• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN BANDARA SILANGIT TERHADAP PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN DANAU TOBA OLEH RAHMI ANNISYAH SIHOMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN BANDARA SILANGIT TERHADAP PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN DANAU TOBA OLEH RAHMI ANNISYAH SIHOMBING"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN BANDARA SILANGIT TERHADAP PENGEMBANGAN PARIWISATA

DI KAWASAN DANAU TOBA

OLEH

RAHMI ANNISYAH SIHOMBING 140501047

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu sumber penerimaan besar negara maupun tiap-tiap daerah provinsi. Indonesia sendiri adalah negara yang kaya akan pesona alamnya, baik di daratan maupun perairan. Oleh karena itu, pemerintah sudah memulai rencana yang besar untuk memajukan pariwisata Indonesia dimulai dari pembangunan sarana dan prasarana di tiap daerah wisata.

Danau Toba yang terletak di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, merupakan danau terbesar di Indonesia yang diharapkan dapat mendatangkan lebih banyak lagi kunjungan dari berbagai daerah baik dalam maupun luar negeri.

Seluruh daerah sekitar Danau Toba merupakan infrastruktur pendukung daerah wisata tersebut, salah satunya Bandara Silangit.

Kemudahan transportasi memegang peran penting bagi tiap daerah wisata.

Akses keluar dan masuk daerah wisata menjadi pertimbangan yang besar bagi wisatawan untuk memilih berkunjung atau tidak. Bandara Silangit yang terletak 71,3 km (±2-4jam) dari Danau Toba, saat ini diadakan pemerintah pengembangan kembali guna mendukung pengembangan wisata Danau Toba. Setiap fasilitas yang disediakan oleh Bandara Silangit memegang peran penting dalam efektivitas bandara itu sendiri terhadap pengembangan wisata Danau Toba. Karena jaraknya yang dekat ke Danau Toba, pemerintah mengharapkan bandara ini akan menjadi solusi yang efektif dan efisien bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Danau Toba.

Kata Kunci : Pariwisata, Pembangunan, Infrastruktur, Bandara, Efektivitas.

(6)

LAKE TOBA

Tourism these days has become one of the biggest source for the coutry’s revenue as well as each area on province. Indonesia has been known as a country that rich with its nature’s enchantment,both on land and sea. Therefore, the government has started a big plan to modernize Indonesia’s tourism start from the development of facilities and infrastructure in each tourism’s areas.

Lake Toba located on Toba Samosir regency, North Sumatera is one of the biggest lake in Indonesia which are expected to bring more visit from various place, both domestic and foreign. The entire area around Lake Toba are the supporting infrastructures that tourism area, one of them is Silangit Airport.

The transportation convenience holds important role for every tourism area. In and out access of that area became a biggest consideration for tourist to decide whether to visit or not. Silangit Airport which located 71,3km (±2-4hr) from Lake Toba, there the government is currently rebuilding to support the development of tourism in Lake Toba. Every facilities provided by Silangit Airport plays an important role in the efectiveness of that airport to the development Lake Toba’s tourism. Because of its distance that close to Lake Toba, the government expect this airport will become an efective and efficient solution for the tourist who will be visiting Lake Toba.

Key Words : Tourism, Development, Infrastructure, Airport, Efectiveness.

(7)

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan memperoleh gelar sarjana dengan judul“ Analisis Efektivitas Pembangunan Bandara Silangit Terhadap Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Toba”.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung baik berupa bantuan moril dan materil. Untuk itu sudah selayaknya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Bapak P. Sihombing dan Ibu R. Gultom atas doa dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier MP, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE.,MSi., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta Dosen Penguji I.

(8)

5. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE., M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan untuk skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staff Administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Seluruh Staff PT. Angkasa Pura II Bandara Silangit yang memberi dukungan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Kakak dan adikku, Nanda, Yuni, Dina dan Rais yang telah memberikan dukungan dan bantuan agar penulis segera menyelesaikan pendidikan.

10. Seluruh wisatawan Danau Toba yang datang melalui Bandara Silangit yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara dan mengisi kuisioner.

11. Kepada teman-teman penulis Lyem, Leta, Ophy, Uty, Chery dan First, thanks a lot for always being my human diary.

12. Teman-teman seperjuangan di kampus, Boemboe Dapoer Reborn (Putri, Gratia, Widya, Astri, Helda, Erick dan Rio) juga The W (Tari, Beby, Angie, Pia dan Dinsa) terimakasih sudah memberi banyak dukungan dan bantuan selama kuliah.

(9)

Semoga Allah SWT membalas semua amal dan budi baik yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima kritikan dan saran yang membangun sebagai bahan masukan bagi penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Medan, Juli 2018 Penulis

Rahmi A Sihombing NIM : 140501047

(10)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pembangunan Ekonomi... 9

2.1.1 Teori-teori Pembangunan Ekonomi ... 9

2.1.2 Aliran Klasik ... 10

2.1.3 Teori Karl Marx ... 14

2.1.4 Aliran Kontrarevolusi/Fundamintalisme Pasar ... 17

2.1.5 Teori Schumpeter ... 20

2.1.6 Analisis Post Keynesian ... 20

2.1.7 Teori Pembangunan Rostow ... 24

2.2 Efektivitas... 29

2.2.1 Teori Efektivitas Pembangunan ... 29

2.3 Pariwisata ... 33

2.3.1 Definisi Pariwisata ... 33

2.3.2 Daerah TujuanWisata ... 34

2.4 Peranan Pemerintah dalam Membangun Pariwisata ... 35

2.5 Infrastruktur Pariwisata ... 39

2.6 Bandara Udara ... 45

2.6.1 Klasifikasi Bandara Udara ... 47

2.6.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi Bandar Udara ... 47

2.7 Penelitian Terdahulu ... 52

2.8 Kerangka Konseptual ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

3.1 Pendekatan Penelitian ... 57

3.2 Lokasi Penelitian ... 57

3.3 Definisi Operasional... 57

(11)

3.7.3 Observasi... ... 62

3.8 Metode Analisis Data ... 62

3.8.1 Mengidentifikasi Kondisi dan Tingkat Kepuasan Pengunjung Terhadap Fasilitas Pendukung Bandara Silangit………63

3.8.2 Menganalisis Tingkat Efekivitas Bandara Silangit Dalam Menarik Wisatawan ke Danau Toba ... 63

3.9 Tahapan Penelitian ... 65

3.9.1 Perumusan Masalah... 65

3.9.2 Studi Literatur... ... 65

3.9.3 Pengumpulan Data... . 66

3.9.4 Analisa dan Pembahasan... 66

3.9.5 Penarikan Kesimpulan...66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Profil Bandara Silangit ... 67

4.2 Analisis dan Pembahasan ... 71

4.2.1 Gambaran Umum Kondisi dan Tingkat Kepuasan Pengunjung Terhadap Fasilitas Pendukung Bandara Silangit... 71

4.2.2 Menganalisis Tingkat Efektivitas Bandara Silangit Sebagai Infrastruktur Pendukung Wisata Danau Toba dalam Menarik Wisatawan... 85

4.2.3 Analisis Efektivitas Fasilitas Bandara Silangit Sebagai Infrastruktur Pendukung Pembangunan Kawasan Wisata Danau Toba Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja………..…..87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1 Kesimpulan... 98

5.2 Saran . ... 99

DAFTAR PUSTAKA .... ... 100

(12)

1.1 Jumlah Wisatawan Danau Toba ... 5

1.2 Jumlah Pergerakan Pesawat Bandara Silangit ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 52

3.1 Variabel Penelitian ... 59

3.2 Skala Likert ... 64

3.3 Analisis Data ... 64

4.1 Data Pesawat Terbang dan Penumpang Bandara Silangit ... 68

4.2 Nilai Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan Fasilitas Bandar Udara Silangit Sebagai Infrastruktur Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Toba ... 89

4.3 Matriks Importance-Performance Analysis (IPA) Efektivitas Fasilitas Bandara Silangit sebagai Infrastruktur Pendukung Pengembangan Danau Toba ... 90

4.4 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Transportasi... 91

4.5 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Toilet ... 91

4.6 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Minimarket... 92

4.7 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Tempat Makan ... 93

4.8 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Ruang Tunggu... 93

4.9 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Parkiran ... 94

4.10 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Pos Keamanan... 95

4.11 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Rambu Petunjuk ... 95

4.12 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Pusat Informasi ... 96

4.13 Hasil Survei Penelitian Terhadap Fasilitas Penginapan ... 97

(13)

2.1 Tahap Perkembangan Ekonomi Rostow... 25

2.2 Kerangka Konseptual ... 56

3.1 Kuadran IPA... 64

4.1 Pergerakan Pesawat (Aircraft) Bandara Silangit... 69

4.2 Jumlah Penumpang Bandara Silangit... 70

4.3 Kondisi jalan menuju Bandara Silangit... 71

4.4 Moda transportasi menuju Bandara Silangit ... 72

4.5 Daftar tarif/ongkos travel per- mobil ... 73

4.6 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap Transportasi ... 74

4.7 Tempat makan di dalam dan di luar Bandara Silangit ... 75

4.8 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap Penginapan, Tempat Makan Dan Minimarket... 76

4.9 Kondisi Toilet di Luar Tunggu... 77

4.10 Kondisi Toilet dan Tempat Sampah di Ruang Tunggu... 78

4.11 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap Toilet... 78

4.12 Kondisi Area Parkir Bandara Silangit ... 79

4.13 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap Parkiran... 80

4.14 Kondisi Ruang Tunggu Bandara Silangit... 81

4.15 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap RuangTunggu ... 82

4.16 Ruang Pusat Informasi ... 82

4.17 Gate keruang check-in... 83

4.18 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap Pusat Informasi dan Pos Keamanan ... 83

4.19 Rambu Petunjuk Jalan dan Arah ... 84

4.20 Grafik Tingkat Kepuasan Terhadap Rambu Petunjuk Arah ... 85

4.21 Matriks Importance-Performance Analysis (IPA) Efektivitas Bandara Silangit sebagai Infrastruktur Pendukung Pengembangan Danau Toba ... 89

(14)

1 Tabulasi Kuisioner

2 Kuisioner Penelitian

3 Dokumentasi

(15)

Pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia meskipun krisis global terjadi beberapa kali.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik secara kumulatif tahun 2017, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami peningkatan mencapai 12,68 juta kunjungan atau naik 21,84% dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 10,41 juta kunjungan. Pariwisata bagi banyak negara telah ditetapkan sebagai leading sector untuk meningkatkan destinasi dan investasi pariwisata, menjadikan pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur.

Negara-negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina telah mampu mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonominya.

Apabila dibandingkan dengan negara-negara pesisir di kawasan Asia Timur, devisa Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata lebih rendah, padahal Indonesia memiliki lebih banyak destinasi wisata namun belum dikembangkan secara optimal. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk bagaimana mengembangkan sektor pariwisata agar mampu menjadi leading sector dalam pengembangan ekonomi bidang kelautan Indonesia.( Mentari, 2016)

(16)

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pengembangan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya karena pembangunan dalam sektor pariwisata serta pendayagunaan sumber potensi kepariwisataan menjadi kegiatan ekonomi yang yang diandalkan untuk penerimaan negara, memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan alam, nilai budaya dan bangsa (Aris, 2011).

Dengan gencarnya pasar pariwisata Indonesia, sebaiknya perlu di imbanginya dengan pengembangan potensi yang ada didaerah atau kawasan pariwisata. Di dalam pengembangan suatu wilayah, infrastruktur memiliki peran sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial di dalam tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam (Grigg dalam Kodoatie, 2005).

Pengembangan infrastruktur merupakan suatu strategi dalam penyediaan sarana dan prasarana (Widya, 2009). Peran infrastruktur tidak hanya berpengaruh pada pengembangan wilayah saja, tetapi juga pada bidang kepariwisataan.

Infrastruktur berperan sangat penting dalam mendorong kualitas wisata itu sendiri, serta pada lingkungan sekitarnya (Afandi, 2010).

Jenis wisata yang banyak diminati oleh masyarakat adalah wisata alam.

Salah satu jenis pariwisata alam yang banyak menghasilkan wisatawan domestik maupun wisatawan non domestik adalah wisata bahari. Wisata bahari merupakan kawasan wisata yang berada di kawasan perairan (WTO, 2008).

Pembangunan sektor ini secara langsung dan tidak langsung juga

(17)

(2012) sektor pariwisata bahari merupakan sektor kelautan yang paling efektif dengan nilai ICOR(Incremental Capital Output Ratio) sebesar 3,01 di tahun 2005. ICOR merpakan indikator untuk mengukur sejauh mana efisiensi dari suatu investasi. Makin rendah angka ICOR, maka investasi yang dilakukan semakin efisien. ICOR dihitung sebagai rasio investasi terhadap PDB yang dibagi tingkat pertumbuhan PDB, semuanya dengan harga konstan (tahun dasar). Lebih lanjut, dengan kebijakan pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah dalam kurun waktu dua tahun terakhir dengan membuka akses terhadap pembentukan 10 destinasi wisata baru sangat menarik untuk dikaji.

Konektivitas sebagai isu penting dalam pariwisata maka membutuhkan perangkat pendukung berupa pelabuhan, bandara, pembuatan jalur dan jadwal pelayaran kapal dan lain-lain serta pembangunan infrastruktur pendukung adalah sebuah kemajuan yang tidak bisa dipungkiri. (Mentari, 2016)

Salah satu dari perencanaan pembangunan yang dirancang pemerintah saat ini adalah pembangunan sektor pariwisata. Provinsi Sumatra Utara (Sumut) merupakan provinsi seluas 72.981 km persegi terkenal dengan objek wisatawan yaitu Danau Toba. Danau Toba merupakan salah satu danau air tawar terbesar didunia yang terbentuk dari sisa aktivitas vulkano dimasa purba.

Pemerintah Indonesia dewasa ini tengah menggiatkan kembali sektor pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengharumkan Indonesia di mata internasional. Presiden Jokowi yang menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur sebagai kunci utama untuk mengembangkan pariwisata.

Pembangunan infrastruktur di situs-situs pariwisata Indonesia akan meningkatkan

(18)

daya saing Indonesia, yang pada akhirnya bakal menekan biaya ekonomi yang tinggi saat ini.

Lokasi wisata Indonesia sangat banyak, namun infrastruktur yang tersedia masih dianggap kurang memadai. Bahkan pada banyak tempat wisata, infrastrukturnya masih tidak mendukung kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.

Infrastruktur yang memadai akan membantu pemerintah dan masyarakat untuk menggali potensi wisata di suatu daerah secara maksimal. Pemerintah berani menggelontorkan anggaran untuk infrastruktur dan promosi pariwisata hingga 5,6 triliun rupiah. ( BKPM, 2017)

Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar dan terindah di Indonesia, disamping keindahannya Danau Toba memiliki sumber daya dan kekayaan alam yang sangat potensial sehingga banyak wisatawan yang datang berkunjung baik wisatawan domestik maupun mancana negara, dengan harapan masyarakat di sekitar Danau Toba akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya dengan Rupiah ketika mengunjungi daerah wisata tersebut, jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Danau Toba setiap tahunnya mengalami peningkatan, dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

(19)

Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan Danau Toba Tahun Jumlah Wisatawan

(Domestik+Mancanegara)

2013 149.779

2014 171.087

2015 175.463

2016 190.728

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir

Pembangunan infrastruktur di Danau Toba diperlukan karena memiliki potensi pengembangan wisata, sebab tanpa infrastuktur yang memadai kawasan wisata tersebut tidak akan bisa berkembang dan memajukan Indonesia. Bisa kita lihat dari tahun 2015 hingga 2016 jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami peningkatan yang besar. Pemerintah memulai pemngembangan kawasan tersebut sejak 2016 hingga sekarang, beberapa infrastruktur yang menjadi target pemerintahan dalam pembangunan ini di antaranya merupakan pembangunan jalan tol, pembenahan kawasan sekitar Danau Toba serta pembangunan Bandara Silangit dan Bandara Sibisa. Sesuai keputusan menteri perhubungan No: KM 68 Tahun 2002 ada beberapa ketentuan tentang organisasi dan tata kerja Bandara. Dimana berdasarkan hal tersebut, saat ini Bandara Silangit adalah satu- satunya bandara kelas IV internasional, dan memiliki fasilitas dan kemampuan setara bandara kelas II di Indonesia. ( Andreas, 2014)

Dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, Kawasan Bandara Silangit ini memiliki ukuran landas pacu 2.400 m x 30 m.

(20)

Jarak dari pusat kota sekitar 7 km berada dalam wilayah Kecamatan siborong- borong Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Bandara Silangit dibangun pada masa penjajahan Jepang.Pembangunan kembali bandara ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter sehingga menjadi 1.400 meter. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas pacu sepanjang 2.250 meter, sehingga bisa didarati pesawat jenis Fokker F-100 maupun Boeing 737-300 pada tanggal 18 Januari 2011. (Juliati, 2010)

Sejak diadakan pembangunan kembali Bandara Silangit,aktivitas bandara tersebut meningkat sangat pesat, mulai dari penumpang hingga pergerakan pesawatnya mengalami kenaikan setiap tahunnya.

TAHUN

JUMLAH PERGERAKAN

PESAWAT

2014 1.282

2015 960

2016 2.742

2017 3.812

Sumber : PT Angkasa Pura II

Sejauh ini pemerintah masih melanjutkan tahap pembangunan bandara tersebut seperti menambah luas terminal Bandara dan jadwal penerbangan, diharapkan pembangunan ini dapat terus menambah efektivitas pengembangan

Tabel 1.2

Jumlah Pergerakan Pesawat pada Bandara Silangit

(21)

pariwisata di Danau Toba dan menambah jumlah wisatawan yang datang baik domestik maupun mancanegara.

1.2 Rumusan masalah

Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba ini akan lebih efektif bila didukung dengan infrastruktur yang memadai.

Pemerintah hingga saat ini masih terus melakukan perbaikan demi mencapai tujuannya menjadikan Danau Toba sebagai salah satu tujuan wisatawan mancanegara demi mengharumkan nama bangsa serta menambah pemasukan kas negara sehingga memberikan pengaruh dalam mendukung kegiatan wisata di kawasan Danau Toba. Bentuk dukungannya yaitu pembangunan Bandara Silangit sebagai salah satu sarana transportasi menuju Danau Toba. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi dan tingkat kepuasan pengunjung terhadap fasilitas pendukung Bandara Silangit ?

2. Bagaimana tingkat efektivitas Bandara Silangit dalam menarik wisatawan ke Danau Toba?

1.3 Tujuan Dan Sasaran Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pembangunan Bandara Silangit terhadap pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba yang akan dijadikan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(22)

1. Menganalisis kondisi dan tingkat kepuasan pengunjung terhadap fasilitas pendukung Bandara Silangit.

2. Menganalisis tingkat efektivitas Bandara Silangit dalam menarik wisatawan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis yang diharapkan akan diperoleh dengan adanya penelitian

“efektivitas pengembangan infrastruktur pariwisata Danau Toba terhadap pengembangan Pariwisata di kawasan Danau Toba” adalah pengembangan teori pariwisata khususnya dalam konsep pengembangan infrastruktur kawasan Danau Toba.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan dan ilmu baik secara teori maupun praktik dalam keseharian.

2. Bagi pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran dan saran terhadap kebutuhan pengembangan infrastruktur kawasan wisata Danau Toba.

3. Bagi pembaca, menambah ilmu pengetahuan dan informasi bagi pembaca tentang pembangunan kawasan wisata Danau Toba.

(23)

2.1.1 Teori-Teori Pembangunan Ekonomi

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, tanpa adanya perubahan dalam “teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya, kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal ataupun penambahan faktor-faktor produksi tanpa tanpa adanya perubahan pada teknologi produksi yang lama.

Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh adanya inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha(entrepreneurs.). Inovasi disini bukan hanya berarti perubahan yang

“radikal” dalam hal teknologi, inovasi dapat juga direpresentasikan sebagai penemuan produk baru, pembukaan pasar baru, dan sebagainya. Inovasi tersebut nienyangkut perbaikan kuantitatif dan sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para pengusahanya.

Menurut Sehumpeter, pembangunan ekonomi akan berkernbang pesat dalam lingkungan masyarakat yang rnenghargai dan merangsang setiap orang untuk menciptakan hal-hal yang baru (inovasi), dan lingkungan yang paling cocok untuk itu adalah masyarakat yang menganut paham laissez faire, bukan dalarn masyarakat sosial ataupun komunis yang cenderung mematikan kreativitas pendudukunya.

(24)

Dari periode satu ke periode berikutnya perkembangan ekonomian senantiasa menjadi pokok pembicaraan yang menarik. Oleh karena itu munculah berbagai tokoh-tokoh ekonomi yang mengemukakan berbagai pendapat, dari generasi ke generasi munculah tokoh-tokoh ekonomi baru yang membawa pemikiran yang berbeda dengan tokoh-tokoh ekonomi generasi sebelumnya.

Pemikiran tersebut biasanya merupakan penyempurnaan pemikiran tokoh sebelumnya atau pembenahan apabila ada pemikiran tokoh yang setelah diuji ada suatu kesalahan. Walaupun berbagai pemikiran bermunculan, namun pada dasarnya pemikiran-pemikiran tersebut merngharapkan adanya pengembangan perekonomian menuju yang lebih baik. (Todaro, 2011)

2.1.2 Aliran Klasik

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke 19 yaitu dimasa revolusi industri yang merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu aliran ekonomi yang sedang berkembang adalah sistem liberal dan menurut aliran klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya kemajuan dalam bidang teknologi dan peningkatan jumlah penduduk. Kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini tergantantung pada sumber daya alam. Aliran klasik juga mengalami perkembangan dari beberapa pengamat aliran klasik, diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus.

(25)

1. Adam Smith

Hukum Alam, Adam Smith meyakini berlakunya hukum alam dalam

persoalan ekonomi. Ia menganggap bahwa setiap orang sebagai hakim yang paling tahu akan kepentingannya sendiri yang bebas mengejar kepentingannya demi keuntungan dirinya sendiri. Setiap orang jika dibiarkan bebas akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan dirinya sendiri, karena itu jika semua orang dibiarkan bebas akan memaksimalkan kesejahteraan mereka secara agregat. Smith pada dasarnya menentang campur tangan pemerintah dalam industri dan perniagaan.

Pembagian Kerja adalah titik mula dari teori pertumbuhan ekonomi Adam

Smith, yang meningkatkan daya produktvitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan meningkatnya keterampilan kerja; penghematan waktu dalam memproduksi barang; penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga. Penyebab yang terakhir bukan berasal dari tenaga kerja melainkan dari modal.

Proses Penumpukan Modal. Smith menekankan, penumpukan modal

harus dilakukan terlebih dahulu daripada pembagian kerja. Smith menganggap pemupukan modal sebagai satu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi;

dengan demikian permasalahan pembangunan ekonomi secara luasa adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menanam modal. Dengan demikian tingkat investasi akan ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan yang sepenuhnya diinvestasikan.

Agen Pertumbuhan, menurutnya para petani, produsen dan pengusaha,

merupakan agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Fungsi ketiga agen

(26)

tersebut saling berkaitan erat. Bagi Smith pembangunan pertanian mendorong peningkatan pekerjaan konstruksi dan perniagaan. Pada waktu terjadi surplus pertanian sebagai akibat pembangunan ekonomi, maka permintaan akan jasa perniagaan dan barang pabrikan meningkat pula; ini semua akan membawa kemajuan perniagaan dan berdirinya industri manufaktur. Pada pihak lain, pembangunan sektor tersebut akan meningkatkan produksi pertanian apabila petani menggunakan teknologi yang canggih. Jadi pemupukan modal dan pembangunan ekonomi terjadi karena tampilnya para petani, produsen dan pengusaha.

Menurut Smith, proses pertumbuhan ini bersifat komulatif (menggumpal).

Apabila timbul kemakmuran sebagai akibat kemajuan di bidang pertanian, indusrtri manufaktur, dan perniagaan, kemakmuran itu akan mengarah pada pemupukan modal, kemajuan teknik, meningkatnya produk, perluasan pasar, pembagian kerja, dan kenaikan secara terus menerus. Di lain pihak naiknya produktivitas akan menyebabkan upah naik dan ada akumulasi kapital. Tetapi karena Sumber Daya Alam terbatas adanya, maka keuntungan akan menurun karena berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang.

Kelemahan Teori Adam Smith : 1. Pengabaian masyarakat secara luas

2. Alasan yang tidak adil bagi kegiatan menabung 3. Pengabaian pengusaha (wiraswasta)

(27)

2. David Ricardo

Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu golongan capital, golongan buruh, dan golongan tuan tanah.

Golongan kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Golongan buruh merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat, namun sangat tergantung pada capital.

Golongan tuan tanah merupakan golongan yang memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan. David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya. Akibatnya berlaku pula hukum tambahan hasil yang semakin berkurang.

Disamping itu juga ada persaingan diantara kapitalis-kapitalis itu sendiri dalam mengolah tanah yang semakin kurang kesuburannya dan akibatnya keuntungan mereka semakin menurun hingga pada tingkat keuntungan yang normal saja.

3. Thomas Robert Malthus

Malthus menitikan perhatian pada “perkembangan kesejahteraan” suatu negara, yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejakteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjannya, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut.

(28)

Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi, Menurut Malthus

pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi. Malahan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan ekonomi. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan efektif. Rendahnya konsumsi atau kurangnya permintaan efektif yang menimbulkan persediaan melimpah, menurut Teori Malthus merupakan sebab utama keternbelakangan.

Untuk pembangunan, negara harus memaksimalkan produksi di sektor pertanian dan sektor industri. Ini memerlukan kemajuan teknologi, pendistribusian kesejahteraan dan tanah secara adil, perluasan perdagangan internal dan eksternal, peningkatan konsumsi tidak produktif, dan peningkatan kesempatan kerja melalui rencana pekerjaan umum. (Todaro, 2011)

2.1.3 Teori Karl Marx

Karl Marx lahir pada thaun 1818 di Kota Trier JermanPemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh Darwin dan menggunakan gagasan ini untuk menjelaskan proses dialektik sejarah. Menurut Marx, masyarakat menempuh tahapan-tahapan yang berbeda dalam sejarah dan yang menenukan tahapan-tahapan tersebut adalah perubahan dalam sarana produksi dan hubungan-hubungan produksi.

Menurutnya berdasarkan sejarah, perkembangan masyarakat melalui 5 tahap :

1. Masyarakat kumunal primitive, yang masih menggunakan alat-alat produksi sederhana yang merupakan milik kumunal. Tidak ada surplus

(29)

2. Masyarakat perbudakan, adanya hubungan antar pemilik factor produksi dan orang-orang yang hanya bekerja untuk mereka. Para budak diberi upah sangat minim Mulai ada spesialisasi untuk bidang pertanian, kerajinan tangan dsb. Karena murahnya harga buruh maka minat pemilik factor produksi untuk memperbaiki alat-alat yang dimilikinya rendah. Buruh makin lama sadar dengan kesewenang-wenangan yang dialaminya sehingga menimbulkan perselisihan antara dua kelompok tersebut.

3. Masyarakat feodal, kaum bangsawan memiliki factor produksi utama yaitu tanah.. Para petani kebanyakan adalah budak yang dibebaskan dan mereka mengerjakan dahulu tanah milik bangsawan. Hubungan ini mendorong adanya perbaikan alat produksi terutama di sector pertanian.

Kepentingan dua kelas tersebut berbeda, para feodal lebih memikirkan keuntungan saja dan kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Banyak timbul pedagang-pedagang baru yang didukung raja yang kemudian membutuhkan pasar yang lebih luas. Perkembangan ini menyebakan timbulnya alat produksi kapitalis dan menghendaki hapusnya system fiodal. Kelas borjuis yang memilki alat-alat produksi menghendaki pasaran buruh yang bebas dan hapusnya tariff serta rintangan lain dalam perdagangan yang diciptakan kaum fiodal sehingga kemudian masyarakat tidak lagi munyukai system ini

4. Masyarakat kapitalis, hubungan produksinya didasarkan pada pemilikan individu masing-masing kapitalis terhadap alat-alat produksi. Kelas kapitalis mempekerjakan buruh . Keuntungan kapitalis membesar yang

(30)

memungkinkan berkembangnya alat-alat produksi. Perubahan alat yang mengubah cara produksi selanjutnya menyebabkan perubahan kehidupan ekonomi masyarakat. Perbedaan kepentingan antara kaum kapitalis dan buruh semakin meningkat dan mengakibatkan perjuangan kelas

5. Masyarakat sosialis, kepemilikan alat produksi didasarkan atas hak milik sosial. Hubungan produksi merupakan hubungan kerjasama dan saling membantu diantara buruh yang bebas unsur eksploitasi. Tidak ada lagi kelas-kelas dalam masyarakat.

6. Marx meramalkan keruntuhan system kapitalis, menurutnya terjadi karena adanya :

1. Akumulasi yang menyebabkan perbedaan kaya miskin semakin lebar 2. Kesengsaraan, karena kemiskinan semain luas

3. Krisis, karena daya beli masyarakat semakin berkurang karena pendapatan buruh semakin berkurang, sehingga terjadilah kelebihan produksi atas konsumsi (over production). Harga barang-barang merosot dan produksi terpaksa ditahan.

4. Konsentrasi, penggabungan perusahaan-perusahaan agar tidak bangkrut karena persaingan dalam masyarakat kapitalis

Menurut Karl Marx masyarakat menempuh tahapan-tahapan yang berbeda dalam sejarah dan yang menentukan tahap-tahap tersebut adalah perubahan dalam sarana produksi dan juga hubungan-hubungan produksi yang telah dijelaskan di atas, namun sejarah telah membuktikan bahwa periode evolusi yang dikemukakan

(31)

tahapan evolusi sebagaimana yang dikemukakan Marx. Sebaliknya sebagaimana system yang diyakini oleh Marx terjadi melalui serangkaian tahapan tertentu, malah dapat terjadi dalam waktu bersamaan dan dalam masyarakat yang sama pula di saat satu wilayah dari suatu Negara sedang mengalami system yang menyerupai masyarakat fiodal, system kapitalis berlaku di wilayah lainnya dalam Negara yang sama. Jadi pernyataan bahwa tahapan dari satu system ke system berikutnya mengiuti pola evolusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Marx dan teori evolusi tidak dapat dibuktikan sama sekali. (Irawan, 2008)

2.1.4 Aliran Kontrarevolusi Neo-klasik / Fundamintalis me Pasar Teori pertumbuhan Neo-klasik Tradisional

Menurut teori ini pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 faktor : kenaikan kuantitas & kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi.

Aliran Neo-Klasik

Aliran yang menggantikan aliran klasik. Aliran ini mempelajari tingkat bunga (harga modal yang menghubungkan nilai pada saat ini dan yang akan datang). Neo-klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat diiktisarkan sebagai berikut:

1. Akumulasi Kapital

Menurut Neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan meningkatkan tingkat tabungan. Pada suatu tingkat teknik tertentu bunga menentukan tingkat investasi. Perubahan teknologi menurut Neo-klasik terutama adalah penemuan-

(32)

penemuan baru yang mengurangi penggunaan tenaga buruh/ relative lebih bersifat

“penghemat buruh” dari pada “penghemat capital”. Jadi kemajuan-kemajuan teknik akan menciptakan permintaan-permintaan yang kuat akan barang-barang capital.

2. Perkembangan sebagai proses Gradual / terus-menerus

Menurut Alfred Marshall bahwa perekonomian sebagai suatu kehidupan organic yang tumbuh dan berkembang perlahan-lahan sebagai proses yang gradual atau terus-menerus.

3. Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif

Proses yang harmonis & kumulatif ini meliputi berbagai factor dimana factor itu tumbuh bersama-sama. Misal, bila teknik produksi baru yang akan menaikkan produksi total / akan menaikkan pendapatan total dimana untuk menambah produksi dibutuhkan tenaga kerja yang banyak dan lebih pandai, sehingga ada kenaikan permintaan terhadap produksi itu, karena kenaikan pendapatan Marshall menggambarkan pula harmonisnya perkembangan itu karena adanya internal economies & external economices. Internal Economices timbul dari adanya mesin-mesin yang lebih luas manajemen yang lebih baik dan seba gainya sehingga ada kenaikan produksi. External economices timbul adanya kenaikan produksi pada umumnya dan ada hubungannya dengan perkembangan pengetahuan dan kebudayaan. Jadi Marshall menekankan pada adanya sifat saling ketergantungan dan komplementer dari perekonomian. Mengenai kumulatifnya menurut Alien Young bahwa berkembangnya industri itu tergantung pada baiknya

(33)

4. Optimis terhadap perkembangan ekonomi

Kaum klasik mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan macet karena keterbatasan sumber daya alam. Dipihak lain berpendapat bahwa adanya kemampuan manusia mengatasi keterbatasan pertumbuhan itu. Selalu aka nada kemajuan-kemajuan pengetahuan teknik secara gradual dan kontinyu dan akan selalu aka nada permintaan masyarakat, hal ini menimbulkan kemungkinan baru bagi buruh untuk kenaikan upah. Bagi Neo-klasik hal penting untuk pertumbuhan ekonomi ialah kemauan untuk menabung.

5. Aspek internasional perkembangan ekonomi

Tingkat perkembangan ekonomi:

1. Mula-mula Negara meminjam capital / impor capital.

2. Kemudian Negara peminjam tersebut setelah dapat menghasilkan dengan capital pinjaman tadi, membayar deviden dan bunga atas pinjaman tersebut.

3. Tingkat selanjutnya setelah penghasilan nasional Negara itu meningkat terus, maka sebagian dari penghasilan itu digunakan untuk melunasi utang dan sebagian lagi dipinjamkan kenegara lain yang membutuhkan.

4. Tingkat keempat, Negara tersebut kemudian sudah menerima deviden dan bunga lebih besar dari pada yang dibayar, jadi ada surplus. Dengan kata lain untungnya semakin sedikit dan hutangnya semakin banyak.

5. Akhirnya Negara itu hanya selalu menerima deviden dan bunga saja dari Negara lain. ( Todaro, 2011)

(34)

2.1.5 Teori Schumpeter Pokok Pikiran Schumpeter

Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalarn bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911 yang pada tahun 1934 diterbitkan dalam Bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic Development. Kemudian dia mengulas teorinya lebih dalam mengenai proses pembangunan dan faktor utama yang menentuka pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle.

Salah satu pendapat Schumpeter yang menjadi landasan teori pembangunan adalah adanya keyakinan bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat.

Namun, Schumpeter meramalkan bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami kemacetan(Satagnasi). Pendapat ini sama dengan pendapat kaum Klasik.

Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau pengusaha. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para Pengusaha (entrepreneurs). Dan kemajuan ekonomi tersebut dapat dimaknai sebagai peningkatan output total masyarakat. ( Jhingan, 2010)

2.1.6 Analisis Post Keynesian

Ahli-ahli post-keynesian ialah mereka yang mencoba merumuskan

(35)

dan kesempatan kerja dalam jangka panjang, yang menganalisa fluktuasi jangka pendek untuk mengetahui adanya perkembangan ekonomi jangka panjang.

Dalam analisis ini persoalan yang penting ialah:

1. Syarat yang diperlukan untuk mempertahankan perkembangan pendapat yang mantap (steady growth) pada tingkat pendapatan dalam kesempatan kerja penuh (full employment income) tanpa mengalami deflasi atau inflasi.

2. Apakah pendapatan itu benar-benar bertambah pada tingkat sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya kemacetan yang lama atau terus menerus.

1. Teori Harrod-Domar

Pada hakikatnya teory Harrod-Domar merupakan pengembangan dari teory makro Keynes. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena mengungkapkan masalah – masalah ekonomi dalam jangka panjang. Sedangkan teory Harrod- Domar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teory ini berusaha menunjukan syarat yang dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dengan mantab. Menurut teory Harrod-Domar, pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh melalui proses akumulasi tabungan.

Besarnya tabungan masyarakat proposional dengan besarnya pendapatan nasional.mpunyai beberapa asumsi yakni :

(36)

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh ( full empyloyment ) dan faktor – faktor produksi yang ada juga dimanfaatkan secara penuh .

2. Perekonomian tterdiri dari dua sector : sector rumah tangga dan sector perusahaan.

3. Besarnya tabungan masyarakat proposional dengan besarnya pendapatan nasional.

4. Kecenderungan menabung besarnya tetap.

2. Teori Evsey D. Domar

Karena investasi menaikkan kapasitas produksi dan pendapatan, maka seberapa tingkat kenaikan investasi sama dengan kenaikan pendapatan dan kapasitas produksi diperlukan anggapan-anggapan teori sebagai berikut:

1. Perekonomian sudah ada dalam pengerjaan tingkat penuh (full employment income)

2. Tidak ada pemerintah dan perdagangan luar negeri

3. Tidak ada keterlambatan penyesuaian (lag of adjustment) 4. Hasrat menabung marginal dan hasrat menabung rata-rata sama.

5. Marginal propensity to savedan Capital coeffisien adalah tetap.

Dari teori ini dinyatakan bahwa kenaikan investasi akan menaikkan kapasitas produksi dan pendapatan. Perekonomian kenyataannya menghadapi masalah yaitu bila investasi hari ini tidak cukup maka akan terjadi pengangguran. Bila ada investasi hari ini maka besok diperlukan investasi yang lebih banyak untuk menaikkan permintaan sehingga kapasitas produksi bertambah.

(37)

3. Teori Harrod

Harrod menyelediki keadaan perkembangan ekonomi secara terus-menerus dan cara untuk mencapai perkembangan ekonomi. Ia menyatakan bahwa tabungan sama dengan investasi (GC=IS) dimana G adalah tingkat pertumbuhan output atau perbandingan antara naiknya income dan total income pada waktu tertentu. C adalah tambahan kapital atau perbandingan antara investasi dan kenaikan pendapatan (I/DY) dan S adalah tabungan. Investasi dan pendapatan harus tumbuh pada tingkat pertumbuhan yang mantap untuk mempertahankan pengerjaan penuh dalam jangka panjang.

Kelemahan teori Harrod-Domar adalah teori menggunakan asumsi yang sulit. Faktor-faktor penting seperti hasrat menabung adan rasio kapital output dianggap tetap, sedangkan kenyataan pada jangka panjang faktor tersebut berubah-ubah yang akan mengubah syarat yang dibutuhkan untuk adanya pertumbuhan ekonomi.

4. Teori Stagnasi Sekular (Secular Stagnation)

Stagnasi sekuler menunjukkan suatu fase perkembangan kapitalis yang telah masak dimana tabungan bersih pada tingkat full employmentcenderung bertambah, sedangkan investasi bersihnya menurun. Ini menandakan kecenderungan jangka panjang menuju pada pengurangan kegiatan ekonomi.perumusan sebab-sebab stagnasi sekuler adalah:

1. Menitik beratkan pada peranan faktor faktor eksogen seperti teknologi, perkembangan penduduk, pembukaan dan perkembangan daerah baru.Menurut A. Hansen, perkembangan penduduk yang cepat,

(38)

pembukaan daerah baru dan kemajuan teknologi akan mendorong investasi dan menaikkan pendapatan. Menurut Keynes, perkembangan penduduk akan mendorong kenaikan ekonomi, menaikkan daya beli dan dapat memperluas pasar. Tertundanya perkembangan penduduk menagkibatkan akumulasi kapital relatif lebih banyak dari pada tenaga kerja.

2. Menitik beratkan pada perubahan-perubahan dasar di dalam lembaga- lembaga sosial seperti meningkatnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan dan poerkembangan organisasi buruh.

3. Menitik beratkan pada faktor-faktor endogen seperti perkembangan persaingan dan konsentrasi-konsentrasi perusahaan dalam industri.

(Todaro, 2011)

2.1.7 Teori Pembangunan Rostow

Teori pembangunan dikemukan oleh beberapa ahli salah satunya adalah Rostow. Namun sebelum kita mengulas filosofi pembangunan. Pembangunan erat kaitannya dengan pengembangan. Bahkan banyak orang menganggap bahwa pembangunan sama dengan pengembangan. Namun kedua istilah tersebut tentu memiliki perbedaan makna.

Secara filosofi suatu proses pembangunan diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagai pencapaian aspirasi warga yang paling humanistik. Secara sederhana, proses pembangunan merupakan proses memanusiakan manusia. Pengertian pembangunan dalam artian ini tidak

(39)

dilakukan dengan membangun infrastruktur atau fasilitas fisik yang seringkali menjadi pandangan banyak orang mengenai pembangunan tersebut.

Lebih lanjut pengertian pembangunan itu diartikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi.

Gambar 2.1 Tahap Perkembangan Ekonomi Rostow

Menurut Todaro (2000), pembangunan harus memenuhi 3 (tiga) komponen dasar yaitu kecukupan memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri serta kebebasan untuk memilih. Menurut Todaro, pembangunan harus dipandang sebagai proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap - sikap masyarakat dan institusi - institusi nasional selain mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

(40)

Sebagian pakar pembangunan ekonomi menganggap bahwa terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah hakekat dari pembangunan itu sendiri.

Kemudian Rostow mencetuskan suatu model tahapan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

1. Masyarakat tradisional 2. Prasyarat lepas landas 3. Lepas landas

4. Gerakan ke arah kedewasaan 5. Masa konsumsi tinggi

Masyarakat Tradisional

Ciri - ciri masyarakat tradisional adalah :

1. Sistem produksi yang primitif, tingkat produksi per kapita sangat terbatas, sumberdaya masyarakat diarahkan untuk sektor pertanian.

2. Kehidupan masyarakat masih berdasarkan nilai - nilai dan pemikiran yang bukan rasional atau adat turun temurun.

3. Stuktur sosial sangat hierarkis yang kurang memungkinkan terjadinya mobilisasi vertikal.

4. Pusat kekuatan politik berada pada tangan tuan - tuan tanah di pedesaan sehingga kebijakan dari pemerintah pusat dipengaruhi pandangan tuan tanah tersebut.

Masyarakat Prasyarat Lepas Landas

(41)

Tahapan ini adalah keadaan dimana masyarakat mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang. Dengan terlaluinya tahap ini maka pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Adapun ciri - ciri dari tahapan ini adalah :

1. Terciptanya kerangka landasan stuktur sosial, politik dan ekonomi yang mantap menunjang lepas landas.Sektor pertanian memegang peranan penting hingga tercapainya swasembada dan mendorong backward dan forward multiplier.

2. Pengembangan prasarana umum oleh pemerintah.

3. Terciptanya elite kepemimpinan baru yang lebih reaktif terhadap tekanan atau kritik dari luar.

Masyarakat Lepas Landas

Pada tahap ini masyarakat mengalami perubahan signifikan seperti revolusi politik, terciptanya inovasi baru, peningkatan penanaman modal dan pertumbuhan pendapatan wilayah melebihi pertumbuhan penduduk. Ciri - ciri masyarakat lepas landas antara lain :

1. Pertumbuhan investasi produktif lebih dari 10% dari produk nasional netto.

2. Terdapat beberapa industri dengan tingkat perkembangan yang tinggi.

3. Adanya kerangka dasar politik, sosial dan institusional mendorong perluasan sektor modern dan potensi ekonomi eksternal.

(42)

4. Berkembangnya golongan pengusaha.

Masyarakat Gerakan ke Arah Kedewasaan

Ciri - ciri dari gerakan ke arah kedewasaan antara lain :

1. Terjadinya transformasi struktural yang nyata sehingga peranan sektor industri jauh lebih tinggi dari sektor pertanian.

2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan semakin ditentukan oleh manager profesional yang menggantikan pengusaha pemilik.

3. Masyarakat secara keseluruhan telah bosan dengan keajaiban industrialisasi dan telah timbul kritik terhadapnya.

Masyarakat Masa Konsumsi Tinggi

Dalam masa ini masyarakat berkompetisi untuk mendapatkan sumberdaya untuk :

1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruhnya ke luar wilayah dan berakhir dengan penaklukan atas wilayah lain.

2. Menciptakan welfare state yang lebih merata.

3. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi pokok.

Kelima tahapan tersebut digolongkan berdasarkan ciri - ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial karena menurut Rostow pembangunan tersebut diawali oleh transformasi struktural masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Perubahan - perubahan yang terjadi di berbagai sektor menyangkut hal - hal berikut antara lain :

(43)

1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik dan sosial menjadi mengarah ke luar wilayah dari yang sebelumnya mengarah ke dalam.

2. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga yaitu pembatasan jumlah anak.

3. Perubahan penanaman modal dari yang kurang produktif menjadi penanaman modal yang lebih produktif.

4. Perubahan pengakuan status sosial dari feodalistik menjadi profesionalistik.

5. Perubahan pandangan masyarakat yang kompromistik terhadap lingkungan alam menjadi lebih memanipulasikan lingkungan untuk menciptakan kemajuan. (Arsyad, 2010)

2.2 Efektivitas

2.2.1 Teori Efektivitas Pembangunan

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.

(44)

Konsep mengenai efektivitas tidak bisa dilepaskan dari teori sistem di mana dua kesimpulan pokok dari teori sistem yang pertama adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan seluruh siklus input, proses, output, sedangkan yang kedua adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan yang lebih besar, sehingga dengan demikian efektivitas organisasi merupakan konsep yang sangat luas mencakup sejumlah komponen konsep. (Siagian,2001)

Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Muasaroh (2010: 13), efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain:

1. Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program pembelajaran akan efektif jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan baik;

2. Aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pembelajaran yang terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau progarm dikatakan efektif;

3. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan

(45)

4. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai.

Tingkat efektivitas dapat dilihat dan dinilai dari hasil yang telah dicapai.

apabila output atau hasil yang dicapai sesuai atau mencapai target sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, maka hal itu dapat dikatakan efektif. Namun sebaliknya dapat dikatakan tidak efektif apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan target sasaran yang telah ditentukan. Untuk itu diperlukan suatu indikator atau ukuran untuk melihat tingkat efektivitas. Ukuran efektivitas bermacam- macam, antara lain :

Menurut pendapat David Krech, Richard S. Cruthfied dan Egerton L.

Ballachey dalam Danim (2012 : 119 – 120) menyebutkan indikator efektivitas sebagai berikut :

1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan

Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output), usaha dengan hasil, persentase pencapaian program kerja dan sebagainya.

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh

Ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3. Produk kreatif

(46)

Penciptaan hubungan kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan.

4. Intensitas yang akan dicapai

Memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.

Pendapat di atas dijelaskan bahwa ukuran efektivitas harus dilihat dari perbandingan antara masukan dan keluaran, tingkat kepuasan yang diperoleh.

(47)

2.3 Pariwisata

2.3.1 Definisi Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004), pengertian pariwisata adalah proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lainnya seperti sekedar ingin tahu, menambah pengetahuan ataupun untuk belajar.

Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata, sebagai berikut: Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk rekreasi.

Definisi pariwisata, seiring dengan perkembangan zaman, mengalami perubahan untuk mengungkap sifat penting dari pergerakan wisatawan (baik domestic maupun internasional). Tujuannya adalah agar dapat digunakan sebagai batasan atau acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya yang terkait dengan dunia pariwisata. (Rimsky, 2017)

Dengan adanya definisi, baik yang dibuat oleh lembaga resmi (seperti World Tourism Organization) ataupun seorang ahli pariwisata, maka secara operasional definisi tersebut dapat digunakan untuk kepentingan pendataan statistic pariwisata di suatu negara karena berdasarkan definisi kita dapat

(48)

membedakan mana yang wisatawan dan mana yang bukan wisatawan. (Rimsky, 2017)

2.3.2 Daerah Tujuan Wisata

Yoeti (2006) berpendapat bahwa daerah tujuan wisata merupakan suatu keseluruhan atraksi, yaitu semua yang menjadi daya tarik wisatawan datang ke daerah tujuan wisata. Atraksi disini meliputi atraksi alam, atraksi budaya, atraksi sosial, dan atraksi buatan. Menurut Warpani (2007) suatu Daerah Tujuan Wisata yang ideal harus memiliki daya tarik wisata yang menarik, mempunyai ketersediaan infrastruktur yang memadai, dan menawarkan pengalaman yang berkesan sehingga merangsang wisatawan untuk melakukan kunjungan ulang.

Adapun Gunn (1995) memandang suatu daerah tujuan wisata terbentuk dari empat elemen pokok yang dapat mempengaruhi daerah tujuan wisata agar tetap hidup, diantaranya yaitu:

o Daya tarik, yakni sekelompok objek wisata untuk dinikmati.

o Masyarakat, yakni sebagai penyedia jasa, fasilitas, dan produk wisata.

o Jalur sirkulasi/aksesibilitas, yang menunjukkan hubungan antar daerah tujuan wisata dengan akses utama melalui udara, darat, dan laut.

o Jalur hubungan. Antara pusat layanan penunjang dengan rumpun

(49)

2.4 Peranan Pemerintah Dalam Membangun Pariwisata

Menurut Rimsky (2017) kebijakan pembangunan pariwisata adalah domain pemerintah karena kebijakan pariwisata melibatkan banyak aspek yang sangat sensitif. Lebih jauh, dalam pembukaan UU Pariwisata No. 10 Tahun 2009 dijelaskan bahwa :

“ Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggungjawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.”

Selanjutnya dalam pasal 4 UU Pariwisata dikatakan bahwa kepariwisataan bertujuan : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat; menghapuskan kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya; memajukan kebudayaan; mengangkat citra bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Berdasarkan pasal-pasal tersebut jelas bahwa negara sangat berkepentingan untuk membangun industry pariwisata seutuhnya. Adalah wajar jika inisiasi pembangunan pariwisata dilakukan oleh pemerintah. Mengingat industry ini dapat memberikan kontribusi ekonomi yang dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat di sekitar objek wisata melalui jasa pemandu wisata, forografer, penyedia makanan dan minuman, akomodasi, hasil pertanian dan perkebunan, peternakan, penyedia souvenir, penyedia jasa transportasi, penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa informasi pariwisata, jasa

(50)

travel agent, jasa konsultan dan jasa lainnya yang terkait secara langsung

maupun tidak langsung seperti perbankan, asuransi dan keamanan.

Sebagai catatan, pada 2014 industri pariwisata telah menyerap 10,13 juta tenaga kerja ( KEMENPAR, 2016). Artinya, melalui pariwisata penerimaan devisa dapat langsung diterima oleh negara tanpa harus menunggu proses panjang seperti penerimaan devisa dari hasil ekspor industry lainnya. Pada 2014, devisa yang disumbangkan oleh sektor pariwisata sebesar USD11.166,13 juta yang menjadikan sektor ini menduduki urutan ke-4 setelah minyak dan gas bumi, batu bara dan minyak kelapa sawit.

Walaupun hasil ekspor (devisa) pariwisata diperoleh dengan tidak mengeruk kekayaan alam, sehingga tidak merusak lingkungan, biaya yang digunakan untuk membangun destinasi pariwisata cukup besar dan rentan terhadap isu yang mengancam keamanan wisatawan seperti kegiatan terorisme, pengeboman, kerusuhan, peperangan, bencana alam, dan penyebaran penyakit menular. Terlebih lagi pembangunannya juga membutuhkan waktu yang lama.

Perencanaan pariwisataan, jika diperhatikan dengan seksama, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengantisipasi dan menjawab berbagai tuntutan wisatawan. Artinya, perencanaan adalah murni suatu kegiatan untuk mempertemukan supply dari negara penyedia layanan pariwisata dengan aspek demand wisatawan.

(51)

Berikut aspek perencanaan yang termaktub dalam PP No. 50 Tahun 2011 : 1. Perwilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Di Indonesia seluruhnya ada 50 DPN dan 88 KSPN.

2. Pembangunan Daya Tarik Pariwisata (alam, budaya, dan buatan).

3. Pembangunan aksesibilitas pariwisata (sarana, prasarana dan system transportasi jalan, sungai, danau dan penyeberangan angkutan laut, angkutan udara dan angkutan kereta api). Penyelenggara pembangunan aksesibilitas pariwisata adalah pemerintah, pemda, BUMN, BUMD, swasta dan masyarakat.

4. Pembangunan prasarana umum,fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata yang menjadi domain pemerintah.

5. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan.

6. Pengembangan investasi di bidang pariwisata dengan memberikan keringanan fiscal, mempercepat perizinan dan kemudahan investasi melalui debirokratisasi investasi dan deregulasi peraturan yang menghambat perizinan.

7. Pengembangan pasar wisatawan.

8. Pengembangan citra pariwisata berdasarkan karakter geografis kepulauan, nilai spiritualitas dan kearifan local, keanekaragaman hayati alam dan budaya, kepulauan yang kaya akan rempah-rempah.

9. Pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata melalui sinergi promosi antar pemangku kepentingan pariwisata nasional.

(52)

10. Pengembangan promosi pariwisata baik di dalam maupun luar negeri.

11. Penguatan struktur industry pariwisata yang diwujudkan dalam bentuk penguatan fungsi, hierarki dan hubungan antar mata rantai pembentuk industry pariwisata.

12. Peningkatan daya saing produk pariwisata dengan mengembangkan manajemen atraksi, mendorong dan meningkatkan standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata, mengembangkan skema fasilitasi untuk mendorong pertumbuhan usaha pariwisata skala usaha mikro dan menengah dan mendorong pemberian insentif untuk menggunakan produk dan tema yang memiliki keunikan dalam kekhasan local.

13. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata yang mengutamakan penguatan kerja sama antara pemerintah, pemda, dunia dan masyarakat.

14. Penciptaan kredibilitas bisnis melalui standarisasi sertifikasi usaha pariwisata yang mengacu pada prinsip-prinsip dan standar internasional, menerapkan system yang aman dan terpercaya dalam transaksi bisnis secara elektronik, dan mendukung penjaminan usaha melalui regulasi dan fasilitasi.

15. Pengembangan manajemen usaha pariwisata yang berkelanjutan dan menjaga pelestarian lingkungan.

16. Pembangunan kelembagaan kepariwisataan yang meliputi penguatan organisasi kepariwisataan, pembangunan SDM pariwisata, dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

(53)

Dengan ini pemerintah semakin menunjukkan niatnya dalam memperbaiki pariwisata Indonesia. Selain itu bisa dikatakan bahwa meningkatnya kunjungan wisatwan ke Indonesia dikarenakan image Bali sebagai destinasi tujuan wisata internasional yang semakin diminati oleh wisatawan asing. Saat ini Presiden Jokowi membangun infrastruktur pemutakhiran dan modernisasi bandara Silangit di Sumatera Utara telah berhasil juga meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Danau Toba. (KEMENPAR:

2015).

2.5 Infrastruktur Pariwisata

Pariwisata secara komprehensif merupakan suatu industry yang bergerak di bidang pelayanan mempromosikan dari berbagai elemen yang terukur dan tidak dapat terukur. Elemen terukur antara lain sistem transportasi - udara, rel kereta, jalan, air hospitality services - akomodasi, makanan, dan minuman dan souvenir, serta pelayanan yang berhubungan engan kegiatan wisata, misalnya bank, asuransi keamanan dan kenyamanan. Sementara itu elemen tidak terukur antara lain kegiatan istirahat, budaya petualangan, serta pengalaman baru dan berbeda (WTO, 2006).

Sedangkan Musenef (1995) infrastruktur yang termasuk dalam komponen suatu kawasan wisata adalah prasarana dasar yang meliputi sarana akomodasi dan tempat menginap atau lebih sarana restauran atau rumah makan.

Menurut Inskeep (1991), komponen infrastruktur yang termasuk dalam infrastruktur penunjang pariwisata antara lain:

Gambar

Gambar  2.1 Tahap  Perkembangan  Ekonomi  Rostow
Tabel 2.1  Penelitian  Terdahulu
Gambar  2.2  Kerangka Konseptual
Tabel 3.1  Variabel Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sutedi (2011:57) adalah sebagai berikut “ good corporate governance dapat diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan organisasi/perusahaan

[r]

Alat ini dapat memberikan peringatan pada LCD ketika suhu lingkungan melebihi batas maksimal suhu tanaman yang dipilih.. Sensor SRF dapat bekerja dengan baik untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model sistem yang cocok untuk institusi pendidikan tempat pengambilan data, menganalisis data yang diambil, serta

8 Ini berarti bahwa segala sesuatu yang akan diterima manusia di akhirat nanti merupakan ganjaran dari perbuatan manusia selama di dunia, apabila selama di dunia

menentukan harga disebut.... pasar persaingan tidak sempurna.. Pasar berfungsi memperlancar proses penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Fungsi pasar

penulis menarik rumusan masalah dari penelitian ini ialah “Bagaimana kehidupan sosial ekonomi buruh pekerja harian lepas yang ada di desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka,

Sehingga secara berurutan judul- judul makalah yang disajikan adalah: Konfirmasi Patahan Permukaan Awal Berdasarkan Data Geologi Dan Data Gempa Daerah Kawasan Puspiptek Serpong,