• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 14 Surakarta yang beralamat di Jl. Prof. W. Z. Yohannes No. 54, RT 3 RW 7, Purwodiningratan, Jebres, Surakarta. Adapun alasan yang mendasari pemilihan SMP Negeri 14 Surakarta sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 14 Surakarta tanggal 23 Oktober 2019 menunjukkan adanya tindak verbal bullying. Maka berdasar pada hasil tersebut perlu dilakukan treatment agar perilaku verbal bullying dapat dikurangi sehingga peserta didik dapat terhindar dari dampak membahayakan dari perilaku verbal bullying.

b. Berdasarkan angket kebutuhan yang telah disebarkan oleh peneliti pada tanggal 19 September 2018. Hasil angket kebutuhan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 46% atau 99 peserta didik dari 212 peserta didik kelas VIII yang belum mengerti cara merespon ejekan yang termasuk dalam verbal bullying. Pada umumnya perilaku verbal bullying yang dilakukan dianggap sebagai candaan seperti memanggil teman tidak sesuai namanya, mengucapkan kata kotor, menghasut untuk mengucilkan temannya, bahkan menjadikan nama orang tuanya sebagai bahan ledekan.

c. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta, terdapat peserta didik yang melakukan tindak verbal bullying. Ketika jam istirahat sedang berlangsung peserta didik mengucapkan kata-kata kotor, mengejek, memanggil teman bukan dengan namanya, memfitnah, menjadikan nama orang tuanya sebagai bahan ledekan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian di SMP Negeri 14 Surakarta dilakukan pada semester genap, yaitu pada bulan April hingga bulan Mei tahun ajaran 2018/2019. Penelitian

(2)

meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian yang jadwalnya diurakan sebagai berikut:

No Jenis Kegiatan

Bulan/Tahun

2018 2019 2020

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1 Persiapan

Penelitian a. Studi

pendahuluan b. Penyusunan

proposal skripsi b. Seminar

proposal skripsi c. Penyusunan

instrumen d. Penyusunan

panduan eksperimen e. Pengajuan

surat izin penelitian 2 Pelaksanaan

Penelitian a. Pengambilan

data baseline b. Fase

treatment 3 Penyusunan

Laporan

a. Analisis data b. Penyusunan

laporan 4 Pelaksanaan Ujian Skripsi

Gambar 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu dengan single- case experimental design (eksperimen kasus tunggal). Metode ini digunakan agar peneliti dapat mengetahui keefektivan dari intervensi layanan yang telah diberikan kepada subjek dengan jumlah sedikit atau bahkan individual pada suatu kasus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kazdin (dalam Latipun, 2008)

(3)

menyatakan bahwa desain penelitian kasus tunggal digunakan untuk mengevaluasi suatu intervensi dengan kasus tunggal. Diperkuat dari pernyataan Tillman dan Burns (2009: 31) yang menyatakan single-case experimental design digunakan untuk mengetahui pengaruh dari treatment atau layanan yang telah diberikan kepada subjek. Efektivitas layanan yang diberikan dibuktikan dengan adanya perubahan dari perilaku subjek.

Subjek dalam penelitian single-case eksperimental design ini jumlahnya disesuaikan dengan Sukmadinata (2012: 209) yang menyatakan bahwa single- case experimental design merupakan eksperimen yang dilakukan kepada subjek tunggal bisa individual, 2 orang atau lebih. Pendapat ini kemudian diperkuat oleh pernyataan Rosnow dan Roshental (dalam Sunanto, 2005), penelitian eksperimen kasus tunggal merupakan satu penelitian yang berfokus pada data individu sebagai sampel penelitian. Selanjutnya Cozby (2009: 327) mengatakan bahwa single-case experimental design merupakan desain yang digunakan untuk partisipan tunggal dan kasus tunggal. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian single-case experimental design ini digunakan untuk penelitian dengan kasus tertentu dan subjek yang terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan single case experimental design karena memiliki kasus khas yang bisa diamati, yaitu verbal bullying dengan subjek terbatas sebanyak 2 orang subjek.

Sukmadinata (2012: 209-210) menyatakan bahwa single-case experimental design ini meneliti kondisi individu sebelum dilaksanakannya intervensi dan setelah dilaksanakannya intervensi yang berpengaruh pada variabel. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan pengukuran variabel tidak dilaksanakan antar individu atau kelompok, tetapi membandingkan subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen. Kondisi baseline adalah kondisi subjek sebelum dilaksanakan intervensi atau pemberian layanan, sedangkan kondisi eksperimen adalah kondisi subjek setelah diberikan intervensi atau treatment.

Dalam metode ini, pengukuran variabel dilaksanakan secara berulang-ulang dalam periode tertentu. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sunanto (2005: 55)

(4)

yang mengatakan bahwa pengukuran variabel terikat atau perilaku target dilakukan berulang kali dalam kurun waktu tertentu seperti perminggu, perhari atau perjam.

Berdasar pada penjelasan diatass, dapat diketahui bahwa single-case experimental design ini digunakan untuk mengevaluasi pemberian intervensi pada kasus tertentu dan dengan jumlah subjek yang terbatas. Variabel terikat atau target behavior diukur dalam kondisi baseline dan kondisi eksperimen untuk mengetahui efektivitas pemberian intervensi yang telah diberikan. Oleh karena itu metode eksperimen dengan single case experimental design digunakan dalam penelitian ini karena dapat menguji efektivitas pemberian intervensi atau treatment pada kasus tertentu dan jumlah terbatas. Hal ini sesuai dengan judul penelitian yaitu Efektivitas Teknik Kontrak Perilaku untuk Mengurangi Perilaku Verbal Bullying pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain A-B yang merupakan desain dasar dari single case experimental design. Menurut Hasselt dan Hessen (dalam Sunanto, 2005) prosedur dalam desain ini disusun berdasar pada logika baseline (baseline logic). Logika baseline menunjukkan pengulangan pengukuran perilaku (target behavior) pada dua fase. Fase yang dimaksud yaitu fase sebelum diberikan layanan atau fase baseline (A) dan fase setelah diberikan layanan atau fase intervensi (B). Oleh karena itu ketika penelitian dilakukan akan selalu ada target behavior pada fase baseline dan pengulangannya sekurang-kurangnya pada satu fase intervensi.

Kesederhanaan dalam desain A-B memberikan keuntungan bagi peneliti, karena peneliti dapat dengan cepat membandingkan perilaku subjek sebelum dan setelah dilaksanakannya intervensi. Menurut Tawney dan Gast (dalam Sunanto, 2005) pada desain A-B tidak ada pengulangan dalam pengukuran atau disebut replikasi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa fase baseline (A) dan intervensi (B) hanya dilakukan sekali pada subjek yang sama.

Apabila perilaku target mengalami perubahan saat fase intervensi yang telah

(5)

dibandingkan dengan data fase baseline maka dapat disimpulkan bahwa perubahan tersebut di pengaruhi oleh variabel independen.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam desain A-B adalah melakukan pengukuran perilaku yang dijadikan fase baseline awal. Pengukuran guna menentukan baseline awal yang dilakukan sampai mendapatkan trend data yang stabil. Apabila trend data yang stabil sudah ditunjukkan oleh masing-masing subjek, barulah dapat dilakukan pemberian intervensi. Hal ini sejalan dengan Sukmadinata (2012: 213) yang menyatakan bahwa selama fase baseline (A), data target behavior dikumpulkan dan dicatat. Setelah baseline stabil, treatment diberikan dan fase intervensi (B) dimulai.

Tawney dan Gast (dalam Sunanto, 2005: 58) menyebutkan hal- hal yang hendaknya diperhatikan dalam pengggunaan desain A-B untuk meningkatkan validitas, yaitu:

a. Menentukan target behavior sebagai perilaku yang dapat dihitung secara tepat.

b. Mengukur dan mengumpulkan data fase baseline (A) secara berlanjut minimal sebanyak 3 atau 5 kali, sampai trend dan level data stabil. Penelitian ini melakukan pengumpulan data fase baseline (A) selama 5 kali hingga data yang dihasilkan stabil.

c. Melakukan intervensi (B) atau pemberian layanan (treatment) setelah kondisi baseline (A) stabil. Treatment atau layanan yang diberikan dalam penelitian ini berupa konseling dengan teknik kontrak perilaku untuk mengurangi perilaku verbal bullying.

d. Mengukur perilaku target pada fase intervensi (B) secara berlanjut dalam kurun waktu tertentu hingga didapat trend dan level stabil. Pengambilan data fase intervensi pada penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali selama 30 menit di setiap pertemuannya.

e. Menghindari menarik kesimpulan terkait hubungan sebab akibat(fungsional) antara variabel terikat dengan variabel bebas.

(6)

Intervensi

Data Garis Dasar Data Perlakuan

X1 X2 X3 X4 X5

OA 1

OA2 OA3 OA4 0A5 OB1 OB2 OB3 OB4 OB5

Gambar 3.2 Desain A-B Menurut Sukmadinata Keterangan:

OA1-OA2 : Data baseline XI-X2 : Data intervensi

OB1-OB2 : Data setelah diberi perlakuan

Gambar 3.3 Grafik Desain A-B Menurut Sunanto Keterangan:

A (baseline) : baseline awal dimana data dikumpulkan pada perilaku target dalam kondisi yang ada sebelum dimulainya penelitian

B (intervensi) : pengenalan intervensi yang dipilih untuk mengubah perilaku target

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Teknik kontrak perilaku adalah variable bebas dalam penelitian ini, sementara variabel terikatnya adalah perilaku verbal bullying. Berikut penjelasan dari tiap-tiap variabel:

1. Variabel Bebas atau independent variable (X)

(7)

a. Definisi Konseptual

Menurut Miltenberger (Erford, 2016: 405) kontrak perilaku adalah kesepakatan tertulis yang telah targetkan dalam kontrak antara dua orang individu atau lebih dimana salah satu atau kedua orang sepakat untuk terlibat dalam sebuah perilaku.

b. Definisi Operasional

Kontrak perilaku merupakan perjanjian atau kesepakatan antara dua orang (konselor dan konseli) untuk merubah perilaku yang diinginkan menjadi lebih baik. Perjanjian dilakukan dengan negosiasi dan tanpa paksaan. Apabila perilaku yang diinginkan tercapai, maka individu tersebut diberikan hadiah (reward). Namun apabila perilaku yang diinginkan tidak tercapai, maka individu tersebut diberikan hukuman (punishment).

2. Variabel Terikat atau dependent variable (Y) a. Definisi Konseptual

Verbal bullying merupakan perilaku negatif yang dilakukan secara lisan dalam waktu yang berulang-ulang oleh individu atau sekelompok orang dan menyebabkan orang lain (korban) dalam keadaan tidak nyaman atau terluka (Wiyani, 2013: 12).

b. Definisi Operasional

Verbal Bullying merupakan bentuk perilaku yang dilakukan berulang kali berupa melontarkan kata-kata yang menyakiti orang lain seperti memberi julukan yang memiliki arti tidak baik, mengejek/menghina, mengancam, membentak, menyindir dan menyoraki orang lain.

D. Subjek Penelitian

Peserta didik kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2018/2019 menjadi populasi dalam penelitian ini, sedangkan yang menjadi sampel adalah 2 orang yang memiliki perilaku verbal bullying yang cenderung tinggi.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik ini mengambil sampel dengan pertimbangan dari ahli. Amirullah (2015: 71) mengungkapkan bahwa pengambilan sampel pada teknik purposive sampling ini didasarkan pada pertimbangan atau

(8)

pandangan dari para ahli sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini dipilih dengan pertimbangan yang berdasar pada hasil wawancara guru Bk dan hasil observasi pada saat studi pendahuluan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu observasi dan wawancara perilaku verbal bullying:

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2016: 226) observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan, karena dari ilmu pengetahuan tersebut yang diperolah dari fakta yang dilakukan dengan observasi. Selanjutnya Gall (2003: 254) memandang observasi sebagai sebuah teknik pengumpulan data dengan fokus perilaku yang bisa diamati menggunakan pacaindera dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk mengetahui seberapa sering (frekuensi) perilaku yang dilakukan oleh subjek.. Observasi perilaku yang dapat dilihat (observable) menjadi salah satu komponen dalam penelitian single-case experimental. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat perilaku seseorang yang nampak.

Menurut Purnomo (2011: 253) dilihat dari teknik pelaksanaannya observasi dapat dibedakan menjadi observasi terbuka, terfokus, terstruktur, sitematis. Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur, dengan menyiapkan instrumen observasi perilaku verbal bullying yang berisi indikator- indikator yang sering muncul. Pencatatan frekuensi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering subjek penelitian melakukan perilaku verbal bullying. Observer mengamati perilaku subjek dalam rentang waktu yang telah ditentukan dan memberikan tanda tally/thurus pada instrumen observasi ketika perilaku verbal bullying muncul pada subjek.

Selama melakukan observasi, observer perlu melakukan beberapa hal seperti menjaga jarak dengan subjek, datang lebih awal dari subjek dan tidak meninggalkan tempat sebelum subjek, menyiapkan alat dan bahan agar tidak terlalu mencolok, dan bekerja sama dengan pihak lain. Karena apabila subjek mengetahui dirinya sedang di observasi dikhawatirkan perilaku yang muncul

(9)

bukan perilaku subjek yang sebenarnya. Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman observasi perilaku verbal bullying:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Perilaku Verbal Bullying

No. Perilaku yang Nampak

1. Memanggil teman sebayanya dengan sebutan yang jelek 2. Memanggil teman sebayanya dengan nama orang tuanya 3. Mengeluarkan kata-kata yang merendahkan teman sebayanya 4. Mengucapkan kata-kata kotor kepada teman sebayanya 5. Mengucapkan kata-kata ancaman kepada teman sebayanya 6. Berbicara dengan suara tinggi kepada teman sebayanya 7. Mengeluarkan kata-kata sindiran kepada teman sebayanya 8. Mengucapkan kata-kata fitnah kepada teman sebayanya 9. Bersorak sorai ketika teman sebayanya melakukan kesalahan 10. Tertawa ketika teman sebayanya melakukan kesalahan

Tabel 3.2 Lembar Observasi

Lembar observasi perilaku verbal bullying peserta didik

Nama :

Kelas :

Hari ke :

Beri tanda tally pada kolom yang sesuai dengan pernyataan atau gejala yang nampak pada individu yang di observasi.

No. Perilaku yang di observasi Fekuensi

1. Memanggil teman sebayanya dengan sebutan yang jelek 2. Memanggil teman sebayanya dengan nama orang tuanya 3. Mengeluarkan kata-kata yang merendahkan teman sebayanya 4. Mengucapkan kata-kata kotor kepada teman sebayanya 5 Mengucapkan kata-kata ancaman kepada teman sebayanya 6 Berbicara dengan suara tinggi kepada teman sebayanya 7 Mengeluarkan kata-kata sindiran kepada teman sebayanya 8 Mengucapkan kata-kata fitnah kepada teman sebayanya 9 Bersorak sorai ketika teman sebayanya melakukan kesalahan 10 Tertawa ketika teman sebayanya melakukan kesalahan

Surakarta, Mei 2019 Peneliti

(10)

2. Wawancara

Sugiyono (2016: 72) mengemukakan arti wawancara yaitu sebuah pertemuan dua atau lebih orang bertujuan untuk saling bertukar informasi yang sekiranya sedang dibutuhkan. Pengambilan data dengan wawancara menurut Maryaeni (2005: 70) dilakukan dengan komunikasi verbal baik dengan bentuk tersrtuktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Dalam pelaksanaannya, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis, melainkan dilakukan secara tatap muka dengan pihak guru BK sebagai narasumber.

Peneliti menanyakan secara bebas menurut garis besar terkait hal yang akan dibutuhkan dalam melakukan penelitian.

F. Validasi Instrumen Penelitian

Salah satu syarat yang diperlukan dalam suatu penelitian adalah memiliki data yang valid dan ajeg atau reliabel. Oleh karena, itu diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata bahasa inggris yaitu validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas merupakan ketepatan antara data yang terjadi dari objek penelitian dengan data yang diperoleh dari peneliti sendiri (Sugiyono, 2016:

117). Hal tersebut dikarenakan instrumen pengukuran dibuktikan valid jika ahli (expert) meyakini instrumen tersebut memiliki kesesuaian dengan definisi yang telah dioperasionalkan.

Azwar (2012) menyatakan bahwa validitas isi merupakan validasi yang dilakukan melalui pengujian terhadap kelayakan maupun relevansi isi tes kepada yang berkompeten atau expert judgement. Kesepakatan ini dapat

(11)

diketahui dengan menggunakan indeks validitas, diantaranya dengan indeks yang diusulkan oleh Aiken (Retnawati, 2016: 18) yang dirumuskan sebagai beikut:

Gambar 3.4 Rumus indeks validitas butir Aiken Keterangan:

V : indeks kesepakatan antara rater mengenai validitas aspek butir S : skor yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah dalam

kategori yang dipakai N : banyaknya rater yang dipilih

C : banyaknya kategori yang dapat dipilih oleh rater

Indeks V nilainya berkisar diantara 0-1. Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat dikategorikan berdasarkan indeksnya. Jika indeksnya kurang atau sama dengan 0,4 dikatakan validitasnya kurang, 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang, dan jika lebih besar dari 0,8 dikatakan sangat valid. Berdasarkan pendapat tersebut, indeks V merupakan indeks kesepakatan penilai terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan sejauh mana pengukuran data dapat diukur secara ajeg dan tepat. Data yang reliabel atau ajeg menjadi persyaratan dipercayainya hasil penelitian. Menurut Sunanto (2005: 28) pengukuran aspek perilaku (behavior) seringkali tidak dapat dilakukan dengan alat tertentu, sehingga harus dilakukan secara langsung dengan mengandalkan ketelitian indera. Reliabilitas dalam pandangan kuantitatif berkenanaan dengan kestabilan data, dengan hasil dari dua atau lebih peneliti memiliki hasil data penelitian yang sama atau tidak jauh berbeda dengan waktu yang berbeda (Sugiyono, 2016: 118).

(12)

Mengukur reliabilitas dapat dilakukan dengan merekam atau menulis muncul atau tidaknya perilaku target dalam kurun waktu pengamatan yang dibagi kedalam beberapa interval dan dilakukan oleh beberapa observer (pengamat). Setelah itu, hal selanjutnya adalah melakukan penghitungan persentase kesepakatan (percent agreement), yang dimaksud dengan persentase kesepakatan yaitu persamaan hasil pengamatan antara observer 1 dengan observer lainnya dalam beberapa interval. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan percent agrement (persen kesepakatan). Sunanto (2005:29) menyebutkan bahwa mengukur percent agrement adalah dengan menghitung total percent agrement dengan rumus berikut:

Gambar 3.5 Rumus kesepakatan total (total percent agreement) Keterangan:

O : Occurrence Agreement adalah interval perilaku target terjadi persamaan dari hasil pengamatan antara observer 1 dan observer 2

N : Nonoccurrence Agreement adalah interval perilaku target tidak terjadi dari hasil pengamatan antara observer 1 dan observer 2

T : Banyaknya interval yang akan digunakan G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan bagian penting dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk mengolah data hasil penelitian. Oleh karena itu, teknik ini dilaksukan apabila peneliti sudah berhasil mengumpulkan data penelitian. Menurut Sunanto (2005: 93) dalam penelitian eksperimen biasanya menggunakan teknik statistik deskriptif, dalam desain kasus tunggal tidak menggunakan analisis statistik yang kompleks melainkan analisis statistik deskriptif yang sederhana.

Penelitian single-case experimental design ini menggunakan analisis data split middle technique. Ningsih (2017: 89) menjelaskan analisis data menggunakan split middle technique menunjukkan perubahan perubahan slope dengan cara

O+N x 100 = …… % T

(13)

membagi hasil skor slope tinggi dengan slope rendah. Metode split-middle dengan menentukan kecenderungan dari arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinal. Menurut Damayanti (2013: 42) langkah-langkah untuk menentukan kecenderungan arah tersebut dengan menggunakan metode split-middle adalah dengan membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri, dari membagi data bagian kanan dan bagian kiri tersebut masing-masing menjadi dua bagian, selanjutnya menentukan posisi median dari masing-masing belahan, lalu menarik garis sejajar dengan absis (X) yang menghubungkan dengan titik temu antara median data bagian kanan serta data bagian kiri.

Selain menggunakan analisis split midde, peneliti juga menggunakan analisis klinis atau biasa dikenal juga dengan metode evaluasi subjektif. Metode ini dilakukan dengan menanyakan perilaku subjek terhadap orang yang sering melakukan hubungan sosial dengan subjek (Dewantoro, 2016: 5). Analisis klinis berfungsi untuk memverifikasi hasil dari analisis split middle technique. Apabila hasil analisis statistik menggunakan analisis split middile technique tidak menunjukkan perubahan, namun pada analisis klinis dengan significant others mengungkapkan adanya perubahan perilaku pada subjek. Maka analisis klinis dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan efektivitas teknik kontrak perilaku untuk mengurangi perilaku verbal bullying pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta.

H. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Menemukan masalah yang sesuai untuk dijadikan judul penelitian

b. Melaksanakan studi pendahuluan dengan guru BK dan beberapa peserta didik di SMP Negeri 14 Surakarta. Pelaksanaan studi pendahuluan tersebut guna memperoleh gambaran awal mengenai perilaku verbal bullying peserta didik

c. Menyusun proposal penelitian

d. Mengurus perizinan ke sekolah tempat pelaksanaan penelitian e. Menentukan subjek penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(14)

Adapun perincian pelaksanaan penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian single-case experimental design dengan desain penelitian A-B, yaitu:

a. Baseline (A)

Pengumpulan data fase baseline dalam penelitian ini yaitu dengan dilaksanakannya observasi perilaku awal atau sebelum pemberian layanan.

Pengukuran dan pengambilan data subjek pada fase baseline (A) dilakukan secara berlanjut dengan minimal dilakukan sebanyak tiga atau lima kali hingga didapat data yang stabil (Sunanto, 2005:60). Data fase baseline dalam penelitian ini dikumpulkan dengan pelaksanaan sebanyak 5 kali.

b. Treatment (B)

Pemberian treatment ini juga diberikan sebanyak 5 kali pertemuan.

Agar pelaksanaan treatment ini lancer dan berhasil, peneliti bekerja sama dengan guru dan pihak yang terkait. Berikut langkah–langkah pelaksanaan treatment pada penelitian ini:

1) Kegiatan awal:

Peneliti membangun hubungan yang akrab, saling percaya dan memegang prisip kerahasiaan. Peneliti juga tidak menunjukkan kesan memaksa sehingga subjek dapat dengan sukarela dan nyaman dalam proses pemberian treatment.

2) Kegiatan Inti:

a) Mengajarkan teknik kontrak perilaku

b) Meminta konseli untuk menerapkan teknik kontrak perilaku dalam kehidupan sehari-hari

c) Mengetahui perkembangan dari penerapan kontrak perilaku 3) Kegiatan Penutup

a) Setiap selesai kegiatan peneliti memberikan evaluasi kepada subjek

b) Peneliti memberitahukan bahwa hasil dari evaluasi dari kegiatan tersebut tidak hanya berlaku pada hari ini saja melainkan untuk hari-hari selanjutnya

(15)

3. Menyusun Laporan Hasil Penelitian a. Evaluasi

Mengevaluasi dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan apakah berjalan sesuai dengan yang sudah direncanakan sebelumnya.

b. Analisis data

Analisis data digunakan untuk mengetahui efektivitas konseling dengan teknik kontrak perilaku sebagai treatment untuk peserta didik yang memiliki perilaku verbal bullying.

c. Penyusunan laporan.

Penyusunan laporan dilakukan sebagai bukti telah mengadakan penelitian.

Pada tahap akhir ini akan disajikan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan penelitian mulai dari awal hingga akhir penelitian.

Gambar

Gambar 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian  B.  Metode dan Desain Penelitian  1.  Metode Penelitian
Gambar 3.2 Desain A-B Menurut Sukmadinata  Keterangan:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Perilaku Verbal Bullying

Referensi

Dokumen terkait

Prajurit Kulon 1650 KK 2018 86.000.000 Pembangunan Saluran Sumolepen (Lanjutan), Pembangunan Plengsengan Buzem Pulorejo (Lanjutan), Pembangunan Saluran Tenggilis

Bahan yang digunakan adalah serat batang pisang yang dianyam dan matrik polyester. Selanjutnya lembaran serat tersebut direndam dalam larutan alkali dengan

Untuk membuat objek pada WebGL, yang pertama kali dilakukan adalah dengan menentukan vertex dari objek dan disimpan pada sebuah array. Lalu dengan menggunakan

Puji Syukur tak terhingga penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis sehingga

Sutabri mengemukakan “Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung

Terakhir peserta disajikan Pos-Test tentang materi akuntansi secara umum untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman akuntansi masing-masing pelaku IKM KUB RRT

Kemudian secara terminologis yang berdasarkan pada pendapat para ahli bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan

BPPI sangat berharap agar RUU yang akan digarap, mampu mengatasi berbagai kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian pusaka Indonesia, yang dirasakan selama