• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP) dengan Derajat Nyeri pada Pasien Osteoartritis Lutut di RS UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP) dengan Derajat Nyeri pada Pasien Osteoartritis Lutut di RS UNS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP) dengan Derajat Nyeri pada

Pasien Osteoartritis Lutut di RS UNS

Adissa Dinda Khairunnisa1*, Desy Kurniawati Tandiyo2, Yunia Hastami3

1. Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

2. Bagian Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret/RS UNS 3. Bagian Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

Korespondensi : adissadindak@student.uns.ac.id

ABSTRAK

Pendahuluan: Osteoartritis lutut merupakan gangguan sendi kronis yang prevalensinya cukup tinggi. Obesitas sering dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko OA lutut dan menyebabkan peningkatan intensitas nyeri pada pasien. RLPP dapat digunakan sebagai indikator pengukuran obesitas yang dianggap lebih sensitif untuk mengetahui distribusi lemak pada bagian tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan antara rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) dengan rerajat nyeri pada pasien osteoartritis lutut di RS UNS.

Metode: Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Terdapat 47 pasien osteoartritis lutut yang berobat ke Instalasi Rehabilitasi Medik RS UNS dari tanggal 7 Juni - 19 Juli 2021 dan 25 diantaranya merupakan subjek penelitian. Variabel terikat penelitian adalah derajat nyeri OA yang diukur menggunakan kuisioner numerical rating scale (NRS). Variabel bebas penelitian adalah rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) yang diukur menggunakan pita ukur. Hubungan antar variabel diuji menggunakan uji korelasi Spearman.

Hasil: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RLPP dengan derajat nyeri pada pasien osteoartritis lutut di RS UNS (p = 0,118).

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang antara RLPP dengan derajat nyeri pada pasien osteoartritis lutut di RS UNS.

Kata Kunci: osteoartritis Lutut; rasio lingkar pinggang dan panggul; derajat nyeri.

ABSTRACT

Introduction: Knee osteoarthritis is a chronic joint disorder with a quite high prevalence. Obesity is often associated as a risk factor for knee OA and causes an increase of pain intensity in patients. Waist-to-hip ratio (WHR) can be used as an indicator of obesity which is considered more sensitive to determine the distribution of fat in the body. This study was conducted to assess the correlation between waist-to-hip circumference ratio (WHR) and the degree of pain in patients with knee osteoarthritis at UNS Hospital..

Methods: This research was analytic observational study with a cross sectional approach. There were 47 patients who went to Installation of Medical Rehabilitation at UNS Hospital from 7 June - 19 July 2021 and 25 of them were research subjects. The dependent variable of the study was degree of pain which was measured using a numerical rating scale (NRS) questionnaire. The independent variable of the study was waist-to-hip circumference (WHR) which was measured using a measuring tape. The correlation between variables was tested using Rank Spearman Correlation Test.

Results: There was no significant correlation between WHR and degree of pain in patients with knee osteoarthritis at UNS Hospital (p = 0,118).

Conclusion: There is no correlation between WHR and degree of pain in patients with knee osteoarthritis at UNS Hospital.

Keywords: knee osteoarthritis; degree of pain; waist-to-hip ratio.

(2)

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan gangguan sendi kronis yang prevalensinya cukup tinggi dan biasanya penderita mengeluhkan kekakuan, nyeri, dan hambatan gerak pada sendi yang terkena.

Semua sendi dapat mengalami OA, tetapi paling sering dijumpai pada sendi panggul, lutut, kaki, dan tangan. Osteoartritis diderita oleh 4% dari penduduk di dunia dan sekitar 83% dari seluruh kasus OA merupakan kasus OA lutut, sehingga dapat disimpulkan bahwa OA lutut merupakan jenis OA yang paling sering dijumpai. Di Indonesia, penyakit reumatik yang paling sering ditemukan dibandingkan dengan penyakit reumatik yang lainnya adalah osteoartritis. Berdasarkan data WHO, penderita OA di Indonesia sekitar 8,1% dari total populasi. Di Jawa Tengah sendiri, penderita OA sebesar 5,1% dari total populasi (Alfarisi, 2018). Peningkatan prevalensi OA terjadi pada usia 40 – 60 tahun dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Wijaya, 2018). Menurut data RISKESDAS (2018), sekitar 18,95% penderita gangguan sendi berusia ≥75 tahun dan penderita wanita terbukti lebih banyak yaitu sebesar 8,46% dibandingkan dengan penderita pria sebesar 6,13%.

Terdapat banyak faktor risiko osteoartritis antara lain usia, jenis kelamin, berat badan, kelainan anatomis, faktor genetik, pekerjaan, aktivitas fisik, dan trauma lutut. Berat badan berlebih seringkali dikaitkan sebagai pemicu timbulnya osteoartritis lutut. Obesitas menyebabkan bertambahnya beban sendi lutut sebagai salah satu sendi penopang tubuh sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis lutut (Kusumaningsih et al., 2015). Individu dengan BMI >30 kg/m2 terbukti 6,8 kali lebih berisiko terkena OA lutut. Individu yang mengalami obesitas juga dikatakan mengalami nyeri yang lebih parah dibandingkan individu dengan berat badan yang normal (Marks, 2014).

Terdapat beberapa indikator untuk menilai obesitas yaitu dengan indeks massa tubuh (IMT), lingkar lengan atas, rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP), dan persentase lemak tubuh (Hidayatulloh et al., 2011). Indikator pengukuran obesitas yang sering kali digunakan adalah IMT, padahal IMT kurang efektif untuk menilai distribusi lemak pada bagian tubuh sehingga dianggap tidak sensitif dalam mendiagnosis obesitas sentral. Pengukuran RLPP dianggap lebih sensitif untuk mengetahui distribusi lemak pada bagian tubuh, terutama pada dinding perut/abdomen. RLPP merupakan hasil pembagian antara lingkar pinggang dengan lingkar panggul (Maryani dan Sunarti, 2013).

Penelitian terkait hubungan antara RLPP dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut sudah pernah dilakukan beberapa kali sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Islami (2014) di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara derajat nyeri dengan RLPP pasien OA lutut derajat dua, sedangkan pada penelitian Kusumaningsih, et.al. (2015) di RS Bina Sehat Jember diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara RLPP dengan derajat nyeri OA lutut pada pasien berjenis kelamin perempuan, sedangkan pada laki-laki tidak. Perbedaan hasil di antara penelitian tersebut menarik peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) dengan derajat nyeri pada pasien osteoartritis lutut di RS UNS.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rehabilitasi Medik RS UNS dari tanggal 7 Juni – 19 Juli 2021.

Subjek penelitian merupakan pasien osteoartritis lutut yang berobat ke Instalasi Rehabilitasi Medik RS UNS dari tanggal 7 Juni – 19 Juli 2021 dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan peneliti.

Kriteria inklusi meliputi pasien OA lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik RS UNS, sehat secara mental dan dapat berdiri, bersedia mengukuti penelitian dengan mengisi informed consent, serta mengisi kuisioner. Kriteria eksklusi meliputi penderita OA lutut yang disertai penyakit penyerta lainnya seperti sendi gout arthritis, rheumatoid arthritis, dan fraktur. Pengambilan sampel pada penelitian ini

(3)

menggunakan metode total sampling, dimana sampel penelitian merupakan semua pasien OA yang datang berobat ke Instalasi Rehabilitasi Medik RS UNS dari tanggal 7 Juni 2021 – 19 Juli 2021 dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Variabel bebas penelitian ini adalah rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) Data RLPP berskala nominal. Lingkar pinggang diukur dengan melingkarkan pita meteran pada titik tengah di antara tulang supra illiaca dan tulang rusuk paling bawah, sedangkan lingkar panggul diukur dengan melingkarkan pita meteran pada puncak pantat. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan hasil yang digunakan berupa rata-rata dari hasil ketiga pengukuran tersebut. Variabel terikat penelitian ini adalah derajat nyeri OA lutut. Data derajat nyeri OA lutut berskala ordinal, diukur menggunakan menggunakan kuisioner numerical rating scale (NRS) yang berupa skala 0-10, dimana 0 berarti tidak nyeri sama sekali, 1-3 berarti nyeri ringan, 4-6 berarti nyeri sedang, dan 7-10 berarti nyeri berat.

Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi statistik SPSS dengan uji korelasi Spearman untuk melihat hubungan antara RLPP dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut.

Nomor keterangan layak etik penelitian ini yaitu 612/V/HREC/2021 yang diterbitkan oleh RSUD Dr. Moewardi tanggal 19 Mei 2021.

HASIL

Jumlah pasien OA lutut yang datang berobat ke Instalasi Rehabilitas Medik dari tanggl 7 Juni – 19 Juli 2021 sebanyak 47 pasien. Diantara 47 pasien tersebut, sebanyak 22 pasien tidak memenuhi kriteria dan sebanyak 25 pasien memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga dapat menjadi subjek penelitian ini.

Tabel 1.Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

40-49 3 12%

50-59 6 24%

60-69 14 56%

≥70 2 8%

Total 25 100%

Tabel 1 mengenai distribusi subjek penelitian berdasarkan usia menunjukkan dari total 25 subjek, sebesar 56% berusia 60-69 tahun, sebesar 24% berusia 50-59 tahun, sebesar 12% berusia 40- 49 tahun, dan sebesar 8% berusia ≥70 tahun.

Tabel 2.Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 6 24%

Perempuan 19 76%

Total 25 100%

Tabel 2 mengenai distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 76%, hanya 24%

dari total subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 3.Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Pensiunan 8 32%

Guru 1 4%

IRT 7 28%

Buruh 1 4%

Wiraswasta 5 20%

Petani 1 4%

Karyawan Swasta 2 8%

Total 25 100%

(4)

Tabel 3 mengenai distribusi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebanyak 8 (32%) pasien merupakan pensiunan, sebanyak 1 (4%) pasien bekerja sebagai guru, sebanyak 7 (28%) pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, sebanyak 1 (4%) pasien bekerja sebagai buruh, sebanyak 5 (20%) pasien bekerja sebagai wiraswasta, sebanyak 1 (4%) pasien bekerja sebagai petani, dan sebanyak 2 (8%) pasien bekerja sebagai karyawan swasta.

Tabel 4.Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase

Ringan 16 64%

Sedang 9 36%

Berat 0 0%

Total 25 100%

Tabel 4 mengenai distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian termasuk ke dalam kategori tingkat aktivitas fisik ringan dengan persentase sebesar 56%, diikuti dengan kategori sedang dengan persentase sebesar 36%, dan tidak ada satupun subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori tingkat aktivitas fisik berat.

Tabel 5.Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan RLPP

Kategori RLPP Frekuensi Persentase

40-49 3 12%

50-59 6 24%

Total 25 100%

Tabel 5 mengenai distribusi subjek penelitian berdasarkan RLPP menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian termasuk ke dalam kategori berisiko dengan persentase sebesar 76%, hanya 16% dari total subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori tidak berisiko.

Tabel 6.Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Derajat Nyeri OA

Derajat Nyeri Frekuensi Persentase

Ringan 4 16%

Sedang 11 44%

Berat 10 40%

Total 25 100%

Tabel 6 mengenai distribusi subjek penelitian berdasarkan derajat nyeri OA menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian mengalami nyeri sedang dengan persentase sebesar 44%, diikuti dengan subjek penelitian yang mengalami nyeri berat dengan persentase sebesar 40%, dan hanya sedikit subjek penelitian yang mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 16% saja.

Pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman didapatkan nilai p = 0,118, dimana jika nilai p>0,05 menandakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RLPP dengan derajat nyeri OA.

Tabel 7. Uji Korelasi Spearman RLPP dengan Derajat Nyeri OA Derajat Nyeri OA

RLPP Correlation Coefficient .320

Sig. (2-tailed) .118

N 25

(5)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian berusia 60-69 tahun yaitu sebesar 56%. Hal ini sejalan dengan penelitian Valdes dan Stocks (2018) yang menyatakan bahwa prevalensi OA paling tinggi pada usia >60 tahun dan diperkirakan sekitar 9,6% laki-laki dan 18%

perempuan yang berusia >60 tahun memiliki OA yang simptomatis. Seiring bertambahnya usia, terjadi penuaan kartilago, peningkatan kekakuan subkondral, dan perubahan neuromuskular yang meningkatkan risiko OA. Walaupun prevalensi OA meningkat seiring dengan bertambahnya usia, namun berdasarkan hasil penelitian Sun et al. (2019) prevalensi OA sedikit lebih tinggi pada kelompok usia 60-69 tahun dibandingkan prevalensi OA pada kelompok usia ≥70 tahun.

Mayoritas subjek penelitian berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 76% dan hanya 24% dari total subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki tulang femur yang lebih kecil dan patella yang lebih tipis (Primorac et al., 2020).

Selain itu, perempuan post-menopause juga mengalami penurunan kadar esterogen yang menyebabkan peningkatan resorpsi tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya OA (Sun et al., 2019).

Sebagian besar subjek penelitian merupakan pensiunan dengan persentase sebesar 32%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soeryadi et al. (2017) dengan hasil bahwa sebesar 51,9% pasien OA lutut merupakan pensiunan dan sebesar 18,5% merupakan IRT. Penelitian yang dilakukan oleh Kiadaliri et al. (2016) juga mendapatkan hasil bahwa sekitar 80,9% penderita OA merupakan pensiunan. Tingkat aktivitas yang rendah dan jarang bergerak menyebabkan tingginya kejadian OA pada pensiunan. Selain itu, faktor usia juga sangat berpengaruh dimana pensiunan merupakan lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% dari subjek penelitian memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Tingkat aktivitas fisik subjek dinilai menggunakan skor International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) yang terdiri atas 6 pertanyaan terkait aktivitas apa saja yang dilakukan pasien selama 7 hari terakhir, kemudian hasilnya di kategorikan menjadi tingkat aktivitas fisik rendah, sedang, dan berat. Mayoritas subjek mengaku memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah karena keterbatasan gerak akibat nyeri yang dirasakan. Sesuai dengan pernyataan Veenhof et al. (2012) bahwa pasien OA cenderung menghindari aktivitas fisik karena merasa nyeri akan bertambah ketika beraktivitas. Hal ini juga berkorelasi dengan pekerjaan subjek yang mayoritas merupakan pensiunan sehingga cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik dapat meningkatkan kekuatan otot dan stabilitas sendi yang dapat menurunkan risiko terjadinya OA (Veenhof et al., 2012).

Aktivitas fisik juga terbukti dapat memperbaiki fungsi sendi dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien (Adesola C et al., 2019).

Sekitar 84% dari subjek penelitian memiliki RLPP yang termasuk ke dalam kategori berisiko terkena komplikasi metabolik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Yasseri et al. (2019), yaitu mayoritas pasien OA baik pria maupun wanita mengalami obesitas sentral. Adanya peningkatan jumlah lemak visceral yang tentunya menyebabkan bertambahnya RLPP akan meningkatkan risiko terkena OA. Hal ini disebabkan karena lemak visceral banyak mensekresikan mediator inflamasi ke dalam sirkulasi sistemik, salah satunya hormon leptin yang memiliki efek merusak kondrosit sendi secara langsung (Prakash et al., 2017).

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner NRS, didapatkan bahwa mayoritas subjek penelitian mengalami nyeri sedang dengan persentase sebesar 44% dimana hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, genetik, kondisi psikologis, riwayat pengobatan, tingkat aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT). NRS merupakan salah satu indikator pengukuran derajat nyeri yang sederhana dan mudah dipahami dan memiliki sensitivitas sebesar 93% (Merdekawati et al., 2019). Menurut Hjermstad et al. (2011), NRS merupakan indikator pengukuran derajat nyeri yang paling tepat

(6)

digunakan pada pasien lansia karena mudah dipahami sehingga tingkat akurasinya tinggi. Meskipun begitu, berdasarkan pengalaman peneliti saat melaksanakan penelitian, masih banyak lansia yang merasa kesulitan untuk menginterpretasikan rasa nyeri yang dirasakan ke dalam skala NRS. Hal ini dapat disebabkan karena menurunnya kemampuan komunikasi pada lansia. Selain itu, ambang rasa nyeri pada lansia yang cenderung tinggi juga dapat menyebabkan tidak akuratnya hasil derajat nyeri pada skala NRS.

Hasil analisis bivariat yang telah dilakukan, didapatkan p value = 0,118 (p >0,05) yang berarti H0 diterima yaitu tidak terdapatnya hubungan antara RLPP dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Islami (2014) di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara RLPP dengan derajat nyeri penderita OA. RLPP merupakan salah satu pengukuran antropometri yang digunakan untuk menilai obesitas sentral. Dalam berbagai penelitian, obesitas memang telah terbukti dapat memperberat gejala yang dirasakan pada pasien OA lutut. Salah satunya pada penelitian yang dilakukan oleh Elbaz et al. (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan skor indeks WOMAC yang berarti bahwa gejala OA lutut akan semakin berat seiring dengan meningkatnya status obesitas seseorang. Obesitas berperan dalam progresivitas OA lutut melalui dua mekanisme, yaitu secara mekanik karena adanya peningkatan beban sendi dan secara metabolik melalui peningkatan sekresi sitokin (IL-6, IL-1, TNF-a) dan adipokine (leptin dan adiponektin) seiring bertambahnya jumlah sel adiposit (Sridhar et al., 2012; Wang et al., 2015). Wang et al., 2015)

Pada penelitian kali ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RLPP sebagai indeks pengukuran obesitas dengan derajat nyeri pasien OA lutut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holliday et al. (2011) dan Al-Yasseri et al. (2019), RLPP memiliki keterkaitan yang lemah dengan insidensi OA lutut. Pada penelitian yang sama juga dinyatakan bahwa IMT lebih berpengaruh terhadap derajat keparahan OA lutut dibandingkan RLPP, meskipun RLPP dianggap lebih sensitif dalam menilai obesitas sentral, dimana hal ini berkaitan erat dengan faktor metabolik yang berperan dalam patogenesis OA. Dari pernyataan tersebut diduga bahwa faktor mekanis memiliki peran yang lebih besar untuk memperberat gejala pasien OA lutut dibandingkan faktor metabolik. Indeks massa tubuh masing-masing subjek tidak diketahui pada penelitian ini karena peneliti tidak melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan subjek sehingga peneliti tidak dapat membandingkan peran antara IMT dan RLPP terhadap derajat nyeri OA lutut.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini, dapat ditarik simpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut di RS UNS.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa terdapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama proses penelitian. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada Evi Liliek Wulandari, dr., Sp.PD, MKes yang telah berkenan memberi kritik dan saran yang membangun untuk penelitian ini. Penulis juga hendak berterimakasih kepada Instalasi Rehabilitasi Medik RS UNS atas izin dan dukungan yang diberikan sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada seluruh responden yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Yasseri, B. J. H., Radi, A. A., & Abbas, M. A. R. (2019). Assessment of obesity and central obesity among patients with knee osteoarthritis in Al-Sadder Hospital, Baghdad, Iraq. Journal of Ideas in Health, 2(2), 113–117. https://doi.org/10.47108/jidhealth.vol2.iss2.37

Alfarisi, R. (2018). Perbedaan Intensitas Nyeri Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Pasien Osteoartritis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 5(1).

Dragan Primorac , Vilim Molnar , Eduard Rod Željko Jeleˇc , Fabijan ˇCukelj , Vid Matiši´c , Trpimir Vrdoljak , Damir Hudetz, H. H., & Bori´c, and I. (2020). Knee Osteoarthritis : A Review of Pathogenesis and.

Genes, 11(8), 854–889.

Elbaz, A., Debbi, E. M., Segal, G., Haim, A., Halperin, N., Agar, G., Mor, A., & Debi, R. (2011). Sex and body mass index correlate with Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis Index and quality of life scores in knee osteoarthritis. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 92(10), 1618–

1623. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2011.05.009

Hidayatulloh, A., Nurhanasah, A., Irawan, E., Faizal Firdaus, Fitriatul Isnaini, & Al, E. (2011). Hubungan Faktor Resiko Obesitas Dengan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Mahasiswa Fkm Ui. 1–12.

Hjermstad, M. J., Fayers, P. M., Haugen, D. F., Caraceni, A., Hanks, G. W., Loge, J. H., Fainsinger, R., Aass, N., & Kaasa, S. (2011). Studies comparing numerical rating scales, verbal rating scales, and visual analogue scales for assessment of pain intensity in adults: A systematic literature review. Journal of Pain and Symptom Management, 41(6), 1073–1093.

https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2010.08.016

Holliday, K. L., Mcwilliams, D. F., Maciewicz, R. A., Muir, K. R., Zhang, W., & Doherty, M. (2011). Lifetime body mass index , other anthropometric measures of obesity and risk of knee or hip osteoarthritis in the GOAL case-control study. Osteoarthritis and Cartilage, 19(1), 37–43.

https://doi.org/10.1016/j.joca.2010.10.014

Islami, D. (2014). Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Dan Panggul Dengan Derajat Nyeri Pada Pasien Osteoartritis Lutut Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.

Kiadaliri, A. A., Lamm, C. J., de Verdier, M. G., Engström, G., Turkiewicz, A., Lohmander, L. S., & Englund, M. (2016). Association of knee pain and different definitions of knee osteoarthritis with health-related quality of life: A population-based cohort study in southern Sweden. Health and Quality of Life Outcomes, 14(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s12955-016-0525-4

Kusumaningsih, R., Hasan, M., & Kusuma, I. F. (2015). Hubungan antara Obesitas dengan Derajat Nyeri pada Penderita Osteoarthritis Lutut di RS Bina Sehat Jember (Relationship between Obesity and Degree of Pain in Knee Osteoarthritis Patients at Bina Sehat Hospital, Jember). Pustaka Kesehatan, 3(2), 253–

256.

Marks, R. (2014). Obesity, Osteoarthritis and Pain. Advances in Obesity, Weight Management & Control, 2(1), 1–7. https://doi.org/10.15406/aowmc.2014.01.00006

Maryani, E., & Sunarti. (2013). JANTUNG KORONER DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO ( The Ratio of Waist and Hip Circumference to Coronary Heart Desease at the Sukoharjo District Hospital ).

Buletin Penelitian Sistem Kesahatan, 16(1), 73–82.

Merdekawati, D., Dasuki, D., & Melany, H. (2019). Perbandingan Validitas Skala Ukur Nyeri VAS dan NRS Terhadap Penilaian Nyeri di IGD RSUD Raden Mattaher Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 7(2), 114.

https://doi.org/10.30644/rik.v7i2.168

Prakash, V., Sahay, P., & Satapathy, A. (2017). Correlation between Body Mass Index, Waist Hip Ratio &

Quadriceps Angle in Subjects with Primary Osteoarthritic Knee. International Journal of Health Sciences & Research (Www.Ijhsr.Org) International Journal of Health Sciences and Research, 1977(6), 197–205.

(8)

RISKESDAS. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (p. 198).

http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018 _FINAL.pdf

Soeryadi, A., Gessal, J., & Sengkey, L. S. (2017). Gambaran Faktor Risiko Penderita Osteoartritis Lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. Jurnal E-Clinic (ECl), 5(2), 267–

273.

Sridhar, M. S., Jarrett, C. D., Xerogeanes, J. W., & Labib, S. A. (2012). Obesity and symptomatic osteoarthritis of the knee. Journal of Bone and Joint Surgery - Series B, 94 B(4), 433–440.

https://doi.org/10.1302/0301-620X.94B4.27648

Sun, X., Zhen, X., Hu, X., Li, Y., Gu, S., Gu, Y., & Dong, H. (2019). Osteoarthritis in the middle-aged and elderly in china: Prevalence and influencing factors. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(23). https://doi.org/10.3390/ijerph16234701

Valdes, A., & Stocks, J. (2018). Osteoarthritis and Ageing. European Medical Journal, 3(1), 116–123.

Veenhof, C., Huisman, P. A., Barten, J. A., Takken, T., & Pisters, M. F. (2012). Factors associated with physical activity in patients with osteoarthritis of the hip or knee: A systematic review. Osteoarthritis and Cartilage, 20(1), 6–12. https://doi.org/10.1016/j.joca.2011.10.006

Wang, X., Hunter, D., Xu, J., & Ding, C. (2015). Metabolic triggered inflammation in osteoarthritis.

Osteoarthritis and Cartilage, 23(1), 22–30. https://doi.org/10.1016/j.joca.2014.10.002 Wijaya, S. (2018). Osteoartritis Lutut. Cdk, 45(6), 424–429.

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Aktivitas Immunodulator Ekstrak Etanol Umbi Bawang Merah ( Allium Cepa L) Terhadap Respon Imun Non Spesifik Pada Mencit Jantan Galur

Dengan menggunakan Metode Cost-Plus Dengan Pendekatan Full-Costing, yang dapat dijalankan melalui beberapa cara tentang Penentuan Harga Jual Perusahaan yaitu Total Biaya Variable

Penempatan sensor tersebut dipasang dibagian belakang pintu atau jendela ruangan, yang bertujuan untuk menghindari seringnya kita membuka pintu atau jendela yang dapat

Self-efficacy dengan hasil belajar IPA menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP

Perbedaan dari penelitian terdahulu yaitu apabila penelitian terdahulu mengkaji tentang perilaku moral hazard yang terjadi antara agen (manajer) dengan prinsipal

Minyak tanah adalah salah satu jenis minyak bumi dan termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Manfaat minyak

43 Total regulatory adjustments to Additional Tier 1 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) terhadap AT1. 44 Additional Tier 1 capital (AT1) Jumlah AT 1 setelah

Fenomena ini berindikasi posisi spesifik asam stearat tidak sama dengan asam oleat dan atau asam linoleat dalam lemak susu yang dihasilkan oleh sapi dengan pemberian ransum