• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS METODE PENYUSUTAN ASET TETAP TERHADAP EFISIENSIBEBAN PAJAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS METODE PENYUSUTAN ASET TETAP TERHADAP EFISIENSIBEBAN PAJAK"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS METODE PENYUSUTAN ASET TETAP

TERHADAP EFISIENSIBEBAN PAJAK

PENGHASILAN PADA PT. NIPRESS TBK.

Skripsi

Dibuat Oleh:

Dita Nissa Putri 022112025

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

OKTOBER 2016

(2)

PENGHASILAN PADA PT. NIPRESS TBK.

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Saijana Ekonomi

Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

Bogor Mengetaiuii,

nomi Ketua Program Studi,

(Dr. Hendro M.M., CA.) (Dr. AriefTri Hardiyant^, Ak., MBA, CMA., CCSA., CA., CSEP., QIA)

(3)

PT.NEPRESSTBK.

Skripsi

Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Pada Hari: Sabtu Tanggal: 8 Oktober 2016

Dita Nissa Putri 022112025

Menyetujui

Dosen Penilai,

(Dr. Arief Tri Hardiyantoi Ak., MBA., CMA\ CCSA., CA., CSEP., QIA)

Ketua Komisi Pembimbing

(Ketut Sunarta, Ak., M.M., CA.)

Anggota Komisi Pembimbing

(Tiara Tlmuriana, S.E., M.M.)

Ill

(4)

DITA NISSA PUTRI, NPM 022112025, AKUNTANSI, AKUNTANSI PERPAJAKAN, Analisis Metode Penyusutan Aset Tetap Terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Pada PT Nipress Tbk, dibawah bimbingan KETUT SUNARTA dan TIARA TIMURIANA, 2016.

Perusahaan sebagai wajib pajak tidak dapat menghindari pajak karena pajak dapat dikenakan secara langsung maupun tidak langsiing. Pajak dianggap sebagai beban yang akan mengurangi laba bersih, sehingga perusahaan akan berusaha mengefisiensi beban tersebut.

Usaha mengefisiensi beban pajak dapat disebut dengan perencanaan pajak. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melalui aset tetap dengan memilih metode penyusutan aset tetap. Dalam upaya mengefisiensikan beban pajaknya PT Nipress Tbk belum melakukan perencanaan pajak pada aset tetapnya, maka ada baiknya untuk menganalisis pada aset tet^ dalam rangka mengefisiensi beban pajak perusahaan.

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis penganih metode penyusutan aset tetap

dalam mengefisiensi beban pajak penghasilan pada ^ Nipress Tbk.

Penelitian mengenai penganih metode penyusutan aset tetqi dilakukan pada PT Nipress Tbk dengan menggunakan data kualitatifi metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif non statistik dengan penelitian studi kasus.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa metode saldo menurun mempunyai penghematan yang cukup besar, karena tahun 2015 besar penyusutan menggunakan metode garis lurus adalah Rp43.410.427 sedangkan menurut metode saldo menunm sebesar Rp86.820.854 sehingga menghasilkan selisih yang cukup besar yaitu Rp43.410.427 (50%).

Pada tahun berikutnya, estimasi penyusutan dengan menggunakan saldo menurun semakin kecil sesuai dengan pethitungannya. Pada tahun 2013 ke tahun 2014, beban pajak penghasilan mengalami kenaikan sebesar 52%, maka diketahui bahwa pada tahun 2013 ke tahim 2014 beban pajak penghasilan efisien terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

Sementara dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan pada beban pajak penghasilan sebesar 38%, sehingga beban pajak penghasilan belum efisien teriiadap laba yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan perbandingan penghematan beban pajak penghasilan antara metode garis lurus dan metode saldo menurun dengan present value diperoleh potensi efisiensi beban pajak yang lebih besar jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam men^itung besamya beban penyusutan pada Maret 2015 potensi penghematan beban pajak penghasilan sebesar Rp4.810.898 atau sebesar 0,04%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan memilih metode penyusutan saldo menurun lebih mengefisienkan beban pajak penghasilan badan dan saran yang dapat diberikan agar perusahaan melakukan perencanaan pajak pada aset tetapnya dengan cara memilih metode penyusutan saldo menurun agar dapat lebih mengefisioisi beban pajak penghasilannya.

Kata kunci: Analisis Metode Penyusutan Aset Tett^, Penyusutan Aset Tetap, Efisiensi Beban Pajak Penghasilan.

IV

(5)

Bismillahirrahmanirrahim

Fuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, lindungan dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul Analisis Metode Penyusutan Aset Tetap Terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan pada PT. Nipress Tbk. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.

Dalam upaya menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besamya kepada:

1. Orang Tua tercinta Bapak Endang Nugraha dan Ibu Naning Kusmiyati, Ayah Ansori dan Ibu Sawiyah, kakak-kakak ku Reza Aribowo Muttaqien dan Fajar Nurrochman beserta keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan do'a nya juga memberikan kasih sayang, didikan, perhatian, serta dukungan

moril dan materil kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hendro Sasongko, Ak., M.M., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

3. Bapak Dr. Arief Tri Hardiyanto, Ak., M.B.A., CMA., CCSA., CA., CSEP.,

QIA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor

4. Ibu Retno Martanti Endah Lestari, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

5. Bapak Ketut Sunarta, Ak., M.M., CA. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan selama proses penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Tiara Timuriana, S.E., M.M. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan terhadap penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan yang selalu memberikan

pengajaran selama saya kuliah.

8. Kepada Arif Surahman yang selalu menemani serta meluangkan waktu, memberikan semangat dan do'a, serta dukungan tiada hentinya kepada penulis.

9. Kepada Kharisma, Rike, Melis, Crystal dan semua anggota bimbingan bapak Ketut Sunarta, terima kasih atas keijasama, bantuan, dan dukungannya selama

proses bimbingan ini.

10. Rekan-rekan kelas A Akuntansi 2012 atas semua dukungan dan kerjasamanya

kurang lebih selama 4 tahun ini.

11. Aggota "seblink". Bang Fadillah Dian Hidayat yang telah membantu serta

memberikan masukan dan saran kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terima kasih atas do'a dan bantuan serta dukungannya.

(6)

Bogor yang telah memberikan bantuan dan informasi dalam menunjang

kegiatan perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempumaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis guna perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan seluruh pihak yang membacanya. Amin.

Bogor, Oktober 2016

Penulis

VI

(7)

JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTARISl vii

DAFTARTABEL ix

DAFTAR G AMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah 4

1.2.1. Perumusan Masalah 4

1.2.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 4

1.3.1. Maksud Penelitian 4

1.3.2. Tujuan Penelitan 5

1.4. Kegunaan Penelitian 5

BAB n TINJAU AN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pajak 6

2.1.1. Pengertian Perencanaan Pajak 6 2.1.2. Hal Penting dalam Perencanaan Pajak 6 2.1.3. Motivasi Dilaksanakannya Perencanaan P^ak 7

2.1.4. Manfaat Perencanaan Pajak 9

2.1.5. Tujuan Perencanaan Pajak 9

2.1.6. Aspek Formal dan Material Perencanaan Pajak 10

2.2. Aset Tetjq) 11

2.2.1. Pengertian Aset Tet^ 11

2.2.2. Klasifikasi Aset Tetap 12

2.2.3. Cara Perolehan Aset Tetap 12

2.2.4. Penyusutan Aset Tetap 13

2.2.5. Metode Penyusutan Aset Tetap 15

2.3. Pajak Penghasilan Badan 22

2.3.1. Pengertian Pajak Penghasilan 22

2.3.2. Tarif Pajak Pen^iasilan 24

2.3.3. Konsep Nilai Waktu dari Uang 25 2.4. Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Penrikhan 26

2.4.1. Penelitian Sebelumnya 26

2.4.2. Kerangka Pemikiran 28

vii

(8)

BAB m METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 30

3.2. Objek Penelitian, Unit Analisis, dan Lokasi Penelitian 30 3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian 30

3.4. Operasionalisasi Variabel 31

3.5. Metode Pengumpulan Data 32

3.6. Metode Pengolahan/Analisis Data 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Nipress Tbk. 34

4.1.2. Kegiatan Usaha 36

4.1.3. Struktnr Oiganisasi dan Uraian Tugas 37 4.2. Kebijakan Penyusutan Aset Tetap pada PT. Nipress Tbk 40

4.2.1. Jenis Aset Tetap 40

4.2.2. Perolehan Aset Tetap 41

4.2.3. Pengukuran dan Pengakuan Aset Tetap 43

4.2.4. Penyusutan 44

4.2.5. Pengbentian 46

4.3. Perhitungan Pajak Tahun 2013,2014,2015 46 4.4. Analisis Perhitungan Efisiensi Pajak dengan Present Value ... 47

4.4.1. Analisis Metode Saldo Menurun 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan 54

5.2. Saran 55

JADWAL PENELITIAN DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN

viu

(9)

Hal

Tabel 1 : Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Pajak

Penghasilan dalam Pasal 11 Ayat (6) 17

Tabel 2 : Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Golongan 1 18 Tabel 3 : Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Golongan 2 19 Tabel 4 : Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Golongan 3 20 Tabel S : Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Golongan 4 21 Tabel 6 : Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi 25 Tabel 7 : Oprasionalisasi Variabel: Analisis Metode Penyusutan Aset Tetap

Terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan pada PT. Nipress

Tbk 32

Tabel 8 : Harga Perolehan Aset Tetap PT. Nipress Tbk 42 Tabel 9 : Data Aset Tetap Mesin PT. Nipress Tbk 43 Tabel 10 : Dailar Aset Tetap PT. Nipress Tbk 44 Tabel 11 : Estimasi Man&at Aset Tet^ PT. Nipress Tbk. 44 Tabel 12 : Besamya Total Penyusutan dengan Metode Garis Lurus pada PT.

Nipress Tbk 45

Tabel 13 : Laporan Laba Rugi KomprehensifPT. Nipress Tbk 46 Tabel 14 : Suku Bunga dan Tingkat Discount Factor (DF) 47 Tabel 15 : Besamya Total Penyusutan dengan Metode Saldo Menunm pada

PT. Nipress Tbk 48

Tabel 16 ; Perbandingan Total Penyusutan dengan Metode Garis Lurus dan

Saldo Menunm pada PT. Nipress Tbk. 50

Tabel 17 : Perbandingan Efisiensi Beban Pajak Penghasilan antara Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun dengan Present Value ... 51

Tabel 18 : Perhitungan Tingkat Diskon 7,5% 53

Tabel 19 : Persentase Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan 53

IX

(10)

Hal

Gambar 1 : Paradigma Penelitian 29

Gambar 2 : Struktur Organlsasi 38

(11)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perusahaan sebagai wajib pajak tidak d^at menghindari pajak karena pajak dapat dikenakan secara langsimg maupun tidak langsung. Pemenuhan kewajiban perpajakan dengan benar dan tidak mengganggu kelangsungan perusahaan merupakan tujuan utama perusahaan dalam tax planning (perencanaan pajak) atau dalam menyiasati peraturan perp^akan. Tax planning tidak bertujuan untuk melakukan kewajiban perpajakan dengan tidak benar, tetapi berusaha untuk meman&atkan peluang beikaitan dengan peraturan perpajakan yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan pemerintah serta dilakukan dengan cara yang legal.

Tax Planning periu dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan adanya berbagai pengakuan metode akuntansi, salah satunya yaitu metode penyusutan aset tetap untuk menghitung besamya beban penyusutan setiap tahunnya.

Suatu badan usaha baik yang bergerak di bidang jasa, dagang, maupun manu&ktur membutuhkan aset yang dimilikinya dalam menjalankan kegiatan operasional. Aset tersebut bervariasi jenisnya tergantung pada kegiatan usaha yang dijalankan perusahaan. Salah satu subklasifikasi dari aset yang dimiliki perusahaan adalah aset tetap {fixed asset). Aset tetap ini merupakan bagian terpenting dalam suatu perusahaan baik di tinjau dari segi fimgsinya, jumlah dana yang diinvetasikan,

maupun pengawasannya.

Aset adalah harta perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan pend^atan usaha. Penggunaan aset tersebut juga merupakan pengorbanan ekonomis. Sesuai dengan ketentuan pajak yang beiiaku, seti^ perubahan kemampuan ekonomi merupakan obyek pajak penghasilan, termasuk pendapatan usaha, beban usaha dan penyusutan aset tetap. Bila atas pend^atan perusahaan hams menanggung beban pajak, maka beban usaha dan penyusutan aset tetap mempakan manfaat pajak.

Aset tetap biasanya memiliki masa pemakalan yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan selama bertahun-tahun.

Namun demikian, manfaat yang diberikan aset tetap cenderung semakin menurun pemakaiannya dalam jangka waktu yang panjang. Akibat penurunan kemampuan tersebut dan pengaruh &ktor-faktor lainnya seperti keusangan, maka nilai yang melekat pada aset tetap akan bembah seiring berlalunya waktu. Inilah yang mendorong perusahaan untuk melakukan penyusutan atau depresiasi atas aset tetap yang dimilikinya.

Penyusutan adalah proses alokasi sebagian harga perolehan aset menjadi biaya {cost allocation) sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha. Dalam buku Waluyo (2013:171), penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa man&at yang diestimasi. Jika dilihat dari sudut pandang

(12)

Penyusutan dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan metode-metode penyusutan antara Iain metode-metode menurut akuntansi, yaitu: metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun ganda (double declining method), metode jumlah angka tahun (sum ofyears digit method), metode jam jasa (service hours method), metode basil produksi (productive output method), dan Metode menurut perpajakan. Pemilihan metode penyusutan menurut perpajakan lebih terbatas, meliputi metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun/saldo menurun ganda (double declining balance method). Metode garis lurus digunakan untuk harta berwujud sedangkan metode saldo menurun untuk harta berwujud non bangunan.

Bagi perusahaan, pajak merupakan salah satu unsur penting dalam operasional perusahaan. Hampir semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan tidak terlepas dari masalah perpajakan. Terhadap penghasilan yang dihasilkan, menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Setiap Wajib Pajak diharuskan untuk menyelenggarakan pembukuan.

Terhadap pembukuan tersebut, Wajib Pajak diharuskan melakukan koreksi fiskal sehingga dihasilkan Laporan Keuangan Fiskal yaitu laporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan perpajakan dan digimakan untuk keperluan penghitungan pajak. Wzyib Pajak boleh menyusun laporan keuangan komersial dan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial.

Wajib pajak yang diperlakukan sebagai subyek dalam sistem pemungutan pajak khususnya pada bidang pajak penghasilan (PPh) disebabkan wajib pajak diberikan kepercayaan penuh oleh negara (direktorat jendral pajak) untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang teriiutang sesuai dengan Self assessment. Self Assessment adalah keputusan wajib pajak dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan Indonesia yang berlaku tersebuL

Dalam perencanaan pajak, perusahaan diharapkan memilih metode penyusutan yang dapat mengoptimalkan nilainya. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, Pemerintah memberikan kesempatan untuk menyusutkan berdasar metode garis lurus atau metode saldo menurun. Tentunya perbedaan tersebut akan memberikan beban pajak yang berbeda dari tahun ke tahun selama periode ekonomisnya.

Penelitian sebeliunnya mengenai perencanaan pajak atas aset tetap telah dilakukan oleh Popi Surita Kartini (2013) dengan judul "Pengaruh Penyusutan Aktiva Tetap Terhadq) Laba dan Penghematan Pajak pada PT. Kukar Mandiri Shipyard". Kombinasi metode depresiasi yang telah disesuaikan dengan peraturan pajak dapat memberikan penghematan lebih dari pajak penghasilan yang terutang

(13)

Penghematan Pembayaran Pajak Terutang Studi Kasus pada PT GL HI-TECH INDONESIA" oleh Dian Pemanda. Hasil dari penelitian menunjukkan metode perencanaan pajak yang bisa diterapkan pada PT GL HI-TECH INDONESIA adalah memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan dengan melakukan penundaan pendapatan, memaksimalkan biaya material servis dengan mempercepat pengakuan pengeluaran, pembuatan daftar nominatif untuk biaya entertainment, memaksimalkan biaya penyusutan dan biaya perbaikan kendaraan dengan pemakaian kendaraan 100% untuk operasional perusahaan, pemilihan metode penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun dan pembelian aset perusahaan dengan sewa guna usaha. Penelitian oleh Fitrima Windariyani (2013) dengan judul "Penerapan Konsep Nilai Waktu Uang Pada Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Kewajiban P^'ak pada PT Synergy Indonesia" dengan hasil penelitian yang menyarankan perusahaan menggunakan metode saldo menurun seb^ai metode penyusutan aktiva tetap perusahaan, karena pada metode ini lebih menghemat pajak.

Pada PT. Nipress Tbk. terdapat beberapa macam aset tetap diantaranya bangunan, instalasi, mesin, kendaraan dan inventaris. Berikut data yang dimiliki oleh perusahaan:

Tahun Nilai Aset Tetap (dalam ribuan)

2013 Rp256.657.122

2014 Rp450.149.169

2015 Rp593.105.499

Aset tetap merupakan bagian terpenting dalam suatu perusahaan baik ditinjau dari segi fimgsinya, jumlah dana yang diinvestasikan, maupun pengawasannya.

Dalam perpajakan, aset tetap disusutkan dengan dua metode penyusutan, yaitu metode garis lurus dan saldo menurun ganda Penyusutan adalah alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aset selama periode-periode berbeda yang memperoleh man&at dari penggunaan aset bersangkutan.

Pemilihan penggunaan metode penyusutan aset tetap yang akan digunakan oleh perusahaan merupakan salah satu perencanaan pajak yang dapat dilakukan untuk meminimalkan beban pajaknya. Perencanaan pajak merupakan proses pengkoordinasian untuk wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi paling minimal, sepanjang hal itu dimungkinkan baik oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.

(14)

dalam kaitannya dengan pentingnya penghematan pajak, oleh karenanya penulis tertarik untuk menulis skripsi yang beijudul ^Analisis Metode Penyusutan Aset Tetap Terhadap Efisiensi Beban Pajak PenghasUan pada PT. Nipress Tbk'\

IJZ. Penimusan dan Identifikasi Masalah 1.2.1. Penimusan Masalah

Penelitian ini dilandasi dengan adanya ketentuan peipajakan yang memperbolehkan penisahaan menyusutkan aset tetapnya berdasarkan metode garis lurus atau metode saldo menurun sehingga kedua metode tersebut akan menghasilkan beban penyusutan yang berbeda dan berdampak terhadap beban pajak yang akan dibayarkan oleh penisahaan.

Oleh karenanya penulis melakukan penelitian dengan penimusan masalah sebagai berikut: Metode penyusutan manakah yang lebih tepat digunakan oleh penisahaan agar memberikan penghematan pajak terbaik bagi penisahaan?

1.2.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana ketepatan pemilihan metode penyusutan aset tetap pada PT. Nipress

Tbk.?

2. Bagaimana perhitungan pajak pada PT. Nipress Tbk.?

3. Bagaimana pengaruh metode penyusutan aset tetap dalam mengefisiensi pajak penghasilan pada PT. Nipress Tbk.?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini dilakukan yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data serta informasi yang dibutuhkan untuk membahas persoalan mengenai bagaimana perbedaan pengaruh yang ditimbulkan oleh metode garis lurus dan metode saldo menurun terhadap efisiensi beban pajak penghasilan pada PT. Nipress

Tbk.

(15)

1. Mendeskripsikan ketepatan pemilihan metode penyusutan aset tetap pada PT.

Nipress Tbk.

2. Menghitung pajak pada PT. Nipress Tbk.

3. Menganalisis pengaruh metode penyusutan aset tet^ daiam mengefisiensi beban pajak penghasilan pada PT. Nipress Tbk.

1.4. Kegunaan Penelitian

Setelah melakukan penelitian, penulis mengharapkan basil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritik 1. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini, diharapkan penulis dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan dengan kenyataan yang ada di perusahaan. Serta penulis mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh mengenai penytisutan aset tetap dalam perpajakan.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber bacaan yang dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan tentang pemanfaatan metode penyusutan aset tet^ dalam rangka untuk mengefisienkan beban pajak suatu perusahaan dan sebagai bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian dengan tema yang

sama.

b. Kegunaan Praktik 1. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat memberi kontribusi seperti masukan atau saran kepada perusahaan dalam memutuskan kebijakan yang tepat sehingga perusahaan mampu memberikan hasil yang terbaik secara maksimal.

2. Pihak Lain

Untuk pihak lain, dihar^kan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sebagai informasi yang bermanfaat dengan tujuan yang sama dalam penelitian ini.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pajak

2.1.1. Pengertian Perencanaan Pajak

Cara yang legal imtuk menekan jumlah pajak yaitu dengan cara menggunakan strategi dibidang peipajakan atau manajemen pajak. Strategi dibidang perpajakan inl sering pula disebut dengan istilah perencanaan pajak (tax planning). Berikut pengertian perencanaan pajak yang dikemukakan beberapa ahli:

Menurut Chairil Anwar Pohan (2013:6) bahwa:

"Tax Planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib p^ak sedemikian rupa agar utang pajaknya balk pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam jumlah minimal, selama hal tersebut tidak melanggar undang-undang."

Sedangkan menurut Erly Suandy (2011:6) bahwa:

"Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang

akan dilakukan."

Dalam e-joumal menurut Suandy (2008) bahwa:

"Perencanaan pajak (tax planning) sebagai proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajak, baik PPh maupun beban pajak yang laiimya berada pada posisi yang seminimal mungkin."

Dari definisi perencanaan pajak yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah usaha wajib pajak dengan melakukan pengumpulan data dan penelitian teibadap peraturan perpajakan agar utang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak laiimya berada dalam jumlah minima], selama hal tersebut tidak melanggar undang-undang.

2.1.2. Hal Penting dalam Perencanaan Pajak

Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang merupakan basil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak, bukan karena penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penyelimdupan mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas penghasilannya untuk mempeiicecil jumlah pajak yang terhutang, sedangkan

(17)

masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat

dibenarkan.

Menurut Erly Suandy (2011:9) agar pelaksanaan perencanaan pajak tidak disalah artikan, setidaknya ada tiga hal yang hams diperhatikan dalam perencanaan

pajak sebagai berikut:

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi Wajib Pajak mempakan resiko pajak yang sangat berbahaya dan justm mengancam

keberhasilan perencanaan pajak.

2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak maupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, perencanaan pajak yang tidak masuk

jikal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.

3. Bukti-bukti pendukung memadai, misalnya dukungan peganjian, &ktur dan juga

perlakuan akuntansinya.

2.13. Motivasi Dilaksanakannya Perencanaan Pajak

Menumt Erly Suandy (2011:10-13) motivasi dilakukannya perencanaan pajak bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu kebijakan perpajakan (tea policy), undang-undang perpajakan dan administrasi perpajakan.

1. Kebijakan Perpajakan

Kebijakan perpajakan mempakan altematif dari berbagai sasaran yang hendak dituju sistem perpajakan. Faktor-faktor yang mendorong dilakukannya perencanaan pajak berdasaikan kebijkan perpajakan yaitu:

a. Jenis Pajak Yang Dipungut

Berbagai jenis pajak yang hams menjadi pertimbangan utama dalam sistem perpajakan modem yang mempunyai si&t perlakuan pajak sendiri-sendin yaitu: Pajak Penghasilan Badan dan Orang Pribadi; pajak atas keuntungan modal; witholding tea atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalti dan Iain-lain;

pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk; pajak atas undian/hadiah; capital

transfer tax-, lisensi usaha dan pajak perdagangan lainnya.

b. Subjek Pajak

Adanya perbedaaan perlakuan perpajakan atas pembayaran dividen dan

hada" iisflha kepada pemegang saham perorangan dan kepada pemegang

jgaham berbentuk badan usaha menyebabkan timbulnya usaha untuk

(18)

c. Objek Pajak

Objek pajak menipakan basis perhitungan besamya pajak, maka untuk optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pajak yang tidak lebih (karena bisa menguiangi optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (agar tidak hams membayar sanksi yang berarti pemborosan dana).

d. Tarif Pajak

Dengan adanya penerapan schedular taxation tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang perencana pajak berusaha sedapat mungkin agar dikenakan tarif yang rendah.

e. Prosedur Pembayaran Pajak

Sistem self assessment dan sistem pembayaran mengharuskan perencana pajak untuk merencanakan pajaknya dengan baik. Saat ini sistem pemungutan witholding tax di Indonesia makin ditingkatkan pener^aimya.

Hal ini di samping menganggu arus kas perusahaan juga bisa mengakibatkan kelebihan pembayaran yang restitusinya bisa memakan waktu dan beban yang tidak sedikit.

Undang-Undang Perpajakan

Kenyataan menunjukan bahwa di mana pun tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempuma. Oieh karena itu, dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Kementrian Keuangan, dan Keputusan Diijen Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya. Akibatnya terbuka celah {loopholes) bagi Wajib Pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang

baik.

Administrasi Perpajakan

Sebagai negara berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara s^arat fiskus dengan Wajib Pajak akibat luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif.

(19)

mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi penisahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang cermat dan pemaniaatan peluang yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat pemerintah.

2.1.4. Manfaat Perencanaan Pajak

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan pajak. Menunit Chairil Anwar Pohan (2015:20) manfaat dari perencanaan pajak, yaitu:

1. Penghematan kas keluar, karena beban pajak yang menqiakan unsur biaya dapat dikurangi.

2. Mengatur aiiran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan menentukan saat pembayaran sebingga perusahaan d^at menyusun anggaran

kas secara lebih akurat

2.1.5. Tujuan Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak sebenamya bagian dari manajemen pajak. Tujuan dari manajemen pajak umumnya sama dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memperoleh likuiditas dan laba yang cukup. Manajemen pajak disini didefinisikan sebagai memenubi kewajiban pajak yang benar, tetapi jumlah pajak yang dapat ditekan serendah mungldn untuk memperoleh laba dan likuiditas yang dihar£q)kan.

Dengan perencanaan pajak, manajemen pajak dapat menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan dapat mengefisiensikan pajak yang diharapkan.

Menurut Chairil Anwar Pohan (2015:21) tujuan pokok yang ingin dicapai dari perencanaan pajak yang baik adalah:

1. Meminimalisasi beban pajak yang terutang.

Tindakan yang hams diambil dalam rangka perencanaan pajak tersebut berupa usaha-usaha mengefisiensikan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan.

2. Memaksimalkan laba setelah pajak.

3. Meminimalkan teijadinya kejutan pajak (tax surprise) jika teijadi pemeriksaan pajak oleh fiskus.

4. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien dan efektif, sesuai dengan ketentuan perpajakan, yang antara lain meliputi:

(20)

a. Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi, baik sanksi administratif maupun pidana, seperti bunga, kenaikan, denda, dan hukum kunmgan, atau penjara.

b. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang peipajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan, seperti pemotongan dan pemungutan pajak (PPh Pasal

21, Pasal 22, Pasal 23).

2.1.6. Aspek Formal dan Material Perencanaan Pajak

Kewajiban perpajakan merupakan implementasi undang-undang perpajakan, apabila ^jib pajak tidak patuh pada pada undang-undang maka akan dikenakan sanksi pidana maupun sanksi administratif yang masing-masing akan menyebabkan pemboro^ s^ber daya. Dengan suatu perencanaan pajak yang baik, sanksi ini dapat dihindari dan untuk dapat menyusun perencanaan pajak yang baik diperlukan

Menurut Erly Suandy (2011:8-9) hukum pajak aspek formal administratif dan

aspek material substantif yang perlu dimengerti dan dipahami agar dapat

menghindan sanksi pajak. Adapun dalam aspek formal dan material di dalam

perencanaan pajak adalah:

1. Aspek Formal dan Administratif Perencanaan Pajak

Pungutan p^ak melalui Direktorat Jenderal Pajak berdasaikan pada Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh), Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB), Bea

Materai, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Sebagai hukum ^sitif

semua undang-undang pajak tersebut diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktorar Jenderal Pajak untuk menghindari teijadinya salah penafsiian, Diijen Pajak

mengeluarkan surat edaran. Saat ini jumlah aturan-aturan pelaksanaan tersebut sudah

banyak.

Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan

diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), menyelenggarakan

pembukuan atau pencatatan, membayar pajak, menyampaikan Surat Pemberitahuan

(SPT), di samping memotong atau memungut pajak. Kewajiban peipajakan beiakhir

pada saat pelunasan oleh Wajib Pajak.

2. Aspek Material dalam Perencanaan Pajak

Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan,

maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk

(21)

mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pjyak yang tidak lebih (karena d^ mengoptimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kuiang (supaya tidak manbayar sanksi administrasi yang menipakan pemborosan dana) untuk itu objek pajak harus dUaporkan secara benar dan lengkap.

Pelaporan objek pajak yang benar dan lengkap harus bebas dari berbagai rekayasa

negatif.

2.2. Aset Tetap

2J.1. Pengertlan Aset Tetap

Bagi seti^ jenis usaha aset tetap merupakan komponen penting dalam menjalankan usaha demi terc^ainya tujuan usaha tersebuL Aset tetap a^ah aset yang memiliki wujud fisik dan memberikan manfeat ekonomi kepada entitas bi^s

selama lebih dari satu periode akuntansi pada masa-masa yang akan datang. Berikut pengertian dari aset tet^ menurut beben^ ahli:

Dalam Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 (2011:16.2)

menyatakan bahwa:

Aset Tetap adalah aset berwujud yang:

a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang fltaii jasa untuk direntalkan kepada pibak lain, atau untuk tujuan

administratif lain; dan

b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Menurut Waluyo (2012:108) bahwa:

"Aset tetjq) adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai H<»ngan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempvmyai masa manfaat lebih dari satu tahun."

Dalam ketentuan fiskal (Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008)

bahwa:

"Aset tetap merupakan harta berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk itionHapatVan, menagih dan memelihaia penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, tidak diperbolehkan

untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan

dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali pada pelanggan."

Dari beberapa pengertian diatas, diq)at disimpulkan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk si^ pakai dan digunakan dalam produksi yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan tidak dimaksudkan untuk

dijual.

(22)

2.2^. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap dapat diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang dan aset -lam. Aset tetap dapat berupa tanah, gedung, peralatan. periengkapan, kendaiaan

<2010:224) aset tetap dapat

dikalsifikasikan dengan ditinjau dari beberapa sudut pandang, yaitu:

1. Ditinjau dan umumya, dibagi dua:

(1) Aset tetap yang mempunyai umur tidak terbatas, misalnya tanah.

(2) ^t tetap yang mempunyai umur terbatas, dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

a. Aset tetap berwujud yang dapat diperbaharui, misalnya gedung

kendaraan, mesin. '

b. Aset tetap berwujud yang tidak dapat diperbaharui, misalnya: konsesi

tanah tambang.

2. Ditinjau dari mobilitasnya, dibagi menjadi dua:

(1) Aset tetap berwujud bergerak.

(2) Aset tetap berwujud tidak bergerak.

3. Ditinjau dari kemampuan mengembangkan diri, terbagi menjadi dua, yaitu:

(1) Aset tetap berwujud yang tidak dapat mengembangkan diri.

(2) Aset tetap yang dapat mengembangkan diri.

4. Ditinjau dari undang-undang perpajakan, aset tetap berwujud dikelompokkan

menjadi empat golongan, yaitu:

a. Golongan I yaitu aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai

umur ekonomis sampai 4 tahun.

b. Golongan D yaitu aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai

umur ekonomis diatas 4 tahun sampai dengan 8 tahun.

c. Golongan III yaitu aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai

umur ekonomis lebih dari 8 tahun.

d. Golongan IV yaitu aset tetap berwujud yang berupa tanah dan bangunan.

2.2.3. Cara Perolehan Aset Tetap

Aset tetap dapat diperoleh perusahaan umumnya dengan berbagai cara, seperti melalui pembelian, pertukaran, sebagai penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah, atau pemberian, dan penyerahan karena selesainya masa kontrak bangun- guna-serah. Menunit Gunadi (2011:48) perolehan aset tetap dapat dilakiikan dengan

cara sebagai berikut:

(23)

1. PembelianAset

Aset Vdtap yang diperoleh dengan pembeUan dalam bentuk siap dicat^

dengan sejumlah harga beli ditambah dengan biaya yang teijadi untuk

aset itu pada kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan.

2. Perolehan dengan Sewa Guna Usaha Modal

Sewa guna usaha (lease) umunmya merupakan peijanjian dengan pembenan hak kepada lease untuk menggunakan aset yang dimiliki tesjor (pesewa) selama

masa tertentu dengan membayar squmlah uang (sebagai lease).

3. Perolehan dengan Pertukaran

Aset tet^ dapat diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter (balk sejenis atau bukan) atau sekuritas (obligasi atau saham sendiri atau emisi badan lain). Dalam Pasal 10 ayat (2) UU PPh dinyatakan bahwa jumlah yang

seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

4. Perolehan dengan Membagun Sendin

Praktek aViintflngi komersial menyatakan harga perolehan aset tetap yang

dibangun sendiri meUputi seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

pembangunan aset itu hingga siap dipergunakan.

5. Perolehan dengan Hibah, Bantuan atau Pemberian

Berbeda dengan akuntansi komersial yang menghitumg harga pasar sebagai harga perolehan, Pasal 10 ayat (4) UU PPh menyatakan (a) harta yang diperoleh

karena hibah, bantuan atau pemberian yang diterima oleh badan keagamaan, sosial, pendidikan, dan pengusaha kecil yang memenuhi persyaratan tertentu (tidak ada hubungan dengan usaha, pekeijaan, kepemilikan atau penguasaan antara pemberi dan penerima) hams dinilai sejumlah nilai buku dari pemberi dan (b) pengusaha kecil yang memenuhi persyaratan yaitu pengusaha dengan jumlah

aset tanpa tanah dan atau bangunan tidak melebihi Rp600 juta.

2.2 A Penyustttan Aset Tetap

Setelah aset tetap diperoleh maka, aset tet^ tersebut akan digunakan oleh perusahaan untuk kegjatan operasional dan produksinya. Dalam suatu periode

tertentu apabila aset tet^ sudah digunakan atau dimanfaatkan maka nilai aset tetap akan mengalami penurunan. Berikut pengertian penyusutan menumt beberapa ahli;

Dalam Perayataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 (2011:16.3)

menyatakan bahwa:

"Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari

suatu aset selama umur manfaatnya."

(24)

Menurut Hans Kartikahadi (2012:344) bahwa:

"Penyusutan adalah proses pengalokasian biaya perolehan suatu aset tetap sedemikian sehingga jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset tetap dapat dialokasikan secara sistematis selama umur manfaatnya."

Menurut Sugiri Slamet (2012:158) bahwa:

"Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaamya. Penyusutan merupakan proses pengalokasian harga perolehan, bukan proses penilaian aset tetap."

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari biaya perolehan suatu aset tetap selama umur manfaatnya.

Menurut Hery dan Widyawati Lekok (2011:23-25) faktor-faktor yang mempengaruhi penjoisutan, yaitu:

1. Nilai Perolehan (Aqcuisition Cost)

Mencakup seluruh pengeluaran yang tericait dengan perolehannya dan persiapannya sampai aset dapat dipergunakan.

2. Nilai Residu {Salvage Value)

Merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aset tidak dipakai lagi, nilai residu ini mencerminkan nilai estimasi dimana aset dapat dijual kembali ketika aset tersebut dihentikan pemakaiannya (pada saat estimasi masa manfaat aset berakhir).

3. Umur Ekonomis Aset {Economics Life Time)

Diartikan sebagai suatu periode atau umur fisik dimana perusahaan dapat memanfaatkan aset tetapnya (masa manfaat dan dapat juga berarti sebagai jumlah unit produksi (output) atau jumlah jam operasional (jasa)) yang

diharapkan diperoleh dari aset. Aset tetap memiliki dua jenis umur, yaitu:

1) Faktor Fisik

Faktor yang dikaitkan dengan kondisi iisik suatu aset yang mencakup pemakaian, penurunan nilai (beibubungan dengan berlalunya waktu, dimana suatu aset tetq) baik digunakan atau tidak digunakan akan mengalami penurunan nilai), dan kerusakan (penyebabnya dapat berupa kebakaran, banjir, gempa bumi, atau kecelakaan yang cenderung mengurangi atau menghilangkan usia manfaat suatu aset).

2) Faktor Fungsional

Faktor yang dikaitkan dengan kontribusi aset tersebut dalam penggunaanya, seperti keusangan. Manfaat aset dapat hilang atau

(25)

berkurang sebagai akibat dari perubahaan teknologi. Meskipun aset secara fisik masih dapat digunakan, namun penibahan teknologi yang cepat akan secaia otomatis memperpendek masa kegunaan aset

tersebut

Semua pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang digunakan untuk mendapatkan, men^ih, dan memelihara penghasilan dapat dibebankan sebagai biaya dengan mengalokasikan pengeluaran selama masa manfaat aset tersebut melalui penyusutan.

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau saat membeli aset tetap, untuk aset yang masih dalam tahap pengeijaan penyusutan akan dilakukan pada saat aset tersebut selesai pengeijaanya.

2.2.5. Metode Penyusutan Aset Tetap

Perusahaan hams memilih suatu metode penyusutan yang d^at mengalokasikan biaya perolehan aset secara sistematis sehingga dapat merefleksikan pola pemanfaatan dari aset tetap. Dalam akuntansi ada beberapa metode penyusutan yang dapat dipergunakan untuk menyusutkan suatu aset Beberapa metode tersebut Menurut Waluyo (2013:172) adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan kriteria waktu, yaitu:

a. Metode garis lurus (straight line method)

Metode ini menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu, dan mengakui pembebanan periodik yang sama sepanjang umur aset

Harga perolehan — estimasi nilai residu Penjrusutan =

estimasi masa manfaat

b. Metode pembebanan angka menurun:

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)

Metode ini menghasilkan suatu beban penytisutan periodik yang menurun selama estimasi umur ekonomis aset Jadi, metode ini pada hakekatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besamya beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif prosentase (konstan) ke nilai buku aset yang kian menurun.

Penyusutan = {(100%xUE)x2}xHP/NB Keterangan:

UE: Umur Ekonomis

HP: Harga Perolehan

NB: Nilai Buku

(26)

2) Metode saldo menurun/saldo menunin ganda {double declining

balance method)

Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodik yang menunin selama estimasi umur ekonomis aset. Jadl, metode ini pada

hakekatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besamya

beban penyusutan periodik dibitimg dengan cara mengalikan suatu tarif prosentase (konstan) ke nilai buku aset yang kian menunin.

Penyusutan = {{100%xUE)x2}xHP/NB

Keterangan:

UE: Umur Ekonomis

HP: Harga Perolehan

NB: Nilai Buku

Berdasarkan kriteria penggunaan, yaitu:

a. Metode jam jasa {service hours method)

Metode ini adalah bahwa pembelian suatu aset menimjukkan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitimg besamya beban penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aset berupa jam jasa yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total jam jasa, menghasilkan besamya tarif penyusutan untuk setiap jam pemakaian aset Besamya tarif penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

HP-NR

Penyusutan = -r-. ;—r- jumlan jam kerja Keterangan:

HP: Harga Perolehan

NR: Nilai Residu

b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)

Metode unit produksi didasaikan pada anggapan bahwa aset yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi hasil tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total output yang dapat dihasilkan aset Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total output Perhitungan besamya beban penyusutan dengan metode unit produksi dapat menggunakan rumus:

HP-NR

Penyusutan =

unit yang dvproduksi

(27)

Keterangan:

HP: Harga Perolehan

NR: Nilai Residu

3. Berdasarkan kriteria lainnya, yaitu:

a. metode berdasarkan jenis dan kelompok;

b. metode anuitas.

Dalam perpajakan mulai tahun 1995 Wajib Pajak dipericenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk aset tetap. Metode penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan perp^akan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah:

1. Metode garis lurus {straight line method)^ atau metode saldo menurun {declining balance method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan;

2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.

Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta, wajib pajak d^at memilih dan melakukan penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan/perubahan harta bukan bangunan yang masih dimiliki dan digunakan dengan menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun. Metode penyusutan yang dipilih tidak diperbolehkan menggunakan dua macam metode untuk harta bukan bangunan (Thomas Sumarsan, 2012:174).

Metode mana yang akan dipakai bergantung pada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan taat asas. Untuk harta berwujud bangunan hanya d^at disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal wajib pajak memilih menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat hams disusutkan sekaligus. Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Pajak Penghasilan dalam Pasal 11 Ayat (6)

Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan

Garis Lurus Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,50% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II. Bangunan

Permanen 20 tahun 5% -

Tidak Permanen 10 tahun 10% -

(28)

Sumben Diijen Pigak Undang-Undang Rq)Ublik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Berdasarican pemyataan di atas, dalam menggunakan metode yang dipakai

pada aset tetap, maka harus dilihat dahulu karakteristik aset tersebut. Karena jika beda karakteristik, maka berbeda pula metode penyusutan yang dipakai sehingga akan memberikan pengaruh di dalam laporan keuangan, khususnya laporan laba nigi

dan neraca yang berimbas pada besamya tarif pada pengenaan pajak. Pada prinsipnya perhitungan penyusutan atau amoitisasi dilakukan dengan membuat daflar harta sebagai berikut:

Tabel 2.

Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Golongan 1

No Jenis Usaha Jenis Harta

1. Semua Jcnis Usaha a. Mebcl dan peralatan dari kayu termasuk meja, kursi, lemari dan scjenisnya yang bukan bagian dari bangunan.

b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, fotokopi, komputer, pr/n/er, scanner dan sejenisnya.

c. Pericn^capan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televis, dan sejenisnya.

d. Sepeda motor, scpcda dan becak.

e. Alat perlengkapan khusus bagi industri/jasa yang bersangkutan.

f. Dies, jigs, mould

g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluier dan lainnya.

2. Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan

Alat yang digerakkan bukan dengan mesin, seperti cangkul, peteraakan, perikanan, garu dan

Iain-lain.

3. Industri Makanan dan Minuman

Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti huller, pemccah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.

4. Transpoitasi dan Pergudangan

Mobil taksi, bus, truk yang digunakan sebagai angkutan umum.

5. Industri Semi Konduktor Flash memory tester, writer machine, bipolar test system, eliminator.pose checker.

6. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam

Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessories.

7. Jasa Telekomunikasi Seluier

Base Station Controller

Sumber: (Thomas Sumarsan, 2C112:177)

(29)

Tabel 3.

Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Goiongan 2.

No JcnisUsaha Jenis Haria

1. Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dariIogamtennasukkursi,lemari, mqa, ban^cu, AC, kipas dan sqenisnya yang bukan

merupakan bagian dari bangunan.

b. Mobil, bus, truk, speed boat, dan sgenisnya.

c. Container dan sejenisnya.

2. Pertanian, Kehutanan, Peikebunan, Perikanan

a. Mesin perkdtunan/pertanian sepoti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.

b. Mesin yang mengolah atau men^iasilkan bahan atau

batang pertanian, petkebunan petemakan dan perikanan.

3. Industri Makanan dan

Mfniimim

a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan. Misalnya pabrik susu, pengalengan

ikan.

b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarine, penggilingan kopi, kembang gula, mesing pengolah biji sqterti beras, gandum, tapioca.

c. Mesin yang memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.

d. Mesin yang memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis.

4. Industri Mesin Mesin yang memproduksi mesin ringan, seperti mesin jahit dan pompa air.

5. Pericayuan, Kehutanan a. Mesin dan periatan penebang kayu

b. Mesin yang mengolah atau memproduksi bahan atau barang kehutanan.

6. Kontniksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, Aunp truck, crane, bulldozer.

7. Transportasi dan Pergudangan a. Truk operasional kaja

b. Kapal penumpang, k^>al barang, Icqtal khusus dibuat

untuk pengangkut barang tertentu.

C. Kapal yang dibuat untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam, kapal keruk, kerang terapung.

d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang punya berat

hmgga250DWT.

e. Kapal balon.

8. Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon.

b. Pesawat telegra^ tennasuk pesawat pengiiiman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon.

9. Industri Semi Konduktor Aiao frame loader, automatic logfc handler, baking oven, cleaning machine, wire bonder, wire pull tester dan sgenisnya.

10. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam

pooling Machines, Metocean Data Collector.

11. Jasa Telekomunikasi Seluler Mobile Switching Center. Home Location Register, Authentication Center, Equipment Identity Renter, Radio Base Station, Termnianal SDH/Unk, Anthena dan sejenisnya.

Sumber: (Thomas Sumarsan, 2012:177)

(30)

Tabel 4.

Jensi-Jenis Harta Benvujud yang Termasuk Golongan 3.

No Jenis Usaha Jenis Harta

1. Pertambangan Selain Minyak dan Gas

Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin yang mengolah produk pelican.

2. Pemintalan, Penenunan dan Pencelupan

a. Mesin yang menghasilkan produk- produk tekstil

b. Mesin untuk preparation, bleaching, dyeing printing, finishing, texturing, packaging.

3. Perkayuan a. Mesin yang menghasilkan produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.

b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.

4. Industri Kimia a. Mesin yang menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia.

b. Mesin yang menghasilkan produk industry lainnya, misalnya bahan plastic, karet, ester, dan sejenisnya.

5. Industri Mesin Mesin yang memproduksi mesin menengah dan berat misalnya mesin mobil dan mesin kapal.

6. Transportasi dan

Pergu^gan

a. Kapal penumpang, kapal barang dan kapal khusus yang beratnya 100 DWT sampai 1000 DWT.

b. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal pemadam yang beratnya diatas 100 DWT hingga

1000 DWT.

c. Dok terapung.

d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang beratnya diatas 250 DWT.

e. Pesawat terbang dan helicopter segala jenis.

7. Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar, dann kendali jarakjauh.

Sumber: (Thomas Sumarsan, 2012:179)

(31)

Tabel 5.

Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Tennasuk Golongan 4

No Jenis Usaha Jenis Harta

1. Kontniksi Mesin berat untuk kontruksi

2. Transportasi dan Pergudangan

a. Lokomotif uap dan tender atas tel.

b. Lokomotif listrik atas rel.

c. Kereta, gerbong penumpang dan barang,

termasuk container khusus.

d. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkut barang teitentu yang beratnya diatas 1000

DWT.

e. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, k{q>al suar, kapal

pemadam kebaka^ yang beratnya

diatas 1000 DWT.

f. Dok-dok terapung.

Sumber: (Thomas Sumarsan, 2012:181)

Metode penyusutan yang dapat digunakan untuk menghitung besamya penyusutan yang dapat dibebankan sebagai biaya untuk semua harta tetap bukan bangunan

hams konsisten adalah:

1. Metode Garis Lums

Metode garis lurus berlaku untuk kelompok bangunan maupun bukan bangunan (pasal 11 ayat 1 UU PPh No 36 tahun 2008). Metode inl cukup sederhana,

menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu dan mengakui pembebanan periodik yang sama sepanjang umur aset. Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini adalah bahwa aset yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap periodenya sepanjang umur aset, dan pembebanannya tidak dipengaruhi oleh pembahan produktivitas maupun efisiensi aset (Hery, 2014:321).

2. Metode Saldo Menurun

Sesuai dengan pasal 11 ayat 2 UU PPh No 36 tahun 2008, metode saldo menurun khusus untuk kelompok yang bukan bangunan s^a. Metode ini menghasilkan suatu beban pen3aisutan periodik yang menurun selama estimasi umur ekonomis aset. Beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif persentase (konstan) ke nilai buku aset yang kian menurun. Besamya tarif penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tarif penyusutan garis lurus, sehingga dinamakan sebagai saldo menurun ganda (Heiy, 2014:325).

(32)

2.3. Pajak Penghasilan Badan 23.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Pelaksanaan pembangunan negara diarahkan agar negara mampu membiayai pembangunan nasional secara mandiri dari sumber-sumber dalam negeri salah

satimya dengan pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada wajib pajak atas penghasilan yang diperolehnya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terfaadap orang atau badan usaha selaku w^yib pajak yang memperoleh penghasilan. Berikut beberapa definisi tentang pajak penghasilan badan:

Menurut Chairil Anwar Pohan (2015:237) bahwa:

"Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan."

Sedangkan menurut Erly Suandy (2011:11) bahwa:

"Pajak Penghasilan adalah pajak atas laba atau penghasilan kena pajak yang dapat mengurangi besamya penghasilan bersih setelah pajak."

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 4 bahwa:

"Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh wjyib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk komisi atau untuk menambah kekayaaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun."

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan badan adalah pajak atas laba atau penghasilan kena pajak perusahaan yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang dapat moigurangi besamya penghasilan bersih setelah pajak.

Dasar perhitungan pajak penghasilan bagi wajib pajak badan adalah penghasilan kena pajak. Dalam menet^kan penghasilan kena pajak hams dihitung dulu berapa penghasilan bmto yang menjadi objek pajak, kemudian dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran yang boleh dikurangkan dari penghasilan bmto (deductible expense) tersebut. Selisih atas keduanya (penghasilan bmto - deductible expense) adalah laba kena pajak (net taxable income/profit) yang menjadi objek pengenaan pajak penghasilan. Ketentuan mengenai biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bmto dalam perpajakan diatur dalam Pasal 6 UU PPh No. 36 Tahim 2008. Adapun penjelasan Pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008 sebagai berikut:

1. Besamya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarican penghasilan bmto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:

(33)

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

usaha, antara lain;

1. biaya pembelian bahan;

2. biaya bericenaan dengan peke^aan atau jasa tennasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk

uang;

3. bunga, sewa, dan royalti;

4. biaya peijalanan;

5. biaya pengolahan limbah;

6. premi asuransi;

7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

8. biaya administrasi; dan

9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa maniaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

danPasal 11 A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak d^at ditagih dengan syarat:

(1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

(2) Wajib Pajak hams menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

(3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Poigadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya peijanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan

(34)

umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya

telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

(4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelak^aannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasadcan Peraturan Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

k. biaya pembangunan inirastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah;

1. sumbangan ^ilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

2. Apabila penghasilan brute setelah pengurangan seba^mana dimaksud pada ayat (1) did^at kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan S (lima)

tahun.

2.3.2 Tarif Pajak Penghasilan

Pemungutan pajak tidak akan terlepas dari keadilan, karena dari keadilan akan menciptakan keseimbangan sosial yang begitu pentingnya bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam penghitungan pajak yang teriiutang digimakan tarif pajak. Tarif pajak adalah tarif untuk menghitung pajak terhutang. Besamya tarif pajak dapat dinyatakan dalam presentase.

Waluyo (2013:18) menjelaskan dalam pajak penghasilan presentase tarifiiya d^at dibedakan menjadi beberapa tarif sebagai berikut:

1. Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif progresif adalah tarif pajak yang presentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar, tarif ini digunakan

bagi wajib pajak orang pribadi (OP) dalam negeri sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Variabel operasional dalam penelitian ini terdiri dari Brand Image (variabel X) dari Rumah Sakit Al-Islam, dan variabel keputusan pembelian atau keputusan

Kesabaran dari keluarga yang begitu besar dan selalu memberikan dukungan baik spiritual maupun financial menjadi energi bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini, cinta kasih

perumusan konsep materi yang akan disampaikanmateri disampaikan melalui monitor yang di rekam (Screencast) dan pembuatan gambar menggunakan graphic tablet atau dapat juga

PT Elnusa, Tbk sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang migas, mempunyai logo kuda laut yang masih berpacu pada logo induk perusahaannya terdahulu yaitu Pertamina..

Menurut SNI 01-31421998, tahu adalah suatu jenis makanan padat yang terbuat dari sari kedelai yang dicetak dengan menggunakan proses pengendapan protein pada titik

Tabel-2 merupakan hasil akhir perhitungan biaya penyusutan aset tetap menggunakan kelompok aset tetap, masa manfaat aset tetap, dan tarif penyusutan aset tetap

Penyusutan Barang Milik Daerah berupa Aset Tetap, yang selanjutnya disebut Penyusutan Aset Tetap, adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu Aset Tetap yang dapat

Antrian sering terjadi dalam kegiatan sehari-hari dalam suatu kegiatan baik orang atau benda yang sedang menunggu pelayanan seperti pada antrian pasien rumah