BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Perilaku Terencana
Ajzen mengembangkan theory of planned behavior atau yang diartikan sebagai teori perilaku terencana yang membahas tentang kecenderungan berperilaku seseorang dimana perilaku tersebut dipengaruhi dari adanya minat. Menjadi seorang guru merupakan sebuah tindakan terencana yang juga dipengaruhi oleh minat seseorang kepada profesi tersebut. Apabila seseorang tertarik kepada profesi guru, tentu ia akan melakukan sesuatu secara terencana agar minat untuk menjadi guru tersebut dapat diwujudkan menjadi sebuah perilaku. Misalnya, seseorang yang ingin menjadi guru, ia akan menjalani pendidikan di LPTK. Ajzen (2005: 194) mengungkapkan bahwa minat seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama yaitu attitude towards behavior (sikap terhadap perilaku), kedua subjective norm (norma subjektif), dan yang terakhir perceived behavioral control (persepsi kontrol perilaku).
Faktor yang memengaruhi minat yang pertama menurut Ajzen yaitu attitude towards behavior (sikap terhadap perilaku) yang mencakup seberapa jauh individu memiliki evaluasi dan penilaian positif maupun negatif terhadap suatu perilaku. Hal ini ditimbulkan dari adanya keyakinan yang tinggi terhadap sebuah perilaku yang dianggap dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif kepada seseorang, kepercayaan tersebut dinamakan behavioral belief (Azwar, 2016: 12). Apabila individu meyakini bahwa sebuah perilaku dapat membawa mereka kepada sesuatu yang memberikan mereka dampak positif, maka mereka akan mempertahankan perilaku tersebut untuk mewujudkan suatu hal yang positif itu, dan begitu juga sebaliknya. Pada penelitian ini, attitude towards behavior (sikap terhadap perilaku) akan dikaitkan dengan variabel persepsi
profesi guru. Individu dengan persepsi yang baik (positif) terhadap profesi guru tentu akan merasa bahwa profesi tersebut akan membawanya kepada hal positif yang diinginkannya, sehingga mereka akan mempunyai minat yang kuat terhadap profesi tersebut begitu juga sebaliknya.
Faktor kedua yang memiliki pengaruh terhadap minat menurut Ajzen yaitu norma subjektif (subjective norm) yang meliputi suatu kepercayaan atau keyakinan tentang perilaku yang diharapkan oleh orang lain atau perilaku yang bersifat normatif sehingga menimbulkan dorongan dalam diri individu agar dapat melakukan sesuatu seperti apa yang diharapkan oleh orang lain sehingga membangun norma subjektif pada individu. Norma subjektif (subjective norm) adalah bentuk dari keyakinan atau kepercayaan subjektif yang dinamakan normative belief yaitu pandangan serta pendapat orang lain terhadap suatu perilaku yang berkaitan dengan seseorang. Norma subjektif dapat dikatakan sebagai pengaruh yang berasal dari luar yang dapat memengaruhi sebuah perilaku. Norma subjektif akan dikaitkan dengan variabel lingkungan keluarga yang merupakan faktor dari luar yang paling dekat dengan individu. Apabila seseorang memiliki keluarga yang mendukung atau mengharapkannya untuk berprofesi sebagai guru, maka hal tersebut dapat membuat dia memiliki minat untuk menjadi seorang guru.
Faktor ketiga yang memengaruhi minat dalam berperilaku adalah perceived behavior control (persepsi kontrol perilaku). Ajzen (2005: 119) mengasumsikan bahwa persepsi kontrol perilaku memiliki impilkasi motivasional terhadap minat. Persepsi kontrol perilaku ini didefinisikan sebagai sebuah perasaan yakin akan ada atau tidaknya faktor yang memfasilitasi suatu kinerja untuk menjadi lebih mudah. Keyakinan ini mengarah kepada kapasitas yang dimiliki individu untuk melakukan sesuatu. Individu yang meyakini bahwa mereka mempunyai kapasitas dan fasilitas untuk melakukan suatu tindakan, maka mereka akan mengembangkan rasa kontrol perilaku (kemampuan diri). Persepsi kontrol perilaku ini dikaitkan dengan variabel motivasi dalam penelitian ini.
Motivasi atau dorongan untuk menjadi guru yang dimiliki seseorang, mampu membuat dia terpacu untuk meningkatkan rasa kontrol perilaku (kemampuan diri) dan berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh, serta memaksimalkan segala fasilitas, kapasitas, dan sumber daya yang ia punya untuk berkembang dan belajar menjadi guru yang baik.
2. Kajian Variabel Penelitian
1) Minat menjadi Guru Ekonomi
Peran guru sangat besar dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan. Guru sering dianggap sebagai komponen yang paling penting sehingga dapat memengaruhi proses dan hasil pendidikan (Wallet, 2015: 42). Guru mempersiapkan peserta didik dengan memberi mereka pengetahuan dan nilai-nilai yang memungkinkan mereka untuk bertindak secara bertanggung jawab, sehingga guru disebut sebagai kunci dalam mewujudkan masyarakat yang lebih berkelanjutan (Kieu et al., 2016: 853). Guru memiliki tanggung jawab terhadap generasi muda yang mana tanggung jawab tersebut tidak hanya berupa proses transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pendidikan karakter peserta didik (Ahmadi, 2018: 7), oleh karena itu untuk menjadi guru seseorang harus memiliki minat yang kuat terhadap profesi tersebut.
Peneliti mendefinisikan minat dengan berbagai cara, menurut Ahmadi (2009: 148) minat adalah sebuah kondisi dimana seseorang tertuju kepada sebuah objek. Holland (Djaali, 2013: 122) menjelaskan tentang minat yang merupakan sebuah hasrat atau keinginan yang tinggi kepada sesuatu. Adanya keinginan yang kuat atau dengan kata lain individu dengan minat yang kuat terhadap suatu hal tentu akan melakukan berbagai upaya agar dapat mewujudkan keinginannya (Achru, 2019: 207), seperti seseorang yang memiliki minat untuk menjadikan suatu profesi tertentu sebagai pilihan karirnya, maka ia akan berusaha untuk mencapainya dan akan mendapatkan kepuasan dalam berkarir dibandingkan mereka dengan minat yang kurang atau
rendah terhadap profesi tersebut, karena perencanaan karir dipengaruhi beberapa faktor internal salah satunya adalah minat yang dimiliki seseorang yang mampu berkontribusi tinggi terhadap perencanaan karir mereka (Sari et al., 2021: 119).
Minat terhadap profesi guru adalah sebuah kondisi dimana individu merasa senang dan merasa tertarik terhadap profesi guru yang kemudian menjadikan mereka memberi perhatian lebih kepada profesi tersebut dan merasa ingin untuk menjadi seorang guru (Nasrullah et al., 2018: 3). Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah diuraikan maka didapatkan penjelasan bahwa minat menjadi guru ekonomi adalah sebuah keadaan munculnya rasa tertarik dan rasa senang individu terhadap profesi guru ekonomi dan akan cenderung memberikan perhatian lebih terhadap profesi tersebut dibandingkan dengan profesi lain yang kemudian menimbulkan keinginan dan hasrat untuk memilih guru ekonomi sebagai sebuah pilihan karirnya (Putri et al., 2018: 6).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, penulis mempunyai kesimpulan bahwa minat menjadi guru ekonomi merupakan sebuah keinginan serta ketertarikan yang dimiliki oleh individu untuk menjadi seorang guru ekonomi dimana individu tersebut mempunyai rasa senang terhadap profesi guru ekonomi serta dia akan memberikan perhatian dan usaha lebih untuk menjadikan profesi tersebut sebagai pilihan karirnya.
Ahmadi (2009: 148) menyebutkan 3 hal yang terkait erat dengan minat yang juga dirancang sebagai indikator pengukuran dalam penelitian ini pada variabel minat menjadi guru ekonomi. Pertama yaitu kognisi (mengenal), dimana minat muncul dengan didahului oleh adanya informasi dan ilmu pengetahuan serta informasi yang sesuai dengan suatu objek tertentu yang ingin dituju supaya dapat lebih mengenal, adapun beberapa unsur kognisi pada minat guru yaitu meliputi berbagai informasi dan ilmu pengetahuan tentang profesi guru.
Kedua adalah emosi (perasaan), yaitu adanya minat juga pasti
berhubungan dengan adanya suatu perasaan senang (tertarik) yaitu adanya perasaan tertarik dan perasaan senang terhadap profesi guru.
Ketiga adalah konasi (kehendak) sebagai unsur lanjutan dari dua unsur sebelumnya yaitu kognisi dan emosi. Konasi diwujudkan dalam suatu hasrat (kemauan) terhadap sesuatu yang diminati, dalam minat terhadap profesi guru, konasi meliputi adanya hasrat seseorang untuk mengajar atau menjadi seorang guru.
b. Persepsi Profesi Guru
Persepsi didefinisikan sebagai kemampuan otak untuk menerjemahkan berbagai rangsangan (Sugihartono, et.al., 2007: 8).
Terdapat beberapa faktor yang berperan untuk mengadakan sebuah persepsi pada individu, diantaranya perhatian yang merupakan syarat psikologis, kemudian syarat fisiologis berupa syaraf-syaraf, pusat susunan syaraf, alat indera, serta objek atau stimulus yang dipersepsi (Walgito, 2002: 90). Saat mempersepsikan sesuatu, individu dengan individu lain dapat memiliki persepsi yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat berupa penilaian positif (persepsi positif) maupun penilaian negatif (persepsi negatif) yang nantinya mampu memengaruhi perilaku nyata seseorang, hal tersebut didasarkan kepada adanya perbedaan pengalaman dan perbedaan kepribadian (Slameto, 2013: 103).
Persepsi adalah faktor internal dari dalam diri individu yang dapat membentuk minat (Sukma et al., 2020: 112). Apabila individu mempunyai persepsi bahwa suatu perilaku akan berdampak positif, tentu ia akan memiliki minat terhadap hal tersebut, begitu pula dengan minat terhadap profesi guru. Berdasarkan hal tersebut, persepsi profesi guru didefinisikan sebagai sebagai sudut pandang atau proses pemaknaan dan penilaian yang dimiliki individu terhadap profesi guru (Wahyuni & Setiyani, 2017: 672); (Rahmadiyani et al., 2020: 5).
Persepsi positif yang dimiliki individu mengenai profesi guru, mampu memunculkan minat mereka terhadap profesi tersebut.
Profesi adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan serta kompetensi khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan.
Profesi mempunyai kriteria dan karakteristik yang berbeda dengan istilah pekerjaan pada umumnya sehingga profesi adalah pekerjaan, namun belum tentu semua pekerjaan merupakan sebuah profesi.
Perbedaan antara profesi dengan pekerjaan pada umumnya terdapat pada penguasaan suatu ilmu tertentu, keterampilan, serta sikap (Ahmadi, 2018: 38).
Menurut NEA (National Education Association) dalam Ahmadi (2018: 42) kriteria profesi keguruan diantaranya, profesi guru merupakan jabatan yang berkaitan dengan bidang ilmu tertentu, jabatan yang membutuhkan persiapan profesional, jabatan yang menggeluti kegiatan intelektual, jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi, dan jabatan yang membutuhkan “latihan dalam jabatan” yang berkelanjutan. Adapun prinsip profesionalitas dari profesi guru yang dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru adalah sebuah bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa hal diantaranya: bakat, minat, kualifikasi akademik, panggilan jiwa, keimanan, komitmen dalam memajukan pendidikan, ketakwaan dan akhlak mulia, kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkesinambungan, serta kompetensi dan latar belakang yang sesuai dengan bidang tugas. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa guru merupakan suatu profesi dikarenakan memiliki persyaratan sebagaimana berlaku dalam konsep profesi, seperti keahlian berdasarkan disiplin ilmu tertentu, dan pengembangan kompetensi secara berkelanjutan.
Menurut undang-undang tentang guru dan dosen, guru merupakan seorang pendidik yang profesional yang utamanya berperan dalam mendidik peserta didik, menilai, membimbing dan mengajar mereka pada pendidikan jalur pendidikan formal dari pendidikan anak usia dini
hingga pendidikan menengah. Profesi guru memiliki makna strategis dikarenakan sebagai seorang guru, mereka memikul berbagai tugas mulai dari proses pencerdasan, kemanusiaan, pembudayaan, serta pembangunan karakter bangsa yang sekaligus mengakui bahwa guru merupakan sebuah profesi (Disas, 2017: 158). Terdapat tiga jenis tugas utama yang dimiliki oleh seorang guru menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pertama adalah tugas profesional yang meliputi memberikan pengajaran, pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik. Kedua yaitu tugas manusiawi dimana seorang guru harus memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua dari peserta didik serta membimbing mereka untuk dapat mengembangkan dirinya supaya menjadi pribadi yang lebih baik. Ketiga yaitu tugas kemasyarakatan dimana seorang guru memiliki tugas untuk mengembangkan terbentuknya masyarakat sesuai dengan cita-cita negara (Sopian, 2016: 88). Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, penulis memiliki kesimpulan bahwa persepsi profesi guru adalah salah satu faktor internal berupa cara pandang individu terhadap profesi guru.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, masing-masing peneliti mengemukakan indikator yang hampir sama. Indikator yang digunakan oleh Ardyani & Latifah (2014: 235) dalam penelitiannya menggunakan tiga indikator untuk mengukur persepsi profesi guru pada mahasiswa diantaranya yaitu pertama persepsi mahasiswa mengenai peran guru, kedua yaitu persepsi mahasiswa mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, dan yang ketiga yaitu persepsi mahasiswa mengenai profesi guru dari sudut pandang masyarakat.
Selain itu, Watt & Richardson (2007: 174) merumuskan enam indikator pembentuk persepsi profesi guru dalam kerangka teori Factor Influencing Teaching (FIT)-Choice yang dikembangkannya. Pertama, expert career yaitu untuk menanyakan persepsi individu tentang mengajar sebagai karir yang membutuhkan keahlian tinggi,
memerlukan ilmu khusus dan teknis yang tinggi. Kedua, high demand yaitu tentang persepsi individu terhadap guru sebagai karir yang banyak diminati dengan beban kerja yang berat, menuntut emosi yang tinggi serta membutuhkan kerja keras. Ketiga, social status yaitu untuk mengetahui pendapat mereka tentang profesi guru yang dihargai dan dianggap sebagai profesi dengan status tinggi (bergengsi). Keempat adalah teacher morale yang merupakan indikator untuk mengukur pendapat seseorang terhadap moral guru serta penghargaan guru dalam masyarakat. Kelima yaitu salary untuk mengetahui persepsi seseorang mengenai gaji yang diterima oleh guru. Keenam, social dissuasion yang mengukur apakah individu didorong untuk memiliki karir diluar profesi guru sehingga menyebabkan mereka memiliki persepsi yang berbeda terhadap guru.
Berdasarkan indikator yang telah dirumuskan oleh beberapa peneliti, penulis menggunakan indikator yang disusun oleh Watt &
Richardson (2007: 174) seperti yang telah diuraikan di atas.
c. Lingkungan Keluarga
Teori Krumboltz (Sari et al., 2021: 117) mengenai pilihan karir siswa dijelaskan bahwa terdapat empat faktor yang dapat memengaruhi keputusan pilihan karir diantaranya lingkungan, faktor genetik, keterampilan menghadapi masalah atau tugas, serta pengalaman belajar. Lingkungan adalah berbagai hal di sekitar individu yang tentunya dapat berpengaruh atau mempunyai arti tertentu bagi individu (Hamalik, 2013: 195). Lingkungan tentu dapat memberikan pengaruh terhadap individu baik positif maupun negatif. Sebuah lingkungan yang memberikan pengaruh positif dapat membuat seseorang memiliki motivasi atau dorongan untuk berbuat sesuatu yang baik, dan pengaruh negatif akan membuat seseorang melakukan sebaliknya (Agustini, 2018: 26). Hubungan antara lingkungan dengan keluarga merupakan hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan dikenal dengan
istilah ekosistem. Keluarga adalah sebuah kelompok primer dengan dua atau lebih individu dimana mereka memiliki keterikatan satu sama lain baik dalam bentuk perkawinan, hubungan darah, serta adopsi. Keluarga adalah unit sosial paling kecil yang terdapat di masyarakat (Puspitawati, 2018: 131).
Lingkungan keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan pertama bagi individu. Selain itu kehidupan seseorang sebagian besarnya berada di dalam keluarga, oleh karena itu pendidikan dan pengaruh yang banyak diterima oleh individu adalah dari keluarga (Hasbullah, 2012: 38). Lingkungan keluarga menjadi salah satu bagian dari Tri Pusat Pendidikan sebagai sarana pendukung yang utama dalam pendidikan. Keluarga menjalankan sebuah peran penting dalam pendidikan anak sebab keluarga dianggap sebagai lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Seorang anak pertama kali berinteraksi dengan keluarganya, dia tumbuh dan berkembang dalam keluarga, maka dari keluarga, seorang anak mendapatkan banyak pengaruh atas segala tingkah lakunya (Agustini, 2018: 26)
Pengaruh yang dapat diberikan oleh lingkungan keluarga salah satunya yaitu terhadap keputusan karir seseorang. Lingkungan keluarga mampu memengaruhi keputusan seseorang untuk memilih profesi yang diinginkannya di masa depan karena seorang individu dididik, diajarkan dan dibesarkan untuk bertanggung jawab, bertingkah laku, dan bersikap tidak jauh dari latar belakang orang tua dan keluarganya (Haryawan et al., 2019: 220). Terdapat peran penting dari orang tua terhadap pemilihan karir individu (Kniveton, 2004: 8). Sejalan dengan hal tersebut, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga, orang tua, serta wali memiliki peran yang signifikan terhadap aspirasi pekerjaan dan pengembangan karir yang ingin dicapai oleh anak-anak mereka (Shumba & Naong, 2012: 170). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga berkontribusi besar terhadap pilihan karir mahasiswa termasuk dalam memilih karir untuk menjadi seorang guru. Keluarga
memiliki peran sebagai sumber informasi, dan support system bagi individu. Berdasarkan definisi di atas, penulis memiliki kesimpulan bahwa lingkungan keluarga adalah lingkungan yang menjadi tempat belajar pertama bagi individu, dan merupakan lingkungan yang memberikan banyak pengaruh dalam tumbuh kembang seseorang.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, masing- masing peneliti mengemukakan indikator yang hampir sama. Indikator yang digunakan oleh Wildan et al. (2016: 18) dalam penelitiannya untuk menggunakan tida indikator untuk mengukur lingkungan keluarga. Pertama, dorongan keluarga, yang kedua yaitu pengaruh orang tua, dan yang ketiga yaitu pekerjaan yang ada di lingkungan keluarga. Selain itu, terdapat empat indikator pembentuk lingkungan keluarga dari proses pemilihan karir bagi mahasiswa menurut (Fouad et al., 2015: 5). Fouad mengembangkan Family Influence Scale (FIS) untuk mengukur berbagai aspek dari pengaruh lingkungan keluarga terhadap pilihan karir individu. Terdapat empat item yang akan diukur yaitu, pertama adalah informational support yang mengukur seberapa banyak informasi mengenai karir yang disediakan oleh keluarga kepada individu, misalnya dengan memberi nasihat mengenai karir dan bagaimana cara mencapainya. Kedua, financial support yaitu dukungan finansial dari orang tua dan keluarga kepada anaknya dalam mewujudkan pilihan karirnya. Ketiga, familiy expectations yaitu ekspektasi dari keluarga terhadap pilihan karir individu apakah pilihan karir individu tersebut sesuai dengan keinginan keluarganya atau tidak.
Keempat, values and beliefs adalah pilihan karir individu merefleksikan kepercayaan dan nilai keluarga mereka.
Berdasarkan indikator yang telah dirumuskan oleh beberapa peneliti, penulis menggunakan indikator yang disusun oleh Fouad et al.
(2015: 5) seperti yang telah diuraikan di atas.
d. Motivasi
Hubungan antara motivasi dengan minat yaitu menurut Wahab (2015: 131) motivasi merupakan pendorong munculnya minat. Begitu juga dengan Slameto (2013: 170), menurutnya motivasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dapat menentukan minat, konsistensi, serta arah umum dari perilaku manusia. Motivasi merupakan salah satu proses psikologis yang menggambarkan perilaku seseorang dimana perilaku tersebut hakekatnya merupakan fokus pada satu tujuan. Proses untuk mencapai suatu tujuan tersebut dibutuhkan proses interaksi dari berbagai unsur, seperti yang disebutkan oleh White (Santrock, 2014: 167) bahwa pada perspektif mengenai motivasi yaitu salah satunya perspektif kognitif, seseorang melakukan sesuatu karena merasa memiliki dorongan dari dalam untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan, dalam perspektif kognitif juga ditekankan pentingnya penetapan tujuan, perencanaan dan pemantauan, sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai faktor penentu untuk mewujudkan suatu tujuan (Suryana & Bayu, 2011: 98).
Tujuan individu yang ingin dicapai tersebut dapat berupa suatu profesi yang ingin dijalaninya di masa depan. Motivasi tentu akan memengaruhi minat individu terhadap profesi yang diharapkan (Permana, 2018: 100). Motivasi pada profesi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk memilih profesi tertentu yang akan dijalaninya suatu saat nanti, sehingga berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, penulis memiliki kesimpulan bahwa motivasi untuk menjadi guru dapat diartikan sebagai sebuah dorongan yang muncul pada diri seseorang untuk menjadikan profesi guru sebagai profesi yang akan dijalaninya di masa depan.
Hamalik (2013: 158) mengungkapkan beberapa faktor motivasi yaitu motivasi dapat berasal dari diri sendiri (intrinsik) yang biasanya muncul karena adanya kesadaran akan pentingnya suatu hal, selain itu motivasi juga bisa muncul sebab terdapat dorongan yang asalnya dari
luar diri individu (ekstrinsik). Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik dalam bukunya, motivasi mahasiswa untuk menjadi seorang guru juga ditimbulkan dari adanya faktor intrinsik yaitu berupa persepsi dari mahasiswa itu sendiri terhadap profesi guru (Rosyid, 2017: 79).
Perspektif kognitif yang dikemukakan oleh Santrock (2014: 167) menjelaskan bahwa pikiran siswa dan persepsi mereka terhadap sesuatu mampu mengarahkan motivasi mereka.
Selain dipengaruhi faktor internal, motivasi mahasiswa untuk menjadi guru juga dapat timbul dikarenakan faktor eksternal, penelitian yang dilakukan oleh Zhao (2011: 615) menjelaskan bahwa faktor impact of family member and role model yaitu pengaruh anggota keluarga dan panutan yang merupakan faktor ekstrinsik dari individu merupakan salah satu motivasi utama untuk menjadi guru di Kanada.
Motivasi memiliki beberapa item pembentuknya. Salah satunya dikemukakan oleh Dalyono (2015: 57) yang mengungkapkan dua indikator pembentuk motivasi diantaranya yaitu, pertama motivasi intrinsik dan yang kedua yaitu motivasi ekstrinsik. Selain itu, Watt &
Richardson (2007: 172) hadir dengan kerangka Factor Influencing Teaching (FIT)-Choice yang digunakan untuk mengukur motivasi seseorang untuk memilih karir sebagai seorang guru yang sekaligus menjadi indikator pada penelitian ini. Variabel motivasi menurut Watt
& Richardson (2007: 172) memiliki sepuluh item pembentuknya pada skala FIT-Choice yang dikembangkannya.
Pertama, perception of ability yaitu tentang persepsi individu terhadap kemampuan mereka dalam mengajar. Kedua, intrinsic value yang merupakan ketertarikan dan keinginan seseorang dalam memilih guru sebagai karir. Ketiga, time for family yang digunakan untuk mengukur tentang partisipan yang memilih karir sebagai seorang guru karena dapat memungkinkan mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk keluarga. Keempat, job security yaitu untuk mengukur tentang motivasi individu dalam memilih karir sebagai seorang guru
yang mungkin salah satunya dikarenakan guru adalah pekerjaan yang aman dengan pendapatan yang baik serta menawarkan karir yang stabil.
Kelima, make social contribution dimana seorang individu terketuk untuk memberikan layanan serta memberikan pengaruh berharga kepada masyarakat. Keenam adalah enhance social equity yang menilai keinginan partisipan untuk dapat bermanfaat bagi orang-orang yang kurang beruntung. Ketujuh yaitu shape future of children/adolescents yang menguji apakah seseorang memilih karir sebagai seorang guru dikarenakan adanya kesempatan untuk memberikan pengaruh kepada generasi selanjutnya. Kedelapan, work with children/adolescents yang berfokus kepada keinginan partisipan untuk memilih karir yang melibatkan anak-anak atau remaja. Kesembilan, prior teaching and learning experiences yaitu adalah pengalaman belajar dan mengajar sebelumnya, serta yang kesepuluh adalah social influence yaitu pengaruh dari lingkungan sosial seperti keluarga, teman yang dapat memengaruhi motivasi individu untuk menjadi guru.
Berdasarkan indikator yang telah dirumuskan oleh beberapa peneliti, penulis menggunakan indikator yang disusun Watt &
Richardson (2007: 172) seperti yang telah diuraikan di atas.
3. Keterkaitan Variabel
Terdapat beberapa faktor yang menjadi sebab pengaruh munculnya minat menjadi guru ekonomi, diantaranya persepsi profesi guru sebagai faktor internal dengan kontribusi paling besar dalam membentuk minat mahasiswa terhadap profesi guru serta lingkungan keluarga sebagai faktor eksternal yang paling dekat dengan individu (Ardyani & Latifah, 2014:
238). Persepsi tentang profesi guru di kalangan mahasiswa kependidikan berbeda meskipun jumlah mahasiswa kependidikan yang masuk universitas negeri meningkat (Bakar et al., 2014: 156). Mahasiswa dengan persepsi positif terhadap profesi guru, maka akan membentuk minat mereka terhadap profesi tersebut, namun mahasiswa yang memiliki persepsi negatif maka
dapat membuat mereka tidak memiliki minat untuk menjadi guru (Wahyuni
& Setiyani, 2017: 672).
Hal selanjutnya yang juga menjadi faktor minat mahasiswa terhadap profesi guru adalah lingkungan keluarga. Pentingnya peranan keluarga dalam kehidupan seseorang juga akan memengaruhi orang tersebut dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan dalam memilih karir.
Pengetahuan pertama siswa mengenai karir didapatkan dari lingkungan keluarga, mereka melihat pekerjaan orang tua dan lingkungan sekitarnya.
Orang tua memberikan kontribusi yang besar dalam karir anak dengan menjadi panutan dan memberi bimbingan yang cukup dalam proses pemilihan karir serta memberi anak kesempatan untuk belajar dan berkembang (Na, 2020: 3868), sehingga lingkungan keluarga dinilai sebagai salah satu penentu tumbuhnya minat terhadap profesi guru pada mahasiswa.
Motivasi menjadi variabel intervening dalam penelitian ini. Variabel intervening diartikan sebagai variabel antara yang ada diantara variabel eksogen dengan variabel endogen. Variabel ini dipengaruhi oleh variabel eksogen dan memengaruhi variabel endogen. Motivasi mampu disebabkan oleh faktor (intrinsik) dan (ekstrinsik) (Watt et al., 2012: 2). Faktor intrinsik yang merupakan nilai intrinsik dari individu dapat berupa persepsi profesi guru yang nantinya dapat berpengaruh terhadap motivasi (Rosyid, 2017:
79), serta faktor ektrinsik salah satunya adalah pengaruh lingkungan keluarga seperti yang dikatakan oleh (Zhao, 2011: 615) tentang faktor yang memengaruhi motivasi terhadap profesi guru di Kanada salah satunya yaitu impact of family member (pengaruh lingkungan keluarga). Hal tersebut menerangkan bahwa persepsi profesi guru serta lingkungan keluarga mampu memengaruhi motivasi.
Selanjutnya motivasi dapat memengaruhi minat menjadi guru seperti yang dikatakan oleh Wahab (2015: 131) dalam bukunya bahwa motivasi merupakan pendorong munculnya minat serta Marzuki et al.
(2020: 134) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh dari variabel motivasi
terhadap variabel minat menjadi guru. Sehingga motivasi digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel intervening karena motivasi dipengaruhi oleh variabel bebas dan mampu memengaruhi variabel terikat.
4. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi oleh peneliti guna membantu kelancaran proses penelitian. Pertama adalah penelitian oleh Ardyani & Latifah (2014: 235, 238), penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai faktor yang menjadi penyebab terbentuknya minat mahasiswa terhadap profesi guru. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut menyimpulkan beberapa faktor yang mampu memengaruhi minat mahasiswa terhadap profesi guru diantaranya lingkungan keluarga, persepsi mengenai profesi guru, teman bergaul, pengalaman PLP, prestasi, kepribadian, serta kesejahteraan guru. Kedua, penelitian oleh Sukma et al. (2020: 115) yang penelitiannya bertujuan untuk menganalisis persepsi mahasiswa mengenai profesi guru dan pengaruhnya terhadap minat mereka dalam menjadikan guru sebagai pilihan karir.
Hasilnya yaitu persepsi profesi guru mampu memengaruhi munculnya minat mahasiswa terhadap profesi guru. Ketiga adalah penelitian dari Haryawan et al. (2019: 219) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa faktor minat menjadi guru salah satunya yaitu pengaruh dari lingkungan keluarga. Penelitian tersebut memperoleh hasil yaitu lingkungan keluarga terbukti mampu menjadi pengaruh munculnya minat untuk memilih guru sebagai profesi yang akan dijalani setelah lulus. Keempat, Bakar et al. (2014: 157) yang melakukan penelitian terhadap 600 mahasiswa kependidikan di Malaysia dengan tujuan untuk mengeksplor faktor yang memengaruhi minat mahasiswa kependidikan untuk menjadi guru.
Penelitian tersebut memperoleh hasil yaitu faktor motivasi altruistik, motivasi intrinsik, serta motivasi ekstrinsik berpengaruh terhadap pilihan karir untuk menjadi seorang guru pada mahasiswa kependidikan. Sehingga
motivasi juga berpengaruh terhadap munculnya minat mahasiswa dalam memilih profesi guru sebagai pilihan karir setelah lulus.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah alur penalaran melalui keterkaitan variabel satu dengan variabel lain. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka berikut adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini:
1. Pengaruh Persepsi Profesi Guru terhadap Minat menjadi Guru Ekonomi
Ajzen (2005: 194) menjelaskan dalam teori perilaku terencana bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya minat, salah satu faktor yang memengaruhi minat itu sendiri adalah attitide toward behavior (sikap terhadap perilaku). Hal ini meliputi bagaimana seseorang memiliki penilaian terhadap sesuatu, baik penilaian positif maupun penilaian negatif atau dapat disebut sebagai persepsi seseorang terhadap sesuatu. Penilaian tersebut dipengaruhi oleh keyakinan seseorang akan adanya dampak atau hasil yang positif maupun negatif yang ditimbulkan dari perilaku tersebut.
Minat akan muncul dalam diri seseorang apabila dia memiliki keyakinan bahwa sebuah perilaku akan membawanya pada hasil yang positif. Individu yang memiliki persepsi bahwa profesi guru akan membawanya kepada hasil yang positif maka akan memiliki ketertarikan atau minat terhadap profesi tersebut sebagai pilihan karirnya di masa depan, namun sebaliknya jika individu memiliki persepsi negatif mengenai profesi guru maka dia cenderung tidak memiliki minat untuk menjadikan guru sebagai pilihan karirnya.
Ardyani & Latifah (2014: 239); Septiara & Listiadi (2019: 317); dan Sukma et al. (2020: 115) memberi simpulan pada penelitiannya bahwa persepsi profesi guru mampu menjadi sebab pengaruh munculnya minat untuk menjadi guru. Berdasarkan teori serta hasil penelitian sebelumnya, maka memberikan dugaan bahwa variabel persepsi profesi guru berpengaruh positif terhadap minat menjadi guru ekonomi.
2. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Minat menjadi Guru Ekonomi
Ajzen (2005: 194) menjelaskan dalam teori perilaku terencana bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya minat. Menurutnya minat ditimbulkan dari beberapa faktor salah satu diantaranya yaitu pengaruh sosial atau norma subjektif (subjective norm). Hal ini merujuk kepada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu yang mampu memengaruhinya dalam melakukan suatu tindakan. Norma subjektif dikaitkan dengan variabel lingkungan keluarga yang dipandang sebagai pengaruh sosial atau norma subjektif yang mampu memengaruhi individu untuk melakukan sesuatu atau tidak.
Seseorang yang mempunyai keluarga dengan profesi sebagai guru atau keluarga yang memiliki pandangan positif mengenai guru maka mampu membuat dia juga mempunyai minat untuk memilih guru sebagai pilihan karirnya. Sederhananya, minat seseorang terhadap suatu profesi akan timbul apabila ia melihat orang disekitarnya memiliki profesi yang sama dan terlihat nyaman dengan profesi tersebut, oleh karena itu lingkungan keluarga yang merupakan salah satu pengaruh sosial mampu memengaruhi minat mahasiswa untuk menjadikan profesi guru sebagai pilihan karirnya.
Wahyuni & Setiyani (2017: 681); Haryawan et al. (2019: 225); dan Amalia & Pramusinto (2020: 93) memberi simpulan dalam penelitiannya yaitu lingkungan keluarga mampu menjadi sebab pengaruh timbulnya minat mahasiswa untuk menjadi seorang guru. Berdasarkan teori serta hasil penelitian sebelumnya maka memberikan dugaan bahwa variabel lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa menjadi guru ekonomi.
3. Pengaruh Motivasi terhadap Minat menjadi Guru Ekonomi
Ajzen (2005: 194) menjelaskan dalam teori perilaku terencana bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya minat. Menurutnya
minat ditimbulkan dari beberapa faktor salah satu diantaranya yaitu persepsi kontrol perilaku yang didefinisikan sebagai rasa yakin dengan ada atau tanpa adanya faktor yang dapat membuat suatu kinerja menjadi lebih mudah. Keyakinan ini mengarah kepada kapasitas yang dimiliki individu untuk melakukan sesuatu. Individu yang meyakini bahwa mereka mempunyai kapasitas dan fasilitas untuk melakukan suatu tindakan, maka mereka akan mengembangkan rasa kontrol perilaku (kemampuan diri).
Persepsi kontrol perilaku ini dikaitkan dengan variabel motivasi dalam penelitian ini. Motivasi atau dorongan untuk menjadi guru yang dimiliki seseorang, mampu membuat dia terpacu untuk meningkatkan rasa kontrol perilaku (kemampuan diri) dan berusaha untuk belajar dengan sungguh- sungguh, serta memaksimalkan segala fasilitas, kapasitas, dan sumber daya yang ia punya untuk berkembang dan belajar menjadi guru yang baik.
Motivasi berpengaruh terhadap minat dimana motivasi merupakan pendorong munculnya minat (Wahab, 2015: 131). Relevan dengan hal tersebut, Slameto (2013: 170) juga menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan minat manusia. Motivasi intrinsik dan ektrinsik mampu memengaruhi minat untuk menjadi guru pada mahasiswa seperti yang dikemukakan oleh (Bakar et al., 2014: 157); (Wildan et al., 2016: 21). Berdasarkan teori serta hasil yang diperoleh penelitian sebelumnya maka memberikan dugaan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap minat menjadi guru ekonomi.
4. Pengaruh Persepsi Profesi Guru terhadap Minat menjadi Guru Ekonomi Melalui Motivasi
Ajzen (2005: 194) menjelaskan dalam teori perilaku terencana bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya minat. Menurutnya minat ditimbulkan dari beberapa faktor salah satu diantaranya attitide toward behavior (sikap terhadap perilaku). Hal ini meliputi bagaimana seseorang memiliki penilaian terhadap sesuatu, baik penilaian positif maupun penilaian negatif atau dapat disebut sebagai persepsi seseorang
terhadap sesuatu. Penilaian tersebut dipengaruhi oleh keyakinan seseorang akan adanya dampak atau hasil yang positif maupun negatif yang ditimbulkan dari perilaku tersebut. Persepsi yang positif terhadap suatu hal mampu mendorong individu untuk dapat mempunyai minat dalam melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik mampu memengaruhi minat terhadap profesi guru (Wildan et al., 2016: 21). Motivasi berpengaruh terhadap minat dimana motivasi merupakan pendorong munculnya minat (Wahab, 2015: 131). Relevan dengan hal tersebut, Slameto (2013: 170) juga menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan minat manusia. Menurut Dalyono (2015: 57), faktor intrinsik dan ekstrinsik dari seseorang mampu membuat dia memiliki motivasi. Faktor instrinsik seseorang salah satu diantaranya yaitu persepsi dimana persepsi mampu memengaruhi motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, sehingga nantinya melalui motivasi akan muncul sebuah minat dalam diri individu.
Mahasiswa akan memiliki motivasi untuk menjadi guru apabila memiliki persepsi yang positif terhadap profesi tersebut sehingga melalui motivasi nantinya akan membuat mereka memiliki minat yang kuat terhadap profesi guru ekonomi.
Bakar et al. (2014: 157) dan Wildan et al. (2016: 21) melakukan penelitian dengan hasil bahwa motivasi intrinsik (persepsi profesi guru) mampu menjadi sebab timbulnya minat individu dalam memilih profesi guru sebagai pilihan karirnya. Berdasarkan teori serta hasil beberapa penelitian sebelumnya maka memberikan dugaan bahwa melalui motivasi, variabel persepsi profesi guru mampu memengaruhi minat menjadi guru ekonomi.
5. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Minat menjadi Guru Ekonomi Melalui Motivasi
Ajzen menjelaskan dalam teori perilaku terencana bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya minat. Menurutnya minat ditimbulkan
dari beberapa faktor salah satu diantaranya yaitu pengaruh sosial atau norma subjektif (subjective norm). Hal ini merujuk kepada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu yang mampu memengaruhinya dalam melakukan suatu tindakan. Norma subjektif dikaitkan dengan variabel lingkungan keluarga yang dipandang sebagai pengaruh sosial atau norma subjektif yang mampu memengaruhi individu untuk melakukan sesuatu atau tidak.
Motivasi berpengaruh terhadap minat dimana motivasi merupakan pendorong munculnya minat (Wahab, 2015: 131). Relevan dengan hal tersebut, Slameto (2013: 170) juga menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan minat manusia. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik mampu memengaruhi minat terhadap profesi guru (Wildan et al., 2016: 21). Menurut Dalyono (2015: 57) faktor intrinsik dan ekstrinsik dari seseorang mampu membuat dia memiliki motivasi. Faktor ekstrinsik salah satunya yaitu lingkungan keluarga yang juga dianggap sabagai norma subjektif mempunyai peran dalam timbulnya motivasi yang dimiliki oleh seseorang, sehingga nantinya mampu memunculkan minat individu tersebut untuk melakukan sesuatu. Salah satu faktor yang mampu menjadi motivasi individu dalam menjadikan guru sebagai pilihan karirnya menurut Zhao (2011: 614) adalah Impact of family member (pengaruh anggota keluarga) yang menjadi faktor ekstrinsik dari individu. Mahasiswa yang memiliki anggota keluarga yang juga berprofesi sebagai seorang guru atau keluarga yang mendukungnya untuk memiliki karir sebagai seorang guru maka mampu meningkatkan motivasi atau dorongan mereka untuk memiliki keinginan atau minat menjadi seorang guru.
Bakar et al. (2014: 614) dan Wildan et al. (2016: 21) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara motivasi ekstrinsik yang dalam hal ini adalah lingkungan keluarga terhadap minat individu untuk memilih guru sebagai profesi pilihannya. Berdasarkan teori serta beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka memberi dugaan bahwa melalui motivasi, variabel lingkungan keluarga mampu memengaruhi minat menjadi guru ekonomi.
Berdasarkan uraian kerangka berpikir, maka penjelasan kerangka berpikir dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Keterangan: : Pengaruh Langsung : Pengaruh Tidak Langsung
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Persepsi profesi guru berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi guru ekonomi pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
H2: Lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi guru ekonomi pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
H3: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi guru ekonomi pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
H4: Persepsi profesi guru berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi guru ekonomi melalui motivasi pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Persepsi Profesi Guru (X1)
Lingkungan Keluarga (X2)
Minat menjadi Guru Ekonomi
(Y) Motivasi
(Z) H4
H5 H2
H1
H3
H5: Lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi guru ekonomi melalui motivasi pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret.