• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI TENTANG METODE DISKUSI DAN MINAT BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI TENTANG METODE DISKUSI DAN MINAT BELAJAR SISWA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI TENTANG METODE DISKUSI DAN MINAT BELAJAR SISWA

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi

Metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, semakin tepat metodenya diharapkan semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tetapi khususnya dalam bidang pengajaran di sekolah ada beberapa faktor lain yang berperan dalam menentukan efektifnya metode pengajaran, yaitu diantaranya adalah faktor guru, faktor anak, dan faktor situasi (lingkungan belajar) (Suryobroto, 1986:

3).

Metode mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur. Adapun pengertian lain mengenai metode mengajar yaitu teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyampaikan bahan pelajaran kepada sisiwa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok. Agar pelajaran tersebut dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. (Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, 1997: 52).

Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik membuat kegaduahan, ketika anak didik menunjukan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara tepat. Apabila tidak maka apa yang telah guru samapaikan telah sia-sia. Boleh jadi dari sekian keadaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah faktor metode.

Penerapan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujauan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penerapan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa. Penerapan metode mengajar di dalam kelas seharusnya dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan harus menyesuaikan diri dengan metode, oleh karena itu, penerapan metode dapat terjadi apabila ada

(2)

kesesuaian anatara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai satuan tertulis (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997: 86).

Pada kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap (kognitif, psikomotor dan afektif).

Metode diskusi pada dasarnya menekankan pada partisipasi dan interaksi semua anggota kelompok dalam suatu kegiatan diskusi. Morgan (dalam supriyanto, 2007)

Menurut Gulo (2002) metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama.

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain: 2006)

Secara normatif al-qur’an surat an-nahl (16) ayat 125 telah memberikan penegasan akan pentingnya metode ini dalam pengajaran yang berbunyi :

عُ دۡٱ إِ لَ بِّ لَ إِي إِ لَ ىٰ لَ إِ

إِ لَ دۡ إِ دۡ

لَ

إِ لَ إِ دۡ لَ دۡ

إِ لَ لَ لَ دۡ

إِ عُ دۡ إِ ىٰلَ لَ

يإِتَّ

َّيلَض نلَ إِ عُ لَل دۡ لَأ لَ عُه لَ َّ لَ َّنإِ ُۚعُنلَ دۡحلَأ لَيإِه

إِ إِل إِ لَ نلَ

إِ عُ لَل دۡ لَأ لَ عُهلَ ۦ لَن إِ لَتدۡ عُ دۡ

١٢٥

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An- Nahl : 125).

Karakter metode diskusi berbeda dengan metode ceramah. Dalam metode diskusi peran guru tidak terlalu dominan. Guru hanya bisa memberikan penghargaan terhadap jalannya diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan siswa. Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur demokratis. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri. Tiap siswa diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama,

(3)

kelompok akan maju dengan satu pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepada paham terakhir sebagai hasil karya bersama (DEPAG, 2001).

Dari pendapat diatas penulis dapat simpulkan bahwa metode diskusi dasarnya menekankan pada partisipasi dan interaksi antar anggotanya untuk saling menghargai pendapat yang berbeda dan disepakati bersama atau bisa dikatakan juga secara demokratis. Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi. Jelas diperlukan diantaranya ialah:

1) Guru atau pemimpin diskusi harus berusaha dengan semaksimal mungkin agar semua murid (anggota diskusi) turut aktif dan berperan dalam diskusi tersebut.

2) Guru atau pemimpin sebagai pengatur lalu lintas pembicaraan, harus bijaksana dalam mengarahkan diskusi, sehingga diskusi tersebut berjalan dengan lancar dan aman.

3) Membimbing diskusi agar sampai kepada suatu kesimpulan guru/ pimpinan diskusi perlu ada keterampilan mengumpulkan hasil-hasil pembicaraan.

2. Macam-macam diskusi

Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat, bentuk diskusi dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Diskusi yang terdiri dari beberapa orang saja (sekelompok orang) misalnya debat, relaksi lingkaran, diskusi kelas, dan lain-lain; dan

2. Diskusi yang dilibatkan sejumlah massa (banyak orang) sehingga disebut metode interaksi massa, misalnya seminar, workshop, forum, dan lain-lain.

Adapun menurut Mulyono (2012:93-96) menjelaskan beberapa macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah:

1. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dipecahkan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah:

a) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis;

(4)

b) Sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit.

c) Peserta didik diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator.

d) Sumber masalah member tanggapan;

e) Moderator memyimpulkan hasil diskusi.

2. Whole Group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi, Whole Group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.

3. Sundicate Group

Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu.

4. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz group)

Suatu kelompok besar diabagi menjadi dua sampai delapan kelompok yang lebih kecil. Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok- kelompok. Jumlah anggota kelompok antara tiga sampai lima orang.

Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam keompok kecil ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

5. Brain storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segear. Setiap anggota mengeluarkan pendapatnya.

6. Simposium

Symposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang berdasarkan keahlian. Beberapa orng membagas tentang berbagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Symposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada peseta didik. Setelah para penyaji memberikan

(5)

pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan pembacaan esimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

7. Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya dilakukan oleh 4-5 orang duduk dalam satu susunan semi melingkar, dipimpin oleh moderator di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sebagai peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh karena itu, agr diskusi panel efektif perlu dibangun dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Peserta didik disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

8. Informal Debate

Kelas dibagi menjadi tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdeatan formal.

9. Colloquium

Teknik ini adalah cara berdiskusiyang dijalankn oleh satu atau beberapa orang sebagai nara sumber, yang berpendapat, menjawab pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dapat juga bervariasilain ialah seorang guru atau peserta didik menginterview narasumber, tentang pendapatnya mengenai suatu masalah; kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.

10. Fish bowl

Dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga orang sebagai sumber pendapat, mereka duduk dalam suatu susunan semi lingkaran berderet dengan tiga kursi kosong menghadap ke kelompok. Kemudian moderator memberikn pengantar singkat, dan diikuti dengan meminta kepada peserta dengan sukarela dari kelompok besar, untuk menduduki kursi kosong yang ada di depan mereka. Peserta ini mengajukan pertanyaan atau mengadakan pembicaraan dengan narasumber pendapat.

Selanjutnya moderator mengundang peserta yang lainnya dari anggota sidang untuk ikut berpartisipasi.

Dari berbagai macam-macam diskusi yang di jelaskan di atas yang banyak digunakan adalah diskusi kelas, diskusi kelompok kecil. Sedangkan diskusi yang

(6)

lainnya jarang digunakan atau hanya digunakan oleh panitia tertentu. Dalam melaksanakan berbagai diskusi tersebut, seorang guru harus mempertimbangkan tingkat kesulitan masalah, tingkat berfikir siswa, relevansi masalah yang ditentukan dengan pelajaran yang dibahas, serta kegunaannya.

Sebagai konsekuensinya dalam diskusi kelompok ada tiga persyaratan yang harus dimiliki menurut Jaime Bulato SJ (dalam Mulyono, 2012:96), ialah:

a) Menjadi pendengar yang baik, artinya berusaha mendengarkan kawan yang sedang berbicara sepenuh hati.

b) Menjadi pembicara yang baik, kita harus berusaha berbicara dengan sepenuh hati.

Berbicara untuk menyumbangkan buah pikirantanpa malu-malu, takut salah atau takut di tertawakan.

c) Tidak berbisik pada kawan kiri kanan, perlu diperhatikan karena sering kita jumpai pada masyarakat kita.

Adapun Tujuan metode diskusi adalah memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan fikiran- fikirannya dan mengambil suatu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban yang di dasarkan atas pertimbangan yang seksama. (Jumanta Hamdayama, 2014: 133)

Berdasarkan uraian diatas berfikir kritis dan mengeluarkan pendapatnya masing- masing adalah salah satu bentuk mengajarkan pada anak didik supaya mempunyai mental pemberani, yaitu berani berbicara di muka umum, sekaligus melatih anak untuk berfikir kritis, dengan tujuan untuk menganalisa suatu permasalahan, jadi diharapkan siswa bisa memecahkan permasalahan dengan mendiskusikan secara bersama.

3. Langkah – langkah metode diskusi

Agar penerpan metode diskusi berhasil dengan efektifmaka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Langkah persiapan

 Merumuskan tuuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.

 Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

(7)

 Menetapkan masalah yang ingin dibahas. Kemudian guru memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama oleh guru dan siswa.

 Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus manakala diperlukan.

2). Pelaksanaan diskusi

 Memeriksa segala persiapan yang diangap dapat mempengaruh segala kelancaran diskusi.

 Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

 Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

 Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pesrta dskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

 Mengendalikan pembicaraan kepada persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

3). Menutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

 Meriview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya (Mulyono, 2012:97-98).

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi a) Kelebihan metode diskusi

(8)

Ada beberapa kelebihan dalam metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. (Mulyono, 2012:92) yaitu:

a) Dapat merangsang peserta didik untukn lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan atau ide-ide.

b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi sebuah permasalahan.

c) Dapat melatih peserta didik untuk dapat mengemukakan pendapat dan gagasan secara verbal.

d) Disamping itu, diskusi juga dapat melatih peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain.

Menurut suryobroto (1986:36) menyebutkan beberapa keuntungan dalam metode diskusi yaitu:

a) Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

b) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan materi pelajaran.

c) Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.

d) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.

e) Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

b) Kekurangan metode diskusi

Menurut Mulyono (2012:93) selain memiliki kelebihan, diskusi juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara.

b) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.

c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.

(9)

d) Dalam diskusi sering terjdi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat menganggu iklim pembelajaran.

B. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu, Chaplin(2004:255).

Menurut Bimo Walgito (1981:38) minat yaitu suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan sekitar keinginan untuk mengetahui, mempengaruhi, mempelajari dan membuktikan lebih lanjut.

Djali (2007:121) minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Reber (Muhibbin, 2005:151) minat tidak termasuk masalah popular dalam psikologi karena ketergantungan yang banyak pada faktor- faktor internal lainnya, seperti pemutusan perhatian, keinginan, motivasi dan kebutuhan.

Crow and Crow (abd.Rachman 1993:112) minat atau inters biasa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun biasa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab kegiatan dari partisipasi dalam kegiatan. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak).

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh Slameto (2010:180). Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008-132) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu konsisten dengan rasa senang.

(10)

Minat adalah suatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupak dasar bagian prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakuakn ke sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran, Gunarso, (2008:04)

Wayana (1987:46) bahwa minat yang timbul dari kebutuhan seseorang akan merupakan sumber dari usaha tersebut. Ini berarti bahwa seseorang tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya.

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu dan ketertarikan sesuatu, keinginan untuk mengetahui, mempengaruhi, mempelajarai suatu hal tanpa ada yang menyuruh.

Sedangakan belajar menurut Slameto (2013:2) adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Gagne (M Dalyono, 2009:211) menyatakn bahwa belajar terjadi apabia suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Winkel (2014:59) menyatakan belajar adalah aktivitas mental/fisik, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang mengahasilkan sejumlah perubahan pengetahuana, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Muhibbin Syah (2013:88) berpendapat bahwa belajar adalahsuatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Dengan begitu skinner percaya bahwa proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguatan (reinforce).

Syaful Bahri (2008:175) berpendapat, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dan interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

(11)

Wasty Soemanto (2006:104) menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian, perubahan akibat pertumbuhan, kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengurus obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah aktivitasa mental yang membawa perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta tingkah laku yang baru dan relative konstan melalui suatu proses atau usaha adaptasi sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan penjabaran kata “minat dan belajar” di atas, dapat disimpulkan minat belajar adalah rasa senang, tertarik, dan keinginan yang tinggi terhadap belajar yang dipandang memberi keuntungan dan kepuasan pada dirinya.

2. Indikator Minat

Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut. Disamping itu, minat juga merupakan kemampuan untuk memberikan stimulus yang mendorong seseorang untuk memperhatikan aktivitas yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang sebenarnya. Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatian akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada pelajaran tersebut. Oleh karena itu, definisi operasional minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakuakan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediannya yang dapat diukur melalui kesukaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan (sudaryono, 2012:125).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator minat adalah : Gairah, Inisiatif, Responsip, Kesegaran, Konsesntrasi, Ketelitian, Kemauan, Keuletan dan Kerja keras.

a. Gairah adalah salah satu elemen pokok yang meringankan upaya dan mengubah kegiatan-kegiatan yang biasa-biasa saja menjadi suatu pekerjaan yang dapat dinikmati.

b. Inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan.

(12)

c. Responsip adalah kesadaran akan tugas yang harus dilakukan dengan sungguh- sungguh.

d. Kesegaran adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan.

e. Konsesntrasi adalah pemusatan atau pengarhan (perhatiannya kepekerjaanya atau aktivitasnya).

f. Ketelitian adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama yang dilakukan secara berulang.

g. Kemauan merupakan dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi.

h. Keuletan adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.

i. Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpul bahwa indikator minat adalah adanya Gairah, Inisiatif, Responsip, Kesegaran, Konsesntrasi, Ketelitian, Kemauan, Keuletan dan Kerja keras.

3. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.

Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya, Slameto (2010:180)

Perlu adanya kondisi seseorang itu tertarik pada hal tertentu, dalam konteks ini disebutkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang menarik menyebabkan seseorang siswa akan lebih senang belajar dan memiliki perhatian yang penuh ketika belajar.

Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan (missal: bobot, umur, jenis

(13)

kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian,) dan yang berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga itu lebih berpengaruh, ini sangat sulit untuk menentukannya karena ada minat seseorang yang timbul dan berkembangnya lebih dipengaruhi oleh faktor keluarga, tetapi ada juga yang oleh lingkungan sekolah atau masyarakat, atau sebaliknya. Disamping itu juga karena objek dari minat itu sendiri sangat banyak sekali macamnya, Abdul Rahman Shaleh (2005:263)

Menurut crow and Crow (1973) berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam diri individu, missal dorongan untuk makan, ingin tahu seks.

Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain. Dorongan seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetika dan lain-lain.

2) Motif sosial, dapat menjadi factor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas. Misalnya, minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan karena ingin mendapatkan penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan tepandang dalam masyarakat.

3) Faktor emosional, minat mempunya hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat tehadap hal tersebut.

Berdasarkan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat itu ada tiga, yaitu: dorongan dari dalam diri individu, motif social dan faktor emosional.

C. Urgensi Penerapan Metode Diskusi Dengan Minat Belajar

Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap pembelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi perhatian pada mata pelajaran sehingga menimbulkan sikap keterlibatan ingin belajar.

(14)

Syaful Bahri djamarah (2002:81), sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar, dan minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Model pembelajaran sangat berpengaruh untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, namun perlu juga diketahui tidak semua metode pembelajaran sesuai diterapkan pada semua mata pelajaran, maka guru dituntut harus bijak dalam menentukan metode yang akan digunakan untuk suatu materi, faktor propesionalisme guru dalam menggunakan metode juga sangat menentukan proses pembelajaaran berlangsung baik dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok.

Salah satu faktor pendukung minat siswa adalah situasi pembelajaran yang menyenangkan, bisa menarik perhatian siswa, dan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang seperti itu, salah satunya bisa menggunakan metode pembelajaran.

Melalui metode pembelajaran seorang pendidik atau guru dapat membuat suatu pembelajaran lebih terarah dan menyenangkan sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara metode pembelajaran dengan minat belajar adalah dengan metode pembelajaran akan merangsang siswa dalam mengikuti pembelajaran karena metode pembelajaran akan lebih menarik, menciptakan suasana yang menyenangkan dengan begitu minat siswa dalam belajar akan tumbuh.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah keenam , memainkan peran ulang (manggung ulang). Setelah semua kelompok selesai memainkan peran, dan telah dilakukan evaluasi serta penilaian dari masing-masing

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak merupakan salah satu karya sastra yang lebih dikhususkan untuk anak-anak dengan bahasa dan

1) Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat

kelompokpresentasi hasil kerja. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning adalah sebagai berikut. 1) Proses

Berdasarkan hasil observasi yang ada pada tabel di atas tentang langkah- langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di atas juga memiliki 9 langkah kegiatan

a) Pada kegiatan awal guru menyampaikan langkah-langkah presentasi, yaitu setiap kelompok maju ke depan kelas secara bergantian untuk mempresentasikan hasil diskusi

Langkah terakhir adalah melakukan seleksi alternatif. Pada bagian ini, ada 2 aktivitas yang dilakukan, yaitu:.. 1) Memprioritaskan alternatif keputusan berdasarkan hasil

Tempat duduk diatur sedemikan rupa sehingga peserta didik saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat; c Panel, merupakan diskusi kelompok kecil 3-6 orang yang dianggap ahli