• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN INTERNAL FKIP EKONOMI MAKROEKONOMETRIK PANEL PERTANIAN TOBA SAMOSIR TIM PENGUSUL SOPAR M.H. NIDN:0019026704 (KETUA) UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENELITIAN INTERNAL FKIP EKONOMI MAKROEKONOMETRIK PANEL PERTANIAN TOBA SAMOSIR TIM PENGUSUL SOPAR M.H. NIDN:0019026704 (KETUA) UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) 2017"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN INTERNAL FKIP EKONOMI

MAKROEKONOMETRIK PANEL PERTANIAN TOBA SAMOSIR

TIM PENGUSUL

SOPAR M.H. NIDN:0019026704 (KETUA)

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) 2017

(2)

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN PRODI EKONOMI

Judul Penelitian : MAKROEKONOMETRIK PANEL PERTANIAN TOBASA Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / EKONOMI PEMBANGUNAN

Ketua Peneliti:

a. Nama Lengkap : Sopar M.H.

b. NIDN :

c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli /Lektor(III D) d. Program Studi : Ilmu Ekonomi

e. Nomor HP : 081260645598

f. Alamat surel (e-mail) : [email protected].

c. Perguruan Tinggi : Universitas HKBP Nommensen , UHN Lama Penelitian Keseluruhan : 1 Semester

Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 4.000.000

Biaya Tahun Berjalan : - diusulkan ke UHN Rp.

- dana internal UHN Rp. ……….

- dana institusi lain Rp. ……….

- inkind sebutkan ………

Medan, Pebruari 2017 Mengetahui,

Wakil Dekan Khusus Ketua Peneliti,

(Drs.Juliper Nainggolan,M.Si. ) (Sopar M.H.)

NIDN. NIDN.

Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian

(Prof.Dr.Monang Sitorus ) NIK.

(3)

RINGKASAN

Penelitian ini diadakan dengan tujuan agar Tobasa mempunyai Model Makroekonometrik Pertanian yang pada tingkat saat ini belum pernah ada dilakukan.

Model Makro Dasar ini perlu dan sangat urgen dilakukan mengingat Tobasa setelah UU OTDA harus mempunyai perencanaan pembangunan Pertanian yang terintegrasi .

Konsekwensi dari UU OTDA adalah Otonomi Keuangan di mana DAU dan DAK, DANA BAGI HASIL tidak lagi melalui Propinsi SUMUT , tetapi langsung ke daerah Kabupaten/ Kota pemekaran , keuntungan bagi otoritas fiskal ; namun di sisi lain otoritas moneter masih di tangan pusat .

Dengan semua alasan di atas tentulah Belanja Pembangunan Tobasa semakin besar membentuk multiplier(pengganda)Pendapatan . Tapi kebijakan fiskal yang tak terintegrasi dapat mengurangi multiplier tersebut .

Besarnya Pendapatan akan memberi efek Tabungan Daerah semakin besar, yang muaranya pada Investasi dan Kredit ke Investor maupun Usaha Kecil , dan Menengah semakin besar pula , yang merupakan Kegiatan Riil perekonomian, namun ini akan berkurang jikalau Kepala Daerah , dalam hal ini , pemangku fiskal tidak meramu kebijakannya terintegrasi.

Model ini akan dibangun dengan Beberapa Persamaan Simultan yang saling kait- mengait di antara Variabel-variabel Pertumbuhan Pertanian, Subsidi Daerah, Tabungan,Belanja Irigasi, Transportasi, Pupuk, Obat-obatan dan Bibit tanaman.

Model ini akan melihat keberadaan Pembangunan Pertanian terintegrasi .

Model akan di -Simulasi dengan beberapa Skenario Variabel Pajak Daerah untuk meramal Pertumbuhan Pertanian 5 tahun ke depan setelah tahun data 18 tahun riset, yakni Tahun 2015 sampai tahun 1999.

Kesulitan dalam Riset Times series adalah kesulitan yang diakibatkan data tahunan yang panjang dan akan diatasi dengan membuat data Moving average ; kedua dengan mencipta variable waktu (t).

Model akan diregresi dengan Panel, OLS (Ordinary Least Squares), 2SLS (Two Stages Least Squares), dan 3SLS (Three Stages Least Squares). Hasil Elastisitas Regresi akan dibandingkan dengan Error (Kekeliruan) Statistik . Hasil Regresi ini akhir nya diuji dengan Kesesuaian Teori Ekonomi.

Dengan menggunakan software Eviews akan dilakukan Simulasi Persamaan Regresi.

Hasil Model Rekayasa di-Simulasi dan dapat digunakan Lembaga riset Swasta maupun Pemerintah untuk mengambil Kebijakan Pertanian terintegrasi , meramal Pertumbuhan Pertanian ,investasi daerah , dll. tahun- tahun yang akan datang.

Dengan semua uraian di atas ,peneliti akan membangun “ Model Makroekonometrik Panel Pertanian Tobasa“ yang dapat digunakan untuk meramal perekonomian Pertanian Tobasa di masa depan menggunakan Simulasi, yang dapat meramal seluruh komponen pertumbuhan ekonomi Pertanian sepanjang masa.

(4)

DAFTAR ISI

Table of Contents

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang Penelitisan...4

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan dan Luaran Penelitian...5

1.4 Urgensi (Keutamaan ) Penelitian...6

BAB II...7

TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1 Landasan Teoritik...7

2.2 Penelitian Sebelumnya...16

2.3 Hipotesis...17

BAB III...18

METODE PENELITIAN...18

3.1 Ruang Lingkup Penelitian...18

3.2 Metode Pengumpulan Data...18

3.3 Rekayasa Model Makro...18

3.3 FishBone (Tulang Ikan)...21

...21

3.4 Road Map...22

...22

3.5 Definisi Operasional Peubah Penelitian...22

Keterbatasan Riset Makrorekayasa...26

BAB IV...28

PEMBAHASAN...28

BAB V...40

SIMPULAN DAN SARAN...40

DAFTAR PUSTAKA...41

LAMPIRAN...43

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

BABI PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitisan

TOBA SAMOSIR adalah sebuah Kabupaten di Sumut, telah mengalami pemekaran dari Kabupaten TAPUT.

Tobasa yang ber-landscap datar masih didominasi Pertanian padi dan sedikit Perkebunan.

Letaknya jauh dari Kota Medan, sehingga membutuhkan biaya untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunannya ke Kota Medan.

Era Otda, memberikan wewenang Keuangan yang lebih besar, karena DAU dan DAK langsung diserahkan ke Kabupaten. Tujuannya untuk mempercepat pembangunan dan kemandirian dalam mengelola uang yang lebih optimal untuk pertumbuhan ekonominya.

Otonomi daerah menyiratkan hanya daerah yang benar-benar tahu kebutuhan pembangunannya.

Di Era Jokowi, Pembangnan Pertanian diperbesar, proyek- proyek infrastruktur dipercepat secara massal untuk mempercepat pembangunan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi.

Teori ekonomi menjelaskan bahwa orang-orang Desa pergi ke kota karena upah di Desa masih lebih rendah dari di Kota, sementara lahan pertanian jumlahnya tidak ber tambah dan semakin berkurang.

Dengan Slogan Pembangunan Jokowi yang membangun Indonesia dari pinggiran, daerah terluar, terdepan dan terpencil diharapkan akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan pendapatan di Desa.

Di era MEA, masyarakat Ekonomi Asean, perlahan-lahan hambatan ekspor-impor akan semakin dihilangkan, ini akan memberi peluang yang besar bagi produk-produk pertanian maupun perkebunan dari sisi ekspor mau pun impor; sisi negatifnya komoditi yang tidak bersaing akan tercampak dari pasar komoditi.

SDM pertanian dan perkebunan perlu ditingkatkan dan diberi latihan dan pendidikan yang berserk tifikasi untuk bersaing di pasar ASEAN.

Dengan Dana Desa yang berkisar Rp 800 juta per tahun diharapkan pertanian dan perkebunan ikut mempercepat memajukan pertumbuhan.

Situasi saat ini juga memengaruhi sektor pertanian dan perkebunan, di mana perekonomian dunia masih lesu dengan kurs rupiah yang rendah dan suku bunga pinjaman perbankan yang mulaiturun pelahan, ini mengakibatkan permin taan ekspor melemah dan permintaan impor memberatkan.

Untuk mengatasi ini, Kabinet Jokowi telah menge uarkan 10 Paket Kebijakan Ekonomi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, dengan memberi insentif, mengurangi pajak,

(10)

Pemerntah mendorong Sektor Pertanian untuk memulai dan memperluas Agroindustri untuk memberi hasil pertanian yang lebih bermanfaat dan optimal, tidak hanya sekedar menjual hasil pertanian dan perkebunan.

Dominasi Pertanian dan Perkebunan terhadap Kabupaten Tobasa dan segala situasi perekonomian Nasional dan Dunia saat ini membawa peneliti untuk melihat lebih dalam variabel makroekonomi pertanian yang bekerja di Tobasa. Ini perlu, untuk melihat apakah pemerintah, lembaga keuangan, lembaga desa, dan pekerja sektor pertanian dan perkebunan telah terintegrasi.

Apakah Kabupaten sudah terintegrasi, berapa besar terintegrasi dalam kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Tobasa ?

Ini sangat urgen, sebab modelmakro dapat meramal dengan tepat ke depan berapa besar indikator-indikator ekonomi yang bakal terjadi.

Tanpa model makro tentu tak dapat dilihat perkembangan pertanian dan perkebunan secara menyeluruh.

Memang 2 tahun pembangunan Jokowi dan MOU MEA belum dapat dimasukkan dalam data penelitian, yang dapat dilihat hanya pengaruh UU OTDA selama 18 tahun di Tobasa.

1.2Rumusan Masalah

Apakah maroekonomi pertanian dan perkebunan di TOBASA sudah terintegrasi ?

1.3Tujuan dan Luaran Penelitian

1. Menentukan besarnya elastisitas permintaan investasi irigasi dan transportasi terhadap pertain an dan perkebunan

2. Menentukan elastisitas permintaan Kredit perbankan dan koperasi terhadap pertanian dan perkebunan.

3. Menentukan besarnya permintaan pupuk, obat-obatan dan bibit terhadap pertanian dan perkebunan

4. Menentukan Model Makroekonometrik Tobasa sepanjang masa yang sesuai teori saat ini.

5. Meramal pertumbuhan ekonomi Tobasa 5 tahun ke depan, 2015- 2020.

Luaran Penelitian

1. Input bagi Pemerintah Kabupaten Tobasa khusus nya Sektor Perta nian.

2. Menyumbangkan ilmu di kalangan Peneliti cara-cara baru meramal perekonomian pertanian di masa depan.

(11)

1.4Urgensi (Keutamaan ) Penelitian

1. Tobasa belum memiliki Model Makroekonometrik Pertanian.

2. Tobasa dapat merencanakan pembangnan pertainan terintegrasi.

3. Tobasa dapat meramal seluruh peubah ekonomi di masa depan.

4. Tobasa dapat membuat scenario pertumbuhan semua indikator ekonomi pertanian menggunakan peu bah eksogen kebijakan sebagai peubah control (pengendali).

5. Tobasa dapat memilih indikator ekonomi pertainan mana yang tertinggal dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi pertanian, untuk menentukan keurgensian pembangunan.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teoritik

Aspek penting dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Pengelolaan yang baik akan membuat sumber daya semakin efisien.

Tanah tidak tergantung hanya pada luasnya tapi juga kesuburan, kapital,infrastruktur, dan SDM nya.

Penggunaan lahan yang tidak efisien karena lemahnya pengawasan terhadap penggunaan bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

Di negara berkembang, petani yang sering dijumpai seperti petani “kecil”, “miskin”,

“tidak cukupan”, “tidak komersiil” dan sejenisnya.

Karenya mereka memerlukan kredit usaha tani agar mampu mengelola usaha taninya, mereka sering menjual harta bendanya atau pinjam kepada pihak lain. Bila pinjam pada swasta maka bunganya akan tinggi.

Modal dalam usahatani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan baik langsung maupun tak langsung. Pembentukan modal untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani. Pembentukan modal dilakukan dengan memperbesar simpanan.

Sedang Pemerintah membentuk modal dari pemungutan pajak untuk pembangunan.

Usaha pertanian memerlukan tenaga kerja yang dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja, yaitu tenaga kerja efektif.

Dalam analasis, sering dilakukan dengan mencari harga bayangan (shadow price) dari nilai tenaga kerja. Disebut accounting price yaitu besarnya upah tenaga kerja yang diperhitungkan pada harga keseimbangan. Harga bayangan tak dapat dicapai karena ada faktor inflasi atau distorsi ekonomi.

Aspek kelembagan adalah adanya pasar, untuk membeli kebutuhan faktor produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan. Juga sebagai tempat menjual hasil pertainan. Adanya penyuluhan, untuk menerapkan teknologi baru. Adanya lembaga perkreditan, berguna untuk membeli faktor produksi yang terjangkau petani.

Koperasi kurang diperlukan kalau keadaan pasar sempurna, karena persaingan menjadi kuat, sehingga tak ada pihak yang bisa dieksploitasi. Di Indonesia, pasar tidak sempurna. Dengan demikian koperasi akan berkem bang baik, orang sering monopsonist (pembeli tunggal).

Adanya bank, akan sangat besar manfaatnya bagi petani untuk memperoleh kredit, disamping juga sebagai tempat menabung.

Semua ini dikenal dengan catur sarana usaha pertanian.

Aspek penunjang pembangunan pertanian menyangkut perangsangan produksi yang dikategorikan menjadi kebijaksanaan harga, dan nonharga.

(13)

Kebijaksanaan nonharga adalah, infrastruktur, irigrasi, program intensifikasi, padatkarya, subsididesa, KUD, dll.

Subsidi desa, digunakan untuk membiayai rehabilitasi saluran irigasi, membangun lumbung desa, jalan desa, dsb. Diambil dari APBN atau APBD dikelola LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ) dan sekarang ini dengan adanya Dana Desa, maka ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan diaudit.

Elastisitas produksi, ( ep ) adalah persentase perubahan output sebagai akibat perubahan input. Dituliskan sbb.:

= . di mana adalah produk marginal (tambahan produksi), jadi tergantung dari PM sebuah input produksi.

Hubungan PM dan PR (produksi rerata = PT dibagi perjum lah input X) : S Bila PM > PR, maka posisi PR masih dalam keadaan menaik.

S Bila PM < PR, maka posisi PR masih dalam keadaan menurun.

S Bila PM = PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungannya dengan :

S = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.

S Bila PM = 0 dalam situasi PR sedang menurun, maka = 0.

S < 1 bila PT menaik pada tahapan “increasing rate” dan PR juga me naik di Daerah I. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah pro duksi yang cukup me nguntungkan manakala sejumlah input masih ditam bahkan.

S Nilai0 < < 1

Tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara propor sional oleh tam bahan output yang diperoleh. Ini terjadi di Daerah II, di mana pada sejum lah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan “decreasing rate” .

(14)

S < 0 berada di Daerah III, PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun.

S Dalam situasi < 0 ini maka setiap upaya untuk menambah jumlah input akan merugikan bagi petani .

Efisiensi penggunaan input adalah upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya.

Ini terjadi jika petani mampu membuat sebuah upaya di mana nilai produk marginal (NPM) sebuah input sama dengan harga input, atau = .

Disebut dengan efisiensi harga ( allocative efficiency) atau price efficiency.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan : tingkat transformasi antara input dan output dalam fungsi produksi. Kedua, per bandingan antara harga input dan harga output , yaitu :∆ . = ∆ . . Jadi efisiensi adalah ‘apakah usaha yang dilakukan memperoleh keuntungan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa petani sulit mencapai keuntungan maksimum.

Pertama, petani belum memahami prisnsip hubungan input-output. Kadang petani kecil menggunakan input berlebihan, sehingga keuntungan maksimum dicapai pada saat input terlalu

500 600

400 300 200 100

0 40 80 100

4 6 14

PR

PM PT

Input X (Output) Output Y

Daerah I Daerah II Daerah III ep> 1 1 >ep> 0 ep< 0

Tahapan Sebuah Proses Produksi

(15)

banyak diberikan. Sehingga jumlah keuntungan lebih sedikit. Kedua, petani dihadapkan pada faktor risiko yang tinggi, sehingga keuntungan maksimum tidak dapat dicapai, misalnya, serangan hama penyakit atau iklim yang tidak menguntungkan. Ketiga, ketidakpastian harga di masa mendatang sehingga saat panen sering harga menjadi rendah dan keuntungan menjadi kecil. Keempat, keterbatasan petani dalam menyediakan input, diikuti kurangnya keterampilan petani yang menyebabkan rendahnya produksi yang diperoleh.

Iso-Produk, adalah mencari besarnya kombinasi input yang optimum untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu.

Iso-Biaya, yaitu dengan jumlah biaya modal tertentu, berapa input yang harus dibeli untuk menghasilkan jumlah tertentu.

Garis singgung iso-biaya dan iso-produksi, adalah kombinasi penggunaan input yang optimal dan efisien ( efisiensi harga).

Mekanisme Produksi Pertanian Elastisitas Pendapatan

Barang yang diminta tergantung dari pendapatan konsumen.

Elastisitas pendapatan ialah persentase perubahan pendapatan karena persentase perubahan permintaan.

Dengan diketahuinya elastisitas pendapatan (EY) maka dapat diketahui arah, perubahan selera konsumen untuk menentu kan pilihan terhadap barang yang dibeli.

= =

=

Q2= jumlah barang yang diminta pada periode 1 Q1= jumlah barang yang diminta pada periode 2.

P2 = pendapatan pada periode 2 P1 = pendapatan pada periode 1 Elastisitas Produksi

Elastisaitas produksi ialah perubahan produktivitas karena adanya perubahan harga produksi.

Perubahan besaran elastisitas memengaruhi besaran penawaran.

(16)

Faktor yang memengaruhi elastisitas produksi ( Esp) :

S Tersedianya faktor produksi seperti tanah, tenagakerja dan modal

S Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian ( adjustment) dalam mengubah kegiatan berproduksi.

= − ⁄ +

− ⁄ +

Q2= jumlah barang yang ditawarkan

Q1= jumlah barang yang ditawarkan sebelumnya.

P2 = harga barang.

P1 = harga barang sebelumnya Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Produksi ditingkatkan dengan cara : S Intensifikasi,seperti Bimas, Insus.

S Eksentifikasi, seperti program pencetakan sawah baru.

S Diversifikasi, usaha campuran tanaman (tumpangsari)

S Rehablitasi, meningkatkan produksi dengan merehabilitasi pendukung yang menentukan peningkatan produksi.

Kebijaksanaan Harga

Kebijaksanaan harga diatur Pemerintah melalui Peraturandalam Kepmen atau Keputusan Penjabat yang menyangkut harga dasar berkaitan dengan sarana (input) dan produksi (output).

Contohnya subsidi sarana produksi seperti subsi di pupuk, pestisida.

Kebijaksanaan lain adalah harga dasar lantai (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price).

Harga dasar diperlukan agar harga pasar pada saat panen tidak menurun dari yang seharusnya diterima produsendan diupayakan minimal sama dengan harga dasar. Sebalinya, harga atap (maksimum) diperlukan khususnya pada musim-musim paceklik, saat persediaan produksi terbatas.

Kebijaksanaan harga dikatakan efektif bila harga pasar berada di antara harga dasar dan harga atap.

Operasi Bufferstock dan Impor

Komoditi pertanian pangan adalah tanggung jawab BULOG.

(17)

Program pengadaan pangan diakukan pada saat-saat panen raya sedangkan program penyaluran dilakukan pada saat musim paceklik.

Jika stock pangan dalam negeri kurang, maka BULOG memperbesar stoknya dengan melakukan kebijakan impor. Di sini harus dilihat harga di negara pengekspor dan harga pasar dunia . Dan berapa harga di dalam negeri.

Dalam keadaaan impor, diketahui harga komoditi dalam negeri (Pt) lebih rendah dari harga keseimbangan (E). Dalam keseimbangan penawaran dan permintaan akan menyebabkan harga beras dunua (PW) sama dengan harga beras dalam negeri. Di sini terlihat tak ada pengaruh subsidi Pemerintah. Artinya harga pasar dibiarkan mengikuti kekuatan pasar.

Dalam situasi ini upaya untuk memenuhi permintaan komoditi di dalam negeri sebesar OB dilakukan dengan :

S Melakukan impor sebesar A’B’ ;

S Melakukan subsidi harga pasar sampai pada harga sebe sar PS, atau alternatif yang lain adalah

;

S Mendorong garis penawaran dari SS ke kanan menjadi S’S’.

Dalam jangka pendek upaya ketiga dapai dilakukan dengan cara memberikan subsidi input atau pada jangka panjang dapat melalui geseran ke atas ( upward) dari fungsi produksi.

Selanjutnya siapa yang dirugikan atau diuntungkan dengan alternatif ini tentu saja tergantung Pemerintah.

A B

C

S

S D

D S

S

A B

E Pt= PW

PC

PS

0 Kuantitas

Harga

(18)

Mengumumkan Harga Dasar

S Diumumkan pada saat menjelang panen raya. Untuk dapat menjaga harga pasar agar tidak merosot di saat-saat panen raya. Dipakai sebagai harga penyangga.

S Diumumkan pada saat menjelang tanam. Agar produsen terangsang meningkatkan produktivitas.

Efektivitas Kebijaksanaan Harga

Selama pasar tidak sempurna, masalah pengadaan atau penyaluran bahan pangan agak sulit diserahkan pada kekuatan pasar.

Peran faktor kelembagaan desa seperti barter (saling tukar) sering tidak mengikuti bekerjanya harga dasar.

Teknologi Lepas Panen

Upaya peningkatan fasilitas pasca panen seperti tersedianya kredit untuk membangun lantai penjemuran, membeli mesin giling, membangun gudang atau fasilitas lainnya.

Alternatif pemecahannya :

S Program pengendalian produksi, misalnya intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, dan diversifikasi. Program khusus subsidi pupuk, pestisida, penyuluhan, pembe nihan, dll.

S Program pengendalian harga efektif dan program stok atau cadangan nasional yang stabil.

Penentuan Harga Dasar

S Harga dasar yang ditetapkan perlu lebih tinggi dari harga pasar saat panen raya tiba.

S Harga dasar sebaiknya sama dengan biaya rerata yang dikeluarkan memproduksi komoditi.

S Harga dasar sebainya didasarkan pada nisbah benefit (B) dan cost (C) atau B/C ratio> 1 untuk menjamin keuntungan.

S Harga dasar sebaiknya pada imbangan dengan harga barang yang menjadi keperluan hidup tani atau terms of trade (nilai tukar) komoditi peranian terhadap komoditi industri di negara berkembang lebih kecil dan cende rung menurun.

Landasan untuk penetapan harga dasar menggunakan Incremental Benefit-Cost Ratio atau “ I-B/C ratio” untuk Padi :

− = ∆ . / + + 1

6 ∆ . + 0.05∆ . + +

− = − ;

(19)

∆ = ℎ

= ℎ 1974/1975

= 19.715/ℎ dan

= 11.115/ℎ

= ; 1% / .

= upah buruh saat panen (Bawon)

0.05 = , 5% hasil panen.

= tambahan biaya garapan,

= 12.200/ℎ dan

= 6.100/ℎ

= = 1.500/ℎ dan

= 750/ℎ

I-BC ratio untuk beras sebesar 2.0.

Penetapan Harga Atap : Padi

Untuk menjaga agar produsen dan konsumen ti dak dirugikan , maka kebijaksanaan didasarkan pada rumus

= . + . = ℎ= ℎ .

= .

Biaya yang dikeluarkan meliputi penyimpanan, pemeliharaan stok, pengangkutan, bunga kredit, dsb.

Penentuan ini sifatnya trade off : di satu pihak harga atap dibuat cukup tinggi agar konsumsi beras dapat dihambat; di lain pihak agar terjadi efek sebaliknya menimbulkan kekha watiran terjadi inflasi tinggi.

Penentuan Bufferstock dan Impor

Bufferstock berhasil jika stok pangan nasional jum lahnya cukup memadai.Jika produksi dalam negeri tidak cukup, maka perlu dilakukan kebijakan impor.

(20)

Transformasi Sektor Pertanian

Sistem perekonomian sebuah negara merupakan satu kesatuan yang dicirikan oleh adanya hubungan sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi yang lain.

Hubungan ini adalah ketergantungan bukan merupakan keterpaduan yang dinamis antar sektor ekonomi yang satu dengan dengan sektor ekonomi yang lain, baik antar wilayah atau antar desa.

Empat sektor hubungan antara sektor pertanian dan industri :

S Pertanian adalah industri hulu. Interaksi antar sektor pertanian dan sektor lain semakin besar dengan berkem bangnya industri hulu yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi bahan jadi.

S Pertanian dapat bersaing dengan sektor lain , al.

Pendayagunaan tenaga kerja, SDA, modal.

S Perlu dirancang perkembangan ekonomi secara menyelu ruh, terpadu, dan serasi, sehingga efek persaingan bisa di kurangi dan digantikan dengan hubungan komplementer atau saling menunjang.

S Asaa keuntunga komparatif dan efisiensi; karenanya sektor pertanian dan industri perlu dikembangkan satu sama lain sehingga keduanya dapat tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan.

Industrialisasi Pedesaan

Ada 2 cara yang digunakan negara berkembang mengembangkan industrialisasi di Pedesaan :

S Industri substitusi impor, industri yang dibangun untuk maksud agar banyak barang baru yang dihasilkan di dalam negeri dari semula yang diimpor;

S Industri diversifikasi ekspor, memproduksi macam barang yang dapat diekspor.

Diversifikasi ekspor akan meningkatkan penerimaan devisa ( untuk pembiayaan pembangunan industri selanjutnya dan dengan substitusi impor maka impor barang dapat dikurangi.

Agro Industri

Agro Industri adalah indusri yang didukung sektor pertanian.

Industri mana yang yang mampu menjadikan bahan baku pertanian sebagai bahan baku utamanya ?

Nilai tambah pertanian sering terlalu rendah dan harga barang pertanian dalam negeri lebih rendah dari harga interna sional, sehingga investor memerlukan kemudahan.

Sering bahan baku pertanian sudah terlalu mahal bagi Industri.

(21)

Agribisnis (Kebijakan Terintegrasi)

Agribisnis sebagai sebuah sistem holistic, proses utuh dari proses pertanian di daerah hulu sampai ke daerah hilir, atau proses dari penyediaan input sampai pemasaran, mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan agroclimatic-ecological environment.

Kegiatan agribisnis adalah aktivitas yang dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi) mulai dari :

S Pengadaan dan penyaluran sarana produksi dan peralatan pertanian, S Usahatani’

S Pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, dan S Pemasaran hasil pertanian.

Suksesnya tidak terlepas dari tersedianya SDA dan SDM.

Agribisnis ternyata mampu :

S Menngkatkan pendapatan produsen baik petani maupun pengusaha, S Meningkatkan penyerapan tenaga dalam jumlah yang cukup besar, S Meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor di sektor pertanian, dan S Menambah jumlah industri pertanian (agroindustri) yang baru.

2.2Penelitian Sebelumnya

Wardana (2000) menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah mengaruhi signifikan terhadap pendapatan , Studi tersebut memperlihatkan bahwa kebijakan moneter lebih baik disbanding kan dengan kebijakan anggaran dalam mendorong pendapatan.

Studi Silalahi (2001) memperlihat kan pula bahwa kebijakan anggaran pemerintah menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sekaligus juga menggambarkan peningkatan pendapatan masyarakat.

Kenaikan pendapatan sebagai akibat kenaikan pe ngeluaran pemerintah akan mendorong kegiatan perekonomi an lainnya seperti konsumsi dan investasi.

Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Aliasuddin (2001,2002c), Siregar (2001) dan Abubakar (2002) membuktikan bahwa kenaikan pendapatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi. Hasil ini sangat beralasan sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh Yusuf (1997) bahwa masyarakat Indonesia mempunyai pola pengeluaran yang sangat konsumtif, kena ikan pendapatan akan dialokasikan untuk membeli barang- barang termasuk barang impor.

Peningkatan impor merupakan kebocoran dalam sistim perekonomian karena dampak pengganda pendapatan terjadi di Negara lain.

(22)

signifikan, demikian hasil tim riset ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Darussalam bekerja sama dengan Kantor Bank Indonesia Banda Aceh (2002).

Hasil riset tim ekonomi Pusat Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi (CDS) Universitas Syiah Kuala kerja sa ma dengan BAPPEDA Propinsi Daerah Istimewa Aceh (19 92) , menyatakan pada skenario kenaikan pajak 10 % , hasil simulasi shock dibandingkan dengan simulasi dasar , mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang dapat dibelan jakan, dan penurunan pada tabungan masyarakat.

Sopar,dkk (2015), tim ekonomi FKIP Prodi Ekonomi Nommensen, menemukan terjadi Crowding Out di Tanah Karo.

2.3Hipotesis

H1: Pertanian dan Perkebunan Tobasa sudah terintegrasi Hipotesis diuji dengan cara :

S Mengestimasi Model Panel Makroekonometrik Pertanian Perkebunan Tobasa.

S Mengestimasi Model Makroekonometrik Pertanian Perkebunan Ekilibrium Tobasa.

S Simulasi dilakukan untuk melihat perubahan Pertumbuhan Ekonomi sebagai efek Model Terintegrasi Pertanian Perkebunan Tobasa.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Menganalisis Model Makroekonometrik Pertanian Tobasa. Yang dikaji Variabel PDRB Nominal Sektor Pertanian dan Perkebunan, APBD, Tingkat bunga Deposito, Kredit Perbankan, Koperasi, Belanja Pemerintah (Irigasi, Transportasi), Tabungan Perorangan , Tabungan Masyara kat, Pupuk, Obat-obatan, Bibit Pertanian, PBB (IPEDA) , Upah, sewa tanah (penggarap).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data peubah di atas,

Data diubah dalam bentuk triwulan, dankarena data triwulan mengandung pola musiman dan trending maka pola musiman dihilangkan dengan peubah boneka (dummy variabel) atau moving average, ini digunakan untuk menghi langkan korelasi rancu, sehingga menghasilkan R2 yang tinggi yang tak mencerminkan hubungan sebenarnya antara peubah bebas dan terikat.

Data dinyatakan dalam logaritma.

Data yang digunakan data sekunder 18 tahun dari 2015-1999.

Data diperoleh dari BPS, APBD, Laporan BI.

3.3 Rekayasa Model Makro

Model dieksekusi dengan 2 tahap : pertama dilaku kanregresi Data Panel terhadap Persamaan Pendapatan Nasional (Y) untuk mencari model yang tepat.

Sebelum diregresi, model dittransformasi ke bentuk GLS (Generalized Least Square) untuk menghilangkan error disturbance .

Model Panel yang digunakan two ways balanced tanpa intercept.

Sebelum estimasi model terbaik dilakukan Uji Hausman untuk melihat random effect ; selanjutnya dilakukan uji Breusch Pagan, untuk melihat efek cross- section.

(24)

Uji Breusch Pagan menggunakan Hipotesis : : = 0, = 0,

.

: = 0, .

: = 0, .

Setelah persamaan estimasi terbaik Pendapatan Nasional diperoleh dilakukan regresi simultan seluruh persamaan dengan 2SLS dan 3SLS (Three Stage Least Squa res).

Sebelum regresi simultan dilakukan Identifikasi rank-order, untuk melihat apakah data 18 tahun dapat menjelaskan peluhan peubah ekonomi yang diteliti.

Untuk Peramalan (Forecasting), bukan predicttion, dilakukan Simulasi Gauss Seidel dengan Skenario.

Tahap akhir melakukan Transmisi untuk melihat pergerakan variabel (peubah) dalam memengaruhi variabel lain.

Untuk meregresi model makro digunakan EViews.

Sebelum regresi simultan, model dirubah dalam bentuk Log-Linier.

Untuk Riset Pertanian digunakan Fungsi Produksi COBB-DOUGLASS.

Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah kurva Eksponen, untuk memudahlan analisis model diubah dalam bentuk logaritma, model ini sangat berguna untuk melihat elastisitas (kepekaan), baik elastisitas produksi maupun elastisitas pendapatan.

Parameter yang diperoleh dari regresi adalah elastisitas, yang merupakan komponen RTS (return to scale).

Di sini RTS tidak ditentukan, apakah constan, increasing, atau decreasing.

Asumsi Cobb-Douglass :

1. Teknologi netral, dengan slope sama, sekalipun Kenya tannya tidak sama.

2. Price taker, karena barang-barang pertanian kompetitif.

Model Dasar

Blok Aggregat Penawaran

= + + + +

= − + + +

 = 0+1KK +2t +3

= + +

(25)

Blok Aggregat Permintaan

= = − +

= + + + + + +

Model Panel Model I ;

= + + + + + + + ,

Model II ;

= + + + + + + ,

Model III ;

= + + + + + + ,

Model IV ;

= + + + + + ,

Model V ;

= + + + + ,

Model GLS

− = − + −

Model Cobb-Douglass

=

=

=

=

= =

=

Model Log-Liniir

log = log + log + log + log +

log = log − log + log + log +

(26)

log = log + log + log +

log + log + log + log +

Identitas

i. = + +

ii. = ℎ+

iii. = + + +

iv. =

v. = = , =

vi. = +

vii. = +

. Di mana :

PP = Pendapatan Perorangan D = Dividen

SD = Subsidi Daerah iTAB = Suku bunga tabungan

KK = Kredit bank komersil/ Koperasi

 = inflasi Tobasa

rNOM = tingkat bunga nominal Kredit Tobasa.

ID,SP = Investasi, Simpanan perorangan ( Dana taktis ) P = Harga Hasil Pertanian + Perkebunan

IT = Irigasi + Transportasi Kabupaten Tobasa PBB = Pajak Daerah ( PBB/IPEDA)

US = Upah + Sewa

POB = Pupuk, Obat-obatan, Bibit

= Galat acak

3.3FishBone (Tulang Ikan)

(27)

3.4 Road Map

3.5Definisi Operasional Peubah Penelitian

1. Pertumbuhan Pertanian dan Perkebunan diambil dari ,PDRB Nominal (Harga Berlaku) Kabupaten Tobasa menurut Sektor

2. Investasi diperoleh dari data PMD dan PMA Kabupaten Tobasa.

3. Belanja Pemerintah terdiri dari Irigasi dan Transportasi ,diperoleh dari APBD Kabupaten To basa.

4. Simpanan Perorangan diperoleh dari Dana Pihak Ketiga yang disimpan di Kabupaten Tobasa.

5. Investasi dipengaruhi tingkat bunga pinjaman .

6. Tingkat bunga deposito menggunakan tingkat bunga nominal yang ditawarkan bank komersil dan Koperasi

7. Variabel waktu (t) untuk penelitian time series dari tri wulan 1 s/d triwulan 72 8. Kredit adalah pinjaman yang disalurkan Bank Komersil dan Koperasi

9. Inflasi menggunakan IHK (Indeks Harga Konsumen) Kabupaten Tobasa.

10. Dividen adalah hasil bagi keuntungan yang diperoleh perorangan.

Modelling Pengumpulan

Data Deskripsi

Data

Eksekusi Model Analisis

Parameter Model

Elastisitas Model

UjiStatistik BestModel

Model Panel

Implementasi

(28)

12. Definisi bekerja yang digunakan BPS pada sensus penduduk dan survei-survei lainnya adalah mereka yang sedang melakukan kegiatan dengan maksud memperoleh penghasilan.

Batasan yang digunakan adalah paling sedikit bekerja 1 jam berurut-urut selama 1 minggu sebelum pencacahan.

Bagi merka yang cuti, petani sementara tidak bekerja karena nunggu panen, tetap dimasukkan sebagai pekerja walaupun seminggu sebelum pencacahan sedang tidak bekerja.

Persentase Penduduk yang bekerja menurut Lapangan Usaha adalah Penduduk yang bekerja menurut Lapangan Usaha dibagi dengan Penduduk yang bekerja.

13. Orang dikatakan bekerja secara penuh (full employment) jika jam kerjanya 35 jam kerja atau lebih dalam 1 minggu, mengikuti konsep minimal kerja 1 jam berurut-urut.

14. Orang yang tak pernah ke luar rumah mencari pekerjaan disebut pengangguran seumur hidup; ciri-ciri Orang Miskin (Pemalas).

15. Lahan sawah Berpengairan Teknis ialah yang memperoleh pengairan dari irigasi teknis, yaitu jaringan saluran pemneri terpisah dari saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah, biasanya jaringan semacam ini terdiri dari saluran induk dan sekunder serta tersier, dimana saluran induk dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.

16. Lahan Sawah Berpengairan ½ Teknis ialah, memperoleh irigasi ½ teknis , dalam hal ini Dinas hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tak dikuasai oleh Pemerintah.

17. Lahan Sawah Pengairan Sederhana ilah, memperoleh pengairan dari irigasi, sedangkan untuk pembagian airnya belum teratur meskipun pihak pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagaian jaringan tersebut ( misalnya biaya membuat bendungan ).

18. Lahan Sawah Irigasi Desa Non PU ialah, memperoleh pengairan dari sisitem pengairan yang dikelola sendiri olah masyarakat tanpa campur tangan pemerintah (PU)- di BALI namanya Subak, di Tobasa disebut Manteri Aek.

19. Lahan sawah Non Irigasi terdiri dari : a. Tadah Hujan, tergantung pada Langit.

b. Pasang Surut, tergantung air sungai meluap atau enggak.

c. Lebak, polder,dll.

d. Lahan sementara Terlantar, lbih dari 1 tahun terlantar tapi tak boleh lebih dari 2 tahun.

Yang terlantar 2 tahun dianggap lahan kering.

Simpanan di sini dalam Rupiah dan Valas (Foreign Currency) di Bank Umum (Commercial) dan BRI ( rural banks).

Simpanan ini dicatat Nominal (jumlah sehari-hari yang ter cantum di Uang Kertas ) . Simpanan ini dalam beberapa Kategori :

i. Giro

ii.Simpanan (paling liquid)

(29)

Berjangka : Bilyet ( kurang liquid ) iii. Tabungan :

Rekenning Deposito (kurang liquid)

Sebagai peubah dalam penelitian ini diambil seluruhnya .

Currency yang sangat liquid diasumsikan yang paling ken cang memutar volume uang . Besarnya Simpanan ini adalah sama dengan besarnya Pena waran Investasi (Kredit ) .

Jadi selain suku bunga nominal Kredit , Simpanan ini dapat juga menjadi peubah terhadap permintaan investasi .

Ada perbedaan Kredit dan Investasi .

Kredit adalah realisasi yang dikelurkan Lembaga Peminjam Keuangan.

Sedang Investasi besar nya realisasi dari Kredit yang diterima investor .

Kredit yang diajukan Investor bisa saja sebagian dikonsumsi dan sisanya diinvestasi , sesuai dengan Teori Konsumsi Keynes .

Jadi peubah Investasi dalam penelitian ini berbeda dengan peubah Kredit .

Jadi Simpanan memengaruhi Investasi , tetapi Kredit tidak memengaruhi Investasi secara signifikan .

Kredit menurut penggunaannya disalurkan Bang Komersil (Swasta dan BUMD) melaui 3 pipa : Modal Kerja , Investasi , yang sifatnya produksi dan Konsumsi yang si fatnya menghabis kan yang sudah ada dan hutang .

Yang terakhir memang menjadi momok perekonomian .

Konsumsim ini seluruhnya dihabiskan oleh orang-orang yang menganggur , sedang produktivitas dihasilkan orang-o rang yang bekerja .

Dalam penelitian ini peubah Kredit adalah jumlah ketiganya . Artinya orang yang menganggur tetap mengemis pada orang yang bekerja , dan diasumsikan itu terjadi dalam jangka pan jang , seumur hidupnya menghabiskan .

Penganggur ini dapat menghabiskan bukan saja uang orang yang bekerja tapi harta orang yang bekerja, yaitu harta yang sudah ada sebelumnya, seperti tanah dan rumah .

Jadi penganggur adalah disvestor atau “penghabis” .

Kredit ini dialokasikan menjadi Kredit Mikro, Kecil ,dan Menengah .

Peubah Investasi dalam penelitian ini hanya meng gunakan nilai investasi barang, sedang nilai investasi jasa tidak dimasukkan .

Peubah Government Expenditure dalam penelitian ini adalah jumlah Belanja Irigasi dan Belanja Transportasi .

Peubah Pajak Daerah adalah PBB yang seluruhnya diserahkan ke Jakarta dan dikembalikan lagi seluruhnya ke Tobasa dan Pajak Kenderaan yang tidak diserahkan ke Jakarta .

Peubah Subsidi Daerah dalam penelitian ini adalah Pajak Negatif Tobasa yang

(30)

Dalam pelaporan lain Pos nya diberi nama Balanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan .

Di Pos PAD dari sisi penerimaan Dana Bagi Hasil diperoleh dari Bagian Bagi Hasil Pajak/

Bukan Pajak ; sedang Subsidi Pemerintah Pusat di letakkan pada Pos DAU dan Bagian Bagi Hasil Pajak ; Bagi Hasil Pajak yang dimaksud adalah Pajak Pusat seperti PPN dan lain-lain.

Di Pelaporan lain pada Pos Belanja Rutin atau Belanja Operasi berisi item Subsidi/Hibah . Di Pelaporan lain Belanja Pembangunan dilaporkan pula sebagai Pelayanan Publik . Di Pelaporan lain Belanja Rutin disebut dengan Belanja Operasional .

Peubah Inflasi 1999-2015 di-proxy menggunakan Inflasi Medan jika tak ditemukan data, dengan assumsi Tobasa dan Medan masih satu Propinmsi Sumut, dengan demikian gejolak harga di Medan juga memengaruhi harga di Tobasa, juga hasil Pertanian dan Perkebunan ke Medan berasal dari Tobasa ,diassumsikan inflasi Tobasa pada tahun-tahun tersebut mendekati inflasi Medan .

Peubah Pendapatan menggunakan PDRB Tobasa atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha , tidak digunakan Harga Konstan untuk melihat pengaruh gejolak Inflasi .

Peubah Pendapatan Perorangan bukanlah PDRB Har ga Berlaku dibagi Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun , jadi bukan Pendapatan Perkapita Nominal , tetapi jumlah keseluruhan dari Pendapatan perkapita Nominal tersebut .

Pendapatan Perseorangan dalam penelitian ini sama dengan Pendapatan Bunga Perseorangan tanpa Transfer Pemerintah sebab Transfer Pemerintah untuk Identitasi .

Diasumsikan Perseorangan menabung sisa pendapatannya setelah Konsumsi dan Pajak.

Tetapi Perseorangan yang menganggur (tidak punya pendapatan) menerima Subsidi dari pemerintaha Tobasa untuk memenuhi kehidupannya yang miskin.

Dividen dimasukkan di sini jika ada data . Kalau Perseorangan diasumsikan turut sebagai stake holder dari BU MD , maka Dana Bagi Hasil Laba BUMD dapat dimasukkan sebagai proxy Dividen , tetapi ini mungkin tidak dilakukan dalam penelitian ini .Dengan assumsi Dana bagi Hasil Laba Perusahaan sudah diterima Perseorangan melalui Poblic Ser vice seperti SD Negeri Gratis dan lain-lain .

Tinggal satu keterbatasan lagi, jika Pendapatann Bunga Per seorangan diambil sebagai perkalian Suku Bunga Tabungan dengan seluruh Simpanan , maka akan menyebabkan Identasi , dengan demikian sebagai peubah diambil seluruh Sim panan tanpa perkalian suku bunga tabungan.

Peubah Harga menggunakan rerata Kelompok Pertanian dan Kelompok Perkebunan.

Peubah Retribusi seperti Retribusi Parkir tidak dima sukkan ke Pajak Daerah , ini dilakukan untuk melihat Trans misi Pajak Daerah terhadap analisis Makroekonomi Pertanian dan Perkebunan.

Peubah Suku Bunga Tabungan adalah Suku Bunga Tabungan yang ditetapkan Bank Komersil dan BUMD di Tobasa serta Koperasi.

Suku Bunga Tabungan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Tabungan Nominal (Deposito Berjangka) yang bukan ditentukan BI , dengan triwulan IV to triwulan IV , Year to Year ,tapi Bank Komersil menentukan Suku Bunga Tabungan yang lebih tinggi dari yang ditentukan BI untuk menenarik Dana lebih banyak untuk disalurkan dalam ben tuk Kredit .

(31)

Peubah Suku Bunga Nominal adalah Suku Bunga Nominal Kredit yang ditetapkan oleh Bank komersil dan BU MD .

Kenapa harus Suku Bunga Nominal ? Investor selalu mem perhitungkan Inflasi ketika membayar cicilan hutangnya , dengan inflasi yang lebih besar sebenarnya dia membayar bunga yang lebih kecil , karena Inflasi adalah proporsi da lam bagian tersebut .

Yang manakah Suku Bunga itu yang lebih besar ? Tergantung Bank dan Jenis Simpanan dan Kreditnya , tetapi dalam Penelitian ini diambil reratanya .

Peubah Suku Bunga Riil adalah Suku Bunga Nomi nal Pinjaman dikurangi Inflasi Berjalan . Kenapa harus Riil ? Bukan Nominal ? Di sini diasumsikan Debitur (Peminjam ) ketika mengajukan permintaan Kredit dia tidak akan meminjam jika Inflasi tinggi, dengan alasan money illusion .

Peubah waktu (tme) digunakan untuk menghilangkan gejala Trend (Detrending) yang dapat menyebabkan multikolinier .

Ketidaklengkapan Data Tobasa dipenuhi dengan Inter polasi, Ekstrapolasi dan proxy .

Keterbatasan Riset Makrorekayasa

1. Membangun Model makroekonomi Regional memangsa ngat pelik karena sering data yang diinginkan masuk dalam model untuk menggambarkan perekonomian sebenarnya tidak diperoleh dari berbagai sumber dan literature.

2. Tim riset sadar dan sengaja melakukan terobosan-tero bosan riset Regional/ Daerah secara Makro yang memang belum dan tak pernah dilakukan, di satu sisi Sumut belum punya Ahli Riset di bidang Makro Regional, sisi lain Tim memang ingin melihat langsung dari dekat seka ligus mengenalkan model dan data Regonal ke Peneliti secara Umum .

3. Riset Makro memang membutuhkan penguasaan Matematik dan Statisrik yang sangat rumit, yang memang sangatditakuti dan dan tak banyak dikuasai periset umumnya.

4. Tim di sini banyak membangun asumsi yang sesuai dengan ilmu ekonomi dengan perangkat matematika dan ekonometrik dalam mengatasi data-data yang bisa dimasukkan dalam model makro.

5. Di sini Tim tidak memasukkan Komponen Ekspor dan Impor untuk menghindari bias yang besar . Jika ini dima sukkan harus diperbanyak persamaan Riset dan melibat kan data 25 tahun lebih. Sedang era OTDA itu dimulai tahun 1999. Ini salah satu syarat makro yang sangat rumit dan harus dipenuhi.

6. Sebagai data tenaga kerja di sini dimasukkan upah tana ga kerja yang digunakan dan sewa yang dikeluarkan.

(32)

8. Input modal yang dimasukkkan di sini pupuk, obat-obat an dan bibit tanaman baik yang diterima secara gratis ma upun dibeli, ini dipandang juga sebagai modal manajemen pengolahan tanah.

9. Harga adalah pemilihan peubah yang paling rumit, jika digunakan upah pertanian akan memberi angka sangat kecil, tapi bila digunakan upah total akan membentuk bias.

10. Yang membuat riset regional semakin rumit adalah metode pencatatan atau pembukuan Pemerintah Daerah yang berbeda dari satu Daerah ke Daerah lain. Yang pada saat ini banyak pejabat pemerintah ditangkap (dipenjara) karena salah pengeluaran atau peruntukan.

Akibatnya penyerapan anggaran sangat minim yang membuat data tidak realistis dijadikan objek riset.

11. Memang dibutuhkan waktu yang sangat melelahkan dan ketelitian tinggi dalam membaca data pencatatan Regional.

12. Sebagai Perintis Riset –riset Makro Regional ini semua harus ditempuh dengan benar.

13. Seminar yang banyak dan intens tentang Makro Regional memang harus ada.

14. Umumnya pegawai Daerah bukan periset, hanya tamatan SMA atau Sarjana sehingga pencatatan sering menjadi sangat rumit dan rancu.

15. Terkadang Periset buntu dan berhadapan dengan Data Proyeksi, interpolasi, ekstrapolasi dan proxy menunggu data sebenarnya tercipta.

(33)

BAB IV PEMBAHASAN Deskripsi Tobasa

Toba Samosir terletak pada 2o03’ – 2o40’ LU dan 98o56’ – 99o40, BT

Dengan Luas Wilayah 202.180 Ha; 900 –2.200 m di atas Permukaan Laut; dengan luas Hutan 109.626 Ha (55 %)’

Luas Administrasi : 16 Kecamatan, 231 Desa, dan 13 Kelurahan.

Berbatasan di Utara dengan Simalungun; di Selatan dengan Taput; di Barat dengan Samosir; di Timur dengan Labuhan Batu dan Asahan.

Sector andalan Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Pariwista,industry dan Teknologi Informasi.

Komposisi tanah didominasitanah Tufa Toba, pasir campur tanah liat, kapur dan sebagian bebatuan yang kurang subur.

Berdasarkan Perda Kabupaten Tobasa Samosir No.5 Tahun 2006, terbentuk 3 Kecamatan baru Tampahan pemekaran dari Balige, Nassau pemekaran dari Habinsaran, dan Siantar Narumon da pemekaran dari Porsea.

Tahun 2008, Pemerintahan kembali mekar dengan Kecamatan Parmaksian dari Bonatua Lunasi.

Jadi seluruhnya ada 16 Kecamatan dengan 231 Desa dan 13 Kelurahan.

Dan 4 perwakilan kecamatan definitive Ajibata, Uluan, Pintu Pohan Meranti dan Ronggur Nihuta.

Jumlah Desa/Kelurahan 2012

Kecamatan Banyaknya Jumlah

Desa Kelurahan

1 Balige 29 6 35

2 Tampahan 6 6

3 Laguboti 22 1 23

4 Habinsaran 21 1 22

5 Borbor 15 15

6 Nassau 10 10

7 Silaen 23 23

8 Sigumpar 9 23

9 Porsea 14 3 17

10 Pintu Pohan Meranti 7 7

(34)

Tobasa Dalam Angka

Perda No.8 tentang Pembentukan Kecamatan Borbor.

Selanjutnya Toba Samosir dimekarkan dengan Kabupaten Baru, Samosir berdasarkan UU No.36 Tahun 2003. Dengan demikian Tobasa tinggal 10 Kecamatan.

Perda Tobasa No.6/2005 tentang Pembentukan Sigumpar dan pemekaran Silaen.

Tobasa dibentu dengan UU No.12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Dati II.

Tobasa pemekaran dari Taput yang diresmikan tanggal 9 Maret 1999 oleh Mendagri, sekaligus melantik Pejabat Kabupaten Tobasa.

Perda Tobasa No.7 /2003 dibentuk Ajibata, Pintu Pohan, Uluan dan Ronggur Nihuta.

Belanja Pembangunan & Rutin

0 0 0

60.224.757.000

95.602.004.000

95.602.004.000 107.122.455.000

131.584.403.050 207.580.831.000

169.238.809.000

266.376.803 335.922.708

378.922.708 460.718.504 462.560.213.000

479.831.430.000 619.897.003.865

645.159.251.733 767.551.670.816

847.211.032.715

THN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

RASIO

Belanja Pembangunan (Rp) Belanja Rutin (Rp)

14 Ajibata 9 1 10

15 Parmaksian 11 11

16 Bonatua Lunasi 12 12

Total 231 13 244

(35)

Belanja Pembangunan

(Rp) Belanja Rutin (Rp)

THN

1999 19,418,568,000 60,224,757,000

2000 47,850,582,667 95,602,004,000

2001 62,066,590,000 95,602,004,000

2002 76,120,035,890 107,122,455,000

2003 93,097,950,290 131,584,403,050

2004 101,586,907,490 207,580,831,000

2005 163,272,173,163 169,238,809,000

2006 194,114,806,000 266,376,803

2007 332,875,368,000 335,922,708

2008 400,570,676,000 378,922,708

2009 440,427,221,000 460,718,504

2010 442,259,331,000 462,560,213,000

2011 444,298,628,000 479,831,430,000

2012 582,679,012,536 619,897,003,865

2013 612,505,631,836 645,159,251,733

2014 656,600,507,465 767,551,670,816

2015 802,691,546,443 847,211,032,715

Tobasa dalam Angka-BPS Sumut Jl. Asrama Ringroad, Sunggal.

Dari Grafik terlihat Belanja Rutin selalu di atas Belanja Pembangunan, ini artinya Pendapatan Tobasa 50 % lebih habis untuk Belanja Rutin, dengan demikian Pembangunan Tobasa tidak begitu berarti, karena habis untuk Belanja Rutin.

Ini dapat dimaklumi untuk Daerah Pemekaran, yang harus merekrut Perangkat Kabupaten yang sangat banyak, sebanyak Dinas Instansi yang ada di Indonesia.

Tapi jika dilihat dari 1999-2015, atu 16 tahun ternyata praktek ini tak berkurang, tetap monoton bahkan makin menjadi-jadi.

Pembangunan ekonomi sebuah Daerah tak dapat tercipta jika hanya sebagian penduduknya saja ( Aparatur Sipil Begara) yang dibangun.

Pembangunan keseluruhan Rakyat dapat terjadi jika semua penduduk tersentuh pembangunan.

Jika Belanja Pemerintah lebih dari 50% terserap untuk mengurusi ANS, maka pembangunan ekonomi tersebut akan lamban, bahkan akan tidak berarti.

Multiplier effect yang diharapkan dari government expenditure akan tercipta sangat kecil.

Mungkin bagi Pemerintah yang tak mengerti multiplier effect, maka akan selalu

(36)

Pembangunan bukan mengejar Pendapatan Daerah yang semakin meningkat, tapi harus mengejar kesejahteraan penduduk yang semakin meningkat, artinya pembangunan itu tidak hanya dinikmati segelintir orang.

Coba bayangkan, Rp 847, 211 M , hampir Rp 1 T / tahun hanya habis untuk Belanja Rutin; itu seperti Anda punya pendapatan Rp 2 Jt, sebanyak Rp 1 Jt habis Anda belanjakan untuk Pisang Goreng, lantas untuk Pendidikan, Kesehatan, Perumahan apalagi ?; bukankah Biaya Pendidikan, Kesehatan, Perumahan lebih mahal dari sekedar Pisang Goreng ?

Selama 16 tahun berapa Rp T yang hilang ?

Tobasa kan harus membangun Rel Kereta Listrik, PLN, PAM, Pasar Tradisional, Sekolah Negeri, Busway, Pelabuhan Udara, Transportasi Air, Puskesmas, Rumah Sakit, Rumah Sederhana Irigasi , Dam untuk Pertanian , Pupuk, Bibit Unggul ; dari mana Dana untuk pembangunan ini diambil ?

Penerimaan

Penerimaan Tobasa mengalami fluktuasi dengan trend naik.

Penerimaan tahun 1999 sebesar Rp 27,5 M naik menjadi Rp 867,6 M ; ada kenaikan sekitar Rp 840 M dengan rerata Rp 46,6 M per tahun.

Penerimaan patah (decline) terjadi pada tahun 2010 dan 2011, saat resesi Eropa dan Amerika;

dengan resesi ini tentu permintaan Ekspor dari Tobasa berkurang drastic karena tidak adanya pendapatan Masyarakat yg terkena resesi.

Pada tahun 2015, Penerimaan naik dengan bergantinya Rezim SBY ke pemerintahan JOKOWI, dimana pemerintahan yang baru mengeluarkan 14 Paket Kebijakan Ekonomi Baru,

27.449.194.000

130.509.510.000 182.039.668.000

202.503.457.000 246.095.102.330 237.359.089.440

266.422.304.220 280.953.911.610

335.539.934.000

574.673.048.000

757.716.115.000 462.914.653.000

486.701.286.000

658.498.616.271 632.179.502.593

861.330.507.382 867.548.604.972

THN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Penerimaan (Rp)

(37)

dengan melonggarkan Iklim Usaha, Investasi, dan memajukan Infrastruktur Pertanian di seluruh Indonesia.

Penerimaan (Rp) THN

1999 27,449,194,000 2000 130,509,510,000 2001 182,039,668,000 2002 202,503,457,000 2003 246,095,102,330 2004 237,359,089,440 2005

266,422,304,220 2006 280,953,911,610 2007 335,539,934,000 2008 574,673,048,000 2009 757,716,115,000 2010 462,914,653,000 2011 486,701,286,000 2012 658,498,616,271 2013 632,179,502,593 2014 861,330,507,382 2015 867,548,604,972

Man Power

Perkembangan Petani Usia 10-54 Tahun dan Total Penduduk dari tahun ke tahun monoton, hampir taka da kenaikan.

Ini artinya, Tobasa masih mengandalkan Sektir Pertanian; juga taka da tambahan tenaga kerja di sector Pertanian atau Pertambahan Penduduk dan Tenaga Kerja hanya diserep oleh Sektor Pertanian secara dominan.

Stagnasi pertumbuhan ini juga menggambarkan stagnasi Produksi Pertanian.

Patahan Tenaga Kerja mulai terjadi Tahun 2003, setelah pemekaran TOBASA memunculkan Kabupaten baru, SAMOSIR; ternyata pemekaran ini, yang tujuannnya mempercepat pembangunan berbalik arah , malah membawa stagnasi selama 13 tahun.

Usia 10 -54, adalah Usia Produktif menurut definisi BPS.

(38)

Ini artinya Sektor Sekunder dan Tersier mulai berkembang.Menurut Lewis, Ahli Pembangunan Ekonomi, Orang Kampung akan menuju Kota jika Upah Kota (UMP) di atas Upah Kampung.

106.643

99.615 104.735

107.296

75.946

60.271 60.817 61.090

61.511 62.032

64.598 62.981

59.720 59.222

58.973 60.064

59.881 167.907168.596

170.015 171.375

172.746 175.325

173.129 174.748

175.069 178.568

179.704

THN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Man Power ( Tenaga Kerja)

PETANI USIA 10-54 Total Penduduk

PETANI USIA 10-54 Total Penduduk THN

1999 106,643

2000 99,615

2001 104,735

2002 107,296

2003 75,946

2004 60,271 167,907

2005 60,817 168,596

2006 61,090 170,015

2007 61,511 171,375

2008 62,032 172,746

2009 64,598 175,325

2010 62,981 173,129

2011 59,720 174,748

2012 59,222

2013 58,973 175,069

2014 60,064 178,568

(39)

Investasidan Dana Pihak Ketiga

TOTAL SIMPANAN

(Rp 000) TOTAL KREDIT (Rp 000) THN

1999 101,837,142 19,878,150

2000 106,887,190 24,457,950

2001 147,263,047 23,828,683

2002 167,450,976 23,514,050

2003 319,208,714 26,985,706

2004 401,893,714 11,747,200

2005 415,837,780 18,744,580

2006 546,180,833 22,273,667

2007 611,245,500 23,230,000

2008 715,501,500 28,974,000

2009 713,999,500 31,635,000

2010 878,512,500 15,762,472

2011 960,773,500 13,028,472

2012 1,038,622,567 37,339,805

2013 1,077,547,100 55,874,572

2014 1,271,374,100 70,912,572

101.837.142 106.887.190

147.263.047 167.450.976

319.208.714

401.893.714 415.837.780

546.180.833611.245.500 715.501.500

713.999.500

878.512.500960.773.5001.038.622.567 1.077.547.100

1.271.374.100 1.406.489.600

19.878.15024.457.95023.828.683 23.514.050

26.985.70611.747.20018.744.580 22.273.667

23.230.000 28.974.000

31.635.000 15.762.472

13.028.472 37.339.805

55.874.572 70.912.572

76.252.172

THN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Investasi dan Tabungan Dana Pihak Ketiga

TOTAL SIMPANAN (Rp 000) TOTAL KREDIT (Rp 000)

2015 59,881 179,704

(40)

Petani dapat mengembangkan pertaniannya untuk menambah produksi jika didukung Pemerintah dan Dana yang tersedia.

Petani selalu menabung hasil panennya di Bank Pedesaan dan Kooperasi untuk digunakan pada saat Musim Tanam.

Menurut Teori Ekonomi, Sebuah negara berkembang jika Tabungan banyak, dan Tabungan ini disalurkan dalam bentuk Kredit kepada swasta untuk Investasi, atau Penanaman Modal Baru.

Jika dilihat dari Grafik ternyata Simpanan Masyarakat (DPK) tumbuh cepat dari Rpm101 M tahun 1999 menjadi Rp 1400 M tahun 2015, ada kenaikan hamper Rp 100 M per tahun.

Tapi pertumbuhan Kredit Pertanian selama 2015 stagnan.

Ini artinya Tabungan lebih banyak dimanfaatkan Sektor lain di luar Pertanian; dengan demikian Perkembangan Pertanian juga mengalami stagnasi.

Pemekaran memang mengurangi lahan Pertanian, sekaligus Tenaga Kerja Perta nian yang ahli, demikian pula Kredit yng disalurkan sebelum Pemekaran sebagian besar hilang ke daerah yang baru.

Infrastruktur Pertanian

Pertanian yang baik jika didukung infrastruktur yang memadai seperti pengadaan irigasi air, pupuk , dan lahan reboisasi.

Pertanian Modern,adalah pertanian intensif, dengan mengandalkan teknologi Pertanian dan Infrastruktur; apalagi Petani di Tobasa adalah petani Gurem, yang hanya memiliki sedikit lahan untuk bertani; bahkan sebagian dari mereka menggarap; dengan demiian optimalisasi produksi hanya dapat dicapai jika syarat pertanian intensif tersedia.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

THN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Irigasi, Reboisasi dan Pupuk

Tot Irigasi (000 Ha) Reboisasi (Ha) Pupuk (000 Ton)

(41)

Pertanian ekstensif, mengorbankan lahan menjadfi kritis sehingga diperlukan reboisasi untuk memelihara air buat irigasi pertanian.

Jika dilihat dari Grafik ternyata lahan irigasi itu berkembang hanya sampai 2002; sejak 2003 terjadi pemekaran Samosir.

Persentase Reboisasi dari Infrastruktur terbesar dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Penyediaan Pupuk hampir tidak berarti, artinya Pertanian Tobasa masih setengah intensif, karena tak didukung Pupuk; ini artinya Produksi maksimal tak dapat diharapkan dari Pertanian Tobasa.

Tot Irigasi (000 Ha) Reboisasi

(Ha) Pupuk (000 Ton)

THN

1999 38 27.6 8

2000 38 27.6 3

2001 38 27.6 1

2002 263 50 2

2003 273 2,779 4

2004 194 703 4

2005 18 580 5

2006 15 900 5

2007 16 900 5

2008 16 1,100 5

2009 14 230 5

2010 18 230 5

2011 17 374 5

2012 13 390 5

2013 30 90 5

2014 11 161 5

2015 20 12 5

Panjang Jalan

(Km) Irigasi Desa/Non

PU (Ha) 1/2 Teknis Teknis Sederhana THN

1998

1999 1,962

2000 1,979

2001 1,979 37,243 1,086

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk variabel pengobatan diperoleh p- value = 0,4991&gt; α = 0,15 yang berarti bahwa secara parsial variabel pengobatan tidak berpengaruh signifikan

Adobe Illustrator je softver koji se koristi za dizajn vektorske grafike i razvijen je od strane tvrtke Adobe Systems.. Prvi puta je razvijen za Apple

fermentatif diperoleh skor rata-rata sebesar Hal ini karena adanya asam laktat yang 3,05 (asam), sedangkan skor rata-rata rasa terbentuk selama proses fermentasi dari

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul oo Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XI Di SMA Negeri I

Ruang rawat inap ( opname ) adalah ruang tempat pasien dirawat oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di.. suatu

lahirnya/ dibentuknya suatu peraturan, dasar hukum dikeluarkannya peraturan dan ringkasan materi/ pokok permasalahan yang diatur dalam peraturan tersebut.  Dalam pembuatan

Hasil uji t diketahui tidak terdapat perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga dinyatakan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut

Orang Boti Dalam melihat kosmos sebagai bagian dari diri mereka, “manusia bersama dengan alam.” Pandangan ini, menggambarkan sikap orang Boti terhadap alam, yang