• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MASYARAKAT DALAM BERKONSUMSI MENURUT EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU MASYARAKAT DALAM BERKONSUMSI MENURUT EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru) SKRIPSI"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Tanjung Baru)

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sarjana Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh:

Hidayati Fauziah 1730402037

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2021M / 1443 H

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Hidayati Fauziah. NIM 1730402037 Judul Skripsi: “ Perilaku Masyarakat dalam Berkonsumsi Menurut Ekonomi Islam ( Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru)”.

Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2021.

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku masyarakat dalam berkonsumsi menurut ekonomi Islam di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru.Tujuan Pembahasan ini untuk menganalisis bagaimana perilaku masyarakat dalam berkonsumsi dan untuk menganalisis pandangan ekonomi Islam terhadap perilaku tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yang pendekatannya menggunakan deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan suatu kasus tertentu berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau perilaku yang diamati.Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa perilaku Masyarakat berkonsumsi di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru ini belum sepenuhnya sesuai dengan etika konsumsi dalam Islam. Karena masih ada beberapa yang cara berkonsumsinya masih melakukan pemborosan.

Kata Kunci : Perilaku, Berkonsumsi, Ekonomi Islam

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Masyarakat Dalam Berkonsumsi Menurut Ekonomi Islam ( Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru)”.

Shalawat beiringan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Dengan hidayah dan pertolongan Allah SWT pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam dan setulus-tulusnya, yang teristimewa kepada kedua orang tua penulis dan kakak-kakak penulis, yang telah memberikan dorongan moril maupun materil dengan segenap jiwa dan ketulusan hati. Selanjutnya ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M. Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan bapak/ibuk Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar

2. Bapak Dr. H. Rizal, M. Ag.,CRP selaku Dekan, bapak/ibuk Wakil Dekan beserta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

3. Bapak Gampito, SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Beserta Staf Jurusan Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 4. Ibu Mirawati SE.,MA.EK.elaku penasehat akademik yang sangat banyak

meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberikan nasehat, kritikan, dan saran dalam menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Tezi Asmadia, M.E.Sy pembimbing yang sangat banyak membantu meluangkan waktu, memberikan pemikiran dan tenaga dalam membimbing, mengarahkan penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Bapak/ibu dosen yang banyak memberikan ilmu pengetahuan sehingga membuka dalam memperluas cakrawala keilmuan penulis

(7)

7. Seluruh teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini sangat jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu sangat diharapkan sumbangan saran dan kritikan yang konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaanya, dengan harapan karya ilmiah ini dapat menambah ilmu pengetahuan.

Kepada Allah SWT penulis berserah diri, semoga bantuan , dan pertolongan yang diberikan dapat menjadi amal ibadah disisi Allah SWT dan dibalas dengan yang berlipat ganda. Aamiin ya Robbal’alamin

Batusangkar, 09 Agustus 2021 Penulis

Hidayati Fauziah NIM: 1730402037

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat dan Luaran Penelitian... 6

F. Defenisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori tentang Konsumsi a. Konsumsi... 8

b. Perilaku Konsumsi... 10

c. Ciri-ciri krgiatankonsumsi... 13

d. Faktor yang mempengaruhi konsumsi... 13

e. Pola Konsumsi... 15

2. Ekonomi Islam a. Pengertian Ekonomi Islam... 16

b. Prinsip Konsumsi dalam Islam... 17

c. Perilaku Konsumsi Muslim yang Rasional... 19

d. Pedoman Perilaku Konsumsi dalam Ekonomi Islam... 19

e. Pandangan Islam Pada Konsumsi Konvensional... 20

f. Ketentuan Konsumsi dalam Islam... 21

(9)

g. Etika Konsumsi Muslim... 24

h. Perilaku Konsumsi dalam Islam... 26

i. Tujuan Konsumsi dalam Islam... 27

3. Teori tentang Perilaku a. Pengertian Perilaku... 30

b. Konsumen... 30

c. Perilaku Konsumen... 30

d. Tipe perilaku pembelian konsumen... 32

e. Perilaku Konsumen Muslim... 32

f. Norma Dasar dalam Konsumsi Muslim... 34

g. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 36

B. Penelitian Relevan... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 41

B. Latar dan Waktu Penelitian... 41

C. Instrumen Penelitian... 42

D. Sumber Data... 42

E. Teknik Pengumpulan Data..., 43

F. Teknik Analisis Data...,, 43

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1. Gambaran Umum Nagari tanjung Alam... 46

2. Visi dan Misi Nagari Tanjung Alam... 57

B. Pembahasan 1. Perilaku Konsumsi Masyarakat di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru... 58

(10)

2. Analisis Pandangan Ekonomi Islam tentang Perilaku Konsumsi Masyarakat Di Jorong Gantiang Ateh Nagari

Tanjung Alam...68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 75

B. Implikasi... 75

C. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 77 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 RancanganWaktu Penelitian... 41

Tabel 4.1 Luas Lahan Menurut Penggunaan di Nagari Tanjung Alam... 47

Tabel 4.2 Luas Wilayah Jorong... 48

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk... 49

Tabel 4.4 Jenis Industri... 51

Tabel 4.5 Jumlah Ibu Rumah Tangga dan Wanita Karir... 51

Tabel 4.6 Pekerjaan Masyarakat... 58

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Pemerintah Nagari Tanjung Alam... ... 50

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti mempunyai keinginan berkonsumsi terhadap suatu barang. Keinginan manusia itu tidak terbatas. Satu keinginan dipenuhi, muncul keinginan baru. Kondisi demikian akan berlangsung terus menerus sampai manusia meninggal. Akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia dapat dipenuhi. (Wahab, 2010: 1)

Bermacam ragam pilihan manusia dalam berkonsumsi.Mereka lebih bebas memilih sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.Manusia dalam berkonsumsi biasa memilih dari harga yang sangat murah hingga dengan harga yang sangat mahal. Tergantung dari anggaran ( budget) serta kemauan mereka. Tetapi, konsumen selalu berubah pikiran dalam memutuskan buat melalukan pembelian.Di sinilah, sikap konsumen menempati posisi berguna dalam mengambil keputusan.( Wigati, Volume 1 N.1 Maret 2011)

Perilaku masyarakat adalah aktifitas individu atau sekelompok orang untuk memperoleh, menggunakan, barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam berkonsumsi.Faktor tersebut yaitu faktor kebudayaan, social, pribadi dan psikologi dari konsumen. (Jusuf, 2018:

1-2)

Mengkonsumsi ialah kegiatan manusia yang harus dilakukan karena dalam rangka melaksanakan tujuan memelihara keberlangsungan jiwa manusia. Dalam melaksanakan kewajiban manusia dalam berkonsumsi, Islam mengendalikan gimana manusia bisa melaksanakan kegiatan- kegiatan berkonsumsi yang membawa manusia bermanfaat untuk kemashlahatan hidupnya. Segala ketentuan Islam mengenai kegiatan mengkonsumsi ada dalam al- Qur’ an serta as- Sunnah. Sikap mengkonsumsi yang sesuai dengan ketentuan al- Qur’an serta as- Sunnah ini hendak membawa konsumen meraih

(14)

keberkahan serta kesejahteraan hidupnya. (Kurniati, jurnal Ekonomi Syariah, 1, Juni 2016:45)

Dalam hal ini Islam menarangkan perbandingan dalam melaksanakan konsumsi ialah halal serta haram.Di mana dalam suatu aktivitas ekonomi tidak boleh mencampuradukkan antara yang halal serta haram. Hal tersebut ialah bagian dari batas mengkonsumsi dalam sikap konsumen muslim. Dalam Islam sikap masyarakat dalam melaksanakan aktivitas mengkonsumsi telah diatur dalam ajaran Islam di mana, Islam melarang untuk bersifat boros dalam berkonsumsi sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi:

ِ لُك َدنِع مُكَتَني ِز اوُذُخ َمَدٰاٰي اوُف ِرسُت َلَ َو اوُب َرشا َو اوُلُك َّو ٍد ِجسَم

ُّب ِحُي َلَ هَّنِا

يِف ِرسُملا

Artinya: “Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al- A’raf ayat:31)

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Allah SWT mengharuskan manusia untuk berpakaian yang bagus, makan dan minum tetapi Allah SWT melarang manusia melakukakannya dengan berlebih-lebihan.

Selain ayat di atas beberapa ayat lain menggambarkan perilaku konsumsi dalam Islam. Firman Allah yang berbunyi:

اابِ يَط الًٰلَح ُ هاللّٰ ُمُكَق َز َر اَّمِم اوُلُك َو َنوُنِمؤُم هِب مُتـنَا ىِذَّلا َ هاللّٰ اوُقَّتا َّو ۖ

Artinya: “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadanya.”

(Q.S Al-Ma’idah ayat: 88)

Dari ayat di atas bahwa Allah SWT tidak melarang manusia untuk mengkonsumsi apa yang telah dia berikan di bumi, tetapi Allah SWT mengharuskan manusia untuk mengkonsumsi apapun asalkan halal.

Menurut Yusuf Qardhawi terdapat beberapa prinsip sikap mengkonsumsi dalam Islam di antaranya:

(15)

1. Prinsip kebersihan 2. Prinsip kesederhanaan 3. Prinsip moralitas

Sikap konsumen Islam dalam berkonsumsi mempunyai ketentuan yang bertujuan supaya tercapainya kebahagiaan di dunia serta di akhirat, ketentuan sikap konsumen Islam bersumber pada Al-Qura’an serta As- sunnah. Bisa di lihat dari ayat serta hadist berikut ini. ( Suharyono, Vol.4 No.2 September 2018:314)

1. Dalil Al-Qur’an tentang konsumsi dan perilaku konsumen

Berikut dalil-dalil melarang perilaku berlebih-lebihan dalam berkonsumsi

ُ َّاللّٰ َّلَحَأ اَم ِتاَبِ يَط اوُم ِ رَحُت َلَ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َّنِإ اوُدَتْعَت َلَ َو ْمُكَل

َنيِدَتْعُمْلا ُّب ِحُي َلَ َ َّاللّٰ

Art inya:“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah di halalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(Q.S Al-Ma’idah ayat 87)

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Allah SWT tidak melarang umatnya untuk mempergunakan rezeki yang halal yang telah diberikannya.

Namun, dia melarang umatnya bersikap melampaui batas atau boros terhadap rezeki yang telah diberikannya.

2. Sunnah Rasulullah tentang perilaku konsumen

Tentang larangan mengkonsumsi dan berperilaku melampaui batas.Bukan hanya terdapat dalam Al-Qur’an namun juga terdapat dalam hadist-hadist Rasululloh SAW. Sebagai berikut: ( rahman, 2018:20)

اَم :لاق ملسو هيلع الله ىلص الله َلوُس َر َّنَا برك يدعم نب مادقملا نع ِم ا ًّرَش َءاَعِو ُّيِمَدَا َءَلًَم َناَك ْنِاَف ُهَبْلُص َنْمِقُي ٌةَمْيَقُل َمَدَا ِنْبا ِبْسَحِب ,ِهِنْطَب ْن

ىذمرتلا هاور ( هِسْفَنِل ٌثُلُثو هِب ا َرَشِل ٌثُلُثو هِماَعَطِل ٌثُلُثَف الًِعاَف َةلَاَحمَلَ

نابح نباو

(16)

“Dari miqdam bin ma’dikariba sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: tidaklah anak Adam mengisi tempat yang lebih buruk dari perutnya sendiri. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang rusuknya. Jika hal itu tidak mungkin maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiganya untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban) “

Hadis ini menjelaskan tentang perilaku umatIslam yang baik yang menjelaskan kepada manusia untuk berkonsumsi sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi.Makanan yang halal merupakan makanan yang dihalalkan Allah SWT dan Rosul-Nya, baik yang tercantum dalam al-Qur’an dan hadist.

Demikianlah Islam mengatur cara berkonsumsi dengan baikseperti yang telah dijelaskan diatas, namun berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan masih ada yang penulis temukan perilaku masyarakat yang menyimpang dari ajaran Islam diantaranyabersifat boros apalagi kalau mereka memiliki pendapatan yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka dalam berkonsumsi sehari-hari, baik untuk memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perhiasan,rumah, kendaraan dan lain sebagainya. Bahkan mereka membeli barang-barang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, dan tidak untuk mencari ridho Allah SWT.

Dari hasil wawancara penulis dengan ibu Inar masyarakat yang ada didesa tersebut, mengatakan bahwa “uang yang mereka miliki terkadang habis digunakan untuk membeli barang di luar kebutuhannya seperti berlebihan dalam membeli pakaian”. ( Inar, Wawancara, 30 Juli 2021) Selain itu ada juga dengan ibu Roza, mengatakan bahwa “ Dalam membeli barang seperti pakaian dan produk cosmetik terkadang mengikuti keinginannya untuk mencoba-coba produk tersebut dan mengikuti model- model terbarutanpa melihat label halal di cosmetik yg dia beli”. (Roza, Wawancara, 30 Juni 2021)

Dari Kenyataan di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti perilaku masyarakat dalam berkonsumsi di nagari Tanjung Alam, mencakup kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi barang-barang

(17)

kebutuhan sehari hari apakah boros atau wajar. Di mana di desa tersebut ada beberapa yang penulis temukan masyarakat yang cara berkonsumsinya tidak sesuai dengan perilaku konsumen Islam seperti dari hasil wawancara di atas.Dan ada juga yang penulis temukan bahwa masyarakat dalam berkonsumsi tidak melihat lebel halal pada barang yang mereka konsumsi Seperti dalam membeli produk kecantikan yang di jual melalui online.Sedangkan menurut teori yang penulis baca bahwa berkonsumsi dalam Islam tersebut tidak boleh melakukan pemborosan dan dalam berkonsumsi harus melihat halalnya barang yang kita konsumsi.

Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan membuat dalam bentuk skripsi dengan judul “ Perilaku Masyarakat Dalam Berkonsumsi Menurut Ekonomi Islam( Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam KecamatanTanjung Baru)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian ini adalah: Perilaku Masyarakat dalam Berkonsumsi Menurut Ekonomi Islam (Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru)”.

C. RumusanMasalah

Berdasarkan fokus masalah, maka penulis merumuskan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku masyarakat dalam berkonsumsi di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya?

2. Bagaimana pandangan Ekonomi Islam terhadap perilaku tersebut?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

1. Untuk menganalisis perilaku mayarakat dalam berkonsumsi di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru

2. Untuk menganalisis pandangan Ekonomi Islam terhadap perilaku masyarakat tersebut

E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis: menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian khusus yang berhubungan dengan program Perilaku Masyarakat dalam Berkonsumsi di Nagari Tanjung Alam

b. Bagi Masyarakat: dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan dalam menentukan apa yang diambil sebagai pedoman dalam berkonsumsi

c. Bagi Mahasiswa: dapat dijadikan sebagai suatu informasi tentang perilaku masyarakat dalam berkonsumsi

2. Luaran Penelitian

Target yang ingin penulis capai dari temuan ini adalah diterbitkan pada jurnal ilmiah.

F. Defenisi Operasional

Untuk Mempermudah memahami dalam skripsi ini, maka perlu penegasan tentang pengertian dalam judul “ Perilaku Masyarakat Dalam Berkonsumsi Menurut Ekonomi Islam ( Studi Kasus di Jorong Gantiang Ateh Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru)”.

1. Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat adalah Semua kegiatan atau aktivitas masyarakat, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. ( Irwan, 2017:109)

2. Konsumsi

(19)

Konsumsi adalah Setiap perilaku seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(Zamzam, 2020: 34) 3. Ekonomi Islam

Sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah perekonomian berdasarkan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitas. (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi,2011:14)

(20)

8 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Teori Tentang Konsumsi a. Konsumsi

Diulio, berpendapat bahwa konsumsi terdiri atas dua jenis yaitu konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin yaitu pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa yang secara terus menerus dikeluarkan. Sedangkan konsumsi sementara yaitu pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa diluar konsumsi rutin.

Menurut Mankiw, kegiatan belanja untuk keperluan rumah tangga barang dan jasa disebut konsumsi. Barang merupakan kegiatan belanja rumah tangga seperti makanan, mobil, pakaian dan lain sebagainya. Sementara jasa merupakan belanja rumah tangga untu sesuatu yang tidak terlihat wujudnya seperti kesehatan, pendidikan, asuransi dan lainnya.

Deliarnov, Samuelson & Nordhaus, menyatakan bahwa konsumsi merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa untuk mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan. ( Syukri, Jurnal Ekonomi Pembangunan,1,2020: 2-3)

Menurut Murni, konsumsi merupakan pengeluaran masyarakat untuk membeli barang-barang keperluan konsumsi.

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat yaitu kekayaan dan pendapatan masyarakat, ekspektasi dan tingkat harga (Hanum, Jurnal Samudra Ekonomika, 2017: 109)

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi merupakan pendapatan yang dibelanjakan untuk membeli barang- barang dan jasa baik untuk keperluan rumah tangga dan untuk memenuhi kebutuhan yang di pengaruhi oleh pendapatan masyarakat dan tingkat harga.

(21)

Adapun menurut Keynes dalam bukunya The General Theory Of Employment, Interest ang Money, Menyatakan hukum dasar psikologi manusia adalah sikap rata-rata, seseorang dan meningkatkan konsumsinya kalau pendapatannya bertambah, tetapi pertambahan tersebut tidak akan sebesar pertambahan pendapatan itu sendiri. Dengan demikian besar kecilnya konsumsi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan. (Suleman, 2020: 75)

Dari pendapat keynes di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dalam berkonsumsi sangat di pengaruhi oleh tingkat pendapatan, yang mana jika memiliki pendapatan yang besar maka pengeluarannya dalam berkonsumsi juga besar, begitu sebalikya.

Berikutnya Teori konsumsi menurut Fredman, di mana konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan kekal. Menurut Freadman, konsumsi saat ini tergantung pada pendapatan saat ini dan pendapatan yang akan diperkirakan pada masa yang akan datang.

Pendapatan terbagi 2 yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara, demikian juga dengan konsumsi ada konsumsi permanen dan konsumsi sementara.

Pendapatan permanen yaitu pendapatan rumah tangga yang dapat dikonsumsikan jika tingkat kekayaan tetap dan pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak diperkirakan sebelumnya seperti bonus. Kemudian konsumsi permanen adalah konsumsi yang ditentukan oleh pendapatan permanen dan konsumsi sementara dapat diartikan sebagai konsumsi yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Dari teori Friedmon di atas tentang konsumsi menunjukkan bahwa masyarakat jika memiliki pendapatan sementara yang lebih dari pendapatan permanen, maka masyarakat akan cenderung akan mengkonsumsi suatu barang dengan jumlah yang besar. ( Syukri, Jurnal Ekonomi Pembangunan,1, 2020: 3)

(Menurut Medias,2018:17-18) Konsumsi merupakan pekerjaan kegiatan memakai atau mnggunakan suatu produk barang

(22)

atau jasa yang di produksi atau dibuat oleh produsen. Dalam kamus besar bahasa Indonesia konsumsi adalah pemakaian barang- barang produksi, bahan makanan, dan sebagainya.

Konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat biasanya terdapat banyak pilihan dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Pada kenyataannya permasalahan umum dalam berkonsumsi barang dan jasa yaitu kelangkaan. Kelangkaan dapat terjadi jika keinginan individu atau kelompok lebih besar dari pada ketersediaan barang dan jasa.

b. Perilaku Konsumsi

Menurut Sumartono Perilaku konsumsi adalah suatu tindakan secara tuntas, dimana belum habis produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk lain dengan fungsi yang sama.

Menurut Hutahaean bahwa konsumsi yang berlebihan mendorong perilaku konsumsi. Maka perilaku konsumsi didefenisikan sebagai perilaku irasional dan perilaku impresif.

Menurut Lina dan Rasyid Perilaku konsumsi adalah pembelian yang didasari keinginan yang telah mencapai pertimbanhgan irasional, bukan pemikiran rasional.

Menurut Engel perilaku konsumsi adalah tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan suatu produk dan jasa. ( Nitisusastro,2013: 32)

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumsi adalah suatu tindakan seseorang dalam membeli barang dengan berlebihan yang didasari keinginan bukan sesuai kebutuhan.

Menurut Wahyudi (dalam Juliana, Vol 1, No 4, 2018:849) jika dilihat dari segi pertimbangannya perilaku konsumsi dalam membeli ada dua macam yaitu:

(23)

1. Perilaku konsumsi rasional

Perilaku konsumsi rasional adalah perilaku konsumsi yang didasari atas pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk membeli suatu barang. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional jika dasar pertimbangannya yaitu

a. Barang tersebut dapat memberikan manfaat kepada konsumen. Semakin lama jangka waktu pemuasannya maka akan semakin baik. Misalnya dalam membeli sepatu hendaklah yang bisa digunakan dalam berbagai kegiatan bukan hanya terfokus untuk satu kegiatan saja b. Barang tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen

yaitu pembelian dalam suatu barang hendaklah sesuai dengan yang kita perlukan di posisi paling atas.

c. Mutu produk terjamin yaitu bagaimana kita tahu bahwa mutu produk itu terjamin? Jika barang tersebut berupa makanan, maka barang tersebut sudah terdaftar di depertemen kesehatan sedangkan bagi umat muslim suatu barang terjamin jika sudah ada sertifikat halal dari MUI

d. Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen. Suatu pembelian dapat dikategorikan rasional , bila ada kesesuaian antara harga yang harus dibayar dan uang yang dimiliki.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan tindakan konsumsi rasional yaitu tindakan seseorang dalam membeli barang dengan mempertimbangkan sesuai dengan kebutuhannya

(24)

2. Perilaku konsumsi tidak rasional.

Perilaku konsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika seorang konsumen memutuskan membeli tanpa pertimbangan seperti:

a. Membeli barang hanya tertarik dengan iklannya yaitu ketika dalam melihat sebuah iklan yang menginformasikan bahwa barang tersebut memiliki kualitas yang bagus, karena informasi tersebut seseorang tertarik dan langsung membelinya tanpa mengetahui terlebih dahulu apakah bener kualitasnya bagus atau tidak, maka kita termasuk perilaku konsumsi tidak rasional

b. Tertarik karena mereknya yang terkenal yaitu banyak orang yang menginginkan barang yang mereka beli dari merek-merek yang terkenal biar dianggap hebat tanpa melihat kualitasnya terlebih dahulu

c. Membeli barang karena obral atau bonus yaitu ketika hendak membeli barang hendaklah kita memperhatikan apakah kita membutuhkan barang tersebut atau tidak.

Karena kalau sudah melihat barang obral atau bonus maka seseorang akan tertarik untuk membelinya tanpa melihat yang dibutuhkan, maka perilaku dalam membeli tidak rasional

d. Konsumsi hanya untuk pamer dan gengsi yaitu seseorang dalam membeli suatu barang seperti yang memiliki merek yang bagus atau terkenal bukan karena kebutuhannya tetapi untuk pamer ke orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tindakan konsumsi tidak rasioanl yaitu tindakan seseorang dalam membeli barang dengan tidak mempertimbangkan kebutuhannya, tetapi malah keinginannya

(25)

c. Ciri-ciri Kegiatan Konsumsi

Menurut (Yusnita, 2019, 2) Salah satu kegiatan ekonomi adalah mengkonsumsi barang dan jasa. Tetapi, tidak semua kegiatan manusia merupakan kegiatan konsumi. Kegiatan mengkonsumsi memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kegitan produksi dan distribusi. Ciri-ciri barang konsumsi antara lain sebagai berikut:

1. Barang yang dikonsumsi merupakan buatan manusia. Misalnya, makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan

2. Barang yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Misalnya orang mengkonsumsi (membeli) motor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu sebagai alat transportasi dari rumah ke tempat kerja.

3. Barang yang dikonsumsi akan habis atau akan mengalami penyusutan yang pada akhirnya barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi. Misalnya kita memakai baju, lama-kelamaan nilai guna ekonomi dari baju tersebut akan berkurang.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Menurut (Yusnita, 2019:4-6)) Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari setiap orang berbeda dalam hal mengkonsumsi barang dan jasa. Perbedaan itu dipengaruhi beberapa faktor antara lain pendapatan, harga, selera, dan barang pengganti.

1. Pendapatan

Untuk dapat mengkonsumsi barang orang harus memiliki pendapatan. Jumlah besar kecilnya barang yang dikonsumsi memberikan gambaran tingkat pendapatan seseorang.

Pendapatan seseorang sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Seseorang yang berpendapatan tinggi tidak begitu berpikir terhadap tinggi atau rendahnya harga. Sebaliknya, mereka yang berpendapatan rendah harus berpikir berulang kali

(26)

untuk membeli barang meskipun kadang secara umum harga barang tersebut dikatakan murah. Semakin besar pendapatan seseorang maka semakin tinggi tingkat konsumsinya. Apabila pendapatannya meningkat jumlah barang yang dikonsumsi pun semakin banyak dari sebelumnya. Namun, apabila pendapatan menurun maka jumlah barang yang dikonsumsi juga berkurang.

Akan tetapi, pada umumnya pertambahan pendapatan tidak semua digunakan untuk konsumsi. Sebagian pendapatan ditabung. Tabungan adalah pendapatan seseorang yang tidak digunakan untuk konsumsisaat ini, akan tetapi digunakan untuk kebutuhan masa depan.

2. Harga

Harga merupakan faktor yang memengaruhi jumalah permintaan seperti yang telah disebutkan dalam hukum permintaan apabila keadaan lain tetap. Adanya kenaikan harga diikuti turunnya jumlah permintaan. Sebaliknyapenurunan harga akan diikuti pertambahan jumlah permintaan.

Tinggi rendahnya perubahan jumlah permintaan juga tergantung dari jenis barang kebutuhan. Barang kebutuhan poko tidak terlalu tepengaruh oleh perubahan harga.

3. Selera

Berapa pun harga barang diturunkan, tetapi jika konsumen tidak memiliki selera untuk menggunakan barang tertentu maka tidak terjadi permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, walaupun harga barang tinggi atau mahal dan selera konsumen tinggi maka tetap terjadi permintaan. Keinginan masyarakat membeli barang konsumsi karena mode terbaru, merupakan cerminan selera konsumen yang mengikuti tren dan mode.

4. Kebiasaan

Kecendrungan orang membeli barang dan jasa bukan karena kebutuhan melainkan keinginan. Hal ini dapat

(27)

menyebabkan pemborosan. Karena pada dasarnya masyarakat mempunyai kebiasaan dan sifat konsumtif

5. Barang Penggganti

Seseorang membutuhkan barang tetapi harganya mahal.

Karena ada barang pengganti yang harganya lebih murah maka orang tersebut beralih kepada barang pengganti.

e. Pola Konsumsi

Kebutuhan konsumsi setiap orang tidak sama. Demikian juga pada sebuah keluarga tentulah tidak sama dengan keluarga yang lain.

Masing-masing memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Pola konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumah tangga untuk jangka waktu tertentu. Pada umumnya, orang yang mendahulukan kebutuahan pokok dari pada kebutuhan lain yang tidak menjadi prioritas. Kebutuhan pokok tersebut misalnya untuk makanan, pakaian, rumah, biaay anak sekolah, dan lainnya.

Kebutuhan lainnya baru akan dipenuhi apabila penghasilannya mencukupi. Apabila penghasilannya berkurang maka kebutuhan yang kurang penting dapat di tunda.

Pola konsumsi juga membedakan tingkat penghasilan. Orang yang berpenghasilan rendah tentu berbeda dengan orang yang berpenghasilan tinggi. (Yusnita, 2019: 7)

Pola konsumsi merupakan suatu susunan kebutuhan pokok manusia yang nantinya akan di butuhkan guna memenuhi kebutuhan pokoknya dalam kehidupan sehari-hari. Parsaulian dkk menyatakan pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga terhadap barang-barang akhir dan jasa- jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan lainnya serta berbagai jenis pelayanan. Ginting dan Sianturi dalam membeli dan mengonsumsi sesuatu terlebih dahulu konsumen membuat keputusan mengenai

(28)

produk apa yang dibutuhkan, kapan dan bagaimana dimana proses pembelian itu akan terjadi. Dalam memutuskan sesuatu yang akan dibeli seseorang akan memprioritaskan apa saja yang dibutuhkan.

(Nuriyanto dkk, ISSN, Vol 2, No 2, 2019)

2. Ekonomi Islam

a. Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensioanal lainnya. Hanya dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya.

Beberapa ahli mendefenisiskan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi, 2011: 14)

a. M. Umer Chapra

Ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya relisasi kebahagiaanmanusia melalui alokasi dan koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan

b. Syed Nawab Haider Naqvi

Ilmu ekonomi Islam, singkatnya merupakan kajian tentang perilaku ekonomi orang Islam representatif dalam masyarakat muslim moderen.

c. Muhammad Abdul Manan

Islamic economic is a sosial which studies the economics problems of a people imbued with the values of Islam. Menurut Abdul Manan Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan

(29)

sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari ekonomi masyarakat berdasarkan nilai-nilai Islam

b. Prinsip Konsumsi Dalam Islam

Menurut Manan (2012: 101) ada lima prinsip dalam melakukan konsumsi yaitu:

1. Prinsip keadilan

Syariat ini memiliki makna berarti dalam mencari rezeki secara halal serta tidak dilarang hukum.Makanan serta minuman, yang tidak dibolehkan ialah darah, daging babi, daging hewan yang mati sendiri serta yang disembelih diserukan nama selain Allah yang terdapat dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 173

ِنَمَف ِ َّللَّٱ ِرْيَغِل ِهِب َّلِهُأ اَم َو ِري ِزن ِخْلٱ َمْحَل َو َمَّدلٱ َو َةَتْيَمْلٱ ُمُكْيَلَع َم َّرَح اَمَّنِإ ِإ ِهْيَلَع َمْثِإ َلًَف ٍداَع َلَ َو ٍغاَب َرْيَغ َّرُطْضٱ ي ِح َّر ٌروُفَغ َ َّللَّٱ َّن

م

Artinya:“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang

2. Prinsip Kebersihan

Prinsip ini mengenai makanan yang harus baik dan cocok untuk dimakan bukan dalam keadaan kotor.Maka dari itu tidak semua makanan yang boleh dimakan dalam situasi apapun. Dari itu semua yang hanya dibolehkan makan dan minum yang bersih dan bermanfaat. Maka dari itu tidak semua barang yang boleh di konsumsi, dibeli, dimakan,dan diminum. Hanya barang-barang yang halal dan bersih yang boleh digunakan.

(30)

3. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mematuhi ketentuan Islam maka tidak akan terdapat bahaya ataupun dosa dalam kita mengkonsumsi makanan serta minuman yang halal yang sudah diberikan Allah sebab kemurahan hatinya. Selama bertujuan buat kelangsungan hidup serta dengan hasrat beribadah kepada Allah Prinsip Moralitas

Bukan sekedar untuk makan dan minum saja, tetapi untuk meningkatkan nilai moral dan spiritual. Seorang muslim dianjurkan sebelum makan hendaklah menyebut nama Allah

4. Prinsip Kesederhanaan

Dalam melakukan konsumsi sebaiknya untuk menjauhkan sikap bermewah-mewahan. Sikap bermewah-mewahan merupakan perilaku konsumen yang jauh dari nilai-nilai syariah. Larangan untuk bersikap royal, sia-sia dan sikap hidup mewah-mewah biasanya diiringi oleh sikap berlebih-lebihan. ( Rozalinda, 2014: 92)

Bagi seorang umat Islam Alquran sebagai pedoman dalam hal konsumsi dan Alquran mendorong agar manusia menggunakan barang-barang yang baik atau bermanfaat serta melarang adanya pemborosan dan pengeluaran untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Seperti halnya Allah SWT akan sangat mengecam setiap perbuatan yang melampaui batas

Prinsip ini menerangkan kepada manusia untuk tidak berlebih- lebihan dalam makan serta minum ataupun dalam mengkonsumsi apapun

Dari uraian di atas dapat di pahami bahwa dalam melakukan konsumsi bagi umat muslim harus berdasarkan empat prinsip di atas, salah satunya kebersihan yang mana kita harus melihat apakah barang yang kita konsumsi tersebut bersih atau dalam keadaan kotor, agar kita mendapatkan maanfaatnya bukan keburukannya

(31)

c. Perilaku Konsumsi Muslim yang Rasional

Menurut Khan, yang terdapat dalam buku Dede Nurohman, Perilaku Konsumsi muslim yang raaional ( sesuai ajaran Islam yaitu:

1. Seorang Konsumen dianggap rasional ketika ia membelanjakan uangnya secara wajar saja

2. Seorang konsumen dianggap rasional ketika ia membelanjakan hartanya tidak hanya untuk duniawi tetapi juga di jalan Allah

3. Seorang konsumen dianggap rasional hanya ketika mengkonsumsi barang yang dibolehkan saja dan meninggalkan hal-hal yang dilarang

4. Seorang Konsumen dianggap rasional ketika ia tidak menyimpan tabungannya selain investasi. (Nurohman, 2011:108)

d. Pedoman Perilaku Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Pedoman konsumsi bagi umat muslim terbagi tiga yaitu:

1. Konsumsi untuk diri sendiri dan keluarga

Tidak dibolehkan perilaku berkonsumsi seseorang yang mengakibatkan kesusahan diri sendiri dan keluarga karena keborosan. Allah SWT melarang untuk melakukan pemborosan dan berlebih-lebihan

2. Tabungan

Seseorang harus mempersiapkan masa depannya, Karea masa depan merupakan masa yang tidak diketahui bagaimana kehidupan dan perekonomian kit di kemudian hari. Penyimpanan untuk masa depan dapat dilakukan melalui tabungan.

3. Konsumsi sebagai tanggung jawab sosial

(32)

Dalam Islam, Konsumsi sebagai tanggung jawab sosial yaitu kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan harta yang dimiliki.

e. Pandangan Islam terhadap pendekatan Konsumsi Konvensional

Menurut Zaman mengungkapkan bahwa kuat tidaknya keyakinan agama seseorang, baik sebagai pembisnis maupun konsumen, memengaruhi kuat tidaknya kecendrungan orang itu dalam memiliki norma dan penilaian etika, yang tentu sangat berbeda dengan etika konvensional.

Dalam perspektif Islam, cara berekonomi seperti ini hanya membangun hubungan yang terbatas, yaitu hanya hubungan antara orang dengan orang, manusia dengan alam,tanpa mencapai dimensi yang yang lebih penting, yaitu hubungan manusia dengan tuhan.terkait dengan tiga asumsi besar metodologi ekonomi konvensional:

a. Setiap manusia mementingkan dirinya sendiri dan rasional dalam berperilaku

b. Tujuan utama individu adalah menambah materi

c. Setiap individu memiliki kebebasan absolut untuk memaksimalkan kemakmura ( Yasid, Jurnal ISSN, VII, 2013: 4)

Tiga asumsi dalam perilaku konsumen konvensional tersebut dapat menjelaskan bahwa mereka mengabaikan perannya sebagai hamba Allah. Kebanyakan dari manusia mengkonsumsi hasil alam dengan cara berlebih-lebihan untuk memuaskan keinginannya untuk kepentinganya sendiri.

f. Ketentuan konsumsi dalam Islam

(33)

Ketentuan konsumsi dalam Islam sangat penting, supaya bagi seseorang yang memiliki harta kekayaan yang melimpah dapat berhati-hati dalam membelanjakannya. Ada lima prinsip dasar bagi perilaku konsumen islam dalam berkonsumsi:

a. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhir

Perilaku konsumen muslim dapat meyakini bahwa yang ada bukan hanya kehidupan di dunia saja tapi nantinya ada kehidupan di akhirat, maka konsumen muslim untuk lebih mengutamakan kepentingan akhirat dari pada kepentingan dunia.(

Baidhowi, 1, September 2014) b. Konsep Sukses seorang muslim

Sukses seorang muslim dilihat dari moral agamanya, bukan hanya dilihat dari harta kekayaan yang melimpah. Jika seseorang tersebut memiliki moralitas yang tinggi maka semakin tinggi pula tercapai kesuksesannya.( Baidhowi, 1, September 2014)

c. Kedudukan harta

Harta merupakan anugerah yang diberikan Allah tetapi tidak untuk dipergunakan secara berlebih-lebihan. Harta digunakan untuk mencapai tujuan hidup, jika dimanfaatkan dengan benar untuk mencari ridho Allah akan dibalas dengan berlipat ganda. Sebagaimana firman Allah:

ِلَثَمَك مِهِسُفنَا نِ م ااتيِبثَت َو ِ هاللّٰ ِتاَضرَم َءاَغِتبا ُمُهَلا َومَا َنوُقِفنُي َنيِذَّلا ُلَثَم َو ِب ٍةَّنَج ِنيَفع ِض اَهَلُكُا تَتٰاَف ٌلِبا َو اَهَباَصَا ٍة َوب َر لَطَف ٌلِبا َو اَهب ِصُي مَّل نِاَف

ٌري ِصَب َنوُلَمعَت اَمِب ُ هاللّٰ َو

Artinya: “ Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridho Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “. (QS. Al- Baqarah :265)

(34)

Berdasarkan tiga prinsip tersebut maka perilaku konsumen muslim tidak ditujukan untuk memuaskan kebutuhan di dunia saja seperti hal nya prilaku konsumen konvensional. Prilaku konsumen muslim untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat

Menurut Qardhawi dasar konsumsi dalam islam yang menjadi landasan bagi prilaku konsumen yaitu:

1). Halal

sejahteraan konsumen akan meningkat jika dia mengkonsumsi barang yang bermanfaat, halal dan mengurangi mengkonsumsi barang yang haram.

Sebagaimana yang dijelaskan pada ayat di bawah ini:

َق َز َر اَّمِم اوُلُك َو اابِ يَط الًٰلَح ُ هاللّٰ ُمُك

َنوُنِمؤُمهِب مُتـنَا ىِذَّلا َ هاللّٰ اوُقَّتا َّو

Artinya: “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadanya.” (Q.S Al-Ma’idah ayat: 88)

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Allah SWT tidak melarang manusia untuk mengkonsumsi apa yang telah dia berikan di bumi, tetapi Allah SWT mengharuskan manusia untuk mengkonsumsi apapun asalkan halal.

2). Tidak hidup mewah

Sesungguhnya kemewahan adalah perusak individu karena kemewahan menyibukkan manusia dengan hawa nafsunya. Sebagaiman yang dijelaskan pada ayat di bawah ini:

َرِباَقَمْلا ُمُت ْر ُز ٰىَّتَح , ُرُثاَكَّتلا ُمُكاَهْلَأ

(35)

Artinya:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk kedalam kubur” (Q.S At-Takasur: 1-2).

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Islam telah menetapkan manusia untuk tidak mencari kemewahan dan hendaklah mencari yang di namakan “kecukupan” baik individu atau kelompok

3). Tidak boros dan berlebihan

Konsumen muslim hendaklah membelanjakan untuk kebutuhan yang bermanfaat dan tidak dengan berlebih- lebihan, dan juga tidak membelanjakannya untuk hal yang haram. ( Baidhowi,1, September2014)

Sebagaimana yang dijelaskan pada ayat di bawah ini:

ِنَبٰي َلَ َو اوُب َرشا َو اوُلُك َّو ٍد ِجسَم ِ لُك َدنِع مُكَتَني ِز اوُذُخ َمَدٰا ى

يِف ِرسُملا ُّب ِحُي َلَ هَّنِا اوُف ِرسُت

Artinya: “Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

(Q.S. Al- A’raf ayat:31)

Perilaku konsumen konvensional lebih bersifat egois disebabkan karena mereka lebih mementingkan dirinya sendiri.Mereka lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan bebas yang mana mereka tidak memikirkan dampaknya terhadap orang lain mereka hanya mementingkan kepuasaannya. Yang membuat manusia mempunyai sifat serakah terhadap materi.

Dari uraian di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen konvensional berbeda dengan

(36)

perilaku konsumen islam, yang mana perilaku konsumen konvensional yang memiliki sifat egois yang selalu mementingkan diri sendiri dan tidak memikirkan dampaknya kepada orang lain. Prilaku konsumen konvensional dalam mengkonsumsi tidak berpedoman kepada halalnya dan mereka lebih mengutamakan dunia saja. Sedangkan perilaku konsumen islam dalam mengkonsumsi suatu barang harus melihat prinsip halalnya barang tersebut dan mereka tidak hanya mencari kepuasan atau kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga ingin mencapai bahagia dunia dan akhirat.

g. Etika Konsumsi Muslim

Dalam Islam dilarang berkonsumsi dengan berlebih-lebihan yang di sebut dengan israf (pembrosan) atau tabzir( menghambur- hamburkan harta tanpa guna). Yang dimaksud dengan Tabzir disini adalah mempergunakan harta dengan cara yang salah seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum. Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebihan untuk hal-hal yang melanggar hukum dalam hal seperti makanan, pakaian, tempat tinggal.Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara wajar.Karena sifat boros tidak disenangi dalam Islam.(Rianto, Jurnal Sosio-Linksas,2, 2010: 3)

Etika Islam dalam hal konsumsi sebagai berikut:

1. Tauhid

Dalam Islam, kegiatan konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sehingga senantiasa berada dalam hukum-hukum Allah (syariah). Karena itu orang muslim berusaha mencari kenikmatan dengan mentaati perintahnya dan memuaskan diri dengan barang-barang dan anugerah yang diciptakan (Allah) untuk umat manusia. Sedangkan dalam pandangan kapitalistik, konsumsi merupakan fungsi dari

(37)

keinginan nafsu, harga barang, pendapatan dan lain-lain tanpa memperdulikan dimensi spiritual, kepentingan orang lain.(Rianto, Jurnal Sosio-Linksa, 2,2010: 4)

2. Adil

Islam memperbolehkan manusia untuk menikmati berbagai nikmat yang telah disediakan Allah SWT

Memanfaatkan pemberian dari Allah Swt hendaklah dilakukan dengan adil sesuai dengan syariah, sehingga disamping mendapat keuntungan material, kita bisa juga mendapatkan kepuasan spiritual. (Rianto, jurnal Sisio-Religia Linksas, vo. 9, no. 2 tahun 2010: 4)

3. Amanah

Manusia di berikan kekuasaan untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya atas ciptaan Allah.

Dalam melakukan konsumsi, manusia dapat melakukannya dengan bebas tetapi nantik akan mempertanngungjawabkan atas kebebasan tersebut baik terhadap keseimbangan alam, masyarakat, diri sendiri maupun di akhirar kelak.(Rianto, Jurnal Sosio-Linksas, 2, 2010: 5)

4. Halal

Dalam Islam, barang-barang yang dapat di konsumsi hanyalah barang-barang yang menunjukkan nilai-nilai kebaikan, kesucian, keindahan serta akan menimbulkan kemaslahatan untuk umat baik secara material maupun spiritual. Sebaliknya benda- benda yang buruk, tidak suci (najis), tidak dapat digunakan dan juga tidak dapat dianggap sebagai barang-barang konsumsi dalam islam.(Rianto, Jurnal Sosio-Linksas, 2, 2010: 5)

(38)

5. Sederhana

Islam melarang perbuatan yang melampaui batas (israf), termasuk pemborosan dan berlebih lebihan, yaitu membuang- buang harta dan menghambur-hamburkannya tanpa faedah serta manfaat dan hanya mengikuti nafsu semata.(Rianto, Jurnal Sosio- Linksas, 2, 2010: 6)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berkonsumsi dalam islam memiliki etika agar masyarakat melakukan konsumsi dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak mubadzir, dan dalam berkonsumsi agar masyarakat mengambil manfaat atas barang yang di konsumsi tersebut, yang akan menimbulkan kemaslahatan bagi mereka baik baik secara material maupun spiritual.

h. Perilaku Konsumsi dalam Islam

Amiruddin (2013) menjelaskan bahwa dalam analisis konsumsi Islam, perilaku konsumsi seorang muslim tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan rohani. Maka dari itu perilaku konsumsi seorang muslim harus memperhatikan syariat Islam. Seperti, apakah barang dan jasa yang dikonsumsi halal atau haram, bagamana etika seorang muslim dalam melakukan konsumsi, dan sebagainya. Perulaku konsumsi seorang muslim haris didasarkan pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya agar tercipta kehidupan manusia yang lebih sejahtera. Seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu:

1. Dalam konsep Islam Kebutuhan yang membentuk pola konsumsi seorang muslim. Dimana, batas-batas fisik merefleksikan pola yang digunakan seorang muslim untuk melakukan aktivitas konsumsi, tidak disebabkan pengaruh referensi semata yang dipengaruhi pola konsumsi seorang muslim

(39)

2. Perilaku berkonsumsi seorang muslim diatur perannya sebagai makhluk sosial. Maka, dalam berperilaku dikondisikan untuk saling menghargai dan menghormati orang lain, yang perannya sama sebagai makhluk yang mempunyai kepentingan guna memenuhi kebutuhan. Perilaku konsumsi dalam pandangan Islam akan melihat bagaimana suasana psikologi orang lain.

Konsumen merasakan adanya manfaat suatu kegiatan konsumsi ketika ia mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis atau material. Di sisi lain, berkah akan diperolehnya ketika ia mengkonsumsi barang atau jasa yang dihalalkan oleh syariat Islam. Mengonsumsi yang halal saja merupakan ketaatan kepada Allah, karena memperoleh pahala. Pahala inilah yang kemudian dirasakan sebagai berkah dari barang atau jasa yang telah di konsumsi. Sebaliknya, konsumen tidak akan mengonsumsi barang- barang atau jasa yang ahram karena tidak mendatangkan berkah.

Mengonsumsi yang haram akan menimbulkan dosa yang pada akhirnya akan berujung pada siksa Allah. Jadi mengonsumsi yang haram Justru memberikan berkah negatif. ( Misanam, dkk, 2014:

129)

i. Tujuan Konsumsi Dalam Islam

Konsumsi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bukan keinginan. Konsumsi juga tidak dimaksud untuk menimbun- nimbun barang atau dilakukan dengan tergesa-gesa karena isu tertentu atau membeli yang tidak perlu karena terpengaruh iklan dan tawaran. Prinsip di atas juga menekankan bahwa pembelanjaan sebagai dari harta juga perlu dilakukan dalam bentuk infaq di jalan Allah. (Karim, 2015: 131)

Tujuan konsumsi dalam Islam adalah menjauhkan seseorang dari sifat egois, sehingga seorang muslim dapat

(40)

menafkahi sebagian hartanya untuk kerabat terdekat (sebaik- baiknya infak), fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Konsumsi bagi seorang muslim hanya sekedar perantara untuk menambah kekuatan dalam mentaati Allah SWT, yang ini memiliki indikasi positif dalam kehidupannya. (Mukhtar, 2013: 160)

Adapun dalam mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk beriman kepada Allah SWT maka orang tersebut akam mendapatkan pahala. Seorang muslim dalam berkonsumsi seharusnya melihat kebaikan terhadap barang yang akan dikonsumsi. Tujuan yang ingin dicapai konsumsi dalam Islam yaitu:

1. Dalam berbelanja barang-barang setiap individu hendaklah memperolehnya dengan tidak berlebih-lebihan

2. Barang yang tidak halal sebaik nya jangan digunakan atau dibeli

3. Dalam mengkonsumsi suatu barang hendaklah untuk menghindari sifat mubazir dan boros. (Almizan, Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 1, Januari-Juni 2016)

Dari uraian diatas dapat disimpilkan bahwa seorang muslim hendaklah berkonsumsi tidak untuk mendapatakan kebahagiaan didunia saja tapi juga untuk kebahaian di akirat kelak. Maka dari itu seorang muslim hendaklah konsumsi dengan kebutuhan yang sangat diperlukan saja dan dengan tidak memiliki sifat berlebih- lebihan dalam berkonsumsi yang akan menimbulkan kemubaziran terhadap barang tersebut.

Masalah ekonomi hanyalah merupakan satu bagian dari aspek kehidupan yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuan hidupnya. Oleh karena itu, ada hal pokok yang diperlukan untuk memahami bagaimana mencapai tujuan hidup.

(41)

1. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha- yuflihuyang berarti kesuksesan, kemuliaan atau kemenangan. Dalam kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi, dan pengetahuan abadi (bebas dari segala kebodohan)

2. Maslahah merupakan suatu akibat atas terpenuhinya suatu kebutuhan atau fitrah. Meskupun demikian, terpenuhinya suatu kebutuhan juga akan memberikan kepuasan terutama jika kebutuhan tersebut disadari dan diinginkan.

Berbeda dengan kepuasan yang bersifat individualis, maslahah tidak hanya bisa dirasakan oleh individu. Maslahahbisa jadi dirasakan oleh selain konsumen, yaitu dirasakan oleh sekelompok masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan muamalah dimungkinkan diperoleh manfaat sekaligus berkah. Penerapan prinsip ekonomi yang tanpa diikuti oleh pelaksanaan nilai-nilai Islam hanya akan memberikan manfaat (maslahah duniawi), sedangkan pelaksanaan sekaligus prinsip dan nilai akan melahirkan manfaat dan berkah atau maslahah dunia akhirat. ( Pusat pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam,2014: 132-133)

3. Teori Tentang Perilaku a. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah aktualisasi sikap seseorang atau sekelompok orang dalam wujud tindakan atau aktivitas sebagai hasil interaksi

(42)

dengan lingkungannya. Tindakan atau aktivitas tersebut didasarkan atas kebutuhannya, motivasi dan tujuan. Dengan kata lain prilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kepentingan internal, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang merupakan respon spontan terhadap kondisi tertentu. ( Nawi, 2017:10)

b. Konsumen

Konsumen berasal dari bahasa asing, consumen dan consumer yang artinya adalah pembeli, pengertian lain dari konsumen sangat luas, beragam dan sangat terkait erat dengan tujuan seseorang membeli suatu produk.

Menurut simamura perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Menurut Zulian yamit dalam anjar rahmulyo secara tradisional konsumen diartikan orang yang membeli dan menggunakan produk. ( Nasusastro, 2012: 24)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan perilaku konsumen adalah tindakan seseorang dalam membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa

c. Perilaku Konsumen

Menurut Gerald Zaldman dan Melanie Wallendorf ,Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan, proses dan hubungan social yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakansuatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya. ( Dwiastuti, 2012:17-18)

(43)

David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta, Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkandalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang- barang dan jasa. ( Dwiastuti, 2012:17-18)

James F. Engel, et.alBerpendapat bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. ( Dwiastuti, 2012:17-18)

Schiffman dan KanukBerpendapat bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. ( Dwiastuti, 2012:17-18)

Menurut SalomonPerilaku konsumen adalah proses ketika individu atau kelompok menyeleksi, membeli, menggunakan atau membuang produk, pelayanan, ide dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhan. ( Dwiastuti, 2012:17-18)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu atau kelompok dalam mencari, membeli dan menggunakan barang-barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhannya.

d. Tipe Perilaku Pembelian Konsumen

(44)

Menurut Kotler & Amstring (2012:150-152), Tipe-tipe perilaku pembelian berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara berbagai merek adalah sebagai berikut:

1. Perilaku pembelian kompleks

Konsumen melakukan pembelian kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasakan perbedaan yang signifikan antara merek. Konsumen mungkin sangat terlibat bila produk mshal, berisiko, jarang dibeli, dan sangat menonjol ekspresi diri. Konsumen biasanya banyak mempelajari mengenai kategori produk

2. Perilaku pembelian mengurangi ketidakcocokan

Konsumen melakukan pembelian yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antara merek

3. Perilaku Pembelian karena kebiasaan

Perilaku pembelian karena kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan melihat sedikit perbedaan antara merek yang signifikan. Tidak memiliki komitmen yang kuat dengan merek apapun.

e. Perilaku Konsumen Muslim

Menurut Sakti Menyatakan bahwa ada empat prinsip utama dalam system Ekonomi Islam yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.

Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah, bermakna juga bahwa tindakan-tindakan ekonomi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan bukan memuaskan keinginan. (Kurniati, Jurnal Ekonomi Syariah,1, 2016:48)

Menurut Abdul Mannan Menyatakan bahwa sikap tidak berlebih-lebihan dan mengutamakan kepentingan orang lain adalah

(45)

yang paling penting yang diartikan secara luas. (Kurniati, Jurnal Ekonomi Syariah, 1, 2016:48)

Mengenai perintah mengeluarkan zakat terdapat pada firman Allah (Q.S At- Taubah (9) :103)

ْمِهْيَلَع ِ لَص َو اَهِب ْمِهْيِ ك َزُت َو ْمُهُرِ هَطُت اةَقَدَص ْمِهِلا َوْمَا ْنِم ْذُخ َّنِا ۖ

ٌمْيِلَع ٌعْيِمَس ُ هاللّٰ َو ۖ ْمُهَّل ٌنَكَس َكَتوٰلَص

Artinya: “ Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka.

Sesungguhnya doamu itu(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar,Maha Mengetahui”.

Zakat, infak, shadaqah dan sejenisnya merupakan salah satu saluran penyeimbang dari saluran kebutuhan individual, yang disebut sebagai saluran konsumsi social. Saluran ini hanya ada dalam ekonomi islam..

Menjalankan usaha-usaha yang halal, dari produk atau komoditi, manajemen, proses produksi hingga proses sirkulasi atau distribusi haruslah ada dalam kerangka halal. Usaha-usaha tadi tidak boleh bersentuhan dengan judi dan spekulasi (kharar).

Sebagaimana firman Allah ( QS. Al- Baqarah (2) :168)

ا ْوُعِبَّتَت َلَ َّو اابِ يَط الًٰلَح ِض ْرَ ْلَا ىِف اَّمِم ا ْوُلُك ُساَّنلا اَهُّيَاٰي نْيِبُّم وُدَع ْمُكَل هَّنِا ِن ٰطْيَّشلا ِت ٰوُطُخ

Artinya: “ Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

Seorang muslim harus yakin akan adanya kehidupan setelah dunia yaitu akhirat. Dengan ini maka manusia akan melakukan dua jenis konsumsi yaitu untuk kepentingan dunia dan juga kepentingan akhirat.

(46)

Menurut Munrikhim Misanam Perilaku konsumen muslim dipengaruhi oleh masalah berkah/keberkatan. Dikarenakan hikmah dari berkah ini telah dijanjikan oleh Allah sebagaimana tertulis dalam al-Qura’an Al-A’raf (7): 96)

ِءاَمَّسلا َنِ م ٍت ٰك َرَب مِهيَلَع اَنحَتَفـَل اوَقَّتا َو اوُنَمٰا ى ٰرُقلا َلهَا َّنَا وَل َو ِضرَلَا َو

Artinya: “ Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”

Berkah yang diberikan Allah yang berasal dari bumi adalah berupa kesejahteraan yang diterima oleh masyarakat.Tingkat kesejahteraan konsumen yang memperhatikan masalah berkah lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memperhatikan hal ini. Perilaku konsumen muslim dalam memilih barang yang akan dikonsumsinya sangat ditentukan oleh kandungan berkah yang ada dalam produk tersebut dan bukan masalah harga. ( Kurniati, Jurnal Ekonomi Syariah, 1,2016: 48)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen muslim adalah Prilaku mengkonsusmsi barang yang halal dengan tidak berlebih-lebihan, hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup bukan untuk memuaskan keinginan juga mengutamakan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.

f. Norma dasar dalam Konsumsi Muslim

Beberapa norma dasar dalam perilaku konsumsi Muslim yang beriman, yaitu sebagai berikut:

1. Membelanjakan Harta dalam Kebaikan dan Menjauhi Sifat Kikir

(47)

Beberapa ketentuan yang telah digariskan Allah SWT melalui syariat Islam yaitu, pemanfaatan harta untuk kepentingan ibadah dan pemanfaatan harta untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga. Pemanfaatan harta untuk kepentingan ibadah menjadi salah satu tolak ukur ketakwaan seseorang dan sangat diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pemanfaatan harta untuk ibadah ini tidak boleh berlebihan atau melampaui batas, tetapi tidak kikir. Adapun pemanfaatan harta untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga adalah menetapkan besarnya belanja untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga sesua dengan kebutuhan.

2. Tidak Melakukan Kemubaziran

Seorang muslim senantiasa membelanjakan harta untuk kebutuhan yang bermanfaat dan tidak berlebihan atau boros.

Sebagaimana seorang muslim yang tidak memperoleh harta haram, ia juga tidak akan membelanjakan untuk hal yang haram. Sikap ini dilandasi oleh keyakinan bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan harta di hadapan Allah SWT 3. Menghindari berhutang

Setiap muslim diperintahkan untuk menyeimbangkan pendapatan dengan pengeluarannya. Berhutang sangat tidak dianjurkan, kecuali untuk keadaanyang sangat terpaksa, kebiasaan berhutang menunjukkan rasa kurang bersyukur kepada Allah SWT, serta akan mendorong perilaku konsumtif 4. Menjaga Aset yang Mapan dan Poko

Secara muslim tidak diperkenankan memperbanyak belanjaannya dengan cara menjual aset-aset poko, misalnya rumah tinggal atau lahan pertanian yang dimilikinya, kecuali terpaksa. Nabi Muhammad SAW mengingatkan jika terpaksa menjual aset, hasilnya tidak digunakan untuk memenuhi

(48)

kebutuhan sehari-hari, tetapi hendaknya untuk membeli aset lain agar berkahnya tetap terjaga (Yuniarti, 2015 : 83)

g. Faktor – faktor yang memepengaruhi perilaku konsumen 1. Faktor Budaya

Faktor budaya juga merupakan pengaruh eksternal yang penting terhadap perilaku konsumen. Budaya meliputi pengamatan menyeluruh terhadap sifat-sifat masyarakat secara utuh termasuk bahasa, kesenian, teknologi, pengetahuan, hukum, agama, dll.

Budaya memiliki lima dimensi yangdiekspresikan dalam perilaku komoditasnya.

1). Dimensi Materialistik, dimensi ini menentukan materi atau peralatan (teknologi) yang dibutuhkan seseorang untuk mengupayakan kehidupan ekonomi.

2). Dimensi Institusi Sosial, termasuk bagaimana keluarga, pendidikan, media, dan struktur politik diadakan dan dioperasikan. Adanya keguyuban dalam keluarga, adanya kelas social, dan bagaimana orang menjadi konsumen yang baik, kesemuanya merupakan dimensi institusi social dari budayanya.

3). Dimensi hubungan antara manusia dengan alam semesta, termasuk system keyakinan, agama, dan nilai-nilai. Nilai- nilai perkawinan misalnya dinegara-negara barat berbeda dengan nilai-nilai perkawinan di negara-negara timur.b 4). Dimensi estetik, termasuk kesenian tulis dan bentuk (ukir,

pahat), keseian rakyat, music, drama, dan tari.Bila diperhatikan, pengiklanan sangat kreatif dalam memanifulasi dimensi budaya estetik.

5). Bahasa, termsuk bahasa verbal dan non verbal, merupakan sarana yang paling efektif dalam komunikasi pemasaran.

(49)

Dialok, intonasi, symbol, bahasa tubuh, dan lain sebagainya digunakan oleh pengiklanan untuk mempengaruhi konsumen.(Taan, 2017: 11-13)

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor – faktor social sebagai berikut:

1). Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya kelompok primer,yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga, teman, tetangga, dn teman-teman sejawat.

2). Kelurga, Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama ialah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi.Keluarga prakreasi, yaitu pasangan hidup anak- anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli yang konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.( Setiadi, 2003:10-14)

3. Faktor Pribadi

Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti:

1). Umur dan tahapan dalam siklus hidup. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis.Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari pemberian Pupuk Organik Cair Sprint dengan dosis yang berbeda terhadap pertambahan diameter batang bibit durian lai dapat dilihat pada

Terdapat beberapa metode yang dilakukan untuk dapat meningkatkan lama kerja blokade sensorik dan juga motorik obat anestesia lokal yang dipergunakan pada anestesia spinal, baik

Faktor-faktor yang mendukung perkembangan jiwa agama pada anak khususya adalah faktor dari keluarga terutama orangtua, karena orangtua sebagai pendidik dan motivator bagi

Demikian pula menurut pasal 187 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, bahwa yang dimaksudkan dengan Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat

[r]

UPAYA PENCEGAHAN PENURUNAN PRODUKSI SUSU MELALUI TEAT DIPPING EKSTRAK DAUN KERSEN ( MUNTINGIA CALABURA L .) PADA SAPI PERAH RAKYAT.. Tahun ke 1 dari rencana

Bullying Motivation Among High School and College Student in Three Big Cities in Indonesia) SKRIPSI ANDY HERLAMBANG 0804007011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

Tujuan dari penelitian untuk mendapatkan level optimum kombinasi Se organik, inorganik dan vitamin E terbaik dalam menghasilkan performa produksi dan reproduksi burung