NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih Sarjana Keperawatan
Oleh : Suryanti NIM ST 181058
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
PENGARUH PEMBERIAN HIPNOTERAPI TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN POST KATETERISASI JANTUNG DI RUANG ICVCU RSUD DR.
MOEWARDI
Suryanti1), Galih Setia Adi 2), Febriana Sartika Sari2)
1)Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta e-mail:[email protected]
Abstrak
Penyakit Jantung Koroner menjadi kasus terbanyak pemicu kematian di negara-negara maju, jumlah penderita penyakit ini tiap tahun semakin meningkat. PJK dapat dikenali atau didiagnosis dengan beberapa cara, mulai dari teknik non invasif seperti elektrokardiografi (EKG) sampai pemeriksaan invasif seperti koronografi / kateterisasi jantung. Tindakan kateterisasi jantung merupakan salah satu tindakan invasif yang dapat menimbulkan berbagai reaksi, baik sebelum dilakukannya tindakan maupun setelah dilakukan tindakan. Reaksi tersebut diantaranya adalah nyeri yang dirasakan setelah dilakukan tindakan. Pemberian hipnoterapi diharapkan mampu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan setelah dilakukan tindakan kateterisasi jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Adakah Pengaruh Pemberian Hipnoterapi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Kateterisasi Jantung Di Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi
Jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimental dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest design, sampel penelitian sebanyak 30 responden Post Coronary Angiography dengan teknik sampling non probability sampling dengan cara accidental sampling. Instrument penelitian berupa Numerical Rating Scale (NRS).
Analisis data hasil penelitian menggunakan uji Wilcoxon, hasil penelitian menunjukkan hasil p-value sebesar 0,001 (<0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian terapi hipnoterapu dapat menurunkan skala nyeri pasien post coronary angiography di RSUD Dr Moewardi. Disarankan agar pemberian hipnoterapi dapat dijadikan alternative menurunkan skala nyeri pada pasien post coronary angiography serta untuk peneliti selanjutnya dapat melanjutkan dan mengembangkan penelitian yang ada
Kata Kunci : skala nyeri, pasien post coronary angiography, terapi hipnoterapi
EFFECT OF HYPNOTHERAPY ADMINISTRATION ON PAIN SCALE OF POST- CORONARY ANGIOGRAPHY PATIENTS AT ICVCU ROOM OF DR. MOEWARDI
LOCAL GENERAL HOSPITAL
Suryanti1), Galih Setia Adi 2), Febriana Sartika Sari2)
1) Student of Bachelor’s Degree Program in Nursing, Kusuma Husada College of Health Sciences of Surakarta
2) Lecturers of Bachelor’s Degree Program in Nursing, Kusuma Husada College of Health Sciences of Surakarta
3) e-mail:[email protected]
Abstract
Coronary heart disease becomes the most cases of death trigger in developed countries.
The number of its bearers annually increases. The disease can be recognized or diagnosed with various ways from non-invasive technique using electrocardiography (ECG) to invasive examination such as coronography/cardiac catheterization. Cardiac catheterization is one of the invasive interventions that induces some reactions prior to and following the intervention. One of them is pain which is felt following the intervention. Hypnotherapy administration is expected to reduce the pain felt following the cardiac catheterization intervention. The objective of this research is to investigate whether or not hypnotherapy administration has an effect on pain scale of post-coronary angiography patients at ICVCU Room of RSUD Dr. Moewardi Local General Hospital.
This research used the quantitative quasi experimental research method with one group pre- test and post-test design. Non-probability sampling or accidental sampling was used to determine its samples. They consisted of 30 post-coronary angiography patients. The instrument to collect the data of the research was numerical rating scale (NRS). They were then analyzed by using the Wilcoxon’s Test.
The result of the Wilcoxon’s Test shows that the p-value was 0.001 which was less than 0.05. Thus, the hypnotherapy administration could decrease the pain scale of post coronary angiography patients at Dr Moewardi Local General Hospital. The hypnotherapy administration is suggested to be used as one of the alternatives to decrease the pain scale of post-coronary angiography patients, and further researches can proceed and develop the existing research.
Keywords: Pain scale, post-coronary angiography patients, hypnotherapy
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi kasus terbanyak pemicu kematian di negara-negara maju, jumlah penderita penyakit ini tiap tahun semakin meningkat. Data WHO menyebutkan bahwa 20 juta orang diperkirakan meninggal karena kardiovaskular pada tahun 2015, mewakili 31% dari semua kematian global. Dari data kematian tersebut, diperkirakan 8,7 juta yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner ( ASMIHA , 2016).
Penyebab utama PJK adalah aterosklerosis (Brunner & Suddarth, 2013).
PJK dapat dikenali atau didiagnosis dengan beberapa cara, mulai dari teknik non invasif seperti elektrokardiografi (EKG) sampai pemeriksaan invasif seperti coronografi atau kateterisasi jantung (Guyton & Hall, 2014).
Tindakan kateterisasi jantung merupakan salah satu tindakan invasif yang dapat menimbulkan berbagai reaksi, baik sebelum dilakukannya tindakan maupun setelah dilakukan tindakan. Reaksi tersebut diantaranya adalah nyeri yang dirasakan setelah dilakukan tindakan, peningkatan tekanan darah, frekuensi pernafasan dan frekuensi nadi (Brunner &
Suddarth, 2013).
Kolcaba (2013) menyatakan bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Kenyamanan tersebut
merupakan nyaman secara fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural, sehingga terbebas dari nyeri. Seseorang yang merasakan nyeri berarti dia tidak terpenuhi kebutuhan rasa nyamannya, disinilah peran perawat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya. Intervensi keperawatan dalam upaya peningkatan kenyamanan (Sitzman
&. Eichelberger, 2011)
Pendekatan yang digunakan dalam manajemen nyeri, yaitu pendekatan farmakologi dan non farmakologi.
Metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri tidak berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya. Salah satu metode non farmakologi yang dapat digunakan adalah hipnoterapi.
Hipnoterapi merupakan salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologi dengan membantu pasien pada keadaan rileks sehingga dapat menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter yaitu enchepalin dan endorphin. Endorphin berfungsi meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap nyeri. Hipnoterapi dapat mengalihkan perhatian klien dengan sugesti yang diberikan sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dirasakan. (Antman dan Braunwald, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pramono, 2017) tentang pengaruh
pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala nyeri pada pasien st elevasi miocard infark (STEMI), didapatkan hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala nyeri ST elevasi Miocard infark dengan hasil analisis skala nyeri setelah mendapatkan perlakuan hipnoterapi dan edukasi dan selisih penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan didapatkan perbedaan yang signifikan, Independent Samples Test sig. 0,000 (<0,05).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap skala nyeri pada pasien post kateterisasi jantung di ruang ICVCU RSUD dr. Moewardi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian one group pretest- posttest design, Populasi adalah pasien yang telah menjalani coronary angiography di RSUD Dr. Moewardi. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan cara accidental sampling, yaitu sebanyak 30 orang sampel. Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Juli – Agustus 2019.
Variabel independen adalah pemberian terapi Hipnoterapi, Variabel
dependen adalah Skala nyeri pasien post coronary angiography, instrument penelitian dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Analisa data menggunakan Uji Wilcoxon.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Kelamin
Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut
Jenis Kelamin (n=30) Sumber: Data primer
Hasil analisis pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa kelompok responden menurut jenis kelamin, mayoritas berjenis kelamin laki - laki yaitu sebanyak 24 responden (80%), Mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki, hal ini dapat dikarenakan gaya hidup pada laki-laki cenderung merokok, mengkonsumsi kopi dan alkohol yang merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung (Ghani dkk, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farissa (2011) dengan hasil proporsi penyakit jantung koroner lebih besar pada pasien laki-laki yaitu sebesar 86 kasus (81,9%) daripada perempuan, dengan perbandingan ± 4:1. Hal ini selaras dengan penelitian Wahyuni & Kurnia
Jenis Kelamin F %
Laki – laki 24 80 %
Perempuan 6 20 %
Jumlah 30 100%
(2014) bahwa responden gagal jantung yang terbanyak adalah laki-laki yaitu adalah laki-laki sebesar 25 responden (73,52 %) sedangkan perempuan 9 responden (26,47 %).
Usia
Tabel 2. Karakteristik Responden Menurut Usia (n=30)
Usia F %
36 – 45 tahun 3 10%
46 – 55 tahun 11 36,7%
56 – 65 tahun 12 40%
>65 tahun 4 13,3%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data primer
Hasil analisis pada Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa bahwa usia responden terbanyak yakni pada rentang usia 56-65 tahun dengan jumlah 12 responden (40%).
Berdasarkan klasifikasi usia menurut Depkes RI (2018), hasil analisis responden berdasarkan usia pada penelitian ini rata – rata responden termasuk kelompok pada usia lansia akhir karena rata – rata umur responden pada penelitian ini adalah 56,97 tahun, dengan rincian mayoritas responden berusia 56 - 65 tahun yaitu sebanyak 12 responden (40%) kemudian responden terendah berusia 36 – 45 tahun sebanyak 3 responden (10%).
Menurut Perki (2015) gagal jantung adalah masalah kesehatan yang terus- menerus dengan bertambahnya usia yang terjadi pada negara maju maupun
negara berkembang. Riset Kesehatan Dasar (2018) menyatakan bahwa prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter diperkirakan sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 29.550 orang dan banyak ditemukan pada kelompok umur 54-64 tahun.
Usia semakin bertambah dan resiko terjadi keparahan pada penyakit jantung juga mengalami peningkatan drastis (Harikatang, Rampengan, & Jim, 2016).
Skala Nyeri Pre-Test dan Post-Test Tabel 3. Skala Nyeri Pre-Test dan
Post-Test
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Median skala intensitas nyeri sebelum intervensi (pre-test) diperoleh nilai 5 (Nyeri sedang) dengan Standar Deviasi 0,915, sedangkan nilai Median skala intensitas nyeri sesudah intervensi (post-test) diperoleh nilai 2 (Nyeri ringan) dengan Standar Deviasi 0,572
Intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi hipnoterapi pada pasien post kateterisasi jantung mayoritas skala nyeri Min Max Mean Med SD Nyeri
Pre- Test
4 7 5,30 5 0,915
Nyeri Post- Test
2 4 2,50 2 0,572
sedang dengan nilai median 5 dan SD 0,915
Nyeri yang dirasakan oleh individu yang mengalami post-operasi, bisa dari skala yang paling ringan hingga terberat (Brunner & Suddart, 2013). Adanya rangsangan pembedahan menimbulkan kerusakan pada jaringan kemudian akan melepaskan zat histamine, serotonin, plasmakin, bradikinin, prostaglandin yang disebut mediator nyeri. Mediator ini merangsang reseptor nyeri yang terletak di ujung saraf bebas dari kulit, selaput lendir dan jaringan lain sehingga rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokontriksi yang akan meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang pada akhirnya akan menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri ke medula spinalis ke otak terus berjalan sehingga terjadi persepsi nyeri (Smeltzer & Bare, 2013).
Intensitas nyeri setelah diberikan intervensi hipnoterapi pada pasien post kateterisasi jantung mayoritas skala nyerinya menjadi skala nyeri ringan dengan nilai median 2 dan SD 0.572.
Pemberian intervensi hipnoterapi merupakan penatalaksanaan nyeri non farmakologi yang dilakukan dengan cara terapi kognitif. Menurut Wong & Andri (2009), hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi relaks, fokus atau konsentrasi. Dengan demikian, hipnoterapi efektif digunakan dalam penanganan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis untuk mengubah mekanisme
pikiran manusia dalam
menginterpretasikan pengalaman hidupnya serta menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku (Wong, 2010).
Pengaruh Hipnoterapi terhadap Skala Nyeri Pre-Test dan Post-Test
Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Sumber: Data primer
Tabel 4 menyatakan bahwa dari uji Wilcoxon dapat diketahui hasil p-value sebesar 0,001, Selanjutnya hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap skala nyeri pada pasien post kateterisasi jantung di ruang ICVCU RSUD dr. Moewardi
Hasil dari sebuah critical review tentang hipnotis menunjukkan bahwa hipnosis dapat menurunkan nyeri akut prosedural, dan hipnosis mempunyai keefektifan yang sama efektifnya dengan
Variabel p-value
Skala Nyeri pre-test dan post-test 0.001
terapi komplementer lainnya. Analgesia hypnosis tampak sangat efektif dalam prosedur bedah minor. Selanjutnya, intervensi hypnosis dimulai lebih awal dari hari prosedur dan menggunakan lebih dari satu sesi hypnosis, lebih banyak pemberian terapi hypnosis maka lebih efektif (Kendrick et al, 2016).
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarwanto (2015) yaitu tentang Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Dengan Skala Nyeri Sedang-Berat Di RS Bhayangkara. Hasil penelitian ini adalah Hipnoterapi berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post operasi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2015) yaitu tentang Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore Di SMPN 16 Pontianak, Hasil penelitian ini adalah Hipnoterapi efektif untuk menurunkan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMAN 16 Pontianak.
Sugestibilitas hipnosis telah digambarkan sebagai prediktor kuat hasil yang terkait dengan intervensi hipnosis.
Salah satu penelitian Meta-analisis yang mengevaluasi besarnya efek sugestibilitas hipnosis pada hasil hipnosis dalam pengaturan klinis. Hasilnya mengungkapkan ukuran efek keseluruhan
yang signifikan secara statistik dalam kisaran kecil hingga sedang (r = 0,24; 95%
Confidence Interval = −0,28 hingga 0,75), menunjukkan bahwa sugesti hipnosis yang lebih besar menyebabkan efek yang lebih besar dari intervensi hipnosis.
Sugestibilitas hipnosis menyumbang 6%
dari varians dalam hasil. Studi ukuran sampel yang lebih kecil, penggunaan SHCS (Stanford Hypnotic Clinical Scale ), dan pengambilan sampel anak cenderung menghasilkan ukuran efek yang lebih besar (Montgomery et al. 2011).
Teknik hipnoterapeutik ini digunakan untuk mencari akar permasalahan pada klien. Setelah mengetahuai akar permasalahan dari klien, klien diberikan pemograman positif sehingga menghasilkan perilaku baru (IBH, 2015). Menurut Gunawan (2012) hipnoterapi dapat menurunkan nyeri dengan dua mekanisme. Mekanisme pertama adalah dengan menahan impuls nyeri di medulla spinalis sehingga impuls nyeri tidak dihantarkan ke thalamus. Tahap induksi dan deepening dalam kondisi relaksasi yang bertujuan agar otak memiliki gelombang theta. Pada kondisi relaksasi ini merangsang tubuh memproduksi analgetik endogen yaitu endorphin yang dapat menahan impuls nyeri di mudula spinalis. Mekanisme kedua adalah dengan mengubah persepsi nyeri di kortex serebri.
Hipnoterapi secara fisiologis, bekerja melalui sistem gelombang otak. Pada sesi- sesi hipnoterapi, seperti induksi dan deepening, pasien akan dibimbing terapis dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar. Pada kondisi seperti ini akan memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam, sehingga gelombang otak yang semula berada pada gelombang beta akan berubah pelan-pelan menuju gelombang alpha. Otak dalam kondisi alpha akan memproduksi hormon seretonin dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasakan rasa nyaman, tenang, bahagia sehingga stress menjadi menurun (Setiawan, 2009).
PENUTUP Simpulan
1. Karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin memiliki responden berjenis kelamin laki – laki lebih banyak daripada perempuan, jumlah responden laki – laki sebanyak 24 responden (80%) dan rata – rata umur responden adalah 56,97 tahun dengan rentang usia responden pada penelitian ini yaitu usia 56 – 65 tahun.
2. Pada responden sebelum diberikan hipnoterapi mayoritas skala nyeri yang dirasakan nyeri sedang dengan nilai median 5 dan SD 0,915.
3. Pada responden sesudah diberikan hipnoterapi mayoritas skala nyerinya
menjadi skala nyeri ringan dengan nilai median 2 dan SD 0.572.
4. Pemberian terapi hipnoterapi pada responden post kateterisasi jantung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri yang dirasakan responden di ruang ICVCU RSUD Dr Moewardi dengan p-value 0.001,
Saran
1. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai alternatif dalam memberikan intervensi keperawatan sehingga dapat meningkatkan kwalitas pelayanan yang lebih baik.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Rumah Sakit bisa menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam penyusunan SPO Hipnoterapi yang merupakan terapi nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri pasien.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu pilihan referensi di dalam pembelajaran terkait penurunan tingkat nyeri dengan terapi nonfarmakologi yaitu pemberian hipnoterapi
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut
dengan variabel yang berbeda, serta dalam intervensi hipnoterapinya menggunakan teknik hipnoterapi yang sama pada setiap responden untuk mengetahui keefektifan hasil dari teknik hipnoterapi yang digunakan tersebut.
Diharapkan output dari penelitian tersebut bisa bermanfaat dan dapat mengembangkan keilmuan secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Antman EM, Braunwald E (2010). St- segment elevation myocardial infarction. Dalam: Loscalzo J (ed). Harrison’s cardiovascular medicine. New York: McGraw- Hill Medical, pp: 395-413.
Brunner & Suddarth (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Pusat penelitian pengembangan kesehatan.
Farissa PI. (2012). Komplikasi pada pasien infark miokard akut st-elevasi (STEMI) yang mendapat maupun tidak mendapat terapi reperfusi.
Semarang. Universitas Diponegoro. Skripsi.
Ghani, Lannywati, Laurentia K.
Mihardja, Delima. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44 No. 1, Maret 2016 : 49 – 58.
Gunawan, A. W. (2012). The Miracle of Mind Body Medicine . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC
Harikatang,A., Rampengan,S., &
Jim,E.(2016).Hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6 menit dan fraksi ejeksi pada pasien gagal jantung kronik terhadap kejadian kardiovaskular. Jurnal e- Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016.
Kendrick C, Sliwinski J, Yu Y, Johnson A, Fisher W, Kekecs Z, Elkins G.
Hypnosis for Acute Procedural Pain: A Critical Review.
International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis. 2016;
64(1):75-115
Montgomery GH, Schnur JB, David D.
The impact of hypnotic suggestibility in clinical care
settings. International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis. 2011;59:294–309.
Perki (2018). Pedoman Laboratorium Kateterisasi Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Centra Communication
Pramono, Cahyo. (2017). Pengaruh Pemberian Hipnoterapi Dan Edukasi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien St Elevasi Miocard Infark (Stemi). Skripsi Stikes Muhammadiyah Klaten. Klaten Setiawan, Toni.(2009). Hipnotis &
hipnoterpi. Jogjakarta: Garasi.
Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi 8.
Jakarta: EGC
Sitzman, Katheleen L., Eichelberger, Lisa Wrigh. 2011. Understanding the work of nurse theorist: a creative beginning. Ed 2nd. Ontario: Jones and Bartlett Publisher
Sumarwanto F.A. (2015). Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Dengan Skala Sedang- Berat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar. Pontianak :
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjung Pura
Wahyuni, A., & Kurnia, O. S. (2014).
Hubungan Self-Care dan motivasi dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung. Jurnal Keperawatan Padjajaran,
Wong, W., & Andri Hakim (2009).
Dahsyatnya Hipnosis. Jakarta:
Visimedia
Wong, W. (2010). Membongkar Rahasia Hipnosis. Jakarta: Visimedia