wredha Dharma Bhakti Kasih surakarta didapatkan nilai mean sebelum dilakukan intervensi adalah 24,87 pada kelompok intervensi dam 17,63 pada kelompok kontrol.

4. Terdapat perbedaan tingkat demensia pada sebelum dan sesudah diberikan intervensi crossword puzzle (p value 0,000).

5. Terdapat perbedaan tingkat demensia sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol (p value 0,001).

6. Terdapat perbedaan tingkat demensia setelah diberikan crossword puzzle antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value 0,001).

SARAN

1. Bagi Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai salah satu alternatif kepada perawat untuk mengatasi demensia lansia dengan cara mengkombinasikan senam otak yang sudah

ada dengan bermain crossword puzzle minimal 3x dalam seminggu.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi terapi modalitas untuk lansia yang mengalami demensia yang dimasukkan dalam mata kuliah keperawatan gerontik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi untuk menurunkan tingkat demensia dalam penelitian selanjutnya dengan memberikan intervensi yang lebih lama, dan menambah jumlah responden.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, dkk. 2016. Pengaruh Terpai Latihan Otak (Brain Age) Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia. MNJ, Vol.02,No 02 Juli 2016.

Asosiasi Alzheimer Indonesia. 2016.

Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya.Jakarta: Asosiasi Alzheimer Indonesia.

Atun, M. 2010. Lansia Sehat dan Bugar.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

BPOM RI. 2015. Demensia. Diakses Tanggal

10 Oktober 2018.

<http://pionas.pom.go.id>.

Dewi, S.R 2016. Pengaruh Senam Otak dan Bermain Puzzle Terhadap Fungsi Kognitif Lansia di PLSU Jember.Jurnal Kesehatan Primer.Vol.1, Ed.1. Mei 2016. Hal 64-69. Diakses tanggal 06

(9)

9

oktober 2018.

<http://jurnal.poltekeskupang.ac.id>.

Gayatri, Dkk. 2017. Pengaruh Senm Otak Dan Art Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Dengan Demensia Di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Diakses Tanggal 20 April 2019.

Https://lib.ui.ac.id

Hidayaty, D.F. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Dan Aktifitas Kognitif Terhadap Kejadian Demensia Pada Lansia Di Kelurahan Sukabumi Selatan Tahun 2012. Jakarta : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Larasati, T.L. 2013. Prevalensi Demensia Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jambi:

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Munir, R. 2015. Permainan Crossword Puzzle.

Di Akses Tanggal 11 Oktober 2018.

http://www.cse.ohio.html.

Nawangsasi, D.N. 2016. Pengaruh Terapi Puzzle Terhadap Tingkat Demensia Lansia Di Wilayah Krapyakan Caturharjo Pandak Bantul. Yogyakarta:

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://thesis.umy.ac.id.

Sauliyusta, M Dan Rekawati, E. 2016.

Aktivitas Fisik Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia. Volume 19 No2. Juli 2016.

Hal 71-77 pISSN 1410-4490. eISSN 2354-9203. <https://media.neliti.com>

Yusti, Dkk. 2019. Aktivitas Bermain Domino Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsi Kognitif Berhitung Pada Lansia. E-Journal Keperawatan.

Vol 7 No1, Februari 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh lebih dari 38 o C per rektal atau 37,8 o C per axila yang disebabkan oleh proses

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta.Pelaksanaan pemberian ASI dapat

Berdasarkan hasil penelitian hubungan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian ISPA di Pabrik ESGI Sambi menunjukkan hasil nilai p value

Hasil penelitian didapatkan p value 0,000 yang artinya p value ≤0,05 sehingga ada perbedaan pengaruh teknik modelling video dan teknik bercerita terhadap kemampuan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian video dan simulasi tentang dapat berpengaruh terhadap praktik balut bidai fraktur terbuka yang dipengaruhi

Berdasarkan data-data kelengkapan dokumentasi pengkajian baik dari penelitian sebelumnya maupun hasil observasi pada studi pendahuluan belum memenuhi standar yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi pada hari pertama pukul 17.00 WIB didapatkan hasil S: pasien mengatakan masih nyeri, nyeri seperti di tusuk-tusuk, teralokasi di paha kiri saja,

Berdasarkan hasil analisa dari uji wilcoxon didapatkan angka p-value sebesar 0,000, dimana p-value 0,000 < α 0,05 dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada