commit to user 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penerjemahan 1. Penerjemahan
Penerjemahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, berasal dari kata “terjemah” yang berartikan menyalin, sedangkan penerjemahan sendiri memiliki arti yaitu proses, cara atau pengalihbahasaan. Menurut Nida (1969 : 12) menyatakan bahwa “ translation consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style”
( penerjemahan adalah membentuk persamaan kata yang mendekati dengan pesan pada Bsu, pertama yang berkaitan dengan makna, kemudian dengan gaya). Proses pengalihan pada penerjemahan terjadi tidak hanya berkaitan dengan kegiatan bagaimana cara menyampaikan kembali pesan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain, melainkan juga kegiatan yang bersangkutan dengan fenomena sosial budaya dan juga pertukaran gagasan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam jurnal yang berjudul 《外来词汉语翻译策 略 探 索 wàilái cí hànyǔ fānyì cèlüè tànsuǒ 》 juga menjelaskan bahwa “翻译是一种与社会文化现象,思想交流密切相关的活 动 fānyì shì yī zhǒng yǔ shèhuì wénhuà xiànxiàng, sīxiǎng jiāoliú
commit to user
mìqiè xiāngguān de huódòng” yang memiliki makna, penerjemahan merupakan kegiatan yang berkaitan erat dengan fenomena sosial dan budaya dan pertukaran gagasan (Ge Liping, Ye Shaomin, 2019 : 129).
Penerjemahan mampu menjadi tempat pertukaran gagasan mengenai satu bahasa dengan bahasa yang lain, maupun sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan suatu pesan yang diungkapkan kembali menggunakan bahasa yang berbeda namun masih memiliki makna yang sama.
Dalam proses kegiatan penerjemahan ini bukanlah merupakan hal gampang yang dapat dikerjakan oleh semua orang, melainkan menjadi salah satu hal yang kompleks meliputi proses dan produk.
Dengan demikian, dalam mengkaji mengenai penerjemahan ini harus mampu menguasai dan memahami pengetahuan umum yang luas dan mendalam tentang penerjemahan sebagai suatu proses, produk serta didukung juga dengan keterampilan dalam penggunaan bahasa lisan maupun tertulis, paham akan latar belakang budaya bahkan kemampuan dan penguasaan mengenai bahasa sumber dan juga bahasa sasaran.
Penerjemahan sendiri merupakan kegiatan penyebaran dua budaya atau lebih, yang tidak hanya sekedar menguji kualitas kemampuan dari seorang penerjemah, namun seorang penerjemah
commit to user
juga perlu mempunyai keahlian dalam hal memahami bahasa sasaran
Dalam Ordudari, bassnett-McGuire (2008) menyatakan bahwa
“penerjemahan merupakan proses pengubahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dengan tambahan makna tersurat dari kedua teks serta struktur bahasa sumbernya yang harus konsisten untuk dipertahankan tanpa merusak dari struktur bahasa sasaran itu sendiri”.
Menurut Larson (1984 : 3) menyebutkan bahwa “penerjemahan menjadi proses pengalihan makna yang melalui tiga langkah pendekatan” yakni :
a. Mempelajari leksikon, situasi komunikasi, struktur gramatikal dan juga lingkungan budaya bahasa sumbernya;
b. Melakukan analisis pada teks bahasa sumber untuk mendapatkan makna artinya;
c. Menyampaikan kembali makna yang sama sesuai struktur gramatikal dan leksikon pada bahasa sasaran”.
Berdasarkan pendapat dari Larson dalam proses penerjemahan harus memiliki tahapan pendekatan agar memudahkan peralihan maknanya. Penerjemah tidak hanya mengartikan dan menyampaikan kepada pendengar, melainkan juga harus mendalami leksikon, struktur gramatikal, situasi dan konteksnya. Demi menghasilkan hasil terjemahan yang baik dan mudah dipahami,
commit to user
maka perlu menganalisis terlebih dahulu, apabila sudah menemukan padanan makna yang sesuai, kemudian diungkapkan kembali yang mengacu pada leksikon dan struktur gramatikal bahasa sasaran.
2. Jenis Penerjemahan
Secara umum penerjemahan dibagi menjadi 2 yaitu penerjemahan tertulis dan lisan. Kedua penerjemahan ini masing- masing mempunyai kemampuan khusus yang berbeda. Berikut definisi dari kedua jenis penerjemahan ini:
a. Penerjemahan Tertulis
Penerjemahan tertulis adalah proses penerjemhan yang dilakukan pada sebuah teks yang biasanya dapat berupa menerjemahkan buku, dokumen, teks bacaan, koran, majalah dan lain-lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk penerjemahan ini mampu dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam Suryawinata (2003 : 11) Cartford (1965) menyatakan bahwa
“ translation is the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language”. Dari pendapat Cartford dapat diketahui bahwa penerjemahan yaitu pergantian makna dari satu bahasa dengan bahasa yang lain namun masih dengan makna arti yang sama. Dalam proses penerjemahan harus memerlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai kosakata yang banyak dan tata bahasa yang mendalam.
commit to user b. Penerjemahan Lisan
Penerjemahan lisan merupakan proses penerjemahan yaitu berbicara secara langsung dengan pembicara dan pendengar.
Penerjemahan lisan biasanya dilakukan dalam waktu yang singkat dan dilakukan disaat itu juga, hampir bersamaan dengan selesainya pembicara berbicara, seorang penerjemah harus segera menerjemahkan apa yang dikatakan oleh pembicara tersebut.
Seorang penerjemah harus memiliki daya ingat yang kuat, harus memiliki kosakata yang banyak dan harus paham pada peletakkan tata bahasa.
Menurut Roman Jacobson (1959 : 234) membagi penerjemahan menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Penerjemahan Intrabahasa ( intralingual)
Penerjemahan ini merupakan perubahan dari suatu teks menjadi teks lain berdasarkan pendapat dari penerjemah.
b) Penerjemahan Antarbahasa (interlingual)
Penerjemahan jenis ini adalah penerjemahan yang menuliskan kembali mengenai suatu makna dari teks bahasa sumber ke bahasa sasaran.
c) Penerjemahan Intersemiotik
Penerjemahan ini mencakup penjelasan mengenai makna dari sebuah teks ke dalam format bentuk maupun sistem yang lain.
Sedangkan menurut Keiser dalam Nababan (2003:26) dan
commit to user
Hidayat dan Sutopo (2006) menyatakan bahwa penerjemahan lisan terdiri dari 4 jenis yaitu :
1) Sight Interpretation
Kegiatan penerjemahan lisan yang didalamnya seorang penerjemah tidak melakukan proses pengalihan pesan ke lisan melainkan pengalihan pesan ke tertulis.
2) Simultaneous Interpretation (Penerjemahan simultan) Penerjemahan lisan simultan yaitu penerjemahan yang dilakukan tanpa menunggu teks sumber selesai
dibacakan tetapi dilakukan secara bersamaan sampai ujaran itu selesai.
3) Consecutive Interpretation (Penerjemahan konsekutif) Penerjemahan lisan konsekutif adalah penerjemahan yang dilakukan dengan cara bergantian atau berurutan.
Penerjemah diharuskan untuk mendengarkan terlebih dahulu lalu mencatat point-point penting kemudian menyampaikan hasil penerjemahan kepada pendengar setelah pembicara sudah selesai berbicara.
4) Whispered Interpretation (Penerjemahan whisper) Penerjemahan whisper adalahproses penerjemahan lisan yang dilakukan dengan cara membisikkan informasi kepada pendengarnya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat mengenai jenis
commit to user
penerjemahan bahwa dapat diketahui dalam sasarannya, jenis penerjemahan ini memiliki tujuan yang sama yaitu mampu mengartikan dan menyampaikan pesan maupun makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan baik dan tepat.
3. Metode Penerjemahan
Demi menghasilkan hasil penerjemahan yang baik dan benar, seorang penerjemah tidak terlepas dengan adanya metode.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah metode diartikan sebagai “cara berkala yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan supaya tercapai dengan apa yang diinginkan”.
Metode penerjemahan adalah cara atau rencana yang akan dilakukan untuk menyusun dalam proses menerjemahkan secara lisan maupun tertulis guna mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Keterbatasan istilah yang berkaitan dengan metode penerjemahan (Translation Method), Molina dan Albir ( 2002 : 507) mendefinisikan bahwa “ Translation method refers to the way of a particular translation process that is carried out in terms of the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts” (metode penerjemahan ini mengacu pada prosedur penerjemahan tertentu yang dilakukan sehubungan dengan tujuan si penerjemah, yaitu dapat mempengaruhi seluruh teks). Dari batasan
commit to user
tersebut dapat diketahui bahwa metode penerjemahan tersebut lebih cenderung digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemah sesuai dengan tujuannya.
Penggunaan metode yang sering digunakan yaitu metode terjemahan literal. Metode ini juga digunakan untuk menjelaskan kata dan frasa dalam suatu karya sastra yang bertujuan untuk mengetahui ide utama kalimat tersebut sesuai dengan karakteristik artikel itu sendiri dan tidak menambahkan bahasa bantu yang sesuai.
Penggunaan metode terjemahan yang fleksibel bertujuan untuk mengatasi perbedaan budaya dan memuaskan pendengar asing.
Berikut metode penerjemahan menurut Newmark dalam bukunya yang berjudul A Textbook of Translation (1998 : 45), yang dapat kita gunakan :
a) Penerjemahan Kata Per Kata (Word For Word Translation) Metode penerjemahan kata demi kata (word for word
translation), menurut Catford (1974 : 25) ialah metode penerjemahan yang masih sangat terkait dengan tataran katanya. Metode yang hanya memindahkan secara kata demi kata dari isi teks bahasa sumber ke bahasa sasaran tanpa merubah urutan katanya.
b) Penerjemahan Harfiah ( Literal Translation)
Metode harfiah menurut Hurtado Albir (2001) mengatakan bahwa “ terjemahan yang memfokuskan pada peniruan teks asli
commit to user
dalam jumlah katanya ”. Namun metode ini tidak jauh berbeda dengan metode kata per kata yang masih mengacu pada susunan kata, namun metode ini memiliki perbedaan pada konstruksi gramatika BSu yang berusaha untuk diubah agar bisa mendekati konstruksi gramatika Bsa.
c) Penerjemahan Setia ( Faithful Translation)
Penerjemahan menggunakan metode ini harus sesetia mungkin pada BSa, walaupun menimbulkan ketidakseimbangan pada kaidah BSa dan seringkali hasil penerjemahan yang dihasilkan masih terasa kaku.
d) Penerjemahan Semantis (Sematic Translation)
Penerjemahan yang lebih mengutamakan nilai estetika keindahan dan kealamiahan teks, namun hasil penerjemahannya lebih luwes dibandingkan dengan menggunakan metode setia yang hasil penerjemahannya masih terasa kaku, sehingga ketika penerjemah menggunakan metode ini pendengar akan dapat lebih mudah menangkap makna kata yang disampaikan.
e) Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Suatu jenis penerjemahan yang pada pencarian padanan atau kalimatnya tidak terikat melainkan lebih ditekankan pada tingkatan yang lebih luas daripada kalimatnya (Catford, 1974:25). Berdasarkan pendapat dari Catford bahwa
commit to user
Penerjemahan yang menggunakan metode ini hasil penerjemahannya tidak terkait pada susunan struktur dan ketentuan syarat tertentu, penerjemahan dengan metode ini cuma mementingkan pada peralihan isi pesannya saja daripada bentuk strukturnya.
f) Adaptasi (Adaptation)
Metode yang dianggap sebagai metode yang paling bebas diantara metode penerjemahannya yang lain. Paling bebas bukan berarti tidak memperhatikan struktur gramatikalnya namun penggunaan kata pada keterkaitan bahasa serta budaya terhadap BSu terlalu tipis. Hasil terjemahannya ini lebih menggunakan unsur-unsur yang lebih dekat dengan BSa.
g) Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Dalam Choliludin (2006:23) Larson menyatakan bahwa terjemahan ini dalam teks BSa menggunakan bentuk alamiah yang sesuai dengan konstruksi gramatikal dan leksikal.
h) Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation) Menurut Newmark (1988:47) mendefinisikan bahwa penerjemahan dengan metode komunikatif ini berusaha untuk menghasilkan makna kontekstual dengan tepat, sehingga aspek bahasa dan isinya dapat diterima langsung oleh pendengar.
commit to user 4. Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan merupakan sekumpulan tingkatan yang harus dilalui oleh seorang penerjemah agar dapat mencapai hasil akhir (Marhali, 2000:9. Proses penerjemahan tidak selalu bisa berjalan dengan baik dan lancar berdasarkan dengan yang kita pikirkan, dalam proses penerjemahannya pun tidak hanya memperhatikan konsep dan nilai yang benar , tetapi juga harus fokus pada humor. Dalam jurnal yang berjudul《民俗文化翻译方式分析 mínsú wénhuà fānyì fāngshì fēnxī 》 juga menjelaskan bahwa memahami latar belakang pembicara, menggali maknanya lebih dalam dan menentukan kata yang sesuai akan memudahkan dalam proses penerjemah , “进行翻译之前先了解语音背景,特别要 对民俗文化内 在含义进行深度挖掘,接着在选取词汇 jìnxíng fānyì zhīqián xiān liǎojiě yǔyīn bèijǐng, tèbié yào duì mínsú wénhuà nèizài hányì jìnxíng shēndù wājué, jiēzhe zài xuǎnqǔ cíhuì” artinya pahami latar belakang pembicaraan sebelum menerjemahkan terutama untuk budaya rakyat, menggali lebih maknanya kemudian pilih kata-kata yang sesuai (Duan Chun Yan, 2018:44). Seorang penerjemah harus memahami latar belakang terlebih dahulu, apabila pengetahuan yang dimiliki tidak terlalu mendalam maka akan sulit untuk memahami makna yang akan disampaikan. Berdasarkan dari jurnal 《新时代背景下翻译本科人才培养的问题与对策 xīn shídài bèijǐng xià fānyì běnkē réncái péiyǎng de wèntí yǔ duìcè》
commit to user
mengatakan bahwa “ 合格的翻译工作者需要具备叫强的搜索信 息能力hégé de fānyì gōngzuò zhě xūyào jùbèi jiào qiáng de sōusuǒ xìnxī nénglì“yang mempunyai makna bahwa seorang penerjemah yang berkualitas harus mempunyai kemampuan yang kuat dalam hal mencari informasi (Sun Li, 2020:31). Pengetahuan yang mendalam ini diperlukan agar saat menyampaikan makna tidak menimbulkan kesalahpahaman. Menerjemahkan sesuatu tidak harus sama persis dengan arti harfiahnya melainkan dapat menambahkan kalimat penjelasan agar bahasa yang kita sampaikan tidak terdengar kaku.
Metode dan keterampilan adalah hal yang perlu diikuti dalam proses penerjemahan, karena sangat diperlukan oleh penerjemah untuk memudahkan dalam menghasilkan hasil yang maksimal.
B. Divisi Produksi Perusahaan 1. Definisi Divisi Produksi
Suatu perusahaan mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari berbagai divisi dan memiliki perannya masing-masing. Salah satu divisi utama yang memiliki peran penting adalah divisi produksi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2019), divisi berarti bagian dari suatu perusahaan besar. Sedangkan dalam artikel menurut (Samidi. 2019. Tugas dan tanggung jawab divisi atau departement di perusahaan. http://samiinstansi.blogspot.com (diakses 15 Maret) menjelaskan bahwa divisi merupakan susunan
commit to user
organisasi yang berada di suatu perusahaan yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua jalannya aktivitas karyawan sesuai dengan tugas dan bagiannya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Produksi berdasarkan pendapat Drs. Eko Harsono (1994 : 4) adalah setiap usaha yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk membawa benda ke dalam suatu situasi yang dapat diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik.
Sehingga dari pendapat tersebut divisi produksi dapat didefinisikan sebagai suatu komponen dari struktur organisasi di dalam suatu perusahaan yang memiliki fungsi untuk mengkoordinasikan setiap pekerja dengan perannya sendiri-sendiri sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan untuk menciptakan suatu produk, sehingga mampu memiliki nilai jual seni yang tinggi, dapat berupa barang maupun jasa yang mampu digunakan oleh manusia dengan lebih baik.
2. Peran Penting Divisi Produksi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia peran mempunyi arti sebagai tingkah yang banyak diinginkan oleh orang yang berperan dalam suatu masyarakat. Menurut Suhardono (1994) menyatakan bahwa “ peran merupakan suatu patokan dalam
commit to user
kehidupan manusia yang berfungsi untuk dapat membatasi perilaku dalam setiap posisi”.
Peran tidak hanya perilaku yang dilakukan dalam suatu masyarakat melainkan juga dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Setiap perusahaan memiliki divisi yang berbeda dan setiap divisi memiliki perannya masing – masing , salah satunya yaitu divisi produksi. Adapun peran penting divisi produksi adalah sebagai berikut : (Samidi. 2019. Tugas dan tanggung jawab divisi atau departement di perusahaan. http://samiinstansi.blogspot.com (diakses 15 Maret):
a. Sebagai pusat pengendalian target produksi yang berfungsi untuk menciptakan atau menghasilkan produk sesuai dengan target pencapaian yang telah ditentukan oleh perusahaan sebelumnya.
b. Sebagai divisi yang bertugas untuk mengatur dan mengkoordinasi para karyawan.
c. Sebagai tempat yang menyediakan seluruh sarana kebutuhan yang berkenaan dengan proses produksi.
d. Membuat dan menciptakan hasil produksi yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.