• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

Dinas Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah menyediakan informasi publik kepada masyarakat. Diskominfo Kabupaten Tanjung Jabung Barat melakukan kerja sama dengan OPD lain dalam memberikan keterbukaan informasi publik kepada masyarakat melalui online.

Menurut Setiawan (2021), masyarakat memiliki hak atas informasi publik agar dapat mengawasi penyelenggaraan negara sehingga penyelenggara dapat semakin bertanggung jawab atas tupoksinya. Namun, dalam artikel ini menjelaskan bahwa Diskominfo Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum efektiv dalam menyediakan informasi publik. Setiawan menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten memiliki keterbatasan dalam sumber daya seperti manusia, infrastruktur, dan anggaran.

Selain itu, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara mengakses informasi publik tersebut menjadikan masyarakat kurang berkontribusi dalam mencari maupun meminta informasi publik kepada pemerintah.

Kabupaten Sumenep meluncurkan Government Online (G-online) demi mewujudkan smart city. Applikasi G-online ini diciptakan untuk mempermudah ASN dalam memberikan informasi publik dari seluruh OPD yang ada di Kabupaten Sumenep. Nasrullah, Puspaningrum, & Maryono (2021) dalam penelitannya yang membahas G-Online dilihat dari aspek tugas atau fungsi, aspek rencana terprogram, ketentuan dan peraturan, serta aspek tujuan dan kondisi ideal dapat dikatakan efektiv. Hal tersebut karena memudahkan ASN diberbagai OPD dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dan mampu mengembangkan Smart City.

Penyebaran informasi publik dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat melalui tulisan, foto, maupun video. Dinas Konumikasi dan Informatika Kabupaten Boyolali dalam membagikan informasi publik juga melalui video yang disebarluaskan melalui Channel Youtube Diskominfo Boyolali. Informasi yang disebarkan dalam video tersebut berupa pembangunan infrastruktur, bantuan,

(2)

17

perizinan usaha dan informasi publik lainnya yang berhubungan dengan pelayanan publik. Penelitian yang dilakukan oleh Machidhar (2022) dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan fenomena, yang dimana video youtube tersebut dianalisis melalui jam tayang dari video yang di upload dan respon dari masyarakat. Namun, dalam artikel ini menyatakan bahwa viewer dalam Channel Youtube Diskominfo Boyolali merupakan kendala karena hanya beberapa video saja yang mendapatkan viewer yang banyak.

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasaman Barat memiliki permasalahan dalam menyelenggarakan administrasi pemerintahan. Salah satu permasalahan yang dihadapi ialah pengurusan surat menyurat. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, Diskominfo meluncurkan program yang berama SIMPEL singkatan dari Sistem Administrasi Perkantoran Berbasis Elektronik. Applikasi ini merupakan bentuk nyata dari Pemerintahan Kabupaten Pasaman Barat dalam memanfaatkan TIK agar terciptanya kinerja yang efektif dan efisien. SIMPEL ini merupakan salah satu yang berada dalam aplikasi E- office, yang dimana pada aplikasi ini belum terlalu efektif bagi ASN yang berada di Diskominfo Kabupaten Pasaman Barat karena masih dalam pengembangan dan infrastruktur tidak mendukung (Ummi & Frinaldi, 2020).

Permasalahan yang dihadapi oleh Diskominfo Kota Surabaya sama seperti Diskominfo Kabupaten Pasaman Barat, yaitu mengenai administrasi perkantoran.

Diskominfo Surabaya menganggap, penyuratan yang dilaksanakan secara manual memboroskan kertas, waktu, biaya dan sulit untuk ditemukan. Dengan demikian, dibuatlah e-Suratuntuk melaksanakan persuratan secara digital. Aplikasi ini sudah digolongkan sangat efektiv menurut penelitian yang dilakukan olehDebora &

Hany Fanida (2016) karena akuntabel, tepat sasaran, data yang aman, transparan, adil dan tidak diskriminatif.

Atthahara (2018) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi dan informasi dalam menjalankan roda pemerintahan sangat dibutuhkan karena akan mempermudah masyarakat dalam mengakses data dan informasi yang berkaitan dengan pelayanan publik. Dalam penelitian ini membahas mengenai Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Purwakarta. Applikasi Ogan Lopian yang

(3)

18

dicetuskan oleh Diskominfo Kabupaten Purwakarta merupakan penyelesaian permasalahan masyarakat yang berhubungan dengan lowongan pekerjaan, kesehatan, laporan pengaduan masyarakat dan bidang lainnya. Meskipun inovasi ini membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi, namun masih harus dilakukan pematangan dan pemantapan, terutama dalam hal sumber daya infrastruktur TIK maupun manusia.

Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim & Putri (2022) menjelaskan bahwa Dinas Komunikasi dan Informatika di Kota Pariaman memanfaatkan TIK dapat meningkatkan kunjungan pariwisatawan. Strategi yang dilakukan ialah menyebarluaskan informasi mengenaai kegiatan, program pemerintah maupun potensi daerah Kota Pariaman secara online sehingga dapat diakses dengan cepat dan mudah oleh publik. Penyebarluasan informasi ini dapat berupa tulisan, foto, dan video serta Diskominfo melakukan kerja sama dengan media eksternal dan keikutsertaan masyarakat Kota Pariaman dalam menyebarkan informasi tersebut sehingga semakin banyak orang yang dijangkau penyebarannya. Namun, terdapat kendala dalam memanfaatkan TIK, yakni kurangnya sumber daya manusia dan infrastruktur sehingga menyebabkan lambatnya penyebaran informasi yang dilakukan secara online.

Penyelenggaraan keterbukaan informasi publik yang dapat diakses secara mudah dan cepat merupakan tugas dari Dinas Komunikasi dan Informatika.

Penyampaian informasi kepada masyarakat di Kabupaten Nabire dianggap belum efektiv oleh Iyai (2022), karena kurangnya pemahaman dari masyarakat mengenai informasi yang berubah menjadi digital membuat masyarakat kurang berpartisipasi pada informasi yang diberikan. Selaain itu, minimnya pegawai ASN yang berkualitas dan fasilitas yang tidak memadai serta birokrasi yang masih rumit menjadi permasalahan lain bagi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nabire dalam memberikan informasi kepada publik. Dengan demikian, artikel penelitian yang berjudul ‘Efektivitas Penyampaian Informasi Melalui Website Oleh Dinas Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Nabire Di Masa Pandemi Covid-19’ memiliki hasil penelitian bahwa Diskominfo Kabupaten Nabire belum efektiv dalam keterbukaan informasi publik.

(4)

19

Penelitian terdahulu mengenai informasi publik yang dilakukan oleh pemerintah China dalam menyebarluaskan informasi perkembangan Covid-19.

Permasalahan yang menyinggung terkait kesehatan manusia perlu adanya keputusan yang cepat dan berkualitas. Hal itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam menyebarluaskan informasi terkini dan terpercaya. Arus informasi yang bebas mampu memberitahu warga dan menjadi peringatan jika ada kondisi darurat. Selain itu, informasi yang transparan, mudah, cepat, dan aktual ini membuka peluang dalam berkolaborasi antara pemerintah-swasta-masyarakat-NGO (Gao & Yu, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Reddick, Chatfield, & Puron-Cid(2017) mengenai pengaruh dari transparansi anggaran terhadap nilai publik. Penelitian ini membandingkan antara 2 (dua) negara bagian di Amerika Serikat, yakni Ohio dan California. Adapun hasilnya ialah transparansi anggaran sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik. Pemerintah Negara Bagian Ohio memberikan informatif publik yang inovatif dengan memanfaatkan website dalam menyebarkan anggaran, sedangkan California tidak. Hal tersebut menjadikan negara bagian California memiliki partisipasi publik yang rendah. Berbeda dengan Ohio, pemerintahannya memiliki kualitas pelayanan publik yang baik dan meningkatkan keterlibatan warganya dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan negara.

Penelitian di Kotamadya Portugis menunjukkan hasil bahwa transparansi dari pemerintah yang dilakukan melalui internet dapat meningkatkan partisipasi publikdan berdampak pada akuntabilitas birokrat. Hal tersebut terjadi karena informasi publik yang disebarkan melalui internet memudahkan masyarakat dalam mengaksesnya.Tingginya ikutserta masyarakat dalam mengakses informasi publik membuat pemerintah untuk lebih banyak mempublikasikan informasi agar dapat melegitimasikan kinerja dan kepercayaan masyarakat terhadap birokrat (Tejedo-Romero & Araujo, 2020). Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya ialah, penelitian ini berfokus pada mengukur transparansi dan akuntabel kinerja OPD pada program e-public di Kabupaten Kotawaringin Timur melalui teori Efektivitas.

(5)

20 B. KAJIAN PUSTAKA

1. Efektivitas

Efektivitas adalah bagian terstruktur dari pencapaian tujuan atau sasaran yang ditetapkan oleh seluruh organisasi. Mencapai tujuan organisasi dapat dilaksanakan kegiatan atau program yang menunjang. Efektivitas merupakan kegiatan yang mengukur ketercapaian tujuan yang sudah ditetapkan (Sholihah, 2015). Selain itu, efektivitas juga dapat diartikan sebagai serangkaian upaya program untuk mencapai tujuan. Sasaran yang menjadi suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu. Pelaksanaan dari program tidak dihambat oleh metode dan sumber daya tersebut (Nuraeni, Andrisyah, & Nurunnisa, 2020).

Istilah efektivitas berhubungan dengan upaya evaluasi. Efektivitas merupakan indikator evaluasi kegiatan yang menentukan apakah program kegiatan yang dilakukan dapat menciptakan perubahan bentuk dan pengelolaan organisasi menjadi lebih baik. Hidayat (1986) menjelaskan bahwa efektivitas adalah ukuran seberapa baik suatu target tercapai. Agar efektif, pelaksana program perlu memikirkan tujuan organisasi dan mekanisme pertahanan untuk mencapainya. Dengan kata lain, dalam menilai efektivitas perlu berhubungan dengan masalah maksud dan tujuan.

Dalam hal ini, efektivitas adalah penggunaan sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pemanfaatan tersebut termasuk dalam hal input, proses, dan output. Sumber daya yang relevan meliputi sumber daya manusia, sarana, ketersediaan infrastruktur, serta metode dan model yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur dianggap efisien. Di sisi lain, suatu kegiatan dianggap efektif jika dilakukan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat (Fahri, 2017).

Efektif secara bahasa diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama. Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa hubungan output dengan tujuan memiliki peran penting dalam meningkatkan efektivitas.

Tingginya hasil output dan tujuan akan berpenharuh pada keefektivitasan

(6)

21

program kegiatan dalam organisasi. Ukuran efektivitas dapat dilihat dari perspektif yang berbeda dan interpretasi individu. Efektivitas dapat diukur dengan membandingkan perencanaan dan pelaksanaan. Jika terdapat suatu rencana yang belum terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan orgranisasi, maka hal tersebut dikatakan tidak efektif.

Pemerintah yang berkualitas belum cukup jika kurang efektif dalam memberikan pelayanan kepada publik. Selanjutnya, efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memilih tujuan yang tepat. Pemimpin yang baik harus mampu mendapatkan yang benar (Najidah & Lestari, 2019). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsep efektivitas adalah dimensi penerimaan atau fleksibilitas tergantung pada situasi. Namun pemahaman yang berbeda melahirkan pemahaman yang sama, yang selalu mengarah pada pencapaian tujuan.

2. E-Government

Electronic government atau yang selanjutnya disingkat dengan e-gov memiliki definisi sebagai upaya dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi informatika yang digunakan oleh instansi pemerintah untuk melaksanakan prosedur pelayanan yang efektif dan efisien. Selain itu, penerapan e-government digunakan untuk mempermudah pembinaan hubungan antara instansi pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Selanjutnya, Nugraha (2018) menyatakan bahwa e-government adalah penerapan teknologi informasi dan komunikasi kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk meningkatkan kinerja pemerintah guna memenuhi harapan masyarakat akan pemerintahan yang berkualitas.

Penerapan konsep e-government tidak murah dan mudah. Hal ini membutuhkan sumber daya yang sangat tinggi. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government menjelaskan bahwa implementasi dari e-gov dapat berupa situs pemerintah daerah. Website e-government Website e-government merupakan

(7)

22

salah satu strategi daerah untuk mengembangkan pelayanan daerah dan juga sebagai sarana untuk meningkatkan potensi daerah. Dengan demikian, dalam mengembangkan website tersebut diperlukan perencanaan yang terstruktur dengan baik dan pelaksanaannya sesuai dengan rancangan.

Teori dari Wirtz dan Daiser yang bernama The Four Forces Model of e- government memiliki indikator dalam mengukur keefektivan penerapannya.

Sebanyak 4 (empat) indikator dengan jumlah 12 variabel. Indikator yang pertama adalah Konvergensi dan Teknologi, dengan variabel: Konvergensi Teknologi, Informatika dan Komunikasi ; Virtualisasi Produk dan Layanan ; Jaringan Berbasis Teknologi ; serta Dinamika Jaringan dan Inovasi Yang Tinggi Melalui Infrastruktur Yang Kuat. Variabel pertama dari indikator pertama (konvergensi TIK) memiliki definisi sebagai pemusatan seluruh sumber daya teknologi, informasi dan komunikasi untuk merancang, melaksanakan, dan mengawasi ke dalam satu bidang agar dapat dikelola oleh pemerintah dengan tujuan untuk mempermudah serta meningkatkan proses pelayanan publik oleh pemerintah.

Selanjutnya, variabel kedua dari indikator pertama (Virtualisasi Produk dan Layanan) merupakan seluruh produk pemerintah konvensional yang sebelumnya hanya dapat dilihat dan disimpan di komputer, arsip, atau aset fisik, kini dibuat dalam format virtual dan digital yang dapat diakses melalui jaringan intranet atau internet oleh masyarakat. Variabel ketiga Jaringan Berbasis Teknologi yaitu Pemerintah perlu membuat atau menciptakan jaringan yang menghubungkan antar-pemerintah (G2G), pemerintah dengan masyarakat (G2C), dan pemerintah dengan sektor swasta (G2B) menggunakan peralatan atau teknologi terbaru dengan tujuan untuk mencapai proses yang efektif, efisien, dan cepat.

Variabel terakhir pada indikator pertama adalah Dinamika Jaringan dan Inovasi Yang Tinggi Melalui Infrastruktur Yang Kuat. Hal tersebut memiliki mana bahwa pemerintah dalam melaksanakan konsep e-government dalam rangka mempercepat dan memudahkan pekerjaan sehingga dapat efektiv dan efisien harus memiliki sarana dan prasarana yang menunjang. Hal tersebut

(8)

23

membutuhkan pemanfaatan TIK dengan membuat sebuah software serta pengadaan sarana dan prasarana. Tingginya infrastruktur yang tersedia akan meningkatkan kualitas e-government.

Indikator yang kedua ialah Negara dan Politik. Variabel pertama, Denasionalisasi Sesuai Sesuai Bidang Politik / Fiskal / Perdagangan Bebas.

Pemerintah harus memprivatisasi bidang politik, keuangan, dan perdagangan bebas karena e-government dapat menjadi solusi yang dapat mempercepat proses. Fungsionalitas berbasis internet itu sendiri membantu pemerintah untuk berinteraksi mengenai politik, keuangan, perdagangan dan lainnya dengan instansi global. Selanjutnya, Tingkat Indebtness Yang Tinggi merupakan keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap konsep ini. Jika e- government dapat memberikan dampak yang baik, maka akan menghemat anggaran karena otomatisasi, standarisasi atau tenaga outsourcing dalam menjalankan kegiatan akan berkurang.

Variabel kedua, birokrasi versus Efisiensi Administrasi Publik merupakan keinginan pemerintah untuk mendobrak formalisme birokrasi dan cita-cita untuk meningkatkan efisiensi administrasi. Dalam konteks ini, eGovernment adalah sistem yang layak melalui otomatisasi proses dan standarisasi kemampuan manajemennya. Selanjutnya, Diskontinuitas karena Orientasi Politik Jangak pendek. Variabel ini adalah keberlanjutan implementasi e-government di sebuah pemerintah daerah. Hal tersebut karena implikasi legislatif. Misalnya, perubahan legislatif telah mengubah arah pemahaman dan implementasi e-government dan tidak lagi sesuai dengan apa yang direncanakan dan dilaksanakan sebelumnya. Adapum diskontinuitas politik bermaksud sebagai dorongan atau penghambat nilai-nilai negatif.

Indikator ketiga adalah Sosial Ekonomi yang memiliki 4 (empat) variabel. Pertama, Globalisasi. Pada variabel pertama ini, globalisasi berdefinisi bahwa e-government di pemerintah daerah bisa sebagai media global. Artinya, gaya hidup yang telah terkontamisasi oleh budaya luar karena adanya elektronik dan teknologi akan membantu perkembangan ekonomi.

Variabel selanjutnya mengenai sekat digital merupakan e-governmetn di

(9)

24

pemerintah daerah dapat diakses oleh seluruh masyarakat dalam mengetahui informasi maupun layanan publik oleh pemerintah meskipun masyarkat memiliki perbedaan pengetahun mengenai teknologi karena adanya ketimpangan sosial. Namun, website daerah harus tetap dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh publik.

Variabel ketiga, Perubahan Demografis. Lansia di sebuah daerah yang tidak pernah mengalami era digital, kini menghadapi era informasi dan era layanan berbasis digital. Selanjutnya adalah variabel terakhir pada indikator yang ketiga. Urbanisasi dapat diartikan sebagai e-gov dari pemerintah daerah harus mampu menyelesaikan layanan pelanggan karena perkembangan di masyarakat perkotaan/urban. E-government dapat menjadi solusi yang disebabkan oleh peningkatan jumlah Pemohon karena mampu mengurangi biaya operasional.

Indikator keempat adalah Pemberdayaan masyarakat. variabel yang pertama ialah Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas, artinya seluruh informasi yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dicari atau diketahui dengan mudah oleh masyarakat. Hal tersebut merupakan dampak dari implementasi e-gov yang baik. Selanjutnya, Menghubungkan Warga di Jaringan Sosial dan Komunitas Pemangku Kepentingan Online. E-Government yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat menghubungkan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam jaringan (online) dengan aplikasi atau struktur terbuka seperti sosial media. Sehingga masyarakat dapat memberikan pengaruh yang cukup besar. Proses administrasi politik berarti penguatan status masyarakat.

Variabel ketiga dari indikator terkahir adalah Partisipasi Masayarakat.

E-government dapat membukakan kemudahan akses untuk masyarakat dalam mengetahui informasi publik dan informasi layanan. Keterbukaan informasi tersebut diharapakan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam urusan politik. Selanjutya variabel keempat, Interaksi antara Masyarakat dengan Pemerintah. Dengan adanya penerapan dari konsep e-government oleh pemerintah daerah secara terbuka telah menjadi sarana atau struktur

(10)

25

komunikasi bagi masyarakat Serayar untuk berinteraksi dengan pemerintah.

Diharapkannya masyarakat dapat terlibat dalam proses politik dan administrasi atau kegiatan pemerintahan seperti memberikan ide atau pendapat.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada tinjauan perhitungan nilai degree of consolidation (U) 1 dimensi dan 3 dimensi, diperoleh hasil bahwa semakin panjang gedung maka akan semakin kecil nilai

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Bila sebelumnya tunjangan langsung diberikan setara dengan satu kali gaji, untuk pemberian TPK ini didasarkan pada hasil penilaian kinerja dari masing-masing pegawai..

Hal ini menunjukkan bahwa beras analog yang dihasilkan mempunyai potensi untuk digunakan dalam program diversifikasi pangan guna menurunkan tingkat konsumsi beras yang

Beberapa parameter yang perlu mendapat perhatian pada analisis logam berat dalam sampel ikan dan kerang adalah linearitas kurva kalibrasi dan kelayakan alat uji

(2) Besar kalor yang diberikan untuk proses pemanasan pada volume tetap adalah 7,5 kJ.. (3) Besar usaha yang dilakukan gas pada proses isobarik 4,8 kJ (4) Tetapan laplace dari

Sanksi pidana terhadap pemerintah yang tidak memperbaiki jalan rusak yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah: (a) dalam hal korban luka ringan, pelaku dipidana dengan